Anda di halaman 1dari 25

Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba

(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

PERAN HARGA DIRI TERHADAP ASERTIVITAS REMAJA


PENYALAHGUNA NARKOBA (PENELITIAN PADA REMAJA
PENYALAHGUNA NARKOBA DI TEMPAT-TEMPAT
REHABILITASI PENYALAHGUNA NARKOBA)

Maharsi Anindyajati, Citra Melisa Karima


Dosen Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta maharsi@yahoo.com

ABSTRAK
Narkoba masih menjadi suatu masalah yang belum dapat sepenuhnya diatasi. Data statistik
menunjukkan penyalahguna narkoba didominasi oleh remaja. Individu yang berada pada tahap
perkembangan tersebut cenderung lebih rentan terhadap pengaruh negatif lingkungannya dan
belum memiliki sikap hidup yang tegas, sehingga mereka membutuhkan suatu bentuk
ketrampilan sosial yang bisa mendukung menunjukkan keberanian menjadi diri sendiri yaitu
asertivitas. Harga diri memegang peranan penting dalam kemunculan asertivitas, karena remaja
yang memiliki tingkat harga diri tinggi tidak memiliki kekhawatiran yang besar terhadap
penilaian dari orang lain. Sehingga ia lebih mampu untuk bersikap asertif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesignifikansian hubungan serta peran antara harga diri terhadap
asertivitas pada remaja penyalahguna narkoba. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
dengan menggunakan teknik statistik regresi yaitu melihat kesignifikansian hubungan serta
peran antara harga diri yang dianggap sebagai variabel prediktor terhadap asertivitas yang
dianggap sebagai variabel kriteria. Sampel penelitian ini adalah para residen di beberapa tempat
rehabilitasi penyalahguna narkoba, yang termasuk dalam kategori remaja akhir atau berusia 19-
22 tahun, diambil dengan teknik purpossive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui alat
ukur berupa angket yang dimodifikasi dari teori Palmer & Froehner untuk skala asertivitas dan
Frey & Carlock untuk skala harga diri. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hubungan yang
signifikan antara harga diri dengan asertivitas. Harga diri mampu memprediksi atau memiliki
peran sebesar 31,3 % terhadap asertivitas. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
harga diri berhubungan dan berperan secara signifikan terhadap asertivitas remaja penyalahguna
narkoba tidak ditolak. Analisis tambahan dengan Oneway ANOVA menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata harga diri (F = 1,144) dan asertivitas (F =
0,923) subyek penelitian di tiga tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba (p > 0,05).

Kata Kunci: Harga diri, asertivitas

Pendahuluan (dalam www.bnn.go.id) mencatat sejak


Dewasa ini semakin banyak terjadi tahun 2000-2005, peredaran narkoba
penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau meningkat 28,6 %, hal ini diungkapkan
yang lebih dikenal dengan sebutan narkoba. oleh Ka Pelaksana Harian BNN Irjen Arifin
Penyalahgunaan narkoba dari hari ke hari Rachim. Kenyataan ini makin dikuatkan
semakin bertambah. Dalam Program dengan pemberitaan beberapa waktu lalu
GEPENTA (2002), Pejabat Kesehatan RI tentang terbongkarnya pabrik ekstasi dan
menyebutkan angka pertambahan setiap sabu-sabu di kawasan Cikande, Serang,
harinya sebesar 0,065 % dari jumlah Banten, dan ketapang, Banyuwangi,
penduduk 200 juta jiwa atau sama dengan sehingga menjadikan Indonesia negara
130.000 jiwa perhari. Badan Narkotika ketiga terbesar produsen zat terlarang
Nasional (BNN) seperti ditulis Harian tersebut dan juga sebagai konsumennya
Media Indonesia Jumat, 2 Desember 2005 dengan jumlah yang semakin meningkat

Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 49


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

(Harian Indo Pos Kamis, 24 November mengekspresikan pikiran, perasaan, serta


2005 dalam www.bnn.go.id). keyakinannya. Akhirnya, remaja tersebut
Individu yang terlibat penyalah membiarkan dirinya tenggelam dalam
gunaan narkoba sampai pada akhirnya kesamaan identitas lingkungan teman-
mengalami ketergantungan, akan membawa teman sebayanya, seperti yang terjadi pada
dampak yang buruk tidak saja bagi dirinya para remaja penyalahguna narkoba.
sendiri tetapi juga bagi lingkungan Untuk menghindari terjadinya hal
sekitarnya. Sebagai contoh, rusaknya tersebut, maka dalam diri remaja
hubungan kekeluargaan, menurunkan diperlukan adanya suatu kemampuan yang
kemampuan belajar, ketidakmampuan mendukung proses mereka dalam
untuk membedakan mana yang baik dan bersosialisasi. Kemampuan untuk tetap
mana yang buruk, sampai pada perubahan menjadi diri sendiri dalam bergaul juga
mental dan perilaku menjadi antisosial. diperlukan agar tidak terjerumus dalam
Bahkan pada Harian Republika Minggu, 13 pengembangan perilaku merugikan.
Februari 2005 Prof. Dr. Zubairi Djoeban, Kemampuan untuk menyatakan diri secara
ahli hematologi FKUI menyebutkan bahwa jujur dan sesuai dalam menegakkan hak
sekitar 30 % pengguna narkotika bakal pribadi dan mengekspresikan pikiran-
terinfeksi HIV/AIDS. pikiran, perasaan-perasaan dan keyakinan-
Keprihatinan tersebut bukanlah keyakinannya tanpa mengorbankan hak-hak
tidak beralasan, sebab banyak diantara orang lain atau merugikan orang lain
penggunanya merupakan remaja. Menurut disekitarnya. Dengan kata lain, remaja
Hawari (2002) dalam penelitiannya sangat memerlukan kemampuan untuk
menyebutkan bahwa 97 % penyalahguna menjadi asertif. Asertif juga merupakan
narkoba adalah remaja. Pada Harian suatu ketrampilan sosial yang
Kompas Kamis, 9 September 1999, memungkinkan seseorang berhubungan
Psikolog Sawitri Supardi menyebutkan secara efektif dengan orang lain (Alberti &
bahwa Individu yang berada pada tahap Emmons, 1995).
perkembangan tersebut umumnya lebih Asertivitas bukan merupakan suatu
rentan terhadap pengaruh negatif pergaulan, karakteristik yang dengan tiba-tiba muncul
seperti perilaku penyalahgunaan narkotika pada masa remaja, juga bukan merupakan
dan obat-obatan terlarang, bahkan tidak faktor yang dibawa individu sejak ia
berkeinginan menolak saat ditawari untuk dilahirkan. Remaja yang asertif memiliki
sekaligus menjadi pengedar/penjual. Jadi keyakinan serta keberanian untuk bertindak
salah satu penyebab seseorang maupun berpendapat, walaupun tindakan
menggunakan narkoba adalah karena dan pemikirannya berbeda dengan
pengaruh lingkungan pergaulan, dan lingkungannya. Hal tersebut didukung oleh
kesulitan yang dialami remaja untuk kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja,
mengekspresikan penolakan terhadap perasaan mampu, dan yakin akan dirinya
sesuatu. Sebagaimana diutarakan oleh sendiri. Sedangkan remaja yang cenderung
Hawari (2002) dalam penelitiannya kurang percaya diri, tidak yakin pada
menyebutkan bahwa pengaruh/bujukan kemampuannya maka iapun akan sulit
teman merupakan 81,3 % dari awal untuk memunculkan keberanian untuk
seseorang menggunakan narkoba. bertindak maupun berpendapat, dan secara
Remaja yang sulit untuk menjadi pasif mengikuti apa saja yang menjadi
berbeda dengan teman-temannya biasanya kehendak orang lain atau lingkungannya.
memiliki solidaritas kelompok yang sangat Hal inilah yang dapat menjadikan remaja
tinggi. Remaja yang tidak dapat bertahan terlibat dalam lingkaran pergaulan yang
ditengah-tengah keberbedaannya dengan negatif, dalam hal ini penyalahgunaan
lingkungannya cenderung menemui kendala narkoba.
dalam menampilkan dirinya,
mengemukakan hak-haknya,
50 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Keyakinan dan kepercayaan remaja as pressure to obey authority figures under


pada dirinya bahwa ia adalah seorang yang any circumstances and to conform to all
mampu, seseorang yang berarti, dan group standards”.
seseorang yang bisa meraih apa yang ia (Rathus & Nevid, 1983, hal.343)
inginkan, pada akhirnya melahirkan suatu
Berdasarkan pengertian di atas,
penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian
asertif adalah tingkah laku yang
tersebut bisa positif dan bisa pula negatif,
menampilkan keberanian untuk secara jujur
yang disebut sebagai harga diri.
dan terbuka menyatakan kebutuhan,
Pembentukan harga diri individu tergantung
perasaan dan pikiran-pikiran apa adanya,
pada kemampuan individu menentukan
mempertahankan hak-hak pribadi, serta
sikap terhadap suatu masalah dan kehendak
menolak permintaan-permintaan yang tidak
individu untuk mengerti masalah yang ia
masuk akal termasuk tekanan yang datang
hadapi. Hal ini berarti harga diri
dari figur otoritas dan standar-standar yang
memungkinkan untuk menentukan corak
berlaku pada suatu kelompok.
perilaku seseorang. Menurut Rathus &
Nevid (1980) harga diri merupakan salah Alberti & Emmons (2001)
satu faktor yang dapat mempengaruhi mengungkapkan bahwa asertif adalah:
seseorang memunculkan tingkah laku “Behavior which enables a person to act in
his or her own best interest, to stand up for
asertifnya atau tidak. Menurut
herself or himself without undue anxiety, to
http://encyclopedia.thefreedictionary.com/2
express honest feelings comfortably, or to
004 harga diri berhubungan erat dengan
exercise personal rights without denying
asertivitas. Dengan demikian terlihat bahwa
the rights of others”.
harga diri memiliki kaitan erat dengan
(Alberti & Emmons, 2001, hal.36)
asertivitas. Seperti pada penelitian Morgan
dkk (1996) yang menyebutkan bahwa dari definisi di atas terlihat bahwa orang
peningkatan harga diri dalam upaya yang bertingkah laku asertif merupakan
pembentukan asertivitas memiliki efek yang individu yang bisa melakukan sesuatu atas
cukup besar dalam program dasar keinginannya sendiri tanpa adanya
penanggulangan bahaya narkoba. Beranjak paksaan dari orang lain, menegakkan hak-
dari latar belakang ini peneliti tertarik untuk hak pribadinya tanpa mengesampingkan
meneliti lebih lanjut mengenai peranan hak-hak orang lain, serta mampu untuk
harga diri terhadap asertivitas remaja mengekspresikan perasaan-perasaannya
penyalahguna narkoba. secara nyaman.
Individu yang asertif tidak akan
malu untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’
Permasalahan secara jujur. Breitman & Hatch (2001)
Penelitian ini ingin melihat sejauh mengemukakan asertivitas sebagai
manakah peran harga diri terhadap kemampuan untuk berkomunikasi dengan
asertivitas remaja penyalahguna narkoba? jelas, spesifik, dan tidak taksa (multi
taksir), sambil sekaligus tetap peka
terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi
Landasan Teoretis mereka dalam peristiwa tertentu.
Asertivitas Menurut Guntoro Utamadi (2002)
individu yang asertif dapat dengan mudah
Asertif secara harfiah dapat diartikan ungkapan perasaan, pendapat, keyakinan,
sebagai ketegasan, dan keberanian serta kebutuhan-kebutuhan individu yang
menyatakan pendapat. Menurut Rathus & diungkapkan secara jujur, terbuka, wajar,
Nevid (1983) asertif merupakan : dan tidak melanggar hak orang lain.
“The expression of your genuine feelings, Palmer & Froehner (2001)
standing up for your legitimate rights, and mengemukakan bahwa individu yang dapat
refusing unreasonable requests. It includes mengembangkan asertivitasnya berarti ia
with standing undue social influences, such
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 51
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

dapat mengendalikan hidupnya, dengan asertif akan merasa bebas untuk


cara mengemukakan pendapat dan menyatakan dirinya, ia mampu menyatakan
pemikiran secara tegas dan jujur, pandangan-pandangannya, keinginan-
melakukan permintaan atas sesuatu yang keinginannya dan perasaannya secara
diinginkan dan melakukan penolakan langsung, spontan dan jujur. Orang-orang
terhadap sesuatu yang tidak diinginkan. yang asertif mampu menghargai hak-hak
Palmer & Froehner (2001) menambahkan orang lain selain tetap mengutamakan hak
bahwa asertivitas adalah kemampuan sendiri. Individu yang asertif bersikap aktif
individu dalam menampilkan tingkah laku terhadap hidupnya, ia bergerak atau
tegas yang dilakukan dengan sopan tanpa bertindak untuk mencapai atau mengambil
bersikap agresif maupun defensif. Individu apa yang diinginkannya secara tidak
yang asertif tidak menyerang ataupun berlebihan, seperti individu yang agresif.
menghakimi orang lain, tetapi juga tidak Namun juga tidak seperti orang dengan
terlalu menahan diri. Pendapat yang sama tingkah laku non asertif yang terlalu
diungkapkan oleh Rathus & Nevid (1983) menahan diri dan hanya menunggu sesuatu
yaitu terdapat alternatif dari tingkah laku terjadi, ia membuat sesuatu terjadi.
asertif yang mencakup tingkah laku non
asertif dan tingkah laku agresif. Jadi Perbedaan Non-asertif, Asertif, dan
tingkah laku asertif bukan merupakan Agresif
tingkah laku yang menahan diri (non Alberti & Emmons (dalam Tubbs
asertif) dan juga bukan tingkah laku yang & Moss, 2003) mengklasifikasikan tingkah
mengekspresikan perasaan secara laku non-asertif, asertif, dan agresif dalam
berlebihan (agresif). suatu kontinum sebagai berikut:
Dari beberapa definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa individu yang

Tabel 1
Perbedaan Perilaku Non-asertif, Asertif dan Agresif
Tingkah Laku Non Asertif Tingkah Laku Asertif Tingkah Laku Agresif
Pelaku Pelaku Pelaku

Penyangkalan Diri Perbaikan/peningkatan diri Perbaikan diri dengan cara


merugikan orang lain
Kecenderungan menahan Ekspresif Terlalu ekspresif
Tidak meraih tujuan yang Bisa meraih tujuan yang Meraih tujuan dengan
diinginkannya diinginkannya mengorbankan orang lain
Pilihan dari orang lain Pilihan untuk diri sendiri Memilihkan untuk orang lain
Tidak tegas, cemas, Percaya diri, merasa nyaman Memandang rendah orang
memandang rendah diri dengan dirinya lain
sendiri
Sumber: Alberti & Emmos (dalam Tubbs & Moss, 2003)

Individu yang non-asertif biasanya perilakunya yang kurang memadai dan


mengenyampingkan dirinya dan terhambat membiarkan orang lain mengendalikan atau
dalam menampilkan perasaan yang mengatur dirinya. Individu seperti ini
sebenarnya ia alami. Seringkali merasa jarang mencapai tujuan yang
tersakiti dan cemas sebagai akibat dari diinginkannya. Contohnya orang yang tidak

52 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

dapat menolak permintaan temannya yang mengungkapkan perasaan dan pikiran


butuh bantuan padahal ia sendiri perlu dibandingkan dengan laki-laki. Wanita
belajar guna mempersiapkan diri untuk diharapkan lebih banyak menurut dan
ujian esok hari. Ketika ia menolong tidak boleh mengungkapkan pikiran dan
temannya itu, ia diliputi perasaan cemas perasaannya bila dibandingkan dengan
karena besok ada ujian serta mendongkol laki-laki, artinya pengkondisian budaya
karena temannya seolah-olah tidak mau untuk wanita cenderung membuat wanita
tahu kepentingan dirinya. Namun ia merasa menjadi lebih sulit mengembangkan
tidak dapat berbuat apa-apa atas keadaan asertivitasnya.
yang demikian ini. b. Harga diri: harga diri seseorang turut
Sebaliknya, individu yang agresif mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam mencapai tujuannya mengorbankan untuk melakukan penyesuaian diri
kepentingan orang lain. Perilaku agresif terhadap lingkungan. Orang yang
menyakiti orang lain, mengatur atau memiliki harga diri yang tinggi, memiliki
memperalat, dan menghina orang lain. kekhawatiran sosial yang rendah
Contohnya orang yang berada dalam sehingga ia mampu mengungkapkan
antrian yang panjang dan ingin cepat pendapat dan perasaannya tanpa
menyelesaikan urusannya sehingga ia merugikan dirinya maupun orang lain.
menyerobot antrian tersebut supaya tujuan c. Kebudayaan: tuntutan lingkungan
tercapai, akan tetapi tindakannya tersebut menentukan batasan-batasan perilaku
telah merugikan orang lain yang berada masing-masing anggota masyarakat
dalam antrian juga. sesuai dengan umur, jenis kelamin, status
Individu yang asertif berada di sosial seseorang.
tengah-tengah antara kedua ekstrim di atas. d. Tingkat pendidikan: semakin tinggi
Ia bertindak untuk memenuhi kepentingan tingkat pendidikan individu maka
dirinya tanpa menyakiti orang lain. Ia semakin luas wawasan berpikirnya
menampilkan perasaan, keinginan maupun sehingga kemampuan untuk
pendapatnya secara jujur, langsung, namun mengembangkan diri lebih terbuka.
menyenangkan orang lain. oleh karena e. Situasi-situasi tertentu disekitarnya:
perilakunya yang asertif itu, ia sendiri kondisi dan situasi dalam arti luas,
merasa senang dan tidak dirugikan. misalnya posisi kerja antara bawahan
terhadap atasannya, ketakutan yang tidak
Perkembangan Asertivitas perlu (takut dinilai kurang mampu),
Menurut Palmer & Froehner
situasi-situasi seperti kekhawatiran
(2001), asertivitas tidak terjadi dengan mengganggu dalam keadaan konflik.
begitu saja secara langsung ketika kita
dilahirkan melainkan tingkah laku yang
dipelajari. Asertivitas berkembang secara
Aspek-aspek Asertivitas
bertahap sebagai seluruh hasil interaksi Menurut Palmer & Froehner (2002)
asertivitas dapat diuraikan kedalam
antar individu seperti anak dengan
beberapa aspek berikut:
orangtuanya dan orang-orang lain di
a. Permintaan
lingkungan sekitarnya. Apabila
Asertivitas dalam aspek permintaan
lingkungannya mendukung dan memberi
adalah kemampuan individu dalam
kesempatan pada munculnya asertivitas,
mengajukan permintaan seperti;
maka individu tersebut akan cenderung
mampu untuk meminta bantuan atau
berprilaku asertif.
pertolongan kepada yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dikehendakinya secara wajar baik itu
perkembangan asertivitas menurut Rathus
kepada teman ataupun kepada orang
& Nevid (1980), antara lain:
lain. Mampu untuk meminta tanggung
a. Jenis kelamin: wanita pada umumnya
jawab kepada temannya (meminta
lebih sulit bertingkah laku asertif seperti
pertanggungjawaban teman ketika buku
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 53
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

yang dipinjamnya hilang atau rusak). d. Pujian


Selain itu individu yang asertif juga Asertivitas dalam aspek ini adalah,
menyadari bahwa setiap orang memiliki kemampuan dalam menerima dan
hak yang sama, baik itu hak untuk memberi pujian kepada orang lain
memenuhi keinginan, kebutuhan dan dengan cara yang sesuai, yaitu dengan
lain sebagainya maka individu yang mengucapkan terima kasih apabila
asertif mampu untuk mengajukan menerima pujian, dan tidak segan
haknya kepada orang lain. Mampu ataupun malu untuk memberi pujian
meminta penjelasan, serta mampu kepada orang lain.
mengakui kesalahan yang telah e. Berperan dalam pembicaraan
diperbuatnya sehingga berani untuk Asertivitas dalam aspek ini ialah,
meminta maaf. memulai atau berinisiatif didalam
b. Penolakan pembicaraan seperti memulai
Asertivitas dalam aspek penolakan pembicaraan dalam suatu diskusi kelas
adalah, mampu menampilkan cara yang ataupun memulai pembicaraan dengan
efektif dan jujur dalam menyatakan orang lain yang belum dikenalnya.
‘tidak’, pada ketidaksetujuannya Mampu mengakhiri pembicaraan serta
terhadap saran ataupun pendapat orang mampu untuk ikut serta didalam
lain. Misalnya tidak ragu untuk berkata pembicaraan secara efektif, yaitu tidak
‘tidak’ atas saran atau pendapat dari menampilkan tingkah laku diam, dan
orang lain hanya karena untuk tidak mensabotase pembicaraan yang
solisaritas. Selain itu, individu yang sedang berlangsung.
asertif tidak ragu dan takut untuk Sementara itu Rathus & Nevid
berkata ‘tidak’ pada ajakan atau (1983) mengemukakan 10 aspek dari
permintaan orang lain yang menurutnya asertivitas yaitu:
tidak layak untuk disetujui, misalnya a. Bicara asertif
mampu menolak ajakan tawuran, Tingkah laku ini dibagi menjadi 2
ajakan memakai obat terlarang yang macam, yaitu rectifying statement
dapat merugikan dirinya sendiri. (mengemukakan hak-hak dan berusaha
c. Pengekspresian diri mencapai tujuan tertentu dalam suatu
Asertivitas dalam aspek pengekspresian situasi) dan commendatory statement
diri adalah, mampu mengungkapkan (memberikan pujian untuk menghargai
perasaannya kepada orang lain dengan orang lain dan memberi umpan balik
jujur dan langsung mengenai positif).
ketidaknyamanannya terhadap orang b. Kemampuan mengungkapkan perasaan
tersebut, seperti menyatakan Mengungkapkan perasaan kepada
kekesalannya secara efektif ketika orang lain dan pengungkapan perasaan
diusili oleh teman-temannya agar ini dengan suatu tingkat spontanitas
mereka tidak semakin menjadi-jadi. yang tidak berlebihan.
Individu yang asertif dapat c. Menyapa atau memberi salam kepada
mengekspresikan pikirannya dengan orang lain.
menyatakan pendapat atau ide kepada Menyapa atau memberi salam kepada
orang lain seperti berani menyatakan orang-orang yang ingin ditemui,
pendapatnya ketika sedang dalam termasuk orang baru dikenal dan
diskusi kelompok. Individu yang asertif membuat suatu pembicaraan.
dapat memberikan kritik kepada orang d. Ketidaksepakatan
lain namun juga tetap Menampilkan cara yang efektif dan
mempertimbangkan perasaannya serta jujur untuk menyatakan rasa tidak
mampu menerima kritik secara setuju.
bijaksana.

54 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

e. Menanyakan alasan 2) Mitos sahabat karib (Myth of good


Menanyakan alasannya bila diminta friends), yang berpandangan bahwa
untuk melakukan sesuatu, tetapi tidak teman baik sudah mengetahui apa
langsung menyanggupi atau menolak perasaan dan pikiran individu
begitu saja. sehingga individu merasa tidak perlu
f. Berbicara mengenai diri sendiri lagi menyatakan pikiran dan
Membicarakan diri sendiri mengenai perasaannya. Hal tersebut sering
pengalaman-pengalaman dengan cara menimbulkan kesalahpahaman
yang menarik, dan merasa yakin bahwa karena persepsi yang berbeda
orang akan lebih berespon terhadap tentang suatu hal.
perilakunya daripada menunjukkan c. Konflik-konflik pribadi
perilaku menjauh atau menarik diri. 1) Polaasuh yang salah/tidak
g. Menghargai pujian dari orang lain menguntungkan, dimana hal ini
Menghargai pujian dari orang lain membuat tidak adanya kesempatan
dengan cara yang sesuai. untuk mengembangkan tingkah
h. Menolak untuk menerima begitu saja laku asertif.
pendapat orang yang suka berdebat. 2) Perkembangankepribadian
Mengakhiri percakapan yang bertele- terhambat, sehingga individu
tele dengan orang yang memaksakan belum mencapai taraf kedewasaan
pendapatnya. tertentu.
i. Menatap lawan bicara. 3) Pengaruh peer group, individu
Ketika berbicara atau diajak bicara, akan bertingkah laku cenderung
menatap lawan bicaranya. sama dan sesuai dengan apa yang
j. Respon melawan rasa takut. diharapkan oleh peer groupnya,
Menampilkan perilaku yang biasanya agar ia diterima dalam kelompok
melawan rasa cemas, biasanya tersebut sehingga bila dalam
kecemasan sosial. kelompok tersebut tidak ada
kesempatan untuk mengembangkan
Faktor-Faktor Yang Menghambat asertivitas maka individu tersebut
Munculnya Asertivitas akan bertingkah laku non-asertif.
Menurut Rathus (1980), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi tidak d. Sasaran bertingkah laku non-asertif
munculnya asertivitas: adalah untuk menyenangkan atau
a. Pengaruh budaya dan relasi sosial memuaskan orang lain, menghindari
setempat. Dalam suatu kebudayaan celaan orang lain dan menghindari
tertentu, individu diharuskan untuk konflik. Individu yang non-asertif
lebih menerima dan selalu setuju mengarah pada kehidupan mengingkari
dengan pendapat orang lain, sehingga diri sendiri yang menyebabkan mereka
dalam sistem masyarakat ini tidak ada menderita dalam hubungan
kesempatan untuk memunculkan interpersonal. Kadang-kadang juga
tingkah laku asertif. menimbulkan konsekuensi emosional
b. Pandangan-pandangan yang dan fisik, misalnya selalu cemas,
menyesatkan tentang cara-cara atau tegang, bingung dan merasa tidak
etika bertingkah laku, seperti: nyaman dalam menjalin relasi sosial
1) Mitos rendah hati (Myth of sedangkan tingkah laku agresif selalu
modesty), sehingga individu tidak berkesan superioritas dan tidak adanya
terbiasa menerima pujian atau kritik respek terhadap orang lain. Dengan
yang akhirnya individu tersebut berprilaku agresif berarti menempatkan
menjadi ‘risi’ atau salah tingkah. keinginan, kebutuhan dan hak diatas
milik orang lain. Tidak seorangpun
senang bergaul dengan ‘tukang gertak’,
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 55
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

sehingga didalam relasi “The individual discrepancy between self


interpersonalnya mereka selalu image and ideal self.”
’terbentur’ dan mempunyai masalah (Lawrence, 1988)
relasi sosial. Ketidaksesuaian antara self image
Di atas telah dijelaskan bahwa dengan ideal self dianggap sebagai gejala
banyak sekali faktor yang berperan dalam yang normal. Hal yang tidak normal adalah
pembentukan asertivitas pada individu, apabila individu merasa khawatir dan
salah satu faktor tersebut adalah harga diri. terganggu atas ketidaksesuaian tersebut.
Jika self image ternyata seimbang atau
Harga Diri bahkan lebih tinggi dari ideal selfnya, maka
Lawrence (1988) mengemukakan harga diri yang terbentuk akan baik. Tetapi
istilah-istilah yang berkaitan dengan harga jika sebaliknya, yaitu jika self image-nya
diri antara lain; self concept (konsep diri), menjurus ke arah yang lebih rendah dari
ideal self (diri ideal), dan self image self idealnya, akan tercipta harga diri yang
(gambaran diri). Konsep diri menurut kurang baik.
Lawrence (1988) adalah kesadaran individu Definisi yang sama diungkapkan
atas dirinya sendiri, yang merupakan oleh Krech dkk (1982) yaitu perbedaan
kesadaran akan identitas pribadinya. antara gambaran diri yang sebenarnya
Konsep diri ini meliputi 3 (tiga) aspek, (actual self) dan gambaran diri ideal (ideal
yaitu: self). Individu yang dapat membentuk
1) Self image harga diri yang baik adalah individu yang
Self image (Lawrence, 1988) adalah actual selfnya seimbang atau lebih tinggi
kesadaran seorang individu akan dari ideal selfnya, sebaliknya bila tidak ada
karakteristik mental dan fisiknya. keseimbangan atau keadaan actual self
Bermula dari keluarga, dengan orang yang dimiliki individu menjurus ke arah
tua yang memberikan gambaran tentang lebih rendah dari ideal self yang
dirinya dengan dicintai atau tidak, dimilikinya, maka dikatakan individu
pintar atau bodoh, baik dengan tersebut memiliki harga diri yang kurang
komunikasi verbal maupun non verbal. baik.
Proses ini menjadi semakin Brown (1998) mengatakan bahwa
berkembang pada saat seorang anak harga diri merupakan penilaian kemampuan
mulai menginisialisasikan karakteristik diri, yaitu antara kemampuan yang secara
yang jauh tentang dirinya. riil dimiliki seseorang dengan kemampuan
2) Ideal self ideal yang diharapkan ada pada dirinya
Seiring dengan berjalannya waktu, self yang akan ditunjukkan melalui sikap
image mengalami perkembangan, terhadap dirinya sendiri, apakah ia
seorang anak mengetahui bahwa ada menerima atau menolaknya.
karakteristik ideal yang seharusnya dia Pandangan-pandangan lain tentang
miliki, yaitu standar-standar tingkah harga diri dikemukakan oleh Coopersmith
laku yang ideal dan juga kemampuan (dalam Branden, 1994) dan Burns (1997).
khusus yang berharga. Proses ini Menurut Burns (1997), harga diri
bermula dari keluarga dan berlanjut merupakan salah satu dimensi dari konsep
pada waktu mulai masuk sekolah. diri, yaitu mengenai apakah seseorang
Ketika orang tua mengomentari bentuk menerima dirinya, menghormatinya,
dan ukuran anak-anaknya maka anak memandang dirinya sebagai orang yang
akan langsung membandingkan dirinya berarti. Menurut Coopersmith harga diri
dengan anak lain, khususnya dengan adalah :
sebayanya. “Evaluation which the individuals makes
3) Self esteem and customarily maintains with regard to
Menurut Lawrence (1988) menyatakan himself: it expresses an attitude of
bahwa harga diri adalah approval or disapproval, and it indicates
the extent
56 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

to which the individual believes himself to terjadi secara perlahan-lahan, yaitu melalui
be capable, significant, succesfull and interaksinya dengan orangtua, orang lain
worthy.” yang bermakna bagi individu tersebut, dan
(dalam Branden, 1994, hal.306) teman-teman sebayanya. (Frey & Carlock,
Lawrence (1988) mengatakan 1993).
bahwa harga diri merupakan evaluasi Felker (1974) memberikan uraian
seseorang mengenai perbedaan yang perkembangan harga diri dalam
ditemukannya antara ‘self image’ dan hubungannya dengan 3 (tiga) aspek yaitu
‘ideal self’. Kemudian Frey & Carlock perasaan kompetensi, perasaan berarti, dan
(1993) menambahkan bahwa harga diri perasaan dimiliki. Perasaan berarti dan
merupakan penilaian baik itu penilaian dimiliki mulai tumbuh pada saat anak usia
positif, negatif, netral, maupun ambigu 2 tahun, melalui perhatian dan kasih sayang
terhadap diri sendiri. yang diberikan orangtua terutama ibu. Dari
Harga diri tidak identik dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi dan
konsep diri, meskipun kedua istilah tersebut dialaminya melalui interaksi individu
sering terkacaukan (Burns, 1997). Konsep dengan orangtuanya, anak akan merasakan
diri merupakan serangkaian tanggapan bahwa orangtuanya siap untuk memenuhi
mengenai diri sendiri yang lebih baik atau segala kebutuhannya sehingga
buruk, tetapi beberapa lagi mungkin netral. berkembanglah perasaan bahwa ia berarti
Sebaliknya, harga diri berkaitan dengan bagi orangtuanya, bahwa ia milik
evaluasi diri mengenai kualitas diri sendiri. orangtuanya. Sejalan dengan pertumbuhan
Dengan adanya contoh mungkin dapat dan perkembangan anak, perasaan
dijelaskan perbedaan kedua istilah tersebut. kompeten semakin meluas. Perasaan
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dimiliki juga berkembang meluas kepada
mungkin sudah mempunyai konsep dirinya perasaan dimiliki oleh orang lain selain
sendiri sebagai seorang anak yang sering keluarganya. Individu belajar untuk
berkelahi. Kalau ia menilai kemampuan dimiliki oleh kelompok (peergroup) nya.
berkelahinya tersebut dan menganggapnya Ketika memasuki usia remaja,
baik, maka kualitas tersebut mungkin dapat perubahan fisik dan meluasnya lingkungan
meningkatkan harga dirinya. Tetapi kalau ia sosial anak mempengaruhi konsep diri
kurang bahagia dengan kecenderungan individu tersebut. Perubahan fisik yang
terlibat konflik maka kerentanannya dialami individu membawa konsekuensi pada
terhadap agresi tersebut dapat menurunkan perubahan harapan lingkungan mengenai
harga dirinya. Menurut Beane & Lipka peran dan perilakunya yang harus
(dalam Rombe, 1997) harga diri adalah ditampilkan remaja. Perubahan harapan
penilaian yang diberikan individu kepada tersebut membuat remaja melakukan
konsep dirinya khususnya mengenai derajat penilaian kembali akan sikap dan harapan
kepuasan individu terhadap dirinya tersebut orang lain terhadap dirinya. Dapat dilihat
secara sebagian atau keseluruhan. bahwa orang-orang yang sangat besar
Jadi dapat disimpulkan secara pengaruhnya terhadap perkembangan harga
umum bahwa harga diri adalah tinggi diri remaja adalah orangtua terutama ibu,
rendahnya penilaian seseorang terhadap orang-orang yang bermakna lainnya, dan
dirinya sendiri menurut status pribadi yang teman-teman sebayanya. Selain itu, interaksi
dilihatnya secara subyektif dan individu dengan lingkungan membantu
diekspresikan lewat sikap individu tersebut individu dalam menilai dirinya.
terhadap dirinya sendiri. Horrocks (dalam Rombe, 1997)
menyatakan bahwa dasar dari
Perkembangan Harga Diri perkembangan harga diri kebanyakan
Perkembangan harga diri seseorang merupakan interaksi antara kepribadian
telah dimulai pada saat individu tersebut seseorang dengan pengalaman sosialnya.
dilahirkan ke dunia ini. Perkembangan ini
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 57
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Dalam perkembangan pribadinya, individu seseorang mempunyai konsekuensi penting


berada diantara pengaruh-pengaruh terhadap tingkah laku. Bagaimana
lingkungan terhadap dirinya, dan seseorang berhubungan dengan dirinya
kemampuannya menghayati lingkungan itu. mempengaruhi bagaimana ia berhubungan
Kemampuan menghayati tergantung pada dengan orang lain. Demikian pula
daya persepsi individu, kemampuan- sebaliknya, bagaimana seseorang
kemampuan ini ia miliki sebagian secara berhubungan dengan orang lain dan dunia
potensial dan sebagian diperoleh dari sekitar mampengaruhi caranya
pengalaman-pengalamannya. Secara berhubungan dengan diri sendiri. Oleh
potensial misalnya, adalah seorang anak karena itu Coopersmith (dalam Branden,
yang dilahirkan dengan kemampuan 1994) menyatakan bahwa harga diri yang
intelegensi yang baik, kemungkinan tinggi kemungkinan menjadi kebutuhan
menjadi anak yang pandai besar sekali. yang paling penting untuk terjadinya
Akan tetapi, pengalaman-pengalaman tingkah laku yang efektif.
dengan sekitarnya turut menentukan apakah
kemampuan-kemampuan ini dapat Faktor-faktor yang Mempengaruhi
dikembangkan atau tidak. Harga Diri
Menurut Burns (1993) yang Secara umum, harga diri
terpenting dalam pembentukan harga diri mempengaruhi bagaimana individu akan
adalah: berfungsi dalam kehidupannya sehari-hari.
a. Pola asuh orangtua. Individu dengan harga diri rendah,
b. Feedback dari lingkungan, yaitu cenderung memiliki motivasi rendah
pandangan-pandangan orang lain. (Branden, 1994). Sementara individu
c. Body image, yaitu evaluasi dari dengan harga diri tinggi akan lebih dapat
keadaan fisik seseorang. berperilaku efektif (Coopersmith dalam
Harga diri bukan merupakan Branden, 1994).
bawaan yang telah dimiliki seseorang sejak Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
lahir tetapi merupakan suatu komponen penghargaan seseorang atas dirinya sendiri
kepribadian yang berkembang semenjak menurut Coopersmith (1981), yaitu:
awal kehidupan anak. a. Penerimaan atau penghinaan terhadap diri
Dari uraian di atas, dapat Individu yang merasa dirinya berharga
disimpulkan bahwa orangtualah yang akan memiliki penilaian yang lebih baik
dijadikan model pertama dari proses imitasi atau positif terhadap dirinya
anak, ia akan menilai dirinya sebagaimana dibandingkan dengan individu yang tidak
orang tuanya menilai dirinya. Kalau mengalami hal tersebut. Individu yang
orangtua menerima kemampuan anak memiliki harga diri yang baik akan
sebagaimana adanya, maka ia juga akan mampu menghargai dirinya sendiri,
menerima dirinya. Tetapi kalau orangtua menerima diri, tidak menganggap rendah
menuntut yang tinggi dari apa yang ada dirinya, melainkan mengenali
pada diri anak sehingga mereka tidak keterbatasan dirinya sendiri dan
menerima anak sebagaimana adanya, maka mempunyai harapan untuk maju dan
anakpun akan menolak dirinya. Semakin memahami potensi yang dimilikinya.
besar anak, semakin banyak pula orang Sebaliknya individu dengan harga diri
dilingkungan sosialnya yang mempengaruhi yang rendah umumnya akan menghindar
pembentukan harga dirinya. Mereka itu dari persahabatan, cenderung menyendiri,
adalah teman sebaya, anak mungkin saja tidak puas akan dirinya, walaupun
menemukan standar penilaian yang berbeda sesungguhnya orang yang memiliki harga
terhadap dirinya. diri yang rendah memerlukan dukungan.
Harga diri merupakan kebutuhan b. Kepemimpinan atau popularitas
manusia yang vital dan fundamental Penilaian atau keberartian diri diperoleh
(Branden, 1994). Tingkat harga diri seseorang pada saat ia harus berperilaku
58 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

sesuai dengan tuntutan yang diberikan 3. Pola asuh, bagaimana orangtua


oleh lingkungan sosialnya yaitu mengasuh anaknya mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk harga diri anak.
membedakan dirinya dengan orang lain 4. Keanggotaan kelompok, jika individu
atau lingkungannya. Pada situasi merasa diterima dan dihargai oleh
persaingan, seseorang akan menerima kelompok, individu akan
dirinya serta membuktikan seberapa besar mengembangkan harga diri lebih baik
pengaruh dan kepopulerannya. dibanding individu yang merasa
Pengalaman yang diperoleh pada situasi terasing.
itu membuktikan individu lebih mengenal 5. Kepercayaan dan nilai yang dianut
dirinya, berani menjadi pemimpin, atau individu, harga diri yang tinggi dapat
menghindari persaingan. dicapai bila ada keseimbangan antara
c. Keluarga – Orangtua nilai dan kepercayaan yang dianut
Keluarga dan orangtua memiliki porsi oleh individu dengan kenyataan yang
terbesar yang mempengaruhi harga diri, didapatkannya sehari-hari.
ini dikarenakan keluarga merupakan 6. Kematangan dan herediter, individu
modal pertama dalam proses imitasi. yang secara fisik tidak sempurna
Alasan lainnya karena perasaan dihargai dapat menimbulkan perasaan negatif
dalam keluarga merupakan nilai yang terhadap dirinya.
penting dalam mempengaruhi harga diri.
d. Keterbukaan – Kecemasan Perbedaan Derajat Harga Diri
Individu cenderung terbuka dalam Coopersmith (1981) membagi
menerima keyakinan, nilai-nilai, sikap, harga diri menjadi 3 (tiga) derajat, yaitu
moral dari seseorang maupun lingkungan harga diri tinggi, sedang, dan rendah.
lainnya jika dirinya diterima dan dihargai. Masing-masing derajat harga diri memiliki
Sebaliknya seseorang akan mengalami ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, antara
kekecewaan bila ditolak lingkungannya. lain:
Sedangkan menurut Frey & Carlock a. Harga diri tinggi
(1993) faktor-faktor harga diri, yaitu: Seseorang yang harga dirinya
1. Interaksi dengan manusia lain, awal tinggi memiliki karakteristik aktif
interaksi adalah melalui ibu yang berprestasi dalam bidang sosial maupun
kemudian meluas pada figur lain akademik, terbuka dalam mengungkapkan
yang akrab dengan individu. ibu yang pendapat, tidak terpaku pada kritik dan
memiliki minat, afeksi, dan masalah, merasa diri berharga, penting dan
kehangatan akan menimbulkan harga dihormati, mampu mempengaruhi orang
diri yang positif, karena anak merasa lain, menyukai tantangan dan optimis
dicintai dan diterima seluruh dalam menghadapi tantangan. Adanya
kepribadiannya. penerimaan dan penghargaan diri yang
2. Sekolah, lingkungan sekolah adalah positif dan memberikan rasa aman dalam
sumber penting kedua setelah menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap
keluarga. Jika individu memiliki stimulus dari lingkungan sosial. Individu
persepsi yang baik mengenai sekolah, mempercayai persepsi diri sendiri sehingga
memiliki harga diri yang positif. Bila tidak terpaku pada kesukaran-
sekolah dianggap tidak memberi kesukarannya. Pendekatan mereka terhadap
umpan balik yang positif bagi orang lain menunjukkan harapan-harapan
individu, harga diri akan rendah. yang secara positif dapat mereka terima.
Harga diri yang tinggi umumnya Mereka tidak sensitif terhadap kritik dari
dikaitkan dengan keberhasilan lingkungan, tetapi mereka menerima dan
akademik pula. mengharapkan masukan verbal atau non
verbal dari orang lain. Dalam suatu diskusi
mereka lebih aktif dalam mengekspresikan
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 59
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

pendapat-pendapatnya. Individu memiliki terhadap kritik, tidak berdaya


tujuan yang tinggi, mengharapkan banyak mengungkapkan atau mampertahankan diri
hal dari dirinya yang berusaha dipenuhi maupun mengatasi kelemahan dan terpaku
dilingkungan sosialnya. Sering dikatakan pada masalah pribadi.
bahwa individu-individu dengan harga diri
tinggi memiliki standar diri yang tinggi Komponen Harga Diri
pula. Ada dua bentuk harga diri tinggi, Berdasarkan penelitian yang
yaitu: dilakukan oleh Robert Reasoner (dalam
1. Di satu pihak ada gaya defensif Borba, 1989), ada beberapa komponen dari
dengan melindungi diri dari harga diri yaitu:
kegagalan dan kegagalan yang a. Security
menghadang diperkecil maknanya. Yaitu perasaan individu mempunyai
2. Di pihak lain adalah harga diri keyakinan yang kuat, meliputi perasaan
dalam arti kata yang sesungguhnya aman dan nyaman, mengetahui apa
lebih mampu menerima kegagalan yang diharapkan, mempunyai
itu atau mereka akan berusaha lebih kemampuan untuk bergantung kepada
banyakuntukmemperbaiki diri sendiri dan situasi, mempunyai
kegagalannyadaripadatetap pemahaman akan peraturan dan batas.
berkubang dalam kegagalan Individu mampu mengikuti perubahan,
tersebut. ia mengetahui bahwa ada orang yang
b. Harga diri sedang dapat dipercaya, mampu menciptakan
hubungan, menciptakan lingkungan
Pada dasarnya seseorang yang
yang mendukung dan positif.
memiliki harga diri sedang mempunyai
karakteristik yang serupa dengan mereka b. Selfhood (lingkungan pribadi)
yang memiliki harga diri tinggi tetapi dalam Individu mempunyai ciri khas,
derajat yang lebih rendah. Mereka mempunyai pengetahuan tentang diri
cenderung optimis, ekspresif, dan mampu pribadi termasuk penggambaran diri
untuk menangani kritik tetapi mereka yang akurat dan realistik akan
cenderung tergantung pada penerimaan peraturan, sikap, karakterisitk fisik.
sosial untuk menghilangkan ketidakpastian Mempunyai perasaan berharga, mampu
yang mereka rasakan. membangun kesadaran akan kualitas
yang unik, mampu meningkatkan
c. Harga diri rendah kemampuan untuk mengidentifikasi
Seseorang yang memiliki harga diri dan mengekspresikan emosi dan sikap,
yang rendah, memiliki lack of confidence ia juga mampu menemukan sumber
dalam menilai kemampuan dan atribut- yang mempengaruhi dirinya.
atribut dalam dirinya. Adanya penghargaan c. Affiliation
diri yang buruk ini membuat individu tidak Yaitu perasaan memiliki, individu
mampu untuk mengekspresikan diri dalam merasa diterima atau mempunyai
lingkungan sosialnya. Mereka tidak puas hubungan, khususnya pada hubungan
dengan karakteristik dan kemampuan- yang dianggap penting, memiliki
kemampuan dirinya sehingga perasaan diakui, dihargai, dan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan ini dihormati oleh orang lain, mempunyai
menumbuhkan rasa tidak aman terhadap kemampuan untuk menemukan
keberadaan dirinya dalam lingkungan kesenangan, kemampuan, dan latar
sosialnya. Individu cenderung pesimis, belakang, memiliki kesadaran dan
merasa tidak mampu menghadapi sesuatu kemampuan dalam membentuk
yang menuntut kemampuannya sehingga hubungan, mampu memberi dukungan
individu cenderung dependen, pasif dan atas keputusan kelompok.
bersikap conform terhadap pengaruh
lingkungan. Individu cenderung sensitif
60 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

d. Mission (misi dan tujuan) tahun dan remaja akhir (late adolescence),
Yaitu perasaan yang dimiliki individu, usia 19 tahun – 22 tahun. Menurut
ia mempunyai tujuan dan motivasi Ketterlinus & Lamb (1994) individu yang
untuk hidup, mempunyai tanggung berada pada periode remaja akhir
jawab atas konsekuensi dari keputusan merupakan individu yang mayoritas
yang ia ambil, mempunyai kemampuan menjadi penyalahguna narkoba.
dalam membentuk tujuan yang realistik
dan dapat diterima, mampu mengikuti
rencana, mempunyai insisatif dan Narkoba
tanggung jawab atas aksinya, individu Penyalahgunaan narkoba menurut
mampu mencari alternatif atas Hawari (2002) adalah pemakaian zat diluar
masalahnya, mampu mengevaluasi indikasi medik, tanpa petunjuk/resep
dirinya sendiri berdasarkan atas apa dokter, pemkaian sendiri secara teratur atau
yang telah ia lakukan. berkala sekurang-kurangnya selama 1
e. Competence (keahlian) bulan. Sedangkan menurut Rice (1990)
Yaitu perasaan yang dimiliki individu yang dimaksud dengan penyalahgunaan
yaitu ia merasa berhasil dan mampu narkoba adalah penggunaan narkoba untuk
menyelesaikan hal-hal yang penting tujuan diluar medik atau dengan kuantitas
dan berharga, mempunyai kesadaran dan pengadministrasian yang tidak tepat.
akan kelebihan dan menerima Setiap jenis narkoba memiliki efek yang
kelemahan. Berani mengambil resiko berbeda-beda baik secara fisik maupun
dalam berbagi ide dan opini. Perasaan psikologis, tergantung pada jenis yang
sukses yang dimiliki oleh individu digunakannya. Sesuai dengan penelitian ini,
berdasarkan pengalaman pribadi berikut akan dikemukakan secara umum
dimana dianggap penting oleh individu mengenai penggolongan jenis-jenis narkoba
itu sendiri, kegagalan bagi individu yang banyak disalahgunakan oleh remaja,
tidak hanya sebagai isu tapi merupakan yaitu narkotik, stimulants, depressant,
fakta dan individu menganggap hallucinogen, mariyuana, dan inhalants
kesalahan yang dilakukannya (Rice, 1999).
merupakan alat dalam belajar, mampu Ada berbagai hal yang
memberi penilaian akan kemajuan yang mempengaruhi narkoba pada masa remaja.
telah dibuat, mampu memberikan Salah satu diantaranya adalah bahwa suplai
umpan balik dalam usahanya menerima dari narkoba tersebut mudah diperoleh,
kelemahan dan mencari keuntungan dengan jenis yang semakin beragam,
dari kesalahan yang dilakukan. terutama untuk mereka yang tinggla di
kota-kota besar.
Remaja Menurut Davison & Neale (1974)
ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
Istilah remaja sering dikenal dalam
seseorang terlibat penyalahgunaan narkoba,
bahasa asing ‘adolescence’, berasal dari
antara lain:
kata latin yaitu adolescere, yang artinya
a. Karakteristik kepribadian
tumbuh atau tumbuh ke arah kematangan.
Remaja adalah suatu periode transisi, Hal yang dapat menyebabkan remaja
dimana individu mengalami perubahan baik mengkonsumsi narkoba adalah untuk
secara fisik maupun psikis dari masa anak- menurunkan ketegangan, kecemasan,
anak menuju ke masa dewasa (Hurlock, serta sebagai sarana untuk melarikan
1991). Masa remaja dibagi menjadi 3 (tiga) diri dari masalah. Mereka yang
periode (Kagan & Coles, Keniston & menggunakan narkoba sebagai sarana
Lipsitz dalam Steinberg, 2002), yaitu untuk lari dari tekanan, kecemasan,
remaja awal (early adolescence), usia 11 masalah atau kenyataan cenderung
tahun – 14 tahun, remaja pertengahan merupakan remaja yang secara
(middle adolescence), usia 15 tahun – 18 emosional belum matang. Mereka

Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 61


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

merasa tidak nyaman, pasif, dan sangat dekat, penuh permusuhan ataupun
tergantung. Mereka tidak terbiasa untuk konflik, komunikasi yang tidak terjalin
menghadapi kesulitan secara adaptif, dengan baik antar anggota keluarga
dan merasa bahwa hidup itu membuat akan memperbesar kemungkinan
frustasi dan sangat menimbulkan remaja mengkonsumsi narkoba (Rice,
kecemasan. Bila mereka menghadapi 1999).
masalah dalam hidup cenderung untuk
melarikan diri atau mencari bantuan
dengan menggantungkan diri pada Metode Penelitian
orang lain ataupun narkoba. Subyek Penelitian
b. Pengaruh teman Pengambilan sampel dalam
Kelompok teman sebaya terutama penelitian ini menggunakan teknik
teman dekat, memiliki pengaruh yang purpossive sampling, Populasi dalam
paling besar dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah remaja penyalahguna
konsumsi narkoba pada remaja (Kandel narkoba yang berada di tempat-tempat
dalam Sarafino, 1994). Motif yang rehabilitasi penyalahguna narkoba.
paling kuat adalah untuk menjadi sama Selanjutnya, sampel yang digunakan dalam
dengan teman-temannya (Chitwood, penelitian ini adalah para remaja
Wells & Russe dalam Rice, 1990). penyalahguna narkoba yang sedang
Penolakan terhadap ajakan untuk menjalani perawatan di tempat-tempat
mengkonsumsi narkoba akan membuat rehabilitasi penyalahguna narkoba.
ia merasa dikucilkan oleh teman- Karakteristik sampel penelitian ini adalah
temannya sehingga ia remaja usia 19-22 tahun atau dapat
mengesampingkan hak-hak pribadinya digolongkan sebagai remaja akhir yang
sebagai individu. Steinberg (1996) menjadi residen di tempat rehabilitasi
menyatakan pula bahwa remaja yang penyalahguna narkoba, karena menurut
terlibat dalam penyalahgunaan obat Ketterlinus & Lamb (1994) mayoritas
pada umumnya memiliki teman yang penyalahguna narkoba adalah individu
juga mengkonsumsi atau bersikap yang berada pada masa remaja akhir. Agar
toleran terhadap penyalahgunaan hasil yang diperoleh akurat maka peneliti
narkoba. membatasi pengambilan sampel hanya pada
c. Ketersediaan Narkoba remaja akhir saja, karena pada usia tersebut
Pada suatu komunitas tempat tinggal pada umumnya remaja telah mencapai
dimana narkoba mudah sekali tahap perkembangan harga diri yang relatif
didapatkan, dan atmosfer atau budaya stabil dibandingkan masa remaja awal dan
pada lingkungan tersebut cenderung tengah (Steinberg, 2002).
toleran terhadap ketersediaan narkoba,
maka biasanya angka peristiwa Instrumen Ukur
penyalahgunaan narkoba di daerah Instrumen ukur yang digunakan
semacam ini relatif tinggi (Davison & dalam penelitian ini ialah kuesioner. Dalam
Neale, 1974). penelitian ini ada dua buah alat ukur yang
d. Keadaan keluarga digunakan, yaitu alat ukur asertivitas dan
Ada kalanya remaja mengkonsumsi harga diri. Alat ukur asertivitas dalam
penelitian ini dimodifikasi berdasarkan
narkoba sebagai cara untuk melawan
teori Palmer & Froehner (2000). Sedangkan
aturan yang ditetapkan oleh orang
alat ukur untuk variabel harga diri dalam
dewasa, terutama orangtua. Hal ini
penelitian ini dimodifikasi berdasarkan
terjadi karena remaja memiliki
teori dari Frey & Carlock (1993).
kebutuhan untuk dapat mandiri, yang
terhambat dengan adanya aturan
ataupun batasan tersebut. Selain itu,
hubungan anak-orangtua yang tidak
62 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Teknik Analisis Usia sampel penelitian berkisar


Gambaran umum subyek penelitian antara 19 – 22 tahun yang termasuk ke
dilakukan dengan perhitungan frekuensi dalam kategori remaja akhir. Keterangan
dan prosentase untuk setiap data. Pengujian mengenai usia sampel penelitian akan
hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini digambarkan dengan pie chart berikut ini:
dilakukan dengan menggunakan teknik
statistik regresi sederhana. Pengujian Grafik 2
hipotesis kedua sebagai analisis tambahan
dalam penelitian ini dilakukan dengan Usia
menggunakan teknik statistik analisis 5,17 %
varians satu jalur atau oneway ANOVA. 27,59 % 19 Tahun (3 orang)
Perhitungan dalam penelitian ini dilakukan 20 Tahun (26 Orang)
dengan menggunakan alat bantu uji statistik
21 Tahun (13 orang)
SPS-2000 edisi Sutrisno Hadi.
22 Tahun (16 orang)

22,41 %
44,83 %
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Subyek Penelitian Sumber: Data Hasil Pengolahan
Subyekpenelitian terdiri dari
58 Dari grafik 2 terlihat bahwa subyek
orang residen tempat rehabilitasi remaja penyalahguna narkoba di tiga
penyalahuna narkoba di tiga tempat tempat rehabilitasi narkoba paling banyak
rehabilitasi penyalahguna narkoba, yaitu berusia 20 tahun yaitu sebesar 44,83 % dari
Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi, Cawang, jumlah sampel, paling sedikit berusia 19
Jakarta Timur, sebanyak 28 orang (48,28 tahun yaitu hanya 5,17 % dari sampel
%). Rumah rehabilitasi narkoba Bethesda, penelitian.
Sunter, sebanyak 14 orang (24,14 %), dan Tingkat pendidikan sampel
Lembaga Rehabilitas Ketergantungan penelitian sangat beragam, dapat dilihat
Narkoba FAN (For All Nation) Campus, gambarannya melalui sajian pie chart
Cisarua, sebanyak 16 orang (27,59 %). berikut ini:
Masing-masing prosentase jumlahnya dapat
dilihat pada pie chart di bawah ini: Grafik 3
Tingkat Pendidikan
Grafik 1.
Gambaran frekuensi subyek berdasarkan 1,72 % 5,17 %

lokasi 25,86 %

Lokasi Penelitian

27,59 %
12,08 % 51,72 %
48,28 % 3,45 %
Pamardi Siwi (28 orang) SD (1 orang) SMP (3 orang)
SMU/STM/SMK (30 orang) D1 (2 orang)
Bethesda (14 orang) D3 (7 orang) S1 (15 orang)
24,14 % Fan Campus (16 orang)
Sumber: Data Hasil Pengolahan

Dari grafik 3 terlihat bahwa subyek


remaja penyalahguna narkoba di tiga
Sumber: Data Hasil Pengolahan tempat rehabilitasi narkoba paling banyak
berpendidikan tingkat SMU/sederajat yaitu
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 63
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

sebesar 51,72 % dari jumlah sampel, paling Grafik 4


sedikit berpendidikan tingkat SD yaitu JENIS KELAMIN

hanya 5,17 % dari sampel penelitian. 6,9

Terdapat perbedaan jumlah yang


sangat mencolok untuk jenis kelamin pada
sampel penelitian ini. Jenis kelamin sampel
penelitian digambarkan dengan pie chart 93,1

berikut ini (grafik 4). Dari grafik 4 terlihat Laki-Laki (54 orang)

bahwa subyek remaja penyalahguna Perempuan (4 orang)

narkoba di tiga tempat rehabilitasi narkoba Sumber: Data Hasil Pengolahan


mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 93,10 % dari sampel, dan sisanya Suku bangsa sampel penelitian ini
adalah perempuan yaitu hanya 6,90 % dari sangat variatif, hasilnya digambarkan
sampel penelitian. dengan grafik batang berikut ini:

Grafik 5
SUKU BANGSA

25
20

Dari grafik 4.5 terlihat bahwa subyek remaja penyalahguna narkoba di tiga tempat
15
10

0 Sunda Palemban

Jawa (11 Minang (4 Batak (8 Tionghoa Betawi (5 Bugis (1 Makasar Tapanuli Aceh (2 Lampung Arab (1 Belanda
orang) (13 orang) orang) (5 orang) orang) orang) (1 orang) (1 orang) orang) g (2 (3 orang) orang) (1 orang)
orang) orang)
Series1 18,97 22,41 6,92 13,79 8,62 8,62 1,72 1,72 1,72 3,45 3,45 5,17 1,72 1,72

Sumber: Data Hasil Pengolahan

Subyek penelitian dari rehabilitasi Grafik 6


narkoba mayoritas berasal dari suku Sunda LAMA MENGGUNAKAN NARKOBA (DALAM TAHUN)

yaitu sebesar 22,41 % dari jumlah sampel, 3,45 % 10,34 %


dan paling sedikit berasal dari suku Bugis, 24,14 %
Makasar, Tapanuli, dan juga ada yang 18,97 %
berkebangsaan Arab dan Belanda yaitu 1-3 Tahun (6 orang)
masing-masing hanya 1,72 % dari sampel 4-6 Tahun (11orang)
penelitian 7-9 (25 orang)
Untuk gambaran mengenai waktu 10-12 (14 orang)
lamanya sampel menyalahgunakan narkoba 43,10 % 13-15 (2 orang)
dapat dilihat pada pie chart berikut ini
(grafik 6).

Sumber: Data Hasil Pengolahan


64 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Dari grafik 6 terlihat bahwa Dari grafik 8 terlihat bahwa subyek


mayoritas subyek remaja penyalahguna penelitian yang pernah menetap di luar
narkoba telah menyalahgunakan narkoba negeri sebanyak 12 orang, dimana subyek
selama 7 – 9 tahun yaitu sebesar 43,10 % terbanyak menetap di negara yang masih
dari jumlah sampel. Dan paling sedikit berada di kawasan Asia, yaitu Singapura; 5
subyek telah menyalahgunakan narkoba orang atau bila diprosentasekan sebesar
selama 13 – 15 tahun yaitu sebesar 3,45 % 8,62 %, dan Cina; 2 orang atau 3,45 %.
dari sampel penelitian.
Dari sekian jumlah sampel Grafik 9
penelitian hanya 12 orang yang pernah
tinggal di luar negeri, atau bila Lama Menetap
diprosentasekan sebesar 20,69 % dari 1,72 % 1,72 %
1,72 %
jumlah sampel. Sementara sisanya
sebanyak 46 orang tidak pernah tinggal di
luar negeri atau sebesar 79,31 % dari
sampel penelitian. Di bawah ini pada grafik
7; 8; dan 9 akan dijelaskan secara lebih 6,92 %

detail mengenai negara yang pernah 8,62 %

menjadi tempat tinggalnya dan lamanya 6 Bulan ( 1 orang) 7 Bulan (1 orang) 1 Tahun (5 orang)
menetap di negara tersebut. 2 Tahun (4 orang) 6 Tahun (1 orang)

Grafik 7 Sumber: Data Hasil Pengolahan


Subjek Yang Tidak Pernah Tinggal Di Luar Negeri (46 orang)
Subjek Yang Pernah Tinggal Di Luar Negeri (12 orang) Grafik 9 menggambarkan lamanya
subyek penelitian yang pernah menetap di
20,69 % luar negeri. Dari keseluruhan subyek yang
pernah menetap di luar negeri, 1 orang
pernah menetap di Belanda selama 6 tahun.
Lalu sebanyak 4 orang menetap selama 2
tahun, dengan rincian masing-masing 3
79,31 % orang di Singapura dan 1 orang di Amerika.
Kemudian, sebanyak 5 orang menetap
Sumber: Data Hasil Pengolahan
selama 1 tahun masing-masing di negara
Cina, Singapura, Australia, dan Yaman.
Selanjutnya, masa menetap di luar negeri
cenderung singkat yaitu selama 7 bulan; 1
Grafik 8 orang di Cina, dan selama 6 bulan; 1 orang
Subjek Yang Pernah Tinggal Di Luar Negeri di Australia.
3,45 % 1,72 %
1,72 %
Uji Asumsi
1,72 % Dalam menggunakan analisis
regresi terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu datanya berdistribusi
normal dan hubungan antar variabel bebas
dan variabel terikat adalah linier.
3,45 % Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka
data sebelum dianalisis dengan
8,62 % menggunakan teknik analisis regresi
Amerika (1 orang) Belanda (1 orang) Yaman (1 orang) sederhana maka dilakukan uji asumsi
Singapura (5 orang) Cina (2 orang) Australia (2 orang) terlebih dahulu. Di bawah ini akan
Sumber: Data Hasil Pengolahan
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 65
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

ditampilkan hasil uji normalitas sebaran dan penyimpangannya tidak signifikan


linieritas variabel. (p>0,05), sebarannya dinyatakan
a) Uji normalitas data normal. Sebaliknya jika p<0,05
Uji normalitas data ditujukan untuk sebarannya dinyatakan tidak normal.
menjawab pertanyaan apakah syarat Hasil uji normalitas data asertivitas
keterwakilan sampel terpenuhi atau diperoleh skor chi square sebesar 6,244
tidak sehingga hasil penelitian dapat dengan derajat bebas (degree of
digeneralisasikan terhadap populasi freedom) db = 3 menghasilkan peluang
(Arikunto, 2002). Uji normalitas hanya ralat p = 0,100 yang berarti tidak ada
dilakukan terhadap variabel kriteria perbedaan yang signifikan antara
penelitian saja dalam hal ini adalah frekuensi empiris dengan frekuensi
variabel asertivitas. Uji normalitas data teoritis dari kurva normal. Oleh karena
dilakukan dengan menggunakan SPS- itu, hasil uji normalitas menyatakan
2000 yang menggunakan chi square bahwa sebaran data asertivitas adalah
untuk menguji apakah sebaran empiris normal. Berikut adalah tabel
menyimpang secara signifikan atau rangkuman hasil uji normalitas:
tidak dari sebaran normal. Jika

Tabel 2
Rangkuman Uji Normalitas
Variabel (Y) Chi Square db p
Sebaran

Asertivitas 6,244 3 0,100 Normal


Sumber: Data Hasil Pengolahan

b) Uji linieritas hubungan sebesar 0,113 dan p = 0,738. Karena p>0,05


Hampir semua analisis korelasi dan dan terdapat beda yang tidak signifikan maka
regresi disiapkan untuk data dengan korelasinya dismpulkan linier.
hubungan yang linier. Oleh karena Setelah diperoleh kenormalitasan
itu, perlu dilakukan uji linieritas sebaran data dan kelinieritasan hubungan
hubungan untuk melihat apakah data antara variabel bebas dengan variabel
penelitian yang diperoleh memiliki terikat, maka peneliti baru melakukan
hubungan yang linier atau tidak. pengolahan data penelitian dengan
Hasil uji linieritas hubungan antara menggunakan teknik regresi sederhana.
harga diri (x) dengan asertivitas (y) adalah Hasil uji linieritas secara lengkap dapat
linier. Hal ini dibuktikan oleh R 2 antara dilihat pada Lampiran D. Berikut adalah
regresi derajat pertama dengan derajat tabel hasil rangkuman uji linieritas:
kedua sebesar 0,001, menghasilkan F-beda

Tabel 3
Rangkuman Uji Linieritas
Variabel F beda p Keterangan

X-Y 0,113 0,738 Linier

Sumber: Data Hasil Pengolahan

66 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Uji Regresi program statistik SPS-2000 regresi


Data yang telah terkumpul selain sederhana. Di bawah ini adalah tabel yang
dianalisis dengan menggunakan program memuat rangkuman perhitungan uji regresi
statistik deskriptif juga dianalisis dengan pada penelitian ini:

Tabel 4
Rangkuman Uji Regresi

Rxy R2 Db F P Keterangan
0,560 0,313 1 / 56 25,544 0,000 Sangat signifikan

Sumber: Data Hasil Pengolahan

dengan persamaan regresi sebagai berikut: Analisis Varians (Anova)


Y = 43, 978 + 0,313X Untuk membandingkan varians
Dari uji F test didapat F hitung antar kelompok pada subyek penelitian
adalah 25,544 dengan tingkat signifikansi digunakan uji-F anova satu jalan.
0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ada perbedaan yang signifikan antara rata-
bisa dipakai untuk memprediksi asertivitas. rata hitung tiga kelompok data atau lebih
(Sugiyono, 2002).
Dari perhitungan statistik dengan Berdasarkan hasil analisis
menggunakan program statistik SPS-2000 didapatkan bahwa F hitung untuk variabel
diperoleh koefisien Rxy sebesar 0,560; F asertivitas sebesar 0,923 dengan
sebesar 25,544 dan p<0,01. Hal ini berarti probabilitas 0,404. Oleh karena probabilitas
bahwa terdapat hubungan yang positif dan > 0,05 maka H2 ditolak. Dengan kata lain,
sangat signifikan antara harga diri terhadap rata-rata asertivitas subyek penelitian pada
asertivitas. Dengan demikian hipotesis yang tiga tempat rehabilitasi penyalahguna
menyatakan bahwa harga diri berhubungan narkoba tersebut adalah identik/tidak
dan memiliki peranan terhadap asertivitas berbeda secara nyata. Demikian juga
remaja penyahguna narkoba tidak ditolak. dengan hasil analisis untuk variabel harga
Untuk lebih lengkapnya hasil uji regresi diri didapatkan F hitung sebesar 1,144
dapat dilihat pada lampiran E. dengan probabilitas 0,326. Oleh karena
Setelah melakukan analisis regresi, probabilitas > 0,05 maka H 2 ditolak. Atau
hasilnya diketahui bahwa harga diri rata-rata harga diri subyek penelitian pada
berhubungan dan memiliki peran terhadap tiga tempat rehabilitasi penyalahguna
asertivitas remaja penyalahguna narkoba. narkoba adalah identik. Hasil perhitungan
Karena sampel penelitian diambil di tiga uji anova secara lengkap
tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba Dapat dilihat pada lampiran F.
yang berbeda, maka peneliti merasa perlu Berikut adalah tabel yang memuat
melakukan analisis tambahan yaitu rangkuman hasil perhitungan uji-F anova
membandingkan varians antar tempat satu jalan pada penelitian ini.
rehabilitasi tersebut. Hasilnya dapat dilihat
di bawah ini.

Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 67


Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Tabel 5
Rangkuman uji-F anova satu jalan (lokasi penelitian)

df F Sig. Keterangan

Asertivitas Between groups 2 0,923 0,404 Tidak signifikan


Within groups 55
Harga diri Between groups 2 1,144 0,326 Tidak signifikan

Within groups 55

Sumber: Data Hasil Pengolahan

Analisis tambahan juga dibuat nyata. Demikian juga dengan hasil analisis
untuk melihat apakah terdapat perbedaan untuk variabel harga diri didapatkan F
rata-rata antara harga diri dan asertivitas hitung sebesar 2,562 dengan probabilitas
pada subyek yang pernah tinggal di luar 0,115. Oleh karena probabilitas > 0,05
negeri dengan subyek yang belum pernah maka rata-rata harga diri subyek penelitian
tinggal di luar negeri. Hasilnya diperoleh F yang pernah tinggal di luar negeri dengan
hitung untuk variabel asertivitas sebesar yang belum pernah tinggal di luar negeri
0,085 dengan probabilitas 0,772. Oleh pada tiga tempat rehabilitasi penyalahguna
karena probabilitas > 0,05 maka rata-rata narkoba adalah identik. Hasil perhitungan
asertivitas subyek penelitian yang pernah uji anova secara lengkap dapat dilihat pada
tinggal di luar negeri dengan yang belum lampiran F. Berikut adalah tabel yang
pernah tinggal di luar negeri pada tiga memuat rangkuman hasil perhitungan uji-F
tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba anova satu jalan pada penelitian ini.
tersebut adalah identik/tidak berbeda secara

Tabel 6
Rangkuman uji-F anova satu jalan (tempat tinggal subyek penelitian)

df F Sig. Keterangan
Asertivitas Between groups 1 0,085 0,772 Tidak signifikan

Within groups 56
Harga diri Between groups 1 2,562 0,115 Tidak signifikan

Within groups 56

Sumber: Data Hasil Pengolahan

Pembahasan bahwa harga diri berhubungan secara


Berdasarkan analisis statistik pada positif dan berperan secara signifikan
penelitian ini, hasil analisis regresi terhadap asertivitas remaja penyalahguna
menunjukkan bahwa variabel prediktor narkoba tidak ditolak. Karena arah
dalam penelitian ini yaitu harga diri korelasinya positif maka dapat dikatakan
mempunyai hubungan positif dan sangat bahwa semakin tinggi tingkat harga diri
signifikan dengan variabel kriteriumnya yang dimiliki individu, semakin tinggi pula
yaitu asertivitas. Hal ini ditunjukkan oleh asertivitasnya. Sebaliknya semakin rendah
koefisien korelasi sebesar 0,560 (p<0,001). tingkat harga diri remaja, maka akan
Hal ini berarti Hipotesis yang menyatakan semakin rendah pula asertivitasnya.
68 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Dengan diketahuinya koefisien budaya barat yang notabene lebih


determinasi (R2) sebesar 0,313 dapat individualistis dimana sebenarnya individu-
diartikan bahwa asertivitas dapat diprediksi individu didalamnya lebih menghargai hak-
oleh variabel prediktor dalam penelitian ini haknya sebagai individu. Hal ini membuat
yaitu harga diri sebesar 31,30 %. Sisanya mereka lebih berani dalam mengemukakan
sebesar 68,70 % dapat dipengaruhi oleh pendapat dan keinginannya walaupun
faktor-faktor lain selain harga diri yang bertentangan dengan kebanyakan orang.
tidak diteliti dalam penelitian ini. Walaupun Sedangkan pada budaya timur lebih
hasil yang diperoleh, bahwa harga diri mengedepankan toleransi terhadap sesama,
berperan dengan sangat signifikan terhadap sehingga lama-kelamaan tumbuh sikap
pembentukan asertivitas seseorang, tetapi hidup yang terbiasa untuk mengiyakan
prosentase sumbangan efektifnya tidak sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan.
terlampau besar. Hal ini dikarenakan Dari hasil pengisian identitas
peneliti mengambil subyek penelitian pada subyek hanya terdapat 12 orang subyek
tempat-tempat rehabilitasi penyalahguna penelitian yang pernah tinggal di luar
narkoba yang tentunya si subyek selama negeri dari total keseluruhan subyek
menjadi residen di lokasi penelitian telah penelitian sebanyak 58 orang. Mayoritas
mendapatkan treatment-treatment yang subyek penelitian yang pernah tinggal di
dapat meningkatkan rasa percaya dirinya luar negeri hanya menetap selama 2 tahun
sehingga ia merasa lebih berharga. Dengan di negara Singapura, waktu yang relatif
demikian tidak mengherankan apabila singkat untuk penanaman nilai-nilai budaya
prosentase sumbangan harga diri terhadap pada diri seseorang dan Singapura juga
asertivitas pada subyek peneltian tidak masih termasuk negara di benua Asia
begitu tinggi. dengan budaya ketimurannya. Jadi, dapat
Berdasarkan hasil pengisian dilihat disini bahwa subyek penelitian
identitas subyek penelitian terlihat bahwa sebagian besar berada pada suatu
sebagian besar subyek penelitian berjenis lingkungan dengan budaya yang memberi
kelamin laki-laki, dan hanya sebagian kecil kesempatan yang cenderung minim pada
saja yang berjenis kelamin perempuan. individunya dalam memunculkan
Menurut L’abate & Milan (1985) secara asertivitasnya. Hal tersebut semakin
umum, individu yang berjenis kelamin dikuatkan dengan dilakukannya uji One
perempuan memiliki kecenderungan untuk way ANOVA terhadap subyek penelitian
menampilkan tingkah laku yang kurang yang pernah tinggal di luar negeri dengan
asertif. Pada penelitian ini, justru subyek subyek penelitian yang tidak pernah tinggal
penelitian lebih didominasi oleh laki-laki di luiar negeri. Hasilnya diperoleh F hitung
karena subyek penelitian adalah para sebesar 0,085 dengan p = 0,772 untuk
remaja penyalahgunaan narkoba, karena asertivitas subyek yang pernah tinggal di
individu yang berjenis kelamin laki-laki luar negeri dan yang belum pernah tinggal
lebih rentan terhadap penyalahgunaan di luar negeri, kemudian untuk variabel
narkoba daripada individu yang berjenis harga diri diperoleh F hitung sebesar 2,562
kelamin perempuan (Ketterlinus & Lamb, dengan p = 0,115, karena untuk masing-
1994). masing probabilitasnya > 0,05 maka artinya
Menurut Rathus & Nevid (1980) tidak terdapat perbedaan yang signifikan
kebudayaan yang terdapat pada suatu antara rata-rata harga diri dan asertivitas
lingkungan bisa menjadi salah satu faktor subyek penelitian yang pernah tinggal di
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam luar negeri dengan subyek penelitian yang
memunculkan asertivitasnya. Apabila kita tidak pernah tinggal di luar negeri
membandingkan antara kebudayaan barat sebelumnya. Hal ini terjadi karena menurut
(western culture) dengan kebudayaan timur Berry, Poortinga, Segall, & Dasen (1992)
(eastern culture) Menurut Koentjaraningrat individu-individu tersebut diduga
(2000) terlihat perbedaan yang nyata, pada melakukan strategi akulturasi separasi,
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 69
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

yaitu mereka tetap mempertahankan nilai- kebiasaan yang cenderung negatif seperti
nilai individu ketika mereka melakukan penyalahgunaan narkoba (Rice, 1999).
kontak dengan budaya asing karena mereka Kemudian, berdasarkan hasil
menganggap budaya yang mereka pegang pengisian identitas subyek penelitian
sudah cukup baik. Mereka tidak melakukan diketahui juga bahwa sebagian besar tingkat
asimilasi yaitu kecenderungan untuk tidak pendidikan subyek penelitian adalah pada
mempertahankan dan tidak ingin tingkat SMU/sederajat. Sejalan dengan apa
memelihara budaya dan jati dirinya dan yang dikemukakan oleh Rathus & Nevid
melakukan interaksi dengan masyarakat (1980) bahwa semakin tinggi tingkat
yang dominan. Untuk hasil lebih pendidikan seseorang, maka semakin luas
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. wawasan berpikirnya sehingga kemampuan
Selain itu, peneliti menetapkan usia untuk mengembangkan diri lebih terbuka.
subyek penelitian berkisar antara 19 sampai Oleh karena mayoritas subyek penelitian
22 tahun atau yang dikategorikan ke dalam hanya mengenyam pendidikan sampai pada
remaja akhir. Seperti telah disinggung tingkat SMU/sederajat, maka tidak
bahwa terdapat banyak perubahan yang mengherankan bila asertivitas yang dimiliki
terjadi pada masa remaja, salah satunya tidak tinggi yang terlihat dari
adalah perubahan kognitif/cognitive kecenderungan menampilkan perilaku yang
transitions (Steinberg, 2002). Berdasarkan menyimpang dalam hal ini penyalahgunaan
perubahan tersebut remaja digambarkan narkoba. Rendahnya asertivitas yang
sudah mampu untuk berpikir lebih logis dan dimiliki individu menjadi salah satu aspek
abstrak, yang dapat berpengaruh terhadap yang diidentifikasikan berperan penting
cara mereka berpikir tentang diri sendiri, dalam penyalahgunaan narkoba pada
dan hubungan mereka dengan orang lain remaja (Horan & Williams, dkk dalam
terutama teman-teman sebaya. Contohnya, Aviatin, 2004).
kemampuan remaja dalam membuat Senada dengan yang diungkapkan
rencana-rencana untuk masa depannya, oleh Davison & Neale (1974) bahwa
untuk berdebat dengan orang lain tentang seorang remaja akan menjadi sangat rentan
suatu hal, bahkan berpengaruh juga terhadap penyalahgunaan narkoba apabila
terhadap kemampuan mereka dalam dihadapkan pada faktor-faktor tertentu yang
pengambilan keputusan sehari-hari datang baik dari dalam dirinya (internal)
(Steinberg, 2002). Namun, menurut Papalia maupun dari luar dirinya (eksternal).
(1999) terdapat banyak dari remaja akhir Faktor-faktor tersebut antara lain,
yang masih tidak mampu untuk berpikir karakteristik kepribadian, pengaruh teman,
abstrak seperti yang telah disinggung ketersediaan narkoba, dan keadaan
sebelumnya, dan bagi mereka yang mampu keluarga. Hal yang dapat mendukung
sekalipun tidak selalu menggunakannya. seseorang terlibat dalam penyalahgunaan
Akibatnya, remaja dapat terjebak dalam narkoba antara lain dapat dilihat dari
karakteristik yang tidak matang dari cara karakteristik kepribadiannya yang
berpikir remaja yaitu indecisiveness cenderung lemah, mudah kecewa, tidak
(Papalia, 1999). Remaja menjadi bingung dapat menerima kegagalan, sehingga disaat
dan cenderung tidak dapat mengambil ia dihadapkan pada suatu permasalahan,
keputusan untuk dirinya sendiri. Menurut timbul kecemasan dalam dirinya. Individu
Galbo dalam Rice (1999) remaja akhir seperti ini akan melihat narkoba sebagai
memandang teman-teman sebaya sebagai suatu media untuk melepaskan ketegangan
significant others dalam kehidupan mereka. serta kecemasan yang ada dalam dirinya
Hal ini mengakibatkan remaja seringkali (Sarafino, 1994). Berbeda dengan individu
mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang yang memiliki kepribadian yang kuat,
ditampilkan oleh lingkungannya dalam hal ketika ia menemui suatu permasalahan,
ini teman-temannya, termasuk kebiasaan- merasakan kecemasan dan ketegangan
dalam dirinya, Ia tidak menggantungkan
70 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

