Anda di halaman 1dari 24

1.

SPESIFIKASI TEKNIS

1. PENDAHULUAN

1.1. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
1.2. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) tercantum pada Acuan
Normatif.
1.3. Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi
sambungan plastik, pipa PVC, pipa Galvanis lubang drainase, pekerjaan gebalan rumput,
pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan, jalan penghubung
sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

2. KETENTUAN UMUM

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2006, dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada
di darat.
1.2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas,
ataupun dibawah permukaan tanah.
1.3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.
1.4. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
1.5. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialoksikan dari
suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
1.6. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air irigasi.
1.7. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer
dan/atau jaringan sekunder.
1.8. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan
primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
1.9. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi
lahan pertanian pada saat diperlukan.
1.10. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan air yang
sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
1.11. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
Dinas PUPR KAB. JENEPONTO - Bidang Sumber Daya Air Spesifikasi : 1 / 24
1.12. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi.
1.13. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama,
saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.14. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.15. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung.
1.16. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari
sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk bangunan
didalamnya.
1.17. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah
bangunan pompa sampai lahan yang diari.
1.18. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat
desa atau pemerintah desa.
1.19. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan
air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
1.20. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian,
baik yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam
organisasi perkumpulan petani pemakai air.
1.21. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasiyang dibentuk oleh petani
pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
1.22. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1.23. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
1.24. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah kabupaten kota
lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.25. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan
air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.26. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari sumber
air untuk kepentingan pertanian.
1.27. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air dari
sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
1.28. Komisi Irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi,
dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
1.29. Komisi Irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah
provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna
jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi kabupaten/kota yang terkait.

Dinas PUPR KAB. JENEPONTO - Bidang Pengairan Spesifikasi : 2 / 24


1.30. Komisi Irigasi antar provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan irigasi di suatu daerah irigasi
lintas provinsi.
1.31. Menteri adalah Menteri yang membidangi sumber daya air.
1.32. Dinas adalah Instansi Pemerintah Provinsi atau Pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi.
1.33. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
1.34. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah
tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
1.35. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi
yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi yang
sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
1.36. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
1.37. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk
kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, meyusun rencana tata tanam,
menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
1.38. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar
selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
1.39. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan
fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
1.40. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manjemen yang terstuktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan
pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin.

3. LATAR BELAKANG

3.1. Sistim Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan Lainnya yang sesuai standar sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan
produksi beras pada Daerah-daerah Irigasi tersebut diatas dan sekaligus memudahkan
pelaksanaan Exploitasi dan Pemeliharaan (E&P) yang efektif dan efisien, sehingga
didapatkan tingkat maksimum usia teknis dan waktu dari Irigasi tersebut yang sesuai dengan
disain dan pelaksanaan program pola tanam dan tertib tanam, serta menjamin
pendayagunaan pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk meningkatkan
pendayagunaan areal irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi dalam upaya
mencapai kecukupan pangan yang berkesinambungan.
Oleh sebab itu diperlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah dan
perencanaan teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem pengelolaan air
yang baik, sehingga roda kehidupan dan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan
dan pengembangan lahan ada.

3.2. Salah satu permasalahan dari permasalahan–permasalahan yang dihadapi bangsa


Indonesia pada Umumnya dan Khususnya di Kabupaten Jeneponto saat ini, adalah masalah
pangan. Masalah pangan ini secara umum diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang
tidak seimbang dengan perkembangan lahan tanaman pangan yang produktif. Hal ini
disebabkan:
3.2.1. Terjadinya Pertukaran Fungsi Lahan (Matching Of Area Function)
3.2.2. Terjadinya Keausan Lahan (Malfunction Area)
3.2.3. Perluasan Lahan Yang Lambat (Slowly Area Extensification)
3.2.4. Intensifikasi Yang Tidak Optimum (Unoptimum Intensification)
3.2.5. Dan Lain - Lain Sebagainya.

