ABSTRAK
Narkoba masih menjadi suatu masalah yang belum dapat sepenuhnya diatasi. Data statistik
menunjukkan penyalahguna narkoba didominasi oleh remaja. Individu yang berada pada tahap
perkembangan tersebut cenderung lebih rentan terhadap pengaruh negatif lingkungannya dan
belum memiliki sikap hidup yang tegas, sehingga mereka membutuhkan suatu bentuk
ketrampilan sosial yang bisa mendukung menunjukkan keberanian menjadi diri sendiri yaitu
asertivitas. Harga diri memegang peranan penting dalam kemunculan asertivitas, karena remaja
yang memiliki tingkat harga diri tinggi tidak memiliki kekhawatiran yang besar terhadap
penilaian dari orang lain. Sehingga ia lebih mampu untuk bersikap asertif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesignifikansian hubungan serta peran antara harga diri terhadap
asertivitas pada remaja penyalahguna narkoba. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
dengan menggunakan teknik statistik regresi yaitu melihat kesignifikansian hubungan serta
peran antara harga diri yang dianggap sebagai variabel prediktor terhadap asertivitas yang
dianggap sebagai variabel kriteria. Sampel penelitian ini adalah para residen di beberapa tempat
rehabilitasi penyalahguna narkoba, yang termasuk dalam kategori remaja akhir atau berusia 19-
22 tahun, diambil dengan teknik purpossive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui alat
ukur berupa angket yang dimodifikasi dari teori Palmer & Froehner untuk skala asertivitas dan
Frey & Carlock untuk skala harga diri. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hubungan yang
signifikan antara harga diri dengan asertivitas. Harga diri mampu memprediksi atau memiliki
peran sebesar 31,3 % terhadap asertivitas. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
harga diri berhubungan dan berperan secara signifikan terhadap asertivitas remaja penyalahguna
narkoba tidak ditolak. Analisis tambahan dengan Oneway ANOVA menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata harga diri (F = 1,144) dan asertivitas (F =
0,923) subyek penelitian di tiga tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba (p > 0,05).
Tabel 1
Perbedaan Perilaku Non-asertif, Asertif dan Agresif
Tingkah Laku Non Asertif Tingkah Laku Asertif Tingkah Laku Agresif
Pelaku Pelaku Pelaku
Penyangkalan Diri Perbaikan/peningkatan diri Perbaikan diri dengan cara
merugikan orang lain
Kecenderungan menahan Ekspresif Terlalu ekspresif
Tidak meraih tujuan yang Bisa meraih tujuan yang Meraih tujuan dengan
diinginkannya diinginkannya mengorbankan orang lain
Pilihan dari orang lain Pilihan untuk diri sendiri Memilihkan untuk orang lain
Tidak tegas, cemas, Percaya diri, merasa nyaman Memandang rendah orang
memandang rendah diri dengan dirinya lain
sendiri
Sumber: Alberti & Emmos (dalam Tubbs & Moss, 2003)
to which the individual believes himself to terjadi secara perlahan-lahan, yaitu melalui
be capable, significant, succesfull and interaksinya dengan orangtua, orang lain
worthy.” yang bermakna bagi individu tersebut, dan
(dalam Branden, 1994, hal.306) teman-teman sebayanya. (Frey & Carlock,
Lawrence (1988) mengatakan 1993).
