Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cindi Novita Sari

Kelas : Pgmi B Semester 3

NPM : 1801051016

Tugas : Analisis Film

Judul Film : Taare Zameen Par (2007)

Sutradara : Aamir Khan

Taare Zameen Par (2007)

Taare Zameen Par merupakan film yang menceritakan tentang kisah seorang anak
laki-laki bernama Ishaan Nandkishore Awasthi yang berusia 9 tahun dan mengidap dyslexia.
Dyslexia adalah gangguan dalam belajar dimana anak tidak bisa membaca dan menulis.
Dalam film ini menunjukkan bahwa Ishaan sangat kesulitan dalam perihal membaca dan
menulis. Ishaan sangat sulit membedakan huruf b dan d, ia juga sulit membedakan kata top
dan pot, dan seolah-olah tulisan itu menari-nari dalam penglihatannya. Hidupnya lebih santai
dan ia juga sangat berani berkeliling kota sendiri tanpa didampingi orang dewasa yang mana
hal ini sering dianggap aneh oleh orang-orang di sekitarnya. Namun di sisi lain, Ishaan
memiliki kemampuan yang luar biasa dalam dunia seni, ia sangat pandai melukis. Ishan juga
memiliki imajinasi yang sangat tinggi, pandai bermain puzzle, ia juga sangat konsisten dalam
ucapannya, dan ia juga pandai dalam mengumpulkan barang aneh untuk dijadikan sesuatu
yang sangat menakjubkan bagi teman-teman di sekitarnya (contoh: perahu dari ranting kayu,
daun, dan baling-baling perahu dari benda-benda yang ia temukan). Namun, orang-orang di
sekitar Ishaan sering menganggap ia aneh dan bodoh karena kesulitannya dalam menulis dan
membaca.

Ishan memiliki kakal laki-laki yang sangat cerdas dan sering mendapatkan nilai ujian
yang sempurna. Sehingga orang-orang di sekitarnya sering membandingkan Ishaan dengan
kakaknya tersebut. Ayahnya sangat otoriter, ia hanya berpikir bahwa anaknya harus sekolah
dengan cerdas, sukses dalam bekerja, dan mampu bersaing dengan orang lain, tanpa mau
melihat keterbatasan yang dimiliki oleh Ishaan. Sedangkan ibu Ishaan, ia merupakan seorang
ibu yang sangat penyayang. Ibunya sangat menyayangi Ishaan, namun ia juga tidak mengerti
kenapa Ishaan sangat sulit menulis dan membaca. Saat diajarkan oleh Ibunya pun Ishaan
selalu mengulangi kesalahan yang sama, namun Ibunya tetap tidak mengerti karena kurang
pahamnya ia terhadap tingkah laku anaknya tersebut.

Di sekolah lama, Ishaan bersekolah di sekolah formal, ia diajar oleh guru yang mana
guru yang mengajarnya pun dapat disebut sebagai guru robot. Guru hanya menjelaskan di
depan kelas tanpa mau tahu kondisi siswanya dan siswanya harus mengikuti perintah guru
tersebut tanpa ampun. Jika melanggar, akan diberi hukuman dan diberi nilai kecil atau yang
paling buruk akan tinggal kelas. Suatu hari, pihak sekolah lama Ishaan sudah tidak sanggup
dengan keadaan Ishaan yang tidak menunjukkan peningkatan apapun (Ishaan sedang
mengulang kelas 3). Akhirnya Ishaan dipindahkan ke asrama oleh orang tuanya agar ia tidak
mengulang kelas 3 untuk yang kedua kalinya. Ishaan memiliki pemikiran yang sangat ajaib.
Menurutnya, jika ia harus tinggal di asrama itu artinya keluarga Ishaan sudah tidak sayang
lagi padanya. Menurutku, Ishaan juga sangat peka terhadap lingkungan, terbukti dari gambar
yang ia gambar dan memperlihatkan ia akan menjauh dari keluarganya. Ia seperti bisa
membaca situasi yang akan datang atau Ishaan memiliki pemikiran yang lebih tinggi dari
teman-teman seusianya.

