Anda di halaman 1dari 23

MODUL 4

Tuberkulosis
SKENARIO 4 : Penderitaan Martin

\
Dr. Andi memeriksan seorang laki-laki berusia 60 tahun yang datang ke puskesmas
dengan keluhan demam sub febris disertai dengan keluar keringat malam hingga
sampai basah baju yang dirasakan lebih dari 2 minggu. Dari anamnesa didapatkan
bahwa pasien juga mengeluh batuk yang tidak sembuh-sembuh sejak 2 bulan
terakhir. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning kehijauan. Keluhan lain
yang dirasakan adalah berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan
drastis dalam 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan auskultasi dijumpai suara nafas
bronkial dan suara tambahan ronkhi basah halus pada apeks paru kanan.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,4 gr %, LED tinggi. dr. Andi juga
melihat kondisi anaknya Tn. Martin yang memiliki postur tubuh yang kurus,
sehingga dr. Andi mencoba menanyakan apakah anaknya memiliki gejala yang
menjurus ke penyakit yang sama dengan ayahnya. Dari wawancara singkat
didaptkan bahwa anak Tn. Martin memiliki keluhan benjolan di supraclavicular
dextra, tidak nyeri dan mobile.
Apa yang Anda lakukan apabilan Anda berada pada posisi dr. Andi?

JUMP 1 Terminologi

1. Tuberculosis
Adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan
menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak,
dan terkadang mengeluarkan darah.
2. Sub febris
Adalah  kondisi pra-demam. Artinya, kenaikan suhu tubuh yang terjadi belum terlalu signifikan
sehingga jika dirasakan dengan sentuhan kulit baru akan terasa hangat, belum panas.
3. Ronkhi
Adalah suara yang menyerupai mendengkur. Terjadi ketika udara diblokir atau menjadi kasar
melalui saluran udara besar.
4. LED
Adalah Tes laju endap darah (LED) adalah pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah terjadi
aktivitas inflamasi atau peradangan dalam tubuh seseorang.  

JUMP 2 Rumusan Masalah

1. Apa hubungan jenis kelamin dan usia pasien dengan keluhan yang dideritanya? (Puan) (kalimat
pertama)
2. Apa penyebab keluhan demam sub febris yang disertai keluar keringat malam pada pasien
tersebut? (Nailah, kalimat pertama)
3. Apa yg menyebabkan pasien mengalami batuk lebih dari 2 bulan? (Ghina, kalimat ke-2)
4. Apa penyebab pasien mengalami dahak berwarna hijau?(farhan, kalimat ke 3)
5. Mengapa terjadinya penurunan nafsu makan dan berat badan secara drastis pada pasien? (Kalimat
3) icut
6. Apa yang menyebabkan suara tambahan ronkhi basah halus pada pasien? (Nabilah, kalimat ke-4)
7. Apa saja gejala klinis pada tb? (nita, kalimat 6)
8. Bagaimana klasifikasi dari tuberculosis? (Titin, kalimat 6)
9. Apa saja faktor resiko pada tb? (Wulan)
10. apa saja pemeriksaan penunjang yg dapat dilakukan pada pasien diskenario diatas? (Rifqa,
kalimat 5)
11. Apa saja diagnosis banding pada skenario di atas?
12. Bagaimana komplikasi dan prognosis tuberkulosis?
13. Apa saja tatalaksana yg dapat diberikan pada pasien tb?
14. Bagaimana rujukan pada pasien tb?
15. Apa saja program penanggulangan tb nasional dan internasional?

JUMP 3 Hipotesa

1. Jenis kelamin:
Berdasarkan epidemiologi penyakit, Kasus keluhan yang dialami oleh pasien dalam skenario
dialami 1,5 kali lebih banyak oleh pria dibandingkan oleh wanita.
Usia:
Sedangkan berdasarkan usia, penyakit paru seperti ini paling sering ditemukan pada usia muda
atau usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Namun, Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun, sistem
imunologis seseorang akan menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, seperti
penyakit TB Paru.

