SPESIFIKASI TEKNIS
1. PENDAHULUAN
1.1. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
1.2. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) tercantum pada Acuan
Normatif.
1.3. Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi
sambungan plastik, pipa PVC, pipa Galvanis lubang drainase, pekerjaan gebalan rumput,
pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan, jalan penghubung
sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2. KETENTUAN UMUM
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2006, dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada
di darat.
1.2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas,
ataupun dibawah permukaan tanah.
1.3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.
1.4. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
1.5. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialoksikan dari
suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
1.6. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air irigasi.
1.7. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer
dan/atau jaringan sekunder.
1.8. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan
primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
1.9. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi
lahan pertanian pada saat diperlukan.
1.10. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan air yang
sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
1.11. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
Dinas PUPR KAB. JENEPONTO - Bidang Sumber Daya Air Spesifikasi : 1 / 24
1.12. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi.
1.13. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama,
saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.14. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.15. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung.
1.16. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari
sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk bangunan
didalamnya.
1.17. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah
bangunan pompa sampai lahan yang diari.
1.18. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat
desa atau pemerintah desa.
1.19. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan
air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
1.20. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian,
baik yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam
organisasi perkumpulan petani pemakai air.
1.21. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasiyang dibentuk oleh petani
pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
1.22. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1.23. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
1.24. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah kabupaten kota
lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.25. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan
air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.26. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari sumber
air untuk kepentingan pertanian.
1.27. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air dari
sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
1.28. Komisi Irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi,
dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
1.29. Komisi Irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah
provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna
jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi kabupaten/kota yang terkait.
3. LATAR BELAKANG
3.1. Sistim Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan Lainnya yang sesuai standar sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan
produksi beras pada Daerah-daerah Irigasi tersebut diatas dan sekaligus memudahkan
pelaksanaan Exploitasi dan Pemeliharaan (E&P) yang efektif dan efisien, sehingga
didapatkan tingkat maksimum usia teknis dan waktu dari Irigasi tersebut yang sesuai dengan
disain dan pelaksanaan program pola tanam dan tertib tanam, serta menjamin
pendayagunaan pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk meningkatkan
pendayagunaan areal irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi dalam upaya
mencapai kecukupan pangan yang berkesinambungan.
Oleh sebab itu diperlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah dan
perencanaan teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem pengelolaan air
yang baik, sehingga roda kehidupan dan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan
dan pengembangan lahan ada.
Maksud dan Tujuan pekerjaan Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa
dan Jaringan Pengairan Lainnya adalah untuk melaksanakan study, identifikasi, analisa data yang
tepat dan merancang Jaringan Irigasi pada daerah irigasi, rawa maupun tadah hujan yang akan
dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam program pelaksanaan rehabilitasi
jaringan irigasi yang efektif, di Kabupaten Jeneponto menjadi areal persawahan teknis lengkap yang
sesuai standar dengan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan dalam rangka pelaksanaan O & P
yang efisien. Untuk itu diperlukan peta daerah irigasi, peta skema jaringan, skema bangunan,
gambar-gambar profil memanjang dan melintang saluran.
5. SASARAN PEKERJAAN
Sasaran Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya Kabupaten Jeneponto adalah mendapatkan perencanaan pembangunan jaringan irigasi
termasuk bangunan-bangunannya secara teknis, sehingga dapat mencapai antara lain :
5.1. Membuat kembali sistem pengelolaan sumber air baku pada Jaringan Irigasi berdasarkan
potensi sumber daya air baku yang ada.
5.2. Menentukan letak, jumlah dan jenis bangunan-bangunan yang dapat dibangun disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
5.3. Sebagai acuan atau patokan teknis bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, dimana dilapangan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi
setempat.
6.1. Peserta Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Jeneponto Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kabupaten Jeneponto
Sumber Dana DAK/APBD Jeneponto Tahun Anggaran 2019, harus membaca dan
mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk
memahami benar- benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap
bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan
karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk , ketentuan
dalam gambar, atau pernyataan kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.
