Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Kasus Penganiayaan terhadap Pekerja dalam Perspektif Hak dan


Kewajiban dan Relevansinya terhadap Penegakan HAM di Indonesia

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Dra. Jirzanah, M.Hum.

Disusun oleh:
Nama : Atalla Rahadewi Neta
NIM : 20/461476/GE/09436
Program Studi : Pembangunan Wilayah

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Baru-baru ini terdapat kasus penganiyaan seorang tenaga kesehatan di salah
satu rumah sakit swasta terkenal di wilayah Palembang. Berita ini disiarkan dimana-
dimana karena penganiayaan dilakukan oleh salah satu keluarga pasien tanpa adanya
alasan yang jelas. Tidak hanya itu, tidak jarang pemberitaan penganiyaan terjadi pada
pekerja-pekerja di luar sana. Kasus ini menjadi sorotan karena penganiayaan yang
dilakukan tidak didasari oleh alasan yang jelas. Penganiayaan biasanya dilakukan oleh
orang-orang yang berkuasa kepada pekerja-pekerja yang berkerja untuk mereka. Kasus
seperti ini membuat pekerja dari berbagai kalangan resah. Kasus-kasus seperti ini harus
segera ditangani dan ditindak tegas agar tidak ada kasus serupa terjadi kepada para
pekerja.
Penganiayaan termasuk dalam perbuatan yang melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM). Secara jelas sudah diatur dalam Pasal 27 ayat (2) bahwa “Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Selain itu juga pada Pasal 28G ayat (1) dan (2) UUD 1945 menyatakan “Setiap orang
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaanya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
manusia” dan “setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain”.
Dengan demikian, kasus-kasus penganiayaan terhadap pekerja yang sering
terjadi menjadi fokus pembahasan karena menyangkut penegakan Hak Asasi Manusia
di Indonesia, maka dari itu penulis menulis makalah “Kasus Penganiayaan terhadap
Pekerja dalam Perspektif Hak dan Kewajiban dan Relevansinya terhadap
Penegakan HAM di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah :
1. Mengapa masalah penganiayaan terhadap pekerja penting untuk diteliti?
2. Mengapa penganiayaan terhadap pekerja perlu dianalisis dari sudut pandang
hak dan kewajiban?
BAB II
A. Penjelasan Kasus Penganiayaan terhadap Pekerja
Pekerja adalahs etiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan
imbalann dalam bentuk lain. Dalam definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu orang
yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal tersebut
berbeda dengan definisi tenaga kerja dalam ketentuan Pasal 1 UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, “Tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”
Pekerja atau buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja
yang bekerja di dalam hubungan kerja, dibawah perintah pemberi kerja. Dalam UU
NO.13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa, “Pekerja/buruh adalah
setiap orang yang bekerja menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Jadi,
pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
dibawah perintah pengusaha atau pemberi kerja dengan mendapatkan upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total pekerja Indonesia usia 15
tahun ke atas per Agustus 2019 sebanyak 126,51 juta orang. Persebaran terbanyak
terdapat pada pekerja informal, yaitu mencapai 70,49 juta orang. Angka ini lebih
tinggi dari pekerja formal yang hanya 56,02 juta. Dari data tersebut, profesi pekerja
di Indonesia beragam dan banyak penduduk Indonesia yang memiliki profesi
sebagai pekerja kantoran, buruh, dan petani. Pekerjaan penduduk Indonesia yang
sebagian besar pekerja biasa dan buruh inilah yang seringkali didapati kasus-kasus
penganiayaan terhadap pekerja.
Penganiayaan terhadap pekerja merupakan kegiatan kekerasan yang
dilakukan oleh majikan atau orang yang berkuasa kepada pekerjanya baik dengan
cara fisik, maupun non fisik. Penganiayaan yang dilakukan biasanya dipicu oleh
rasa kesal majikan terhadap pekerjanya yang seringkali hanya karena alasan sepele.
Kasus penganiayaan ini sudah sering terjadi dan diberitakan , contohnya kasus
penganiayaan perawat di Rumah Sakit Siloam baru-baru ini, kasus penganiayaan
TKW di luar negeri yang kerap memicu pertentangan, kasus pekerja diperkerjakan
non-stop tanpa jeda istirahat, dan tak jarang juga ada sekelompok pekerja yang
dieksploitasi tenaganya selama waktu tertentu tanpa dibayar sepeser pun.
Penganiayaan yang terjadi pada pekerja memiliki dampak buruk di
berbagai hal. Penganiayaan dapat berdampak kepada ekonomi pekerja, apabila
penganiayaan dilakukan secara fisik maka bisa menimbulkan rasa takut hingga
gangguan mental, penganiayaan juga bisa menyebabkan trauma sehingga tidak
sedikit pekerja yang pernah dianiaya tidak ada keinginan untuk bekerja lagi.
Kasus-kasus penganiayaan terhadap tenaga kerja yang sudah beberapa
disebutkan diatas termasuk tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