2. Saat bakteri penyebab TB masuk ke dalam tubuh, tubuh akan melakukan mekanisme pertahanan
untuk melawan bakteri tersebut. Salah satunya adalah dengan memperbanyak pembentukan
makrofag yang berasal dari monosit. Makrofag ini merupakan salah satu jenis sel darah putih
yang ketika bekerja, ia akan memproduksi suatu molekul kimiawi yang disebut dengan TNF-alfa
(Tumor Necrosis Factor - alfa). Molekul inilah yang kemudian memberikan signal pada otak
untuk meningkatkan set point termoregulator di hipotalamus. Karena peningkatan set point
termoregulator ini, tubuh akan terpicu untuk meningkatkan suhu tubuh yakni dengan cara
memperkecil diameter pembuluh darah (vasokonstriksi) untuk mencegah kehilangan panas
berlebih serta mensignalkan respons untuk menggigil. Setelah set point ini tercapai, tubuh akan
berusaha mengeluarkan kelebihan panas tubuh, salah satunya adalah dengan cara berkeringat.
Penyebab keringat berlebih pada malah hari kemungkinan berkaitan dengan irama sirkardian
tubuh. Dalam keadaan normal (tidak sedang sakit sekalipun), suhu tubuh umumnya akan paling
rendah saat dini hari (36.1 derajat Celcius) dan paling tinggi saat petang. Karenanya, peningkatan
suhu tubuh ketika petang dan malam hari tentu akan lebih mencolok.
3. Batuk yg dialami pasien sudah masuk ke golongan Batuk kronis dimana batuk tsb sudah
berlangsung lebih dari 2 bulan pada orang dewasa. Batuk ini paling sering disebabkan oleh
kebiasaan merokok dan TBC.

4. Warna dahak hijau atau kuning berasal dari sel darah putih yang sedang melawan penyebab
infeksi. Pada awal kemunculannya, dahak umumnya berwarna kuning, kemudian bisa berubah
menjadi hijau seiring waktu.

5. Pada saat seseorang terdiagnosa TB, dalam tubuhnya mengalami perubahan metabolisme untuk
mengaktifasi sistem imun sebagai respon terhadap infeksi kuman. Perombakan-perombakan sel
atau pun proses ( katabolisme ) juga meningkat. Sehingga dapat menyebabkan hiperkatabolisme
pada pasien.selain hal tersebut juga terjadi perubahan metabolik berupa anabolic block. Anabolik
blok adalah kondisi dimana asam amino tidak dapat dibangun menjadi susunan protein yang lebih
komplek. Seperti yang kita tahu, protein mempunyai fungsi yang sangat penting. Seperlima dari
tubuh kita adalah protein. Protein sangat berperan dalam kerja hormon, enzim, matrik sel dan
sebagainya. Keberadaan protein yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi yang lain adalah
fungsinya sebagai pembangun dan pengatur sel-sel dan jaringan tubuh.

Jika tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan energi dari asupan makanan maka ia akan
mengambil dari cadangan yang berupa lemak. Dan jika simpanan lemak tidak cukup maka
kekurangan energi akan dipenuhi dari perombakan protein yang berada dalam jaringan sel dan
otot tubuh, termasuk otot pada jantung dan saluran nafas Yang menyebabkan penderita tb
mengalami penurunan berat badan secara drastis, makanyaa penderita TB cenderung berbadan
kurus sebagai dampak dari hiperkatabolisme dan peningkatan metabolisme tubuh lainnya.

6. Ronkhi merupakan suara pernapasan tambahan abnormal, ronkhi muncul saat udara berusaha
masuk melalui saluran pernapasan yang mengandung cairan atau mukus. Ronkhi basah halus
terdengar di akhir inspirasi, ronkhi jenis ini muncul di saat udara berusaha masuk ke bronkiolus
atau alveolus yang berisi cairan.