bahwa harga diri merupakan evaluasi Felker (1974) memberikan uraian
seseorang mengenai perbedaan yang perkembangan harga diri dalam
ditemukannya antara ‘self image’ dan ‘ideal hubungannya dengan 3 (tiga) aspek yaitu
self’. Kemudian Frey & Carlock (1993) perasaan kompetensi, perasaan berarti, dan
menambahkan bahwa harga diri merupakan perasaan dimiliki. Perasaan berarti dan
penilaian baik itu penilaian positif, negatif, dimiliki mulai tumbuh pada saat anak usia 2
netral, maupun ambigu terhadap diri tahun, melalui perhatian dan kasih sayang
sendiri. yang diberikan orangtua terutama ibu. Dari
Harga diri tidak identik dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi dan
konsep diri, meskipun kedua istilah tersebut dialaminya melalui interaksi individu
sering terkacaukan (Burns, 1997). Konsep dengan orangtuanya, anak akan merasakan
diri merupakan serangkaian tanggapan bahwa orangtuanya siap untuk memenuhi
mengenai diri sendiri yang lebih baik atau segala kebutuhannya sehingga
buruk, tetapi beberapa lagi mungkin netral. berkembanglah perasaan bahwa ia berarti
Sebaliknya, harga diri berkaitan dengan bagi orangtuanya, bahwa ia milik
evaluasi diri mengenai kualitas diri sendiri. orangtuanya. Sejalan dengan pertumbuhan
Dengan adanya contoh mungkin dapat dan perkembangan anak, perasaan
dijelaskan perbedaan kedua istilah tersebut. kompeten semakin meluas. Perasaan
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dimiliki juga berkembang meluas kepada
mungkin sudah mempunyai konsep dirinya perasaan dimiliki oleh orang lain selain
sendiri sebagai seorang anak yang sering keluarganya. Individu belajar untuk dimiliki
berkelahi. Kalau ia menilai kemampuan oleh kelompok (peergroup) nya.
berkelahinya tersebut dan menganggapnya Ketika memasuki usia remaja,
baik, maka kualitas tersebut mungkin dapat perubahan fisik dan meluasnya lingkungan
meningkatkan harga dirinya. Tetapi kalau ia sosial anak mempengaruhi konsep diri
kurang bahagia dengan kecenderungan individu tersebut. Perubahan fisik yang
terlibat konflik maka kerentanannya dialami individu membawa konsekuensi
terhadap agresi tersebut dapat menurunkan pada perubahan harapan lingkungan
harga dirinya. Menurut Beane & Lipka mengenai peran dan perilakunya yang harus
(dalam Rombe, 1997) harga diri adalah ditampilkan remaja. Perubahan harapan
penilaian yang diberikan individu kepada tersebut membuat remaja melakukan
konsep dirinya khususnya mengenai derajat penilaian kembali akan sikap dan harapan
kepuasan individu terhadap dirinya tersebut orang lain terhadap dirinya. Dapat dilihat
secara sebagian atau keseluruhan. bahwa orang-orang yang sangat besar
Jadi dapat disimpulkan secara pengaruhnya terhadap perkembangan harga
umum bahwa harga diri adalah tinggi diri remaja adalah orangtua terutama ibu,
rendahnya penilaian seseorang terhadap orang-orang yang bermakna lainnya, dan
dirinya sendiri menurut status pribadi yang teman-teman sebayanya. Selain itu,
dilihatnya secara subyektif dan interaksi individu dengan lingkungan
diekspresikan lewat sikap individu tersebut membantu individu dalam menilai dirinya.
terhadap dirinya sendiri. Horrocks (dalam Rombe, 1997)
menyatakan bahwa dasar dari
Perkembangan Harga Diri perkembangan harga diri kebanyakan
Perkembangan harga diri seseorang merupakan interaksi antara kepribadian
telah dimulai pada saat individu tersebut seseorang dengan pengalaman sosialnya.
dilahirkan ke dunia ini. Perkembangan ini
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 57
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
d. Mission (misi dan tujuan) tahun dan remaja akhir (late adolescence),
Yaitu perasaan yang dimiliki individu, usia 19 tahun – 22 tahun. Menurut
ia mempunyai tujuan dan motivasi Ketterlinus & Lamb (1994) individu yang
untuk hidup, mempunyai tanggung berada pada periode remaja akhir
jawab atas konsekuensi dari keputusan merupakan individu yang mayoritas
yang ia ambil, mempunyai kemampuan menjadi penyalahguna narkoba.
dalam membentuk tujuan yang realistik
dan dapat diterima, mampu mengikuti
rencana, mempunyai insisatif dan Narkoba
tanggung jawab atas aksinya, individu Penyalahgunaan narkoba menurut
mampu mencari alternatif atas Hawari (2002) adalah pemakaian zat diluar
masalahnya, mampu mengevaluasi indikasi medik, tanpa petunjuk/resep
dirinya sendiri berdasarkan atas apa dokter, pemkaian sendiri secara teratur atau
yang telah ia lakukan. berkala sekurang-kurangnya selama 1
e. Competence (keahlian) bulan. Sedangkan menurut Rice (1990)
Yaitu perasaan yang dimiliki individu yang dimaksud dengan penyalahgunaan
yaitu ia merasa berhasil dan mampu narkoba adalah penggunaan narkoba untuk
menyelesaikan hal-hal yang penting tujuan diluar medik atau dengan kuantitas
dan berharga, mempunyai kesadaran dan pengadministrasian yang tidak tepat.
