Anda di halaman 1dari 11

GERAKAN SEKOLAH SEHAT

I. Pengertian Sekolah Sehat


Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu dikatakan sehat jika
secara lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara normal dan baik, sehingga memung-
kinkan sesuatu dapat produktif, baik secara sosial maupun ekonomis.  Jika hal ini
dikaitkan dengan lembaga pendidikan, maka sekolah sehat dapat dimaknai sebagai
lembaga pendidikan yang memiliki unsur-unsur yang baik (normal) secara lahiriah
(jasmani) dan batiniah (rohani).

Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat sekolah tersebut
memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara jasmani
maupun rohani. Hal ini ditandai dengan situasi sekolah yang bersih, indah, tertib, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dalam kerangka mencapai kesejahteraan lahir
dan batin setiap warga sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat memungkinkan setiap
warganya dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan berhasil guna
untuk sekolah tersebut dan lingkungan di luar sekolah.
Untuk itu perlu adanya Standar Sekolah Sehat, yaitu:
a. Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan memiliki penghijauan
yang memadai.
b. Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang memadai dan
representatif.
c. Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
d. Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta menyediakan menu
bergizi seimbang.
e. Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan bau tak
menyenangkan.
f. Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan (ventilasi/AC dan pencahayaan
cukup). 
g. Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan jumlah siswa di dalam
kelas adalah 1: 2 m2.
h. Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar kesehatan,
kenyamanan dan keamanan.
i. Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat tidur; timbangan berat
badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K berisi obat; lemari obat, buku
rujukan, KMS, poster-poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa; peralatan perawatan gigi, unit gigi;
contoh-contoh model organ tubuh, rangka torso dan lain-lain).
j. Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
k. Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel (untuk sarana
belajar) dan pengolahan  hasil kebun.
l. Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang siswa.

II. Tujuan sekolah sehat


1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
yang mencakup:
a. menurunkan angka kesakitan anak sekolah
b. meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial.
c. agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan
kesehatan di sekolah.
d. meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
e. meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol dan Obat berbahaya lainnya.

III. Program Pembinaan Sekolah Sehat


Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus menjadi ”Helth
Promoting School” artinya ”Sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi
semua warga sekolahnya”. Derajat kesehatan dimaksud  adalah:
 Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yang tercerminkan hidup sehat;
 Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal;
 Terjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif;
 Tercipta kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan siswa untuk berperilaku
hidup sehat;

Untuk mewujudkan sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang serta kondisi siswa
sehat, bugar senantiasa berprilaku bersih dan sehat perlu didukung dan diimplemtasikan
oleh semua pemangku kepentingan dalam suatu program kegiatan yang terstruktur,
terencana, dan menjadi kultur sekolah. Salah satu upaya mewujudkan sekolah sehat
adalah mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara terpadu dan
berkesinambungan melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam RKS dan
RKAS sehingga menjadi acuan bagi semua pihak dalam melaksanakan kegiatannya.

Komponen Sekolah Sehat meliputi: pendidikan kesehatan; pelayanan kesehatan, dan


lingkungan sekolah sehat. Komponen-komponen tersebut perlu dituangkan dalam suatu
program-program dan berbagai kegiatan serta strateginya. Program dan kegiatan tersebut
harus bersifat:
 Mengacu kepada pencapaian Standar Kompetensi Lulusan siswa;
 Sesuai dengan kebutuhan individu setiap siswa
 Operasional, terukur, rasional dan berkesinambungan;
 Memberdayakan semua pemangku kepentingan.
 Mendukung proses pembelajaran yang bermutu;
 Mempertimbangkan kemampuan dan kondisi sekolah.