Salah satu penyebab yang bisa menyebabkan hadirnya cairan di alveolus adalah bakteri, apabila
bakteri tertentu berhasil menginvasi alveolus, sistem imun akan mengaktifkan mekanisme
inflamasi untuk mengeluarkan bakteri tersebut. Inflamasi menyebabkan pembuluh darah di
sekitar alveolus menjadi "bocor" untuk bisa memudahkan sel-sel imun masuk ke dalam alveolus,
tetapi ini juga bisa menyebabkan cairan masuk ke alveolus. Ketika udara yang masuk bergesekan
dengan cairan di alveoulus, ini menyebabkan munculnya suara ronkhi basah halus. Pasien diduga
terkena tuberkulosis paru, yang berarti ronkhi basah halus pasien kemungkinan disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.

7. Gejala klinis tb:


 Demam, biasanya sup febris
 Batuk / batuk darah
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Malaise

8. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk


menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum
pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru

a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
a) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen
dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
b) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran
kerusakan paru
yang luas.

b. Tuberculosis Ekstra Paru


TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
a) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.

c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
a) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti
2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).

9. Factor resiko pada kejadian TB :


 faktor karakteristik individu :
- Umur, pravelensi tb paru meningkat pada peningkatan usia dimana pada wanita
maksimalnya sampai usia 40-50 tahum sedangkan laki-laki pravelensinya terus
meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun
- jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi pravelensimya dibanding wanita karena laki-laki
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru
- pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
- pekerjaan
- kebiasaan merokok
- imunnya rendah, misalnya terkena malnutrisi dan HIV

 faktor risiko lingkungan :


- suhu, kelembaban udara dan pencahayaan. Dimana kuman TB akan cepat mati bila
terkena sinar matahri langsung tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab

10. Pemeriksaan penunjang :


- Foto thoraks
- Pemeriksaan mikroskopis
- Kultur sputum
- Tes cepat molekuler (TCM)
- Pem. Laboratorium darah perifer

11. Diagnosis banding :


- Pneumonia
- Bronchitis
- Demam tifoid
- Sarcoidosis

12. Terdapat berbagai macam komplikasi TB paru, dimana komplikasi dapat


terjadi di paru-paru, saluran nafas, pembuluh darah, mediastinum, pleura ataupun dinding dada
(Jeoung dan Lee, 2008).
Komplikasi TB ini dapat terjadi baik pada pasien yang diobati ataupun tidak. Secara garis besar,
komplikasi TB dikategorikan menjadi:
1) Lesi Parenkim
- Tuberkuloma dan thin-walled cavity.
- Sikatriks dan destruksi paru.
- Aspergilloma.
- Karsinoma bronkogenik.
2) Lesi Saluran Nafas
- Bronkiektasis.
- Stenosis trakeobronkial.
- Bronkolitiasis
3) KomplikasiVaskular
- Trombosis dan vaskulitis.
- Dilatasi arteri bronchial.
- Aneurisma rassmussen.
4) Lesi Mediastinum
- Kalsifikasi nodus limfa.
- Fistula esofagomediastinal.
- Tuberkulosis perikarditis.
5) Lesi Pleura
- Chronic tuberculous empyema dan fibrothorax
- Fistula bronkopleura
- Pneumotoraks
6) Lesi dinding dada
- TB kosta.
- Tuberculous spondylitis.
- Keganasanyang berhubungan dengan empyema kronis

Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu, keadaan immunodefisiensi,
usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.

13. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC Paru
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
a) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan
keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
b) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari
atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir
bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai
dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.

Perawatan bagi penderita tuberkulosis


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu
keluarga.
b) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
c) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
f) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik

Pencegahan penularan TBC

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :


a) Menutup mulut bila batuk
b) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lisol
c) Makan makanan bergizi
d) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
f) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)

14. Kriteria rujukan pada pasien TB


Tuberkulosis dengan komplikasi/keadaan khusus (dengan komorbid) seperti TB pada orang
HIV/AIDS, TB dengan penyakit metabolik, TB dengan hepatitis, TB anak, perlu dirujuk ke ahli
paru atau spesialis penyakit dalam pada layanan sekunder. Pasien dengan kecurigaan TB-MDR
juga harus dirujuk ke layanan sekunder bila tidak tersedia TCM.

15. Nasional :
Jumlah kasus TB di Indonesia (WHO tahun 2017), diperkirakan ada 1.020.000 kasus TB baru
pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000
penduduk). Diperkirakan 78.000 kasus TB dengan HIV positif (10 per 100.000 penduduk),
mortalitas 26.000). Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru.
Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah
kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 10.000 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang. Tujuan dan Target.
Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah
berdasarkan target nasional dan memperhatikan Strategi Nasional.
Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri atas:
• Penguatan kepemimpinan program TB;
• Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
• Pengendalian faktor risiko TB;
• Peningkatan kemitraan TB;
• Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB; dan
• Penguatan manajemen program TB.

Internasional :
Tujuan dari End TB Strategy adalah untuk mengenyahkan TB dari dunia (tidak ada kasus TB
maupun kematian akibat TB). Sedangkan prinsip dari strategi yang dilakukan oleh WHO ini
adalah:
a) Mengikutsertakan peran pemerintah dalam mengevaluasi dan memantau jalannya strategi
ini.
b) Memanfaatkan koalisi dengan organisasi sosial masyarakat maupun komunitas yang ada.
c) Menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia dan mempromosikan adanya kesetaraan
antar masyarakat.
d) Melakukan adaptasi strategi dan target di tiap negara, dengan kolaborasi secara global

JUMP 4 SKEMA
JUMP 5 Learning Objective
1. Tuberculosis
a. Tb pada dewasa (epidemiologi, etiologi, patofisiologi, pathogenesis, dan factor resiko,
menifestasi klinis, tatalaksana, prognosis, komplikasi, rujukan)
b. Tb pada anak (epidemiologi, etiologi, patofisiologi, pathogenesis, anamnesis factor resiko,
menifestasi klinis, tatalaksana, prognosis, komplikasi, rujukan)
c. Tb ekstra paru
2. PMO (pengawas minum obat)
3. Program penanggulan TB
a. Nasional
b. internasional
1.Tuberculosis
A.Tb pada dewasa (epidemiologi, etiologi, patofisiologi, pathogenesis, dan factor resiko, menifestasi
klinis, tatalaksana, prognosis, komplikasi, rujukan)
Terminologi
Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis

EPIDEMIOLOGI
TB sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan besar di dunia. Berdasarkan laporan
WHO 2018, sebagian besar kasus TB terjadi di wilayah Asia Tenggara (44%), diikuti dengan Afrika
(24%). Insidensi TB per tahunnya bervariasi, mulai dari 10 dari 100.000 populasi pada negara
berpendapatan tinggi hingga 150-300 per 100.000 penduduk pada negara 30 besar TB. Di Indonesia
diperkirakan ada 845.000 kasus TB, tetapi baru 543.874 kasus yang dilaporkan ke Kementrian Kesehatan
berdasarkan data Maret 2020.

Faktor Risiko
faktor penjamu
-status imunitas seperti pada pasien HIV,mengkonsumsi obat imunosupresif,dan diabetes melitus
-usia yang lebih beresiko adalah kelompok usia dibawah. 5 tahun atau lansia
-Defek negatif seperti defek pada gen natural resistensi-associated membrane protein-1(NRAMP-1) dab
reseptor Vitamin D
-silikolisis
-merokok

Faktor Lingkungan
-aliran udara yang buruk
-lingkungan dengan kepadatan yang tinggi
-wilayah tinggi beresiko TB Seperti lapas atau rutan,daerah kumuh,tempat penampungan pengungsi
Patofisiologi

Gejala dan Tanda


Gejala lokal

 Batuk lebih dari dua minggu,awalnya bersifat non produktif(batuk kering) yang
diakibatkan karena adanya iritasi bronkus,Selanjutnya,batuk menjadi produktif(Batuk
berdahak)
 Batuk darah,yang diakibatkan pecahnya pembuluh darah di bronkus
 sesak nafas,umumnya jika perjalanan penyakit yang sudah lanjut
 nyeri dada biasanya timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
Gejala Sistemik

 Demam,bisa tinggi namun pada umumnya tidak tinggi,hilang timbul


 Malaise,seperti sakit kepala,meriang dan nyeri otot
 Keringat malam
 Anoreksia
 berat badan menurun
Pemeriksaan auskultasi: dapat ditemukan ronki basah kasar,dengan suara nafas bronkial jika
konsolidasi paru terjadi dekat dengan dinding dada.Terdengar suara nafaas amforik jika terdapat kavitas

Pemeriksaan Penunjang
-Foto thorax,dapat ditemukan inflitrat,kavitas opasitas fibrodular,efusi pleura,bercak miller
-Kultur Sputum,merupakan test paling sensitif dan spesifik untuk TB.Pertumbuhan pada media solid
memerlukan waktu 4-8 minggu
-Tes Cepat Molekuler(TCM),Lebih sensiitf dibandingkan mikroskopis dan lebih cepar dibandingkan
dengan kultur,hanya memerlukan waktu 1 jam 45 menit..hasil berupa apakah terdeteksi M.Tb,bila
terdeteksi akan dapat menentukan apakah sensitif atau resisten terhadap rifampisin
-Uji tuberkulin(Mantoux Test),uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB tetapi tidak dapat
membedakan apakah Tb aktif atau Laten.

Diagnosis
Ditegakkan TB berdasarkan anamnesis,pemeriksaan klinis,pemeriksaaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.Saat ini TCM merupakan pilihan pemeriksaan utama dalam menegakkan
diagnosis TB.

Diagnosis Banding
-Pneumonia
-Bronkits Kronik

Komplikasi
-pleuritis
-sindrom obstruksi pasca Tuberkulosis
-ARDS

Tata Laksana
Non Medikamentosa
-Makan makanan bergizi,tinggi kalori-tinggi protein bila perlu diberikan vitamin tambahan
-Komposisi makronutrien penting yang dibutuhkan dalam tata laksana TB:15-30% energi dari protein,25-
35% dari lemak dan 45-65% dari karbohifrat
Medikamentosa

Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya.


a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang telah diobati sebelumnya:

1. Pasien kambuh
2. Pasien gagal
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Kriteria Rujukan
Tuberkulosis dengan komplikasi/keadaan khusus (dengan komorbid) seperti TB pada orang HIV/AIDS,
TB dengan penyakit metabolik, TB dengan hepatitis, TB anak, perlu dirujuk ke ahli paru atau spesialis
penyakit dalam pada layanan sekunder. Pasien dengan kecurigaan TB-MDR juga harus dirujuk ke
layanan sekunder bila tidak tersedia TCM.

Prognosis
Jika tidak diobati, laju kematian akibat TB dapat melebihi 50%. Dari penelitian di US, ditemukan bahwa
case fatality rate nya adalah 4,6%. Faktor- faktor yang memengaruhi kematian adalah usia lanjut,
keterlambatan dalam diagnosis TB, luas lesi pada pemeriksaan radiologi, kebutuhan ventilasi mekanik,
HIV, diabetes, dan imunosupresi. Pada umumnya, pasien dengan TB yang diobati memiliki prognosis
baik dengan sekuele minimal atau tanpa sekuele.
B.Tb pada anak (epidemiologi, etiologi, patofisiologi, pathogenesis, anamnesis factor resiko,
menifestasi klinis, tatalaksana, prognosis, komplikasi, rujukan)
DEFINISI
Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang bersifat sistemik sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.

EPIDEMIOLOGI
TB sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Di dunia, terdapat 500.000
anak yang menderita TB setiap tahunnya. Di Indonesia, proporsi kasus TB anak di antara semua kasus TB
yang dilaporkan adalah 9% di tahun 2015, padahal diperkirakan kasusnya mencapai 10-15%.

Faktor Risiko
-Anak yang terpajan pasien TB dewasa
-Faktor Sosiodemografi:Daerah endemis,Kemiskinan,Lingkungan yang tidak sehat
-kondisi imunosupresi

Patofisiologi
Sama seperti dewasa
Gejala dan Tanda
-berat badan turun atau tidak naik naik dalam 2 bulan sebelumnnya atau terjadi gagal tumbuh
-Demam lama lebih dari dua minggu berulang tanpa sebab yang jelas,umumnya demam tidak tinggi
-Batuk Lama lebih dari dua minggu,Batuk bersifat non-remitting(Tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah
-Lesu,malaise kurang aktif bermain
Auskultasi:jika terdapat obstruksi bronkus dapat terdengar mengi,penurunan suara nafas

Pemeriksaan Penunjang
-BTA Sputum:hanya menghasilkan 15% hasil positif pada anak dengan TB
-Tes Cepat molekuler:dapat menentukan TB sekaligus menentukan ada tidaknya resistensi terhadap
rifampisin
-Pemeriksaan biakan:gold standart diagnosis TB.Biakan Sputum positif pada 30% anak dengan TB.
-IGRA:tidak dapat membedakan infeksi TB laten dengan TB aktif.Penggunaannnya untuk mendeteksi
infeksi TB tidak lebih unggul dibandingkan uji tuberkulin
-Foto Thorax:efusi pleura,milier,atelektasis,kavitas,infiltrasi dan tuberkuloma

Diagnosis
Didasasarkan pada 4 hal:
-konfirmasi bakteriologis TB
-Gejala Klinis Yang khas TB
-Adanya bukti infeksi TB(Hasil uji Tuberkulin Positif)
-Gambaran Foto thorax Sugestif TB

Diagnosis Banding
-Pneumonia Bakterial
-limfoma Leukimia

KOMPLIKASI
Komplikasi TB sering terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama).. Dapat
terjadi penyebaran limfohematogen dan 0,5-3% dari penyebaran tersebut dapat menjadi TB milier atau
meningitis TB. Pasien juga dapat mengalami TB endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat
pembesaran kelenjar regional). Dapat pula terjadi TB paru kronik dengan angka kejadian yang bervariasi
Tata Laksana

Kriteria rujuk

 ketidakpastiaaan diagnosis seehingga membutuhkan pemerikdaan lebih. Lanjut di tempat


rujukan(misalnya,TCM,thorax)
 malnutrisi berat
 tanda pneumonia berat
Prognosis
Tergantung beberapa faktor seperti pemberian resimen OAT yang adekkuat dan complience
pasien.
C.Tb ekstra paru
Definisi

Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,,
misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain

Epidemiologi

Tuberkulosis paling sering menyerang paru tapi TB juga sangat berbahaya karena dapat
menyerang organ selain paru. TB bisa berada di kelenjar getah bening, usus, tulang, otak dan selaputnya,
laring, ginjal, rahim, bahkan payudara. Tuberkulosis bisa mengenai setiap organ pada tubuh manusia,
walaupun sebagian besar tuberkulosis mengenai paru, tapi kejadian ekstra paru atau penyakit TB di luar
paru dilaporkan mencapai 5 hingga 30 persen.

. Klasifikasi

1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang),
sendi dan kelenjar adrenal

2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat

Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang


belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

TB Kalenjar Limfe

Terminologi

Limfadenitis Tuberkulosis, suatu peradangan pada satu atau lebih kelenjar getah bening. Penyakit
ini masuk dalam kategori tuberkulosis di luar paru. Tuberkulosis sendiri dikenal sejak 1000 tahun
sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam kepustakaan Sanskrit kuno. Nama "tuberculosis" berasal dari
kata tuberculum yang berarti benjolan kecil yang merupakan gambaran patologik khas pada penyakit ini.
Begitu juga dengan limfadenitis, penyakit ini ditandai benjolan pada bagian leher penderitanya.
Patogenesis

Siklus munculnya penyakit ini adalah bakteria dapat masuk melalui makanan ke rongga mulut
dan melalui tonsil mencapai kelenjar limfa di leher, sering tanpa tanda TBC paru. Kelenjar yang sakit
akan membengkak dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar di dekatnya satu demi
satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Di samping itu, dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga
beberapa kelenjar melekat satu sama lain berbentuk massa. Bila mengenai kulit, kulit akan meradang,
merah, bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan keperti
keju. Tukak yang terbentuk akan berwarna pucat dengan tepi membiru dan menggangsir, disertai sekret
yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis atau berbintil-
bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-
ulang. Kulit seperti ini disebut skrofuloderma. Limfadenitis sendiri disebabkan oleh berbagai infeksi dari
berbagai organisme, seperti bakteri, virus, protozoa, riketsia, dan jamur. Untuk penyebarannya ke kelenjar
getah bening melalui infeksi pada kulit, hidung, telinga, dan mata.

Gejala klinis

 Kalenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba terasa lunak dan
nyeri
 demam,nyeri tekan dan tanda radang
 kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat

Penalataksanaan

Pengobatannya sama dengan TB paru, demikian juga dengan lamanya makan obat. Bila terjadi
abses yang di sertai infeksi sekunder tentunya di perlukan antibiotika. Kadang-kadang di perlukan operasi
untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar. Pengobatan yang tidak teratur akan menyebabkan
penyakitnya tidak kujung sembuh dan menjadi kronis dimana seringnya terjadi fistel dan ulkus baru.
2.PMO (pengawas minum obat)
Peran Seorang PMO pada penderita Tuberkulosis adalah:
1. Mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatannya
2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien tuberkulosis yang mempunyai gejala gejala
mencurigakan tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas atau unit pelayanan
kesehatan lainnya (Informasi Dasar PMO TB, 2014).

Tugas seorang PMO yaitu :


1. Menyiapkan dan mengingatkan pasien saat minum obat,
2. Memotivasi pasien saat merasa bosan mengkonsumsi obat setiap hari,
3. Mengingatkan saat jadwal pengambilan obat dan periksa sputum,
4. Memberitahu pasien hal yang harus dan tidak boleh dilakukan; seperti menggunakan masker saat
di rumah maupun keluar dan harus menutup mulut saat batuk ( Erlinda et al, 2013).

Tugas PMO menurut Depkes RI (2009) adalah:


1. Mengawasi penderita TB agar minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada penderita TB agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan penderita TB untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala yang
mencurigakan untuk segera memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan.

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya perawat, bidan desa, pekarya kesehatan, juru
imunisasi, sanitarian, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat
berasal dari kader kesehatan, guru
3.Program penanggulangan TB
A.Nasional
Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas
TB tahun 2050. Dalam mencapai target program Penanggulangan TB maka disusunlah strategi
nasional setiap 5 (lima) tahun yang ditetapkan oleh Menteri.

Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri atas:


• Penguatan kepemimpinan program TB;
• Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
• Pengendalian faktor risiko TB;
• Peningkatan kemitraan TB;
• Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB; dan
• Penguatan manajemen program TB.

Pengembangan dan formulasi Strategi Penanggulangan Tuberkulosis yang baru didasarkan pada:

 Hasil survei prevalensi 2013-2014, yang menunjukkan bahwa TB mempengaruhi orang-


orang dari semua usia atau golongan, dengan orang- orang miskin yang paling terpengaruh.
Pria lebih banyak terkena daripada wanita dan orang di daerah perkotaan lebih banyak
daripada di daerah pedesaan. Faktor risiko lain adalah penderita gizi buruk, narapidana, dan
orang-orang dengan sistem kekebalan yang terganggu, termasuk HIV dan diabetes, rentan
terhadap TB.
 Pelaporan/notifikasi kasus TB oleh program terus landai sebesar 30%, menunjukkan bahwa
perubahan pendekatan, metode dan strategi sangat diperlukan
 Perkembangan terbaru manajemen dan alat diagnostik TB.
 Berbagai temuan dan rekomendasi Joint External Monitoring Mission (JEMM) 2013 dan
2016.
 Komitmen pemerintah pusat dan daerah serta dunia yang memberikan perhatian tinggi
terhadap masalah TB.

