Rangkuman Kimia SMA
Rangkuman Kimia SMA
Lisa Nurlistiani
PRESIDENT WAYS
2/16/2015
materi
Struktur atom & SPU, Ikatan kImIa
1
Konfigurasi elektron :
1s 2s 2p 3s 3p p 6 1 -1 0 +1
4s 3d 4p 5s 4d 5p
6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p
-2 -1 0 +1 +2
d 10 2
[2He] 2s 2p
[10Ne] 3s 3p
[18Ar] 4s 3d 4p f 14 3 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3
[36Kr] 5s 4d 5p
[54Xe] 6s 4f 5d 6p
[86Rn] 7s 5f 6d 7p Menentukan letak unsur dalam Sistem
Periodik Unsur
1. Menentukan Golongan
Kestablilan Orbital d a. Jika konfigurasi elektron berakhir di sub
Orbital d akan stabil jika terisi penuh (10 kulit s / p pasti golongan A
elektron) atau setengah penuh (5 elektron) sx x A
Jika berakhir di s2 d4 harus ditulis s1 d5 py y+2 A
Jika berakhir di s2 d9 harus ditulis s1 d10 b. Jika konfigurasi elektron berakhir di d
pasti golongan B
Ion (n-1)dx nsy Jikax + y = 3 III B
Ion adalah atom-atom yang bermuatan.
Suatu atom akan membentuk ion positif x + y =7 VIIB
(+) jika melepaskan elektron di kulit x + y =8,9,10VIIIB
terluar x + y = 11 IB
Suatu atom akan membentuk ion negatif x + y = 12 IIB
(-) jika menangkap elektron di kulit c. Jika berakhir di 4f golongan
terluar lantanida (VIIIB) dan 5f golongan
aktinida (VIIIB)
Bilangan Kuantum 2. Menentukan Periode : ditentukan oleh
1. Bilangan kuantum utama (n) : nomor kulit terbesar
menyatakan nomor kulit (tingkat energi) 3. Menentukan Blok : ditentukan oleh sub
2. Bilangan kuantum azimuth (l) : kulit paling kanan
menyatakan sub kulit Ingat!!!>>>> Golongan dan periode
3. Bilangan kuantum magnetik (m) : ditentukan dari konfigurasi elektron
menyatatakan bentuk orbital suatu atom netral
Ikatan Kimia
2 0 2 A AX2 Linier sp
LARUTAN
Berdasarkan daya hantar listriknya
Suatu larutan dapat menghantarkan listrik karena larutan tersebut mengandung ion-ion yang dapat
bergerak bebas
KONSEP MOL
A. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel 2. Jika diukur pada kondisi RTP (25oC,
1 atm)
jumlah partikel V(RTP)
mol = mol =
L 24,4
L = bilangan avogadro = 6,02 x 1023 3. Jika diukur bukan pada kondisi STP/RTP
P.V = n.R.T
B. Hubungan Mol dengan Massa
mol =
4. Jika ada dua gas yang dibandingkan
pada suhu dan tekanan (T, P) yang
C. Hubungan Mol dengan Volume Gas sama
1. Jika diukur pada kondisi STP (0oC, 1 n v
atm) =
n v
V(STP)
mol =
22,4
SATUAN KONSENTRASI
gr 1000
M= x
Mr mL larutan
gr 1000 Xt + Xp = 1
m= x
Mr gr
n . ArX massa X
% x = x 100% % x = x 100%
Mr Senyawa massa senyawa
n . ArX massa X
% x = x % Kemurnian % x = x 100%
Mr Senyawa massa senyawa
Keterangan:
n : jumlah atom X dalam senyawa
Contoh:
Sebanyak 10 gram hidrat besi (II) sulfat dipanaskan sehingga semua air kristalnya menguap. Massa
zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram. Bagaimanakah rumus hidrat tersebut?
Penyelesaian:
Selisih massa yang ada adalah massa air kristal
Misal jumlah air kristal adalah x, jadi rumus hidrat itu adalah FeSO4.xH2O
Massa FeSO4.xH2O = 10 gram; massa FeSO4 = 5,47 gram
Maka massa air kristalnya = 10 – 5,47 = 4,53 gram
Sifat koligatif larutan : merupakan suatu sifat yang ditentukan oleh konsentrasi partikel zat terlarut.
Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap jenuh larutan, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku dan tekanan osmotik.
No. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit Elektrolit
1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP) o .
P = Xt . P ΔP = x P
.
P = Xp . Po
P= x P
.
o
P= P - ΔP
2. Kenaikan titik didih (ΔTb) Tb = Kb . m Tb = Kb . m . i
Tb = Tbo + ΔTb
3. Penurunan titik beku (ΔTf) Tf = Kf . m Tf = Kf . m . i
Tf = Tfo – ΔTf
4. Tekanan osmotik ( ) =M.R.T =M.R.T.i
Keterangan :
ΔP : penurunan tekanan uap Tf : titik beku larutan
Po
: tekanan uap pelarut : tekanan osmotik
P : tekanan uap larutan Xt : fraksi mol zat terlarut
ΔTb : kenaikan titik didih Xp : fraksi mol zat pelarut
o
Tb : titik didih pelarut M : molaritas
Tb : titik didih larutan m : molalitas
ΔTf : penurunan titik beku R : 0,082 L. atm /mol . K
Tfo : titik beku pelarut T : suhu = ...oC + 273 = ... K
cair
Keterangan :
i = Faktor Van’t Hoff
n = jumlah ion padat
= derajat ionisasi gas
ToC
Semakin besar jumlah zat terlarut
ΔTf ΔTb
(semakin besar m x i) maka :
1. Tekanan uap dan titik beku semakin kecil
Pelarut
2. Tekanan osmotik dan titik didih semakin
besar Larutan
TATANAMA SENYAWA
1. Tatanama Senyawa Ionik
Senyawa ionik : Logam + Non Logam
a. Logam golongan IA, IIA, IIIA, Ag
Nama Non Logam + ida
Nama Logam +
Nama Ion Poliatomik
H He
Li Be B C N O F Ne
Keterangan :
Na Mg Al Si P S Cl Ar
K Ca Ga Ge As Se Br Kr : Non logam
Rb Sr In Sn Sb Te I Xe : Logam
Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn
Fr Ra
a.Ma.Va = b.Mb.Vb
Keterangan:
a = jumlah ion H+ Va = Volume Asam
b = jumlah ion OH- Vb = Volume basa
Ma = Molartas Asam
Mb = Molaritas Basa
Grafik Titrasi
Titrasi Basa Kuat dan Asam Kuat Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
pH pH
7 pHekivalen = 7 7 pHekivalen = 7
Volume Volume
Asam Kuat (mL) Basa Kuat (mL)
Volume Volume
Basa Kuat (mL) Asam Kuat (mL)
Buffer
[H+] = Ka.
.
[OH-] = Kb.
.
HIDROLISIS GARAM
A. Jenis Garam
Larutan Asam Kuat Asam Lemah
(hidrolisis total)
B. Menghitung pH Garam
1. Garam Asam
[H] = . Mg. x
Mg =
2. Garam Basa
Kw
[OH ] = . Mg. x
Ka
Kw. Ka
[H] =
Kb
Kw. b
[OH] =
Ka
Jika ada soal Asam + Basa harus dibuat reaksinya terlebih dahulu
Asam + Basa Garam + Air (Setarakan)
Mula-mula :
Reaksi :
Sisa :
1. Asam Kuat + Basa Kuat Garam Netral 3. Asam Lemah + Basa Kuat Garam Basa
+ Air + Air
a. Jika semua habis pH = 7 a. Jika basa kuat sisa langkah –
b. Jika asam kuat sisa langkah sama dengan poin 1c
mol Asam Kuat sisa b. Jika semua habis hidrolisis garam
[Asam Kuat] =
volume total basa
= Ma
[H+] = a . Ma pH Kw
[OH] = . Mg. x
c. Jika basa kuat sisa Ka
mol Basa Kuat sisa c. Jika asam lemah sisa buffer asam
[Basa Kuat] = = Mb a
volume total [H] = Ka
g. x
[OH-] = b . Mb pOH
pH = 14 – pOH 4. Asam lemah + Basa Lemah Garam +
Air
2. Asam Kuat + Basa Lemah Garam a. Jika Ka > Kb = garam asam
Asam + Air