IV. Strategi Pelaksanaan Program Sekolah Sehat


A. Tahapan yang Perlu Dilakukan
Guna mencapai sekolah sehat, aman, ramah anak dan menyenangkan perlu dilaksanakan
tahapan-tahapan yang meliputi:
1. Persiapan
 Melakukan konsultasi dengan siswa untuk memetakan pemenuhan hak-hak,
kebutuhan siswa, dan menyusun rekomendasi;
 Kepala sekolah, komite sekolah, orang tua/wali, dan siswa berkomitmen untuk
mengembangkan sekolah sehat, aman ramah anak, dan menyenangkan. Komitmen
ini bentuk kebijakan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan;
 Kepala sekolah bersama komite sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, serta
siswa  membentuk Tim Pengembangan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan;
 Tim ini bertugas untuk mengoordinasikan berbagai upaya pengembangan menuju
sekolah sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan; meliputi sosialisasi
pentingnya sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan; menyusun dan
melaksanakan rencana; memantau proses pengembangan; dan evaluasi;
 Tim Pengembangan mengidentifikasi potensi, kapasitas, kerentanan, dan ancaman
di sekolah untuk mengembangkan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan;
2. Perencanaan
Tim Pengembangan menyusun rencana aksi tahunan untuk mewujudkan sekolah sehat,
aman, ramah anak, dan menyenangkan yang terintegrasi dalam kebijakan, program,
dan kegiatan yang sudah ada, seperti Usaha Kesehatan Sekolah, Sekolah Adiwiyata,
Sekolah Aman Bencana, Rute Aman Selamat Sekolah, dan lainnya sebagai komponen
penting dalam perencanaan pengembangan sekolah sehat, aman, ramah anak, dan
menyenangkan.
3. Pelaksanaan
Tim Pengembangan melaksanakan rencana aksi tahunan dengan mengoptimalkan 
semua  sumber daya pemerintah,  masyarakat, serta dunia industri dan usaha.
4. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Tim Pengembangan melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas rencana aksi gerakan
sekolah sehat, aman, ramah anak, dan menyenangkan, selanjutnya melakukan
pelaporan hasil evaluasi dalam rapat kerja yang dihadiri tim pengembangkan dan
warga sekolah lainnya

B. Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Sehat


Untuk menuju sekolah sehat perlu dilakukan kegiatan dalam bentuk pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui:

a. Kegiatan Kurikuler
Kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai
kurikulum yang berlaku untuk setiap jenjang pendidikan dan dapat diintegrasikan ke
semua mata pelajaran khususnya Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama melalui pemahaman konsep
yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat, mencakup:
 Memahami pola makanan sehat;
 Memahami perlunya keseimbangan gizi;
 Memahami berbagai penyakit menular seksual;                       
 Mengenal bahaya seks bebas;
 Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan yang tidak
sehat;
 Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;
 Mengenal bahaya minuman keras;
 Mengenal bahaya penyalahgunaan narkoba;
 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;
 Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk
kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan
tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta
melengkapi upaya pembinaan kesiswaan.
Organisasi kesiswaan, seperti OSIS mempunyai peranan yang besar dalam
pelaksanaan program Sekolah Sehat yang dilakukan secara ekstrakurikuler. Dalam
pelaksanaan program Sekolah Sehat, OSIS dapat mengamati adanya masalah yang
berkaitan dengan kesehatan, melaporkannya kepada guru pembina OSIS, agar
bersama-sama mencari cara penanggulangannya antara lain berupa kegiatan berdasar-
kan konsep 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,
kerindangan, keselamatan).
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan terkait dengan pendidikan
kesehatan antara lain dapat berupa:
 Wisata siswa;
 Kemah (Persami);
 Ceramah, diskusi, simulasi, dan bermain     peran;
 Lomba-lomba;
 Bimbingan hidup sehat;
 Apotek hidup;
 Kebun sekolah;
 Kerja bakti;
 Majalah dinding, buletin, majalah;
 Piket sekolah.

2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan kepada siswa dan
lingkungannya. Adapun tujuan dari pelayanan kesehatan adalah :
 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam
rangka membentuk perilaku hidup sehat.
 Meningkatkan daya tahan tubuh siswa terhadap penyakit dan mencegah terjadinya
penyakit, kelainan, dan cacat.
 Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit, kelainan,
pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat
berfungsi secara optimal.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan terkait pelayanan kesehatan sekolah, antara lain
meliputi:
 Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan latihan keterampilan.
 Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh,
kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.
 Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
Untuk memaksimalkan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan pendekatan dan metode
yang tepat, strategis, efektif, dan efisien. Untuk pendekatan pelayanan kesehatan dapat
dikelompokan menjadi tiga pendekatan, yakni:
 Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan pengobatan penderita.
 Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah lingkungan
di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya derajat
kesehatan optimal.
 Pendekatan yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat masyarakat
sekolah.
Sedangkan, untuk metode pelayanan kesehatan, setidaknya ada 5 (lima) metode yang
dapat digunakan, yakni:
 Penataran/pelatihan
 Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling)
 Penyuluhan kesehatan
 Pemeriksaan langsung
 Pengamatan (observasi).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan di dua tempat, yaitu sekolah dan
puskesmas. Pemilihan kedua tempat ini, selain representatif juga mudah dijangkau oleh
siapa saja dan di daerah manapun ia berada. Untuk daerah-daerah yang belum memiliki
Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara maksimal di sekolah
ataupun balai-balai pertemuan warga dengan memperhatikan faktor tenaga dan
lingkungan.

