Anda di halaman 1dari 20

RPS 9

STANDAR AUDIT 530,


STANDAR AUDIT 540,
STANDAR AUDIT 550
MATA KULIAH : AUDIT DAN ASSURANS

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Dr. IDA BAGUS PUTRA ASTIKA,S.E.,M.Si.,Ak.,CA

OLEH:
KELOMPOK 5

KADEK SASWATA ABHIMANA NEGARA 2007612009


DEWA AYU MANIK WULANDARI 2007612010

PROGRAM PPAK
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
SA 530

SAMPLING AUDIT

Ruang Lingkup

Standar Audit ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk menggunakan sampling
audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan penggunaan sampling
statistik

maupun nonstatistik ketika perancangan dan pemilihan sampel audit, pelaksanaan pengujian
pengendalian, dan pengujian rinci, serta pengevaluasian hasil sampel tersebut.

SA ini melengkapi SA 5001 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
sebagai basis yang memadai untuk menarik kesimpulan yang dipakai sebagai basis opini
auditor. SA 500 memberikan panduan tentang berbagai cara yang tersedia bagi auditor untuk
memilih unsur untuk pengujian, yang salah satu diantaranya adalah sampling audit.

Tanggal Efektif

SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan

Tujuan penggunaan sampling audit oleh auditor adalah untuk memberikan basis yang
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi sumber
pemilihan sampel.

Definisi

Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:

a) Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit
sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populas secara
keseluruhan.
b) Populasi: Keseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang
dipilih dan auditor berkeinginan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan set data
tersebut.
c) Risiko sampling: Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu
sampel dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan
pada keseluruhan populasi. Risiko sampling dapat menimbulkan dua jenis kesimpulan
yang salah:
 Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, suatu kesalahan
penyajian material tidak ada padahal dalam kenyataannya ada. Auditor lebih
khawatir dengan tipe kesimpulan salah ini karena kesalahan tersebut dapat
memengaruhi efektivitas audit dan mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk menyebabkan suatu opini audit yang tidak tepat.
 Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, terdapat kesalahan
penyajian material, padahal kenyataannya tidak ada. Jenis kesimpulan salah
semacam ini berdampak terhadap efisiensi audit yang biasanya akan
menyebabkan adanya pekerjaan tambahan untuk menetapkan bahwa
kesimpulan semula adalah tidak benar.
d) Risiko non sampling: Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling.
e) Anomaly: suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi
f) Unit sampling: unsur-unsur individual yang membentuk suatu populasi
g) Sampling statistik: suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak
 Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk
mengukur risiko sampling
Pendekan sampling yang tidak memiliki karakteristik seperti diatas dianggap
sebagai sampling non statistik
h) Stratifikikasi: proses pembagian suatu populasi ke dalam sub-sub populasi, yang
setiap sub tersebut merupakan suatu golongan unit-unit sampling dengan karakteristik
yang serupa
i) Kesalahan penyajian yang dapat diterima: suatu jumlah moneter yang ditetapkan oleh
auditor untuk memperoleh suatu tingkta asurans yang tepat bahwa jumlah keslaahan
penyajian yang ditetapkan oleh auditor tidak melebihi kesalahan penyajian
sesungguhnya didalam populasi
j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterima: suatu tingkat penyimpangan dari
prosedur pengendalian onterna yang telah ditetapkan yang ditentukan oleh auditor
untuk memperoleh tingkat asurans yang tepat bahwa tingkat penyimpangan yang
ditentukan oleh auditor tidak melebihi tingkat penyimpangan sesungguhnya dalam
populasi.

Ketentuan

Pelaksanaan Prosedur Audit

Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai atas setiap unsur yang dipilih. Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur
pilihan, maka auditor harus melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti.

Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai, terhadap
suatu unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal pengujian
pengendalian) atau suatu kesalahan penyajian (dalam hal pengujian rinci).

Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Kesalahan Penyajian

Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan


penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap tujuan
prosedur audit tersebut dan terhadap area audit lainnya.

Dalam kondisi tertentu yang sangat jarang, ketika auditor mempertimbangkan bahwa
suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang ditemukan dalam suatu sampel adalah
suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat kepastian yang tinggi bahwa kesalahan
penyajian atau penyimpangan semacam itu bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan.
Auditor harus memperoleh tingkat kepastian seperti ini dengan melaksanakan prosedur audit
tambahan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa kesalahan penyajian
atau penyimpangan semacam itu tidak berdampak terhadap unsur sisanya dalam populasi.

Memproyeksikan Kesalahan Penyajian

Untuk pengujian rinci, auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang


ditemukan dalam sampel ke populasi.

Pengevaluasian Hasil Sampling Audit

Auditor harus menilai:

a) Hasil sampel; dan


b) Apakah penggunaan sampling audit telah menyediakan basis yang wajar untuk
penarikan kesimpulan tentang populasi yang telah diuji.

Materi Penerapan dan Penjelasan Lain

Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-Unsur Sampel untuk Diuji

Perancangan Sampel

Sampling audit memungkinkan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti


audit tentang beberapa karakteristik unsur-unsur yang dipilih untuk membentuk atau
membantu dalam menarik kesimpulan tentang populasi yang menjadi asal sampel tersebut.
Sampling audit dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan sampling secara statistik
atau non-statistik.

Ketika merancang suatu sampel audit, pertimbangan auditor mencakup tujuan spesifik
yang hendak dicapai dan kemungkinan kombinasi prosedur audit terbaik untuk dapat
mencapai tujuan tersebut. Pertimbangan terhadap sifat bukti audit yang dicari dan
penyimpangan yang mungkin terjadi atau kondisi terjadinya kesalahan penyajian atau
karakteristik lainnya yang berhubungan dengan bukti audit tersebut akan membantu auditor
dalam mengidentifikasi hal hal yang menyebabkan suatu penyimpangan atau kesalahan
penyajian dan tipe populasi yang digunakan dalam sampling. Untuk memenuhi ketentuan
ketika melakukan sampling audit, auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk
mendapatkan bukti bahwa populasi yang diambil sampelnya merupakan populasi yang
lengkap.
Pertimbangan auditor tentang tujuan prosedur audit, sebagaimana yang disyaratkan,
mencakup suatu pemahaman yang jelas tentang apa yang merupakan suatu penyimpangan
atau kesalahan penyajian sehingga semua, dan hanya, kondisi-kondisi yang relevan dengan
tujuan prosedur audit tersebutlah yang dimasukkan ke dalam evaluasi terhadap
penyimpangan atau pemproyeksian kesalahan penyajian. Sebagai contoh, dalam melakukan
pengujian rinci yang berkaitan dengan keberadaan piutang usaha, seperti melalui konfirmasi,
pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan sebelum tanggal konfirmasi tetapi diterima
beberapa saat setelah tanggal konfirmasi tersebut tidak dianggap sebagai suatu kesalahan
penyajian. Selain itu, kesalahan posting antar-akun-akun pelanggan tidak akan memengaruhi
saldo piutang usaha secara keseluruhan, sehingga tidaklah tepat untuk menganggap kesalahan
ini sebagai suatu kesalahan penyajian dalam mengevaluasi hasil sampel berdasarkan prosedur
audit ini, walaupun mungkin berdampak penting di area audit lainnya, seperti penilaian risiko
kecurangan atau kecukupan penyisihan piutang tidak tertagih.

Dalam mempertimbangkan karakteristik suatu populasi untuk pengujian


pengendalian, auditor melakukan suatu penilaian estimasi tingkat penyimpangan berdasarkan
pemahaman auditor tentang pengendalian-pengendalian yang relevan atau berdasarkan
pemeriksaan atas sejumlah kecil unsur dalam populasi. Penilaian ini dibuat dengan tujuan
untuk merancang suatu sampel audit dan untuk menetapkan ukuran sampel.