B. Pendapat Pakar Terhadap Kasus Penganiayaan terhadap Pekerja


Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, menegaskan bahwa
penyiksaan dan penganiayaan dalam bentuk apa pun termasuk kategori
pelanggaran HAM berat. Pengawasan dari lembaga eksternal kementerian
diharapkan membantu agar segala bentuk penyiksaan dan penganiayaan dapat
dihilangkan.
Hal tersebut diatur dalam UU No 5 Tahun 1998 Tentang Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi atau Merendahkan Marabat Manusia.
Yasonna Laoly pun juga mengatakan bahwa, "UUD secara tegas
menyatakan tiap orang di Indonesia berhak bebas dari siksaan dan tindakan tidak
manusiawi. Ketentuan-ketentuan ini jadi dasar bagi kita untuk memperbaiki diri
dari tindakan yang tidak manusiawi. Kita akan melakukan evaluasi dan memberi
pemahaman sehingga tidak menggunakan jalan pintas dengan penyiksaan,"
Kasus penganiayaan terhadap pekerja harus segera ditindak dengan tegas
agar pelaku yang bersangkutan menyadari kesalahannya dan menjadi pelajaran
untuk para pemberi kerja untuk bersikap profesional dalam memperkerjakan
pekerjanya.
BAB III
MAKNA HAK DAN KEWAJIBAN
A. Konsep dan Esensi Hak dan Kewajiban
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia
itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat
kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia oleh karena ia manusia, bukan
karena pemberian manusia, masyarakat atau pemberian Negara. Maka hak asasi
manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau
Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan
dengan Deklarasi PBB yang lahir pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak
Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4. Ketetapan MPR
Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 menjamin bahwa setiap
orang berhak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif. Bahkan Undang Undang
Dasar Neraga RI Tahun 1945 secara lengkap telah menjamin hak asasi manusia dan
juga hak-hak warga negara Indonesia. Hak-hak warga negara yang diatur dalam
Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 merupakan hak-hak konstitusional
seluruh warga negara Republik Indonesia, sedangkan Pemerintah seharusnya
melaksanakan kehendak rakyat termasuk menjamin perlindungan, penegakan dan
pemenuhan hak-hak rakyat yang diatur dalam konstitusi. Dengan kata lain, setiap
hak yang terkait dengan warga negara dengan sendirinya bertimbal balik dengan
kewajiban negara untuk memenuhinya. Artinya, negara berkewajiban dan
bertanggung jawab menjamin agar semua hak dan kebebasan warga negara
dihormati dan dipenuhi sebaik-baiknya. Jaminan perlindungan atas terpenuhinya
hak-hak konstitusional tersebut tentu harus dipahami sebagai hak dari setiap warga
negara tanpa ada diskriminasi apapun.

B. Urgensi Hak dan Kewajiban


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban
untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak
tertentu tidak dapat oleh pihak lain yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
oleh yang berkepentingan . Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut “Teori Korelasi” , ada hubungan timbal balik antara hak dan
kewajiban. Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu
pula sebaliknya. Jika terdapat korelasi itu, hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai
dengannya tidak pantas disebut hak.
Hak dan kewajiban warga negara dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia yang dimulai dari pasal
27 sampai pasal 34. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut bersifat general yang
penjabrannya dituangkan dalam suatu undang-undang.
BAB IV
ANALISIS DAN RELEVANSI
A. Analisis Kasus Penganiayaan terhadap Pekerja dari Sudut Pandang Hak dan
Kewajiban
Baru-baru ini diberitakan penganiayaan seorang ayah dari pasien terhadap
perawat di Rumah Sakit Siloam di Palembang. Penganiayaan ini bermula
seorang perawat bernama lengkap Christina Ramauli Simatupang berniat
melepas selang infus di tangan pasien yang masih balita, saat melepas selang
infus tangan pasien tersebut mengeluarkan darah dan balita tersebut terus
menangis, ayah dari pasien ini kesal lalu menyuruh perawat Christina untuk
meminta maaf kepada keluarganya, ayah dari pasien tersebut juga melakukan
penganiayaan fisik terhadap perawat Christina, yaitu menjambak rambut dan
memukul dibagian tertentu. Selama kejadian terjadi salah satu rekan dari
Christina mencoba melerai hingga akhirnya Christina bisa diamankan dan
diberikan perawatan sesuai keluhan yang ia terima.
Kasus tersebut termasuk penganiayaan terhadap pekerja yang dilakukan
oleh keluarga pasien. Penganiayaan ini dilakukan secara fisik oleh ayah pasien
kepada perawat yang sedang melaksanakan tugasnya.
Ayah dari pasien tersebut akhirnya dilaporkan polisi karena sudah
melanggar Hak Asasi Manusia berupa penganiayaan fisik yang ia lakukan.