Pada prinsipinya petugas pelayanan kesehatan haruslah dilakukan oleh orang yang ahli
(profesional) yang memiliki pengetahuan dan letigimasi hukum atas profesinya, seperti
dokter, tenaga medis lainnya. Hanya saja untuk upaya pencegahan (preventif), petugas
kesehatan di sekolah dapat dilakukan oleh warga sekolah, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
 Guru ataupun tenaga kependidikan, bahkan siswa yang telah memperoleh pendidikan
tambahan melalui bimbingan/penataran dari petugas Puskesmas.
 Warga sekitar sekolah yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang ilmu
kesehatan. Keberadaan petugas kesehatan dari warga sekitar sekolah terutama
diperuntukan untuk sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil, terisolasi, terdepan,
dan terbelakang. Hanya saja, jadwal penugasannya diserahkan kepada kesepakatan
kedua belah pihak, bahkan mungkin keberadaan petugas tersebut di sekolah hanya
ketika dia dibutuhkan.
 Petugas Puskesmas itu sendiri, yang mana dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah, guru yang ditugaskan, dan
petugas puskesmas).

Sementara itu, untuk pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dikhususkan


bagi siswa yang dirujuk dari sekolah akibat sekolah tidak mampu menangani kasus siswa
tersebut. Lantas, apakah syarat siswa yang dirujuk? Sekurang-kurangnya ada dua syarat,
yakni:
 Siswa sakit yang tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila masih memungkinkan
segera disuruh pulang dengan membawa surat pengantar dan buku/kartu rujukan agar
dibawa orang tuanya ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
 Siswa cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan segera
membutuhkan pertolongan secepatnya, agar dibawa ke Puskesmas atau sarana
pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar
segera diberitahukan kepada orang tuanya untuk datang ke Puskesmas ataupun sarana
pelayanan kesehatan tersebut.

Untuk memudahkan pelayanan kesehatan siswa yang dirujuk, sebaiknya pihak sekolah
dan Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya melakukan kerjasama,
terutama terkait dengan kesepakatan pembiayaan siswa ataupun warga sekolah yang
dirujuk di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. Sekolah sebaiknya
mengupayakan dana Sekolah Sehat untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah
pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan. Setelah itu, setiap
siswa (warga sekolah) harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan
kesehatan.

Dengan demikian, fungsi Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya terkait
program Sekolah Sehat adalah melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan, yang
meliputi:
 Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi dan lainnya
yang dianggap perlu;
 Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan peserta
siswa (kepala sekolah, guru, orang tua/komite sekolah siswa dan lain-lain);
 Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, alumnus UKS, siswa dalam melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah;
 Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah Sehat pada
khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam rangka meningkatkan
peran serta dalam pelaksanaan Sekolah Sehat;
 Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan kader Sekolah Sehat
(Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);
 Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap kasus-kasus
tertentu yang memerlukannya;
 Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
 Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan tingkat
kesegaran jasmani siswa dan cara peningkatannya;
 Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat setempat
meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan yang dialami.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Lingkungan Sekolah Sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang dapat
mendukung tumbuh kembang siswa secara optimal serta membentuk perilaku hidup sehat
dan terhidar dari pengaruh negatif. Oleh karena itu, pembinaan lingkungan sekolah sehat
adalah usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang dapat mendukung
proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilaksanakan melalui
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Mengingat waktu yang tersedia terbatas pada kegiatan kurikuler, maka kegiatan
pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih banyak diharapkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pembinaan lingkungan
sekolah sehat antara lain:
 Lomba Sekolah Sehat, lomba kebersihan antar kelas;
 Menggambar/melukis;
 Mengarang;
 Menyanyi;
 Kerja bakti;
 Pembinaan kebersihan lingkungan, mencakup pemberantasan sumber penularan
penyakit dan lain-lain.

Lingkungan sekolah sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan
lingkungan nonfisik. Pertama, lingkungan fisik adalah lingkungan yang dapat dilihat
secara kasat mata yang meliputi: ruang kelas, ruang sekolah sehat, ruang laboratorium,
kantin sekolah, sarana olahraga, ruang kepala sekolah/guru, pencahayaan, ventilasi, WC,
kamar mandi, kebisingan, kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak papan
tulis, vektor penyakit, meja, kursi, sarana ibadah, dan sebagainya. Lingkungan fisik ini
dapat dikatakan sehat, jika lingkungan tersebut selalu rapi, bersih, dan higenis. Kedua,
lingkungan non fisik adalah lingkungan/suasana yang tidak bisa dilihat oleh mata namun
dirasakan dampaknya. Lingkungan non fisik yang memenuhi standar sehat, meliputi:
perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir, perilaku memilih makanan jajanan yang sehat, perilaku
tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas jentik nyamuk dan
sebagainya.
Untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat sebaiknya
dilakukan kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, intervensi, pemantauan, dan
evaluasi serta pelaporan.