Di sekolah baru pun kehidupannya juga tidak jauh berbeda dengan sekolah lama
Ishaan. Gurunya pun masih bisa disebut sebagai guru robot yang harus taat terhadap aturan
bahkan gurunya pun lebih galak daripada guru sebelumnya. Ishaan pun semakin tertekan
dengan keadaannya saat ini. Jauh dari orang tua dan harus menghadapai guru-gurunya yang
sangat otoriter. Ia banyak merenung dan berdiam diri. Seakan melenyapkan suaranya. Ishaan
juga masuk ke dalam tahap tidak mau lagi melukis dan berimajinasi. Seperti anak yang
hampir stres atau bahkan sudah depresi, karena ia pun juga sudah berusaha untuk bisa
menulis dan membaca, namun tetap tidak bisa. Ishaan pun melampiaskan semua itu dengan
berlari mengelilingi lapangan sebanyak mungkin. Ia tidak melakukan hal-hal yang
membahayakan untuk dirinya sendiri.

Suatu hari ada seorang guru lukis pengganti yang ditetapkan oleh pihak sekolah untuk
menggantikan guru lukis sebelumnya yang harus pindah tugas ke luar negeri, namaya Mr.
Ram Shankar Nikumbh. Ternyata Mr. Ram ini paham dengan keadaan Ishaan karena saat
kecil ia juga mengalamai dyslexia. Mr. Ram ini dapat disebut sebagai gurunya manusia
karena dapat memahami kondisi anak dan juga ikhlas dalam memberi ilmu. Setelah paham
dengan keadaan Ishaan, ia pun berusaha untuk memberitahu kondisi Ishaan kepada orang tua
Ishaan. Awalnya orang tua Ishaan tidak terima dengan penjelasan Mr. Ram tersebut. Namun,
setelah diberikan perumpaan tentang kondisi Ishaan, barulah orang tua Ishaan terima dan
menyerahkan semuanya kepada Mr. Ram.

Mr. Ram pun berusaha dengan kemampuan yang ia miliki untuk membantu Ishaan.
Hingga meminta persetujuan pihak sekolah untuk mengadakan belajar tambahan untuk
Ishaan agar Ishaan tidak dipindahkan dari sekolah ini. Dengan tekad yang besar, akhirnya Mr.
Ram membantu Ishaan untuk dapat membaca dan menulis dengan baik. Mr. Ram mengganti
media belajar Ishaan dengan hal-hal yang Ishaan senangi, seperti menulis di atas papan lukis,
menulis di pasir, berhitung di atas tangga, dan lain-lain. Akhirnya, Ishaan pun dapat
membaca dan menulis dengan baik serta dapat mengembangkan potensi melukis yang ia
miliki dengan baik pula.

Dari penjelasan ini dapat saya simpulkan bahwa dyslexia itu dapat disembuhkan.
Dengan mengganti media belajar yang anak senangi atau belajar dengan metode observasi
atau metode lainnya. Jadi, belajar tidak akan terasa monoton yang hanya dilakukan di kelas,
papan tulis, buku, dan kertas. Anak yang mengalami dyslexia pun dapat bersekolah di sekolah
formal dan tidak harus bersekolah di sekolah luar biasa. Dengan bantuan gurunya manusia,
yang mengerti kondisi anak tersebut. Anak yang mengalami dyslexia, memiliki kemampuan
yang menakjubkan di bidang lain seperti melukis. Anak ini juga memiliki imajinasi yang
sangat tinggi, keberanian yang baik, kemampuan analisis yang kuat, dan memiliki perasaan
yang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai guru dan orang tua, kita juga harus
memahami kemampuan dan kemauan anak. Akan lebih baik menjadi gurunya manusia dan
orang tua yang mengerti kapan harus menerapkan pola asuh demokratis dan otoriter. Jadi,
jangan hanya melihat kekurangan anak saja atau hanya melihat anak dari satu sisi. Gali
potensi lainnya yang ada pada anak tersebut. Agar masa depan mereka benar-benar sesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki. Karena masa depan bukan hanya bekerja di balik
meja kantor saja, banyak pekerjaan yang membuat anak-anak sukses dengan kemampuan
yang ia miliki.

Anda mungkin juga menyukai