Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian harga diri rendah pasien gangguan
jiwa
Fitri Wijayati 1*, Titin Nasir2, Indriono Hadi3, Akhmad4 1Jurusan Keperawatan, Poltekkes
Kemenkes Kendari, Indonesia: wijayatifitri993@gmail.com 2Jurusan Keperawatan, STIKes
Mandala Waluya, Indonesia 3Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
4
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
*(Korespondensi e-mail: wijayatifitri993@gmail.com)
ABSTRAK
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan lemah,
tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan
tidak memadai. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan rendahnya harga diri pasien jiwa di RS Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan cross
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah di RSJ Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 171 orang. Jumlah sampel 63
orang, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, uji statistik yang
digunakan adalah uji chi square dan phi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan kejadian harga diri rendah adalah riwayat penganiayaan fisik,
kehilangan orang terdekat, penolakan keluarga, dan kegagalan berulang. Disarankan bagi
institusi RS Jiwa yang memberikan edukasi tentang pentingnya keluarga klien untuk
memberikan dukungan dan kalimat pujian klien yang memiliki harga diri rendah untuk
mengembalikan kepercayaan klien yang hilang.
Kata kunci: Harga diri rendah, Aniaya fisik, Kehilangan, Penolakan keluarga, Kegagalan
berulang
Abstract
Low self-esteem is a negative self-evaluations that associated with feelings of being weak,
helpless, hopeless, frightened, vulnerable, fragile, incomplete, worthless, and inadequate. The
research objective was to determine the factors that associated with low self-esteem incidence
of mental patients in mental hospital Southeast Sulawesi province in 2015. This type of
research is analytic using cross sectional. The study population was all mental patients with
low self-esteem in RSJ southeast Sulawesi province in 2015 the number of 171 people. A
sample of 63 people, the sampling technique is purposive sampling, statistical test used was
chi square test and phi. The results showed that the variables associated with the incidence of
low self-esteem is a history of persecution physical, the loss of a nearby, family rejection, and
repeated failure. Suggested for mental hospital institution providing education on the
importance of the client’s family to provide supports and praise sentences clients who have
low self-esteem to restore confidence lost clients.
Keywords: Low self-esteem, Physical persecution, Loss of others, Family rejection,
Repeated failure
224
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
225
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
Harga diri rendah merupakan suatu dengan atau tanpa menggunakan benda –
kesedihan atau perasaan duka benda tertentu, yang menimbulkan luka –
berkepanjangan. Harga diri rendah adalah luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk
emosi normal manusia, tapi secara klinis luka dapat berupa lecet atau memar akibat
dapat bermakna patologik apabila persentuhan, atau kekerasan benda tumpul,
mengganggu perilaku sehari – hari, menjadi seperti bekas gigitan,cubitan, ikat pinggang,
pervasive dan muncul bersama penyakit atau rotan. Trauma dengan kejadian ini
lain. Harga diri rendah terkait dengan menyebabkan seseorang tidak percaya diri
hubungan interpersonal yang buruk yang (Doolen, Giddings, Johnson, de Nathan, &
beresiko mengalami depresi dan Badia, 2014; Suerni, Keliat, & CD, 2013;
schizophrenia. Harga diri rendah di Varcarolis, 2016).
gambarkan sebagai perasaan negatif
Keluarga sebagai sebuah kelompok
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
yang dapat menimbulkan, mencegah atau
rasa percaya diri dan harga diri. Harga diri
memperbaiki masalah kesehatan yang dalam
rendah dapat terjadi secara situasional atau
hal ini adalah gangguan jiwa yang ada dalam
kronis. Harga diri rendah kronis adalah
kelompoknya sendiri, oleh karena itu
evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
keluarga merupakan sistem yang terutama
kemampuan diri yang negatif dan di
sebagai pendukung bagi klien setelah pulang
pertahankan dalam waktu yang lama. Harga
dari rumah sakit jiwa. Maka dukungan
diri rendah merupakan perasaan over negatif
keluarga dan lingkungan menjadi faktor yang
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan
penting. Sayangnya masyarakat sendiri justru
diri dan gagal mencapai tujuan yang di
mengasingkan keberadaan penderita
ekspresikan secara langsung maupun secara
gangguan jiwa sehingga hal ini turut
tidak langsung melalui tingkat kecemasan
mempengaruhi sikap kelurga yang menolak
yang sedang sampai berat (Deans &
kembali kehadiran kelurga yang mengalami
Meocevic, 2006; Stuart, 2014).