6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum pada bestek ini. Penjelasan yang tidak tercantum dalam syarat-syarat ini akan
ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau ditugaskan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Program Peningkatan
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Jeneponto.
7. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan yang direncanakan menjadi sasaran pekerjaan ini adalah meliputi 19 (Sembilan
belas) Daerah Irigasi di Kabupaten Jeneponto, antara lain :
7.1. Rehabilitasi Daerah Irigasi Allu.
8. LINGKUP PEKERJAAN
9.1.1. Tenaga yang cukup dan ahli sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditugaskan.
9.1.2. Bahan lain yang cukup dan berkualitas baik yang didatangkan ke tempat pekerjaan
tepat pada waktunya sehingga pekerjaan bisa berlangsung sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
9.1.4. Pekerjaaan harus diselesaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan yang
tertera dalam uraian dan syarat–syarat gambar serta keputusan Direksi
Sebelum memulai pekerjaan yang ada dalam kontrak, kontraktor diharuskan terlebih dahulu
membersihkan lokasi pekerjaan dari segala macam tumbuh-tumbuhan dan rintangan yang
terdapat disekitar daerah tersebut, demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan
pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon,
semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain sebagainya.
Kontraktor harus membuat Direksi Keet sebagai pelayanan Kantor dari Kontraktor, Barak
Kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan barang-barang yang dapat dikunci dan
tempatnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas, dimana pembongkaran
bangunan Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek pada setiap lokasi pekerjaan. Bedeng kerja
pada lokasi pekerjaan.
Kontraktor harus menggunakan alat angkut yang sesuai dengan karakter peralatan dan
bahan-bahan yang diangkut serta kondisi lokasi yang dilalui.
10.7.1. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan.
10.7.2. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Bar Chart / S Curve.
10.7.3. Network Planning.
10.7.4. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja dan Personil Inti.
10.7.5. Jadwal Pengadaan Bahan Material.
10.7.6. Jadwal Penggunaan Peralatan.
Bagian-bagian yang disebutkan diatas 1 s/d 3 harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Proyek sebagai dasar / patokan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong
wajib mengikutinya.
10.8.1. Semua bahan & barang untuk proyek ini harus memenuhi standar / mutu yang
disebut dalam gambar rencana & RKS. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik
pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan
standard minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang digunakan.
10.8.2. Bila Direksi Proyek meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat
mengeluarkan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat mengeluarkan
perintah untuk mengadakan pengujian melalui test laboratorium atas biaya
Pemborong.
10.8.3. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui
Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum
pekerjaannya dimulai.
10.8.4. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka bahan dan
barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
nanti.
10.8.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk dijadikan
dasar penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
10.8.6. Dalam pengajuan harga penawaran. Pemborong harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.
10.8.7. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula atas
biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Direksi
Teknis.
10.8.9. Direksi Proyek akan mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan bahan / barang
yang tidak disetujui dalam tempo 1 x 24 jam keluar lapangan pekerjaan, atas biaya
Pemborong.
10.9.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan
persetujuan untuk dasar pekerjaan selanjutnya.
10.9.5. Mengingat setiap kesalahan selalu mempengaruhi Mengingat setip kesalahan selalu
akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan
ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Pemborong
dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi Proyek berhak membongkar pekerjaan atas
biaya Pemborong.
10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak
dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan
Direksi Proyek.
a) Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan
lokasi pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
b) Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum
pekerjaan terdahulu disetujui Pengawas.
c) Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan
oleh Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan
pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung.
Lokasi penumpukan harus disetujui Pengawas.
d) Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal
14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
e) Urugan kembali lubang pondasi / pasangan harus dilakukan dengan
persetujuan Pengawas.
f) Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan tiap-tiap lapis dipadatkan,
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk
memadatkan urugan maupun daerah galian. Bila tingkat pemadatan tidak
memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai pemadatan sesuai
ketentuan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan
dengan baik harus disingkirkan dan atau harus dipadatkan kembali sesuai
petunjuk Pengawas.
b) Contoh Bahan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, Pasir, Split (Kerikil) atau Besi Tulangan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
c) Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan
dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
d) Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengecoran.
a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya
yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor sendiri.
a) Mutu Beton.
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah sesuai
dengan gambar kerja yakni beton K175, dan harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam PBI 1971. Adapun beton ini dipakai untuk pekerjaan
sloof, kolom praktis, ring balok, pondasi, lantai, dan lain-lain seuai dengan
gambar kerja.
b) Semen.
Semen harus dari Type I dan memenuhi persyaratan SII-0013. Sebelum
pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan. Semen
harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan dari
Pengawas.
d) Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas
dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan
anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia
tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah
disebutkan di atas, harus diuji dan disetujui Pengawas.
e) Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter ≤ 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan
besi U24 =2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136. Untuk besi dengan
diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U32 = 3200
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.
a) Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kaitkait dan pembuatan sengkang ( ring ) persyaratannya
harus sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama
disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang
digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2
(dua) % diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari
serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat pembuatannya.
Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy
daftar besi tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan
persetujuan sebelum mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan
mutu besi tulangan harus sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar
tulangan tersebut.
a) Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
b) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
11.2.7. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap dijamin sesuai dengan
persyaratan.
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kali, seperti pondasi, turap
dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan ini meliputi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan sesuai batas,
tingkat, bagian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
a) Contoh Bahan.
Contoh bahan batu seberat minimal 5 kg dengan ukuran terpanjang maksimal
15 cm, harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk disetujui.
b) Gambar Detail Pelaksanaan.Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
membuat Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, elevasi,
kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui Pengawas
Lapangan.
a) Batu Kali.
Batu kali harus memiliki sisi terpanjang berukuran maksimal 15 cm, dan emiliki
minimal 3 bidang kontak. Batu kali harus keras bersifat kekal dan tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak.
Tebal adukan dan/atau pelesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas.
11.4.8. Pengacian.
11.4.9. Pemeriksaan.
Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa. Kontraktor setiap waktu
harus member kemudahan kepada Pengawas untuk dapat memeriksa pada bagian
yang telah diselesaikan. Bagian yang ditemukan tidak memuaskan; seperti pada
plesteran dan acian yang tidak sempurna dan retak akibat kelalaian kontraktor
terutama pada bagian pemasangan instalasi yang tertanam atau pada pemasangan
pintu & jendela dan pada bagian lainnya; harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara
yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek. Lainnya
12.1. Umum
12.1.1. Bila tidak ditentukan hal lain, Rekanan harus memasang semua pipa, benda
khusus,sambungan, penyangga baut, mur, packing, bahan penyambung dan
perlengkapan lainnya sesuai gambar dan persyaratan ini guna menghasilkan
pemasangan yang mudah dilaksanakan serta menyeluruh.
12.1.2. Bila detail penyangga pipa bergambar, maka penunjang itu harus mengikutinya. Dan
terpasang seperti yang ditunjukkan, sedemikian rupa sehingga penyangga pipa
tampak (tidak di dalam tanah), harus lengkap dan betul, sekalipun perlengkapan
penunjang tersebut ada atau tidak tergambar secara khusus harus dipasang pula di
mana ditentukan balok bantalan dan penyambung yang memakai pengekang.
12.1.3. Pada waktu pekerjaan pemasangan pipa terhenti, maka semua lubang dan ujung
pipa didalam galian atau pada sesuatu bangunan harus ditutup rapat-rapat guna
menghindari dimasuki oleh binatang atau benda-benda asing.
12.1.4. Rekanan harus hati-hati menjaga agar pipa tidak terapung naik bila air dari suatu
tempat masuk ke dalam lubang galian, dan bertanggung jawab penuh atas
kerusakan yang ditimbulkan karenanya serta atas tanggungan biaya oleh dirinya
sendiri, memperbaiki dan mendudukan pipa kembali dalam keadaan dan kemiringan
yang telah ditentukan, bila tergeser akibat apungan tersebut.
12.1.5. Rekanan harus menajaga agar pipa bagian dari barang-barang asing, bersih dan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, sampai tiba waktunya serah
terima dengan employer.
12.2. Galian
12.2.1 Galian termasuk penyingkiran bahan (galian)apapun sifatnya yang dijumpainya,
rintangan yang bersifat bagaimanapun yang akan mengganggu pelaksanaan dan
penyelesaiannya yang sebagaimana mestinya.
12.2.2 Galian di dekat pohon.
Pepohonan harus terlindungi dan tidak rusak selama pelaksanaan pekerjaan serta
tidak ada sebatang pohonpun yang dibuang tanpa ijin Engineer. Tidak boleh ada
akar pohon yang lebih dari 5 cm terpotong tanpa ijin lisan Engineer. Pepohonan
harus ditunjang selam pelaksanaan sesuai petunjuk Engineer.
12.2.1 Pembuangan bahan (galian) tersebut mengikuti garis ketinggian seperti tertera
dalam gambar apa yang diperintahkan.
12.3. Bahan
12.3.1. Pipa Besi (Ductile Iron Pipe) atau Galvanis ini harus sesuai dengan persyaratan
“Pipa dan perlengkapannya dari besi untuk jalur pipa dibawah tekanan” (ISO-253)
atau standart Internasional lainnya yang dapat diterima yang meyakinkan bermutu
sama atau lebih dari standart tersebut.
12.3.2. Setiap bagian pipa harus direncanakan tahan terhadap uji tekan hidrolis minimal
sesuai ISO-2531. Uji tekan hidrolis harus dilakukan sebelum dilapisi atau sebelum
dipasang. Tekanan uji dilaksanakan selama 10 detik. Panjang pipa sesuai dengan
ISO-2531.
12.4. Pasangan
12.4.1. Pipa saluran dari besi dan benda sambungannya harus mempunyai pasangan
adukan semen. Tebal pasangan adukan semen untuk pipa 75-300 mm, tidak boleh
kurang dari 3 mm, untuk pipa 350-600 mm setebal 5 mm dan pipa 650 mm atau
lebih setebal 6 mm.
12.4.2. Benda sambungan mempunyai lapisan pasangan adukan semen atau aspal batu
bara tebal minimal 0,025 mm. Toleransi tebal pasangan semen lebih dari 3 mm pada
pipa dan lebih dari 6 mm pada benda sambungan, masih dapat dperbolehkan. Tidak
dibolehkan ada toleransi untuk pengurangan.
Ujung spigot diperiksa dengan ketelitian khusus karena di daerah tersebut sering terjadi
kerusakan berat akibat pengangkutan. Pipa atau benda sambungan yang rusak disisihkan
agar dapat diperiksa Engineer dan dibuatkan petunjuk cara memperbaikinya tau ditolaknya.
13.1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada petunjuk Teknis
dan ternyata diperlukan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.
13.2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan
akan dibicarakan dan diatur oleh Direksi dengan Kontraktor dan bila diperlukan akan
dibicarakan dengan pemberi tugas.
13.3. Meskipun dalam bestek pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan ini dinyatakan
kata- kata yang harus disediakan oleh Kontraktor tetapi disebutkan dalam penjelasan
pembangunan ini pekerjaan tersebut tetap dianggap ada di muat dalam bestek ini.
13.4. Pekerjaan yang dinyatakan menjadi bagian dari pekerjaan bangunan ini harus
diselenggarakan/dilaksanakan dan diselesaikan oleh Kontraktor, harus dianggap
seakan – akan pekerjaaan itu diuraikan dan dimuat dalam berstek ini, itu menuju
penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Pengelola Kegiatan.