akan kelebihan dan menerima Setiap jenis narkoba memiliki efek yang
kelemahan. Berani mengambil resiko berbeda-beda baik secara fisik maupun
dalam berbagi ide dan opini. Perasaan psikologis, tergantung pada jenis yang
sukses yang dimiliki oleh individu digunakannya. Sesuai dengan penelitian ini,
berdasarkan pengalaman pribadi berikut akan dikemukakan secara umum
dimana dianggap penting oleh individu mengenai penggolongan jenis-jenis narkoba
itu sendiri, kegagalan bagi individu yang banyak disalahgunakan oleh remaja,
tidak hanya sebagai isu tapi merupakan yaitu narkotik, stimulants, depressant,
fakta dan individu menganggap hallucinogen, mariyuana, dan inhalants
kesalahan yang dilakukannya (Rice, 1999).
merupakan alat dalam belajar, mampu Ada berbagai hal yang
memberi penilaian akan kemajuan yang mempengaruhi narkoba pada masa remaja.
telah dibuat, mampu memberikan Salah satu diantaranya adalah bahwa suplai
umpan balik dalam usahanya menerima dari narkoba tersebut mudah diperoleh,
kelemahan dan mencari keuntungan dengan jenis yang semakin beragam,
dari kesalahan yang dilakukan. terutama untuk mereka yang tinggla di
kota-kota besar.
Remaja Menurut Davison & Neale (1974)
Istilah remaja sering dikenal dalam ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
bahasa asing ‘adolescence’, berasal dari seseorang terlibat penyalahgunaan narkoba,
kata latin yaitu adolescere, yang artinya antara lain:
tumbuh atau tumbuh ke arah kematangan. a. Karakteristik kepribadian
Remaja adalah suatu periode transisi, Hal yang dapat menyebabkan remaja
mengkonsumsi narkoba adalah untuk
dimana individu mengalami perubahan baik
secara fisik maupun psikis dari masa anak- menurunkan ketegangan, kecemasan,
anak menuju ke masa dewasa (Hurlock, serta sebagai sarana untuk melarikan
1991). Masa remaja dibagi menjadi 3 (tiga) diri dari masalah. Mereka yang
periode (Kagan & Coles, Keniston & menggunakan narkoba sebagai sarana
untuk lari dari tekanan, kecemasan,
Lipsitz dalam Steinberg, 2002), yaitu
remaja awal (early adolescence), usia 11 masalah atau kenyataan cenderung
tahun – 14 tahun, remaja pertengahan merupakan remaja yang secara
(middle adolescence), usia 15 tahun – 18 emosional belum matang. Mereka
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 61
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
merasa tidak nyaman, pasif, dan sangat dekat, penuh permusuhan ataupun
tergantung. Mereka tidak terbiasa untuk konflik, komunikasi yang tidak terjalin
menghadapi kesulitan secara adaptif, dengan baik antar anggota keluarga
dan merasa bahwa hidup itu membuat akan memperbesar kemungkinan
frustasi dan sangat menimbulkan remaja mengkonsumsi narkoba (Rice,
kecemasan. Bila mereka menghadapi 1999).
masalah dalam hidup cenderung untuk
melarikan diri atau mencari bantuan
dengan menggantungkan diri pada Metode Penelitian
orang lain ataupun narkoba. Subyek Penelitian
b. Pengaruh teman Pengambilan sampel dalam
Kelompok teman sebaya terutama penelitian ini menggunakan teknik
teman dekat, memiliki pengaruh yang purpossive sampling, Populasi dalam
paling besar dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah remaja penyalahguna
konsumsi narkoba pada remaja (Kandel narkoba yang berada di tempat-tempat
dalam Sarafino, 1994). Motif yang rehabilitasi penyalahguna narkoba.