gangguan jiwa, bahkan gangguan jiwa di
Ciri khas dari gangguan harga diri anggap sebagai penyakit yang membawa aib
rendah dapat di gambarkan sebagai perasaan bagi keluarga sehingga di putuskan untuk di
negatif terhadap diri sendiri termasuk buang oleh keluarganya sendiri, akhirnya
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga faktor lingkungan dalam keluarga justru tidak
diri rendah merupakan suatu masalah utama mendukung kesembuhan pasien (Suerni et al.,
untuk kebanyakan orang dan dapat di 2013; Taylor, 2008).
ekspresikan dalam tingkat dalam tingkat
.Selain hal tersebut, kehilangan adalah
kecemasan yang tinggi. Termasuk di dalam
suatu keadaan individu yang berpisah dengan
harga diri rendah ini evaluasi diri yang
sesuatu yang sebelumnya ada kemudian
negatif dan bandingkan dengan perasaan
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
lemah tidak tertolong, tidak ada harapan,
keseluruhan. Dampak dari kehilangan
ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak
menyebabkan seseorang merasa tidak ada
sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat
yang memperhatikan lagi, hal ini dapat
(Deans & Meocevic, 2006; Stuart, 2014).
mengakibatkan ketidak berdayaan dan
Harga diri rendah pada orang dengan seseorang memilih untuk menyendiri atau
gangguan jiwa biasanya di sebabkan oleh tidak percaya di lingkungan masyarakat .
kegagalan yang berulang, pernah mengalami (Potter & Perry, 2005; Taylor, 2008).
pengucilan dan aniaya fisik, penolakan
Faktor kegagalan yang berulang juga
keluarga, kehilangan kemampuan, kehilangan
menyebabkan seseorang juga mengalami
anggota tubuh dan kehilangan orang
gangguan psikologis. Orang yang
tersayang (Stuart &Laraia,2008). Kekerasan
mengalami kegagalan cenderung
secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan
mengambil sikap negatif terhadap suatu
dan penganiayaan terhadap anak,
keadaan dan mengharapkan yang terburuk
226
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
akan terjadi. Bila mereka di tuntut untuk rentang umur terbanyak adalah 47-52 tahun
mengadakan penyesuaian diri, maka (42,9%), dan terkecil adalah 41-46 tahun
mereka cenderung kurang berhasil, karena (19,0%). Adapun untuk tingkat pendidikan,
tidak dapat fleksibel di bandingkan mereka yang tertinggi adalah SD (27,0%) dan
yang kurang cemas hingga dapat beralih Sarjana (22,2%).
dari satu taktik ke taktik yang lain (Taylor, Tabel 1. Karakteristik setiap variabel
2008; M. C. Townsend, 2013). Variabel N %
METODE Kejadian HDR
HDR 34 54
Desain yang digunakan adalah cross Tidak HDR 29 46
sectional study, dengan jumlah sampel Riwayat aniaya fisik
sebanyak 63 orang pasien gangguan jiwa, Ya 36 57,1
yang diambil melalui teknik purposive Tidak 27 42,9
sampling. Data dikumpulkan dengan Kehilangan orang terdekat
menggunakan lembar kuesioner lalu Ya 35 55,6
dianalisis dengan uji Chi Square. Penelitian Tidak 28 44,4
ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus Penolakan keluarga
s.d 15 September 2016 di Ruang Rawat Ya 40 63,5
Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tidak 23 36,5
Tenggara. Sumber data: olahan statistik data penelitian
kehidupan. Harga diri tinggi atau rendah merupakan suatu keyakinan bahwa “tak ada
terkait dengan pengalaman seumur hidup seorang pun yang mampu melakukan
seseorang, seperti yang terkait dengan kasih sesuatu”. Teori ini menunjukkan bahwa
sayang, cinta, penghargaan, kesuksesan atau bukan hanya rasa trauma yang mencetuskan
kegagalan. Harga diri yang positif adalah kejadian stress dan depresi, melainkan
fundamental bagi seseorang untuk keyakinan bahwa seseorang tidak
mengembangkan kemampuan maksimal memiliki kontrol atas hal-hal penting
mereka sejak usia paling dini (Bean & dalam hidup dan karenanya menahan
Northrup, 2009; Martínez, Roselló, & Toro- diri terhadap respon adaptif (Hadi,
Alfonso, 2016; Souza et al., 2010). Wijayanti, Devianti, & Rosyanti, 2017; M.