B. Relevansi bagi Penegakan HAM di Indonesia


Kasus yang dialami oleh perawat Christina merupakan pelanggaran HAM
karena suduah menerima penganiayaan secara fisik dari pelaku yaitu ayah salah
satu pasien.
Diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yakni: (1) Mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta
7 perlakuan yang sama di hadapan hukum; (2) Mendapatkan hak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan Hak Asasi Manusia; (3) Mendapatkan perlindungan untuk tidak disiksa;
(3) Mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif; dan
(4) Mendapatkan perlindungan untuk saling menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut UU No. 23 Tahun 2004 yaitu bentuk perlindungan yang
diberikan kepada korban perawat Christina, sebagai berikut: (1) Untuk tidak
disiksa; (2) Mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif; (3) Memperoleh infromasi; 4) Mendapatkan perlakuan yang baik; (5)
Mendapatkan upah sesuai dengan perjanjian kerja; (6) Mendapatkan makanan dan
minuman sehat; (7) Mendapatkan waktu istirahat yang cukup; (8) Mendapatkan hak
cuti; dan (9) Mendapatkan kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan agama
yang dianut.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penganiayaan yang dilakukan kepada pekerja dalam bentuk apapun
penting dilakukan penelitian agar tidak terjadi hal yang serupa. Penganiayaan yang
dilakukan dapat berdampak buruk dari sisi pekerja dan juga pemberi kerja.
Penelitiaan penganiayaan pekerja ini dilakukan agar selanjutnya para pemberi kerja
bisa dengan profesional melakukan pekerjaannya dan menghormati hak dan
kewajiban setiap pekerjanya agar terbentuk lingkungan keja yang sehat.
Kasus penganiayaan terhadap pekerja harus segera dihentikan karena
sudah jelas melanggar hak dan kewajiban pekerja sebagai manusia. Pelanggaran
terhadap hak dan kewajiban pekerja menjadi fokus analisis karena hukumnya sudah
tertaung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, sehingga
pelanggarnya dapat diselidiki dan dikenai sanksi agar jera dan agar setiap orang
dapat menghargai setiap pekerjaan dan para pekerja yang sedang bekerja.
Daftar Pustaka
Choirul, D. (2021, April 18). Serikat Pekerja Kesehatan Kecam Penganiayaan terhadap Perawat RS
Siloam. Retrieved from Nasional Okezone:
https://nasional.okezone.com/read/2021/04/18/337/2396451/serikat-pekerja-kesehatan-
kecam-penganiayaan-terhadap-perawat-rs-siloam

Faisol, A. (2021, April 17). Perawat di Palembang Dianiaya, Komnas HAM: Pelaku Memang Harus
Diproses Pidana. Diambil kembali dari Pikiran Rakyat: https://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/pr-011787564/perawat-di-palembang-dianiaya-komnas-ham-pelaku-
memang-harus-diproses-secara-
pidana?utm_source=gnews&utm_medium=gnews&utm_campaign=partner
Gunakaya, A. W. (2017). Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: ANDI.

Herbayu, d. (2020). Harmoni Kewajiban Hak dan Kewajiban Wrga Negara Indonesia dalam
Demokrasi yang Bersumbi pada Kedaulatan Rakyat dan Bersumbu pada Mufakat.

Jumlah Pekerja Informal Lebih Banyak dari Pekerja Formal. Badan Pusat Statistik 2020 .

Tani, T. Q. (2018). Perlindungan Hukum Pidana Terhadap Pekerja Rumah Tangga yang Menjadi
Korban Tindak Pidana Kekerasan . 19.

Tarigan, K. S. (2016, Februari 24). Menkum HAM: Penganiayaan Tahanan oleh Aparat Termasuk
Pelanggaran HAM Berat. Diambil kembali dari detik.news: https://news.detik.com/berita/d-
3149891/menkum-ham-penganiayaan-tahanan-oleh-aparat-termasuk-pelanggaran-ham-
berat

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Dan UndangUndangNo. 26 Tahun
2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Visimedia, 2007.

Anda mungkin juga menyukai