paling kuat adalah untuk menjadi sama Selanjutnya, sampel yang digunakan dalam
dengan teman-temannya (Chitwood, penelitian ini adalah para remaja
Wells & Russe dalam Rice, 1990). penyalahguna narkoba yang sedang
Penolakan terhadap ajakan untuk menjalani perawatan di tempat-tempat
mengkonsumsi narkoba akan membuat rehabilitasi penyalahguna narkoba.
ia merasa dikucilkan oleh teman- Karakteristik sampel penelitian ini adalah
temannya sehingga ia remaja usia 19-22 tahun atau dapat
mengesampingkan hak-hak pribadinya digolongkan sebagai remaja akhir yang
sebagai individu. Steinberg (1996) menjadi residen di tempat rehabilitasi
menyatakan pula bahwa remaja yang penyalahguna narkoba, karena menurut
terlibat dalam penyalahgunaan obat Ketterlinus & Lamb (1994) mayoritas
pada umumnya memiliki teman yang penyalahguna narkoba adalah individu yang
juga mengkonsumsi atau bersikap berada pada masa remaja akhir. Agar hasil
toleran terhadap penyalahgunaan yang diperoleh akurat maka peneliti
narkoba. membatasi pengambilan sampel hanya pada
c. Ketersediaan Narkoba remaja akhir saja, karena pada usia tersebut
Pada suatu komunitas tempat tinggal pada umumnya remaja telah mencapai
dimana narkoba mudah sekali tahap perkembangan harga diri yang relatif
didapatkan, dan atmosfer atau budaya stabil dibandingkan masa remaja awal dan
pada lingkungan tersebut cenderung tengah (Steinberg, 2002).
toleran terhadap ketersediaan narkoba,
maka biasanya angka peristiwa Instrumen Ukur
penyalahgunaan narkoba di daerah Instrumen ukur yang digunakan
semacam ini relatif tinggi (Davison & dalam penelitian ini ialah kuesioner. Dalam
Neale, 1974). penelitian ini ada dua buah alat ukur yang
d. Keadaan keluarga digunakan, yaitu alat ukur asertivitas dan
Ada kalanya remaja mengkonsumsi harga diri. Alat ukur asertivitas dalam
narkoba sebagai cara untuk melawan penelitian ini dimodifikasi berdasarkan
aturan yang ditetapkan oleh orang teori Palmer & Froehner (2000). Sedangkan
dewasa, terutama orangtua. Hal ini alat ukur untuk variabel harga diri dalam
terjadi karena remaja memiliki penelitian ini dimodifikasi berdasarkan
kebutuhan untuk dapat mandiri, yang teori dari Frey & Carlock (1993).
terhambat dengan adanya aturan
ataupun batasan tersebut. Selain itu,
hubungan anak-orangtua yang tidak
62 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
22,41 %
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Subyek Penelitian Sumber: Data Hasil Pengolahan
Subyek penelitian terdiri dari 58
orang residen tempat rehabilitasi Dari grafik 2 terlihat bahwa subyek
penyalahuna narkoba di tiga tempat remaja penyalahguna narkoba di tiga
rehabilitasi penyalahguna narkoba, yaitu tempat rehabilitasi narkoba paling banyak
Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi, Cawang, berusia 20 tahun yaitu sebesar 44,83 % dari
Jakarta Timur, sebanyak 28 orang (48,28 jumlah sampel, paling sedikit berusia 19
%). Rumah rehabilitasi narkoba Bethesda, tahun yaitu hanya 5,17 % dari sampel
Sunter, sebanyak 14 orang (24,14 %), dan penelitian.
