Anda di halaman 1dari 37

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
Nama : ECA DAMAYANTI
NIM: ( PO.71.25.1.20.039 )
DOSEN PENGAMPU:
R.A.Zainur SPd, M, Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN GIGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................1
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3Tujuan...............................................................................................................3
Bab II Pembahasan.....................................................................................................4
A. KONSEP DASAR ETIKA PROFESI
1. Pengertian Etika............................................................................................4
2. Etika dan Etiket.............................................................................................9
3. Fungsi Etika...................................................................................................10
4. Pengertian Profesi.........................................................................................11
B. Konsep Dasar Hukum Kesehatan......................................................................13
1. Hukum Kesehatan.........................................................................................13
2. Undang-Undang Kesehatan..........................................................................17
3. Sumber Hukum Kesehatan...........................................................................25
4. Memahami Ruang Lingkup Hukum Kesehatan.............................................26
C. STANDAR PROFESI KEPERAWATAN GIGI...........................................................26
1. Pengertian Standar Profesi...........................................................................28
2. Tujuan Standar Profesi..................................................................................29
3. Pentingnya Etika pada Profesi Keperawatan................................................30
D.Kode Etik Keperawatan Gigi...............................................................................33
Bab III Kesimpulan......................................................................................................35
Daftar Pustaka............................................................................................................36

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Namun pengertian etika dan hukum
berbeda. Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti “yang baik, yang layak” ini
merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu
dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Sedangkan hukum adalah
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan pekerjaan profesi, antara lain
adalah pekerjaan dokter, dokter gigi, apoteker, sarjana kesehatan masyarakat, sarjana
keperawatan, hakim, pengacara, dan akuntan.
Manusia tumbuh sejak lahir sampai dengan bertambahnya usia selalu melakukan
interaksi atau bergaul dengan manusia lainya dan semakin luas daya cakup hubungannya
dengan manusia lain didalam masyarakat tersebut. Dengan perjalanan hidupnya manusia
akan mengetahui dia mempunyai persamaan dan juga perbedaan dengan manusia
lainnya. Dalam pergaulan manusia mempunyai kebebasan akan tetapi hal tersebut bukan
berarti manusia mempunyai sifat semaunya sendiri. Manusia merupakan ciptaan Tuhan
yang paling sempurna karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan dan
kehendak, akal adalah alat berfikir, sebagai sumber ilmu dan teknologi. Dengan akal
manusia menilai mana yang benar dan mana yang salah, sebagi sumber nilai kebenaran.
Perasaan adalah alat untuk menyatakan keindahan, dengan persaan manusia menilai
mana yang indah dan yang jelek dan kehendak adalah alat untuk menyatakan pilihan
sebagai sumber kebaikkan. Dengan kehendak manusia menilai mana yang baik dan mana
yang buruk, sebagai sumber nilai moral.

Sebuah pendidikan etika dimulai dari keluarga, pendidikan dari ayah, ibu kakak
dan saudara lainnya atau dari lingkungan sekitarnya, pendidikan ini yang dapat
memunculkan perilaku seseorang. Pendidikan tersebutlah yang menjadi pedoman
hubungan manusia dengan manusia lainnya dan juga hubungan manusia dengan
masyarakat lainnya. Etika sosial merupakan pengamalan pola tingkah laku manusia
dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial dimasyarakat. Adanya etika terhadap
2
sesama manusia dan etika profesi atau etika sosial saling melengkapi sehingga
kebahagiaan akan terwujud.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi etika?


2. Apa itu konsep dasar hukum kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan standar profesi perawat gigi?
4. Apa saja kode etik dalam keperawatan gig?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu etika profesi


2. Untuk mengetahui konsep dasar hukum kesehatan
3. Untuk mengetahu standard profesi perawat gigi
4. Unruk mengetahui apa saja kode etik dalam keperawatan gigi

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR ETIKA PROFESI

Etika merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan dan
pergaulan manusia, etika atau sering juga disebut sebagai “filsafat prilaku”1 atau disebut
nilai, ada juga pendapat yang menyebut etika ini dengan istilah “filsafat moral”2 adalah
salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia dengan
penekanannya kepada hal-hal yang baik dan buruk. Dengan kata lain, etika adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan baik dan buruk manusia, sejauh yang dipahami oleh
pikiran manusia.

Hubungan atau korelasi dari Pengertian etika dan kesehatan sebagaimana dengan
pengertian di atas ialah etika tidak dapat dipisahkan dalam setiap tata kelakuan dalam
dunia kesehatan, karena di dalamnya berkaitan dengan pola hubungan antara manusia
satu dengan lainya, dalam kontek hubungan terapeutik atau penyembuhan antara dokter
dan pasien. Ketika hubungan ini di lakukan maka secara tidak langsung kedudukan etika
pun tercipta dalam setiap tindakan medis oleh dokter atau tenaga medis kepada pasien.
Hal ini dikarenakan etika berbicara tentang moralitas manusia.

1. PENGERTIAN ETIKA

Di tinjau dari asal kata Etika berasal dari kata ethic. Eethic (dalam bahasa Inggris)
mempunyai arti yang berkenan tentang kesusilaan. Selain itu ethic (dalam bahasa Inggris)
juga berarti akhlak. Kata (etis) berasal dari kata ‘ethos’ yang membicarakan mengenai :

a. Karakter
b. Watak kesusilaan / kesopanan
c. Berkaitan dengan adat atau budi pekerti yang berkaitan dengan tingkah laku

Sementara itu menurut Martin (1993), etika di definisikan sebagai “the discipline
which can act the performance index or reference for our control sistem” dengan
demikian etika memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur
pergaulan manusia. etika kemudian di rupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang

4
secara sistematik sengaja di buat berdasarkan prinsip moral yang ada; dan pada saat di
butuhkan akan bisa di gunakan sebagai alat untuk menghakimi segala macam perbuatan
secara logika/rasional umum menyimpang dari aturan Etika merupakan aplikasi atau
penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam situasi nyata dan merupakan cabang ilmu
dari filsafat. Berkaitan dengan hal tersebut maka etika mempunyai arti :

a. Sebagai sarana untuk bertindak dalam hidup; dan


b. Mempunyai makna kewajiban dan tanggung jawab.

Menurut K. Berten, kata “etika” berasal dari bahasa yunani kuno, yakni ethos
(bentuk kata tunggal) atau ta etha (bentuk kata jamak). Ethos berarti tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Sedangkan kata ta etha berarti adat kebiasaan. Namun, secara umum etika
dimengerti sebagai ilmu apa yang biasa kita lakukan. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia (W.J.S Poerwandaminto, 2002) merupakan ilmu pengetahuan tentang asas -
asas akhlak (moral). Pengertian lain lagi mengenai etika dari Prof. DR. FRANZ Magniz
Suseno. Ia memberi pengertian bahwa etika adalah ilmu yang mecari orientasi (ilmu yang
member arah dan pijakan pada tindakan manusia). Apabila manusia memiliki orientasi
yang jelas, ia tidak akan hidup dengan sembarang cara atau mengikuti berbagai pihak
tetapi ia sanggup menentukan nasibnya sendiri. Dengan demikian, etika dapat membantu
manusia untuk bertanggung jawab atas kehidupannya.

Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu filos yang artinya kawan atau
penggemar, dan sofos atau shophia adalah hikmah, budi, kebijaksanaan. Jadi ilmu filsafat
adalah ilmu yang berkaitan dengan akal budi, asa, hukum, dan berkenan dengan segala
yang ada di alam semesta, serta berpusat pada kebenaran. Atau dengan arti lain, yaitu
ilmu pengetahuan untuk membuka rahasia hidup atau apa yang terjadi pada manusia
yang di dalamnya mengandung suatu tujuan kebaikan. Filasafat mengatakan manusia
adalah makhluk yang tau dan mau. Kemauannya mengendalikan pengetahuan /
pemahaman. Maka dari itu usaha manusia menggunakan akal budi
(pengetahuan/pemahaman) dan daya piker untuk memecahkan masalah moral. Sasaran

etika adalah tindakan yang dilakukan yang dilakukan dengan sadar, tahu, dan mau, serta
bebas memilih.

5
Dengan demikian Etika, merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan dan kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Secara teoretis, etika mempelajari tentang: a) Perbuatan manusia; b) Berkaitan dengan
tata adab; c) Berkaitan dengan nilai dan d) Dapat di nilai dengan baik (patut) atau buruk.
Ilmu yang membicarakan masalah ‘nilai’ merupakan bagian dari ilmu filsafat. Tingkah laku
yang di maksud dalam etika ilmu ini adalah tingkah laku yang berkaitan dengan
perubahan, menurut tata adabnya (peradaban) dan bukan tata adab. Jadi, etika adalah
suatu teori mengenai perbuatan manusia yang dapat di timbang atau di nilai baik-buruk
hasilnya. Suatu perbuatan di katakan berkaitan dengan etika, apabila memenuhi
beberapa syarat berikut:
a. Dilakukan dengan pilihan bebas
b. Dilakukan dengan sadar
c. Tahu baik buruk apa yang dilakukan
d. Mau atau mau melakukan perbuatan tertentu
e. Dilakukan manusia dengan makhluk pikiran dan kebebasan
Berdasarkan pengertian tadi, dapat dirumuskan pengertian etika menjadi tiga,
pertama etika merupakan sistem nilai, yakni nilai - nilai atau norma - norma moral yang
menjadi pegangan (landasan, alasan, orientasi hidup) seseorang atau kelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika kumpulan asas – asas akhlak (moral) atau
semacam kode etik. Ketiga, etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk.
Hal ini terjadi apabila nilai - nilai, norma - norma moral, asas – asas akhlak (moral), atau
kode etik yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat menjadi bahan refleksi
(pemikiran) secara menyeluruh (holisti), sistematis, dan metodis. Etika merupakan
pemikiran kritis tentang berbagai ajaran dan pandangan moral. Etika sering disebut
filsafat moral, karena berhubungan dengan adat istiadat, norma - norma, dan nilai - nilai
yang menjadi pegangan dalam suatu kelompok atau seseorang untuk mengatur tingkah
laku.
Etika sebagai falsafah, pengetahuan dan pedoman praktis adalah penting karena
alasan berikut.

1. Etika memberi petunjuk kepada manusia tentang nilai-nilai kehidupan yang


sesungguhnya.

6
2. Etika mengajar manusia membuat keputusan yang tepat dalam pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari, dipandu oleh asas-asas moral.
3. Etika membuat orang berpikir, memilih dan bertindak secara bijaksana agar ia
mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Sedangkan hukum berfungsi dan
bertujuan mengatur hubungan dalam masyarakat, dan mengatur kegiatan, serta
tindakan warga masyarakat.

Kedudukannya sebagai bentukan filsafat moral etika menjadi penentu dalam


setiap watak, tingkah laku, atau cara hidup manusia baik secara individu ataupun
kelompok. menurut K Bartens , menyatakan etika di bagi dalam tiga pengertian, pertama,
etika dalam arti nilai dan norma-norma moral, maka etika menjadi pegangan, pedoman
bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur prilakunya. kedua, etika dalam arti
kumpulan asas atau norma dalam kaitanya sebuah istitusi, contohnya, kode etik profesi,
seperti Kode Etik IDI, Kode Etik IBI, Kode Etik PGRI, Kode Etik Advokat. Ketiga, etika
sebagai ilmu tentang yang baik dan buruk, apa yang disebut sama artinya dengan etika
sebagai cabang filsafat.

Etika di atas yang kemudian berkembang menjadi etika profesi adalah aturan
bertindak pada kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat khusus, yakni kelompok
profesi. Tujuannya antara lain dikembangkan etika profesi untuk mengatur hubungan
timbal balik antara kedua belah pihak, yakni antara anggota kelompok atau anggota
masyarakat yang melayani dan dilayani. Dalam bidang kesehatan, dengan sendirinya etika
profesi ini berkembang antara petugas kesehatan dan masyarakat yang di layani.

Pola hubungan antar sesama kelompok masyarakat yang melayani dan di layani,
dalam pengertian ini adalah tenaga medis dokter kepada pasien, selalu dilingkupi dengan
sistem tata nilai atau norma dalam pergaulanya, yaitu etika atau kode etik, sedangkan
profesi berhubungan dengan pekerjaan yang berdasar pada keilmuan, keahlian, atau
ketrampilan tertentu. Hubungan di antara keduanya adalah etika membingkai dari semua
proses seseorang dalam melakukan pekerjaan tersebut, etika dapat bekerja ketika
individu atau kelompok melaksanakan kewajibanya, etika menjadi sandaran sebagai
seorang pemberi layanan di dalam hal bertindak, oleh sebab itu Di dalam kode etik
profesi mengandung kewajiban-kewajiban bagi anggotanya dalam hal bagaimana cara

7
bertindak dalam melaksanakan praktik profesinya.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain.

Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadi dua, etika perangai dan
etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai (sifat batin manusia yang mempengaruhi pikiran dan perilaku manusia) manusia
dalam hidup bermasyarakat di daerah dan waktu tertentu. Etika perangai tersebut diakui
dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh
etika perangai adalah:

1) Berbusana sesuai dengan adat


2) Pergaulan remaja didalam masyarakat tertentu
3) Upacara adat.
Di dalam membicarakan etika perlu diingat pula tentang moral. Moral bahasa dari
Yunani ‘mos moris’ yang mempunyai arti yang sama dengan etika, namun lebih ke arah
tanggung jawab akan perbuatan yang dilakukan. Perbuatan adalah tingkah laku yang
terjadi karena disengaja atau tidak di sengaja; disadari atau tidak disadari; dan ada faktor
pencetusnya (asal terjadi perbuatan).
Kesimpulannya “etika” sama dengan nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kita mengatakan perbuatan
seseorang tidak bermoral, jika perbuatan itu melanggar nilai dan norma etis yang berlaku
dalam masyarakat.
Sementara untuk etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan
benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar, timbullah kejahatan, yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia
yang disebut moral. Contoh moral adalah berkata dan berbuat jujur; menghormati orang
tua atau guru; menghargai orang lain.

8
2. Etika dan Etiket
Pengertian etika dan etiket Etika berarti ’’moral’’ sementara etiket berarti ’’sopan
santun’’. Bentuk kata keduanya dalam bahasa Inggris ethics dan etiquette. Keduanya
menyangkut perilaku manusia. Istilah etiket dipakai sehari-hari, dan mempunyai arti lebih
terbatas ada aturan yang mengatur perbuatan yang dilakukan seseorang berkaitan
dengan sopan santun.
Penggunaan kata etika dan etiket sering dicampuradukan. Padahal antara kedua
istilah tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar walaupun ada juga
persamaanya. Kata Etika berarti moral, sedangkan kata etiket berarti sopan santun, tata
krama. Persamaan antara kedua istilah tersebut adalah keduanya mengenai perilaku
manusia. Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya
memberi norma perilaku manusia bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat.
Dari pertanyaan tersebut Bertens dalam Abdulkadir Muhammad menyampaikan:

1. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau
tidak,misalkan masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya,
bukan menjadi permaslahan, akan tetapi etiket menetapkan cara melakukan
perbuatan, menunjukan apakah cara itu baik, benar dan tepat sesuai yang
diharapkan.
2. Etika bergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri selalu
berlaku, baik atau tidak ada orang lain. Etiket hanya berlaku pada pergaulan jika
tidak ada orang lain etiket tidak berlaku.
3. Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar menawar, misalnya jangan mencuri dan
jangan membunuh. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain, misalnya di
Indonesia memegang kepala orang, di Indonesia tidak sopan, akan tetapi di negara
lain bisa saja sopan.
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah), orang yang bersifat etis
adalah orang yang benar-benar baik, sifatnya tidak bersifat munafik. Etiket
memandang manusia dari segi luar (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan
dan halus, tetapi didalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan.

9
Berbicara mengenai etika dan etiket, ada empat perbedaan yang terkait dengan kedua
istilah tersebut yaitu antara etiket dan etika sebagai berikut:

1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket


menunjukkan cara yang tepat yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu
kalangan tertentu. Misal jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya
harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan.
2. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan-
tangan kanan kiri .Sedangkan etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. ”Jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika. Apakah orang mencuri dengan tangan kanan atau
kiri tidak ada relevansinya.
3. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau saksi,
maka etiket tidak berlaku. Meletakkan kaki di atas meja di hadapan orang lain
dianggap melanggar etiket, namun jika sendirian atau tidak ada saksi mata, tidak
dianggap melanggar etiket, sementara etika tidak bergantung pada hadir tidaknya
orang lain. Misalnya, larangan untuk mencuri selalu berlaku, entah ada orang lain
atau tidak, dan barang pinjaman selalu harus dikembalikan meski pemiliknya
sudah lupa.
4. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain misalnya berbincang-bincang sambil
berkacak pinggang, bersendawa, makan dengan tangan, yang tentu berbeda sekali
dengan prinsip-prinsip etika yang tidak ada kompromi.

3. Fungsi Etika

Sebenarnya etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi
etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas yang membingungkan. Etika akan menampilkan ketrampilan intelektual yaitu
ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan
dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral
diperlukan karena:

10
1) pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah
budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2) modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3) berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing
dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

4. Pengertian Profesi

Profesi dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,dijelaskan


pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikankeahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.Beberapa pendapat mengenai profesi
antara lain;

1. Komaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnyamenuntut


pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.
2. Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminto, 1982 dalam Kamus Umum BahasaIndonesia
mengartikan: Profesional secara etimologi berasal dari bahasa inggris “profession”
yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yangmempunyai keahlian.
3. Prof. H. M Arifin, 1995 mengartikan: Profesi adalah suatu bidang keahliankhusus
untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkan.
4. Prof. Dr. Piet A. Sahertian, 1994 dalam bukunya “profil Pendidikan Profesional”
menyatakan bahwa pada hakikatnya profesi adalah suatu janjiterbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya padasuatu jabatan karena
terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
5. Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yangmenekuni
pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedurberlandaskan
intelektualitas, 2007.

Dengan demikian seorang professional adalah orang yang melakukan suatu


pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang
tinggi. Atau seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan
suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang

11
menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedarnya,
untuk mengisi waktu.

Antara profesi dan pekerjaan pada umumnya terdapat perbedaan penting:


profesimengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai
suatu pekerjaan atau kegiatan utama, dilaksanakan sebagai sumber nafkah hidup, dan
dilaksanakan sebagai keterlibatan pribadi yang mendalam. Orang yang profesionaladalah
orang yang tau akan keahlian dan ketrampilannya, meluangkan seluruhwaktunya untuk
pekerjaan atau kegiatan itu, hidup dari situ, dan bangga akanpekerjaanya.

Diantara profesi-profesi pada umumnya, dibedakan lagi dalam profesi luhur


atauprofesi khusus, hal ini dikarenakan karena menekan pengabdian atau pelayanan
kepada masyarakat pada umumnya. Dalam kenyataanya orang-orang yang mengemban
profesi luhur ini juga memerlukan nafkah hidup, dan nafkah itu umumnya diperolah dari
profesinya itu. Dan sasaran utamanya yang dijalani adalah sebagai panggilan hidup, bukan
sebagai nafkah hidup. Nafkah hidup sekedar sebagai sebuah imbalan dari menjalankan
profesi itu demi kepentingan masyarakatdan bukan sebagai suatu tujuan utama dari
kegiatan itu. Tidak mengherankan bahwa yang mempunyai profesi luhur bahkan bersedia
mengorbankan hidupnya hanya demi menunaikan profesinya itu.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

12
Jadi dapat di simpulkan etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum yang telah
ditetapkan dan disepakati pada profesi atau lingkup kerja tententu manusia.

B. KONSEP DASAR HUKUM KESEHATAN

Undang-undang RI No. 23, 1992 tentang kesehatan (selanjutnya disebut UU


Kesehatan), berisi peraturan-peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan seluruh anggota masyarakat, oleh karena itu undang–undang ini akan
melibatkan instansi-instansi terkait dan juga melibatkan pemberi pelayanan kesehatan
(medical providers ) dan penerima pelayanan kesehatan (medical receivers).

Undang-undang ini merupakan produk hukum yang bernuansa luas di bidang


kesehatan sehingga 9 (sembilan) undang-undang di bidang kesehatan yang telah ada
sebelum harus dicabut karena. Sudah diakomodasi dalam undang-undang ini, termasuk
diantaranya UU tentang Pembukaan Apotek (1953) , Undang-undang pokok Kesehatan
(1960), UU tentang Tenaga Kesehatan (1963), UU tentang Higiene (1966) dan UU tentang
Kesehatan Jiwa (1966). Karena pada waktu yang sama dengan proses kelahiran UU
Kesehatan ini di Indonesia berkembang pula pengetahuan Hukum Kesehatan yang relatif
baru, ada dua istilah yang makin sering didengar yaitu UU Kesehatan dan Hukum
Kesehatan. Antara keduanya terdapat kesamaan , yaitu mengenai ketentuan-ketentuan
hukum yang berkaitan dengan bidang kesehatan, tetapi juga ada perbedaannya. Oleh
sebab itu, keduanya perlu ditelaah terlebih dahulu.

1. Hukum Kesehatan

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan,


dalam mengatur pergaulan hidup masyarakat. Pengertian Hukum Kesehatan menurut
berbagai sumber yaitu :

1. UU RI NO. 23/1992 tentang Kesehatan


Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyangkut
hak dan kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan

13
masyarakat) maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala
aspeknya, organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lain-lain.
2. Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal
ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek-aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kesehatan mencakup
komponen–komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan
lainnya, yaitu Hukum Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum
Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum
Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993)
3. Prof.H.J.J.Leenen
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan
langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya
mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi,
namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga merupakan sumber hukum.
4. Prof. Van der Mijn
Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengaturan yang
berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum
perdata, hukum pidana dan hukum administrasi. Hukum medis yang mempelajari
hubungan yuridis dimana dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari
hukum kesehatan.

Untuk kalangan kesehatan, hokum kesehatan dan undang-undang kesehatan


harus didalami secara baik, karena keduanya berkaitan dengan pelayanan profesi
kesehatan kepada masyarakat. Di satu sisi pengetahuan hukum kesehatan harus
diketahui dan didalami karena pengetahuan ini akan memberi wawasan tentang
ketentuan-ketentuan hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan

14
kesehatan. Memahami dan mendalami hukum kesehatan akan memberi dan
meningkatkan keyakinan diri tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi kesehatan
yang berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman, tidak melanggar etika , dan
ketentuan hukum.

Dalam hal ini, dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memahami adanya
landasan hukum dalam transaksi teraupetik antara dokter dan pasien (kontrak
teraupetik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien , serta hak dan
kewajiban dokter atau perawat dan adanya simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan
dan pekerjaan , memahami dalam situasi dan keadaan apa rahasia jabatan dan pekerjaan
boleh disampingkan, memiliki pengetahuan yang baik tentang standar pelayanan medik
standar profesi medik, pemahaman tentang malpraktek medik, penanganan pasien gawat
darurat, rekam medis, eutanasia. Pada sisi lain , sebagai warga negara , apalagi yang
bertugas di bidang kesehatan, tentu perlu memahami dengan baik beberapa peraturan
dan perundang-undangan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan.

Hukum kesehatan yang dikembangkan pada dewasa ini di banyak bagian dunia
sesungguhnya sudah terkenal sejak 1800 SM sebagai Code Hammurabi dan Code of
Hitties (Kode Etik Hammurabi dan Kode Etik Hitties). Kemudian kode etik tersebut di
dalam perkembangannya menjadi sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam,
namun bentuk yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar
460-370 SM. Sumpah tersebut berisi kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan
bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. Hukum kesehatan pada saat itu
belum berkembang seperti saat ini, pada saat itu pola hubungan antara dokter dan pasien
masih bersifat pola hubungan paternialistik, yaitu dokter sebagai tenaga kesehatan
sebagai tenaga kesehatan utama dengan tenaga kesehatan lainya.

Dalam pola hubungan paternalistik, kedudukan dokter lebih dominan dimana


dokter sebagai pihak yang mengambil keputusan terhadap semua tindaka kepada
pasiennya. Pola hubungan yang menunjukan ketidakseimbangan antara hak dan
kewajiban dalam hubungan dokter dan pasien, perihal ini tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Lebih dari setengah abad lalu para pakar atau ajli hukum dan

15
dokter mulai mengembangkan gagasan hak –hak dasar manusia dibidang kesehatan, yaitu
hak atas pemeliharaan (the right to healthcare), dan hak untuk menentukan diri sendiri
( the right on self determination atau disebut TROS), kemudian di dalam perkembangan
hak-hak dasar tersebut. diakomodasi pada pasal 225 ayat (1) United Nation Universal
Declaration of Human Right.

Di indonesia kaidah yang terdapat pada pasal 25 ayat (1) United Nations Universal
Declaration of Human Rights 1948 diadopsi di dalam pasal 8 H ayat (1) UUD 1945
(Perubahan Kedua) yang menyatakan 40 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”15 Hukum kesehatan merupakan suatu
bidang ilmu di antara semua keseluruhan ilmu dalam ilmu hukum, yang mencakup semua
atau keseluruhan rangkaian peraturanperundang-undangan dalam hal medis yaitu
pelayanan medis dan sarana medis. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kansil, sedangkan
Leenen menjelaskan bahwa hukum kesehatan meliputi semua ketentuan umum yang
langsung berhubungan dngan pemeliharaan kesehatan dan penerapan dari hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi dalam hubungan tersebut serta
pedoman internasional, hukum kebiasaan dan jurisprudensi yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu, dan literatur, menjadi sumber hukum
kesehatan.

Pengertian hukum kesehatan oleh Lennen bahwa hukum kesehatan menyangkut


dengan semua ketentuan umum baik itu regulasi yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan dalam penerapannya baik itu hukum pidana, perdata, administrasi, pedoman
internasional dan kebiasaan pengertian sejalan dengan penjelasan hukum oleh
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia, Menurut pasal 1 Anggaran Dasar
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (Perhuki), hukum kesehatan adalah semua
ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan
kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap
lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-
pedoman medis nasional/internasional, hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi serta
ilmu pengetahuan bidang kedokteran/kesehatan.

16
Adapun Menurut rumusan Tim Pengkajian Hukum Kedokteran Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah ketentuan hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu da masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut
dalam segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, selain aspek
organisasi dan sarana yang harus diperhatikan, pedoman medis, internasional, hukum
kebiasaan, dan hukum otonom di bidang kesehtan, ilmu pengetahuan dan literatur medis
juga merupakan sumber hukum kesehatan. Pengertian hukum kesehatan di atas, secara
umum dapat diartikan bahwa hukum kesehatan adalah semua ketentuan yang
menyangkut dengan hak dan kewajiban, pelayanan medis dan sarana medis dalam hal
pemeliharaan kesehatan, baik di tinjau dari aspek promotif, preeventif, kuratif dan
rehabilitatif, pedoman internasional, dan hukum kebiasaan, serta dalam penerapan
hubungan hukum perdata, pidana dan administrasi.

Hubungan etik dan hukum, bagi etika, baik buruknya, tercela tidaknya, perbuatan
itu diukur dengan tujuan hukum, yaitu ketertiban masyarakat. Bagi hukum
problematikanya ialah ditaati atau dilanggar tidaknya kaidah hukum. Hukum menuntut
legalitas, yaitu berarti bahwa yang dituntut ialah pelaksanaan atau penataan kaidah
hukum semata, sebaliknya, etika lebih mengandalkan iktikad baik dan kesdaran moral
pada pelakunya. Oleh karena itu, etika menurut morallitas, berati bahwa yang dituntut
adalah perbuatan yang di dorong oleh rasa wajib dan tanggung jawab itulah sebabnya,
timbul kesulitan untuk menilai pelanggaran etika selama pelanggaran itu bukan
merupakan pelanggaran hukum.

2. Undang-Undang Kesehatan

Seperti telah dikemukakan , semula undang-undang Kesehatan (UU Kesehatan)


adalah ringkasan dari penyebutan Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tenang
kesehatan. Undang –undang ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mencapai
derajat kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat. Ini berkaitan dengan
sasaran pembangunan di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan dalam mencapai
masyarakat adil dan makmur. Bagaimanapun kesehatan manusia sebagai pelaku
pembangunan harus mendapatkan perhatian yang cukup. Seperti dijelaskan dalam pasal

17
3 UU Kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.

Beberapa bagian dari Undang-undang ini berisi tentang rambu-rambu dalam


pelayanan kesehatan yang harus diketahui dan dipahami oleh pelaku pelayanan profesi
kesehatan, agar terhindar dari pelayanan kesehatan yang bermasalah. Kalangan
kesehatan harus tetap menyadari bahwa dalam menjalankan profesi kesehatan mereka
tidak saja bertanggung jawab terhadap kesehatan pasien, tetapi juga bertanggung jawab
terhadap hukum ( responsibility legal ).

Dengan demikian, para pelayan kesehatan dituntut selalu mengikuti


perkembangan peraturan-peraturan dan selalu memperdalam keterampilan serta
mengikuti perkembangan hukum dan aspek medikolegal dalam pelayanan kesehatan.

Dengan adanya perkembangan media yang pesat, mampu membuka wawasan


masyarakat terhadap hukum dan perubahan-perubahan yang ada disekitarnya. Oleh
karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami akan hak dan kewenangannya
yang diatur di dalam standar profesi masing-masing profesi kesehatan. Untuk profesi
perawat gigi standar profesi ini diperbarui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2016 , tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis gigi
dan mulut. Peraturan tersebut Antara lain berisikan tentang perizinan, penyelenggaraan
praktik keprofesian terapis gigi dan mulut, serta pembinaan dan pengawasan.

a. Perspektif UU Kesehatan

Bagaimanakah Undang-undang yang baik itu ?

Undang-undang yang baik adalah undang- undang yang tidak bersifat kontemporer,
tetapi undang-undang yang keberadaannya adalah memiliki pandangan kedepan kata lain
adalah yang memiliki perpektif. Jadi secara umum undang-undang kesehatan ini
diharapkan fungsinya sebagai berikut :

1. Alat untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan


pembangunanan kesehatan yang meliputi upaya kesehatan dan sumber daya

18
2. Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun
waktu mendatang .
3. Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan.

b. Sistematika UU Kesehatan

Secara keseluruhan undang-undang kesehatan diterbitkan untuk tujuan mencapai


derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang melalui pembangunan kesehatan, yaitu
dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat. Di sini
diatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung jawab setiap orang. Upaya
kesehatan dijabarkan secara jelas mulai dari kesehatan keluarga, kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit, kesehatan olah raga dan selanjutnya,
sampai dengan upaya kesehatan matra.

Dirinci tentang sumber daya kesehatan yang mencakup perangkat keras seperti
sarana , prasarana dan peralatan serta perangkat lunak seperti manajemen, pembiayaan
dan SDM yang mendukung terselenggaranya upaya kesehatan. Dalam undangundang ini
dijelaskan tentang adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. dalam kaitan ini, pemerintah adalah membina, mendorong, dan
menggerakkan swadaya masyarakat di bidang kesehatan. Oleh karena itu, perlu
pembinaan dan pengawasan sehingga semua kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
Akhirnya dalam undang-undang ini diatur tentang bagaimana penyidikan dapat dilakukan
apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur. Demikian pula diatur
tentang sanksi hukum menurut ketentuan pidana dan perdata.

Beberapa Pengertian Dalam Ketentuan Umum Agar lebih memahami tentang


hukum kesehatan , maka di bawah ini dikutip beberapa pengertian dan ketentuan umum
yang terdapat dalam undang-undang kesehatan antara lain :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan , jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/masyarakat.

19
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan ke
dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan , pencegahan dan
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan / atau kosmetika
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/ atau perawatan dengan cara,
obat dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah secara bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa maupun air.

Dalam undang –undang ini terlihat pengertian “sehat” sudah mengalami


perubahan pengertian yang lama, pengertian sehat yang baru meliputi faktor sosial dan
ekonomi. Demikian pula pengertian “ tenaga kesehatan” dalam Undang-undang tentang
Tenaga kesehatan tahun 1963, tenaga kesehatan dibagi atas tenaga kesehatan sarjana
(dokter, dokter gigi, apoteker) dan tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan
rendah (asisten apoteker, bidan, perawat, penilik kesehatan, nutrisionist dan lain-lain).

Dengan pengertian tenaga kesehatan yang baru , biarpun seseorang penyandang


titel dokter atau bidan , perawat dan lain-lain , tetapi tidak mengabdikan diri di bidang
kesehatan sehingga mereka tidak lagi termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan.
Kesehatan matra juga menjadi perhatian dalam undang-undang ini.

20
Dalam kesehatan matra dimaksud seperti kesehatan
penerbangan/kedirgantaraan, kesehatan kelautan dan bawah air , yaitu upaya kesehatan
yang mempunyai ciri khusus atau lingkungan matra yang sering berubah. Berikut ini akan
ditampilkan beberapa kutipan Undang-undang Kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus karena banyak berkaitan dengan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
yaitu :
a. Asas (pasal2)
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, adil dan merata perikehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
b. Tujuan Pembangunan Kesehatan (Pasal 3)
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
c. Hak dan Kewajiban (Pasal 4 dan 5 )
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal
2) Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga dan lingkungan.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan asas manfaat disini adalah memberikan manfaat yang
sebesarbesarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga
negara. Asas usaha bersama dan kekeluargaan yang dimaksud adalah bahwa
penyelenggara kesehatan dilaksanakan melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang
dijiwai semangat kekeluargaan Dalam undang-undang ini, diharapkan penyelenggaraan
kesehatan dapat dilaksanakan dengan kepercayaan dan kemampuan serta kekuatan
sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional yang ada. Dalam hal ini, perlu
ditingkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat yang optimal
kepada seluruh masyarakat.

21
c. Upaya Kesehatan

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,


diselenggarakan upaya-upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan ( Pasal 10).

Kita tahu bahwa permasalahan kesehatan masyarakat atau status kesehatan


masyarakat itu tidak sama satu dengan lainnya, maka dari itu kebutuhan masyarakat satu
dengan lainnya pun terhadap kesehatan juga tidak sama. Ketidaksamaan kebutuhan
dalam pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor keturunan,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Penyelenggaraan upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dilaksanakan melalui (Pasal 11 ) yaitu:

1) Kesejahteraan keluarga
2) Perbaikan gizi
3) Pengamanan makanan dan minuman
4) Kesejahteraan lingkungan
5) Kesejahteraan kerja
6) Kesehatan jiwa
7) Pemberantasan penyakit
8) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) Penyuluhan kesehatan masyarakat
10) Pengamatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11) Pengamanan zat adiktif
12) Kesehatan sekolah
13) Kesehatan olah raga
14) Pengobatan tradisional
15) Kesehatan matra

d. Kepastian hukum dan perlindungan hokum

22
bertujuan untuk melindungi pemberi maupun penerima pelayanan kesehatan.
kesehatan memberikan perlindungan hukum baik bagi pemberi maupun penerima
pelayanan kesehatan, hal ini tercantum dalam Undang-undang Kesehatan yaitu :

Pasal 53 :

1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan


tugas sesuai dengan profesi
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
3. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian , dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan
yang bersangkutan
4. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Pasal 55 :

1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku

Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan langsung pada
pemberian kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi, dan
hukum pidana. Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya.

Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelaksana kesehatan maupun dari pihak penyelenggara
dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu
pengetahuan kesehatan, dan hakim serta sumber-sumber lainnya. Hukum kesehatan
terdiri dari banyak disiplin, diantaranya: hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum
farmasi, hukum apotik, hukum kesehatan masyarakat, hukum perobatan, dan lain-lain.
Masing-masing disiplin ini umumnya telah mempunyai etik profesi yang harus diamalkan

23
anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan kesehatan
juga mempunyai etika yang di indonesia terhimpun dalam etik rumah sakit indonesia
(ERSI) (Hanafiah, 1999).

3. Sumber hukum Kesehatan

Keberadaan hukum kesehatan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap


pembangunan, khususnya di bidang kesehatan. Hukum kesehatan termasuk hukum “lex
specialis”, melindungi secara khusus tugas profesi kesehatan (provider) dalam program
pelayanan kesehatan manusia menuju ke arah tujuan deklarasi “health for all” dan
perlindungan secara khusus terhadap pasien “receiver” untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan (Cecep Triwibowo, 2014). Dengan sendirinya hukum kesehatan ini mengatur
hak dan kewajiban masing-masing penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan,
baik sebagai perorangan (pasien) atau kelompok masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo,
1998 ).

Kesehatan di Indonesia dibangun melalui 2 pilar, yaitu hukum dan etik. Hukum di
Indonesia bersumber dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berbagai
peraturan perundang-undangan lainnya khususnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, sedangkan pilar etik bersumber dari kebijaksanaan organisasi profesi, standar
profesi, dan kode etik profesi. Sumber utama dari pilar etik ini adalah Kode EtikRumah
Sakit Indonesia (KODERSI) dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), merupakan kewajiban-kewajiban moral yang harus
ditaati oleh setiap rumah sakit (sebagai suatu lembaga) dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Indonesia. Kewajiban kewajiban
moral lembaga harus diterjemahkan menjadi rangkuman nilai-nilai moral untuk dijadikan
pegangan dan pedoman bagi para insane rumah sakit di Indonesia dalam hal
penyelenggaraan dan pengoperasian rumah sakit di Indonesia.

Sumber hukum kesehatan tidak hanya bertumpu pada hukum tertulis


(undangundang), namun juga pada jurisprudensi, traktat, konsensus, dan pendapat ahli
hukum serta ahli kedokteran termasuk doktrin (Ta’adi, 2013). Hukum kesehatan terkait
dengan peraturan perundang-undangan dibuat untuk melindungi kesehatan masyarakat

24
di Indonesia. Bentuk hukum tertulis atau peraturan undang-undang mengenai hukum
kesehatan diatur dalam:

a. Undang-Undang
 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(selanjutnya disebut UU No. 29 Tahun 2004).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya
disebut UU No. 36 Tahun 2009).
 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya
disebut UU No. 44 Tahun 2009).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(selanjutnya disebut UU No. 36 Tahun 2014)
 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (selanjutnya
disebut UU No. 38 Tahun 2014)
b. Peraturan Pemerintah.
c. Keputusan Presiden.
d. Keputusan Menteri Kesehatan.
e. Keputusan Dirjen/Sekjen.
f. Keputusan Direktur/Kepala Pusat.

Kemudian dengan berkembangnya otonomi daerah, masing-masing daerah baik


provinsi maupun kabupaten juga semakin marak untuk mengeluarkan peraturan-
peraturan yang terkait dengan kesehatan, misalnya :

1. Peraturan Daerah (Perda)


2. Keputusan Gubernur, Wali Kota atau Bupati
3. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Seperti telah disebutkan bahwa hukum kesehatan adalah semua ketentuan


hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan
penerapannya. Oleh sebab itu, hukum kesehatan mengatur dua kepentingan yang
berbeda, yakni :

25
1. Penerima pelayanan, yang harus diatur hak dan kewajiban, baik perorangan,
kelompok atau masyarakat.
2. Penyelenggara pelayanan : organisasi dan sarana-prasarana pelayanan, yang juga
harus diatur hak dan kewajibannya.

Mengingat banyaknya penyelenggara pelayanan kesehatan, baik dari segi


perorangan maupun kolektivitas, di mana masing-masing mempunyai kekhususan antara
pihak yang dilayani kesehatannya maupun sifat pelayanan dari pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan, maka hukum kesehatan dapat dikelompokkan menjadi berbagai
bidang, antara lain :

1. Hukum Kedokteran dan Kedokteran Gigi.


2. Hukum Keperawatan.
3. Hukum Farmasi Klinik.
4. Hukum Rumah Sakit.
5. Hukum Kesehatan Masyarakat.
6. Hukum Kesehatan Lingkungan.
7. Hukum Rumah Sakit.
8. Hukum Laboratorium Kesehatan
9. Hukum Asuransi
10. Dan lain-lain

4. Memahami Ruang Lingkup Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban tenaga kesehatan, individu dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya
kesehatan, aspek organisasi kesehatan dan aspek sarana kesehatan. Selain itu, hukum
kesehatan dapat juga dapat didefinisikan sebagai segala ketentuan atau peraturan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan.

Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan disebutkan bahwa :

“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”

26
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan amanah konstitusi dasar Negara dan
cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karenanya, untuk setiap kegiatan dan atau upaya yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan daya saing bangsa serta pembangunan nasional
Indonesia. Hukum kesehatan berperan untuk mengusahakan adanya keseimbangan
tatanan di dalam upaya pelaksanaan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat serta memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan hukum kesehatan
yang berlaku.

Hukum kesehatan memiliki cakupan yang lebih luas daripada hukum medis
(medical law). Hukum kesehatan meliputi, hukum medis (medical law), hukum
keperawatan (nurse law), hukum rumah sakit (hospital law), hukum pencemaran
lingkungan (environmental law) dan berbagai macam peraturan lainnya yang berkaitan
dengan kesehatan manusia. Hukum kesehatan tidak dimuat dalam satu kitab khusus
seperti halnya kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Hukum kesehatan dapat ditemukan
dalam berbagai peraturan perundangundangan yang mengatur tentang kesehatan
manusia atau peraturan perundang-undangan lainnya yang memuat pasal atau ketentuan
mengenai kesehatan manusia. Ketentuan mengenai hukum kesehatan tersebut
penerapannya dan penafsirannya serta penilaian terhadap faktanya merupakan bidang
medis. Itulah sebabnya hukum kesehatan merupakan salah bidang ilmu yang cukup sulit
untuk ditekuni karena harus terkait dengan 2 (dua) disiplin ilmu sekaligus.

Regulasi bidang hukum kesehatan seperti yang saat ini menjadi rujukan dalam
menyelenggarakan sesuatu berkaitan dengan masalah kesehatan adalah Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009). Beberapa hal penting
diatur dalam UU Kesehatan adalah mengenai upaya kesehatan, tenaga kesehatan, sarana
kesehatan, obat dan alat kesehatan.

1. Upaya Kesehatan

27
Pengertian secara umum mengenai upaya kesehatan yang diatur dalam UU No. 36
Tahun 2009 adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat
2. Pengaturan berkaitan dengan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting
dalam pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan. Tanpa adanya tenaga kesehatan,
mustahil penyelenggaraan kesehatan akan terlaksana. Dalam UU Kesehatan No.36
Tahun 2009 dimaksud sebagai tenaga kesehatan adalah : “setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”
3. Pengaturan berkaitan dengan sarana kesehatan
Pengertian umum mengenai sarana kesehatan tidak disebut secara tegas dalam
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Namun disebutkan tentang
penempatan jumlah tenaga kesehatan dengan pemerataan sarana pelayanan
kesehatan.
4. Pengaturan berkaitan dengan Obat dan Alat Kesehatan
a) Pengaturan tentang Obat
Berkaitan dengan sediaan farmasi adalah bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
b) Pengaturan tentang Alat Kesehatan
Dalam Pasal 1 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tentang
ketentuan umum disebutkan bahwa alat kesehatan merupakan sumber
daya di bidang kesehatan.

C. STANDAR PROFESI KEPERAWATAN GIGI


1. Pengertian Standar Profesi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996, tentang tenaga kesehatan, Perawat Gigi

28
adalah salah satu jenis dari tenaga kesehatan yang bidang garapnya manusia (pasien),
melakukan pengobatan (dasar/sederhana) dan perawatan kepada klien dan pasien. Oleh
karena itu, perlu diberikan perlindungan atau peraturan dari segi etis maupun hukum.
Demikian pula dengan profesi di luar bidang kesehatan, juga mempunyai standar profesi
tersendiri.

Standar adalah ukuran bagi profesi dalam melakukan pekerjaannya secara


professional. Jadi, tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar bidang
kesehatan. Maksudnya, tenaga medis bekerja sesuai dengan standar medis, tenaga
Perawat sesuai standar keperawatan dan Perawat Gigi sesuai dengan standar
keperawatan gigi, demikian juga dengan profesi di luar bidang kesehatan, juga
mempunyai standar profesi.

Berdasar Keputusan Menkes Nomor 378/Menkes/SK/III/2007, standar profesi


adalah batasan-batasan yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada klien atau pasien secara professional. Berdasar
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dinyatakan bahwa setiap
tenaga kesehatan termasuk Perawat Gigi berkewajiban mematuhi standar profesinya.
Dan standar Profesi Perawat Gigi disusun sesuai standar profesi yang berlaku di Pusat
Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri.
2. Tujuan Standar Profesi
Disusunnya standar profesi memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Melindungi masyarakat dari praktik yang tidak sesuai dengan standar profesi.
2. Melindungi tenaga kesehatan dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Sebagai pedoman dalam pengawasan pelaksanaan pelayanan kesehatan dan
pembinaan, serta peningkatan umum.
4. Sebagai pedoman menjalankan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Untuk mencapai tujuan standar profesi Perawat Gigi maka dalam melakukan
profesinya perawat gigi harus berpedoman sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
wewenang yang dimilikinya.
2. Memberikan perlindungan kepada Perawat Gigi dari tuntutan hukum.
3. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari malpraktik Perawat Gigi.

29
3. Pentingnya Etika Pada Profesi Keperawatan
Keperawatan adalah :
1. Profesi yang mempunyai bidang garap manusia (membuat Kesejahteraan bagi
orang yang sehat maupun sakit)
2. Profesi yang merupakan. panggilan hidup untuk suatu karya pengabdian
(merupakan wujud dari cinta-kasih).
3. Menerapkan profesi ini harus mempunyai motivasi yang tinggi, komitmen mantap.
4. Karena bidang garapnya manusia maka memerlukan suatu aturan ter tentu.
5. Aturan di sini lebih banyak mengatur tata hubungan antara perawat dengan
pasien atau lebih dikenal dengan Etika hubungan .

PERWUJUDAN NILAI PADA ETIKA KEPERAWATAN

Keperawatan yang mempunyai nilai etik tinggi dapat diwujudkan dalam ' bentuk:

1. Melakukan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat.


2. Melapor kepada yang mempunyai wewenang, apabila terjadi ketidaksesuaian
pelayanan dengan kode etik yang ada
3. Menghormati privasi dari seorang klien (pasien)
4. Ketaatan akan disiplin ilmu yang tinggi.
5. Memperhatikan hak second opinion dari klien (pasien)

KEPRIBADIAN MEMPENGARUHI ETIKA PERAWAT

Citra dan peran perawat terwujud oleh kematangan pribadinya. Kematangan


pribadi dari perawat melalui empat tingkatan sebagai berikut:

1. Tingkat kedewasaan emosional. Pada tingkatan ini kedewasaan perawat, biasanya


terlihat dari adanya kepekaan lingkungan, kemampuan bersimpati dan empati,
serta mampu mengendalikan diri dalam mengungkapkan perasaan.
2. Tingkat kedewasaan intelektual. Di sini perawat mampu berpikir logik dan abstrak,
berpikir objektif, analitik, sistemik dan kritis, mampu menerima realitas, dan
bertukar pikiran, serta argumentasi.