Sebagai contoh, jika tingkat penyimpangan diperkirakan sangat tinggi, auditor


biasanya tidak akan melakukan pengujian pengendalian. Demikian pula, dalam pengujian
rinci, auditor melakukan suatu penilaian tingkat kesalahan penyajian yang diperkirakan
terjadi dalam populasi. Jika kesalahan penyajian yang diperkirakan tinggi, pemeriksaan 100%
atas unsur tersebut atau pengambilan sampel dalam jumlah besar untuk diperiksa mungkin
merupakan hal yang tepat ketika melakukan pengujian rinci.

Dalam mempertimbangkan karakteristik populasi yang menjadi sumber pengambilan


sampel, auditor mungkin menentukan bahwa stratifikasi atau pemilihan nilai tertimbang
(value-weighted selection) merupakan metode yang tepat.

Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling


membutuhkan pertimbangan auditor; namun, ukuran sampel bukan merupakan kriteria yang
tepat untuk membedakan antara pendekatan statistik atau nonstatistik.

Ukuran Sampel
Tingkat risiko sampling yang auditor bersedia untuk menerimanya berdampak
terhadap ukuran sampel yang diperlukan. Semakin kecil risiko yang auditor bersedia untuk
menerimanya, makin besar ukuran sampel yang diperlukan. Ukuran sampel dapat ditentukan
melalui penerapan suatu formula berbasis statistik atau melalui pertimbangan profesional.)

Dengan sampling statistik, unsur-unsur dipilih dengan suatu cara yang setiap unit
sampling memiliki suatu probabilitas yang diketahui untuk dipilih. Dengan sampling
nonstatistik, pertimbangan auditor digunakan untuk memilih unsur yang dijadikan sampel.
Karena tujuan sampling adalah untuk menyediakan basis yang wajar bagi auditor untuk
menarik kesimpulan tentang populasi yang menjadi sumber sampel yang dipilih, penting bagi
auditor untuk memilih sampel yang representatif, dengan memilih unsur sampel yang
memiliki karakteristik tipikal populasi sehingga keberpihakan dapat dihindari. Metode utama
pemilihan sampel adalah penggunaan pemilihan acak, pemilihan sistematik dan pemilihan
sembarang (haphazard selection).

Pengevaluasian Hasil Sampling Audit

Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang
tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian awal
risiko tersebut. Untuk pengujian rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang
tidak diharapkan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat
kesalahan penyajian material dalam suatu golongan transaksi atau saldo akun, kecuali bukti
audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material.

Dalam pengujian rinci, kesalahan penyajian proyeksian ditambah kesalahan penyajian


yang bersifat anomali, jika ada, merupakan estimasi kesalahan penyajian terbaik dalam
populasi. Jika kesalahan penyajian proyeksian ditambah kesalahan penyajian yang bersifat
anomali, jika ada, melebihi kesalahan penyajian yang dapat diterima, maka sampel yang
diambil tidak dapat memberikan basis yang masuk akal untuk penarikan kesimpulan tentang
populasi yang telah diuji. Semakin kecil perbedaan antara perkiraan kesalahan penyajian
proyeksian ditambah dengan kesalahan penyajian yang bersifat anomali dengan kesalahan
penyajian yang dapat diterima, makin besar kemungkinan kesalahan penyajian sesungguhnya
dalam populasi melebihi kesalahan penyajian yang dapat diterima. Demikian juga jika
kesalahan penyajian proyeksian lebih besar daripada ekspektasi auditor tentang kesalahan
penyajian yang digunakan dalam menentukan ukuran sampel, auditor dapat menyimpulkan
adanya risiko sampling yang tidak dapat diterima yaitu bahwa kesalahan penyajian
sesungguhnya dalam populasi melebihi kesalahan penyajian yang dapat diterima.
Mempertimbangkan hasil prosedur audit lain dapat membantu auditor untuk menentukan
risiko bahwa kesalahan penyajian sesungguhnya dalam suatu populasi melebihi kesalahan
penyajian yang dapat diterima, dan risiko tersebut dapat dikurangi jika diperoleh bukti audit
tambahan.

Jika auditor menyimpulkan bahwa sampling audit belum dapat memberikan basis
yang wajar untuk penarikan kesimpulan tentang populasi yang diuji, auditor dapat:

 Meminta manajemen untuk menginvestigasi kesalahan penyajian yang telah


diidentifikasi dan potensi terjadinya kesalahan penyajian lebih lanjut serta membuat
penyesuaian yang diperlukan; atau
 Menyesuaikan sifat, saat, dan luas prosedur audit tambahan yang diperlukan untuk
mencapai tingkat asuransi terbaik yang disyaratkan. Sebagai contoh, dalam hal
pengujian pengendalian, auditor dapat menambah ukuran sampel, melakukan
pengujian terhadap pengendalian alternatif, atau mengubah prosedur substantif yang
terkait

Metode Pemilihan Sampel

Ada banyak metode untuk memilih sampel. Metode-metode utama adalah sebagai berikut:

a) Pemilihan acak (diterapkan melalui pencipta angka acak atau random number
generators, sebagai contoh, tabel angka acak atau random number tables).
b) Pemilihan sistematik, yang di dalamnya jumlah unit sampling dalam populasi dibagi
dengan ukuran sampel untuk memperoleh suatu interval sampling, sebagai contoh 50,
dan setelah menetapkan suatu titik awal dalam 50 unit samplingyang pertama, maka
setelah itu setiap sampling unit yang ke 50 akan dipilih. Meskipun titik awal dapat
ditentukan secara sembarang, pemilihan sampel akan lebih acak jika diambil dengan
menggunakan pencipta angka acak dengan komputer (computerized random number
generator) atau tabel angka acak (random number tables) Ketika menggunakan
pemilihan sistematik, auditor perlu menentukan bahwa unit sampling dalam populasi
tidak tersusun sedemikian rupa sehingga interval sampling sesuai dengan suatu pola
tertentu dalam populasi.
c) Sampling Unit Moneter (monetary unit sampling) adalah suatu jenis pemilihan nilai
tertimbang yang di dalamnya ukuran sampel, pemilihan, dan mengevaluasi hasilnya
dalam menarik kesimpulan jumlah moneter.
d) Pemilihan sembarang, yang di dalamnya auditor melakukan pemilihan sampel tanpa
melalui suatu teknik yang terstruktur. Meskipun tidak menggunakan suatu teknik
yang terstruktur, auditor wajib menghindari keberpihakan yang disengaja atau yang
dapat diprediksi (sebagai contoh, menghindari kesulitan dalam menemukan unsur,
atau selalu memilih atau menghindari entri di awal atau di akhir halaman) dan dengan
demikian memastikan bahwa semua unsur yang terdapat dalam populasi memiliki
peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan sembarang tidak tepat ketika
menggunakan sampling statistik.
e) Pemilihan secara blok melibatkan pemilihan suatu blok yang tersusun atas unsur-
unsur yang letaknya berdekatan dalam populasi. Pemilihan secara blok biasanya tidak
dapat digunakan dalam sampling audit karena sebagian besar populasi tersusun
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur dalam sebuah urutan dapat diharapkan
memiliki karakteristik yang sama di antara mereka, tetapi berbeda dari unsurunsur
lain dalam populasi. Walaupun dalam beberapa kondisi mungkin merupakan prosedur
audit yang tepat untuk memeriksa suatu blok unsur, teknik pemilihan sampel
semacam ini akan sangat jarang digunakan jika auditor bermaksud untuk menarik
kesimpulan yang valid tentang keseluruhan populasi berdasarkan sampel tersebut.
SA 540

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI AKUNTANSI


NILAI WAJAR, DAN PENGUNGKAPAN YANG BERSANGKUTAN

Ruang Lingkup

Standar Audit berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas estimasi akuntansi,
termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan dalam suatu
audit atas laporan keuangan. SA ini juga mencakup ketentuan dan panduan atas kesalahan
penyajian estimasi akuntansi secara individual, dan indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen.

Sifat Estimasi Akuntansi

Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat
diestimasi. Sifat dan keandalan informasi yang tersedia bagi manajemen untuk mendukung
pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas, oleh karena itu berdampak terhadap
derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan dengan estimasi akuntansi. Derajat
ketidakpastian estimasi berdampak, pada gilirannya, terhadap risiko kesalahan penyajian
material estimasi akuntansi.

Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka


pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan. Tujuan pengukuran
untuk beberapa estimasi akuntansi adalah untuk memprakirakan hasil dari satu atau lebih
transaksi, peristiwa, atau kondisi yang menimbulkan kebutuhan untuk estimasi akuntansi.
Untuk estimasi akuntansi lain, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, tujuan pengukurannya
berbeda dan dinyatakan dalam satuan nilai transaksi kini atau unsur laporan keuangan
berdasarkan pada kondisi yang umum pada saat pengukuran.

Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan.

Tanggal Efektif

SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan

Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah:

a) Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dalam laporan keuangan,
baik yang diakui atau diungkapkan, adalah wajar; dan
b) Pengungkapan yang bersangkutan dalam laporan keuangan adalah memadai dalam
konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Definisi

Istilah berikut memiliki makna:

a) Estimasi akuntansi

Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode pengukuran yang akurat tidak
tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah yang diukur pada nilai wajar ketika terdapat
ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain yang memerlukan estimasi.

b) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor


Jumlah, atau kisar jumlah, yang masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan
dalam mengevaluasi estimasi tunggal manajemen.

c) Ketidakpastian estimasi

Kerentanan suatu estimasi akuntansi dan pengungkapan yang bersangkutan terhadap suatu
ketiadaan ketepatan bawaan dalam penyusunan informasi.

d) Keberpihakan manajemen

Ketiadaan netralitas manajemen dalam penyusunan informasi. Anomali adalah suatu


kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak mewakili kesalahan
penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.

e) Estimasi tunggal manajemen

Jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk mengakui atau mengungkapkan dalam laporan
keuangan sebagai suatu estimasi akuntansi.

f) Hasil suatu estimasi akuntansi

Jumlah moneter sesungguhnya yang merupakan hasil dari penyelesaian transaksi yang
mendasari, peristiwa, atau kondisi yang dituju oleh estimasi akuntansi

Ketentuan

Prosedur Penilaian Resiko dan Kegiatan yang Bersangkutan

Ketika Pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas. auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas hal-hal di
bawah ini untuk menyediakan suatu dasar untuk mengidentifikasi dan menentukan estimasi
akuntansi:

a) Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi termasuk pengungkapannya. Bagaimana manajemen mengidentifikasi
transaksi, peristiwa dan kondisi tersebut yang mungkin menimbulkan perlunya
estimasi akuntansi diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan.
b) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu pemahaman atas data
yang dipakai sebagai dasar, termasuk:
 Metode, termasuk jika relevan, model, yang digunakan dalam membuat estimasi
akuntansi;
 Pengendalian yang relevan;
 Apakah manajemen telah menggunakan seorang pakar;
 Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi;
 Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari periode
sebelumnya dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian, apa
penyebabnya

Auditor harus menilai hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan untuk
periode kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus mempertimbangkan sifat
estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh dari reviu tersebut relevan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material atas estimasi akuntansi
yang dibuat dalam laporan keuangan periode kini.

Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material

Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, auditor


harus mengevaluasi derajat ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi
akuntansi.

Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi


yang telah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan
risiko signifikan.

Respons terhadap Risiko Salah Saji Material yang Telah Dinilai

Auditor Berdasarkan penilaian risiko salah material, auditor harus menentukan:

a) Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka pelaporan


keuangan yang berlaku, yang relevan terhadap estimasi akuntansi;
b) Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah diterapkan
secara konsisten, dan apakah perubahan;

Dalam merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilai, auditor harus melakukan satu
atau lebih langkah-langkah di bawah ini, dengan memperhitungkan sifat estimasi akuntansi.
a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor
menyediakan bukti audit tentang estimasi akuntansi.
b) Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai
sebagai dasar pengujian.
c) Menguji efektivitas operasi atas pengendalian terhadap bagaimana manajemen
membuat estimasi akuntansi, bersama dengan prosedur substantif yang tepat.
d) Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk mengevaluasi
estimasi tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen.

Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian atau pengetahuan khusus yang berkaitan
dengan satu atau lebih aspek estimasi akuntansi diperlukan untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat.

Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespons Risiko Signifikan

Ketidakpastian Estimasi

Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, sebagai tambahan terhadap
prosedur substantif, auditor harus mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:

a) Bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi atau hasil alternatif, dan


alasan penolakan terhadap asumsi atau hasil alternatif tersebut.
b) Apakah suatu asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen adalah wajar.
c) Jika relevan terhadap kewajaran dari asumsi signifikan yang digunakan oleh
manajemen atau penerapan dengan tepat kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Kriteria Pengakuan dan Pengukuran

Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:

a) Keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi akuntansi


dalam laporan keuangan; dan
b) Dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi, adalah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Penilaian Kewajaran Estimasi Akuntansi, dan Penentuan Salah Saji


Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi dalam
laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
atau disajikan salah.

Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi

Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen

Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam
membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator tentang
kemungkinan keberpihakan manajemen. Indikator tentang kemungkinan keberpihakan
manajemen tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan penyajian untuk tujuan penarikan
kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara individual.

Representasi Tertulis

Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa asumsi signifikan yang
digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah wajar.

Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:

a) Dasar kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi akuntansi dan


pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan; dan
b) Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada.

Materi Penerapan dan Penjelasan Lain

Sifat Estimasi Akuntansi

Oleh karena ketidakpastian bawaan dalam kegiatan bisnis, beberapa unsur laporan
keuangan hanya dapat diestimasi. Di samping itu, karakteristik spesifik dari suatu aset,
liabilitas, atau komponen ekuitas, atau basis atau metode pengukuran yang ditetapkan oleh
kerangka pelaporan keuangan dapat menimbulkan kebutuhan untuk mengestimasi suatu
unsur laporan keuangan. Beberapa kerangka pelaporan keuangan menetapkan metode
spesifik pengukuran dan pengungkapan yang harus dilakukan dalam laporan keuangan,
sementara kerangka pelaporan keuangan lain kurang begitu spesifik. Lampiran SA ini
membahas pengukuran dan pengungkapan nilai wajar menurut kerangka pelaporan keuangan
yang berbeda.

Beberapa estimasi akuntansi melibatkan ketidakpastian estimasi yang secara relatif rendah
dan mungkin menimbulkan risiko kesalahan penyajian rendah, sebagai contoh:

a) Estimasi akuntansi yang timbul dalam entitas yang melakukan bisnis yang tidak
kompleks.
b) Estimasi akuntansi yang sering dibuat atau diperbaharui karena estimasi tersebut
berhubungan dengan transaksi rutin.
c) Estimasi akuntansi yang diperoleh dari data yang tersedia, seperti tarif bunga yang
dipublikasikan atau harga sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Data
tersebut dapat disebut sebagai data yang dapat diobservasi dalam konteks suatu
estimasi akuntansi nilai wajar.
d) Estimasi akuntansi nilai wajar yang metode pengukurannya ditetapkan oleh kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku adalah sederhana dan mudah diterapkan terhadap
aset atau liabilitas yang memerlukan pengukuran pada nilai wajar.
e) Estimasi akuntansi nilai wajar yang menggunakan model yang dikenal dan dapat
diterima secara umum, dengan syarat bahwa asumsi atau data yang dimasukan ke
dalam model tersebut dapat diobservasi.

Namun, untuk beberapa estimasi akuntansi, mungkin terdapat ketidakpastian yang relatif
tinggi, terutama jika estimasi tersebut didasarkan pada asumsi signifikan, sebagai contoh:

a) Estimasi akuntansi yang berkaitan dengan hasil dari suatu tuntutan pengadilan.
b) Estimasi akuntansi nilai wajar untuk instrumen keuangan derivatif yang tidak
diperdagangkan di publik.
c) Estimasi akuntansi nilai wajar yang menggunakan suatu model yang dikembangkan
oleh entitas yang sangat tinggi spesialisasinya atau yang menggunakan asumsi atau
data yang tidak dapat diobservasi di pasar.

Derajat ketidakpastian estimasi bervariasi berdasarkan pada sifat estimasi akuntansi, seberapa
jauh tersedianya metodologi yang berterima umum atau model yang digunakan untuk
membuat estimasi akuntansi, dan subjektivitas asumsi yang digunakan untuk membuat
estimasi akuntansi. Dalam beberapa kasus, ketidakpastian estimasi yang berkaitan.
SA 550

PIHAK BERELASI

1. RUANG LINGKUP
1. Berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak
berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan.
2. Memperluas penerapandalam hubungannya dengan risiko kesalahan penyajian
material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
– SA 315: Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya;
– SA 330: Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai; dan
– SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu
Audit atas Laporan Keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
Apabila kerangka keuangan tidak menetapkan ketentuan pihak berelasi ataupun
kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi memperoleh pemahaman
tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi untuk dapat:
a) Mengindentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan
pengidentifikasikan dan penilaian risiko kesalahan penyajian material karena
kecurangan; dan
b) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan
keuangan, sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi
tersebut:
 Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau
 Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan)
Disamping itu, apabila kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi
dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat apakah hubungan dan transaksi
pihak berelasi telah dengan tepat diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
3. PENILAIAN RISIKO DAN AKTIVITAS TERKAIT
1. Memperoleh pemahaman atas hubungan dan transaksi pihak berelasi, dengan cara
meminta keterangan tentang:
a) Identitas pihak berelasi, sifat hubungan dan transaksi yang terjadi; (para 13)
b) Pengendalian yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mencatat hubungan dan
transaksi pihak berelasi; mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan
pengaturan signifikan, termasuk yang dilakukan di luar bisnis normal. (para
14)
2. Menjaga kewaspadaan terhadap informasi pihak berelasi pada waktu mereviu
catatan atau dokumen, untuk mengindentifikasi :
a) Pengaturan atau informasi lain yang menunjukkan adanya hubungan atau
transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan
sebelumnya oleh manajemen;
b) Transaksi signifikan di luar bisnis normal entitas. (para 16)
3. Berbagi infomasi dengan perikatan. (para 17)
4. PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, dan menentukan
apakah merupakan risiko signifikan. (para 18)
a) Auditor harus memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar
kegiatan normal bisnis entitas menimbulkan risiko signifikan.
2. Mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan (termasuk keadaan berkaitan
pihak berelasi dengan pengaruh dominan) pada waktu mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material. (para 19)
5. RESPONS TERHADAP KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL TERKAIT
DENGAN HUBUNGAN DAN TARNSAKSI PIHAK BERELASI
1. Prosedur audit lanjutan harus dirancang dan dilaksanakan sebagai respons atas
risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai.
2. Prosedur audit lanjutan di atas termasuk yang berkaitan dengan :
a) Pengidentifikasian pihak berelasi yang sebelumnya tidak teridentifikasi atau
tidak diungkapkan atau transaksi pihak berelasi yang signifikan. (para 21 - 22)
b) Transaksi di luar kegiatan normal bisnis. (para 23)
c) Asersi bahwa transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan syarat yang sama
dengan transaksi wajar. (para 24)

6. PENGEVALUASIAN TERHADAP AKUNTANSI DAN PENGUNGKAPAN


TENTANG HUBUNGAN DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI YANG
TERIDENTIFIKASI
1. Dalam merumuskan opini auditor harus mengevaluasi:
– Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah
dicatat dan diungkapkan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
– Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
2. Mencegah laporan keuangan dari pencapaian penyajian wajar (kerangka penyajian
wajar); atau
3. Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (kerangka kepatuhan)
7. KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANGBERTANGGUNG JAWAB ATAS
TATA KELOLA
1. Kecuali semua yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama
audit yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
8. KETENTUAN LAINNYA
1. Representasi tertulis: harus diperoleh yang memuat mengenai identitas pihak
berelasi dan kelengkapan hubungan dan transaksi; dan kesesuaian pencatatan dan
pengungkapan dengan kerangka pelaporan keuangan. (para 26)
2. Dokumentasi: harus didokumentasikan nama pihak berelasi yang diidentifikasi dan
sifat hubungan pihak berelasi tersebut. (para 28)

Anda mungkin juga menyukai