Lembaga Rehabilitas Ketergantungan Tingkat pendidikan sampel
Narkoba FAN (For All Nation) Campus, penelitian sangat beragam, dapat dilihat
Cisarua, sebanyak 16 orang (27,59 %). gambarannya melalui sajian pie chart
Masing-masing prosentase jumlahnya dapat berikut ini:
dilihat pada pie chart di bawah ini:
Grafik 3
Grafik 1. Tingkat Pendidikan
Gambaran frekuensi subyek berdasarkan
lokasi 1,72 % 5,17 %
25,86 %
Lokasi Penelitian
27,59 %
12,08 % 51,72 %
48,28 % 3,45 %
SD (1 orang) SMP (3 orang)
Pamardi Siwi (28 orang) SMU/STM/SMK (30 orang) D1 (2 orang)
Bethesda (14 orang) D3 (7 orang) S1 (15 orang)
Fan Campus (16 orang)
24,14 % Sumber: Data Hasil Pengolahan
Grafik 5
SUKU BANGSA
25
20
Dari grafik 4.5 terlihat bahwa subyek remaja penyalahguna narkoba di tiga tempat
15
10
0
Sunda Palemban
Jawa (11 Minang (4 Batak (8 Tionghoa Betawi (5 Bugis (1 Makasar Tapanuli Aceh (2 Lampung Arab (1 Belanda
(13 g (2
orang) orang) orang) (5 orang) orang) orang) (1 orang) (1 orang) orang) (3 orang) orang) (1 orang)
orang) orang)
Series1 18,97 22,41 6,92 13,79 8,62 8,62 1,72 1,72 1,72 3,45 3,45 5,17 1,72 1,72
menjadi tempat tinggalnya dan lamanya 6 Bulan ( 1 orang) 7 Bulan (1 orang) 1 Tahun (5 orang)
menetap di negara tersebut. 2 Tahun (4 orang) 6 Tahun (1 orang)
Tabel 2
Rangkuman Uji Normalitas
Variabel (Y) Chi Square db p
Sebaran
Tabel 3
Rangkuman Uji Linieritas
Variabel F beda p Keterangan
Tabel 4
Rangkuman Uji Regresi
Rxy R2 Db F P Keterangan
Tabel 5
Rangkuman uji-F anova satu jalan (lokasi penelitian)
df F Sig. Keterangan
Analisis tambahan juga dibuat nyata. Demikian juga dengan hasil analisis
untuk melihat apakah terdapat perbedaan untuk variabel harga diri didapatkan F
rata-rata antara harga diri dan asertivitas hitung sebesar 2,562 dengan probabilitas
pada subyek yang pernah tinggal di luar 0,115. Oleh karena probabilitas > 0,05
negeri dengan subyek yang belum pernah maka rata-rata harga diri subyek penelitian
tinggal di luar negeri. Hasilnya diperoleh F yang pernah tinggal di luar negeri dengan
hitung untuk variabel asertivitas sebesar yang belum pernah tinggal di luar negeri
0,085 dengan probabilitas 0,772. Oleh pada tiga tempat rehabilitasi penyalahguna
karena probabilitas > 0,05 maka rata-rata narkoba adalah identik. Hasil perhitungan
asertivitas subyek penelitian yang pernah uji anova secara lengkap dapat dilihat pada
tinggal di luar negeri dengan yang belum lampiran F. Berikut adalah tabel yang
pernah tinggal di luar negeri pada tiga memuat rangkuman hasil perhitungan uji-F
tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba anova satu jalan pada penelitian ini.
tersebut adalah identik/tidak berbeda secara
Tabel 6
Rangkuman uji-F anova satu jalan (tempat tinggal subyek penelitian)
df F Sig. Keterangan
yaitu mereka tetap mempertahankan nilai- kebiasaan yang cenderung negatif seperti
nilai individu ketika mereka melakukan penyalahgunaan narkoba (Rice, 1999).
kontak dengan budaya asing karena mereka Kemudian, berdasarkan hasil
menganggap budaya yang mereka pegang pengisian identitas subyek penelitian
sudah cukup baik. Mereka tidak melakukan diketahui juga bahwa sebagian besar tingkat
asimilasi yaitu kecenderungan untuk tidak pendidikan subyek penelitian adalah pada
mempertahankan dan tidak ingin tingkat SMU/sederajat. Sejalan dengan apa
memelihara budaya dan jati dirinya dan yang dikemukakan oleh Rathus & Nevid
melakukan interaksi dengan masyarakat (1980) bahwa semakin tinggi tingkat
yang dominan. Untuk hasil lebih pendidikan seseorang, maka semakin luas
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. wawasan berpikirnya sehingga kemampuan
Selain itu, peneliti menetapkan usia untuk mengembangkan diri lebih terbuka.
subyek penelitian berkisar antara 19 sampai Oleh karena mayoritas subyek penelitian
22 tahun atau yang dikategorikan ke dalam hanya mengenyam pendidikan sampai pada
remaja akhir. Seperti telah disinggung tingkat SMU/sederajat, maka tidak
bahwa terdapat banyak perubahan yang mengherankan bila asertivitas yang dimiliki
terjadi pada masa remaja, salah satunya tidak tinggi yang terlihat dari
adalah perubahan kognitif/cognitive kecenderungan menampilkan perilaku yang
transitions (Steinberg, 2002). Berdasarkan menyimpang dalam hal ini penyalahgunaan
perubahan tersebut remaja digambarkan narkoba. Rendahnya asertivitas yang
sudah mampu untuk berpikir lebih logis dan dimiliki individu menjadi salah satu aspek
abstrak, yang dapat berpengaruh terhadap yang diidentifikasikan berperan penting
cara mereka berpikir tentang diri sendiri, dalam penyalahgunaan narkoba pada
dan hubungan mereka dengan orang lain remaja (Horan & Williams, dkk dalam
terutama teman-teman sebaya. Contohnya, Aviatin, 2004).
kemampuan remaja dalam membuat Senada dengan yang diungkapkan
rencana-rencana untuk masa depannya, oleh Davison & Neale (1974) bahwa
untuk berdebat dengan orang lain tentang seorang remaja akan menjadi sangat rentan
suatu hal, bahkan berpengaruh juga terhadap penyalahgunaan narkoba apabila
terhadap kemampuan mereka dalam dihadapkan pada faktor-faktor tertentu yang
pengambilan keputusan sehari-hari datang baik dari dalam dirinya (internal)
(Steinberg, 2002). Namun, menurut Papalia maupun dari luar dirinya (eksternal).
(1999) terdapat banyak dari remaja akhir Faktor-faktor tersebut antara lain,
yang masih tidak mampu untuk berpikir karakteristik kepribadian, pengaruh teman,
abstrak seperti yang telah disinggung ketersediaan narkoba, dan keadaan
sebelumnya, dan bagi mereka yang mampu keluarga. Hal yang dapat mendukung
sekalipun tidak selalu menggunakannya. seseorang terlibat dalam penyalahgunaan
Akibatnya, remaja dapat terjebak dalam narkoba antara lain dapat dilihat dari
karakteristik yang tidak matang dari cara karakteristik kepribadiannya yang
berpikir remaja yaitu indecisiveness cenderung lemah, mudah kecewa, tidak
(Papalia, 1999). Remaja menjadi bingung dapat menerima kegagalan, sehingga disaat
dan cenderung tidak dapat mengambil ia dihadapkan pada suatu permasalahan,
keputusan untuk dirinya sendiri. Menurut timbul kecemasan dalam dirinya. Individu
Galbo dalam Rice (1999) remaja akhir seperti ini akan melihat narkoba sebagai
memandang teman-teman sebaya sebagai suatu media untuk melepaskan ketegangan
significant others dalam kehidupan mereka. serta kecemasan yang ada dalam dirinya
Hal ini mengakibatkan remaja seringkali (Sarafino, 1994). Berbeda dengan individu
mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang yang memiliki kepribadian yang kuat,
ditampilkan oleh lingkungannya dalam hal ketika ia menemui suatu permasalahan,
ini teman-temannya, termasuk kebiasaan- merasakan kecemasan dan ketegangan
dalam dirinya, Ia tidak menggantungkan
70 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
diri pada orang lain apalagi pada narkoba mengatakan tidak terhadap permintaan
sebagai sarana pemecahan masalahnya. Ia yang diutarakan oleh orang lain atau sulit
tahu mana yang benar dan mana yang salah, menolak. Sejalan dengan teori yang
berani mengatakan tidak, dan tidak dikemukakan oleh Rathus & Nevid (1983)
tergantung pada pengaruh orang lain. bahwa salah satu hal yang dapat
Pengaruh teman juga merupakan mempengaruhi asertivitas seseorang adalah
salah satu penyebab yang dominan dalam harga diri. Dengan demikian apabila harga
penyalahgunaan narkoba (Sarafino, 1994). diri yang dimiliki individu semakin
Menurut Steinberg (1996) karakteristik meningkat, maka akan meningkat pula
khusus dari masa remaja yaitu merupakan keyakinan terhadap dirinya sendiri dan
tahap perkembangan yang secara psikologis meredamkan kekhawatiran sosial yang
lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan dirasakannya, sehingga asertivitas dalam
sekitarnya. Ketika remaja berada dirinya akan muncul. Apabila asertivitas
dilingkungan yang dekat dengan narkoba, dalam diri individu terus meningkat maka
hal ini dapat menjadikan remaja tersebut ia akan terbebas dari kesulitan untuk
terstimuli untuk ikut terjerumus dalam menolak sesuatu seperti ajakan untuk
penyalahgunaan narkoba juga (Sarafino, mengkonsumsi narkoba.