C. Townsend, 2013).
Harga diri yang rendah secara
Townsend (2013) menambahkan
konsisten ditemukan terjadi pada beberapa
gangguan kejiwaan. Termasuk gangguan bahwa ketidakberdayaan merupakan hal
depresi mayor, gangguan makan, gangguan yang dipelajari terkait dengan seringnya
kecemasan, dan penyalahgunaan alkohol seseorang mengalami kegagalan, sehingga
dan obat-obatan. Contohnya pasien dengan depresi terjadi karena mereka belajar
gangguan depresi mayor disebabkan bahwa apapun yang dilakukan pasti gagal.
rendahnya atau harga diri yang rendah Berdasarkan hal tersebut, seseorang dengan
(Silverstone & Salsali, 2003) depresi cenderung merasa tidak berdaya
dan putus asa (M. C. Townsend, 2013).
Hubungan Riwayat Aniaya Fisik dengan
Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Menurut asumsi peneliti bahwa klien
Gangguan Jiwa yang mengalami trauma fisik, Pada
mulanya merasa tidak aman dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berhubungan dengan orang lain, karena
bahwa dari 36 responden yang mengalami
kurangnya mekanisme koping adaptif pada
riwayat aniaya fisik, yang menderita harga
diri klien maka menyebabkan klien merasa
diri rendah sebanyak 24 responden
tidak berharga lagi. Klien semakin tidak
(38,09%) (Tabel 1). Hasil uji Chi Square
dapat melibatkan diri dalam situasi yang
menunjukkan bahwa ada hubungan lemah
baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
antara riwayat aniaya fisik dengan kejadian
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan
harga diri rendah pasien gangguan jiwa.
dan menyulitkan sehingga rasa aman itu
Artinya bahwa pasien yang mengalami
tidak tercapai. Oleh karena itu, klien yang
harga diri rendah cenderung terjadi pada
mengalami faktor trauma fisik memerlukan
seseorang yang pernah mengalami riwayat
penanganan psikologis yang serius (Keliat,
aniaya fisik (Tabel 2).
Panjaitan, & Helena, 2006).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Hubungan Kehilangan Orang Terdekat
pendapat yang dikemukakan bahwa stresor
dengan Kejadian Harga Diri Rendah
pencetus berasal dari sumber internal atau
Pasien Gangguan Jiwa
eksternal antara lain trauma yang dialami
klien seperti penganiayaan seksual dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
psikologis atau menyaksikan peristiwa yang dari 35 responden yang mengalami
mengancam kehidupan (MULYONO, 2013; kehilangan orang terdekat, yang menderita
Stuart, 2014; Thompson & Binder- harga diri rendah sebanyak 25 responden
Macleod, 2006). (39,68%) (Tabel 1). Hasil uji Chi Square
menunjukkan ada hubungan lemah antara
Adanya aniaya fisik menunjukan
kehilangan orang terdekat dengan kejadian
adanya rasa tidak berdaya.
harga diri rendah pasien gangguan jiwa
Ketidakberdayaan merupakan suatu
(Tabel 2).