Kw. Ka
a. Jika asam kuat sisa langkah – [H] =
Kb
langkah sama dengan poin 1b
b. Jika semua habis hidrolisis garam
b. Jika Ka < Kb = garam basa
asam
Kw. Kb
Kw [OH] =
[H] = . Mg. x Ka
Kb
c. Jika basa lemah sisa buffer basa
b c. Jika Ka = Kb = garam netral pH = 7
[OH] = Kb
g. x
TERMOKIMIA
LAJU REAKSI
A. Persamaan Laju Reaksi 5. Tekanan dan volume
v = k . [A]x . [B]y
Keterangan:
v = laju reaksi (M/detik)
k = tetapan laju reaksi
Ea = energi aktivasi
A, B = pereaksi
x = orde reaksi terhadap A
y = orde reaksi terhadap B
n = x + y = orde reaksi total
ΔH = +
satuan k = M1-n detik-1
ΔH = –
x
c. Orde dua
Laju reaksi merupakan pangkat dua
dari konsentrasi pereaksi
C. Makna Orde Reaksi
a. Orde nol v
Perubahan konsentrasi tidak
berpengaruh pada laju reaksi
v
x
KESETIMBANGAN KIMIA
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan:
1. Konsentrasi
Jika konsentrasi reaktan diperbesar maka reaksi bergeser ke arah produk (kanan)
Jika konsentrasi produk diperbesar maka reaksi bergeser ke arah reaktan (kiri)
2. Perubahan Tekanan dan Volume
Jika tekanan diperbesar maka volume diperkecil kesetimbangan bergeser ke arah yang
jumlah koefesiennya lebih kecil
3. Perubahan suhu
Jika suhu diperbesar maka reaksi kesetimbangan bergeser ke arah endoterm
Jika suhu diperkecil maka reaksi kesetimbangan bergeser ke arah eksoterm
Endoterm
A(g) + B(g) Eksoterm C(g) + D(g) ΔH = +
Menunjukkan harga
ΔH reaksi yang ke
Eksoterm kanan
E(g) + F(g) Endoterm G(g) + H(g) ΔH = -
B. Tetapan Kesetimbangan
α = derajat disosiasi/ionisasi PA =
x P total
Kp = Kc (RT)Δn
R = 0,082
T = suhu = ....oC + 273 = .... K
Δn=Σkoe isien kanan − Σkoe isien kiri (yang dihitung hanya koefisien gas)
Catatan : selama suhu tetap harga Kc dan Kp selalu tetap
4. Hubungan antar Kc
a. Jika reaksi dibalik
1 c. Jika reaksi dibagi dengan n
Kc =
Kc
Kc = Kc
b. Jika reaksi dikalikan dengan n
d. Jika beberapa reaksi ditambah
Kc = (Kc ) Kc = Kc xKc xKc x …
REDOKS
Reaksi reduksi : melepaskan O2 tangkap e- b. Bilangan oksidasi unsur F dalam senyawa
biloks turun selalu -1
c. Jumlah bilangan oksidasi dalam molekul
Reaksi oksidasi : mengikat O2 lepas e- netral = 0
biloks naik d. Jumlah bilangan oksidasi dalam ion
poliatomik = muatan ion poliatomik itu
Reduktor : zat yang mengalami oksidasi e. Bilangan oksidasi logam dalan senyawa
Oksidator : zat yang mengalami reduksi selalu positif (+)
Golongan IA = +1
Aturan Bilangan Oksidasi Golongan IIA = +2
a. Bilangan oksidasi unsur bebas = 0 Golongan IIIA = +3
Tunggal : Fe, Mg, C, Na f. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa
pada umumnya +1
Diatomik : H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2
g. Bilangan oksidasi unsur O dalam senyawa
Tetraatomik : P4 pada umumnya +2
Oktaatomik : S8
SEL ELEKTROKIMIA
1. Sel Volta
Eosel = Eored - Eooks
Suatu reaksi berlangsung spontan jika Eosel berharga positif
Notasi sel volta : .... | .... || .... | ....