1994). Penolakan yang dilakukan terhadap Menurut Frey & Carlock (1993)
ajakan untuk mengkonsumsi narkoba sulit individu yang memiliki harga diri positif
dikemukakan oleh remaja, karena perasaan akan menilai dirinya sebagai seseorang
sungkan dan takut dikucilkan, mereka tidak yang memiliki kemampuan, pengetahuan
mampu mengemukakan pendapatnya secara dan keunikan. Perasaan yang demikian
langsung dan jujur. Mereka merasa tidak akan melahirkan kepercayaan,
nyaman dengan dirinya, pasif, dan sangat menghilangkan kekhawatiran pada diri
tergantung. Remaja yang pasif akan dengan sendiri untuk bertindak, melakukan sesuatu,
mudah terbawa pengaruh dari orang lain, ataupun memutuskan sesuatu tanpa
disini ia akan menemui kesulitan dalam pengaruh dari orang lain karena ia merasa
mengekspresikan dirinya, melakukan suatu dirinya cukup berharga. Jadi, semakin
permintaan, ataupun menolak sesuatu dari positif harga diri seseorang maka semakin
orang lain, ia akan merasa sungkan untuk tinggi asertivitas pada dirinya.
melakukannya bahkan untuk sesuatu yang Berdasarkan hasil perhitungan uji-F
negatif sekalipun yaitu menyalahgunakan yang dilakukan peneliti sebagai analisis
narkoba, dalam hal ini menurut Lange & tambahan, diketahui nilai F hitung sebesar
Jakubowski (dalam Calhoun, 1990) remaja 0,923 dengan probabilitas 0,404. Karena p
tersebut terhambat dalam menampilkan > 0,05 maka H2 ditolak, artinya tidak ada
asertivitasnya. perbedaan yang signifikan terhadap rata-
Sebagaimana telah dibahas pada rata asertivitas subyek penelitian di tiga
bab II, individu yang memiliki tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba
kecenderungan tidak asertif tidak percaya yang menjadi lokasi penelitian (Pamardi
bahwa mereka memiliki hak untuk Siwi, Bethesda, dan FAN Campus). Nilai F
mengekspresikan perasaan-perasaan hitung untuk variabel harga diri diketahui
mereka, mengemukakan opini-opini mereka sebesar 1,144 dengan probabilitas 0,326.
dan segala hal yang mereka yakini benar Karena p > 0,05 maka H2 ditolak, artinya
dan sesuai dengan hati nurani (Jakubowski, tidak ada perbedaan yang signifikan
1976 dan Alberti & Emmons, 1995). terhadap rata-rata harga diri subyek
Akibatnya, individu akan sulit penelitian di tiga tempat rehabilitasi
mengekspresikan keinginan-keinginannya penyalahguna narkoba yang menjadi lokasi
secara spontan, tidak merasa nyaman penelitian. Jadi, walaupun pengambilan
menerima pujian-pujian dari orang lain, sampel dilakukan di tiga tempat rehabilitasi
sulit mengemukakan ketidaksetujuannya penyalahguna narkoba yang berbeda
kepada orang lain, dan tentu saja sulit atmosfir, lingkungan, serta metode yang
Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004 71
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
diberikan kepada para residennya, hal ini apabila pada masa yang akan datang
tidak menjadikan adanya perbedaan juga dilakukan penelitian mengenai
terhadap karakteristik subyek penelitian hubungan antara kebudayaan dengan
pada tiga lokasi penelitian yang berbeda itu. asertivitas, baik kebudayaan dalam
negeri ataupun dalam skala
Kesimpulan internasional.