keyakinan bahwa “tak ada seorang pun yang
akan membantu”, sedangkan keputusasaan
228
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
229
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
Dengan gangguan harga diri yang tekanan dan kognisi, perilaku, dan / atau
rendah seseorang akan menghadapi suasana pengaruh negatif dari orang tua yang
hati dan ingatan tentang masa lalu yang depresi. Faktor-faktor ini diasumsikan
negatif dan lebih rentan mengalami depresi menciptakan kerentanan tertentu pada anak
ketika menghadapi stress, secara fisiologis termasuk harga diri yang rendah yang dapat
Stres menyebabkan pelepasan hormon berkontribusi pada depresi. Satu studi
corticotrophin-releasing (CRH) dari menunjukkan bahwa kontrol psikologis
hipotalamus dan mengaktifkan Adreno pada ibu yang depresi dikaitkan dengan
corticotrophic hormon (ACTH) di hipofisis gejala depresi pada keturunannya. Studi lain
anterior. ACTH menuju ke korteks adrenal menemukan bahwa depresi ibu sebagian
dan merangsang produksi kortisol. Kortisol memprediksi harga diri keturunan, yang
memiliki kemampuan merangsang reseptor pada gilirannya memprediksi depresi
mineralkortikoid dibandingkan reseptor keturunan (Garber & Cole, 2010; Goodman
glukokortikoid (GR). Kompleks & Gotlib, 2002; Ranøyen et al., 2015)
Glukokortikoid dan mineralokortikoid
Hawari (2009), mengungkapkan salah
meningkatkan aktivitas kompleks, dan
satu kendala dalam upaya penyembuhan
kompleks GR-kortisol akan mengikat CRH
pasien gangguan jiwa adalah pengetahuan
dan ACTH untuk mengatur produksi
masyarakat dan keluarga. Keluarga dan
kortisol. selama stres umpan balik negatif
masyarakat menganggap gangguan jiwa
dari kortisol sangat penting dalam menjaga
penyakit yang memalukan dan membawa
homeostasis (Rosyanti, Devianti, Hadi, &
aib bagi keluarga. sehingga tidak jarang
Syahrianti, 2017).
masyarakat berperilaku tidak
Sistem biologis seperti HPA-aksis dan menyenangkan kepada keluarga penderita
respon inflamasi dapat berpengaruh pada gangguan jiwa baik secara perkataan
patogenesis depresi, yang banyak maupun perbuatan langsung yang ditujukan
menyebabkan harga diri rendah. Disfungsi kepada keluarga maupun penderita
sistem tersebut merupakan bagian dari gangguan jiwa sehingga berpotensi
aktivasi mekanisme yang berhubungan menyebabkan individu tersebut memiliki
dengan stres. Pada pasien jiwa yang harga diri rendah (Hawari, 2009; Rinaldi
mengalamai harga diri rendah perlunya Eka Saputra, 2019).
sebuah pendekatan pskoreligius Manifestasi dari penolakan keluarga
membangkitkan rasa percaya diri (self- dalam penelitian ini berupa keluarga jarang
confident) dan rasa optimisme. Dua hal ini menjenguk pasien selama dirawat di rumah
(rasa percaya diri dan rasa optimisme) sakit, di rumah disediakan ruangan
penting bagi penyembuhan dan tersendiri bagi klien, jarang diantar berobat
meningkatkan kembali kepercayaan dirinya ke rumah sakit jika kambuh. Hal ini sangat
sebagai bagian terapi meningkatkan harga bertentangan dengan prinsip dukungan
dirinya (Rosyanti et al., 2017; Rosyanti, keluarga bahwa dukungan keluarga adalah
Hadju, Hadi, & Syahrianti, 2018). suatu dukungan yang bermanfaat bagi
Peran harga diri dalam perspektif individu yang diperoleh dari keluarganya
keluarga dapat dijelaskan dengan model dimana keluarga memperhatikan,
perkembangan yang merinci mekanisme menghargai dan mencintainya (Hawari,
yang terlibat dalam transmisi depresi 2009; Montgomery, 2011; Stuart, 2014;
antargenerasi. Menurut teori ini, anak-anak Thompson & Binder-Macleod, 2006).
dari ibu yang depresi mewarisi (Stuart, 2014), menyatakan bahwa
kecenderungan genetik ke arah depresi dan faktor predisposisi dari harga diri rendah
dilahirkan dengan regulasi saraf yang tidak antara lain disebabkan oleh penolakan orang
berfungsi. Selain itu, anak-anak terpapar tua yang dapat membuat anak menjadi tidak
pada lingkungan keluarga yang penuh yakin terhadap dirinya sendiri, akibat merasa
230
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
tidak dicintai sehingga anak gagal untuk Harga diri rendah adalah perasaan tidak
mencintai diri mereka sendiri, dan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
mampu menjangkau cinta terhadap orang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
lain (Hawari, 2009; Rinaldi Eka Saputra, terhadap diri sendiri dan kemampuan diri,
2019; Stuart, 2014). dan sering disertai dengan kurangnya
Harga diri yang rendah juga dikaitkan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan
dengan depresi, keputusasaan, dan stigma
yang dirasakan tinggi, tetapi tidak dengan bicara lebih banyak menunduk, berbicara
derajat gejala psikotik. Mengakui diri lambat dan nada suara lemah (HALIFAH,
sendiri sebagai orang yang kompeten dan 2016; Keliat et al., 2006).
layak memberikan penerimaan diri, harga Terdapat hubungan kompleks antara
diri dan kepuasan hidup. Harga diri yang harga diri dan stres psikososial. Harga diri
tinggi memungkinkan individu untuk rendah, setidaknya sebagian, terkait dengan
mengatasi kesulitan dan peristiwa keadaan sosial yang merugikan seperti
kehidupan yang penuh tekanan, dan pengangguran dan tekanan hidup seperti
melindungi dari perilaku bunuh diri dengan perceraian. Berbagai penelitian melaporkan
mengurangi kerentanan terhadap depresi bahwa interaksi negatif dengan anggota
(Sharaf, Thompson, & Walsh, 2009). keluarga, kurangnya hubungan dekat yang
Pasien dengan harga diri rendah saling percaya, dan kehilangan ibu lebih
mungkin juga mengalami depresi komorbid, awal atau pola asuh yang tidak memadai
yang merupakan faktor risiko bunuh diri dikaitkan dengan harga diri yang lebih
yang sangat terkenal. Harga diri yang rendah (Salsali & Silverstone, 2003;
rendah dan depresi dapat secara mandiri Silverstone & Salsali, 2003).
meningkatkan risiko bunuh diri pada pasien Kegagalan berulang pada pasien harga
psikiatri (Kim et al., 2011). diri rendah, memerlukan peran keluarga.
Hubungan Kegagalan Berulang salah satunya adalah Family
dengan Kejadian Harga Diri Rendah Psychoeducation Therapy secara bermakna
Pasien Gangguan Jiwa dalam menurunkan beban keluarga dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merawat klien. Keluarga perlu
dari 39 responden yang mengalami diberdayakan untuk membantu mengatasi
kegagalan berulang, yang menderita harga masalah anggota keluarganya dengan
diri rendah sebanyak 28 orang (44,44%). dibekali pengetahuan cara merawat melalui
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tindakan keperawatan pada keluarga,
ada hubungan antara kegagalan yang terutama padakegagalan yang berulang
berulang dengan kejadian harga diri rendah (Suerni et al., 2013).
pasien gangguan jiwa (Tabel 2).
Pasien dengan harga diri rendah
Stigma terhadap penyakit jiwa terjadi beresiko muncul masalah gangguan jiwa lain
pada semua umur, agama, suku atau status apabila tidak segera diberikan terapi dengan
sosial ekonomi. Demikian pula, stigma diri benar, karena pasien dengan harga diri rendah
di antara pasien psikiatri juga lazim di cenderung mengurung diri dan menyendiri,
seluruh dunia. Konsekuensi dari stigma diri kebiasaan ini akan memicu munculnya
adalah harga diri yang rendah, peningkatan masalah isolasi sosial. Isolasi sosial
keparahan gejala, kepatuhan pengobatan menyebabkan pasien tidak dapat memusatkan
yang rendah, peningkatan tingkat bunuh diri perhatian yang menyebabkan suara atau
dan penurunan kualitas hidup (Maharjan & bisikan muncul sehingga menimbulkan
Panthee, 2019). masalah halusinasi, masalah lain yang
kemudian terjadi adalah resiko perilaku
kekerasan, rasa tidak terima tentang
231
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
232
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
Hadi, I., Wijayanti, F., Usman, R. D., & síntomas de depresión. Revista
Rosyanti, L. (2017). Gangguan Puertorriqueña de Psicología, 21(1),
Depresi Mayor: Mini Review. 35-61.