Oksidasi reduksi
Deret Volta (Wajib Hafal!):
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn H2O Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
2. Sel Elekrolisis
APEL KARED : anoda positif elektrolisis katoda reduksi
Reaksi-reaksi dalam sel elektrolisis:
Katoda Bergantung jenis kation (ion +)
Hukum faraday I:
e. i. t w = e. F Keterangan :
w= W : massa (gram)
96500
I : arus listrik (ampere)
F : arus listrik (Faraday)
Q : arus listrik (coulomb)
e. Q Ar t : waktu (detik)
w= e=
96500 valensi
Hukum Faraday II:
w w w . valensi w . valensi
= =
e e Ar Ar
KOROSI
Korosi terjadi karena adanya reaksi oksidasi atau karena suatu logam bereaksi dengan air atau
oksigen
Pelapisan Logam
Katoda : logam yang akan dilapisi
Anoda : logam yang digunakan untuk melapisi
Larutan : harus mengandung logam yang untuk melapisi
Logam yang melindungi harus di sebelah kanan logam yang dilindungi dalam deret volta
KIMIA UNSUR
A. Keberadaan Unsur Di Alam
Unsur yang paling banyak di kulit bumi adalah alumunium, silikon, dan oksigen
Unsur non logam yang terdapat bebas di alam : helium, neon, argon, kripton, xenon, radon,
oksigen, nitrogen, belerang, karbon.
Unsur logam yang terdapat bebas di alam : emas, platina, perak, tembaga
B. Mineral Unsur
Kandungan unsur dalam mineral disajikan dalam tabel berikut.
Unsur Mineral Rumus Kimia Unsur Mineral Rumus Kimia
Sc Thortveitite Sc2Si2O K Karnalit KCl.MgCl2.6H2O
Ti Rutil TiO2 Na Sendawa chili NaNO3
Ilmenit FeTiO3 Kriolit Na3AlF6
V Vanadit Pb3(VO4)2 Si Kuarsa SiO2
Cr Kromit FeCr2O4 Al Bauksit Al2O3.nH2O
Kriolit Na3AlF6
Mn Pirolusit MnO2 Mg Magnesit MgCO3
Kiserit MgSO4.H2O
Epsomit MgSO4.7H2O
Fe Hematit Fe2O3 Ca Dolomit CaCO3.MgCO3
Magnetit Fe3O4 Gibs CaSO4
Limonit Fe2O3.H2O
Siderit FeCO3
Pirit FeS2
Co Kobaltit CoAsS Sr Stronsianit SrCO3
Smaltit CoAs2 Selesit SrSO4
Ni Pentlandite (FeNi)S Ba Barit BaS4
Garnerit H2(NiMg)SiO4.2H2O
Cu Kalkopirit CuFeS2 Se Kruksit -
Malasit Cu2(OH)2CO3 klausthalit -
Kalkosit Cu2S
Zn Seng blende/sphalerite ZnS Pb Galena PbS
Calamine ZnCO3 Kerusit PbCO3
7. Unsur radioaktif
Unsur radioaktif memiliki inti yang tidak stabil
Sifat – sifat sinar radioaktif :
Dapat menembus kertas atau lempengan logam tipis
Dapat dibelokkan oleh medan listrik ataupun medan magnet
Dapat mengionkan gas
Urutan daya tembus sinar α < β < γ
Dapat menghitamkan pelat film
Menyebabkan benda – benda belapis ZnS dapat berpendar (fluoresensi)
Dapat diuraikan oleh medan magnet menjadi tiga berkas sinar, yaitu sinar α, β, γ
Penggunaan Radioisotop
Radioisotop Penggunaan
I – 131 Untuk diagnosis penyakit gondok
Na – 24 Untuk mengetahui penyumbatan darah pada urat
Untuk mengetahui debit air dan gerak lumpur
Untuk mengatahui kebocoran pipa bawah tanah
C – 14 Untuk menentukan umur fosil
Untuk mempelajari peristiwa fotosintesis
P – 32 Untuk mempelajari cara pemupukan yang tepat
O – 18 Untuk mempelajari mekanisme reaksi esterifikasi
Co – 60 Untuk terapi penyakit kanker
Fe – 59 Untuk mempelajari pembentukan sel darah merah
U - 235 Pembangkit listrik tenaga nuklir
8. Ion Kompleks
Ion kompleks terbentuk dari kation tunggal yang terikat dengan ligan. Ligan dapat berupa anion
atau molekul netral yang berfungsi menyediakan pasangan elektron bebas.
Tabel beberapa ligan dan muatannya :
Netral Muatan -1 Muatan -2
H2O = aqua X- (F- = fluoro, Cl- = kloro, CO32- = karbonato
Br- = bromo, I- = iodo)
NH3 = amin OH- = hidrokso C2O42- = oksalato
-
NO = nitrosil NO2 = nitro SO42- = sulfato
-
CO = karbonil CN = siano S2O32- = tiosulfato
Ion Komples - Jumlah ligan + nama ligan + nama atom pusat + at + (muatan)
B. Yunani Angka Romawi
Kegunaan Unsur
1. Alkali c. Kalium
a. Natrium KCl dan K2SO4 digunakan untuk pupuk
- Sebagai agen pereduksi KNO3 digunakan sebagai bahan
- Bahan pembuat TEL (tetra ethyl lead) peledak
- Cairan pendingin pada reactor atom d. Cesium dan Rubidium
- Penerang jalan raya Logam Cs dan Rb digunakan sebagai
- Digunakan sebagai garam dapur dan katode pada lampu-lampu elektronik
bahan baku pembuat klorin (NaCl),
industri sabun detergen, plastik, dan 2. Kegunaan Alkali Tanah
kertas (NaOH), kaca dan sabun - Berilium digunakan untuk membuat
(Na2CO3), serta pengembang adonan logam campuran dan jendela sinar-X
kue (NaHCO3 atau soda kue) - Magnesium dan senyawanya
b. Litium digunakan untuk membuat logam
Digunakan sebagai paduan logam campuran, kembang api, lampu blitz,
(alloy) dengan aluminium dan melapisi tanur dalam pembakaran
magnesium, serta anode pada baterai semen, serta bahan obat mag
A. Jenis-Jenis Koloid
Fase Fase
Nama Koloid Contoh
terdispersi pendispersi
Padat Padat Sol padat Kuningan, stainlesteel
Padat Cair Sol cair Sol emas sol belerang, tinta, cat
Padat Gas Sol gas (aeorosol padat) Asap (smoke), debu di udara
Cair Padat Emulsi padat Jeli, mutiara
Cair Cair Emulsi cair Susu, santan, minyak ikan
Cair Gas Emulsi gas (aerosol cair) Kabut (fog) dan awan
Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung,
sterofoam
Gas Cair Buih cair Buih sabun, krim kocok
B. Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall : Efek penghamburan cahaya dari partikel koloid yang terkena sinar
Contoh :
Sorot lampu mobil pada malam yan berkabut
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap / berdebu
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon – pohon pada pagi hari yang berkabut
2. Gerak Brown : Gerak zig-zag dari partikel kolid akibat tumbukan antara partikel koloid
dengan medium pendispersi.
3. Adsorpsi : Penyerapan ion-ion atau partikel kecil di permukaan koloid
Pemutihan gula debu
Cara kerja obat norit
Penjernihan air
4. Koagulasi :Penggumpalan akibat koloid terlucuti muatannya oleh suatu zat elektrolit
Pembentukan delta di muara sungai
Karet dalam lateks digumpalkan dengan asam format
5. Elektroforesis :Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
Contoh :
Identifikasi DNA
Penyaringan debu pabrik dengan alat cottrel
6. Dialisis :Permunian koloid dari ion-ion yang mengganggu kestablilan koloid menggunakan
membran semipermiabel
Contoh :
Proses cuci darah
7. Kolid pelindung : Koloid yang ditambahkan pada suatu zat untuk melindungi sifat suatu zat
Contoh :
Pemberian gelatin dalm ice cream
C. Pembuatan koloid
1. Cara kondensasi, yaitu pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan sejati
yang berupa ion atau molekul menjadi partikel koloid.