4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan pekerjaan Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa
dan Jaringan Pengairan Lainnya adalah untuk melaksanakan study, identifikasi, analisa data yang
tepat dan merancang Jaringan Irigasi pada daerah irigasi, rawa maupun tadah hujan yang akan
dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam program pelaksanaan rehabilitasi
jaringan irigasi yang efektif, di Kabupaten Jeneponto menjadi areal persawahan teknis lengkap yang
sesuai standar dengan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan dalam rangka pelaksanaan O & P
yang efisien. Untuk itu diperlukan peta daerah irigasi, peta skema jaringan, skema bangunan,
gambar-gambar profil memanjang dan melintang saluran.

5. SASARAN PEKERJAAN

Sasaran Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya Kabupaten Jeneponto adalah mendapatkan perencanaan pembangunan jaringan irigasi
termasuk bangunan-bangunannya secara teknis, sehingga dapat mencapai antara lain :
5.1. Membuat kembali sistem pengelolaan sumber air baku pada Jaringan Irigasi berdasarkan
potensi sumber daya air baku yang ada.
5.2. Menentukan letak, jumlah dan jenis bangunan-bangunan yang dapat dibangun disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.

5.3. Sebagai acuan atau patokan teknis bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, dimana dilapangan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi
setempat.

6. PETUNJUK DAN URAIAN UMUM

6.1. Peserta Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Jeneponto Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kabupaten Jeneponto
Sumber Dana DAK/APBD Jeneponto Tahun Anggaran 2019, harus membaca dan
mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini dengan seksama untuk
memahami benar- benar maksud dan isi dokumen tersebut secara keseluruhan maupun setiap
bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan
karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk , ketentuan
dalam gambar, atau pernyataan kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum pada bestek ini. Penjelasan yang tidak tercantum dalam syarat-syarat ini akan
ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau ditugaskan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Program Peningkatan
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Jeneponto.

7. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan yang direncanakan menjadi sasaran pekerjaan ini adalah meliputi 19 (Sembilan
belas) Daerah Irigasi di Kabupaten Jeneponto, antara lain :
7.1. Rehabilitasi Daerah Irigasi Allu.

7.2. Rehabilitasi Daerah Irigasi Beroanging.

7.3. Rehabilitasi Daerah Irigasi Kunjumange.

7.4. Rehabilitasi Daerah Irigasi Tappanjeng.

7.5. Rehabilitasi Daerah Irigasi Tino I.

7.6. Rehabilitasi Daerah Irigasi Bontosalama.

7.7. Rehabilitasi Daerah Irigasi Belang-Belang Togo Togo.

7.8. Rehabilitasi Daerah Irigasi Karisa II.

7.9. Rehabilitasi Daerah Irigasi Panreloe.

7.10. Rehabilitasi Daerah Irigasi Punaga I.

8. LINGKUP PEKERJAAN

8.1. Pekerjaan Persiapan, yang terdiri dari :


8.1.1. Mobilisasi & Demobilisasi
8.1.2. Pembuatan Jalan Sementara
8.1.3. Adm/Keamanan/P3K
8.1.4. Direksi keet
8.1.5. Pembersihan Lapangan
8.1.6. Pemasangan bowplank
8.1.7. Papan nama proyek
8.2. Pekerjaan Bendungan, terdiri dari :
8.2.1. Pekerjaan Galian Tanah.
8.2.2. Pekerjaan Timbunan Tanah.
a) Timbunan Tanah Dari Hasil Galian, dan
b) Timbunan Tanah Didatangkan (Timbunan Pilihan)
8.2.3. Pekerjaan Bekisting.
8.2.4. Pekerjaan Pasangan Batu 1 : 4
8.2.5. Pekerjaan Plesteran.
8.2.6. Pekerjaan Beton Cor.
8.2.7. Pekerjaan Pembesian/Penulangan.
8.2.8. Pekerjaan Pengadaan, Pemasangan dan Perbaikan Pintu Air.
8.3. Pekerjaan Saluran, terdiri dari :
8.3.1. Pekerjaan Galian Tanah.
8.3.2. Pekerjaan Timbunan Tanah.
a) Timbunan Tanah Dari Hasil Galian, dan
b) Timbunan Tanah Didatangkan (Timbunan Pilihan)
8.3.3. Pekerjaan Urugan.
8.3.4. Pekerjaan Bekisting.
8.3.5. Pekerjaan Pasangan Batu 1 : 4
8.3.6. Pekerjaan Plesteran.
8.4. Pekerjaan Talang, terdiri dari :
8.4.1. Pekerjaan Galian Tanah.
8.4.2. Pekerjaan Timbunan Tanah.
a) Timbunan Tanah Dari Hasil Galian, dan
b) Timbunan Tanah Didatangkan (Timbunan Pilihan).
8.4.3. Pekerjaan Urugan.
8.4.4. Pekerjaan Bekisting.
8.4.5. Pekerjaan Pasangan Batu 1 : 4
8.4.6. Pekerjaan Plesteran.
8.4.7. Pekerjaan Pengadaan, Perakitan dan Pemasangan Besi Profil Siku (L65.65.5)
8.4.8. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP Ø 12”
8.5. Pekerjaan Bangunan Bagi, terdiri dari :
8.5.1. Pekerjaan Galian Tanah.
8.5.2. Pekerjaan Timbunan Tanah.
a) Timbunan Tanah Dari Hasil Galian, dan
b) Timbunan Tanah Didatangkan (Timbunan Pilihan).
8.5.3. Pekerjaan Urugan.
8.5.4. Pekerjaan Bekisting.
8.5.5. Pekerjaan Pasangan Batu 1 : 4
8.5.6. Pekerjaan Plesteran.
8.5.7. Pekerjaan Pengadaan, Pemasangan dan Perbaikan Pintu Air.
8.6. Pekerjaan Finishing, terdiri dari :
8.6.1. Pekerjaan pembersihan akhir
8.6.2. Demobilisasi.
8.6.3. Dokumentasi dan Pelaporan.
8.6.4. Serah Terima Pekerjaan Pertama (BAP PHO).
Dikeluarkan dan dinyatakan adanya Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan
(BAP PHO) setelah Semua Item Pekerjaan Telah selesai dikerjakan sesuai dengan
kontrak dan dinyatakan 100 % Selesai.

9. SYARAT-SYARAT DAN PERATURAN TEKNIS

9.1. Dalam Syarat-Syarat dan Peraturan Teknis pekerjaan ini termasuk :

9.1.1. Tenaga yang cukup dan ahli sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditugaskan.

9.1.2. Bahan lain yang cukup dan berkualitas baik yang didatangkan ke tempat pekerjaan
tepat pada waktunya sehingga pekerjaan bisa berlangsung sesuai jadwal yang telah
ditentukan.

9.1.3. Kontraktor diharuskan menghitung dan mengajukan permintaan barang/material


kepada logistik atas barang yang berhubungan dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.

9.1.4. Pekerjaaan harus diselesaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan yang
tertera dalam uraian dan syarat–syarat gambar serta keputusan Direksi

9.2. Pengaturan Teknis Pembangunan


Dalam melaksanakan Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya, kecuali bila ditentukan lain dalam rencana dan Syarat-syarat
(RKS) ini, sesuai Peppres No. 54 tahun 2010 dengan lampiran-lampirannya, berlaku dan
mengikat ketentuan-ketentuan di dalam ini termasuk segala perubahan dan tambahannya,
dan berdasarkan ketentuan :

9.2.1. Undang – undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;


9.2.2. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber daya alam dan
hayati;
9.2.3. Undang – undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
9.2.4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;
9.2.5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi;
9.2.6. Peppres No. 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;
9.2.7. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI-
1.2.53.1987)
9.2.8. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. 8 Tahun 1972
9.2.9. Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 yang diterbitkan Yayasan
Normalisasi Indonesia SKSN I>I-15 1991-03;
9.2.10. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan Indonesia Algemene
Voorwaaden Voor de Uitvoering bij aaneming van open Werken (AV) 1941.
9.2.11. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.
9.2.12. Revisi SNI 03-2835-2002 dan Revisi SNI DT - 91- 0006 - 2007.
9.2.13. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan pemanfa’atan Jaringan Irigasi bagi Petani
Pengguna Air.

10. PEKERJAAN PERSIAPAN

10.1. Pembersihan Areal Pekerjaan.

Sebelum memulai pekerjaan yang ada dalam kontrak, kontraktor diharuskan terlebih dahulu
membersihkan lokasi pekerjaan dari segala macam tumbuh-tumbuhan dan rintangan yang
terdapat disekitar daerah tersebut, demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan
pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon,
semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain sebagainya.

10.2. Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang

Kontraktor harus membuat Direksi Keet sebagai pelayanan Kantor dari Kontraktor, Barak
Kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan barang-barang yang dapat dikunci dan
tempatnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas, dimana pembongkaran
bangunan Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang menjadi tanggung jawab Kontraktor.

10.3. Jalan Penghubung Sementara dan Jalan Inspeksi


10.3.1. Jika tidak terdapat jalan penghubung untuk mencapai lokasi pekerjaan,
Penyedia Jasa harus membuat dan memelihara jalan penghubung sementara

Dinas PU - Bidang Pengairan Spesifikasi : 7 / 24


kearah lokasi tersebut pada tempat yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa juga
harus membuat fasilitas yang diperlukan untuk melintasi sungai, aliran atau jalan
air yang ada atau harus memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas yang ada
untuk digunakan menuju lokasi pekerjaan, jika diperlukan.
10.3.2. Penyedia Jasa boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi
pada saluran yang ada atau saluran baru atau saluran pembuang dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus membayar
pembuatan, pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan perjanjian
bersama antar Penyedia Jasa.
10.3.3. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima tuntutan terhadap pemakaian
bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Penyedia Jasa.

10.4. Papan nama Proyek

Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek pada setiap lokasi pekerjaan. Bedeng kerja
pada lokasi pekerjaan.

10.5. Mobilitas Peralatan

Kontraktor harus menggunakan alat angkut yang sesuai dengan karakter peralatan dan
bahan-bahan yang diangkut serta kondisi lokasi yang dilalui.

10.6. Peil dan Pengukuran ;

10.6.1. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun


bagian - bagiannya dan memberitahukan Direksi Proyek tentang setiap perbedaan
yang ditemukan didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan
(kondisi lapangan), pemborong baru diijinkan membetulkan kesalahan dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.
10.6.2. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut Peil-
Peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
10.6.3. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan
sungguh-sungguh. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi
Proyek berhak membongkar pekerjaan atas biaya Pemborong.
10.6.4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya
diwajibkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

10.7. Jadwal Pelaksanaan, Pengadaan, Penggunaan

Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum dilaksanakan pekerjaan lapangan Pemborong


diharuskan mengajukan :

10.7.1. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan.
10.7.2. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Bar Chart / S Curve.
10.7.3. Network Planning.
10.7.4. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja dan Personil Inti.
10.7.5. Jadwal Pengadaan Bahan Material.
10.7.6. Jadwal Penggunaan Peralatan.

10.8. Pengajuan Bahan / Material dan Barang :

Bagian-bagian yang disebutkan diatas 1 s/d 3 harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Proyek sebagai dasar / patokan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong
wajib mengikutinya.

10.8.1. Semua bahan & barang untuk proyek ini harus memenuhi standar / mutu yang
disebut dalam gambar rencana & RKS. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik
pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan
standard minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang digunakan.

10.8.2. Bila Direksi Proyek meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat
mengeluarkan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat mengeluarkan
perintah untuk mengadakan pengujian melalui test laboratorium atas biaya
Pemborong.

10.8.3. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui
Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum
pekerjaannya dimulai.

10.8.4. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka bahan dan
barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
nanti.

10.8.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk dijadikan
dasar penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

10.8.6. Dalam pengajuan harga penawaran. Pemborong harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.

10.8.7. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula atas
biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Direksi
Teknis.

10.8.8. Pada waktu mengajukan penawaran, Rekanan harus menyertakan / melampirkan


“Daftar Material” yang lebih terperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada
proyek dan harus disebutkan nama pabrik, merk, spesifikasi teknis lengkap dengan
brosur / katalog. Daftar material yang diajukan pada waktu penawaran ini adalah
mengikat, dan harus diajukan lengkap, tidak boleh sebagian-sebagian.

10.8.9. Direksi Proyek akan mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan bahan / barang
yang tidak disetujui dalam tempo 1 x 24 jam keluar lapangan pekerjaan, atas biaya
Pemborong.

Dinas PUPR KAB. JENEPONTO- Bidang Pengairan Spesifikasi : 99 /


10.9. Pengukuran & Pematokan :

10.9.1. Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran ulang untuk


menentukan batas-batas pekerjaan.

10.9.2. Sebelum pelaksanaan pematokan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis


kepada Direksi Proyek.

10.9.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan
persetujuan untuk dasar pekerjaan selanjutnya.

10.9.4. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan


menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar rencana dan
RKS.

10.9.5. Mengingat setiap kesalahan selalu mempengaruhi Mengingat setip kesalahan selalu
akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan
ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Pemborong
dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi Proyek berhak membongkar pekerjaan atas
biaya Pemborong.

10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak
dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan
Direksi Proyek.

11. PEKERJAAN STRUKTUR

11.1. Galian Tanah, Urugan Kembali Dan Pemadatan

11.1.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai,


bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan
sementara jika diperlukan. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua
pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan di lokasi
dimana terdapat sisa konstruksi atau instalasi yang berada di bawah tanah yang
sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan petunjuk Pengawas. Membuang semua
bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan
yang telah ditentukan. Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu
tempat galian dan melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini.

11.1.2. Pelaksanaan Pekerjaan Penggalian :

a) Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan


Kuntur Permukaan Tanah.
b) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup
lebar untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan
Pengawas dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
d) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Pengawas untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
e) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas
dari bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan
urugan.
f) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana,
Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas,
sampai kedalaman yang memiliki permukaan yang sesuai.
g) Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum
pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan
lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak,
Kontraktor harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk
mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian. Kontraktor harus
melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan
saluran pengeringan sementara atau pompa.
h) Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor
harus diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik
Proyek.

11.1.3. Urugan dan Timbunan.

a) Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan
lokasi pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
b) Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum
pekerjaan terdahulu disetujui Pengawas.
c) Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan
oleh Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan
pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung.
Lokasi penumpukan harus disetujui Pengawas.
d) Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal
14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
e) Urugan kembali lubang pondasi / pasangan harus dilakukan dengan
persetujuan Pengawas.
f) Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan tiap-tiap lapis dipadatkan,
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk
memadatkan urugan maupun daerah galian. Bila tingkat pemadatan tidak
memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai pemadatan sesuai
ketentuan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan
dengan baik harus disingkirkan dan atau harus dipadatkan kembali sesuai
petunjuk Pengawas.

11.2. Beton Bertulang


11.2.1. Lingkup Pekerjaan.

Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan bahan, peralatan


dantenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaan beton pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada
Lantai Kerja dan Pondasi dari pada pekerjaan beton lainnya seperti ditunjukkan alam
Gambar Kerja.

11.2.2. Prosedur Umum.

a) Gambar Detail Pelaksanaan.


Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan Kontraktor kepada Pengawas
untuk disetujui. Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait,
lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Persyaratan teknis Baja
Tulangan Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran,
sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.

b) Contoh Bahan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, Pasir, Split (Kerikil) atau Besi Tulangan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
c) Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan
dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
d) Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengecoran.

11.2.3. Syarat Pengiriman dan Penyimpanan.

a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya
yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor sendiri.

11.2.4. Bahan – Bahan

a) Mutu Beton.
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah sesuai
dengan gambar kerja yakni beton K175, dan harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam PBI 1971. Adapun beton ini dipakai untuk pekerjaan
sloof, kolom praktis, ring balok, pondasi, lantai, dan lain-lain seuai dengan
gambar kerja.

b) Semen.
Semen harus dari Type I dan memenuhi persyaratan SII-0013. Sebelum
pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan. Semen
harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan dari
Pengawas.

c) Pasir & Batu Pecah.


Pasir / batu pecah harus memenuhi NI-3

d) Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas
dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan
anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia
tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah
disebutkan di atas, harus diuji dan disetujui Pengawas.

e) Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter ≤ 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan
besi U24 =2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136. Untuk besi dengan
diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U32 = 3200
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.

11.2.5. Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan.

a) Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kaitkait dan pembuatan sengkang ( ring ) persyaratannya
harus sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama
disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang
digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2
(dua) % diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari
serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat pembuatannya.
Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy
daftar besi tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan
persetujuan sebelum mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan
mutu besi tulangan harus sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar
tulangan tersebut.

b) Penyiapan Gambar Penulangan


Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–
gambar penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh
Direksi Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Gambar penulangan tersebut harus mencakup gambar penempatan besi
tulangan, daftar besi tulangan dan gambar lain yang diperlukan untuk
memudahkan pembuatan dan pemasangan tulangan.
a) Pemasangan
Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 2 jam setelah ada perintah tertulis dari
Pengawas Lapangan.
Penulangan harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, diameter
jumlah serta jaraknya harus benar-benar sesuai dalam arti phisik serta
final. Batang tulangan yang dibengkokkan tidak boleh dengan cara
dipanaskan.
Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak,
kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang
ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan dijaga
kedudukannya agar tetap dan tidak berubah selama berlangsungnya
pengecoran, penggetaran dan pemadatan beton.
Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam SNI - 2 ( PBI 1971 ).
Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus
mempunyai kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan tulangan
dengan jarak tertentu dan terikat kuat pada tempatnya.
Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecora, dan harus bebas dari
papan acuan atau lantai kerja dengan memasang beton sesuai dengan
ketentuan PBI 1971.
Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan dengan
besi tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi tulangan harus
diikat dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi Pekerjaan, dan
pengikatan harus cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat harus
mengarah kedalam.
Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan
pengecoran, sebelum penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus
disingkirkan sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari permukaan beton
tanpa merusak. Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan dan
permukaan harus tetap halus, rata dan seragam dalam warna.
Sebelum dilakukan pemasangan pembesian pondasi pada bagian dasar
galian pondasi telapak harus diberi lantai kerja diatas pasir urug dengan
beton 1 PC:3PS:5Kr.

11.2.6. Perancah dan Acuan.

a) Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
b) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.

11.2.7. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap dijamin sesuai dengan
persyaratan.

11.2.8. Cara Pengadukan.

a) Cara pengadukan harus tunduk ketentuan PBI 1971.


b) Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Lapangan.
c) Hanya untuk beton praktis, lantai kerja, beton tumbuk yang diperkenankan
memakai mesin pengaduk beton/molen, mengaduk dengan sekop/cangkul
dilarang.
d) Jika diperlukan pada setiap pengecoran pada bagian-bagian yang penting,
Kontraktor harus membuat kubus-kubus beton percobaan/ pengetesan,
sedangkan jumlah serta cara pengambilan kubus-kubus beton tersebut harus
sesuai dengan peraturan PBI 1971.
e) Pengetesan terhadap kubus-kubus beton tersebut dilakukan pada laboratorium
yangdisetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

11.2.9. Pengecoran Beton.

a) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan


membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan
jarak.
b) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pengawas
Lapangan.
c) Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindrkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos, dan sarang-sarang koral/split yang
dapat memperlemah konstruksi.
d) Apabila pengecoran beton akan dihentikan, dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
e) Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
cepat.Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
f) Beton harus dibasahi paling sedikit 10 ( sepuluh ) hari setelah pekerjaan
pengecoran.

11.2.10. Pembongkaran Perancah/Acuan


Pembongkaran bekesting hanya boleh dilakukan dengn ijin tertulis dari Pengawas
Pekerjaan. Setelah bekesting dibuka tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton, tanpa persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

11.2.11. Syarat Pengamanan Pekerjaan


a) Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24
jam setelah pengecoran.
b) Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab Kontraktor sendiri.
d) Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 ( satu ) minggu atau lebih ( sesuai dengan
ketentuan PBI 1971 ).

11.3. Pasangan Batu Kali

11.3.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kali, seperti pondasi, turap
dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan ini meliputi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan sesuai batas,
tingkat, bagian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

11.3.2. Prosedur Umum

a) Contoh Bahan.
Contoh bahan batu seberat minimal 5 kg dengan ukuran terpanjang maksimal
15 cm, harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk disetujui.
b) Gambar Detail Pelaksanaan.Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
membuat Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, elevasi,
kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui Pengawas
Lapangan.

11.3.3. Bahan – Bahan.

a) Batu Kali.
Batu kali harus memiliki sisi terpanjang berukuran maksimal 15 cm, dan emiliki
minimal 3 bidang kontak. Batu kali harus keras bersifat kekal dan tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak.

b) Adukan dan Pelesteran.


Adukan yang dipakai harus memenuhi uraian Persyaratan teknis Adukan &
Plesteran.

11.3.4. Pelaksanaan Pekerjaan


a) Umum.
Pekerjaan pasangan batu kali, baru diijinkan untuk dimulai bila semua
pekerjaan galian dan urugannya telah diperiksa serta disetujui Pengawas
Pekerjaan galian dan urugan kembali dilaksanakan sesuai Persyaratan teknis
Galian, Urugan kembali, dan Pemadatan.
b) Sebelum memulai pekerjaan perletakan pasangan batu kali, air/air hujan
ataupun air tanah yang berada dalam galian harus dipompa dan dikeluarkan.
c) Pemasangan.
Adukan 1 semen dengan 2 pasir untuk pasangan batu kali yang terendam air
dan adukan 1 semen dengan 4 pasir untuk pasangan batu kali yang tidak
terendam air.
d) Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pasangan
sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari pasangan yang berongga/tidak
padat.
e) Tidak diperbolehkan sama sekali memukul batu kali di tempat pekerjaan (pada
bagian konstruksi) dengan martil besar, kecuali di luar papan patok ukur/bow
plank.
f) Pasangan batu kali di atas dasar galian harus diurug lapisan pasir setebal 5
dan di anstamping batu kali 10 cm.
g) Bagian yang akan diberi pasangan batu kali harus sudah dibentuk sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja, dan/atau sesuai petunjuk Pengawas.
h) Pasangan batu kali harus saling menyilang dan terkait, sehingga tidak ada siar
yang merupakan garis lurus.
i) Pembersihan Permukaan.
Segera setelah adukan ditempatkan, semua permukaan pasangan batu kali
yang terlihat harus dibersihkan secara menyeluruh dari cipratan adukan dan
harus dijaga sedemikian rupa sampai pekerjaan selesai.
j) Perawatan.
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus-
menerus harus dibasahi dengan cara yang disetujui selama tiga hari setelah
pekerjaan selesai.

11.4. Pekerjaan Plesteran

11.4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan pelesteran (kasar dan halus),
seperti dinyatakan dalam Gambar Kerja atau ketentuan dalam Persyaratan teknis ini.

11.4.2. Prosedur Umum


a) Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
b) Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman dan penyimpanan bahan semen harus sesuai ketentuan pabrik.
c) Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan
kata lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang
memadai, dan bebas dari benda-benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih
dari 1200 mm agar tidak berhamburan.
11.4.3. Bahan – Bahan.
a) Semen.
Semen Tipy I harus memenuhi standar SII-0013,
b) Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau
kotoran lain yang merusak dengan ukuran atau perbandingan butir-butir yang
seragam mulai dari yang kasar sampai pada yang halus.
c) Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organik yang
bersifat merusak. Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak
perlu diuji. Pada dasarnya semua air yang digunakan harus disetujui
Pengawas.

11.4.4. Pelaksanaan Pekerjaan


Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Pelesteran.
a) Campuran 1 semen dan 2 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan
kedap air 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai,
tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja, pelesteran permukaan
beton yang terlihat dan tempattempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
b) Campuran 1 semen dan 4 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan pelesteran
selain tersebut di atas, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
c) Pencampuran.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian. Adukan yang tidak digunakan dalam
jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.

11.4.5. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.


a) Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau pelesteran harus
bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
b) Pekerjaan pelesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan
instalasi listrik dan plumbing serta seluruh bagian yang akan menerima
pelesteran telah terlindung di bawah atap. Permukaan yang akan dipelester
harus telah berusia tidak kurang dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut
harus disiram air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan.

11.4.6. Plesteran Pada Pasangan Batu Dan Beton Struktur

a) Pelesteran Pasangan Batu Kali/Gunung.


Pekerjaan pelesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan
pembersihan selesai. Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna,
bidang pelesteran dibagi-bagi dengan kepala pelesteran yang dipasangi kelos-
kelos sementara dari bambu. Kepala pelesteran dibuat pada setiap jarak 100
cm, dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm
untuk patokan kerataan bidang. Setelah kepala pelesteran diperiksa
kesikuannya dan kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan
pelesteran sampai rata dan tidak ada kepingan-kepingan kayu yang tertinggal
dalam pelesteran. Seluruh permukaan pelesteran harus rata dan rapi, kecuali
bila pasangan aka dilapis dengan bahan lain. Sisa-sisa pekerjaan yang telah
selesai harus segera dibersihkan. Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada
bagian-bagian pertemuan dengan bukaan dinding atau bagian lain yang
ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu
khusus untuk itu yang telah diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan
membuat tali air dengan menggunakan baja tulangan.

b) Pelesteran Permukaan Beton.