Health Information: Jurnal Montgomery, S. A. (2011). Handbook of
Penelitian, 9(1), 34-49. generalised anxiety disorder:
HALIFAH, E. N. (2016). ASUHAN Springer Science & Business Media.
KEPERAWATAN PADA SDR. A MULYONO, A. (2013). Asuhan
DENGAN GANGGUAN KONSEP Keperawatan Pada Tn. S Dengan
DIRI: HARGA DIRI RENDAH Harga Diri Rendah Di Ruang
DIRUANG BIMA RUMAH SAKIT Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah
UMUM DAERAH BANYUMAS. Surakarta. Universitas
UNIVERSITAS Muhammadiyah Surakarta.
MUHAMMADIYAH Orth, U., & Robins, R. W. (2013).
PURWOKERTO. Understanding the link between low
Hawari, D. (2009). Psikometri alat ukur self-esteem and depression. Current
(skala) kesehatan jiwa. Jakarta: directions in psychological science,
Fakultas Kedokteran Universitas 22(6), 455-460.
Indonesia. Orth, U., Robins, R. W., & Widaman, K. F.
Henriksen, I. O., Ranøyen, I., Indredavik, M. (2012). Life-span development of
S., & Stenseng, F. (2017). The role of self-esteem and its effects on
self-esteem in the development of important life outcomes. Journal of
psychiatric problems: a three-year personality and social psychology,
prospective study in a clinical sample 102(6), 1271.
of adolescents. Child and adolescent Pambudiarto, A. A., Widodo, A., Kep, A.,
psychiatry and mental health, 11, 68- Zulaicha, E., & Kp, S. (2012).
68. doi: 10.1186/s13034-017-0207-y Gambaran Konsep Diri: Harga Diri
Keliat, B. A., Panjaitan, R. U., & Helena, N. Pada Klien Dengan Amputasi di
(2006). Proses keperawatan Wilayah Karesidenan Surakarta.
kesehatan jiwa. Cetakan I, EGC, Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Surakarta.
Kim, S.-W., Stewart, R., Kim, J.-M., Shin, Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).
I.-S., Yoon, J.-S., Jung, S.-W., . . . Fundamentals of nursing: Mosby.
Jun, T.-Y. (2011). Relationship Ranøyen, I., Stenseng, F., Klöckner, C. A.,
between a history of a suicide Wallander, J., & Jozefiak, T. (2015).
attempt and treatment outcomes in Familial aggregation of anxiety and
patients with depression. Journal of depression in the community: the
clinical psychopharmacology, 31(4), role of adolescents' self-esteem and
449-456. physical activity level (the HUNT
Maharjan, S., & Panthee, B. (2019). Study). BMC public health, 15, 78-
Prevalence of self-stigma and its 78. doi: 10.1186/s12889-015-1431-
association with self-esteem among 0 Rinaldi Eka Saputra, S. (2019).
psychiatric patients in a Nepalese PEMIKIRAN DADANG HAWARI
teaching hospital: a cross-sectional TENTANG PSIKOTERAPI ISLAM
study. BMC psychiatry, 19(1), 347. DALAM PENANGGULANGAN
doi: 10.1186/s12888-019-2344-8 KORBAN PENYALAHGUNAAN
Martínez, B. I. V., Roselló, J., & Toro- NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
Alfonso, J. (2016). Autoestima y ZATADIKTIFDAN
juventud puertorriqueña: Eficacia de RELEVANSINYA DENGAN
un modelo de intervención para PENGEMBANGAN
mejorar la autoestima y disminuir los
233
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
234
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP p-ISSN: 2083-0840|e-ISSN: 2622-5905
Volume 12, Nomor 2, Desember 2020
235