Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat sekolah tersebut
memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara jasmani
maupun rohani. Hal ini ditandai dengan situasi sekolah yang bersih, indah, tertib, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dalam kerangka mencapai kesejahteraan lahir
dan batin setiap warga sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat memungkinkan setiap
warganya dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan berhasil guna
untuk sekolah tersebut dan lingkungan di luar sekolah.
Untuk itu perlu adanya Standar Sekolah Sehat, yaitu:
a. Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan memiliki penghijauan
yang memadai.
b. Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang memadai dan
representatif.
c. Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
d. Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta menyediakan menu
bergizi seimbang.
e. Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan bau tak
menyenangkan.
f. Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan (ventilasi/AC dan pencahayaan
cukup).
g. Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan jumlah siswa di dalam
kelas adalah 1: 2 m2.
h. Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar kesehatan,
kenyamanan dan keamanan.
i. Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat tidur; timbangan berat
badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K berisi obat; lemari obat, buku
rujukan, KMS, poster-poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa; peralatan perawatan gigi, unit gigi;
contoh-contoh model organ tubuh, rangka torso dan lain-lain).
j. Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
k. Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel (untuk sarana
belajar) dan pengolahan hasil kebun.
l. Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang siswa.
Untuk mewujudkan sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang serta kondisi siswa
sehat, bugar senantiasa berprilaku bersih dan sehat perlu didukung dan diimplemtasikan
oleh semua pemangku kepentingan dalam suatu program kegiatan yang terstruktur,
terencana, dan menjadi kultur sekolah. Salah satu upaya mewujudkan sekolah sehat
adalah mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara terpadu dan
berkesinambungan melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam RKS dan
RKAS sehingga menjadi acuan bagi semua pihak dalam melaksanakan kegiatannya.
a. Kegiatan Kurikuler
Kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai
kurikulum yang berlaku untuk setiap jenjang pendidikan dan dapat diintegrasikan ke
semua mata pelajaran khususnya Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama melalui pemahaman konsep
yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat, mencakup:
Memahami pola makanan sehat;
Memahami perlunya keseimbangan gizi;
Memahami berbagai penyakit menular seksual;
Mengenal bahaya seks bebas;
Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan yang tidak
sehat;
Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;
Mengenal bahaya minuman keras;
Mengenal bahaya penyalahgunaan narkoba;
Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;
Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk
kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan
tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta
melengkapi upaya pembinaan kesiswaan.
Organisasi kesiswaan, seperti OSIS mempunyai peranan yang besar dalam
pelaksanaan program Sekolah Sehat yang dilakukan secara ekstrakurikuler. Dalam
pelaksanaan program Sekolah Sehat, OSIS dapat mengamati adanya masalah yang
berkaitan dengan kesehatan, melaporkannya kepada guru pembina OSIS, agar
bersama-sama mencari cara penanggulangannya antara lain berupa kegiatan berdasar-
kan konsep 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,
kerindangan, keselamatan).
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan terkait dengan pendidikan
kesehatan antara lain dapat berupa:
Wisata siswa;
Kemah (Persami);
Ceramah, diskusi, simulasi, dan bermain peran;
Lomba-lomba;
Bimbingan hidup sehat;
Apotek hidup;
Kebun sekolah;
Kerja bakti;
Majalah dinding, buletin, majalah;
Piket sekolah.
2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan kepada siswa dan
lingkungannya. Adapun tujuan dari pelayanan kesehatan adalah :
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam
rangka membentuk perilaku hidup sehat.
Meningkatkan daya tahan tubuh siswa terhadap penyakit dan mencegah terjadinya
penyakit, kelainan, dan cacat.
Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit, kelainan,
pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat
berfungsi secara optimal.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan terkait pelayanan kesehatan sekolah, antara lain
meliputi:
Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan latihan keterampilan.
Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh,
kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.
Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
Untuk memaksimalkan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan pendekatan dan metode
yang tepat, strategis, efektif, dan efisien. Untuk pendekatan pelayanan kesehatan dapat
dikelompokan menjadi tiga pendekatan, yakni:
Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan pengobatan penderita.
Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah lingkungan
di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya derajat
kesehatan optimal.
Pendekatan yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat masyarakat
sekolah.
Sedangkan, untuk metode pelayanan kesehatan, setidaknya ada 5 (lima) metode yang
dapat digunakan, yakni:
Penataran/pelatihan
Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling)
Penyuluhan kesehatan
Pemeriksaan langsung
Pengamatan (observasi).
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan di dua tempat, yaitu sekolah dan
puskesmas. Pemilihan kedua tempat ini, selain representatif juga mudah dijangkau oleh
siapa saja dan di daerah manapun ia berada. Untuk daerah-daerah yang belum memiliki
Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara maksimal di sekolah
ataupun balai-balai pertemuan warga dengan memperhatikan faktor tenaga dan
lingkungan.
Pada prinsipinya petugas pelayanan kesehatan haruslah dilakukan oleh orang yang ahli
(profesional) yang memiliki pengetahuan dan letigimasi hukum atas profesinya, seperti
dokter, tenaga medis lainnya. Hanya saja untuk upaya pencegahan (preventif), petugas
kesehatan di sekolah dapat dilakukan oleh warga sekolah, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
Guru ataupun tenaga kependidikan, bahkan siswa yang telah memperoleh pendidikan
tambahan melalui bimbingan/penataran dari petugas Puskesmas.
