Anda di halaman 1dari 4

Nama : Komang Ariyanto

NPM :1916011053

Dosen : Prof. Sindung Haryanto, M. Si.

Kuis Sosiologi Ekonomi

1. Jelaskan pengertian sosiologi ekonomi!

Jawab:

Sosiologi ekonomi dapat didefinisikan dengan 2 cara, yaitu 1) sebagai sebuah


kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang didalamnya
terjadi interaksi interaksi sosial dengan ekonomi. 2). Pendekatan sosiologis
yang diterapkan pada fenomena ekonomi.

Sosiologi ekonomi merupakan studi yang mempelajari cara orang atau


masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan
jasa dengan menggunakan pendekatan atau perspektif analisis sosiologi.
Pendekatan yang digunakan dalam sosiologi ekonomi ialah pendektan
sosiologis, yaitu berupa kerangka acuan, variabel-variabel, dan model-model
yang digunakan oleh para sosiolog dalam memahami dan menjelaskan
kenyataan sosial atau fenomena yang terjadi di masyarakat.

Smelser dan Swedberg (1994:3) mendefinsikan sosiologi ekonomi sebagai


aplikasi perspektif sosiologis terhadap fenomena ekonomi. Menurut Finch
(2007:123-140) menyatakan bahwa sosiologi ekonomi mengembangkan dan
menerapkan teori-teori dan konsep-konsep dalam hubungannya dengan
fenomena ekonomi luas, termasuk keterlekatan dan teori jaringan aktor.
Selanjutnya, menurut Finch (2007:123-140), sosiologi ekonomi merupakan
disiplin yang berada di luar ekonomi, terutama karena berfokus pada pasar
secara empiris, lebih tepatnya pada pasar-pasar, bukan pasar, pada mekanisme
pasar, atau kegagalan pasar. “pasar-pasar” dalam sosiologi ekonomi dimaknai
sebagai komodifikasi, memproduksi sumber daya umum yang dapat
dialokasikan untuk sejumlah “konsumsi” yang tidak terbatas.

Zafirovski (2004:692), secara umum menunjuk pendapat Max Weber dalam


mendefiniskan sosiologi ekonomi, yaitu relasi-relasi sosiologis dalam bidang
ekonomi, termasuk pasar. Prinsip sosiologis selanjutnya dapat didefiniskan
dalam tiga karakteristik yang saling terkait atau asumsi-asumsi spesifik, yaitu
(1) analisis sosiologis harus masuk secara inheren ke dalam logika sosial dari
perilaku ekonomi atau elemen-elemen sosial dalam ekonomi yang tidak bisa
dihilangkan; (2) sosiologi harus mampu mengidentifikasi dan menekankan diri
pada komposisi atau struktur sosial dari ekonomi secara umum, dan secara
khusus pada pasar; (3) sosiologi harus mampu mendeteksi dan memfokuskan
diri pada konstruksi sosial atau strukturasi (determinasi) ekonomi, termasuk
pasar dan harga-harga.

2. Faktor apa saja yang mendorong lahirnya sosiologi ekonomi!

Jawab:

Sosiologi ekonomi mengalami perkembangan pesat sejak dekade 1980-an.


Menurut Finch (2007:124), terdapat tiga kontribusi teoritis yang berpengaruh
dalam sosiologi ekonomi. Pertama, pendekatan Granovetter tentang
keterlekatan menghasilkan sebuah basis sosiologi ekonomi seputar perdebatan
ontologis antara individu yang kurang tersosialisasi dan individu yang terlalu
tersosialisasi. Kedua, argumen yang dibangun Callon bahwa ekonomi
membentuk sebuah ontologi yang berbeda dari konsep keterlekatan,
miusalnya dalam hal pasar kompetitif. Ketiga, analisis struktural White
tentang pasar.

Sementara itu, Dobbin (2007:320) menyebutkan tiga bidang garapan sosiologi


ekonomi,yaitu kekuasaan, institusi-institusi, dan jejaring sosial. Hubungan-
hubungan kekuasaan membentuk perilaku ekonomi, baik secara langsung,
seperti ketika suatu perusahaan besar berpengaruh mendikte perusahaan-
perusahaan kecil, maupun secara tidak langsung seperti ketika sekelompok
perusahaan besar membentuk regulasi demi kepentingannya.

Menurut (Fourcade, 2007:1016), tumbuhnya perhatian terhadap sosiologi


ekonomi baru pada dekade 1980-an disebabkan oleh terdapat dorongan kuat
untuk membuka dialog riil dengan ilmu ekonomi mainstream.

Menurut Richard Swedberg (2007:1035-1055), nilai plus perkembangan


sosiologi ekonomi saat ini sangat pluralistik karena tidak ada perspektif
tunggal yang mendominasi. Pendekatan-pendekatan saling mendebatkan
bagaimana seharusnya mempelajari sosiologi ekonomi. Ditambah dengan
tumbuhnya sejumlah stusi-studi yang berkualitas setiap tahun yang diterbitkan
dalam jurnal dan buku-buku.

