Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh siluman) yang

mempunyai tingkat mortalitas tinggi, seringkali penderita hipertensi bertahun –

tahun tidak merasakan gejala dan gangguan tanpa disadari, seseorang dikatakan

hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg(1). Penyebab

hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dimana tekanan darah

meningkat akibat dari gaya hidup, faktor lingkungan, dan genetik, dan hipertensi

sekunder dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi akibat mengalami

penyakit atau suatu keadaan medis yang mempengaruhinya (2).

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2012) mencatat sedikitnya sejumlah

839 juta kasus hipertensi diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau

sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada

wanita 30% diabnding pria yaitu sebanyak 29%. Sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi terjadi terutama dinegara – negara berkembang (1)

Prevalansi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dengan populasi

pada usia 18 tahun ke atas, hanya 8,8 penduduk yang mengetahui hipertensi dan

54.4% rutin mengkonsumsi obat hipertensi (Kemenkes RI, 2018). Terdapat 5

provinsi yang kasus penderita hipertensi mendekati rata – rata Nasional dan

Jateng menempati urutan ke dua. Di Jawa Tengah sendiri hipertensi mencapai


2

64,83% di urutan pertama sedangkan urutan terbanyak kedua yaitu Diabetes

melitus mencapai 19,22% jika hipertensi dan diabetes melitus tidak ditangani

dengan baik maka dampaknya akan menambah angka lanjutan seperti penyakit

jantung, stroke, gagal ginjal dan sebagainaya.

Dinas Kesehatan Kota Semarang (2017) menyatakan hipertensi esensial

(primer) termasuk kedalam sepuluh besar kasus penyakit terbanyak di Kota

Semarang yaitu menduduki nomer tujuh terbesar setelah KLL. Jumlah kasus

hipertensi di Kota Semarang pada tahun 2017 sebanyak 5.900 kasus dengan

prevalansi kejadian sebanyak 4.583 kasus.

Tingginya angka hipertensi juga disebabkan karena hipertensi

merupakan penyakit dengan berbagai penyebab yang dihubungkan dengan gaya

hidup, lingkungan seperti obesitas, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga,

merokok, konsumsi alkohol dan faktor usia maupun keturunan (3).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan

non farmakologis yaitu farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang

dalam kerjanya mampu mempengaruhi tekanan darah, dan cara non


(3,1).
farmakologis yaitu terapi tanpa menggunakan obat obatan antihipertensi

Departemen Kesehatan RI (2012) mencatat tingkat kepatuhan penderita

hipertensi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi sangatlah kurang yaitu

sebanyak 45,6%. Dalam penanganan hipertensi terapi non farmakologis yaitu


(1).
dengan modifikasi gaya hidup termasuk pengelolaan stres dan kecemasan
3

Departemen Kesehatan RI (2012) mencatat masyarkat lebih tertarik

menggunakan pengobatan komplementer terbagi dalam pendekatan dengan

ramuan, pendekatan rohani dan spiritual, dan salah satu penanganan latihan

dengan pijat refleksi menggunakan tempurung kelapa.

Pijat refleksi merupakan metode pengobatan dengan pijatan atau

memberikan tekanan pada bagian tertentu, prinsip pengobatan ini untuk

mendukung penyembuhan melalui refleks tubuh yang berhubungan langsung

dengan organ tubuh dan kelenjar tertentu. Refleksi juga mengarah kepada fungsi

imun dalam tubuh yang menurun, pijat refleksi merupakan bentuk fisioterapi,

perangsangan pada titik tertentu di tubuh dapat merangsang kelenjar endophrin

sehingga menimbulkan rasa nyaman dan rileks, berlangsungnya rasa nyaman

dan rileks organ dan kelenjar yang berhubungan menjadi berangsur – angsur
(4).
berfungsi secara normal Hasil penelitian yang dilakukan Moeini, Givi,

Ghasempour, Sadeghi (2011) menyatakan bahwa terapi pijat dapat menurunkan

tekanan sistolik dan diastolik tekanan darah (5).

Tempurung kelapa merupakan alat penelitian yang mudah di dapat,

terjangkau dan dikenal baik oleh semua kalangan masyarakat tempurung kelapa

sangat melekat dengan masyarakat Indonesia dengan kemudahanya untuk

didapat, ekonomis, dan bernilai seni(6). Tempurung kelapa digunakan peneliti

sebagai alat refleksi kaki karena tempurung kelapa bersifat padat dan memiliki

kontur yang melengkung sehingga dapat menjangkau area telapak kaki, sebagai
4

alat latihan refleksi kaki tempurung kelapa dapat mengenai titik akupuntur pada

telapak kaki yang berhubungan dengan area jantung sehingga dapat memberikan

rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darag pada titik yang di

pijat(6).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu

mengenalkan masalah kesehatan yang merupakan kebutuhan keluarga seperti

pengontrolan hipertensi yang tingkat kepatuhanya masih sangat kurang,

perubahan sekecil apapun akan menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

mengambil suatu keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat adalah upaya

keluarga utama untuk mencari pertolongan sesuai kebutuhan dengan

pertimbangan salah satu keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan

dengan memberi perawatan yang efektif dan dapat dilakukan di rumah yang

jarang keluarga ketahui, dengan harapan mempertahankan suasana rumah dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia berdasarkan latar belakang di

atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan

Latihan Refleksi Kaki Dengan Menggunakan Tempurung Kelapa Terhadap

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer (7).

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah studi

kasus ini “Bagaimana Penerapan Latihan Refleksi Kaki Dengan Menggunakan

Tempurung KelapaTerhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer”.


5

3. TUJUAN STUDI KASUS

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas penerapan latihan refleksi kaki denagn menggunakan

tempurung kelapa terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi primer.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden meliputi : Umur, jenis kelamin,

pekerjaan, tingkat pendidikan, suku, riwayat hipertensi.

b. Mengetahui rata – rata tekanan darah pasien dengan hipertensi sebelum

dan sesudah di berikan terapi penerapan latihan refleksi kaki dengan

menggunakan tempurung kelapa.

4. MANFAAT STUDI KASUS

1. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu

pengetahuan bagi perawat keluarga, komunitas, dan lansia yang ada di

puskesmas maupun rumah sakit tentang manfaat dari penerapan latihan

refleksi kaki dengan menggunakan tempurung kelapa terhadap pasien

hipertensi.

2. Bagi Masyarakat / Pasien Hipertensi


6

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif

dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan juga

sebagai suatu motivasi untuk mencegah komplikasi akibat penyakit

hipertensi.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber data dan

informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang manfaat lain

dari penerapan latihan refleksi kaki menggunakan tempurung kelapa.

Anda mungkin juga menyukai