Warga sekitar sekolah yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang ilmu
kesehatan. Keberadaan petugas kesehatan dari warga sekitar sekolah terutama
diperuntukan untuk sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil, terisolasi, terdepan,
dan terbelakang. Hanya saja, jadwal penugasannya diserahkan kepada kesepakatan
kedua belah pihak, bahkan mungkin keberadaan petugas tersebut di sekolah hanya
ketika dia dibutuhkan.
Petugas Puskesmas itu sendiri, yang mana dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah, guru yang ditugaskan, dan
petugas puskesmas).
Untuk memudahkan pelayanan kesehatan siswa yang dirujuk, sebaiknya pihak sekolah
dan Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya melakukan kerjasama,
terutama terkait dengan kesepakatan pembiayaan siswa ataupun warga sekolah yang
dirujuk di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. Sekolah sebaiknya
mengupayakan dana Sekolah Sehat untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah
pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan. Setelah itu, setiap
siswa (warga sekolah) harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan
kesehatan.
Dengan demikian, fungsi Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya terkait
program Sekolah Sehat adalah melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan, yang
meliputi:
Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi dan lainnya
yang dianggap perlu;
Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan peserta
siswa (kepala sekolah, guru, orang tua/komite sekolah siswa dan lain-lain);
Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, alumnus UKS, siswa dalam melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah;
Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah Sehat pada
khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam rangka meningkatkan
peran serta dalam pelaksanaan Sekolah Sehat;
Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan kader Sekolah Sehat
(Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);
Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap kasus-kasus
tertentu yang memerlukannya;
Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan tingkat
kesegaran jasmani siswa dan cara peningkatannya;
Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat setempat
meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan yang dialami.
Mengingat waktu yang tersedia terbatas pada kegiatan kurikuler, maka kegiatan
pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih banyak diharapkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pembinaan lingkungan
sekolah sehat antara lain:
Lomba Sekolah Sehat, lomba kebersihan antar kelas;
Menggambar/melukis;
Mengarang;
Menyanyi;
Kerja bakti;
Pembinaan kebersihan lingkungan, mencakup pemberantasan sumber penularan
penyakit dan lain-lain.
Lingkungan sekolah sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan
lingkungan nonfisik. Pertama, lingkungan fisik adalah lingkungan yang dapat dilihat
secara kasat mata yang meliputi: ruang kelas, ruang sekolah sehat, ruang laboratorium,
kantin sekolah, sarana olahraga, ruang kepala sekolah/guru, pencahayaan, ventilasi, WC,
kamar mandi, kebisingan, kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak papan
tulis, vektor penyakit, meja, kursi, sarana ibadah, dan sebagainya. Lingkungan fisik ini
dapat dikatakan sehat, jika lingkungan tersebut selalu rapi, bersih, dan higenis. Kedua,
lingkungan non fisik adalah lingkungan/suasana yang tidak bisa dilihat oleh mata namun
dirasakan dampaknya. Lingkungan non fisik yang memenuhi standar sehat, meliputi:
perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir, perilaku memilih makanan jajanan yang sehat, perilaku
tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas jentik nyamuk dan
sebagainya.
Untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat sebaiknya
dilakukan kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, intervensi, pemantauan, dan
evaluasi serta pelaporan.
Ketiga, intervensi. Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku pada
prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan sarana dan pengendalian.
a. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau dari pihak luar
yang diperlukan.
b. Perbaikan sarana
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan ditemukan kondisi
yang tidak sesuai dengan standar teknis maka segera dilakukan perbaikan.
c. Pengendalian
Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di sekolah, upaya
pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagai
berikut;
c.1) Pemeliharaan ruang dan bangunan, meliputi:
Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari kotor-
an/sampah yang dapat menimbulkan genangan air; Pembersihan ruang sekolah dan
halaman minimal sekali dalam sehari;
Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk menghilang-
kan debu atau menggunakan alat penghisap debu;
Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan;
Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel;
Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat ulang; Bila ditemukan
kerusakan pada tangga segera diperbaiki.
c) Siswa
Siswa diharapkan ikut berperan serta secara aktif dalam:
Menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan sekolah masing-masing, misalnya
dengan ikut mengawasi kawan-kawannya yang membuang sampah sembarangan,
membersihkan ruangan atau halaman dan sebagainya;
Piket kelas, yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan dan
kekeluargaan kelasnya masing-masing;
Menjaga/memelihara lingkungan sehat di lingkunngan keluarga dan masyarakat,
misalnya dengan menyampaikan pesan tentang manfaat lingkungan yang sehat kepada
anggota keluarga yang lain, ikut kerja bakti membersihkan lingkungan dan sebagainya.
e) Komite sekolah
Komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua siswa diharapkan mampu berperan
serta secara aktif dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, terutama
dalam penyediaan dana dan fasilitas yang menunjang kegiatan.
f) Masyarakat
Masyarakat di sekitar sekolah diharapkan berperan serta untuk melaksanakan pembinaan
terutama dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah sehat.