3. Jelaskan perbedaan perspektif utilitarian dengan perspektif embeddedness!

Jawab:

a. Perspektif Utilitarian

Perspektif ini menggunakan asumsi bahwa manusia merupakan aktor yang


rasional. Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kesenangan,
kenikmatan, dan kesejahteraan serta menghindari penderitaan, hukuman dan
kesengsaraan. Tindakan manusia yang dianggap rasional adalah tindakan yang
memperhitungkan untung rugi dan keputusan yang diambil dari sekian pilihan
yang tersedia adalah yang paling efisien. Manusia selalu berusaha
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin berdasarkan biaya yang
dikeluarkan serendah mungkin. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip ekonomi
dan mendominasi teori-teori ekonomi yang berkembang hingga saat ini.
Asumsi ini berasal dari pengandaian Adam Smith tentang hakikat manusia
yang digambarkannya sebagai homo economicus.

Perspektif ini mempunyai akar pemikiran yang cukup beragam, termasuk di


antaranya adalah Karl Marx. Menurut Smelser (1997), Marx mewariskan
banyak hal kepada tradisi utilitarian dan cenderung mensubordinasikan segala
bentuk moral dan sisi-sisi afeksi kehidupan sebagai produk dari kekuatan-
kekuatan sejarah.

b. Perspektif Embededdness (keterlekatan)

Perspektif ini diinisiasi oleh Granovetter yang menulis The Social


Embeddness of Economic Action di tahun 1985, yang kemudian menjadi
paradigma penting dalam sosiologi ekonomi. Kebanyakan sosiolog
berpendapat bahwa ekonomi selalu dekat dengan konteks sosial. Menurut
Granovetter (1990), keterlekatan ekonomi tidak hanya terbatas pada “jaringan-
jaringan hubungan antar-personal”, tetapi juga terdapat dalam supra-individual
dan kondisi-kondisi hubungan masyarakat interpersonal. Dalam pandangan
ini, ekonomi ditandai dengan keterlekatan, baik pada skala makro maupun
mikro.

Perspektif ini melihat bahwa tindakan ekonomi seorang individu selalu


terlekat dalam latar sosial. Menurut perspektif ini, perilaku ekonomi
berhubungan dengan kekuatan-kekuatan struktural atau sistemis yang
beroperasi secara nyata dalam masyarakat, termasuk ekonomi. Dalam skala
makro, hal tersebut dapat dipahami dari kenyataan yang menunjukkan
mengapa kekuatan-kekuatan non-rasional sering memengaruhi perilaku
ekonomi. Jika semua aktor mengikuti kaidah-kaidah optimalisasi rasionalitas
(maksimalisasi utilitas), sebenarnya akan terjadi disintegrasi sosial
(Zafirovski,2004:697).

Terdapat tiga proposisi utama dalam sosiologi ekonomi baru menurut


Swedberg dan Granovetter berkaitan dengan keterlekatan ekonomi ini, yaitu
(1) tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial; (2) tindakan
ekonomi disituasikan secara sosial; (3) institusi ekonomi dikonstruksi secara
sosial. Dengan demikian, tindakan ekonomi dan lembaga-lembaga ekonomi
merupakan ekspresi hubungan sosial. Dalam hal ini, tindakan yang bersandar
pada kalkulasi untung-rugi merupakan bagian dari konstruksi sosial. Intinya,
tindakan seseorang tidak semata-mata didorong oleh kalkulasi perhitungan
untung-rugi.

Secara empiris, penjelasan mengenai embededdnes ini dapat kita lihat dari
berbagai studi tentang gerakan-gerakan sosial. Menurut Smelser (1997), dari
studi yang telah dilakukan sebelumnya, kita mendapatkan beberapa alasan
keterlibatan, misalnya imitasi, penularan, sugesti, komitmen ideologi,
gratifikasi ekspresif, serta kebutuhan untuk solidaritas di antara mereka. Jika
kita melakukan pendekatan untuk mengatasi problem tersebut dengan
menggunakan perspektif individualistik-utilitarian, kita akan memperoleh
paradoks-paradoks yang tidak diharapkan serta resolusi-resolusi yang tidak
penting dari paradoks tersebut karena dengan kerangka tersebut individu
dilihat sebagai tidak mempunyai alasan untuk terlibat dalam gerakan sosial
karena hanya berdasarkan analisis cost-benefit, serta tidak ada alasan yang
masuk akal bagi seseorang terlibat dalam gerakan tersebut.

Sumber:

Damsar dan Indrayani. 2018. Pengantar Sosiologi Ekonomi (Edisi Kedua),


Jakarta: Prenadamedia

Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai