Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAl BEDAH

Nama preceptee : Zumrotus Sholikah


NIM : P07220219124

A. CKD/GGK
B. Pengertian
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,
serta asam basa (Abdul, 2015)
Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak
mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan
pengobatan berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat
jalan dalam waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).
Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit pada
ginjal yang sudah berlangsung dari 3 bulan atau lebih yang dimana ginjal sudah tidak
bisa mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen tetap berada dalam darah (Bruner &
Suddarth, 2001 dalam Haryono, 2013; Mc Clellan, 2006 dalam Prabowo & Pranata,
2014). Penyebab CKD adalah penyakit glomerulonephritis, infeksi kronis, kelainan
kongenital, penyakit vaskuler, obstruksi saluran kemih, obat-obatan nefrotoksik
(Robinson, 2013 dalam Prabowo & Pranata, 2014).
C. Pathway

Infeksi Vaskuler (hipertensi dan DM) Zat toksik Obstruksi saluran


kemih
Reaksi antigen antibodi Arteri sklerosis Tertimbun dalam ginjal
Refluk
Suplai darah ke ginjal
Ginjal Hidronefrosis
GFR menurun
Nefron rusak Peningkatan tekanan udara
CKD

Retensi Na & P H2O Kadar ureum Sekresi erittropoitin


Penurunan fungsi ekskresi Tdk mampu sekresi
ginjal asam (H) Sindrom uremia
Produksi HB
CES meningkat
Pruritus (gatal) menurun
Asidosis
Sidrom uremia Tekanan Kapiler naik Oksihemoglobin
Sensasi
Hiperventilasi menggaruk Suplai darah dan O2
Vol intersial naik
Gangguan keseimbangan asam ke jaringan tidak
basa Edema Timbulnya lesi adekuat
Gg. Pola Tidur
Fituge
Kelebihan volume Kerusakan
Produksi asam meningkat (kelemahan
cairan integritas kulit
umum)
As. Lambung naik Intoleransi
aktivitas
Defisit Nutrisi

D. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
a) Ureum kreatinin
b) Asam urat serum.
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
1) Analisis urin rutin
a) Mikrobiologi urin
b) Kimia darah
c) Elektrolit
d) Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit Nilai normal :
1) Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau0,93 - 1,32 mL/detik/m2
2) Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
3) Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
4) Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
5) Endokrin : PTH dan T3,T4
6) Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal,
misalnya: infark miokard.
d. Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
a) Foto polos abdomen.
b) USG.
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
f) Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
a) RetRogram
b) USG

E. Penatalaksanaan
a. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease
(CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun (Dilakukan
pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan, Observasi adanya odema
dan Batasi cairan yang masuk).
b. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+
(hiperkalemia ) :
1) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.
2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan
7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
c. Anemia
1) Anemia Normokrom normositer Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan
defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini
diterapi dengan pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan
pemberian 30-530 U per kg BB.
2) Anemia hemolisis Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialisis.
3) Anemia Defisiensi Besi Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan
saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis ).
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu dalam
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan
dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan (Smeltezer and Bare,
2011 : Kinta, 2012).
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan
pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
4. Aktifitas/istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau
samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
5. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan,
nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan
perdarahan.
6. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan, menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
7. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna
urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.

8. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes,
pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah
9. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa
terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas
bawah, gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku
rapuh dan tipis
10. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
11. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak, takipnea,
dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum encer
(edema paru).
12. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur
tulang, keterbatasan gerak sendi
13. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
14. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
15. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif . diagnosis negatif menunjukkan
bahwa pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan
diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual
dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien dalam
kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini
disebut juga dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015)
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala. Pada diagnosis resiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya
memiliki faktor resiko.
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1. Defisit Nutrisi
2. Hipervolemia
3. Intoleransi aktivitas
4. Gangguan pola tidur
5. Resiko penurunan curah jantung

3. Perencanaan

No. Diagnosa keperawatan Intervensi Tujuan dan Kriteria


(SIKI) Hasil (SLKI)
1. Defisit Nutrisi Manejemen Nutrisi Setelah dilakukan
(D.0019) (1.03119) tindakan keperawatan
Observsi: selama 3x8 jam
1. Identifikasi status diharapkan Defisit
nutrisi Nutrisi tidak terganggu
2. Identifiksi alergi dan dengan kriteria hasil:
intoleransi makanan 1. Nafsu makan
3. Identifikasi makanan membaik
yag disukai 2. Bising usus membaik
4. Monitor asupan 3. Membran mukosa
makanan membaik
5. Monitor hasil
pemeriksaan labortorium
Terapeutik:
1. Lakukan oral hygience
sebelum makan
2. Sajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi:
1. Kolaorasi pemberin
medikasi sebelum makan
2. Hipervolemia (D.0022) Manejemen Hipervolemia Setelah dilakukan
(1.03114) tindakan keperawatan
Observasi selama 3x8 jam
1. Periksa tanda dan diharapkan
gejala hipervolemia hipervolemia tidak
2. Identivikasi terganggu dengan
penyebab kriteria hasil:
hipervolemia 1. Haluaran urin
3. Monitor intake dan meningkat
output cairan 2. Kelembaban
4. Monitor kecepatan membran mukosa
infus secara ketat meningkat
5. Monitor efek 3. Edema menurun
samping diuretik 4. Dehidrasi menurun
Terapeutik: 5. Asites menurun
1. Timbang berat badan 6. Tekanan darah
setiap hari pada waktu membaik
yang sama 7. Membran mukosa
2. Batasi asupan cairan membaik
dan garam
3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30o -40o
Edukasi:
1. Anjurkan melapor jika
BB bertambah >1kg
dalam sehari
2. Ajarkan cara mengukur
dan membatasi cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan
pemberian diuretik
2. Kolaborasi pergantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
2. Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi Setelah dilakukan
(D. 0056) (1.05178) tindakan keperawatan
Observasi selama 3x8 jam
1. Monitor kelelahan toleransi aktivitas
fisik meningkat dengan
2. Monitor pola dan jam kriteria hasil:
tidur 1. Keluhan lelah
3. Lakukan latihan menurun
rentang gerak 2. Saturasi oksigen
pasif/aktif. dalam rentang normal
Edukasi: (95%- 100%)
1. Anjurkan melakukan 3. Frekuensi nadi dalam
aktifitas secara bertahap rentang normal (60-100
2. Anjurkan keluarga kali/menit)
untuk memberikan 4. Dispnea saat
penguatan positif beraktifitas dan setelah
Kolaborasi: beraktifitas menurun
1. Kolaborasi dengan ahli (16-20 kali/menit)
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3. Gangguan pola tidur Dukungan tidur (1.05174) Setelah dilakukan


(D. 0055) Observasi: asuhan keperawatan
1. Identifikasi pola selama 3x8 jam
aktifitas dan tidur diharapkan gangguan
2. Identifikasi faktor pola tidur dengan
pengganggu tidur kriteria hasil:
3. Identifikasi makanan 1. Keluhan sulit tidur
dan minuman yang 2. Keluhan sering
mengganggu tidur terjaga
4. Identifikasi obat tidur 3. Keluhan tidak puas
yang dikonsumsi tidur
Terapeutik: 4. Keluhan pola tidur
1. Modifikasi lingkungan berubah
2. Tetapkan jadwal tidur 5. Keluhan istirahat
rutin tidak cukup
3. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
Edukasi:
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan relaksasi otot
autogenik atau cara non
farmakologi

4. Gangguan integritas Perawatan integritas kulit Setelah dilakukan


kulit/jaringan (D.0129) (1.11353) tindakan keperawatan
Observasi : selama 3x8 jam
1. Identifikasi penyebab diharapkan integritas
gangguan integritas kulit kulit dapat terjaga
(mis. Perubahan sirkulasi, dengan kriteria hasil:
perubahan status nutrisi) 1. Integritas kulit yang
Terapeutik: baik bisa dipertahankan
1. Ubah posisi tiap 2 jam 2. Perfusi jaringan baik
jika tirah baring 3. Mampu melindungi
2. Lakukan pemijataan kulit dan
pada area tulang, jika mempertahankan
perlu kelembaban kuli
3. Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
4. Bersihkan perineal
dengan air hangat
Edukasi:
1. Anjurkan
menggunakan pelembab
(mis. Lotion atau serum)
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
G. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang di prioritaskan.
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2010)

H. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap respon
pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses atau
promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan
SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul
masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien

I. Daftar Pustaka

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas
KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK
dan PATUH.
Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Gagal Ginjal Kronik. Scribd.
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai