i
Bapak Mukti Ali, M. Pd. I yang telah memberi kami tugas akhir untuk
membuat buku ini sebagai tugas akhir sebagai sarana agar lebih
memahami dalam materi Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Tugas
akhir dalam bentuk buku ini semata-mata tidak hanya di gunakan
sebagai wujud nilai untuk tugas akhir semata, tetapi sebagai media
dalam pemahaman materi mata kuliah Perencanaan dan Desain
Pembelajaran.
Penulis berharap dengan segala kerendahan hati agar buku ini
dapat dinilai sesuai dengan porsi nya. Penulis juga mempersilahkan
kepada semua pembaca untuk memberikan segala pemilaian dalam
bentuk kritik, saran, dan motivasi untuk kebaikan buku ini untuk
kedepannya. Semoga penulis dan pembaca yang telah mendapat ilmu
dan pengetahuan dari buku ini mendapat ridho dan rahmat dari Allah
SWT Aamiin Ya Rabbal'alamiin.
ii
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................1
A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran. ..............................................1
B. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan Pembelajaran.........................6
C. Jenis-jenis Perencanaan Pembelajaran. ..............................................8
D. Karakteristik Perencanaan Pembelajaran............................................13
E. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan Pembelajaran .........................15
F. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran................17
BAB II. ......................................................................................................21
A. Hakikat Perencanaan. .........................................................................21
B. Pengembangan Program Pembelajaran. .............................................23
BAB III......................................................................................................39
A. Pengertian Model Perencanaan Pembelajaran....................................39
B. Model-model Perencanaan Pembelajaran ..........................................40
BAB IV......................................................................................................47
A. Definisi Desain Pembelajaran.............................................................47
B. Sifat-sifat Desain Pembelajaran..........................................................50
C. Model-model Desain Pembelajaran....................................................53
BAB V........................................................................................................68
A. Strategi Pembelajaran.........................................................................68
B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran..................................................69
C. Macam-macam Strategi Pembelajaran...............................................71
BAB VI......................................................................................................96
A. Pengertian Metode Pembelajaran.......................................................96
B. Macam-macam Metode Pembelajaran................................................99
...........99
iii
BAB VII. ................................................................................................114
A. Hakekat Materi Pembelajaran..........................................................114
B. Sumber Materi Pembelajaran...........................................................120
C. Pengemasan Materi Pembelajaran ...................................................126
BAB VIII................................................................................................131
A. Pengertian Media Pembelajaran.......................................................131
B. Konsep Dasar Media Pembelajaran.................................................131
C. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran........................................133
D. Peranan Media Pembelajaran...........................................................136
E. Klasifikasi Media Pembelajaran......................................................138
BAB IX...................................................................................................148
A. Pengertian Multimedia.....................................................................148
..........................................................................................................
Penggunaan Komputer Sebagai Media Pembelajaran.....................150
B. Aplikasi Multimedia dalam Pembelajaran Agama Islam.................163
BAB X.....................................................................................................167
A. Tes dan Tujuan Pembelajaran..........................................................167
B. Tes Hasil Belajar..............................................................................168
..........................................................................................................168
C. Evalusi Pembelajaran.......................................................................174
BAB XI ...................................................................................................179
A. Pengertian Penilaian.........................................................................179
B. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)......................................................180
C. Lingkup Penilaian Hasil Belajar......................................................185
BAB XII .............................................................................................187
A. Siswa Sebagai Makhluk yang Unik.................................................187
B. Bentuk Perkembangan Siswa...........................................................191
iv
C. Penerapam Setiap Aspek Perkembangan dalam
Proses Pembelajaran........................................................................196
Daftar Pustaka. .......................................................................................206
v
BAB l
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1
St. Marwiyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 52
1
yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi
berbagai macam permasalahan.
d. Kaufman menaknai perencanaan sebagai suatu proses untuk
menetapkan “kemana harus pergi” dengan cara yang paling
efektif dan efisisen.
e. Sudjana mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang
sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
f. Nawawi mengartikan perencanaan sebagai suatu upaya
menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau
pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tertentu.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
Komponen tersebut mencakup pendidik, peserta didik, materi, metode,
dan evaluasi. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan akomodasi dari
dua bentuk kegiatan yang saling berhubungan yakni aktivitas mengajar
yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh
peserta didik.2
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara
guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber daya
yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya
belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa, seperti lingkungan,
2
St. Marwiyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013…, hal.53
2
saran dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar
tertentu.3
Dalam pengertian umum, pembelajaran adalah kerja sama antara
guru dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber
yang ada, baik yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri
seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya
belajar maupun potensi yang ada di luar diri peserta didik seperti
lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan
sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan, pemilihan metode dan penilaian
pembelajaran dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan guna
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan
pembelajaran sendiri ialah proses perubahan perilaku peserta didik, baik
perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya. Jadi perencanaan pembelajaran adalah proses
pengambilan keputusan oleh pembuat rencana yang berangkat dari hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu
yang berupa perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang
dilakukan dan sebagai upaya dari pencapaian tujuan tersebut adalah
3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2008), hal. 26
3
tersusunnya dokumen yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran.4
Perencanaan pembelajaran berasal dari dua kata yakni
perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata
rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan
harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis
kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan pembelajaran dalam pengertian umum merupakan
kebijakan seorang guru dalam rangka mempersiapkan sajian materi
ajarnya berikut metode ajar yang akan diterapkannya dalam suatu
aktivvitas pembelajaran termasuk merencanakan perangkat-perangkat
pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran guru dan
peserta didik.5
Perencanaan pembelajaran diartikan pula sebagai langkah-
langkah yang dibuat oleh guru sebelum masuk ke kelas untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dan berdasarkan langkah-langkah itu
disusun sesuai isi materi ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum
yang sedang diberlakukan. Sebab kualitas pemahaman dan keterampilan
yang diharapkan untuk dikuasai peserta didik sangat ditentukan oleh
konsep dasar perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru
sebelum masuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
4
St. Marwiyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013…, hal.54
5
St. Marwiyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013…, hal.51
4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran ialah upaya yang dilakukan oleh guru
sebelum memulai pembelajaran untuk pengambilan keputusan hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran, tujuan pembelajaran dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada, dan
persiapan isi materi ajar yang sesuai dengan dengankurikulum yang
berlaku.
1. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi rumusan tentang apa yang
akan diajarkan pada siswa, bagaimana cara mengajarkannya, dan
seberapa baik siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika siswa
telah menyelesaikan proses pembelajarannya.
Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru karena kalau
tidak ada perencanan yang baik, tidak hanya siswa yang akan tidak
terarah dalam proses belajarnya tapi guru juga tidak akan terkontrol,
dan bisa salah arah dalam proses belajar yang dikembangkannya pada
siswa.
Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran, mungkin
pendapat Oemar Hamalik bisa dijadikan sebagai
a. tujuan pendidikan sekolah, dan hubungannya dengan
pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
b. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan
pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
5
c. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam
mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang baik,
metode yang tepat dan hemat waktu.
d. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-
sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan
harapan-harapan mereka.
e. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan
pribadinya dan perkembangan profesionalnya.
f. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri pada diri
sendiri dan
jaminan atas diri sendiri.
g. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari perencanaan
pembelajaran adalah menjadi pedoman bagi guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran, sebagai acuan bagi guru agar proses belajar
mengajar di kelas berjalan dengan efektif dan efisien, dan meningkatkan
rasa percaya diri guru dengan persiapan yang sungguh-sungguh
sehingga akan lebih dihormati oleh murid-murid, serta mengurangi
kesalahan dalam proses pembelajaran.
6
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.
11
6
a. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan
dengan masing-masing subsistemnya,
b. Alternatif apa yang terbaik yang mungkin untuk dilaksanakan
untuk mencapai bermacam tujuan dan fungsi,
c. Seberapa jauh sumber daya yang dimiliki oleh bangsa atau
masyarakat yang akan diikut sertakan dalam pendidikan,
d. Siapa yang akan membiayai,
e. Bagaimana hendaknya sumber yang diperuntukkan bagi
pendidik.
Disebutkan bahwa konsep perencanaan pembelajaran dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya:
a. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi, dimana
perencanaan pembelajaran akan mendorong penggunaan
teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku
kognitif dan teori-teori yang konstruktif terhadap pembelajaran,
b. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana
terdapat susunan sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk
menggerakkan pembelajaran,
c. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin ilmu, di
mana perencanaan pembelajaran merupakan cabang dari suatu
pengetahuan yang senantiasa menghasilkan proses yang secara
sistemik diimplementasikan,
d. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses, dan
e. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu realitas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah pokok dalam
perencanaan pembelajaran adalah apa tujuan dan fungsi yang harus
7
diprioritaskan, alternatif terbaik, sumber daya, pembiayaan, dan
bagaimana hendaknya sumber bagi pendidik yang dapat menunjang
proses pembelajaran.
8
Harjanto, Perencanaan Pembelajaran..., hal. 22
9
ArinaSarondah, Jenis-jenis Perencanaan Pembelajaran dalam
http://perencanaanpmbljran.blogspot.com/2016/06/jenis-jenis-perencanaan-
pembelajaran.html diakses pada tanggal 19 Februari 2020 pukul 21.40 WIB.
10
situasi- situasi baru, membantu murid dalam belajar, memberi
kesan yang menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah
bersekolah.
b. Perencanaan Tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka
panjang. Langkah – langkahnya :
1) Menentukan tujuan pembelajaran,
2) Menyusun skor pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai,
3) Mengorganisasikan isi pelajarandalam bentuk masalah-
masalah atau unit-unit atau minat siswa,
4) Menentukan metode mengajar.
c. Perencanaan Hari Pertama.
Dalam rencana ini memuat hal-hal yaitu melaksanakan
hal- hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan pengajaran,
pengaturan tempat duduk murid, cara pendekata guru dengan
murid dan lain- lain.
d. Perencanaan Terus Menerus
Di sini dimaksudkan untuk merevisi rencana yang telah
dibuat sebelumnya, karena rencana yang telah disusun sebelumnya
itu masih dalam tartaran garis besarnya saja. Juga dalam
perencanaan ini merupakan kelanjutan dari perencanaan yang
sebelumnya.
e. Perencanaan Bersama (Resource Unit)
Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana menjadio
tanggung jawab bersama dari semua guru, kepala sekolah, penilik,
11
dan pengawas. Mereka bersama- sama dalam suatu kelompok kerja
menyusun suatu rencana yang luas yang dapat menjadi pegangan
para guru.
f. Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
Sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru
terlebih dahulu menyusun pre-planning dan telah mengadakan
penjajakan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat murid,
sehingga pre- planning itu dapat sejalan dengan keinginan mereka
dan menghindari perubahan- perubahan yang tidak perlu.
g. Perencanaan Jangka Panjang
Aspek-aspeknya antara lain;
1) Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran.
2) Memilih isi dan kegiatan belajar.
3) Mengorganisasi isi menjadi unit-unit belajar.
4) Menyusun unit- unit belajar.
5) Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar.
6) Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan
digunakan.
7) Perencanaan pengajaran unit.
8) Perencanaan harian dan mingguan.
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk
setiap mata pelajaran, dan untuk rencana mingguan dibuat secara
garis besarnya saja.
h. Rencana Kerja Harian
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu;
resitasi dan directed study. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat
berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.
12
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis perencanaan
pembelajaran dibedakan ditinjau berdasarkan besaran, telaah, dan jangka
waktu. Perencanaan pembelajaran juga dibedakan menjadi perencanaan
permulaan, perencanaan tahunan, perencanaan hari pertama,
perencanaan terus-menerus, perencanaan bersama, mengikutsertakan
murid dalam perencanaan, serta perencanaan jangka panjang.
10
Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2011), hal. 13
13
terpadu serta di susun secara logis dan rasional serta mencakup
berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
d. Perencanaan pembelajaran harus diorientasi pada pembangunan,
dalam arti bahwa program pendidikan haruslah di tujukan untuk
membantu mempersiapakan man power (SDM) yang di butuhkan
oleh berbagai sektor pembangunan.
e. Perencanaan pembelajaran harus dikembangkan dengan
memperhatikan keterkaitanya dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis.
f. Perencanaan pembelajaran harus menggunakan resources
secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah langka.
g. Perencanaan pembelajaran haruslah berorientasi kepada masa
datang, karena pembelajaran adalah proses jangka panjang dan
jauh menghadapi masa depan.
h. Perencanaan pembelajaran haruslah kenyal dan responsif
terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak setatis
tapi dinamis.
i. Perencanan pembelajaran haruslah merupakan sarana untuk
mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus
menerus berlangsung.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik perencanaan
pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang
pembelajaran. Ciri-ciri perencanaan pembelajaran adalah prencanaan
pembelajaran harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi,
memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik dalam
mengembangkan potensinya, diorientasikan pada pembangunan dan
masa yang akan datang, dikembangkan dengan memperhatikan
14
keterkaitanya dengan berbagai komponen pendidikan secara
sistematis.
16
sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan
kegiatan pembelajran kepada publik.
h. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi
yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah yang
mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan
aspek kompetensi yang dicapai sebagai bukti dokumentasi yang
terakurasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
berperan penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran bermanfaat bagi guru sebagai petunjuk
untuk memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran, sebagai alat
untuk memecahkan masalah sehingga mengurangi kesalahan dalam
proses pembelajaran. Memanfaatkan sumber belajar secara tepat, dan
perencanaan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis
dan efektif.
13
St. Marwiyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer
Berbasis Penerapan Kurikulum 2013…, hal. 65-66
17
membuat ancang-ancang berupa rumusan untuk menghadapi
variabel-variabel yang mungkin dapat menjadi faktor masalah dalam
menghadapi situasi kelas.
2. Persiapan Terhadap Peserta Didik yang Akan Dihadapi
Sebelum guru mengajar ia harus mengetahui keadaan peserta
didiknya tersebut, baik yang bersifat internal maupun eksternal atau
berupa kondisi psikologis dan psikisnya.
3. Persiapan dalam Tujuan Umum Pembelajaran
Guru harus mempersiapkan secara matang tentang tujuan
yang akan dicapai, baik yang berkaitan dengan pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan yang nantinya akan diukur atau dinilai
maupun dievaluasi.
4. Persiapan Terhadap Bahan Pelajaran yang Akan Diajarkan
Sebelum mengajar, seorang guru harus mempersiapkan
materi-materi ajar yang dikuasainya secara mendalam.
5. Persiapan dalam Menerapkan Metode Ajar
Sebelum mengajar, guru harus mempersiapkan segala macam
metode ajar kreatif yang relevan dengan materi yang akan diajarkan.
6. Persiapan dalam Menggunakan Alat Peraga
Dalam mengajar, guru harus mempersiapkan segala media
yang dapat mendukung, baik yang sifatnya sederhana maupun yang
sifatnya modern.
7. Persiapan Evaluasi
Perlunya guru mempersiapkan alat evaluasi, baik dalam
bentuk tes maupun non tes untuk mengukur dan menilai segala
macam hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
18
Langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut14:
1. Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama guru adalah
merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi
pelajarannya.
2. Pengalaman Belajar
Langkah yang kedua adalah memilih pengalaman belajar
yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran
dengan pendekatan sistem adalah menentukan kegiatan belajar
mengajar yang sesuai.
4. Orang-orang yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga
bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu
dalam proses pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber
belajar meliputi instruktur atau guru, dan juga tenaga profesional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian alat dan bahan juga merupakan bagian dari
sistem perencanaan pembelajaran.
6. Fasilitas Fisik
14
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
40-45
19
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi
ruangan kelas, pusat media, laboratorium, aula, dan sebagainya.
7. Perencanaan Evaluasi dan pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah
sistem perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat
melihat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penyusunan
pembelajaran perlu memperhatikan berbagai aspek, langkah-langkahnya
adalah merumuskan tujuan khusus, memilih pengalaman belajar,
menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai,menentukan orang
yang akan membantu dalam proses pembelajaran, penyeleksian bahan
dan alat pembelajaran, fasilitas fisik, serta perencanaan evaluasi dan
pengembangan.
20
BAB II
PERENCANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN
A. Hakikat Perencanaan
Perencanaan pembelajaran merupakan proses penerjemahan
kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran.
Perlunya penerjemahan kurikulum karena kurikulum yang disusun oleh
para pengembang pada dasarnya hanya berupa rambu secara umum.
Dalam kurikulum tingkat satuan dasar (KTSP) contohnya, di dalamnya
hanya berisi tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi setiap
pelajaran yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dicapai, selanjutnya mengenai metode, strategi, media apa
yang digunakan, berapa pengalokasian waktu yang dipakai, bagaimana
cara menentukan kriteria keberhasilan serta cara mengukurnya
semuanya diserahkan kepada seorang guru. Dengan demikian,
kurikulum sebagai alat pendidikan bukan hanya sebagai dokumen siap
pakai, akan tetapi bagaimana dokumen tersebut dikembangkan menjadi
program pembelajaran yang di-implementaskan secara praktis oleh
guru.15
Perlu diketahui bahwa perencanaan pembelajaran dan desain
pembelajaran merupakan dua hal yang berbeda, meskipun keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat sebagi program pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian perencanaan
15
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana Presnadamedia Group, 2015), hal. 47-48
21
merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Perencanaan pembelajaran dapat
berupa perencanaan pembelajaran sehari-hari, mingguan, bahkan
tahunan sesuai dengan tujuan kurikulum yang ingin dicapai. Sedangkan
desain program pembelajaran menekankan pada proses merancang
program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa, seperti
yang dikemukakan oleh Zook bahwa desain instruksional adalah a
systematic process to help learnes learn, yang artinya sebuah proses
sistematik untuk membantu peserta didik belajar sedangkan desain
pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar
dan mempelajari bahan pembelajaran. Sementara itu, jika dilihat secara
terminologi, perencanaan pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu
perencanaan dan pembelajaran. Hamzah D.Uno mengungkapkan bahwa
perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat sebuah
kegiatan yang dapat berjalan dengan baik disertai dengan
pengantisipasian atas kesenjangan yang mungkin terjadi sehingga
tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara pembelajaran adalah
kegiatan belajar mengajar yang bukan sekedar menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi juga proses mengatur lingkungan agar siswa
belajar. Maka dapat dipahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah
sebuah cara yang memuaskan disertai dengan tindakan pengantisipasian
dalam menghadapi kesenjangan yang mungkin terjadi dalam
pembelajaran senhingga dapat membentuk watak, peradaban dan
meningkatkan mutu belajar siswa.16
16
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanna Pembelajaran (RPP)
Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, (Jakarta: Kencana
Presnadamedia Group, 2017), hal. 34-36
22
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa antara
perencanaan pembelajaran dan desain pembelajaran adalah dua hal yang
berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain, jika perencanaan
pembelajaran lebih berfokus untuk membantu guru dalam proses
mengajarnya, maka desain pembelajaran lebih kepada proses merancang
pembelajaran yang ditujukan kepada peserta didik.
B. Pengembangan Program Perencanaan
A. Menentukan alokasi waktu dan kalender akademik
Kalender akademik atau kalender pendidikan adalah bentuk pengaturan
waktu untuk kegiatan belajar peserta didik selama satu tahun
pelajaran. Kalender akademik umumnya mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif
dan hari libur. Sehubungan dengan itu, kalender akademik
memiliki komponen, yaitu:
a.Permulaan dan akhir tahun pelajaran
1) Penerimaan peserta didik baru
Penerimaan peserta didik baru biasanya dilakukan pada bulan
mei-juli untuk sekolah negeri, sedangkan untuk sekolah
swasta sesuai dengan kebijakan masing-masing dengan
tetap berpatokan pada akhir waktu penerimaan peserta
didik baru.
2) Kegiatan hari-hari pertama masuk sekolah
Pada hari-hari pertama masuk kegiatan pembelajaran untuk
mereka yang naik kelas, proses belajar mengajar
berjalan seperti biasanya, sedangkan di SMP/MTS dan
SMA/MA diadakan kegiatan orientasi atau perkenalan
23
dengan bimbingan dewan guru dengan dibantu oleh
pihak OSIS.
3) Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan biasanya mengikuti
tahun akademik yang sedang berjalan.
4) Ulangan umum semester
Ulangan umum semester merupakan ulangan sumatif yang
bertujuan untuk mengetahui timgkat kerberhasilan
proses pembelajaran selama satu semester dengan
menguji kompetensi yang terdapat dalam standar
kompetensi/kompetensi inti per mata pelajaran, per-
tema, per-jenjang kelas dan jenjang pendidikan.
24
b. Hari efektif belajar
Hari efektif belajar adalah hari yang dapat digunakan untuk kegiatan
pembelajaran setelah dikurangi hari libur dan hari yang
digunakan untuk pelaksanaan ulangan semester maupun hari
untuk pelaksanaan ujian sekolah maupun ujian nasional serta
hari untuk memeriksa hasil ulangan dan pengisian buku
raport.
c. Hari-hari libur sekolah
Hari libur adalah hari tidak dilaksanakannya kegiatan belajar di
sekolah yang terbagi menjadi:
1) Libur semester
Libur semester terdiri dari semester ganjil dan semester genap
dan lamanya 12 hari kerja (belajar efektif).
2) Libur khusus
Libur khusus adalah libur dari kegiatan efektif belajar
dikarenakan oleh peristiwa keagamaan atau lainnya,
seperti libur 3 hari awal bulan ramadhan dan seminggu
menjelang Idul fitri, libur khusus berkaitan dengan
pelaksanaan ujian sekolah dan ujian nasional, serta libur
umum, yaitu libur tahun baru Hijriah, tahun baru
Masehi, hara raya keagamaan, maulid Nabi Muhammad
SAW, Isra Mi’raj, wafat Isa Al-Masih, proklamasi
kemerdekaan dan cuti bersama.17
2. Perencanaan program tahunan (Prota)
17
St Marwiyah, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis
Penerapan Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 75-80
25
Program tahunan (prota) adalah perencanaan yang disusun oleh seorang
guru dalam menentukan alokasi waktu setiap kompetensi dasar di
semester ganjil dan genap.
Untuk mengembangkan program tahunan, langkah-langkah yang harus
dilakukan, adalah:
a. Tentukan terlebih dahulu kompetensi dasar yang termasuk di
semester ganjil dangenap berdasarkan jam efektif yang
diperoleh pada perhitungan minggu efektif
b. Tentukan tingkat kerumitan dan keluasan materi di setiap
kompetensi dasar
c. Distribusikan aloksai waktu untuk setiap kompetensi dasar
berdasarkan tingkat kerumitan dan keluasan materinya. Untuk
kompetensi dasar yang sulit atau pembahasannya, maka
alokasikan waktu lebih banyak dari kompetensi dasar yang
lain.
26
d. Hitung kembali alokasi waktu yang sudah didistribusikan
untuk setiap KD. Alokasi waktu harus sesuai dengan jumlah
jam efektif pada minggu aktif.18 Contoh program tahunan:
18
Latifa Hanum, Perencanaan Pembelajaran, (Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2017), hal. 44
27
3.Perencanaan program semester (Prosem)
Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan, jika
program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang
diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam
program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa
atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu
dilakukan.
Untuk mengembangkan program semester, langkah-langkahnya, yaitu:
a. Tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ingin dicapai. Dalam hal ini, guru tidak perlu merumuskan
SK dan KD, sebab semuanya sudah ditentukan dalam standar
Isi, yakni pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
b. Lihat program tahunan yang telah disusun untuk menentukan
alokasi waktu atau jumlah jam pelajaran setiap SK dan KD
itu.
c. Tentukan pada bulan dan minggu keberapa proses
pembelajaran KD ini akan dilaksanakan. 19 Contoh program
semester:
19
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran..., hal.
53-54
28
4.
Silabus
a. Pengertian Silabus
Menurut Salim, silabus dapat didefinisikan sebagai garis
besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi atau materi
pembelajaran. Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu
produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut
29
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai,
dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dan siswi dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.20
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan
kurikulum berisiskan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu mencakup kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian,
alokasi waktu dan sumber belajar.21
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah,
kurikulum dan hasil belajar serta penilaian berbasis kelas. Silabus
merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya
memuat tiga komponen utama, yaitu kompetensi yang akan
ditanamkan kepada peserta didik melalui pembelajaran, kegaiatan
yang dapat membentuk kompetensi tersebut, dan upaya yang
20
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak
Usia Dini TK/RA dan Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana Presnadamedia Group, 2013),
hal. 332-333
21
Trianto Ibnu Badar, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif dan Kontekstual:kosep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI, (Jakarta: Kencana Presnadamedia Group,
2015), hal. 246
30
harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi sudah
dimiliki peserta didik.22
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
silabus adalah salah satu bentuk program pengembangan dari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yng memuat garis
besar atau ikhtisar tentang materi pembelajaran dimana terdapat
tujuan pembelajaran, media yang digunakan dalam pembelajaran,
alokasi waktu dalam pembelajaran, serta penilaian dalam
pembelajaran.
b. Prinsip dasar pengembangan silabus
Dalam pengimplementasian kurikulum tingkat satuan dasar (KTSP),
setiap instansi sekolah diberikan kebebasan dan keleluasaan
untuk mengembangkan kurikulum yang ada sesuai dengan
karakteristik dan kondisi peserta didik masing-masing. Dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) sedikitnya ada tujuh prinsip dasar, yaitu:23
1) Relevansi
Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, tingkat kesulitan
serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar
dalam silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik,
baik kemmapuan spiritual, intelektual, sosial, emosional
maupun perkembangan fisik, serta sesuai dengan silabus
22
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Dasar
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 133
23
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Dasar
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah..., hal. 138-141
31
dan tuntunan masyarakat pemakai lulusan, serta
kebutuhan dunia kerja
2) Fleksibilitas
Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengadung arti bahwa
keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntunan
masyarakat. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa
prinsip fleksibilitas mengandung makna bahwa
pelaksanaan program, peserta didik dan lulusan
memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak
3) Kontinuitas
Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti
bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas
dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
membentuk kompetensi dan kepribadian peserta
didik.kontinuitas atau kesinambungan silabus dapat
secara vertikal berupa jenjang pendidikan di atasnya dan
secara horizontal berupa silabus atau progran sejenis.
4) Efektivitas
Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan
terlaksananya dalam pembelajaran dan tingkat
pembentukkan kompetensinya sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam standar isi.
Keefektifan silabus dapat dilihat dari kesenjangan anatar
silabus sebagai kurikulum tertulis dengan silabus yang
dapat dilaksanakan dalam pembelajaran.
32
5) Efisiensi
Efisiensi dalam pengembangan silabus dapat diartikan dengan
upaya untuk mengehemat penggunaan data, daya dan
waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Efisiensi silabus dapat dilihat dari
cara membandingkan antara waktu, tenaga dan biaya
yang digunakan dengan hasil yang dicapai atau
kompetensi yang dapat dibentuk oleh peserta didik.
6) Konsistensi
Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti
bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman dan sumber belajar
serta penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam
membentuk peserta didik.
7) Memadai
Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa
ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman dan
sumber belajar serta sistem penilaian dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pemngembangan silabus memiliki 7 prinsip dasar, yaitu
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi,
konsistensi dan memadai.
5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
a. Pengertian RPP
33
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan
oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditentukan,
sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Pembelajaran akan menjadi sesuatu yang bermakna buat
peserta didik ketika diupayakan melalui sebuah perencanan
pembelajaran yang baik dan benar. Oleh karena itu, keterampilan
guru dalam merancang pembelajaran merupakan sesuatu yang
tidak bisa dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik, pembelajar, dan seorang perancang
pembelajaran.24
b. Unsur RPP
Proses pengembangan pembelajaran terkait dengan unsur-
unsur dasar kurikulum yang sekaligus juga merupakan unsur
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu tujuan materi
pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang
menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang saling
terkait secara fungsional.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan perangkat yang
harus dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran yang akan
dilakukannya, antara lain : (a) Memahami kurikulum; (b)
Menguasai bahan ajar; (c) Menyusun program pengajaran; (d)
Melaksanakan program pengajaran; dan (e) Menilai program
24
Nana Djumhana, Implementasi Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, UNP, 2010, hal. 2-3
34
pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan
Apabila anda menganalisis esensi kurikulum 2004 atau yang
dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi, secara jelas
mengisyaratkan kepada setiap guru harus memiliki pemahaman
yang komprehensif tentang implementasi pembelajaran yang
diharapkan. Dalam kurikulum tersebut, menghendaki proses
pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk
menguasai semua kompetensi yang diharapkan dengan
menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, berpusat pada peserta didik, mengembangkan
kreativitas peserta didik, bermuatan nilai, etika, astetika,
logika,kinestetika, kontektual, efektif dan efisien, bermakna, dan
menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Tingkat pencapaian kompetensi terkait erat dengan sistem
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam prakteknya pembelajaran
kompetensi harus memiliki komponen minimal pembelajaran
berbasis kompetensi, sebagai berikut : (a) Pemilihan dan
perumusan kompetensi harus tepat (b) Spesifikasi indikator
penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi (c)
Pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan
dengan kompetensi dan sistem penilaian.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh ketika guru membuat
perencanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan
pembelajarannya antara lain : (a) Sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan/kompetensi dalam pembelajaran (b)
35
Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi
setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran. (c) Sebagai
pedoman kerja/kegiatan bagi setiap unsur guru dan unsur siswa
(d) Sebagai alat ukur efektif tidaknya sesuatu kegiatan
pembelajaran berlangsung (e) Sebagai bahan penyusunan data
informasi tentang keberhasilan pembelajaran.
c. Langkah Pengembangan RPP
Konsistensi kompetensi yang akan dicapai dalam setiap
matapelajaran hendaknya selalu diupayakan tercapai secara
optimal. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peseta didik untuk menguasai
kompetensi yang diharapakan. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran hendaknya : (a) berpusat pada peserta didik; (b)
mengembangkan kreatifitas peserta didik; (c) menciptakan
kondisi yang menantang dan menyenangkan; (d) bermuatan
nilai, etika, estetika, logika; (e) menyediakan pusat pengalaman
belajar yang beragam.25
Berdasarkan pemahaman di atas, pengembangan program
hendaknya juga dilakukan berdasarkan pendekatan kompetensi.
Sehingga penggunaan pendekatan ini desain program-pun dapat
dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat.
Suatu program pembelajaran berbasis kompetensi harus
mengandung empat unsur pokok, yaitu : (a) Pemilihan
kometensi yang sesuai (b) Spesifikasi indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan kompetensi (c) Pengembangan sistem
pembelajara (d) Penilaian (evaluasi) Hasil pembelajaran dinilai
25
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, 2002.
36
dan dapat dijadikan bahan umpan balik untuk selalu mengadakan
perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur
pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.
Pengembangan rencana pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2004 adalah berupa silabus, pengembangannya
dilakukan oleh guru dengan memperhatikan beberapa aspek
penting sebagai berikut : (a) Pengertian silabus; (b) isi silabus;
(c) manfaat silabus; (d) prinsip pengembangan silabus; (e)
langkah pengembangan silabus. Dalam kurikulum 2004 yang
dimaksud dengan silabus adalah: seperangkat rencana dengan
pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan
penilaian hasil belajar.
Tujuan pengembangannya adalah membantu guru dan
tenaga kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi
dasar menjadi perencanaan belajar mengajar. Pada umumnya isi
silabus paling sedikit mengandung unsur berikut : (a) tujuan
matapelajaran; (b) sasaran mata pelajaran; (c) keterampilan yang
diperlukan; (d) urutan topik yang akan diajarkan; (e) aktivitas
dan sumber belajar pendukung keberhasilan pembelajaran; (f)
teknik evaluasi yang digunakan.
Prinsip yang mendasari pengembangan silabus harus
memiliki kriteria berikut ini : ilmiah, memperhatikan
pekembangan kebutuhan siswa, sistematis, relevansi, konsisten,
dan kecukupan. Semua materi yang akan diberikan kepada siswa
harus memenuhi kebenaran ilmiah. Materi dalam silabus harus
37
disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psiologis
anak.
Sistematika silabus mengacu kepada komponen pokok
silabus berupa standar kompetensi, indicator dan materi
pembelajaran. Langkah pengembangan silabus berbasis
kompetensi terdiri atas tujuh langkah utama, sebagaimana
tercantum dalam Pokok Pedoman Umum Pengembangan
Silabusyaitu : (1) penulisan identitas matapelajaran; (2)
perumusan standar kompetensi; (3) penentuan kompetensi dasar;
(4) penentuan materi pokok dan uraiannya; (5) penentuan
pengalalam belajar; (6) penentuan alokasi waktu; (7) penetuan
sumber dan bahan pelajaran.
Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengembangan program perencanaan dapat melakukan beberapa
kegiatan, yaitu menentukan alokasi waktu dan kalender akademik,
perencanaan program tahunan (prota), perencanaan program semester
(prosem), pembuatan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
38
BAB III
MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN
29
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam sistem Kredit Semester,
(Jakarta: bumi Aksara, 1991), hal. 8
40
mencapai hasil yang maksimal. Komponen-komponen dalam suatu
30
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 73-74
41
5) Menentukan penjagaan awal (pre-assesment)
Penjagaan awal dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah mengetahui, memahami serta menguasai
bahan materi pelajaran yang akan diberikan.
6) Menentukan strategi belajar mengajar.
Strategi belajar mengajar yang dipilih adalah strategi yang
mengandung: (a) efisiensi; (b) efektivitas; (3) ekonomis;
(4) praktis; setelah melalui analisis berbagai alternatif
pilihan strategi pembelajaran.
42
yakni:31 spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus
dicapai oleh siswa
Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan
pengembangan sistem maupun tujuan atau peserta didik.
1) Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk
menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk
menilai keberhasilannya.
2) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
kegiatan mengiventasikan seluruh kegiatan belajar
mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai
dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang
mungkin dapat diterapkan.
3) Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem
menganalisis setiap komponen sistem, mendistribusikan
dan mengatur penjadwalan.
4) Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas
sistem, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas sistem,
melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
5) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil
evaluasi.
c. Model Dick and Cery
31
Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 71-72
43
Model dick and cery harus dimulai dengan
mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini,
sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance
goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan
kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Criterion Reference Test,
artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus.
Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi
pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang
diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi,
yakni:33
1) Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan
ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang
dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk
32
Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 75
33
AbdulMajid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung: Rosdakarya,
2008), hal. 22
44
hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan
tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu
bentuk tingkah laku.
2) Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis
tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan.
Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan
tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
3) Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni
merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan
menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
4) Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni
merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan
memilih alat dan sumber pelajaran.
5) Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates,
menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes,
dan melakukan perbaikan.
34
Rudi Ahmad Suryadi dan Aguslani Mushli, Desain dan
Pembelajaran,… hal. 75
45
Menurut Indrawati dari penelitiannya bahwa fungsi model-model
perencanaan pembelajaran sebagai berikut.35
a. Membantu dan membimbing pendidik uktuk menguasai teknik
pembelajaran utnuk tujuan pembelajaran yang efektif
b. Membantu guru merubah perilaku pesarta didik
c. Membantu terciptanya interaksi antara guru dan pesarta didik
d. Membantu guru dalam menyusun konten dan materi
pembelajaran
e. Merangsang pengembangan inovasi pembelajaran baru.
35
Rudi Ahmad Suryadi dan Aguslani Mushli, Desain dan
Pembelajaran,… hal. 76
46
BAB IV
MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
36
Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 12
37
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,
2012), hal. 1
47
untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu
berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk benda nyata.38
Selain itu desain merupakan sebagai proses pemecahan masalah,
tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan
manusia untuk memecahkan masalah, dengan desain seseorang dapat
melalakukan pemecahan masalah yang dihadapi.39
Jadi dari hasil pembahasan pengertian desain menurut para ahli,
dapat disimpulkan bahwa, desain adalah bisa dikatakan kata kerja
apabila suatu hal yang dibuat dengan proses tertentu dan dikatakan kata
benda adalah bahwa suatu benda yang telah dibuat dan ada dalam
bentuk nyata. Dan tujuannya adalah untuk memecahkan sebuah
masalah atau solusi.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika. Istilah ini
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat
mempermudah peserta ddik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai
macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
audio dan lain sebagainya. Dengan demikian semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru sebagai fasilitator daalam
pembelajaran. Hal ini yang diungkapkan Gagne, mengajar atau teching
merupakan bagian dari pembelajaran (instruction). Dimana peran guru
lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen
38
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Desain, diakses pada 06 Maret
2020, pada pukul 20.21
39
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2011), hal. 65
48
berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
dimanfaatkan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.40
Desain pembelajaran didefinisikan sebagai prosedur yang
terorganisasi diman mencakup langkah-langkah dalam menganalisis,
mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan
evaluasi.41
Hal senada diungkapkan oleh Asmadawati dalam bukunya bahwa
desain pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persepsi untuk
melaksanakan tugas mengajar pengajaran untuk menerapkan prinsip-
prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran. Dengan
demikian guru sebagai desainer pengajar sekaligus sebagai pengelola
pengajaran, guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
menyusun desain pengajaran.42
Beberapa tokoh yang mendefinisikan desain pembelajaran antara
lain;43
A. Reigeluth mendefinisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi
dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk
memfasilitasi proses belajar seseorang.
40
Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif..., hal.
15-16
41
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi
Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta:
Kencana, 2012), hal. 20
42
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam, (Padang : Multicipta,
2012), hal. 1
43
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran
Inovatif Dari Teori ke Praktik, (Depok: PT. Raja Grafindo, 2017), hal. 33-34
49
B. Rothwell dan Kazanas merumuskan desain pembelajaran terkait
dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya
bagi organisasi.
C. Gagne, dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah
sebuah usaha dalam membantu proses belajar seseorang, dimana
proses itu sendiri mempunyai tahapan segera dan jangka
panjang.
D. Dick and Carey mendefinisikan desain pembelajaran adlah
mencakup seluruh proses ang dilaksanakan pada pendekatan
sisitem yang terdiri atas analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi.
E. Seels and Richey mendefinisiskan deain pembelajaran adalh
prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah
penganalisaan, perancangan, pengembangan.
Dari definisi-definisi para ilmuan di atas dapat disimpulkan bahwa,
desain pembelajaran adalah suatu proses dan kisi-kisi atau teori belajar
sebagai fasilitas untuk membantu proses belajar seseorang melalui
langkah tertentu yang telah dirancang sedemikian rupa dalam waktu
dan tahapan yang panjang. Hingga terlihat perubahan tertentu pada
siswa melalui cara tertentu dalam belajar melalui desain pembelajaran
yang telah dibuat dan diakhiri dengan evaluasi.
B. Sifat-Sifat Desain Pembelajaran
Menurut kajian Nasution, terdapat dua pengertian mengajar atau
pengajaran. Pertama, mengajar adalah menanamkan pengetahuan
kepada peserta didik, dengan tujuan agar pengetahuan tersebut
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Mengajar tipe ini
dianggap berhasil apabila peserta didik mampu menguasai
50
pengetahuan yang ditransfer oleh pendidik sebanyak-banyaknya.
Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada peserta
didik. Definisi yang kedua ini intinya sama dengan definisi yang
pertama yang menekankan pada keaktifan pendidik sedangkan peserta
didik hanya pasif.44
Jadi, hakikat sebenarnya pada definisi yang dijelaskan Nasution
bahwa metode guru yang lebih aktif dan siswa pasif, guru yang
memberikan informasi pada peserta didik.
Sifat-sifat desain pembelajaran merupakan hal yang mendasar
dalam desain itu sendiri, karena dari sifat-sifat tersebut dapat diketahui
apa kelebihan dan kekuranagn suatu desain pembelajaran. Sifat-sifat
desain pembelajaran antara lain:
1. Berorientasi pada Peseta Didik
Smaldino berpendapat bahwa para desain pemeblajaran harus
mempertimbangkan peserta didik karena mereka mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik peserta
didik tersebut anatra lain:
a. Karakteristik Umum
Sifat internal peserta didik mempengaruhi penyampaian
materi seperti kemampuan membaca, jenjang pendidikan,usia
dan latar belakang sosial.
b. Kemampuana awal atau prasyarat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum peserta
didik akan mempelajari kemampuan baru. Jika kurang,
44
S. Nasution, Asaa-Asas Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 4
51
kemampuan awal ini yang sebenarnya menjadi amta rantai
penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat atau proses
belajar.
c. Gaya belajar
Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak
terhadap peguasaan kemampuan atau kompetensi. Cara
mempersepsikan sesuatu hal, motivasi, kepercayaan diri, tipe
belajar (verbal, visual, kombinasi dan sebagainya)
2. Alur Berpikir Sistem atau Sistematik
Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara
optimal dalam desain pembelajaran sebagai kerangka berpikir.
Sistem sebagai rangkaian komponen dengan masing-masing fungsi
yang berbeda, bekerjasama dan berkoordinasi dalam melaksanakan
suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini menunjukkan
bahwa kegiatan belajar mengajar diraikan terjadi seperti sebagai
suatu sistem. Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya
dapat disebabkan oleh salah satu komponen saja. Jadi jika ada
perbaikan maka seluruh komponen perlu ditinjau kembali.
3. Empiris dan Berulang
Setiap model pembelajaran bersifat empiris. Model apa pun
yang diajukan oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta
serangkaian uji coba yang mereka lakukan sendiri sebelum
dipublikasikan. Pada pelaksanaannya, pengguna dapat menerapkan
dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan masukan
yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
52
Jadi, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat
desain pembelajaran ada tiga yaitu, berorientasi pada peserta didik, alur
berpikir secara sistem atau sistematik, empiris dan berulang.
45
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam…, hal. 199
46
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam…, hal. 200-209
53
Menurut Heinich jika sebuah media pembelajaran akan digunakan
secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri pelajar, isi dari
pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan
pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, menyatakan
sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada,
namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal
pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan
awal khusus dan gaya belajar.
b) Menyatakan tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan
pembelajaran baik berdasarkan buku atau kurikulum.
Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang
sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan.
Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan,
kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
c) Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode,
bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai
dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih
media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih,
dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain
media yang telah ditentukan.
d) Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich terdapat lima langkah bagi penggunaan media
yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan
persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
e) Partisipasi Pelajar di dalam kelas
54
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam
aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah,
simulasi, kuis atau presentasi.
f) Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk
menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian
yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan,
memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan
guru dan penggunaan pelajar.
Jadi dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
langkah-langkah yang harus dilakukan pada model Assure adalah
analisis pelajar, menyatakan tujuan, pemilihan metode, media dan
bahan, penggunaan media dan bahan partisipasi pelajar di dalam
kelas, penilaian dan revisi.
2. Model Gerlach dan Ely
Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan
secara grafis, suatu metode perencanaan pembelajaran yang
sistematis, dan merupakan suatu garis pedoman dalam membuat
rencana untuk kegiatan pembelajaran. Model ini memperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya, serta
menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan kedalam
suatu rencana untuk kegiatan pembelajaran. 47
47
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam…, hal. 227
55
Adapun komponen-komponen model ini adalah sebagai berikut
:48
a) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam tujuan ini merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki
siswa pada tingkat belajar tertentu siswa dapat memiliki
kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya, berikut
petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran :
a) Formulasikan dalam bentuk operasional.
b) Rumuskan dalam bentuk produk belajar.
c) Rumuskan dalam tingkah laku siswa.
d) Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukkan
tingkah laku yang jelas.
e) Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai.
f) Rumuskan kondisi dari tingkah laku.
g) Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.
b) Menentukan Isi Materi
Apa yang hendak diajarkan pada siswa hendaknya dipilih pokok
bahasan yang lebih spesifik, untuk membatasi ruang lingkup
dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan
dipisahkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata
pelajaran yang sama.
c) Penilaian Kemampuan Awal
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi guru
agar dapat memberikan porsi pelajaran yang tepat, tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, dan berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan, yang dapat
48
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam…, hal. 228-230
56
dikumpulkan dengan pretes dan mengumpulkan data pribadi
siswa.
d) Menentukan Strategi
Dalam tahap ini pengajara harus menentukan cara untuk dapat
mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, ada dua macam
pendekatan yaitu :
a) Bentuk ekspose, yang lasim dipergunakan pada kuliah-
kuliah tradisional, biasanya bersifat satu arah, pengajar
lebih besar peranannya.
b) Bentuk inquiry, lebih mengutamakan partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar.49
3. Model Addie
Model Berorientasi system yaitu model desain untuk
mengasilkan system pembelajaran yang cakupannya luas, seperti
desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah.50
a) Analisis
Langkah analisis terdiri dari dua tahap yaitu :51
1) Analisis kinerja, dilakukan untuk mengetahui dan
mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi
memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program
pembelajaran atau pemikiran manajemen,
49
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam…, hal. 231
50
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Pustakaraya, 2013), hal. 202
51
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran…, hal. 202-203
57
2) Analisis kebutuhan merupakan langkah yang
diperlukan untuk kemampuan-kemampuan atau
kompetensi yang perlu dipelajari siswa untuk
meningkatkan kinerja atas prestasi belajar.
b) Desain
Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program pembelajaran
yang didesain sehingga program tersebut dapat mencapai
tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pusat perhatian
difokuskan pada upaya untuk menyelidiki masalah
pembelajaran yang sedang dihadapi. Langkah yang penting
yang dilakukan dalam desain ini adalah menentukan
pengalaman belajar yang perlu dimiliki oleh siswa selama
mengikuti aktivitas pembelajaran.
c) Pengembangan
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, member, dan
memodifikasi bahan ajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Langkah pengembangan
dengan kata lain mencakup kegiatan memilih dan
menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran yang
sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau
substansi program pembelajaran.
d) Implementasi
Langkah ini sering diasosiasikan dengan penyelenggara program
pembelajaran itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai
makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru
atau instruktur kepada siswa.
e) Evaluasi
58
Evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk
memberi nilai terhadap program pembelajaran. Pada
dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan
kelima sistem dalam model ADDIE.
4. Model Bella H. Banathy
Model ini berorientasi pada tujuan pembelajaran, yang menjadi
acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan. Model
desain system pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model
Kemp. Model ini memandang bahwa penyusunan system
pembelajaran dilakukan melalui tahap-tahapan yang jelas.
Terdapat enam tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran yakni :52
a) Menganilis dan merumuskan tujuan, baik tujuan
pengembangan system maupun tujuan spesifik.
b) Merumuskan criteria tes yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
c) Menganilisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
kegiatan menginventarisasi seluruh kegiatan belajar
mengajar, menilai kemampuan penerapannya.
d) Merancang system, yaitu kegiatan menganisis system
menganalisi setiap komponen system, mendistribusikan
dan mengatur penjadwalan.
e) Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas
system.
52
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal. 73
59
f) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil
evaluasi.
Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam
rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap
pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dirumuskan.
53
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran…, hal. 203
60
Identifikasi tujuan pembelajaran, menentukan apa yang
diharapkan dapat dikuasai siswa, tujuan setelah pembelajaran.
Definisi tujuan mungkin mengacu pada kurikulum tertentuy atau
mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need
assessment, atau dari pengalaman praktik dengan kesulitan belajar
dikelas.54
Analisis pembelajaran, setelah perumusan tujuan, dilakukan
analisis pembelajaran untuk mengidektifikasi keterampilan yang
harus dipelajari untuk mencapai tujuan, prosesnya dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi konsep, aturan, dan informasi yang
dibutuhkan siswa, atau mengidentifikasi langkah dalam urutan
yang harus diikuti dalam melakukan proses sesuatu. Analisis ini
akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan atau
konsep dan menunjukkan kertekaitan antara konsep tersebut.
Identifikasi Entry Behavior dan Karakteristik siswa, dalam hal
ini perlu diidentifikasi kemampuan siswa sebagai prasyarat
sebelum belajar materi pembelajaran yang bersangkutan. Yang
penting juga untuk diidentifikasi adalah karateristik khusus siswa
yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-
aktifitas pengajaran.
Merumuskan tujuan pembelajaran, berdasarkan anilisis
pembelajaran dan penyataan dengan tingkah laku awal siswa,
selanjutnya akan dirumuskan penyataan khusus tentang apa yang
harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
54
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran…, hal. 204
61
Pengembangan tes acuan patokan, pengembagan tes acuan ini
didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengembangan
butit assement untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang
diperkirakan dalam tujuan.
Pengembangan strategi Pembelajaran, informasi dari lima tahap
sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidektifikasi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan akhir, strategi akan meliputi
aktiviats preinstruksional, penyampaian informasi, praktik, dan
balikan, testing, yang dilakuakan lewat aktifitas.55
6. Model Jerold E. Kemp
Model desain yang dikembangkan keemp merupakan model
yang membentuk siklus. Menurut Keemp pengembangan desain
sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai
kendala yang timbul. Model yang dikembangkan keemp ini tidak
ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses
pengembangan. Menurut Keemp dari mana saja bisa, asal saja
urutan komponen itu memerlukan revisi utnuk mencapai hasil yang
maksimal.
Komponen-komponen inturuksional menurut Kemp adalah:56
a) Hasil yang ingin dicapai
b) Analisi tes pelajaran
c) Tujuan Khusus pelajaran
d) Aktifitas belajar
55
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran…, hal. 204
56
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
71-72
62
e) Sumber Belajar
f) Layanan pendukung
g) Evaluasi belajar
h) Tes awal
i) Karakteristik belajar
Kesembilan komponen ini merupakan suatu siklus yang terus-
menerus direvis setelah dievaluasi summatif maupun foromatif dan
diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin
dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.57
Ada beberapa unsur rencana perancangan pembelajaran, unsur
tersebut adalah :58
a) Identifikasi masalah pembelajaran, bertujuan
mengidentifitkasi tujuan menurut kurikulum yang berlaku
dengan fakta yang terjadi dilapangan baik menyangkut
model, pendekatan, metode, teknik dan strategi yang
digunakan guru.
b) Analisis siswa, dilakukan untuk mengetahui tingkah laku
awal dan karakteristik siswa yang meliputi cirri,
kemampuan, dan pengalaman.
c) Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk
menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis
pemrosesan informasi, dan analisis procedural yang
digunakan untuk memudahkan pemahaman dan
57
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal. 72
58
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp
Pengembangan Sistem Pembelajaran…, hal. 205-206
63
penguasaan tentang tugas dan tujuan pembelajaran yang
dituangkan dalam RPP.
d) Merumuskan indikator, berfungsi sebagai : Alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran. Kerangka kerja dalam
merencanakan mengevalauasi hasil belajar siswa. Panduan
siswa dalam belajar.
e) Penyusunan instrument evaluasi, bertujuan untuk menilai
hasil belajar, criteria yang digunakan adalah penilaian
acuan patokan.
f) Strategi pembelajaran, kegiatan ini meliputi pemilihan
model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang
dipandang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
g) Pemilihan media atau sumber belajar, dipilih dan
disiapkan dengan hati-hati untuk memenuhi tujuan
pembelajaran.
h) Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk
mengembangkan dan melaksanakan semua kegiatan dan
untuk memperoleh alat membuat bahan.
7. Model pembelajaran Briggs59
Model pembelajaran Briggs berorientasi pada rancanagn
sisitem dengan sasaran guru. Karena guru akan bekerja sebagai
perancang kegiatan instrusinal dan ang akan menjadi tim
pengembag intruksional.
Langkah-langkah model pembelajaran Briggs adalah;
a) Penentuan tujuan
59
Ali Mudlofir dan Evi Fathimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran
Inovatif..., hal. 36-38
64
Langkah awal ini merupakan langkah yang paling urgent karena guru
harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh
peserta didik.
b) Perincian tujuan
Tujuan yang telah diidentifikasi dirinci berdasarkan keterampilan-
keterampilan apa yang akan dimiliki oleh pesert didik.
c) Rumusan tujuan
Tujuan yang telah driinci tadi diruuskan dalm satu kalimat
pernyataan yang mengandung kemampuan apa dan tingkat
kemampuan apa yang harus dimliki oleh peserta didik
selama mereka dalam proses pembelajaran.
d) Analisis tujuan
Kegiatan ini dilakukan agar tujaun-tujuan yang dinggap sering
ditemukan tingkat kegagalannya digati dengan tujuan yang
lebih rasional tingkat keberhasilannya.
e) Penyiapan evaluasi hasil belajar
Setelah melakukan hal-hal diatas, langkah selanjutnya adalah
menyiapkan evaluasii hasil belajar. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, oleh
karena itu menyususn evaluasi belajar yang realibel adalah
menilai apa yang seharusya dinilai.
66
dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta
didik terhadap materi-materi secara total.
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa desain pembelajaran adalah suatu proses dan
kisi-kisi atau teori belajar sebagai fasilitas untuk membantu proses
belajar seseorang melalui langkah tertentu yang telah dirancang
sedemikian rupa dalam waktu dan tahapan yang panjang. Hingga
terlihat perubahan tertentu pada siswa melalui cara tertentu dalam
belajar melalui desain pembelajaran yang telah dibuat dan diakhiri
dengan evaluasi.
Mempunyai sifat-sifat desain pembelajaran. ada tiga yaitu,
berorientasi pada peserta didik, alur berpikir secara sistem atau
sistematik, empiris dan berulang.
Serta mempunyai banyak model-model desainnya yaitu Model
Assure, model Gerlach Dan Ely, model Addie, Model Bella H.
Banathy, model Dick And Carey, model Jerold E. Kemp, model
Pembelajaran Menurut Briggs.
67
BAB V
STRATEGIPEMBELAJARAN
A. StrategiPembelajaran
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata
kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos
merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ego”
(memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to
plan). Dengan demikian strategi adalah suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan
kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuh kegiatan, siapa
yang terlibat dalam kegiatan,isi kegiatan, proses kegiatan, dan
sarana penunjangkegiatan.1
Istilah pembelajaran (instructions) bermakna sebagai upaya
untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan
dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar
dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit tertentu.2
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam
suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan
kerangka kegiatan untukmencapai tujuan umum pembelajaran,
yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori
belajartertentu.Adapunpengertianstrategipembelajaranmenurutpara
ahlisebagai berikut:3
1. Kemp, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
68
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif danefisien.
2.Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
rencana dan cara– cara membawakan pengajaran dapat
dicapai secaraefektif.
3. Hamalik, strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode
dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa
dalam proses belajar – mengajar untuk mencapai
tujuantertentu.
4. Makmum, merumuskan strategi pembelajaran sebagai
prosedur, metode, dan teknik belajar – mengajar (teaching
methods) yang sebagaimana yang dipandang paling efektif
dan efisien serta produktif sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh para guru dalam melaksanakan
kegiatanmengajarnya.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Srategi
Pembelajaran
adalahStategipembelajaranadalahsuatucaraataumetodeyangdilakuka
noleh pendidik (guru) terhadap peserta didik (murid) yang lain
dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan
motorik secara berkesinambungan.
70
Dapat disimpulkan dari pernyataan beberapa ahli di atas
bahwa konsep dasar strategi pembelajaran adalah
mempertimbangkan segala sesuatu agar strategi pembelajaran
berhasil diimplementasikan oleh pendidik kepada peserta
didik dan diharapkan dapat mengubah pola piker ataupun
kepribadian seorang peserta didik.
72
merupakan salah satu hokum belajar. Inti dari hukum
belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespons
dengan cepat dari setiap stimulus yang muncul manakala
dalam dirinya sudah memiliki kesiapa. Sebaliknya, tidak
mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus
yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki
kesiapan.
4) Prinsipberkelanjutan
Proses pembelajaran ekspsitori harus dapat
mendorong siswa untukmau mempelajari materi
pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktuselanjutnya.
75
sering disebut strategi heuristic, yang berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.61
b. Prinsip-Prinsip Penggunaan SPI
SPI terdapat beberapa prinsip, yaitu:62
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu,
kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa dengan siswa,
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi
siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
3) Prinsip bertanya
61
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 196
62
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 199-201
76
Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap Pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses
berpikir Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya
dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses berpikir learning How to
think, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak,
baik otak kiri maupun otak kanan baik otak reptil otak
limbik, maupun otak neokorteks. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan.
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai
kemungkinan titik segala sesuatu mungkin saja terjadi titik
Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba Sesuai dengan perkembangan kemampuan
Logika dan Nalar nya. Pembelajaran yang bermakna
adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai potensi yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan nya.
77
c.Langkah-Langkah Pelaksanaan SPI
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan
SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:63
1) Orientasi
2) Merumuskan Masalah
3) Mengajukan Hipotesis
4) Mengumpulkan Data
5) Menguji Hipotesis
6) Merumuskan Kesimpulan
d. Kelebihan dan Kelemahan SPI
Kelebihan SPI:64
1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
pada pengembangan aspek kognitif afektif dan
psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran
Melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata titik artinya, siswa yang memiliki
63
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm.201
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 208
78
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
Kelemahan SPI:65
1) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran maka
akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran maka SPI
akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM)
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Untuk
mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Permasalahan tersebut bias diambil dari buku
teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa
65
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 208-209
79
yang terjadi dilingkuangan sekitar, dari peristiwa dalam
keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan .66
b. Tahapan-Tahapan SPBM
Berikut tahapan-tahapan SPBM:67
1) Merumuskan Masalah,yaitu langkah siswa
menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau
masalah secar kritis dari berbagai sudut pandang.
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa
merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari
dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5) Pengujian Hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil
atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan
penerimaan dan penolakkan hipotesis yang diajukan.
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah,
yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui
kegiatan kelompok:68
66
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 214
67
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 217
68
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 217-218
80
a. Mendifinisikan Masalah, yaitu merumuskan maslah dari
peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga
siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai factor baik
factor yang bias menghambat maupun factor yang dapat
mendukung dalam penyelesaian masalah.
c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap
tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan dan merepkan strategi pilihan, yaitu
pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan.
e. Melakukan Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi
hasil.
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan
sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para
ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-
langkah:69
1) Menyadari Masalah
Impelemntasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya
masalah yang harus dipecahkan.
2) Merumuskan Masalah
Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan
berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
69
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 218-220
81
tentang masalah dan berkaitan dengan data-daa apa yang
harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya.
3) Merumuskan Hipotesis
Kemampuan yang diharapkan dari siswa pada proses ini adalah
siswa dapat menentukan sebab akibar dari masalah yang
ingin diselesiakan.
4) Mengumpulkan Data
Sebagai proses berpikir Empiris, keberadaan data dalam proses
berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab,
menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada.
5) Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan
hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus
membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah
yang dikaji. Disamping itu, siswa diharapkan dapat
mengambil keputusan dan kesimpulan.
6) Menentukan Pilihan Penyelesaian
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses
SPBM. Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini
adalah kecakapan memilih alternative penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi
sehubungan dengan alternative yang dipilihnya, termasuk
82
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap
pilihan.
c. Kelebihan dan kelemahan Strategi Pembelajaran
Berbasis masalah.
Kelebihan SPBM: 70
a. Pemecahan masalah problem solving merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menentang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
d. Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan baru nya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan titik di samping
itu pemecahan masalah itu juga dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
f. Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
70
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 220
83
berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan
dan disukai siswa.
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan
kemampuan siswa wa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat
siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Kelemahan SPBM :71
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem
solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman Mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
71
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 221
84
4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB)
a. Pengertian SPPKB
SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu
kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan
untuk memecahkan masalah yang diajukam.72
b. Tahapan-Tahapan Pembelajaran SPPKB
Ada 6 tahap SPPKB sebagai berikut: 73
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada
posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap
orientasi dilakukan dengan,
Pertama, Penjelesan tujuan yang harus dicapai
baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan
materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan
yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau
kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa.
Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus
dilakukan siswa, yaitu penjelsan tentang apa yang harus
dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses
pembelajaran.
72
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 230
73
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 234
85
2) Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk
memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa
sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan.
3) Tahap Konfrontasi
Adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pengalaman siswa.
4) Tahap Inkuiri
Adalah tahapan terpenting dalam SPKKB. Pada
tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.
Melalui tahapan Inkuiri, siswa diajak untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi.
5) Tahap Akomodasi
Adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru
melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa
dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai
dengan topi atau tema pelajaran.
6) Tahap Transfer
Adalah tahapan penyajian masalah baru yang
sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer
dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu
mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk
memecahkan maslaah-masalah baru. Pada tahap ini guru
dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik
pembahasan.
86
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
a. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting
dalam SPK, yaitu :74
1) Adanya peserta dalam kelompok
2) Adanya aturan kelompok
3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
4) Adanya tujuan yang harus dicapai
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif.
Terdapat 4 prinsip dasar pembelajaran kooperatif:75
1) Prinsip ketergantungan positif (positive
Interdependence)
2) Tanggung jawab perseorangan (Individual
Accountability)
3) Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion
interaction)
4) Partisipasi dan komunikasi (Participation
communication)
c. Prosedur pembelajaran kooperatif
74
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 243
75
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 246-247
87
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya
terdiri atas 4 (empat) tahap, yaitu:76
1) Penjelasan materi
Tahap penjelasan materi diartikan sebagai
proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum sswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru
memberikan gambaran umum tentang materi
pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa
akan memperdalam materi dalam pembelajaran
kelompok.
2) Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum
tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya
siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya
masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen,
artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-
perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender,
latar belakang agama,social-ekonomi, dan etnik,
serta perbedaan kemampuan akademik.
3) Penilaian
Penilaian dalam SPK bias dilakukan dengan
tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara
individual maupun secara kelompok. Tes individual
76
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 248-249
88
nantinya akan memberikan informasi kemampuan
setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan
informasi kemampuan setiap kelompok.
4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah
penerapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim yang paling berprestasi untuk kemudian
diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan
pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat
memotivasitim untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih
mampu meningkatkan prestasi mereka.
d. Kelebihan dan kelemahan SPK
Kelebihan SPK,sebagai berikut:77
1) Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasidari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.
2) SPK dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-
ide orang lain.
77
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 249-250
89
3) SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
4) SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan social, termasuk mengembangkan rasa
harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan
me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
Kelemahan SPK :78
1) Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalua
kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperative
learning.
2) Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu
yang cukup Panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali
penerapan strategi ini.
6. Strategi pembelajaran kontekstual (Contextual teaching
learning)
a. Konsep dasar CTL
78
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 250
90
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.79
b. Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki
7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran denan menggunakan pendekatan CTL.
Seringkali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL.
Berikut asas-asas CTL : 80
1) Konstruktivisme
Adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman.
2) Inkuiri
Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis.
3) Bertanya (Questioning)
79
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 255
80
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 264-268
91
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan
menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang
sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berpikir.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara ilmiah.
5) Pemodelan (Modeling)
Modelling Adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh siswa.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman
yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya.
7) Penilaian Nyata
Penilaian Nyata adalah proses yang dilakukan
guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
7. Strategi pembelajaran afektif
a. Konsep dasar Strategi Pembelajaran Afektif
92
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang
bukan hanya bertujuan untuk mencapai dimensi yang
lainnya. Yaitu sikap dan ketrampilan afektif berhubungan
dengan volume yang sulit diukir karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Kemampuan
sikap afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang
dapat berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang
lain dan kemampuan mengendalikan diri.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan
sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat
mencapai hasil pembelajaran secara optimal. Oleh karena
itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam
merancang program pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus
memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.81
b. Proses pembentukan Sikap
Terbentuknya sebuah sikap pada diri seseorang
tidaklah secara tiba – tiba, tetapi melewati proses yang
terkadang cukup lama. Proses ini biasanya dilakukan lewat
pembiasaan dan modeling.
c. Pola pembiasaan
81
Nunuk Suryani dan Leo Agung S, Strategi Belajar – Mengajar, ,..,
hlm. 120-121
93
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik
disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap
tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.82
d. Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui
proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses
asimilasi atau proses percontohan. Salah satu karakteristik
anak didik yang sedang berkembang adalah keinginan untuk
melakukan peniruan (imitasi).83
e. Model Strategi Pembelajaran Sikap
1) Model Konsiderasi
Model Konsiderasi (the consideration model)
dikembangkan oleh Mc. Paul,seorang Humanis. Paul
menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama
dengan pengembangan kognitif yang rasional.
Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah
pembentukan kepribadian bukan pengembangan
intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada
strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.
Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang
memiliki kepedualian terhadap orang lain.84
2) Model Pengembangan Kognitif
82
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 277
83
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 278
84
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 279
94
Model pengembangan kognitif (the cognitive
development model) dikembangkan oleh Lawrence
Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John
Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari
rekstrukturisasi kognitif yang berlangsung secara
berangsur-angsur menurut urutan tertentu. 85
Dari beberapa macam-macam strategi diatas dapat di simpulkan
Suatu strategi belajar mengajar yang baik dan berhasil untuk mencapai
tujuan pengajaran bagi sekelompok siswa, belum tentu dapat berhasil
untuk kelompok siswa pada situasi dan kondisi tertentu. Dengan
demikian tidak ada strategi belajar mengajar umum yang dapat dipakai
untuk mencapai semua tujuan pengajaran. Sehingga harus dipelajari
tentang strategi belajar-mengajar, faktor-faktor yang harus dipahami
dan macam-macamnya.
85
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan …, hlm. 281
95
BAB VI
METODE-METODE PEMBELAJARAN
86
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 147
87
Ruangguru, Pengertian dan Tujuan Pembelajaran,
https://Ruangguruku.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran, diakses pada
tanggal 19 Maret 2020 pukul 16.47 WIB
88
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,
(Bandung: Humaniora, 2008), hal. 42
96
kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh murid dengan baik.89
Dalam kenyataannya, cara atau metode pembelajaran yang
digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang
ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan dan sikap, Khusus metode pembelajaran di kelas,
efektifitas metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor
situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan demikian metode dalam
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting,
karena keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
dalam menggunakan metode pembelajaran.
Banyak metode yang bisa dipilih oleh seorang guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu setiap guru yang akan
mengajar diharapkan untuk memilih metode yang baik. Karena baik dan
tidaknya suatu metode yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar terletak pada ketepatan memilih suatu metode sesuai dengan
tuntutan proses belajar mengajar.
Adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut:90
1. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan
watak murid dan materi.
89
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2005), hal. 52
90
Papuh Fathurrohman dan M. Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Islami, (Bandung: Rafika Aditama, 2007), hal. 65
97
2. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan
mengantarkan murid pada kemampuan praktis.
3. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan
materi.
4. Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan
pendapat.
5. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Sedangkan dalam penggunaan suatu metode pembelajaran harus
memperhatikan beberapa hal berikut:91
a. Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif,
minat atau gairah belajar murid.
b. Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan
kegiatan kepribadian murid.
c. Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada
murid untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e. Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan melalui
usaha pribadi
f. Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang
bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengetahuan atau
situasi yang nyata dan bertujuan.
g. Metode yang digunakan dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai serta sikap-3Wsikap utama yang
91
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar… hal. 53
98
diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Adapun beberapa macam metode pembelajaran, sebagai berikut:92
1. Metode ceramah
Ceramah adalah metode pembelajaran yang menyampaikan
informasi pembelajaran kepada murid dilakukan dengan cara lisan.
Metode ini sangat cocok diterapkan di tempat dengan jumlah
pendengar dengan yang cukup besar. Metode ceramah bisa di
aplikasikan di dalam kelas atau di dalam gedung dengan jumlah
murid yang cukup banyak. Dengan menggunakan metode ini,
seorang pengajar akan lebih mudah menjelaskan materi-materinya.
Bahkan proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif. Ada
banyak tujuan dari metode pembelajaran ini. Salah satu tujuannya
belajar tanpa harus memiliki buku pembelajaran.
a. Keunggulan Metode Ceramah
Dengan menggunakan metode ini maka suasana kelas
akan lebih kondusif dan tenang. Seorang pengajar lebih
memiliki porsi besar dalam mengatur kegiatan kelas dan setiap
murid memiliki kegiatan yang sama. Efisien waktu dan tenaga
juga cukup baik. Salah satunya adalah setiap murid dapat
dengan cepat dan mudah menerima informasi yang
disampaikan guru. Sehingga pelajaran dapat berjalan dengan
92
Arifin Saddoen, Macam-Macam Metode Pembelajaran,
http//moondoggiesmusic.com/metode-pembelajaran/ di akses pada tanggal 19
Maret 2020 pukul 17.43 WIB
99
efektif dan lancar.Selain itu, metode ceramah juga bermanfaat
untuk membiasakan murid untuk memaksimalkan
pendengarannya dalam mendapatkan suatu informasi.
b. Kekurangan Metode Ceramah
Selain terdapat keunggulan, metode ceramah ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Dalam menggunakan metode ini
maka kondisi kelas akan dipegang dan di atasi sepenuhnya oleh
guru. Bahkan guru juga menjadi kurang tahu perkembangan
anak didiknya secara pasti. Dengan menggunakan metode
ceramah, proses timbal balik dan pemahaman seorang anak
akan berbeda. Bahkan lebih parahnya anak tidak dapat
memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan sebuah metode pembelajaran
yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah yang dilakukan
oleh beberapa orang. Metode yang satu ini sangat cocok diterapkan
pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu banyak. Dalam
praktiknya metode diskusi ini lebih mengutamakan interaksi yang
terjadi antar individu. Serta untuk merangsang daya pikir pada
setiap peserta diskusi.
a. Macam-macam Diskusi
Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis diskusi.
Setiap jenis diskusi tersebut memiliki keunggulan masing-
masing. Setiap guru harus lebih mengetahui jenis-jenis diskusi
tersebut supaya dapat dipraktekkan kepada anak didiknya
dengan baik. Berikut ini macam-macam diskusi menurut jenis
penyampaiannya:
100
1) Diskusi Formal
Diskusi formal dapat ditemukan di berbagai
lembaga. Misalnya saja di pemerintah lembaga. Misalnya di
pemerintah dan semi pemerintah. Dalam diskusi dibutuhkan
adanya ketua sebagai pengatur jalannya diskusi. Serta
seorang penulis atau notulen untuk mencatat setiap apa yang
terjadi di dalam proses dikusi. Pada umumnya berbentuk
formal seperti yang dilakukan oleh para wakil rakyat di
acara sidang DPR. Jika pada praktiknya di lingkup sekolah,
maka harus dapat mengumpulkan siswa dalam jumlah yang
cukup banyak. Karena metode ini dilakukan secara formal
maka setiap tindakan dalam diskusi ini harus mendapatkan
izin dari moderator. Hal tersebut perlu dilakukan agar
keadaaan tetap kondusif dan proses diskusi bisa berjalan
dengan baik.
2) Diskusi non-Fromal
Dalam diskusi non-formal aturan tidak seketat
seperti pada jenis diskusi formal. Karena, diskusi ini tidak
bersifat resmi. Contoh yang paling sederhana dalam diskusi
yang berlangsung di dalam keluarga. Setiap anggota
keluarga mempunyai hak untuk berbicara sesuai
kapasitasnya. Perlu di ingat bahwa dalam diskusi non
formal tidak harus ada moderator ataupun notulen acara.
Seandainya di dalam dunia pendidikan, dapat berupa
kegiatan kelompok belajar yang akan saling berbagi
101
informasi atau pertanyaan untuk dipecahkan dan di cari
solusinya secara bersama-sama.
3) Diskusi Panel
Metode diskusi panel terdapat dua jenis anggota
diskusi, yaitu anggota aktif dan tidak aktif. Bagi anggota
aktif mereka akan ikut terlibat di dalam forum diskusi.
Sebaliknya anggota yang tidak aktif, mereka tidak akan
melibatkan diri di dalam diskusi lebih sederhananya hanya
sekedar menjadi pendengar. Para anggota tidak aktif adalah
bagian dari beberapa kelompok yang sangat itu menjadi
anggota aktif atas nama kelompok mereka.
4) Diskusi Symposium
Metode diskusi symposuim hampir mirip dengan
diskusi formal, hanya saja diskusi ini dalam penyampaikan
pendapat dilakukan oleh beberapa orang pensaran. Setiap
anggota yang menjadi pensaran akan menyampaikan ke
depan banyak orang secara bergantian. Disitulah mereka
akan menyampaikan pendapatkan-pendapatnya sendiri. Ciri
yang melekat pada diskusi ini adalah tidak mencari
kebenaran untuk suatu masalah. Namun hanya sebagai
sarana penyampaikan pendapat saja.
5) Lecture Discussion
Metode diskusi ini tidak jauh beda dengan diskusi
ceramah. Dalam praktiknya diskusi ini bertujuan untuk
mendiskusikan suatu permasalahan. Misalnya seorang guru
memberikan masalah kepada beberapa kelompok muridnya
untuk didiskusikan. Kemudian guru memberikan sedikit
102
pengarahan untuk memecahkannya. Setiap kelompok akan
mendiskusikan dengan anggota kelompoknya dan hasil
diskusi dilaporkan kepada guru.
Ada jenis metode diskusi di sekolah yang dilihat dari orang
yang berperan di dalam diskusi, sebagai berikut:
a) Guru berperan sebagai pusat diskusi, yaitu guru
memiliki peran yang lebih dominan di dalam diskusi
dibanding dengan muridnya. Biasanya peran murid
dalam metode ini akan cenderung lebih sedikit.
b) Murid sebagai pusat diskusi, yaitu murid memilki peran
yang cukup besar di dalam jalnnya diskusi. Para murid
dituntut lebih aktif pada senis diskusi jenis ini.
b. Keunggulan Metode Diskusi
Dengan menggunakan metode diskusi, proses belajar
mengajar dapat membangun suasana kelas yang lebih menarik
dan tidak membosankan. Karena, setiap murid akan terfokus
pada masalah yang sedang didiskusikan bersama-sama. Setiap
murid akan dituntut untuk berani menyampaikan pendapatnya
serta berpikir secara mendalam. Selain itu, metode diskusi ini
mengajarkan kepada para murid untuk mampu bersikap kritis
dan sistematis dalam berpikir. Serta mampu untuk bersikap
toleran dalam menemukan temannya yang meiliki pendapat
yang berbeda, serta yang paling penting adalah pengalaman
setiap murid mengenai etika dalam bermusyawarah.
Pada umumnya hasil dari diskusi ini berupa
kesimpulan dari masalah yang akan dapat dengan mudah
103
diingat oleh para murid. Hal itu terjadi karena, para murid
mengikuti alur berdiskusi dan mendapatkan hal-hal yang
menutur mereka menarik.
c. Kelemahan Metode Diskusi
Dalam metode ini pastinya setiap murid di tuntut untuk
aktif, dan tentu tidak semua murid mampu mengikuti metode
tersebut. Metode ini lebih cenderung diisi oleh siswa yang
memang dianggap pandai dan para murid yang berani
berbicara. Maka dari itu, bagi murid yang kurang berani,
mereka akan memiliki peluang yang kecil untuk bisa
berpartisipasi dalam jalannya diskusi.
Berbeda lagi jika seorang guru memang mewajibkan
setiap muridnya untuk bicara. Jika guru tidak mampu memandu
jalannya diskusi, maka arah perdiskusian tidak akan terarah
dengan baik dan bisa jadi jalannya diskusi akan keluar dari
pembahasan. Maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
membutuhkan banyak waktu bahkan bisa jadi tidak
berjalandengan efektif.
3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode yang dalam
menyampaikan suatu informasi dilakukan melalui interaksi antara
guru dan murid. Metode ini adalah suatu cara untuk menyampaikan
pelajaran sekolah dengan cara seorang guru memberikan
pertanyaan kepada muridnya. Selain itu, metode ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana penahaman murid terhadap materi-
materi yang disampaikan oleh guru.
104
Dalam metode tanya jawab, berisi interaksi antara guru dan
murid. Kedua belah pihak harus sama-sama aktif dalam proses
jalannya pembelajaran. Setiap murid juga dituntut aktif tanpa
menunggu dari guru memberikan pertanyaan. Sudah diketahui
bahwasanya bertanya merupakan salah satu cara untuk mengetahui
sejauh mana para murid dapat menerima informasi yang
disampaikan guru. Oleh karena itu, bertanya adalah metode
pembelajaran yang dianggap penting dan bagus dalam
membimbing setiap murid. Metode bertanya juga memiliki
manfaat dalam produktifitas murid dan keefektifan belajar.
Ada banyak fungsi bertanya dalam proses pembelajaran. Di
antaranya adalah untuk menggali informasi, mengetahui
pemahaman dan juga keinginan murid. Dengan adanya pertanyaan
yang di berikan pada murid, mereka akan kembali memusatkan
perhatiannya kepada materi yang sedang disampaikan.
a. Keunggulan Metode Tanya Jawab
Dalam menggunakan metode tanya jawab, setiap
murid dapat dipancing untuk berfikir dan berani menyampaikan
pendapatnya. Alhasil murid akan berusaha untuk fokus saat
mengikuti proses pembelajaran dikelas. Selain itu, peran guru
dalam memberikan pelajaran serta pemahaman kepada murid
bisa berjalan dengan lebih baik.
b. Kelemahan Metode Tanya Jawab
Ketika proses tanya jawab ada perbedaan pendapat,
maka bisa jadi terjadi perdebatan yang dapat menghabiskan
waktu yang tidak sedikit. Maka bisa dikatakan bahwa metode
105
ini memiliki kelemahan pada efisiensi waktu, bila hal tersebut
benar-benar terjadi. Selain itu, untuk memberikan kesimpulan
juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena pasti setiap
murid memiliki pendapat yang berbeda.
106
Metode domonstrasi adalah metode dengan menggunakan
benda, alat, ataupun bahan-bahan informasi yang dapat memberi
gambaran yang nyata. Selain itu, umtuk memperjelas informasi
juga bisa dengan bentuk praktikum mengenai materi yang
disampaikan. Penggunaan benda atau alat bisa memudahkan setiap
murid memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
a. Keunggulan metode demonstrasi
Dengan menggunakan metode demonstrasi ini, setiap
murid dapat dengan mudah memahami materi dengan cara
menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru. Serta
dapat memperjelas materi yang rumit menjadi lebih mudah
untuk dipahami. Sebagai bukti mengenai teori atau materi
yang disampaikan melalui lisan dengan jelas.
b. Kekurangan metode demonstrasi
Metode demonstrasi ini memiliki kekurangan dan bisa
menjadikan masalah apabila benda yang dijadikan
demonstrasi berukuran kecil. Karena hal tersebut akan
mempersulit murid untuk mengamati benda tersebut.
Bahkan metode ini berjalan tidak konduktif apabila
dilakukan dengan jumlah murid yang terlalu banyak.
Pastinya setiap murid akan berebut tempat untuk melihat
benda yang dijadikan demonstrasi. Jika seorang guru tidak
menguasai materinya dengan baik, maka bisa menyebabkan
masalah. Karena guru tidak mampu menjelaskan materinya
dengan baik. Bahkan bisa jadi murid tidak akan menjadi
paham mengenai materi yang disampaikan guru.
107
6. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan atau drill adalah metode yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran atau informasi
melalui bentuk latihan-latihan. Metode latihan ini berfungsi untuk
melatih keterampilan fisik serta mental. Metode latihan memiliki
berbagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk melatih mental
setiap murid untuk terbiasa dalam hal-hal tertentu. Sedangkan
latihan adalah teknik mendidik murid agar memiliki dan
mengembangkan keterampilan.
Dalam penerapan metode latihan, perlu diperhatian
beberapa hal, misalnya jenis latihan yang digunakan berbeda
dengan latihan sebelumnya. Situasi yang berbeda bisa jadi
memberikan kondisi respon yang berbeda pula. Untuk mengetahui
tujuan dari adanya latihan, perlu dikaitkan dengan nilai latihan
serta keseluruhan pelajaran di sekolah. Manfaatnya adalah untuk
mengajar.
Menurut syaiful sudjana, penilaian biasanya digunakan
untuk mengetahui keterangan dari suatu keterampilan dari sesuatu
yang sudah dipelajari. Selain itu, juga bisa sebagai sarana untuk
mendorong setiap murid menguasai keterampilan yang dimiliki
secara tepat. Metode ini sangat berkaitan dengan pembentukan
kecerdasan motorik anak seperti kecerdasan dalam menyelesaikan
permasalahan pada situasi dan kondisi tertentu.
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik,
seorang pengajar harus senantiasa memperhatikan muridnya.
Terutama terkait perhatian dan minat mereka terkait materi yang
sedang dipelajari.
108
d. Keunggulan Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan dapat membangun
kecerdasan motorik dan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki murid. Misalnya membuat gambar, tulisan yang
menarik, atapun menghafal sesuatu. Selain itu, murid juga
bisa mendapatkan kecerdasan mental. Misalnya bisa
memahami berbagai tanda dan simbol ataupun olah rasa.
Bahkan dapat membangun kebiasaan-kebiasan yang baik,
serta bisa meningkatkan ketepatan dan kecepatan.
e. Kelemahan Metode Latihan Keterampilan
Metode ini juga memiliki kekurangan. Misalnya bisa
mengurangi ide, kreatifitas dan inisiatif seorang murid. Hal
tersebut disebabkan karena murid terlalu diarahkan untuk
sesuai dengan apa yang diinginkan gurunya. Selain itu, bisa
saja menghambat bakat murid. Setiap siswa yang sudah
terbiasa dengan rutinitasnya bisa saja mudah merasa bosan
dan jenuh. Bahkan efek yang paling buruk adalah kesulitan
dalam menyesuaikan lingkungan baru.
7. Metode Perancangan
Metode perancangan adalah metode pembelajaran dengan
cara memberikan tugas pada setiap murid. Tugas yang diberikan
guru adalah untuk merancang sebuah proyek yang nantinya akan
diteliti sebagai obyek kajian murid. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk memancing para murid supaya bisa menciptakan
suatu hal baru.
e.Keunggulan Metode Perancangan
109
Metode perancangan ini adalah untuk mengajarkan
kepada murid agar membuka cakralawa berfikir yang lebih
luas. Dengan sudut padang yang baru, murid akan lebih
mudah dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Murid akan
belajar dalam mengaplikasikan setiap keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang terpadu sampai menjadi
kebiasaan. Hal tersebut dilakukan agar setiap pengetahuan
yang dimiliki murid dapat bermanfaat untuk kehidupan.
f. Kelemahan Metode Perancangan
Metode ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Diantaranya adalah membutuhkan dukungan Negara dalam
penerapannya. Sedangkang Negara sendiri belum bisa
mendukung hal ini. Selain itu, untuk menerapkan metode ini
juga membutuhkan orang yang ahli untuk menjalankan
metode ini. Yang tidak boleh dilupakan lagi adalah
pembahasan materi harus senantiasa dicocokkan dengan
kebutuhan murid. Sedangkan kemungkinan untuk selalu
berubah-ubah cukup besar, bisa jadi akan menjauh dari pokok
pembahasan materi.
8. Metode Percobaan
Metode percobaan adalah jenis metode pembelajaran dengan
memberikan kesempatan kepada murid untuk mengarjakan suatu
percobaan. Metode percobaan ini bisa dilakukan perorangan atau
kelompok. Untuk mengajarkannya juga dibutuhkan beberapa kali
dengan menggunakan alat dan tempat yang dikhususkan.
Misalnya melakukan percobaan didalam laboratorium kimia.
Dalam mengajarkan metode ini, setiap murid mengajarkan
110
percobaan dengan beberapa proses. Seperti penyiapan bahan dan
alat, percobaan, pengamatan dan pencatatan hasil dari percobaan.
Kemudian hasil akhirnya akan diserahkan kepada guru. Dan
biasanya dengan melakukan presentasi hasil percobaan tiap
individu atau kelompok.
Tujuan dari pelaksanaan metode percobaan adalah agar setiap
murid secara mandiri berusaha untuk mencari solusi permasalahan
yang sedang dihadapi. Dengan adanya metode ini berfikir secara
kritis, sistematis dan ilmiah.
a. Kelebihan Metode Percobaan
Kelebihan dari metode ini adalah dapat membuat murid
menjadi lebih berani dapat memberikan suatu kesimpulan
atau kebenaran. Hal itu karena apa yang mereka sampaikan
merupakan hasil dari percobaan yang telah meraka dilakukan
sendiri. Di dalam praktiknya, murid juga dapat
mengembangkan sikap dalam mengeksplosi mengenai ilmu
yang telah didapatnya. Hasil yang diinginkan dengan
menggunakan metode ini adalah supaya kelak para murid
dapat menciptakan atau menemukan hal-hal baru yang
bermanfaat bagi sekitar. Teruntuk kepentingan umat manusia
dan kebanggaan Negara.
b. Kekurangan Metode Percobaan
Kelemahan dari metode percobaan ini terletak pada alat
yang digunakan untuk percobaan. Karena biasanya alat untuk
percobaan kurang memadai dengan jumlah murid. Karena
harga dari alat-alat percobaan juga cukup mahal. Sehingga
111
setiap murid akan memiliki kesempatan yang terbatas untuk
melakukan percobaan. Karena percobaan dengan alat yang
terbatas, maka harus dilakukan secara bergilir. Sering kali
suatu eksperimen atau percobaan membutuhkan waktu yang
cukup banyak. Sehingga murid harus meninggalkan
percobaan atau eksperimen tersebut untuk mengejar materi
yang belum disampaikan. Selain itu, metode ini hanya tepat
digunakan pada beberapa bidang saja seperti teknologi
modern dan sains.
9. Metode Pembelajaran Jigsaw
Metode pembelajaran jigsaw adalah cara pembelajran secara
berkelompok. Caranya dengan membagi setiap anggota kelompok
untuk mampu menguasai salah satu dari bagian materi yang telah
disampaikan guru. Setelah setiap anggota menguasai materi
bagaiannya, selanjutnya mereka saling mengajarkan materi kepada
keanggotaan kelompok yang lain. Sehingga seluruh kelompok
mampu memahami keseluruhan materi yang sebelumnya dibagi-
bagi tersebut.
10. Metode Mengajar Beregu (Team Teaching Method)
Metode pembelajaran ini dilakukan dengan guru yang
berjumlah lebih dari satu. Setiap guru nantinya akan mendapat
tugas sendiri-sendiri yang telah dibagikan oleh satu koordinator.
Bentuk dari metode ini ada dua macam, yaitu tulisan dan lisan.
Bila memperoleh tulisan, setiap soal kemudian dikombinasikan
dengan soal dari seluruh guru. Sedangkan ketika dalam bentuk
lisan setiap murid akan ditanya langsung oleh beberapa guru
112
penguji. Misalnya seperti pada sidang skripsi, satu mahasiswa
berhadapan dengan beberapa penguji.
11. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model
pembelajaran dengan tahapan menyesuaikan keadaan agar murid
bisa tertarik untuk belajar kembali. Setiap guru dapat mengadakan
sesi tanya jawab yang ringan kepada muridnya. Sesi tanya jawab
yaitu mengenai materi yang akan dijelaskan yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan supaya semangat
para murid kembali muncul untuk mempelajari materi tersebut.
113
BAB VII
93
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan
Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 73
114
memperoleh kesempatan untuk mencoba menangkap pola berfikir
peserta didik lainnya. Episode seperti ini, diyakini akan dapat
meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang objek yang
dipelajari dari tahap sebelumnya ke tahapan yang lebih tinggi.94
Materi Pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Materi
pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan supaya
pelaksanaan pembelajaran bisa mencapai sasaran. Sasaran tersebut
harus sesuai dengan kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang
harus dicapai oleh siswa. Ini mengisyaratkan bahwa, materi yang
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran harusnya materi yang
benar-benar menunjang tercapainya Kompetensi Inti dan
kompetensi dasar, dan tercapainya indikator kompetensi yang
diharapkan.95
Materi pembelajaran pada dasarnya merupakan isi dari
kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topik/sub topik dan rinciannya. Isi dari proses pembelajaran
tercermin dalam materi 15 pembelajaran yang dipelajari oleh
siswa. Syaiful Bahri menerangkan materi pembelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
94
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Algesindo, 2007), hal. 52
95
Dunia Pendidikan, Materi Pembelajaran,
https://duniapendidikan.co.id/materi-pembelajaran/ di akses pada tanggal 30 maret
2020 pukul 09.44 WIB
115
Tanpa materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan
berjalan.96
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai
oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka
pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu.97
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan (tertulis maupun
tidak tertulis) yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.Jenis bahan ajar
terlebih dahulu harus disesuaikan dengan kurikulum dan kemudian
dibuat rancangan pembelajaran.98
Jadi, dari banyak pendapat di atas, dapat kita simpulkan
bahwa materi pembelajaran adalah isi dari kurikulum yang berupa
bahan yang bisa berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, yang
harus diajarkan serta disampaikan kepada peserta didik dan harus
mampu dikuasai oleh semua peserta didik di dalam proses
pembelajaran.
Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana
belajar yang menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan
mengesampingkan ancaman selama proses pembelajaran. Salah
satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi mnyenangkan
96
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 43
97
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 141
98
Amri, S. Dan Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif
Dalam Kelas, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), hal. 159
116
adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan pula,
yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik
dan senang mempelajari bahan ajar tersebut.
Bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-
kaidah pengembangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus
dipatuhi dalam penyusunan bahan ajar menurut Chomsin S.W. dan
Jasmadi adalah:99
a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang
sedang mengikuti proses pembelajaran.
b. Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta
didik.
c. Bahan ajar dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik diri.
d. Program belajar-mengajar yang akan dilangsungkan.
e. Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kagiatan
pembelajaran yang spesifik.
f. Guna mendukung ketercapaian tujuan, bahan ajar harus
memuat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan
dan latihan.
g. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk
mengukur tingkat keberhasilan peserta didik.
Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan
bahan ajar harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar
99
Chomsin, Widodo S. dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hal. 42
117
tersebut dapat menambah pengetahuan dan kompetensi peserta
didik secara baik dan efektif.
Bahan atau materi pelajaran (Learning Materials) adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai
oleh siswa, sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka
pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu. Materi pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam
rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi
pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor). Materi Pengetahuan
(kognitif) berhubungan dengan berbagai informasi yang harus
dihafal dan didiskusikan oleh siswa, sehingga siswa dapat
mengungkapkan kembali. Merril membedakan isi (materi pelajaran
kognitif) atas 4 macam, yaitu:100
a. Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya
dapat ditangkap oleh panca indra. Fakta merupakan pengetahuan
yang berhubungan dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang
telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau
diobservasi. Contohnya pada pelajaran Sejarah, Peringatan hari
kemerdekaan 17 Agustus, dll.
b. Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok
benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan
atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep.
100
Julian, Pengembangan Materi Pembelajaran
http://juliancreative.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/1984/2015/10/Pengembangan-Materi-Pembelajaran.pdf di
akses pada tanggal 30 maret 2020 pada pukul 10.04 WIB
118
Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda antara satu
konsep dengan konsep lainnya. Materi konsep contohnya
pengertian ekosistem, ciri-ciri tanaman , dll.
c. Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan
siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis
tentang sesuatu. Hubungan antara dua atau lebih konsep yang
sudah teruji secara empiris dinamakan generalisasi.Contoh
materinya langkah-langkah melakukan stek pada tanaman.
d. Prinsip materi pelajaran tentang prinsip bisa berupa hasil penelitian/
sebuah teori yang telah dibuktikan, sehingga dapat dipercaya.
Seseorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah
memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan. Contohnya
dalil phitagoras, rumus, dll.
Selain dari segi kognitif, pengembangan materi pelajaran
juga dari segi Afektif/sikap yakni berhubungan dengan sikap/nilai
atau keadaan dari dalam diri seseorang. Materi afektif termasuk
pemberian respon, penerimaan nilai, internalisasi, dll. Contohya
nilai-nilai kejujuran, kasih sayang, minat, kebangsaan, rasa sosial,
dll.
Dari segi psikomotor yakni materi yang mengarah pada
gerak/keterampilan. Keterampilan adalah pola kegiatan yang
memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan
koordinasi informasi. Kompetensi yang ingin dicapai dari
119
gerak/keterampilan, misalnya lari, pencak silat, berenang, dll.
Keterampilan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:101
a. Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir melalui usaha
menggali, menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik
berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip, dan teori.
b. Keterampilan fisik yaitu keterampilan motorik seperti keterampilan
mengoperasikan computer, keterampilan mengemudi, keterampilan
memperbaiki suatu alat, dan lain sebagainya.
Selain itu Hilda Taba juga mengemukakan bahwa ada 4
jenis tingkatan bahan atau materi pelajaran, yakni fakta khusus,
ide-ide pokok, konsep, dan system berpikir. Fakta khusus adalah
bentuk materi kurikulum yang sangat sederhana. Ide-ide pokok
bisa berupa prinsip atau generalisasi. Konsep menurut Hilda Taba,
lebih tinggi tingkatannya dari ide pokok, hal ini dikarenakan
memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak
sehingga mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam. Sistem
berpikir berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah secara empiris, sistematis dan terkontrol yang kemudian
dinamakan berpikir ilmiah.
Jadi hakikat materi pembelajaran merupakan isi dari
kurikulum yang berupa bahan yang bisa berbentuk tertulis maupun
tidak tertulis, yang harus diajarkan serta disampaikan kepada
peserta didik dan harus mampu dikuasai oleh semua peserta didik
di dalam proses pembelajaran, lalu dalam pelaksanaannya bahan
ajar atau materi tersebut juga harus dikembangkan seperti materi
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan
101
Julian, Pengembangan Materi Pembelajaran…, di akses pada tanggal
30 maret 2020 pada pukul 10.09 WIB
120
(psikomotor) serta dalam mengembangkannya bahan ajar juga
memiliki kaidah-kaidah dalam mengembangkannya.
102
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2008), hal. 146-147
121
2. Kemajuan teknologi informasi, memungkinkan materi pelajaran tidak
hanya disimpan dalam buku teks saja, akan tetapi bisa disimpan dalam
berbagai bentuk teknologi yang lebih efektif dan efesien, misalnya
dalam bentuk CD, kaset, dan lain sebagainya. Dalam bentuk bentuk
semacam ini diyakini materi pelajaran akan lebih jelas dan konkret.
Sesuatu yang tidak mungkin disajikan dalam buku cetak karena
keterbatasannya, maka dalam bentuk media elektronik akan dapat
disajikan.
3. Tuntutan kurikulum seperti pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Menurut siswa agar tidak hanya sekedar menguasai informasi
teoritis, akan tetapi bagaimana informasitersebut dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan daerah dan lingkungan dimana siswa tinggal.
Dengan demikian, kehidupan masyarakat nyata mestinya dijadikan
sebagai salah satu bahan pelajaran.
Ketiga alasan tersebut, mestinya membuka wawasan baru
bagi guru, bahwa ternyata banyak sumber yang dapat
dimanfaatkan untuk membelajarkan siswa, selain dari buku teks
yang dicetak secara masal. Guru yang hanya mengandalkan buku
teks yang sumber materi pelajaran cenderung pengelolaan
pembelajaran hanya menyajikan materi pelajaran yang belum tentu
berguna untuk kehidupan siswa, ataupun, seandainya materi
pelajaran itu dianggap penting, maka siswa akan sulit mengangkap
pentingnya materi tersebut, selain hanya untuk dihafal. Itulah
sebabnya selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan
berbagaisumber belajar yang lain.
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar
dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat
122
dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk
mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan
prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat
kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber
dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:103
a. Buku teks. Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit
dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar.
b. Laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian yang
diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti
sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang
atual atau mutakhir.
c. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah). Penerbitan
berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat
bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar.
d. Pakar bidang studi. Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan
sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi
mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup,
kedalaman, urutan, dan sebagainya.
e. Profesional. Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada
bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang
ekonomi dan keuangan.
103
Mgmpips, Sumber Bahan Ajar,
http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/24/sumber-bahan-ajar/, Diakses pada
tanggal 28 Maret 2020, pukul 11:13 WIB
123
f. Buku kurikulum. Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber
bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi,
kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan.
g. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan
berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan
dengan bahan ajar suatu matapelajaran.
h. Internet. Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di
internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar.
i. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio). Berbagai jenis media
audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata
pelajaran.
j. Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi).
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social,
lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi
dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar.
Agar menghasilkan tamatan yang mempunyai
kemampuan utuh di perlukan pengembangan pembelajaran untuk
kopetensi secara sistematis dan terpadu, agar siswa dapat
menguasai setiap kompetensi secara tuntas (masteri learning).
Istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang
telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang
diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar.
Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan
benda tertentu, adalah termasuk sumber belajar.Sumber belajar
ditetapkan sebagai informasi yang di sajikan dan disimpan dalam
berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar
sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas baik
124
dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau
kombinasi dari berbagai format yang dapat di gunakan oleh siswa
atau guru. Dengan demikian, sumber belajar juga diartikan sebagai
segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang
mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi
peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.104
Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut.105
a. Tempat atau lingkungan
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat
kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ada 2 bentuk lingkungan
belajar, yakni pertama lingkungan yang sengaja di desain untuk
belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, dan sebagainya.
Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses pembelajaran
akan tetapi keberadaanya dapat di manfaatkan halaman sekolah,
taman sekolah, kantin, dan sebagainya. Kedua bentuk lingkungan
ini dapat di manfaatkan oleh setiap guru karena memang selain
memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari sistem
pelajaran, juga dapat secara langsung di jadikan tempat belajar
setiap siswa.
b. Orang atau narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis
yang terus berkembang sangat cepat. Oleh karena perkembangan
104
Abdul majid,Perencanaan Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2013), hal. 170
105
Abdul majid, perencanaan pembelajaran…, hal. 171
125
yang cepat itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks
tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
mutakhir. Misalnya peraturan dan undang-undang baru mengenai
sesuatu, penemuan-penemuan baru dalm berbagi ilmu pengetahuan
mutakhir, seperti munculnya berbagai jenis penyakit misalnya flu
burung, sapi gila, dan lain sebagai serta berbagai jenis rekayasa
genetik, munculnya berbagi fenomena alam serta pengaruhnya
terhadap gejala-gejala social dan lain sebagainya, yang
kesemuanya itu tidak mungkin dipahami sepenuhnya oleh guru,
maka untuk mempelajari konsep-konsep baru semacam itu guru
dapat menggunakan orang-orang yang lebih menguasai persoalan
misalnya dengan mengundang dokter, polisi, dan lain sebagainya
sebagai sumber bahan pelajaran.
c. Objek
Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber
informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih
sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran dari benda
yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan
persepsi tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat
pelajaran lebih akurat disamping motivasi belajar siswa akan lebih
baik.
d. Bahan cetak dan non cetak
Bahan cetak (printed material) adalah berbagai informasi
sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk
tercetak seperti buku, majalah, koran, dan sebagainya. Sedangkan
bahan belajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran,
126
yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik
misalnya kaset, video, komputer dan lain sebagainya.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa sumber materi pembelajaran
bukanlah hanya sebuah buku pelajaran saja, karena sumber materi
pembelajaran sangatlah banyak seperti di zaman sekarang ini bahwa sebuah
informasi atau ilmu sangat mudah di akses kapanpun dan dimanapun
melalui berbagai macam media mulai dari media yang berupa visual, audio
dan juga audio visual.
C. Pengemasan Materi Pembelajaran
1. Prinsip pengemasan
Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang
ingin kita sampaikan pada anak didik untuk dikuasai. Pesan adalah
informasi yang akan disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep
dan lain sebagainya,yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar,
peta, ataupun tanda. Pesan bisa disampaikan melalui bahasa vebal
atau nonverbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh siswa,
sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan menjadi
informasi yang bermakna.
Agar pesan yang ingin disampaikan bermakna sebagai bahan
ajar, maka ada sejumlah kriteria yang harus diperhatikan diantaranya
adalah sebagai berikut:106
a. Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru
atau mutakhir. Pesan yang using atau sebenarnya telah diketahui
oleh siswa, maka akan mempengaruhi tingkat motivasi dan
106
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
150
127
perhatian siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. Dengan
demikian, maka setiap guru perlu mengikuti berbagai kemajuan
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sesuai dengan bidang
studi yang diajarkannya misalnya melalui informasi yang
terdapat dalam jurnal, pelacakan internet dan lain sebagainya.
b. Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan
pengalaman siswa. Pesan yang jauh dari pengalaman siswa
cenderung kurang diperhatikan.
c. Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas
sedemikian rupa sehingga menggugah emosi. Memang hal ini
tidaklah mudah sebab tidak semua materi pengajaran bisa di
kemas seperti itu. Akan tetapi, seorang perencana yang baik
mestinya berusaha kea rah tersebut.
d. Humor, artinya pesan yang disampaikan hendaknya dikemas
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan lucu. Pesan yang
dikemas dengan lucu cenderung akan lebih menarik perhatian.
2. Bentuk-bentuk pengemasan
Ada beberapa macam bentuk-bentuk pengemasan, yaitu
sebagai berikut:107
a. Materi pelajaran terprogramadalah salah satu bentuk penyajian
materi pembelajaran individual, sehingga materi pelajaran
dikemas untuk dapat di pelajari secara mandiri. Terdapat
beberapa ciri dari materi terprogram ini.
b. Materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian
terkecil. Dari seluruh materi pelajaranyang harus dikuasai,
materi itu dibagi dalam bagian-bagian terkecil. Siswa
107
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
151
128
mempelajari bagian tersebut secara bertahap dari mulai
bagian awal sampai bagian akhir.
c. Menuntut aktivitas siswa artinya dalam mempelajari materi
pelajaran siswa tidak mengandalkan orang lain akan tetapi
terlibat dalam proses belajar itu sendiri.Mengetahui dengan
segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran. Dalam
pengemasan materi terprogram siswa siswa dapat segera
mengetahui keberhasilannya. Oleh sebab itu, setelah
mempelajari bagian tertentu diberikan items tes yang
berfungsi sebagai kontrol terhadap pemahaman materi yang
telah disampaikan.
d. Pengemasan materi pelajaran melalui modul
Modul adalah satu kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat
dipelajari oleh siswa secara individual, sebagai bahan
pelajaran yang bersifat mandiri, maka materi pelajaran
dikemas sedemikian rupa sehingga melalui modul siswa dapat
belajar secara mandiri, tempat dan hal-hal lain diluar dirinya
sendiri. Seperti halnya dalam pelajaran terprogram, melalui
modul siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya
masing-masing.
Dalam sebuah modul minimal berisi tentang:108
1) Tujuan yang harus dicapai
2) Petunjuk penggunaan
3) Kegiatan belajar
108
Abdul majid, perencanaan pembelajaran…, hal.170
129
4) Rangkuman materi
5) Tugas dan latihan
6) Sumber bacaan
7) Item-item tes
8) Kriteria keberhasilan
9) Kunci jawaban
3. Pengemasan materi pelajaran kompilasi
Kompilasi adalah bahan belajar yang disusun dengan
mengambil bagian-bagian yang dianggap perlu dari berbagai sumber
belajar dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan untuk
dipelajari siswa. Sumber belajar yang menjadi bahan kompilasi
biasanya berasal dari buku-buku teks yang dianggap langka sehingga
sulit didapatkan oleh siswa. Manfaat yang bisa diambil dari
pengemasan materi pelajaran kompilasi, diantaranya adalah siswa
dapat belajar secara utuh dari bahan-bahan yang diperlukan sehingga
dapat menghemat waktu dan biaya. Agar materi pelajaran dapat
disajikan secara sistematis, maka penyusunannya dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:109
a. Tentukan tujuan yang harus dicapai oleh pengemasan materi
pelajaran melalui sistem kompilasi.
b. Kemukakan secara ringkas tentang bahan-bahan yang
dikompilasikan.
c. Jelaskan petunjuk-petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi.
d. Buatlah alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
mempelajari kompilasi
109
Abdul majid, perencanaan pembelajaran…, hal. 171
130
e. Antara satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber
lainnya, diberi penyekat.
131
BAB VIII
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
110
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), hal.3
132
Sekolah dasar merupakan salah satu pendidikan formal yang mana
kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
kognitif siswa. Menurut Teori Piaget bahwa usia tingkat perkembangan
kognitif siswa sekolah dasar yaitu 7 tahun hingga 11 tahun. Dimana usia
tingkat perkembangan kognitif bersifat operasional konkret. Sehingga
kegiatan belajar mengajar memerlukan sarana berupa media
pembelajaran yang tepat supaya dapat membantu pemahaman siswa
terhadap materi. Sejauh ini, penggunaan media di sekolah dasar perlu
ditingkatkan dalam penentuan pilihan media yang sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa tingkat sekolah dasar.
Sejak era reformasi, konsep belajar lebih didominasi oleh siswa.
Berdasarkan wacana tersebut, agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, para
guru wajib memahami konsep dasar media pembelajaran. Dengan tujuan
nantinya dapat memilih jenis media pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian dari Computer Technology Research (CTR)
diketahui bahwa seseorang akan mengingat 20% dari apa yang dilihat,
30% dari apa yang didengar, 50% dari yang dilihat dan didengar, dan
80% dari yang dilihat, didengar, dan dilakukan. Hal ini membuktikan
bahwa pemakaian media pembelajaran yang tepat akan memudahkan
siswa memperoleh kompetensi yang diharapkan.Menurut Hamalik
(1994) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
133
Berdasarkan hal tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, makalah
ini akan membahas tentang pengertian media pembelajaran, kedudukan
media dalam proses pembelajaran, dan teori yang melandasi media
pembelajaran yang baik.111
111
Kemdikbud, https://fasilitasi.bpmtv.kemdikbud.go.id/konsep-dasar-media-
pembelajaran/, diakses pada 06 April 2020, pkl.19.57 WIB
112
Danim Sudarbuan, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara. 1995),
Hal.103
134
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan
menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi
keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media
mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan
bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih baik daripada tanpa bantuan media.
b) Media pembelajaran sebagai sumber belajar
Sekarang Anda menelaah media sebagai sumber belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik
tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi
lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa,
alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan,
sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam
memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta
dapat memperkaya wawasan peserta didik.113
Media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat
fungsi yaitu:114
a). Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi dan pelajaran.
113
Danim Sudarbuan, Media Komunikasi ..., Hal.103
114
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), Hal. 204
135
b). Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c). Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.
d). Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau secara verbal.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran diantaranya adalah :115
1). Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata)
menjadi konkret (nyata).
2). Memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat
belajarnya.
3). Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.
4). Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar
terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek.
5). Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi,
aktivitas, dan kreativitas belajar siswa.
6). Membantu siswa belajar secara individual, kelmpok, atau klasikal.
7). Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan
kembali dengan cepat dan tepat.
8). Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran
sehingga siswa mudah mengerti.
9). Mengatasi ruang, waktu dan indera.
115
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Hal.11
136
D. Peranan Media Pembelajaran
Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai
pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya
untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak
menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata
yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut
verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut
karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa
akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara
rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada
tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar,
potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran
yang nyata. Menurut Gerlach dan Ely, ciri media pendidikan yang layak
digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :116
116
Arief S.Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
dan pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1984), Hal.197
137
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan
kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording.
c. Distributif (distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui
suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek
dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa peranan dari media
pembelajaran yaitu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata
terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan
suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan
sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme.
Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa
berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya
menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan
siswa. Siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan
mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting,
karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman,
dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi,
dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa.
138
Penyampaian suatu konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik
jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya
bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk
mengamati saja.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan penggunaan media
pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran
komputer interaktif.
117
Sudirman,http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/02/klasifikasi-
media-pembelajaran.html, diakses pada 06 April 2020, pkl 21.40 WIB.
141
ada beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab. Pertama kita perlu
bertanya mengapa kita ingin membuat program media itu? Apakah
pembuatan media tersebut ada kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula? Untuk
siapakah program media tersebut kita buat? Untuk orang dewasakah,
anak-anak, mahasiswa, siswa Sekolah Dasarkah atau masyarakat pada
umumnya? Apabila kita sudah mengetahui sasaran kita, maka kita
harus mengetahui bagaimana karakteristik siswa tersebut? Apakah
media yang kita gunakan memang diperlukan oleh mereka atau tidak?
Kita juga memikirkan materi apa yang perlu disajikan melalui media
itu supaya pada diri siswa terjadi perubahan perilaku yang nyata dan
sesuai yang diharapkan.
Dalam perencanaan sebuah media maka dibutuhkannya suatu
langkah-langkah yang nantinya bisa digunakan sebagai pedoman
dalam merancang media yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan
pengajaran. Langkah Pertama, adalah mengidentifikasi kebutuhan dan
karakteristik siswa. Sebuah perencanaan media tentunya harus
didasarkan atas kebutuhan need) siswa, apakah kebutuhan itu? Salah
satu indikator adanya kebutuhan karena di dalamnya terdapat
kesenjangan. Kesenjangan adalah ketidaksesuaian antara kenyataan
dengan harapan. Jadi, yang dimaksud kebutuhan dalam pembelajaran
adalah kesenjangan antara segala hal yang kita inginkan dengan apa
yang baru siswa miliki.
Misalnya, siswa SD diharapkan memiliki keterampilan dalam membaca,
menulis, dan berhitumh. Ternyata dalam kenyataannya mereka baru
dapat membaca saja, sehingga kebutuhannya adalah bagaimana supaya
mereka bisa menulis dan berhitung.Selain memperhatikan kebutuhan
142
siswa, kita juga perlu memperhatikan gaya belajar siswa atau learning
style. (Barbara B. Seels, 1994: 98). Beberapa learning style yang dapat
diidentifikasi dari siswa, yaitu: (a) Tactile/Kinesthetic. Hasil belajar
siswa akan optimal apabila disibukan dengan suatu aktivitas. (b)
Visual/Perseptual. Siswa memperoleh hasil belajar optimal dengan
penglihatan. (c) Auditory. Siswa lebih optimal hasil belajarnya apabila
ia mendengarkan.
Kedua, adalah perumusan tujuan. Dalam pembelajaran tujuan akan
menjadi arah kepada siswa untuk melakukan perilaku yang diharapkan
dengan tujuan tersebut. Contohnya: dengan menggunakan gambar, siswa
SD diharapkan memiliki pengetahuan untuk membedakan hewan
karnivora, herbivora, dan omnivora. Dengan tujuan tersebut baik guru
maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang
harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang
harus disiapkan guru, dan bagaimana cara menyampaikannya, sudah
tergambar dengan jelas. Sebagai patokan, dalam perumusan tujuan harus
memiliki ketentuan sebagai berikut:
(a) Learner Oriented. Perumusan tujuan harus selalu berorientasi pada
perilaku siswa, bukan perilaku guru. Contoh: Siswa sekolah dasar kelas
III dapat menyebutkan tiga jenis hewan yang tergolong herbivora
dengan benar.
(b) Operational. Perumusan tujuan harus dibuat secara spesifik dan
operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
(c) ABCD. Formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dengan
rumus ABCD (Baker: 1971). A = “Audience”, artinya sasaran. B
= “Behaviour”, artinya perilaku spesifik. C = “Conditioning”, artinya
143
keadaan yang harus dipenuhi. D = “Degree”, artinya batas minimal
ketercapaian.
Ketiga, adalah perumusan materi. Titik tolak perumusan materi
pembelajaran adalah dari rumusan tujuan. Materi berkaitan dengan
substansi isi pelajaran yang harus diberikan. Materi perlu disusun
dengan memperhatikan kriteria–kriteria tertentu, diantaranya:
(a) Sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya dan kesahihannya.
(b) Tingkat kepentingan (significant), dalam memilih materi perlu
dipertimbangkan pertanyaan sebagai berikut, sejauh mana materi
tersebut penting untuk dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan
mengapa? Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa
tersebut benar-benar yang dibutuhkannya.
(c) Kebermanfaatan (utility), kebermanfaatan yang dimaksud haruslah
dipandang dari dua sudut pandang yaitu kebermanfaatan secara
akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademis materi
harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif,
keterampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan
keseharian.
(d) Learnability, artinya sebuah program harus dimungkinkan untuk
dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah,
sulit ataupun sukar) dan bahan ajar tersebut layak digunakan sesuai
dengan kebutuhan setempat.
Keempat, perumusan alat pengukur keberhasilan. Pembelajaran yang
kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai
atau tidak? Untuk mengukur hal tersebut, maka diperlukan alat
144
pengukur hasil belajar berupa tes, penugasan atau daftar cek perilaku.
Yang perlu diukur adalah tiga kemampuan utama yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci dalam
tujuan.118
2.Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam bukunya Azhar Arsyad (2015: 74) juga dijelaskan bahwa kriteria
pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran
merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Maka
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut :119
a. Sesuai dengan tujuan
Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan instruksional
dimana akan lebih baik jika mengacu setidaknya dua dari tiga ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan agar media
pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari
tujuan. Media pembelajaran juga bukan hanya mampu
mempengaruhi aspek intelegensi siswa, namun juga aspek lain yaitu
sikap dan perbuatan.
Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip, dan
Generalisasi. Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang
melalui media pembelajaran, terkadang harus disajikan dalam
konsep atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru kemudian
disertakan penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan
118
Hernawan A.H , Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS,
2007), hal. 28
119
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., Hal.74
145
khusus dari siswa untuk memahami hingga menganalisis materi
yang disajikan. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu
diselaraskan menurut kemampuan dan kebutuhan siswa dalam
mendalami isi materi.
b. Praktik, Luwes, dan Bertahan
Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu
berbasis teknologi. Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang
sederhana namun secara tepat guna akan lebih efektif dibandingkan
media pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah
dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta
dapat digunakan secara terus menerus patut menjadi salah satu
pertimbangan utama dalam memilih media pembelajaran.
c. Mampu dan Terampil Menggunakan
Apapun media yang dipilih. guru harus mampu menggunakan
media tersebut. Nilai dan manfaat media pembelajaran sangat
ditentukan oleh bagaimana keterampilan guru menggunakan media
pembelajaran tersebut. Keterampilan penggunaan media
pembelajaran ini juga nantinya dapat diturunkan kepada siswa
sehingga siswa juga mampu terampil menggunakan media
pembelajaran yang dipilih.
d. Pengelompokan Sasaran
Siswa terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen. Antara
kelompok satu dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu
pemilihan media pembelajaran tidak dapat disama ratakan, memang
untuk media pembelajaran tertentu yang bersifat universal masih
dapat digunakan, namun untuk yang lebih khusus masing-masing
146
kelompok belajar harus dipertimbangkan pemilihan media
pembelajaran untuk masing-masing kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar siswa
sebagai sasaran ini misalnya besar kecil kelompok yang bisa
digolongkan menjadi 4 yaitu kelompok besar, kelompok sedang,
kelompok kecil, dan perorangan. Latar belakang secara umum tiap
kelompok perli diperhatikan seperti latar belakang ekonomi, sosial,
budaya, dan lain-lain. Kemampuan belajar masing-masing siswa
dalam kelompok juga wajib diperhatikan untuk memilih mana
media pembelajaran yang tepat untuk dipilih.
e. Mutu Teknis
Pemilihan media yang akan digunakan harum memenuhi
persyaratan teknis tertentu. Guru tidak bisa asal begitu saja
menentukan media pembelajaran meskipun sudah memenuhi
kriteria sebelumnya. Tiap produk yang dijadikan media
pembelajaran tentu memiliki standar tertentu agar produk tersebut
laik digunakan, jika produk tersebut belum memiliki standar khusus
guru harus mampu menentukan standar untuk produk tersebut agar
dapat digunakan untuk media pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran yang memperhatikan kriteria-kriteria tersebut akan
menghasilkan atau menemukan media pembelajaran yang
berkualitas dan sesuai atau tepat digunakan untuk masing-masing
materi pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih juga mampu
dengan mudah membantu guru menyampaikan materi kepada siswa,
siswa juga dapat lebih mudah menerima dan memahami materi
147
pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran yang sudah
dipilih berdasarkan kriteria diatas.
Beberapa nilai tambah lain juga bisa didapat jika tepat dalam
pemilihan media pembelajaran. Misalnya saja siswa mampu
menambah atau meningkatkan keterampilan tertentu seperti
mendengarkan dan konsentrasi. Dari segi keekonomisan pemilihan
media pembelajaran yang mampu digunakan berkali-kali juga
sangat dapat menekan biaya atau anggaran untuk pengadaan dan
produksi media pembelajaran.
148
BAB IX
A. Pengertian Multimedia
Multimedia, ditinjau dari bahasanya, teridiri dari 2 kata, yaitu
multi dan media. Multi memiliki arti banyak atau lebih dari satu.
Sedangkan media merupakan bentuk jamak dari medium, juga
diartikan sebagai saran, wadah, atau alat. Istilah multimedia sendiri
dapat diartikan sebagai transmisi data dan manipulasi semua
bentuk informasi, baik berbentuk kata-kata, gambar, video, musik,
angka, atau tulisan tangan dimana dalam dunia komputer, bentuk
infomasi tersebut diolah dari dan dalam bentuk data digital.120
Multimedia menurut para ahli dalam industri elektronika: 121
1. Menurut Rosch, multimedia adalah kombinasi dari komputer dan
video.
2. Menurut Mc Cormick, multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga
elemen, yaitu suara, gambar dan teks.
3. Menurut Turban dkk, multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua
media input atau output dari data, media ini dapat audio, animasi,
video, teks, grafik dan gambar.
120
Darma dkk, Buku Pintar Menguasai Multimedia, (Jakarta: Mediakita,
2009), hal. 1
121
M. Suyanto, Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan
Bersaing, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005), hal. 20
149
4. Menurut Robin dan Linda, multimedia merupakan alat yang dapat
menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video.
Definisi yang lain dari multimedia, yaitu dengan
menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh
Hofstetter, multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat
dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan
animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan
pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan
berkomunikasi. Dalam definisi ini terkandung empat komponen
penting multimedia. Pertama, harus ada komputer yang
mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar, yang berinteraksi
dengan kita. Kedua, harus ada link yang menghubungkan kita dengan
informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu kita,
menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung. Keempat,
multimedia menyediakan tempat kepada kita untuk mengumpulkan,
memproses, dan mengkomunikasikan informasi dan ide kita sendiri.
Jika salah satu komponen tidak ada, maka bukan multimedia dalam arti
yang luas namanya. Misalnya, jika tidak ada komputer untuk
berinteraksi, maka itu namanya media campuran, bukan multimedia.
Jika tidak ada link yang menghadirkan sebuah struktur dan dimensi,
maka namanya rak buku, bukan multimedia. Kalau tidak ada alat
navigasi yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan
maka itu namanya film, bukan multimedia. Demikian juga jika kita
tidak mempunyai ruang untuk berkreasi dan menyumbangkan ide
sendiri, maka namanya televisi, bukan multimedia. Dari beberapa
150
definisi di atas, mka multimedia ada yang online (internet) dan
multimedia ada yang offline (tradisional). 122
133
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 162
157
belajar di dalam kelas, memberikan kesempatan pengajar untuk
berimprovisasi dalam memberikan presentasi tanpa harus
menyentuh komputer/laptop.134
4. Jaringan (Network)
Dengan kemajuan teknologi dan sistem telekomunikasi
memungkinkan pengguna komputer untuk menghubungkan antar
komputer satu sama lainnya dengan menggunakan protokol
komunikasi melalui media transmisi setelah beberapa komputer
tersebut terhubung maka akan memungkinkan saling berbagi data,
proses informasi dan dapat menggunakan software maupun
hardware bersama-sama serta dapat menjadi sarana komunikasi
antara pengguna.135
Secara umum bentuk jaringan komputer dibedakan
136
berdasarkan area kerja yaitu:
a. Jaringan Area Lokal (LAN)
Jaringan yang paling sederhana adalah jaringan area local
(LAN). Jaringan ini menghubungkan komputer dalam area
terbatas, biasanya gedung, kantor, atau laboratorium. Jaringan ini
dioperasikan suatu lembaga tanpa menggunakan fasilitas dari
perusahaan telekomunikasi umum.
b.Jaringan Area Luas (WAN)
Jaringan yang menjangkau di luar dinding sebuah ruangan
atau bangunan disebut jaringan area luas (WAN). Sebagian WAN
134
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 162
135
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 164
136
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 164
158
menggunakan konfigurasi kabel keras; sebuah jaringan ke
seluruh kampus yang menghubungkan semua gedung melalui
sistem kabel atau serat adalah salah satu contoh.
Media transmisi dalam membangun sebuah jaringan
komputer ada dua macam yaitu gelombang elektromagnetik dan
kabe. Jaringan yang berbasis elektromagnetik memanfaatkan
gelombang radio, infra red, dan wi-fi, meski instalasinya mudah
tapi jaringan ini masih tergolong mahal. Sedangkan jaringan
dengan kabel kendalanya tidak bisa menjangkau cakupan area
yang mesipkun biaya tergolong murah.
5. Internet ( Internasional Network)
Internet, atau international networking didefinisikan dua
komputer atau lebih yang memiliki konektivitas membentuk
jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di dunia secara
global, yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Definisi
internet menurut Tracy Laquey adalah bahwa internet merupakan
jaringan komputer dari ribuan jaringan komputer yang menjangkau
jutaan orang di seluruh dunia.137
Internet adalah sebuah jaringan komputer yang
menghubungkan jutaan jaringan-jaringan kecil di seluruh dunia.
Pengguana bisa mengakses informasi apapun, tanpa memandang
tipe komputer yang mereka miliki karena protokol standar yang
memungkinkan semua komputer berkomunikasi satu sama lain.
Semua komputer pada jaringan internet membutuhkan kode unik
137
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan…, hal. 235
159
yang disebut IP address nomor IP ini terdiri dari 30 bit. Nomor IP
yang terdiri dari sederetan angka cukup sulit untuk diingat oleh
sebab itu disusun suatu sistem paralel dengan menggunakan
nama-nama domain.138
Pada dasarnya internet memberikan layanan yang
meliputi email, chatting, newgroup, WWW, internet telephony,
internet Fax, media sosial (facebook, twitter, blog).139
a. Email
Email merupakan jenis layanan internet yang paling
popular. Dengan menggunakan email seseorang dapat
mengirim atau menjawab berita mengirimkan file kepada
pemakai lain di manapun ia berada dan kapanpun ia mau.
Email juga dapat digunakan sebagai alamat pengiriman berita
(mailing list) yang diterima dari group diskusi yang diikuti.
Email semakin mudah didapat dimana sekarang banyak web
yang menyediakan email gratis misalnya Yahoo, Gmail dan
lain-lain.140
b. Chatting
Aplikasi ini semacam konferensi berbasis teks yang dapat
dilakukan secara real time dari berbagai tempat di seluruh duni.
Dalam chatting komunikasi hanya dilakukan dengan
menampilkan teks di layar komputer dimana setiap orang yang
mengikuti grup chatting itu dapat membaca topik dan ikut serta
138
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 168
139
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 170
140
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 170
160
dalam forum itu. Forum chatting yang biasa digunakan untuk
chatting pengguna internet antara lain Yahoo, Messenger
MSN.141
c. Newsgroup
Newsgroup merupakan sarana konferensi elektronik jarak
jauh bagi para pemakainya. Biasanya newsgroup didasarkan pada
hobi, profesi, alumni, dan lain-lai. Newsgroup ibarat tahapan
komunikasi dimana setiap orang bebas mencari informasi yang
dibutuhkan dan juga memberi informasi yang dimiliki. Settiap
orang bebas memberi komentar terhadap suatu masalah yang ada
dan komentar itu akan dibaca oleh seluruh pengguna newsgroup
itu web yang menyediakan newsgroup antara lain Yahoo, Gmail
dan lain-lain.142
d. WWW ( World Wide Web)
WWW atau Biasa disingkat Web merupakan aplikasi
internet yang paling banyak digunakan web mencangkup sumber
daya multimedia antara lain suara, gambar, video, dan animasi
sehingga aplikasi ini menjadi semacam sarana pengetahuan yang
interaktif.143
Web dibuat berdasarkan konsep hiperteks sehingga
protokol web disebut Protocol transfer hiperteks (HTTP). Web
141
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 171
142
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 171
143
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 171
161
terdiri atas dokumen yang disebut halaman web. Setiap koleksi
halaman individu disebut websit. Pengguna mengakses website
dengan menggunakan alamat (URL). URL berisi nama komputer
induk (server), nama domain direktori pada server, dan nama
halaman web. Melalui web pemakai dapat mencari informasi apa
saja di internet. Untuk memudahkan pencarian data maka
digunakan mesin pencari (search engine), search engine yang
populer antara lain Google, Yahoo, dan lain-lain.
e. Internet Telepon dan Fax
Internet telepon memungkinkan pengguna untuk berbicara
melalui internet ke pengguna Internet lainnya di seluruh dunia
dengan menggunakan peralatan dan program tertentu. Software
yang biasa digunakan antara lain skype dan lain-lain. Internet juga
dapat digunakan untuk transmisi fax, aplikasi ini mudah dan bisa
menekan biaya sebab pengiriman di manapun di seluruh dunia
biaya dihitung lokal.144
f. Sosial Media (Facebook)
Perkembangan dan penetrasi internet dewasa ini sudah
merambah ke berbagai pelosok, penetrasi ini banyak didukung
oleh kemampuan handphone untuk dapat di internet, dengan
semakin banyaknya pemakai tersebut menyebabkan situs
pertemanan semakin digemari, contoh yaitu semakin banyaknya
pemakai facebook, twitter, instagram, dan lain-lain.145
5. Media Pembelajaran Online atau E-Learning
144
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 172
145
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 173
162
Media pembelajaran online atau yang biasa disebut e-
learning mengandung pengertian suatu proses pembelajaran yang
menggunakan elektronik sebagai media pembelajaran. Menurut
Purba 2002 e-learning adalah sebuah bentuk teknologi informasi
yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.
Karakteristik e-learning, antara lain: 146
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik dimana guru dan siswa
dapat berkomunikasi dengan relative mudah.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan
computer networks).
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning
materials) disimpan di computer sehingga dapat diakses oleh guru
dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya.
d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan
belajar, dan hal – hal yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di komputer.
Tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning yaitu:
Pertama,e-learning bersifat jaringan, yang membuat mampu
memperbaiki secara cepat, menyimpan atau menyimpulkan
kembali, mendistribusikan dan sharing dalam pelajaran dan
informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui
computer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga,
e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
146
Chandrawati dan Sri Rahayu, Pemanfaatan e-Learning Dalam
Pembelajaran, Jurnal Untan, Vol.8, No.2, September 2010, hal. 4
163
solusi pembelajaran yang mengungguli paradigm tradisional dalam
pelatihan.147
147
Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers,2014), cet.5, hal. 349
148
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 181
149
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 182
164
pengajian online setiap jum’at malam, beberapa artikel tentang Islam,
ekonomi syariah, kitab kuning digital dan lain sebagainya. 150
150
Ali Mudlofir, Desain Pembelajaran Inovatif: Dari Teori ke
Praktik…, hal. 183
151
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT, (Jakarta: Kencana, 2017, hal. 199
152
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 199
165
penulisan ayat karena menulis secara manual menggunakan Microsoft
Word.153
6. Program Penghitungan Zakat
Program ini adalah program yang membantu umat muslim untuk
menghitung zakat mal atau profesi yang dapat menentukan apakah ia
termasuk seorang yang berhak mengeluarkan zakat atau tidak.154
7. Program Waris
Program waris merupakan aplikasi penghitungan harta
warisan.155Hukum waris Islam berlaku bagi masyarakat Indonesia yang
beragama Islam dan diatur dalam Pasal 171-214 Kompilasi Hukum
Indonesia, yaitu materi hukum Islam yang ditulis dalam 229 pasal.
Dalam hukum waris Islam menganut prinsip kewarisan individual
bilateral, bukan kolektif maupun mayorat. Dengan demikian pewaris
bisa berasal dari pihak bapak atau ibu.
8. Program KV-Soft Flipbook
Program ini merupakan program pengembangan media
pembelajaran berbasis e-book karena dengan memahami program ini
siapa pun dapat membuat buku, kitab, mushaf, maupun gambar
menjadi format buku elektronik yang bisa dibuka dan dibaca
menggunakan computer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis
perangkat lunak profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk
seperti buku. Halaman yang dapat ditambah fungsi editing
memungkinkan anda untuk menanamkan video, gambar, audio,
153
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 200
154
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 202
155
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 204
166
hyperlink, hotspot dan objek multimedia ke halaman. Sehingga untuk
membuat halaman buku multimedia menjadi begitu mudah dengan
software ini.156
9. Program Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab
Program aplikasi Talking Now Arabic merupakan salah satu
program aplikasi pembelajaran bahasa Arab dengan 40 bahasa
terjemahan yang sangat memudahkan pembelajar bahasa Arab
memahami kosakata dan percakapan dalam berbagai situasi bahkan
pada program aplikasi yang lain seperti learn to speak Arabic
pembelajar dapat melatih berbicara dan membaca teks kemudian dicek
apakah intonasi dialek atau razia yang diucapkannya sudah seperti
orang Arab asli atau bukan.157
10. Book School Education dan e-book Arab
Electronic book yang kemudian disingkat dengan ibu merupakan
pengembangan buku berbasis elektronik yang memanfaatkan teknologi
informasi untuk memindahkan teks bacaan pada buku menjadi teks
elektronik yang bisa dibawa dan dibaca di mana dan kapan saja.158
156
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
ICT…, hal. 205
157
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 206
158
Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis ICT…, hal. 209
167
BAB X
PEMBELAJARAN
159
Sulfemi Wahyu Bagja, Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learnig (CTL) berbantu Media Miniatur Lingkungan Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar, (Jakarta: Visi Nusantara Maju 2019), hal. 73-74
168
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran
adalah kebutuhan siswa, sehingga guru dituntut untuk mampu memilih
tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan terukur. Dalam konteks
kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi tujuan pembelajaran itu
tiada lain dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yakni kemampuaan yang
harus dimilki oleh siswa. Kompetensi yang harus dicapai dirumuskan dalam
bentuk perubahan perilaku yan terukur yang kemudian dinamakan obyektif.
Penulisan perubahan tingkah laku sebagai obeyktif dikembangkan oleh
Merger dalam format ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki
kemampuan), Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharpkan
dimiliki), Condition (dalam situasi dan kondiis yang bagaimana subyek
dapat menunjukkan kemampuan sebaagaai hasil belajar yang telah
diperolehnya), Degree (kualitas dan kuantitas tingkah laku yang diharapkan
dicapai sebagai batas minimal).160
Oleh karena tujuan pembelajaran atau kompetensi merupakan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai, maka desainer pembelajaran harus
segera merumuskan item yang sessuai dengan tujuan yang dirumuskan.
160
Oemar Hamalik, KurikulumdanPembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Perkasa 2013), hal. 156
169
atau percobaan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan
sehubungan dengan uraian diatas yaitu tes, testing, tester dan
testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun
erat kaitannya dengan tes.161
1. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian.
2. Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau
saat pengambilan tes
3. Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi
untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
4. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang
pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang
berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah
alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai
cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau
tingklah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya
berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu
perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua
orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah
suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau kelompok, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan
satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia
pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara
161
Subino, Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori
Tes Dan Pengukuran, (Jakarta : Depdikbud 1997), hal. 79
170
yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan
tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi peserta didik.
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh
siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam
tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitutes lisan, tes
tulisan, dantes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam
pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal
atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan
tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan tes
lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka
antara guru dan murid. Sedangkan, tes perbuatan mengacu pada
proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja.
Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta
didik.162
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes
dibagi menjadi dua bagian yakni :
a. Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan
terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban
tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat
162
Subino, Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori
Tes Dan Pengukuran..., hal. 94
171
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau
mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. menyatakan
bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan
dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas
butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan
jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk
jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak
membatasi, baik isi maupun jawaban.163
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah
disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam
bentuk, antara lain ;
1). Tes Betul-Salah (TrueFalse)
2). Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
3). Tes Menjodohkan (Matching)
4). Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai
kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif
dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan
bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang
sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat
sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan
dan kebaikan tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan
bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa Indonesia bagi
siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan
hasil belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
163
Subino, Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori
Tes Dan Pengukuran..., hal. 95
172
dan analisis, (2) mempunyai dampak belajar yang mendorong
siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat,
dan (3) jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah
tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive
domain. Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa
tidak dituntut untuk mengorganisasikan jawaban, karena
jawabannya sudah disediakan, (2) siswa ada kemungkinan dapat
menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap
proses berpikir dan bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif
yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih
kompleks. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund
menyatakan bahwa …objective test items can be used to measure
a variety of knowledge out come …the most generally useful is the
multiple choice items…but other items types also have a place.
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa item-item tes objektif
dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang
berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item
bentuk pilihan jamak, sementara itu, tipe item objektif yang
lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado mengemukakan
bahwa The usual objectians to objective test are that they are too
simple, that they do not require real thinking but simple memory,
and that they do not test the ability of the student to organize his
thought.
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa
keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidah
173
menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan
siswa dalam mengorganisasikan pikirannya. Padahal pada
tingkatan perguruan tinggi kemampuan untuk mengorganisasikan
pemikiran, mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan
kemampuan nalar yang ilmiah merupakan tuntutan yang ditujukan
kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi
Dilihat dari sudut waktu kapan dan untuk apa tes itu
dilakukan, maka tes hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tes
awal (pretest), tes akhir (posttest), dan entering behaviour test
Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar
mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan
mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada
proses belajar mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah
untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan,
hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk
menetapkan lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata
pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir atau ulangan umum.
Entering behaviour test adalah suatu tes yang berisikan
materi pelajaran atau kemampuan-kemampuan siswa yang harus
sudah dikuasai sebelum mereka menempuh suatu proses.
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi :
a. Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan
belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan
dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi
peserta didik adalah untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran. Merupakan
174
penguatan bagi peserta didik.Merupakan usaha perbaikan bagi siswa,
karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-
kelemahan yang dimilikinya.Peserta didik dapat mengetahui bagian
dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
b. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan
atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif
dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
c. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan
jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang
paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis
penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi
intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya.
Jadi terdapat banyak macam tes dalam sebuah pembelajaran
tergantung situasi dan kondisi untuk menyesuaikan dalam
pembelajarannya.
C. Evaluasi Pembelajaran
1.Pengertian
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi) pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar
175
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.164
Tes adalah proses pengambilan data yang berkaitan dengan bakat
intelegensi dan kemampuan, baik kemampuann kognitif maupun
psikomotor, serta dalam mengambil dta yang dirancang secara khusu.
Pengukuran dalah proses pemberian angka pada seseorang atau sesuatu
hal yang dimaksudkan untuk membedakan yingkst orang atau barang
mengenai hal yang diukur (Ebel).
Evaluasi dapat didefenisikan oleh beberapa ahli berikut ini:
a. Tyler, evaluasi sebagai proses pencarian informasi apakh tujuan
yangtelah ditentukan itu tercapai atau tidak
b. Suchman, evaluasi sebagai proses penentuan hasil yang dicapai oleh
beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan.
c. Stufflebeam evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan
pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.
2. Fungsi Evaluasi
Ada beberapa fungsi evaluasi, yakni:165
a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik siswa.
b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui
bagaimanaketercapaian siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentuk.
c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan
kurikulum.
164
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran..., hal. 156
165
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta:Kencana 2008), hal. 232
176
d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara
individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk
menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang
pekerjaan serta pengembangan karier.
e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya
dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang hendak dicapai.
Jadi berdasarkan uraian ditas evaluasi berfungsi sangat penting
dalam sebuah pembelajaran karena memberikan informasi sejauh mana
para siswa mengerti dalam sebuah pembelajaran, sehingga
memaksimalkan proses pembelajaran.
3. Ujian Nasional
Dewasa ini revolusi mental yang sedang digalakkan program
Pemerintahan sekarang menjadi pokok utama dalam pembangunan
karakter bangsa khususnya dalam bidang pendidikan. Penanaman
revolusi mental dapat dilakukan di bangku sekolah, minimal dari
pelaksanaan ujian nasional (UN) yang berintegritas tinggi.Mengingat
selama ini pelaksanaan UN yang hasilnya dijadikan standar kelulusan
lembaga pendidikan meninbulkan pro dan kontra. Terdapat beberapa
alasan bagi mereka yang pro dengan UN.
Pertama, UN merupakan alat untuk mendongkrak dan
meningkatkan kualitas pendidikan, dengan asumsi penyelenggaraan UN
dapat memacu kinerja sekolah untuk mencapai standar kelulusan yang
ditetapkan pusat. Kedua, dalam sebuah negara yang begitu luas dengan
berbagai karakteristik dan budaya yang berbeda, UN dapat dianggap
sebagai kontrol dan alat pemersatu bangsa. Ketiga, melalui
penyelenggaraan UN dapat meningkatkan persaingan antar sekolah dan
177
ujung-ujungnya dapat menumbuhkan persaingan antar daerah dalam
meningkatkan kinerjanya.Keempat, UN dapat juga dijadikan alat
akuntabilitas pendidikan dewasa ini kepada msyarakat.
Alasan-alasan tersebut memang rasional. Melalui UN sekolah
akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan harapan tidak adanya
siswa yang tidak lulus. Namun demikian, pada kenyataannya upaya
sekolah tidak diikuti oleh tanggungjawab yang baik. Upaya untuk
meningkatkan kinerjanya agar tidak ada siswa yang tidak lulus diartikan
sebagai upaya meluluskan seluruh siswa bagaimanapun caranya.
Akhirnya berkembanglah praktik-praktik ketidakwajaran dalam
pelaksanaan UN.
Di negara maju seperti Amerika, seperti yang disampaikan
McMillan terdapat kritik terhadap ujian yang diwajibkan negara, bahwa
ujian negara akan membawa dampak negatif, yakni :
a. Menumpulkan kurikulum dengan penekanan lebih besar pada
hafalan ketimbang pda keahlian berfikir dan memecahkan masalah.
b. Mengajar demi ujian
c. Diskriminasi. Disadari atau tidak, kelulusan siswa yang ditentukan
oleh hasil UN, menimbulkan diskriminasi bagi siswa dan sekolah
khususnya siswa yang berasal dari kelas sosial ekonomi rendah,
serta sekolah yang ada di pedesaan yang baik dari kuantitas
maupun kualitas sarana dan prasarana jauh di bawah sekolah-
sekolah yang ada di kota.
d. Memerhatikan tiga hal yang menjadi kritik terhadap
penyelenggaraan ujian nasional, para desainer, dan perencanaan
pembelajaran, perlu memahami konteks evaluasi yang benar,
khususnya dalam evaluasi hasil belajar. Jangan sampai kita
178
terjebak pada sistem evaluasi yang hanya diarahkan untuk
mengejar tujuan sesat yakni tujuan asal lulus ujian nasional saja.
Oleh karena itu pengembangan alat evaluasi harus terus
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Dalam hal ini
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan
menuturkan akan pentingnya menanamkan nilai-nilai kejujuran di
bangku sekolah minimal dari pelaksanaan UN sehingga revolusi mental
dapat terwujud.166
Penekanan nilai integritas ini menjadikan hal yang berbeda
pada pelaksanaan UN tahun 2015. Selain menyampaikan angka prestasi
siswa, kata Mendikbud, pelaksanaan UN tahun ini juga memberikan
laporan nilai integritas setiap sekolah di kabupaten/kota kepada kepala
daerah masing-masing.Bagi sekolah yang memiliki nilai integritas
tinggi dalam penyelenggaraan UN, Mendikbud akan mengundang
masing-masing kepala sekolah dari sekolah-sekolah dimaksud sebagai
upaya memberikan apresiasi atas prestasi yang telah diraih.
166
Kemendikbud, http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/4195.
Diakses pada tanggal 22 April 2020, pukul 21.00 WIB.
179
BAB XI
A. Pengertian Penilaian
Evaluasi (penilaian) berasal dari bahasa Inggris
Evaluation, akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai
dalam bahasa arab disebut al-qimah atau al-taqdir. Dengan
demikian secara harfiah evaluasi pendidikan al-Taqdir al-
Tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam (bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan. Atau juga dapat diartikan sebagai proses
menentukan nilai suatu objek.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian penilaian
berdasarkan Terminologinya, diantaranya adalah,Evaluasi adalah
suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative
keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5).Edwin Wandt dan
Gerald W. Brown mengemukakan bahwa, Evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.Menurut Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu
aktifitas secara spontan dan incidental, melainkan kegiatan untuk
menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas
tujuan yang jelas. Penilaian berbeda dengan pengukuran
180
(measurement), karena pengukuran lebih bersifat kuantitatif.
Bahkan pengukuran merupakan instrument untuk melakukan
penilaian atau dengan kata lain pengukuran menjawab pertanyaan
“how much”, sedangkan penilaian menjawab pertanyaan “what
value”.167
B. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
1. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
PBK yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-
bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencaIPSan
kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan
melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus telah dicaIPS
disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.
2. Fungsi PBK
a. Bagi peserta Didik, dalam mewujudkan dirinya dalam merubah atau
mengembangkan penilaiannya degan mengubah atau mengembangkan
performans perilakunya kearah yang lebih baik (positif) dan maju
(progresif).Mendapatkan kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
b. Bagi Guru, menetapkan berbagai metode dan media yang relevan
dengan kompetensi yang akan dicaIPSpada proses pembelajaran
Agama.Membuat pertimbangan dan keputusan administratife.168
3. Tujuan PBK
167
Elizabeth, cathy grace, Pintar Membuat Portofolio , (Jakarta: Erlangga group,
2006), hlm. 46.
168
Iim wasliman,noman somantri, Portofolio Dalam Pembelajaran, (bandung: remaja
rosdakarya, 2009). hlm. 91
181
Secara Umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan
adalah:Mengetahui kemajuan belajar peserta didik, baik sebagai
individu maupun anggota kelompok/kelas seteah ia mengikuti
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Mengetahui tingkat efektifitas
dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan
guru dalam jangka waktu tertentu. Menentukan tindak lanjut dari
kegiatan pembelajaran bagi peserta didik.
Sedangkan Tujuan Khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah, untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan. untuk mencari dan menemukan
factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta
didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan
ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.169
4. Bentuk Penilaian PBK
Ada beberapa bentuk penilaian berbasis kelas, diantaranya:170
a. Kuis; digunakan untuk menenyakan hal-hal yang prinsip
daripelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian
singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran. Hal ini dilakukan agar
peserta didik mempunyai pemahaman yang cukup
mengenaipelajaran yang diterima, sekaligus juga untuk membantu
huubungan antara pelajaranyang lalu dengan yang akan dipelajari
(apresiasi).
b. Pertanyaan Lisan di kelas; digunakan untuk mengungkapkan
penguasaan peserta didik tentang pemahaman mengenai fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang berkaitan dengan mata pelajaran
169
Iim wasliman,noman somantri, Portofolio Dalam Pembelajaran…, hlm. 92-93
170
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN Maliki Press, 2010). hlm. 101.
182
yang dipelajari. Dengan ini diharapkan para peserta didik
mempunyai bangunan keilmuan dan landasan yang kokoh untuk
mempelajari materi berikutnya.
c. Ulangan Harian; dilakukan secara periodic pada akhir
pengembangan kompetensi, untuk mengungkapkan penguasaan
ognitif peserta didik, sekaligus untuk menilai keberhasilan pengguna
berbagai perangkat pendukung pembelajaran.
d. Tugas Individu; dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh
setiap peserta didik dan dapat berupa tugas di madrasah (kelas) dan
di rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkapkan
kemampuan teoritis dan praktispenguasaan hasil penilaian dalam
penggunaan media, metode, strategi, dan prosedur tertentu.
e. Tugas Kelompok; digunakan untuk menilai kemampuan kerja
kelompok dalam upaya pemecahan masalah, sekaligus juga untuk
membangun sikap kebersamaan pada diri peserta didik. Tugas
kelompok ini akan lebih baik kalau diarahkan pada penyelesaian
mengenai hal-hal yang bersifat empiric dan kesuistik. Jika mungkin
kelompok peserta didik diminta melakukan pengamatan langsung
atau merancanakan sesuatu proyek dengan menggunakan data
informasi dari lapangan.
f. Ulangan Semester; digunakan untuk menilai penguasaan
kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang
disajikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkankompetensi dasar,
hasil belajar dan indicator pencaIPSan hasil belajar yang
dikembangkan dalam semesteryang bersangkutan.
183
g. Ulangan Kenaikan Kelas; digunakan untuk mengetahui ketuntasan
peserta didik dalam menguasai materipada suatu bidang studi
tertentu satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus
mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai
aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain yang
relevan.
h. Responsi atau Ujian Praktik; dipakai untuk mata pelajaran yang
ada praktiknya, seperti Fiqih Ibadah dan Bahasa Arab, yaitu untuk
mengetahuipenguasaan akhir baik dari segi kognitif, efektif, maupun
psikomotoriknya.171
5. Prinsip Umum PBK
Sebagai kurikilum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK
dipengaruhi oleh berbagai factor dan komponen yang ada
didalamnya. Namun demikian, guru mata pelajari IPS mempunyai
posisi sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan
kegiatan penilaian. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus
memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:172
a. Valid, PBK harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan
menggunakan jenis tes yang terpercaya atau shahih. Artinya,
adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan
sasaran pengukuran.
b. Mendidik, PBK harus memberikan sumbangan positif pada
pencaian hasil belajar peserta didik.
171
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rusda Karya, 2010)
hlm.180.
172
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hlm. 187-209
184
c. Berorientasi pada kompetensi, PBK harus menilai pencaIPSan
kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat
pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan nilai yang terrefleksi
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
d. Adil dan Objektif, PBK harus mempertimbangkan rasa keadilan
dan objektifitas ppeserta didik, tanpa membeda-bedakan jenis
kelamin, latar belakng etnis, budaya, dan berbagai hal yang
memberikan kontribusi pada pelajaran.
e. Terbuka, PBK hendaknya dilakukan secara terbuka bagi
berbagai kalangan, sehingga keputusan tentang keberhasilan
peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa
ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan
semua pihak.
f. Berkesinambungan, PBK harus dilakukan secara terus-menerus
atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui
secara menyeluruh perkembangan peerta didik, sehingga
kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui
penilaian.
g. Menyeluruh, PBK harus dilakukan secara menyeluruh, yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotik serta
berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan
berbagai bukti hasil belajar peserta didik yang dapat
dipertanggungnjawabkan kepada semua pihak.
h. Bermakna, PBK diharapkan mempunyai makna yang signifikan
bagi semua pihak. untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami
dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
185
i. Persyaratan Penilaian, Penilaian dilakukan sesudah melakukan
pengukuran oleh karenanya agar penilaian itu tepat, maka hasil
pengukurannya juga harus akurat. Salah satu cara yang dapat
dilakukan agar hasil pengukuran tepat adalah alat ukurnya harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kesahihan, keandalan,
dan ekonomis.
Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
kesahihan isi yang dapat dilihat dari bhan yang diujikan, kesahihan
konstruk dilihat dari dimensi yang diukur, dan kesahihan kriteria
yang dapat dilihat dari daya prediksinya.
173
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Adi Mahastya, 2010). Hlm. 26.
186
diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan
indicator hasil belajar.
Hasil belajar merefleksi keluasan, kedalaman, dan kerumitan
(secara bertingkat), yang digambarkan secara jelas dan dapat
diukur dengan tehnik-tehnik penilaian tertentu. Perbedaan antara
kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan
kinerjapeserta didik yang dapat diukur. Indikator hasil belajar
dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik
dalam mencaIPS pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan seseorang, hasil
pengetesan tersebut perlu dilaporkan. Laporan tersebut dapat
diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, kepada orang
tua pesert didik, kepada kepala sekolah, dan sebagainya. Laporan
kepada masing-masing yang brkepentingan dengan hasil tes ini
sangat penting karena dapat memberikan informasi yang angat
berguna dalam rangka penentuan kebijaksanaan selanjutnya.174
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna
sesuai dengan tujuan ujian. Informasi atau data hasil pengukuran
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan system,
proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.
174
Ngalim Purwanto, Evaluasi Pengajaran, (Bandung; Remaja Rosdakarya,2002).
Hlm.60.
187
BAB XII
MENGENAL PERKEMBANGAN SISWA SEBAGAI SUBJEK
BELAJAR
177
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
252
189
dibandingkan dengan dirinya. Apa yang dilakukan oleh orang dewasa ia
akan mencontohnya. Semua itu adalah ekspresi ketidakberdayaan.
2. Peran Pendidikan Dalam Perkembangan Siswa
Dilihat dari perubahan yang terjadi setiap individu, ada dua
perubahan yang terjadi, yakni perubahan pada aspek jasamani atau fisik
dan perubahan psikopsikis (rohani). Perbahan fisik adalah perubahan
yang berkaitan dengan pertumbuhan terhadap organ-organ tubuh
manusia, perubahan ini dibatasi oleh waktu, dengan kata lain bahwa
pertumbuhan tersebut akan berhenti apabila telah sampai pada
kemantangan fisik.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada
material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
Perubahan kuanttatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahn dari
tidak ada mejadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menadi
banyak, dari sempit menjadi luas.178 Pertumbuhan berhubungan degan
perubahan yang terjadi pada aspek jasmani manusia (fisik).
Perkembangan merupakan perubahan fungsi-fungsi (psikopsikis)
setiap manusia kearah yang lebih baik dan sempurna. Apaila dilihat dari
aspek pertumbuhan dan perkembangannya, ini memiliki konsekuensi
kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang
diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk
pertunuhan fisik, misalnya bagaimana agar anak dapat mefungsikan
kakinya untuk bejalan ; bagaimana anak agar dapat memfungsikan
tangannya untuk memegang; bagaimana anak dapat memfungsikan
matanya untuk melihat dan lain sebagainya. Hal ini terus dilakukan
178
Mustaqin dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), hal. 24.
190
sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan memfungsikan
organ tubuhnya.
Menginjak pada masa usia TK proses pendidikan bukan hanya
sekedar melatih organ tubuhnya agar befungsi lebih sempurna , akan
tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai
berkembang, misalnya mengembngkan daya cipta, mengembangkan
keberanian, dan lain sebagainya melalui permainan-permainan yang
menantang serta melaui cerita-cerita khayalan untuk mengembangkan
kemampuan imajinasi anak.
Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju dunia
nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin
konkretkan, yang berari peran pendidikan bergeser dari memberi
bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental-
psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang
bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar.
Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan
berpikir abstrak. Segala yang diajarkan tidak lagi perlu dengan
menggunakan alat yang hanya berfungsi umtuk mengkonkretkan yang
diajarkan.
Mengembangkan kemampuan berpikir melalui pemanfaatan
potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpikir abstrak.
Pada tahapan ini, anak didorong untuk mampu memecahkan masalah
secara kritis dan logis serta anak didorong untuk secara aktif berkreasi
menemukan gagasan baru melalui proses berpikir kreatif.
Dengan demikian, gurupun harus siap dengan mengembangkan
perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk
191
mempermudah siswa belajar, idealnya pada usia perkembangan ini, anak
sudah bisa belajar mandiri; anak sudah memilki tanggung jawab untuk
keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan haya sebagai
sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
B. Bentuk perkembangan siswa
Untuk kepentingan pembelajaran, ada tiga bentuk perkembangan pada
setiap manusia yakni:179
1. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan
dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan
fisik yang luar biasa pada anak menjelang usia remaja, yakni antara
dua-tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu-dua puluh dua
tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang.
Perkembangan motorik anak berkembang dari mulai gerakan –gerakan
yang muncul secara ilmiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan
gerakan koordinasi antara gerakan fisik dan mental.
Ada tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan
motorik anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat
diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang tua dan
guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembanga sistem saraf. 2)
pertumbuhan otot-otot,dan 3) perubahan struktur jasmani. Faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan motorik anak adalah perubahan
struktur fisik anak, maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya
tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh.
2. Perkembangan kognitif
179
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran…, hal.
257
192
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan
dengan perilaku mental seseorang yang meliputi pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah. Perubahan
kognitif yaitu perkembangan yang terjadi pada intelegensi seseorang,
dengan adanya perkembangan intelegensi seseorang dapat memiliki
pemahaman yang semakin mendalam dan pengetahuan yang luas.
Pendidik sebagai orang yang membimbing anak didik dalam
kegiatan belajar harus memperhatikan perkembngan kognitif (intelegensi)
anak, agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkatan
intelegensi anak. Perkembangan intelegensi anak sangat dipengaruhi oleh
tingkatan umur. Tiap tingkatan umur akan memiliki tingkatan itelegensi
yang berbeda.
Untuk memahami perkembngan kognitif siswa, salah satu teori
yang banyak digunakn adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget
(1896-1980) adalah kemampuan kognitif merupakan suatua yang
fundamental yang mengarahkan dan memimbimg perilaku anak. Ada dua
konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembngan kognitif
dari piaget, yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur.
Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap
orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal.
Sedangkan, struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola
kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan.
193
Menurut Piaget, perkembngan kognitif setiap individu
berlansung dalam bebrapa tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-
tahapan tersebut terdiri dari atas 4 fase, yaitu:180
b. Sensori motor perkembangan dari 0-2 tahun.
Piaget percaya, selama dua tahun pertama kehidupan kita,
fokus utama kita tertuju pada sensasi fisik dan belajar
mengkoordinasikan tubuh kita. Kita belajar bahwa tindakan
tertentu mempunyai pengaruh khusus. Itulah sebabnya bayi merasa
terpesona ketika menyadari bahwa dirinya bisa menggerakkan
anggota-anggota badannya, lalu berlanjut dengan benda-benda
lain.
Selama tahun kedua kehidupannya, bayi sengaja
bereksperimen dengan berbagai tindakan untuk mengetahui
pengaruhnya. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia
kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu
tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya
mencari cara melakukan perbuatan diatas.
Selanjutnya, bayi dibawah umur 18 bulan belum memiliki
pengenalan object permanence. Artinya, benda apapun yang ia
tidak lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar selalu dianggap
tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada di tempat lain.
Namun, dalam rentang usia antara 18 - 24 bulan barulah
kemampuan mengenali object permanence anak tersebut muncul
secara bertahap dan sistematis sehingga, benda-benda mainan dan
orang-orang yang biasa berada disekitarnya (seperti ibu dan
180
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2010., hal. 68
194
pengasuhnya) akan ia cari dengan sungguh-sungguh bila ia
memerlukannya.
c. Pra-operasional mulai dari 2-7 tahun
Tahap Perkembangan ini menurut Piaget ditandai dengan
beberapa ciri. pertama, bermula pada adanya kesadaran dalam diri
anak tentang suatu objek. Kedua, pada fase ini kemampuan anak
dalam berbahasa mulai berkembang. Hal ini tentunya membuat
pemikiran anak lebih didasarkan pada pemikiran lambang yang
menggunakan bahasa daripada sensasi fisik, tetapi anak belum
banyak mengerti tentang aturan logika (karena itulah diebut pra-
operasional ).Ketiga, fase pra-operasional ini dinamakan juga fase
intuisi, sebab pada masa ini manusia mulai mengetahui perbedaan
antara objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau
kelasnya. Empat, pandangan terhadap dunia pada fase ini bersifat
“animistic” artinya, bahwa segala sesuatu yang bergerak di dunia
ini adalah “hidup”. Kelima, pada fase ini pengamatan dan
pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi
oleh sifatnya yang “egocentric”.
d. Operasional konkret mulai berkembang dari 7-11 tahun
Piaget melontarkan istilah concrete-operations(operasi-
konkret) untuk mendeskripsikan tahap berpikir “hands-on”
(konkret; melibatkan sentuhan fisik secara langsung), karateristik
dasar tahap ini adalah pengenalan stabilitas logis dunia fisik,
kesadaran bahwa elemen-elemen dapat diubah atau
ditransformasikan dan masih mempertahankan banyak diantara
195
karakteristik orisinilnya, dan pemahaman bahwa perubahan-
perubahan ini dapat dibalik.
196
dan tidak bisa dikontrol oleh orang. Karena aturan adalah sesuatu yang
mengikat dan mutlak yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.
Tahap kedua adalah tahap autonomous, yang berlangsung sejak usia
sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa
aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu perbuatan
niat si pelaku harus dipikirkan, oleh sebab itu tidak semua pelanggaran
aturan ada konsekuensi hukuman. Pada masa tujuh sampai sepuluh
tahun ini Piaget menanamkannya sebagai masa transisi, oleh karena itu
dua ciri tahapan akan mewarnai perilaku moral anak.181
182
Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya, Paradigma Baru Mengajar,
(Jakarta: Kencana, 2017), hal. 267-268
198
a. Gunakan pendekatan konstruktivitas. Senada dengan
pandangan aliran konstruktivistik. Piaget menekankan bahwa
anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif dan
mencari solusi sendiri. Piaget menentang metode yang
memperlakukan anak sebagai penerima pasif.
b. Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus
merancang siuasi yang membuat murid belajar dengan
bertindak (learning by doing). Situasi seperti ini akan
meningkatkan pemikiran dan penemuan murid. Guru
mendengar, mengamati, dan mengajukan pertanyaan kepada
murid agar mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
c. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pikiran anak.murid
tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong. Mereka punya
banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam. Mereka punya
konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan kausalitas.
d. Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh
individu tidak dapat diukur dengan tes standar. Penilaian
matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan hasil
akhir), pertemuan individual dimana murid mendiskusikan
strategi pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis
oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai
alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
e. Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Menuru tpiaget,
pembelajaran anak harus berjalan secara alamiah. Anak tidak
boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di
awal perkembangan mereka sebelum mereka siap.
199
f. Jadikan ruang kelas menjadi ruangan eksplorasi dan
penemuan. Kelas bukanlah tempat duduk, mencatat, dan
mendengarkan penjelasan guru. Tapi kelas adalah tempat
untuk melakukan proses belajar, memecahkan masalah
melalui proses diskusi dan berargumentasi.
3. Pendidikan Moral Siswa
Pendidikan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
proses pendidikan. Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
pendidikan moral, yakni pendidikan karakter, klarifikasi nilai dan
pendidikan moral kognitif.183Pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang bersentuhan lansung dengan pembentukan moral
anak. Pendidikan karakter adalah proses mengajari anak dengan
pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka meakukan tindakan-
tindakan tak bermoral yang membahayakan orang lain dan
membahayakan dirinya sendiri sepertu perilaku berbohong, menipu
dan mencuri.184
Pendidikan moral merupakan pendidikan dasar bagi anak didik
agar ia dapat bertingkah laku dengan nilai-nilai atau norma. Dengan
pendidikan moral yang ditanamkan dalam jiwa anak maka ia bisa
membedakan hal-hal yang negatif dan positif. Pendidikan moral
kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa
murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan saat
moral mereka sedang berkembang.185
183
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.167
184
Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya, Paradigma Baru Mengajar…,
hal 268
185
Anita Woolfolk, Educational Psychology Active Learning Edition,
(Yoyakarta: Pustaka Belajar; 2000), hal. 55
200
Pendidikan demokrasi harus diberikan pada anak didik
berbarengan dengan pendidikan moral, pendidikan tersebut bertujuan
agar anak didik memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai manusia yang
hidup secara bermasayrakat. Beberapa hal yang perlu dapat membantu
perkembangan moral anak dalam proses pendidikan disekolah seperti
yang dikemukakan Honing dan Witter (1996) adalah sebagai
berikut:186
a. Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
b. Jadilah contoh perilaku prososial.
c. Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku
antisocial.
d. Bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan
orang lain.
e. Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang dapat
meningkatkan altruisme.
186
Wasty Soetomo, Psikologi Pendidikan, (Malang: Rineka Cipta,
2002), hal. 126.
201
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
202
Nama Lengkap : Jihani Monika
NIM : 1820202115
TTL : Batam, 18 Januari
2000
Alamat Sekarang : Sukabangun 2,
Palembang
203
20 Ilir, kec. IT 1,
Palembang
Nama Lengkap : Kinanti Oktavia
NIM : 1820202119
TTL : Ujung Tanjung, 02
Oktober 2000
Alamat Sekarang : Lr. PMD Gang Jaya 1
204
Nama Lengkap : Lutfiah Hasanah
NIM : 1820202122
TTL : Palembang, 14
September 2000
Alamat Sekarang : Jl. Setunggal Lr.
Sekolah 2 No. 69,
Palembang
205
Daftar Pustaka
Abu, Ahmadi dan Tri, Prastya Joko. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia.
206
Pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI. Jakarta:
Kencana Presnadamedia Group.
207
Fathurrohman, Muhammad. 2016. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
208
Jaya, Farida. 2009. Diktat Perencanaan Pembelajaran. Medan: IAIN Press.
210
Rahmani, Naila Fauzia. 2014. Skripsi: Pengembangan Media Interaktif
Powerpoint Pembelajaran Wayang untuk Siswa SMP kelas VIII D.I
Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.
211
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
212
Subino. 1997. Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori
Tes Dan Pengukuran. Jakarta : Depdikbud
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV.
Wacana Prima.
213
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.
214
Arifin Saddoen, http//moondoggiesmusic.com
http://tomindflys.blogspot.com/2009/01/penilaian-berbasis-kelas.html
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/4195
https://Ruangguruku.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran
Kemdikbud, https://fasilitasi.bpmtv.kemdikbud.go.id/konsep-dasar-media-
pembelajaran/
215
Sudirman,http://makalahpendidikan-
sudirman.blogspot.com/2012/02/klasifikasi-media-
pembelajaran.html
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Desain
216