a. Cara Reaksi Redoks
b. Cara hidrolisis
c. Cara dekomposisi rangkap
d. Cara penggantian pelarut
2. Cara dispersi,yaitu pembuatan koloid dari partikel-partikel kasar menjadi partikel halus
a. Cara mekanik
b. Cara peptsasi
c. Cara busur bredig
SENYAWA KARBON
Tabel Gugus fungsi senyawa karbon yang mengandung oksigen
X Y [O] [O]
| | R – CH2 – OH R – CHO R – COOH
R – C = C – R’ + X – Y R – C – C – R’
| | | | Alkohol sekunder dioksidasi menghasilkan
H H H H keton
Alkena alkana
OH O
I [O] II [O]
Hukum Markovnikov
Atom H dari asam halida ditangkap oleh atom C R – CH – R’ R – C – R’ tidak dapat
berikatan rangkap yang mengandung atom H dioksidasi
lebih banyak
Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi
Reaksi Esterifikasi OH
Esterifikasi I [O]
R – C – R’ tidak dapat dioksidasi
Asam karboksilat + alkohol ester + air
I
Hidrolisis R
H2SO4
Alkohol Alkena + H2O
180oC
Keisomeran
Keisomeran senyawa turunan alkana terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Keisomeran struktur 2. Keisomeran ruang
a. Kerangka (berbeda rantai induk) a. Geometri (cis – trans)
b. Posisi (berbeda letak gugus fungsi) b. Optis (memiliki atom C kiral yaitu atom C
c. Fungsi (alkohol dengan eter, aldehid yang keempat tangannya mengikat gugus
dengan keton, asam karboksilat dengan yang berbeda)
ester)
Ciri senyawa organik :
a. Titik leleh/didih rendah
b. Ikatannya kovalen
c. Sukar larut dalam air
d. Mudah larut dalam pelarut organik (non polar)
a. Polimer Alam
Polimer Monomer Polimerisasi Sumber
Karet Alam Isoprena Adisi Getah pohon karet
Selulosa Glukosa Kondensasi Kayu
Amilum Glukosa Kondensasi Beras, gandum
Protein Asam Amino Kondensasi Wol, sutera
Asam Nukleat Nukleotida Kondensasi DNA, RNA
b. Polimer Sintetis
Polimer Monomer Polimerisasi Kegunaan
Polipropilena Propena Adisi Tali plastik, botol plastik
PVC Vinil Chlorida Adisi Pipa pralon
Teflon Tetrafloroeten Adisi Panci anti lengket
Polietilena Etilena Adisi Plastik
Nilon Asam adipat dan heksametilen diamin Kondensasi Tekstil
Tetoron Asam tereftalat dan etanadiol Kondensasi Tekstil
Pembentukan Polimer
n CH2 = CH + n CH2 = CH – CH2 – CH – CH2 – CH –
Cl Cl Cl Cl
Vinil Klorida Vinil Klorida Polivinil Klorida (PVC)
O O O O
OH OH HO OH
Glikol Asam tereftalat dacron
O O
HO – C C – OH + HO – CH2 – CH2 – OH
Asam tereftalat etanadiol (glikol)
O O O O
O O H
O O H
– C – (CH2)4 – C – N – (CH2)6 – N– + H2 O
nilon
C C + C C
CH3 H CH3 H
2 – metil – 1,3 - butadiena
H2C CH2 H2C CH2
C C C C
CH3 H CH3 H
Poli-isoprena (karet alam)
CN CN
akrionitril poliakrionitril
O O O R O
H || H || H || H | ||
R – C – C – OH + R – C – C – OH R – C – C – N – CH – C – OH
| | |
NH2 NH2 NH2
OH H OH OH OH
CH2 CH2 CH2 CH2
+ O=C
– H2O
H CH2 CH2
Fenol Formaldehid
CH2 CH2 CH2 CH2
Bakelit
Karbohidrat
Monosakarida Disakarida Polisakarida
Uji + terhadap Uji + terhadap
Glukosa Laktosa Glukosa + Galaktosa
pereksi fehlling pereksi fehlling
Selulosa,
Uji + terhadap
Fruktosa Sukrosa Glukosa + fruktosa glikogen,
pereksi fehlling
amilum, dsb.
Uji + terhadap Uji + terhadap
Galaktosa Maltosa Glukosa + Glukosa
pereksi fehlling pereksi fehlling
Ikatan Peptida
H O
| ||
–C – C –
Jika atom H pada benzena mengalami substitusi, maka terdapat tiga isomer yaitu: orto, meta, para
Urutan prioritas penomoran jika terdapat lebih dari satu jenis subtituen:
-COOH; -SO3H; -CHO; -CN; -OH; -NH2; -R (alkil); -NO2;-X (halogen)
COOH
OH
Asam – o - hidroksibenzoat
2. Nitrasi: benzena bereaksi dengan HNO3 pekat dengan katalisator asam sulfat pekat membentuk
nitrobenzena
H H2SO4 NO2
+ HNO3 + H2O
3. Sulfonasi : reaksi ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat
H SO3H
+ H2SO4 + H2O
4. Alkilasi : alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil halida dengan katalisator
AlCl3
H AlCl3 CH3
+ CH3Cl + HCl