diri pada orang lain apalagi pada narkoba mengatakan tidak terhadap permintaan
sebagai sarana pemecahan masalahnya. Ia yang diutarakan oleh orang lain atau sulit
tahu mana yang benar dan mana yang salah, menolak. Sejalan dengan teori yang
berani mengatakan tidak, dan tidak dikemukakan oleh Rathus & Nevid (1983)
tergantung pada pengaruh orang lain. bahwa salah satu hal yang dapat
Pengaruh teman juga merupakan mempengaruhi asertivitas seseorang adalah
salah satu penyebab yang dominan dalam harga diri. Dengan demikian apabila harga
penyalahgunaan narkoba (Sarafino, 1994). diri yang dimiliki individu semakin
Menurut Steinberg (1996) karakteristik meningkat, maka akan meningkat pula
khusus dari masa remaja yaitu merupakan keyakinan terhadap dirinya sendiri dan
tahap perkembangan yang secara psikologis meredamkan kekhawatiran sosial yang
lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan dirasakannya, sehingga asertivitas dalam
sekitarnya. Ketika remaja berada dirinya akan muncul. Apabila asertivitas
dilingkungan yang dekat dengan narkoba, dalam diri individu terus meningkat maka
hal ini dapat menjadikan remaja tersebut ia akan terbebas dari kesulitan untuk
terstimuli untuk ikut terjerumus dalam menolak sesuatu seperti ajakan untuk
penyalahgunaan narkoba juga (Sarafino, mengkonsumsi narkoba.
1994). Penolakan yang dilakukan terhadap Menurut Frey & Carlock (1993)
ajakan untuk mengkonsumsi narkoba sulit individu yang memiliki harga diri positif
dikemukakan oleh remaja, karena perasaan akan menilai dirinya sebagai seseorang
sungkan dan takut dikucilkan, mereka tidak yang memiliki kemampuan, pengetahuan
mampu mengemukakan pendapatnya secara dan keunikan. Perasaan yang demikian
langsung dan jujur. Mereka merasa tidak akan melahirkan kepercayaan,
nyaman dengan dirinya, pasif, dan sangat menghilangkan kekhawatiran pada diri
tergantung. Remaja yang pasif akan dengan sendiri untuk bertindak, melakukan sesuatu,
mudah terbawa pengaruh dari orang lain, ataupun memutuskan sesuatu tanpa
disini ia akan menemui kesulitan dalam pengaruh dari orang lain karena ia merasa
mengekspresikan dirinya, melakukan suatu dirinya cukup berharga. Jadi, semakin
permintaan, ataupun menolak sesuatu dari positif harga diri seseorang maka semakin
orang lain, ia akan merasa sungkan untuk tinggi asertivitas pada dirinya.
melakukannya bahkan untuk sesuatu yang Berdasarkan hasil perhitungan uji-F
negatif sekalipun yaitu menyalahgunakan yang dilakukan peneliti sebagai analisis
narkoba, dalam hal ini menurut Lange & tambahan, diketahui nilai F hitung sebesar
Jakubowski (dalam Calhoun, 1990) remaja 0,923 dengan probabilitas 0,404. Karena p
tersebut terhambat dalam menampilkan > 0,05 maka H2 ditolak, artinya tidak ada
asertivitasnya. perbedaan yang signifikan terhadap rata-
Sebagaimana telah dibahas pada rata asertivitas subyek penelitian di tiga
bab II, individu yang memiliki tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba
kecenderungan tidak asertif tidak percaya yang menjadi lokasi penelitian (Pamardi
bahwa mereka memiliki hak untuk Siwi, Bethesda, dan FAN Campus). Nilai F
mengekspresikan perasaan-perasaan hitung untuk variabel harga diri diketahui
mereka, mengemukakan opini-opini mereka sebesar 1,144 dengan probabilitas 0,326.
dan segala hal yang mereka yakini benar Karena p > 0,05 maka H2 ditolak, artinya
dan sesuai dengan hati nurani (Jakubowski, tidak ada perbedaan yang signifikan
1976 dan Alberti & Emmons, 1995). terhadap rata-rata harga diri subyek
Akibatnya, individu akan sulit penelitian di tiga tempat rehabilitasi
mengekspresikan keinginan-keinginannya penyalahguna narkoba yang menjadi lokasi
secara spontan, tidak merasa nyaman penelitian. Jadi, walaupun pengambilan
menerima pujian-pujian dari orang lain, sampel dilakukan di tiga tempat rehabilitasi
sulit mengemukakan ketidaksetujuannya penyalahguna narkoba yang berbeda
kepada orang lain, dan tentu saja sulit atmosfir, lingkungan, serta metode yang
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 71
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

diberikan kepada para residennya, hal ini apabila pada masa yang akan datang
tidak menjadikan adanya perbedaan juga dilakukan penelitian mengenai
terhadap karakteristik subyek penelitian hubungan antara kebudayaan dengan
pada tiga lokasi penelitian yang berbeda itu. asertivitas, baik kebudayaan dalam
negeri ataupun dalam skala
Kesimpulan internasional.
Mengacu pada hasil analisis data 4. Sampel penelitian yaitu remaja
yang telah diuraikan sebelumnya, maka penyalahguna narkoba yang menjadi
dapat disimpulkan bahwa harga diri residen di tempat-tempat rehabilitasi
berhubungan secara positif dan memiliki penyalahguna narkoba. Akan lebih
peranan terhadap asertivitas remaja menarik apabila diteliti lebih lanjut
penyalahguna narkoba. Arah hubungan mengenai perbandingan harga diri
yang positif tersebut menunjukkan bahwa terhadap asertivitas remaja
semakin tinggi harga diri yang dimiliki penyalahguna narkoba yang
remaja penyalahguna narkoba maka mendapatkan treatment atau yang
semakin tinggi pula asertivitas yang menjadi residen di tempat rehabilitasi
dimilikinya. Begitupun sebaliknya, semakin penyalahguna narkoba dengan remaja
rendah harga diri yang dimiliki remaja yang tidak mendapatkan treatment atau
penyalahguna narkoba maka semakin tidak menjadi residen di tempat
rendah pula asertivitasnya. Berdasarkan rehabilitasi penyalahguna narkoba.
hasil uji regresi diperoleh kesimpulan
bahwa harga diri memiliki peranan yang Daftar Pustaka
signifikan terhadap asertivitas remaja Aku dan Teman Se-geng, Kompas, hal. 50,
penyalahguna narkoba. 23 Juli, 2004.
Berdasarkan hasil analisis data
tambahan dapat disimpulkan bahwa tidak Assertiveness & Self Esteem.
ada perbedaan yang siginifikan terhadap http://encyclopedia.thefreedictionar
rata-rata harga diri dan asertivitas pada y.com/2004
subyek penelitian di tiga lokasi penelitian. Assertiveness Test-Revised.
Dengan kata lain, variansi dari ketiga www.psychologytoday.psytest.com
tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba
adalah identik. Aviatin, Tina, ”Pengaruh Program
Kelompok “AJI” Dalam
Saran Peningkatan Harga Diri,
Berdasarkan hasil analisis data dan Asertivitas, dan Pengetahuan
kesimpulan penelitian, maka terdapat Mengenai NAPZA Untuk Prevensi
beberapa saran yang dapat dijadikan bahan Penyalahgunaan NAPZA Pada
pertimbangan, antara lain: Remaja”, Jurnal Psikologi No.1,
1. Karena harga diri bukan merupakan 28-54. Fakultas Psikologi
satu-satunya faktor yang dapat Universitas Gadjah Mada,
mempengaruhi tinggi-rendahnya Yogyakarta, 2004.
asertivitas seseorang, maka perlu
diadakan penelitian lebih lanjut Berry, Poortinga, Segall, H., & Dasen,
mengenai asertivitas yang dikaitkan “Cross-Cultural Psychology:
dengan usia, tingkat pendidikan, Research & Applications”,
ataupun jenis kelamin. Cambridge University Press, 1992.
2. Dalam penelitian ini tidak dilakukan
analisis komparasi mengenai asertivitas Branden, Nathaniel, “The Six Pillars Of
pada jenis kelamin yang berbeda. Self Esteem”, Bantam Book, New
3. Asertivitas juga berkaitan dengan York, 1994.
kebudayaan, maka tidak salah kiranya
72 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)

Brown, Jonathan, “The Self”, McGraw Hill Sarafino, E.P, ”Health Psychology:
Co, Inc, New York, 1998. Biopsychosocial Interaction”, (2nd
ed), John Wiley & Sons, Inc,
Davison, Gerald C. & Neale, John M, Canada, 1994.
“Abnormal Psychology: An
Experimental Clinical Self Esteem Evaluation. www.gosecs.com/
Approach”, self-esteem.htm
John Wiley & Sons, Inc, New
York, 1974. Self Esteem Test. www.queendom.com

Frey, Diane & Carlock, Jesse C, Steinberg, Laurence,. “Adolescence”, (4th


“Enhancing Self Esteem”, ed), McGraw Hill, New York,
Accelarated Learning, Munice, 1996.
1993.
Sugiyono, ”Statistika untuk Penelitian”,
Hawari, Dadang, “Penyalahgunaan & Alfa Beta, Jakarta, 2004.
Ketergantungan NAZA”, FKUI,
Jakarta, 2002. Supardi, Sawitri, “Mengenal Remaja
Bermasalah dan Masalah Remaja”,
Hurlock, Elizabeth B, ”Psikologi Kompas, hal. 32, 9 september 1999.
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan”,
(edisi kelima). Terjemahan,
Penerbit Erlangga, 1991.

Peredaran Narkoba Naik 28,6 % per tahun,


”Media Indonesia”,
www.bnn.go.id, 2 Desember 2005.

Philip, Rice F, “The Adolescent


Development, Relationship, and
Culture”, (9th ed), Allyn & Bacon,
USA, 1999.

Rathus, S.A., & Nevid, J.S, “Behavior


Therapy of Solving Problem in
Living”, The New American
Library, Inc, New York, 1980.

Rathus, S.A., & Nevid, J.S, “Adjustment &


Growth: The Challenges of Life”,
(2nd ed), CBS College Publising,
New York, 1983.

Remaja, Narkoba, & AIDS, Republika, hal.


17, 13 Februari 2005.

Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 73

Anda mungkin juga menyukai