B.Internasional
Program tuberkulosis imternasional

WHO dengan End TB Strategy menargetkan mampu menurunkan insidensi TB dan rasio kematian
sebesar 90% dan 95% pada tahun 2035, 5 tahun lebih lama dari berakhirnya era SDGs. Strategi WHO ini
dilakukan beriringan dengan SDGs khususnya dalam memberantas TB. Dengan adanya berbagai
intervensi yang dilakukan diharapkan target penurunan insidensi maupun rasio kematian akibat TB
hingga 100% dapat tercapai.

Target kesehatan lainnya yang cukup penting adalah mencapai cakupan kesehatan secara menyeluruh
(universal health coverage) termasuk akses perlindungan risiko keuangan; akses pelayanan kesehatan
yang aman, efektif, dan berkualitas; obat-obatan dengan harga terjangkau dan vaksin untuk semua
masyarakat. Kesuksesan dalam deteksi dini dan terapi pada TB merupakan salah satu indikator dari
tercapainya target tersebut.

Tujuan dari End TB Strategy adalah untuk mengenyahkan TB dari dunia (tidak ada kasus
TB maupun kematian akibat TB). Sedangkan prinsip dari strategi yang dilakukan oleh WHO ini
adalah:
1. Mengikutsertakan peran pemerintah dalam mengevaluasi dan memantau jalannya
strategi ini.
2. Memanfaatkan koalisi dengan organisasi sosial masyarakat maupun komunitas yang
ada.
3. Menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia dan mempromosikan adanya kesetaraan
antar masyarakat.
4. Melakukan adaptasi strategi dan target di tiap negara, dengan kolaborasi secara global

Berikut ini adalah pilar-pilar atau komponen yang ada dalam End TB Strategy oleh WHO:
1. Pelayanan kesehatan yang berintegrasi, patient-centered, dan upaya pencegahan terhadap
penyakit
– Deteksi dini penyakit TB
– Memberikan terapi kepada semua penderita TB secara menyeluruh dan mengantisipasi
kejadian resistensi obat
– Menejemen adanya komorbiditas (TB/HIV)
– Upaya terapi pencegahan pada masyarakat berisiko tinggi dan pemberian vaksin TB
(BCG)
2. Menetapkan kebijakan dan sistem pendukung lainnya
– Komitmen politik dengan sumberdaya yang memadai untuk perawatan dan pencegahan
TB
– Bekerjasama dengan organisasi sosial masyarakat, komunitas, pihak pemerintah maupun
swasta
– Membuat kebijakan mengenai cakupan kesehatan menyeluruh, hingga terapi yang
diberikan
– Perlindungan sosial, penurunan angka kemiskinan terkait kejadian TB
3. Penelitian intensif dan inovatif
– Menemukan dan mengembangkan peralatan yang baru, intervesi yang tersedia, dan juga
strategi yang bisa digunakan
– Melakukan penelitian untuk mengoptimalkan implementasi atau dampak terhadap
intervensi yang akan diberikan, sekaligus mempromosikan inovasi untuk terapi TB.

Agar tujuan End TB Strategy dari WHO tercapai pada tahun 2035, maka diperlukan
peran serta dari berbagai pihak, antara lain:
 Para tenaga medis diharapkan mampu memperluas cakupan intervensi dalam melakukan
penanganan maupun pencegahan TB. Lebih difokuskan pada yang mampu memberikan dampak
yang nyata/ besar. Menggunakan metode patient-centered dengan pelayanan yang terintegrasi.
 Membentuk sistem dan kebijakan terkait kesehatan yang memberikan manfaat penuh, melalui
kolaborasi atau kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta.
 Mencari pengetahuan ilmiah dan inovasi baru yang dapat mempengaruhi pencegahan dan
penanganan TB

Anda mungkin juga menyukai