Mengacu pada hasil analisis data 4. Sampel penelitian yaitu remaja
yang telah diuraikan sebelumnya, maka penyalahguna narkoba yang menjadi
dapat disimpulkan bahwa harga diri residen di tempat-tempat rehabilitasi
berhubungan secara positif dan memiliki penyalahguna narkoba. Akan lebih
peranan terhadap asertivitas remaja menarik apabila diteliti lebih lanjut
penyalahguna narkoba. Arah hubungan mengenai perbandingan harga diri
yang positif tersebut menunjukkan bahwa terhadap asertivitas remaja
semakin tinggi harga diri yang dimiliki penyalahguna narkoba yang
remaja penyalahguna narkoba maka mendapatkan treatment atau yang
semakin tinggi pula asertivitas yang menjadi residen di tempat rehabilitasi
dimilikinya. Begitupun sebaliknya, semakin penyalahguna narkoba dengan remaja
rendah harga diri yang dimiliki remaja yang tidak mendapatkan treatment atau
penyalahguna narkoba maka semakin tidak menjadi residen di tempat
rendah pula asertivitasnya. Berdasarkan rehabilitasi penyalahguna narkoba.
hasil uji regresi diperoleh kesimpulan
bahwa harga diri memiliki peranan yang Daftar Pustaka
signifikan terhadap asertivitas remaja Aku dan Teman Se-geng, Kompas, hal. 50,
penyalahguna narkoba. 23 Juli, 2004.
Berdasarkan hasil analisis data
tambahan dapat disimpulkan bahwa tidak Assertiveness & Self Esteem.
ada perbedaan yang siginifikan terhadap http://encyclopedia.thefreedictionar
rata-rata harga diri dan asertivitas pada y.com/2004
subyek penelitian di tiga lokasi penelitian. Assertiveness Test-Revised.
Dengan kata lain, variansi dari ketiga www.psychologytoday.psytest.com
tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba
adalah identik. Aviatin, Tina, ”Pengaruh Program
Kelompok “AJI” Dalam
Saran Peningkatan Harga Diri,
Berdasarkan hasil analisis data dan Asertivitas, dan Pengetahuan
kesimpulan penelitian, maka terdapat Mengenai NAPZA Untuk Prevensi
beberapa saran yang dapat dijadikan bahan Penyalahgunaan NAPZA Pada
pertimbangan, antara lain: Remaja”, Jurnal Psikologi No.1,
1. Karena harga diri bukan merupakan 28-54. Fakultas Psikologi
satu-satunya faktor yang dapat Universitas Gadjah Mada,
mempengaruhi tinggi-rendahnya Yogyakarta, 2004.
asertivitas seseorang, maka perlu
diadakan penelitian lebih lanjut Berry, Poortinga, Segall, H., & Dasen,
mengenai asertivitas yang dikaitkan “Cross-Cultural Psychology:
dengan usia, tingkat pendidikan, Research & Applications”,
ataupun jenis kelamin. Cambridge University Press, 1992.
2. Dalam penelitian ini tidak dilakukan
analisis komparasi mengenai asertivitas Branden, Nathaniel, “The Six Pillars Of Self
pada jenis kelamin yang berbeda. Esteem”, Bantam Book, New York,
3. Asertivitas juga berkaitan dengan 1994.
kebudayaan, maka tidak salah kiranya
72 Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1, Juni 2004
Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba
(Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba)
Brown, Jonathan, “The Self”, McGraw Hill Sarafino, E.P, ”Health Psychology:
Co, Inc, New York, 1998. Biopsychosocial Interaction”, (2nd
ed), John Wiley & Sons, Inc,
Davison, Gerald C. & Neale, John M, Canada, 1994.
“Abnormal Psychology: An
Experimental Clinical Approach”, Self Esteem Evaluation. www.gosecs.com/
John Wiley & Sons, Inc, New self-esteem.htm
York, 1974.
Self Esteem Test. www.queendom.com
Frey, Diane & Carlock, Jesse C,
“Enhancing Self Esteem”, Steinberg, Laurence,. “Adolescence”, (4th
Accelarated Learning, Munice, ed), McGraw Hill, New York,
1993. 1996.