Pertama, identifikasi faktor risiko lingkungan sekolah. Identifikasi faktor risiko


lingkungan dilakukan dengan cara pengamatan dengan menggunakan instrumen
pengamatan dan bila perlu dilakukan pengukuran lapangan dan laboratorium.
Sedangkan, analisa faktor risiko lingkungan dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pengamatan dengan standar yang telah ditentukan. Penentuan prioritas masalah
berdasarkan perkiraan potensi besarnya bahaya atau gangguan yang ditimbulkan, tingkat
keparahan dan pertimbangan lain yang diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.

Kedua, perencanaan. Dalam perencanaan sudah dimasukan rencana pemantauan dan


evaluasi serta indikator keberhasilan. Perencanaan masing-masing kegiatan/upaya harus
sudah terinci volume kegiatan, besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan,
pelaksana dan penanggungjawab. Agar rencana kegiatan atau upaya mengatasi masalah
atau menurunkan risiko menjadi tanggungjawab bersama, maka dalam menyusun
perencanaan hendaknya melibatkan masyarakat sekolah (siswa, guru, kepala sekolah,
orang tua/komite sekolah, penjaja makanan di kantin sekolah, instansi terkait, Tim
Pembina Sekolah Sehat Kecamatan).

Ketiga, intervensi. Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku pada
prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan sarana dan pengendalian.

a. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau dari pihak luar
yang diperlukan.
b. Perbaikan sarana
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan ditemukan kondisi
yang tidak sesuai dengan standar teknis maka segera dilakukan perbaikan.
c. Pengendalian
Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di sekolah, upaya
pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagai
berikut;
c.1) Pemeliharaan ruang dan bangunan, meliputi:
 Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari kotor-
an/sampah yang dapat menimbulkan genangan air; Pembersihan ruang sekolah dan
halaman minimal sekali dalam sehari;
 Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk menghilang-
kan debu atau menggunakan alat penghisap debu;
 Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan;
 Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel;
 Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat ulang; Bila ditemukan
kerusakan pada tangga segera diperbaiki.

c.2) Pencahayaan dan kesilauan, meliputi:


 Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan
fungsi ruang;
 Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan buatan;
 Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak papan tulis dan
posisi bangku siswa;
  Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.

c.3) Ventilasi, meliputi:


 Penempatan  ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistem silang agar udara
segar dapat menjangkau setiap sudut ruangan;
 Pada ruang yang menggunakan AC (air conditioner) harus disediakan jendela yang
bisa dibuka dan ditutup;
 Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela harus dibuka terlebih dahulu
minimal satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan;
 Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.

c.4) Kepadatan ruang kelas


Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap siswa mendapat tempat
seluas 2 m2. Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara berkala untuk menjaga
keseimbangan otot mata.

c.5) Jarak papan tulis, meliputi:


 Jarak papan tulis dengan siswa  paling depan minimal 2,5 m;
 Jarak papan tulis dengan siswa paling belakang maksimal 9 m;
 Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker.

c.6) Sarana cuci tangan, meliputi:


 Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun;
 Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan;
 Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan
minimal seminggu sekali.
c.7) Kebisingan
 Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses belajar,
maka dapat dilakukan dengan cara:
 Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar;
 Pembuatan pagar tembok yang tinggi.

C.8) Air bersih, meliputi:


Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic, tempat pembu-
angan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan lain-lain); Bila terjadi keretakan
pada dinding sumur atau lantai sumur agar segera diperbaiki;Tempat penampungan air
harus dibersihkan/dikuras secara berkala.

c.9) Toilet, meliputi:


 Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau;
 Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu, dan bila tidak
digunankan dalam waktu lama (libur panjang) maka bak air harus dikosongkan agar
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk;
 Menggunakan desinfektan untuk membersihkan lantai, closet serta urinoir;
 Tersedia sarana cuci tangan dan sabun untuk cuci tangan.

c.10) Sampah, meliputi:


 Tersedia tempat sampah di setiap ruangan;
 Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah sementara;
 Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke tempat
pembuangan sampah akhir dilakukan maksimal 3 hari sekali.

c.11) Sarana pembuangan air limbah


Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali agar
tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau.

c.12) Vektor (pembawa penyakit), meliputi:


Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam berdarah maka harus dilakukan
kegiatan;
 Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberantasan sarang
nyamuk;
 Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali dan bila libur
panjang dikosongkan;
 Bila ada kolam ikan,  dirawat agar tidak ada jentik nyamuk;
 Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air atau wadah yang
berpontensi adanya jentik nyamuk. Hasil pengamatan dicatat untuk menghitung
kontainer indeks.

c.13) Kantin/warung sekolah, meliputi:


 Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga terlindung dari lalat,
binatang lain dan debu;
 Makanan tidak kadaluarsa;  Tempat penyimpanan makanan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, terhindar dari bahan berbahaya, serangga dan hewan lainnya;
· Tempat pengolahan atau penyiapan makan harus bersih dan memenuhi syarat
kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku;
 Peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan dan peralatan makan harus
bersih dan disimpan pada tempat yang bebas dari pencemaran;
 Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukannya; Dilarang menggunakan kembali
peralatan yang dirancang untuk sekali pakai;
 Penyaji makanan harus selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan sebelum
memasak dan setelah dari toilet;
Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus dilakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penjaja makanan disekitar sekolah. Pembinaan dan pengawasan
meliputi jenis makanan/minuman yang dijual, penyajian, kemasan, bahan tambahan
(pengawet, pewarna, penyedap rasa).

c.14) Halaman Sekolah, meliputi:


 Melakukan penghijauan;
 Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu sekali;
 Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup/mengurug atau
mengalirkan ke saluran umum;
 Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman;
 Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap memperhatikan aspek
keamanan dan keindahan;
 Mengurangi dampak pencemaran air limbah dan dampak limpasan air hujan
(drainase) pada masyarakat;
 Sekolah bekerja sama dengan masyarakat dan Pemda menerapkan daur ulang air
limbah;
 Melakukan konservasi air tanah dan permukaan dengan melibatkan masyarakat
setempat;
 Melakukan perlindungan lingkungan didukung masyarakat setempat.

c.16) Meja dan kursi siswa


Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis, permukaan
meja/bangku memiliki kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau sudut 10o.

c.17)    Perilaku, meliputi:


 Mendorong siswa untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan memberikan
kateladanan, misalnya tidak merokok atau tidak merokok di lingkungan sekolah;
 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
 Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah buang air
besar, sebelum menyentuh makanan, setelah bermain atau setelah beraktivitas
lainnya;
 Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat.

4. Pelaksana pembinaan sekolah sehat


Untuk melaksanakan program pembinaan sekolah sehat dibutuhkan peran serta warga
sekolah dan masyarakat, yang berfungsi sebagai tim pelaksana pembinaan sekolah sehat.
Adapun tugas tim pelaksana pembinaan sekolah sehat, meliputi:
a) Kepala sekolah
Kepala sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana Sekolah Sehat di sekolah bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat di sekolah masing-masing.
Dalam melaksanakan pembinaan, kepala sekolah dibantu oleh guru, pegawai sekolah,
siswa, orang tua siswa (Komite Sekolah) dan lain-lain.

b)  Guru (Tenaga pendidik)


Dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, guru mempunyai peranan
penting antara lain dengan cara memberikan:
Pengetahuan praktis tentang pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Bimbingan, contoh dan teladan, dorongan serta melakukan pengamatan dan pengawasan
kepada siswa agar mau dan terampil menerapkan segala yang telah diberikan kegiatan
sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.

c) Siswa
Siswa diharapkan ikut berperan serta secara aktif dalam:
Menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan sekolah masing-masing, misalnya
dengan ikut mengawasi kawan-kawannya yang membuang sampah sembarangan,
membersihkan ruangan atau halaman dan sebagainya;
Piket kelas, yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan dan
kekeluargaan kelasnya masing-masing;
Menjaga/memelihara lingkungan sehat di lingkunngan keluarga dan masyarakat,
misalnya dengan menyampaikan pesan tentang manfaat lingkungan yang sehat kepada
anggota keluarga yang lain, ikut kerja bakti membersihkan lingkungan dan sebagainya.

d) Pegawai sekolah (Tenaga kependidikan)


Pegawai sekolah yang merupakan warga sekolah perlu ikut melaksanakan dan
mengawasi serta memelihara lingkungan sekolah sehat terutama pada penyediaan fasilitas
sarana prasarana.

e) Komite sekolah
Komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua siswa  diharapkan mampu berperan
serta secara aktif dalam melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat, terutama
dalam penyediaan dana dan fasilitas yang menunjang kegiatan.

f) Masyarakat
Masyarakat di sekitar sekolah diharapkan berperan serta untuk melaksanakan pembinaan
terutama dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah sehat.

Anda mungkin juga menyukai