30
3. Tingkat kedewasaan moral, dimana perawat, mempunyai pribadi yang matang
atas kehendak sendiri, mempunyai disiplin diri, mampu mengendalikan nafsu (hal-
hal atau sifat yang tidak baik), dan punya falsafah hidup.
4. Tingkat kedewasaan sosial, dimana perawat mampu menyesuaikan diri, menjalin
hubungan dengan pasien secara wajar, menghargai dan menerima pribadi orang
lain, dan mendukung penegakan lingkungan.
5. Kedewasaan spiritual, dimana perawat mampu menjalin hubungan dengan Allah,
mengembangkan prinsip asih, asah, dan asuh, serta mengambil keputusan secara
bebas, dari batin (netral). Ia juga mampu mengembangkan diri pribadi dan
mempunyai nilai yang dihayati dan punya sikap reflektif.

PERILAKU ETIS PROFESIONAL

Perawat gigi atau perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai atau didapat dari:

1. Pendidikan Perawat atau Perawat Gigi.


2. Diskusi formal maupun informal dengan sejawat.
3. Mencontoh dan mencoba perilaku dari pengambil keputusan yang etis untuk
membantu memecahkan masalah etika.

Ada dua pendekatan yang dilakukan Perawat atau Perawat Gigi kepada pasien:

1. Pendekatan berdasarkan prinsip


adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bioetika. Ada 4 dasar pendekatan
prinsip ini (Beanchamp Childress, 1994):
a. Menghargai kapasitas otonomi setiap orang.
b. Menghindari berbuat kesalahan.
c. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya.
d. Bertindak adil dengan menjelaskan tentang manfaat dan risiko yang
dihadapi

31
Dilema etika muncul ketika ketaatan prinsip menimbulkan penyebab
konflik dalam bertindak, contohnya: seorang pasien yang dengan ngotot minta
giginya dicabut, meskipun giginya hanya mengalami karies email dan merupakan
kontra indikasi dicabut karena pasien merasa penambalan akan memerlukan
banyak waktu dan biaya. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi pasien akan pilihan pengobatan giginya, tetapi masyarakat
yang & tentang kesehatan gigi berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
dilakukan dengan mempertahankan gigi tersebut.

Sayangnya tidak ada satu metode pun yang mudah dan aman untuk
menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik di antara
kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya perintang berdasarkan prinsip dalam
bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan, dan hal ini dapat mengurangi
perhatian Perawat Gigi terhadap sesuatu yang paling etika.

2. Pendekatan berdasarkan asuhan


Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan prinsip dan bioetik
mengarahkan banyak perawat atau bidan untuk memandang ‘care' atau asuhan
sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat gigi dengan pasien
merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan yang memberikan langsung
perhatian khusus kepada pasien. Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara
bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat membahagiakan bila
diterapkan berdasarkan etika.
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen, utamanya terhadap
pasien dan belakangan ini diklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan
salah satu peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran memberikan asuhan
keperawatan. Advokasi merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, untuk
menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan berdasarkan prinsip dan
etika.

Hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam mempraktikkan keperawatan profesional dan


tradisi:

32
a) Loyalitas sebagai staf dan kolega untuk tetap memegang teguh komitmen
utamanya terhadap pasien.
b) Memberikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada
umumnya.

D. KODE ETIK PERAWAT GIGI

Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik suatu profesi
merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang menjalankan
profesi seperti dokter, perawat, perawat gigi dan profesi lainnya.

Begitu halnya dengan perawat gigi yang merupakan suatu profesi bidang
keperawatan gigi juga memiliki kode etik. Dengan adanya kode etik ini diharapkan dapat
memberikan pedoman bagi tiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas, dimana
pelaksana profesi (perawat gigi) mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. Disamping itu kode etik juga merupakan sarana kontrol bagi
masyarakat maupun profesi yang bersangkutan, serta mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.

Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Organisasi profesi merupakan suatu
wadah/tempat para anggota profesi tersebut menggabungkan diri dan mendapat
perlindungan. Di Indonesia, organisasi profesi bidang keperawatan gigi adalah Persatuan
Perawat Gigi Indonesia(PPGI). Sebagai seorang perawat gigi kita wajib menghayati,
mentaati dan mengamalkan apa yang sudah tertera didalam kode etik diwilayah hukum
Indonesia. Kewajiban-kewajiban sebagai seorang perawat gigi senantiasa harus dilakukan
dengan semaksimal mungkin, baik itu kewajiban umum dalam memberikan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut, agama, hukum, kewajiban terhadap masyarakat,
kewajiban terhadap diri sendiri, bahkan kewajiban terhadap rekan sejawat.

33
Kode etik merupakan syarat untuk dapat menyesuaikan diri, dalam menyesuaikan
diri berarti dapat memberi dan menerima dari lingkungannya. Pedoman untuk
menyesuaikan diri dalam profesi Perawat khususnya adalah:

1. Menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.


2. Menurut dan menerima nasihat sebagai kebenaran dan keperluan meskipun
belum dimengerti betul
3. Mencoba melihat segala sesuatu dari sudut atasan yang bertanggung jawab serta
mencoba menempatkan diri di dalam pikiran dan perasaan si sakit.
4. Jujur lahir-batin dan tidak mementingkan diri sendiri
5. Memberi perhatian kepada apa yang dikatakan oleh atasan.

34
BAB III

KESIMPULAN
Pengertian etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dan
moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum dan adat istiadat/kebiasaan masyarakat.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain menilai baik atau buruk.
Profesi adalah suatu jabatan, Professional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang
tinggi dalam memegang suatu jabatan tertentu sedangkan profesionalisme adalah jiwa
dari suatu profesi dan professional.

Pengertian hukum kesehatan harus diketahui dan didalami karena pengetahuan


ini akan memberi wawasan tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Memahami dan mendalami hokum
kesehatan akan memberi dan meningkatkan keyakinan diri tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesi kesehatan yang berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman,
tidak melanggar etika , dan ketentuan hukum.

35
DAFTAR PUSTAKA

Amin,Yanuar. 2017. ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN. Diakses melalui.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Etika-
Profesi-dan-Hukes-SC.pdf. Pada tanggal 20 januari 2021

Coursehero.TUGASGIGI.Diaksesmelalui.https://www.coursehero.com/file/28862600/TUG
AS-GIGIdocx/. Pada Tanggal 21 januari 2021

Kumakes. 2017. Kode Etik Perawat Gigi di Indonesia. Diakses melalui


http://kodeetikperwatgigikesehatan.blogspot.com/2017/09/blog-spot_60.html?m=1.
Pada tanggal 20 Januari 2021.

Purnama,Sang Gede, SKM, MSc. 2016. MODUL ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN. Diakses
melalui.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/03b7efe3b657eb67d
4d28815d4e5cabb.pdf. Pada tanggal 20 januari 2021

Purwaningsih Endang, sri wahyu dwi astute. 2017. ETIKA PROFESI DAN HUKUM
KESEHATAN. Diakses melalui. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/etika_bab1-3.pdf. pada tanggal 20 Januari 2021
Usman, Anggie Septie Aningrum AN , Syarifuddin Yusuf. 2018. Jurnal Ilmiah Manusia dan
Kesehatan. ANALISIS PENERAPAN ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN PADA PEMBERIAN
PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG
RAPPANG.

36

Anda mungkin juga menyukai