Permukaan beton yang akan diberi pelesteran harus dikasarkan, dibersihkan
dari bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian dipelester.
Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat, minyak, lemak, lumut dan
sebagainya sebelum pekerjaan pelesteran dimulai. Permukaan beton harus
dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah pelesteran selesai dan mulai
mengeras, permukaan pelesteran dirawat dengan penyiraman air. Pelesteran
yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak-retak, tidak tegak lurus
dan sebagainya harus diperbaiki.

11.4.7. Ketebalan Adukan dan Pelesteran.

Tebal adukan dan/atau pelesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas.

11.4.8. Pengacian.

Pengacian dilakukan setelah pelesteran disiram air sampai jenuh sehingga


pelesteran menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada
bagian yang
retak dan setelah pelesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus
selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh,
sekurang- kurangnya dua kali setiap harinya.

11.4.9. Pemeriksaan.

Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa. Kontraktor setiap waktu
harus member kemudahan kepada Pengawas untuk dapat memeriksa pada bagian
yang telah diselesaikan. Bagian yang ditemukan tidak memuaskan; seperti pada
plesteran dan acian yang tidak sempurna dan retak akibat kelalaian kontraktor
terutama pada bagian pemasangan instalasi yang tertanam atau pada pemasangan
pintu & jendela dan pada bagian lainnya; harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara
yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek. Lainnya

11.4.10. Lapisan Kedap Air.


Pada bagian yang memerlukan lapisan kedap air seperti dinding Bendungan
atau lainnya yang ditunjukan gambar kerja harus diberi lapisan kedap air.
a) Bahan lapisan kedap air yang digunakan sperti AM Product, Cemecryl Elastis,
Silasec atau yang setara. Contoh berikut data teknis bahan yang akan dipakai
harus diserahkkan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Aplikasi
pelaksanaanya harus sesuai dengan ketentuan teknis dari pabrik.
b) Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan dengan 24 jam pengujian kebocoran, jika ternyata
masih ada kebocoran atau rembesan maka harus diulangi atau diperbaiki lagi
hingga sempurna tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

12. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PIPA

12.1. Umum
12.1.1. Bila tidak ditentukan hal lain, Rekanan harus memasang semua pipa, benda
khusus,sambungan, penyangga baut, mur, packing, bahan penyambung dan
perlengkapan lainnya sesuai gambar dan persyaratan ini guna menghasilkan
pemasangan yang mudah dilaksanakan serta menyeluruh.
12.1.2. Bila detail penyangga pipa bergambar, maka penunjang itu harus mengikutinya. Dan
terpasang seperti yang ditunjukkan, sedemikian rupa sehingga penyangga pipa
tampak (tidak di dalam tanah), harus lengkap dan betul, sekalipun perlengkapan
penunjang tersebut ada atau tidak tergambar secara khusus harus dipasang pula di
mana ditentukan balok bantalan dan penyambung yang memakai pengekang.
12.1.3. Pada waktu pekerjaan pemasangan pipa terhenti, maka semua lubang dan ujung
pipa didalam galian atau pada sesuatu bangunan harus ditutup rapat-rapat guna
menghindari dimasuki oleh binatang atau benda-benda asing.
12.1.4. Rekanan harus hati-hati menjaga agar pipa tidak terapung naik bila air dari suatu
tempat masuk ke dalam lubang galian, dan bertanggung jawab penuh atas
kerusakan yang ditimbulkan karenanya serta atas tanggungan biaya oleh dirinya
sendiri, memperbaiki dan mendudukan pipa kembali dalam keadaan dan kemiringan
yang telah ditentukan, bila tergeser akibat apungan tersebut.
12.1.5. Rekanan harus menajaga agar pipa bagian dari barang-barang asing, bersih dan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, sampai tiba waktunya serah
terima dengan employer.

12.2. Galian
12.2.1 Galian termasuk penyingkiran bahan (galian)apapun sifatnya yang dijumpainya,
rintangan yang bersifat bagaimanapun yang akan mengganggu pelaksanaan dan
penyelesaiannya yang sebagaimana mestinya.
12.2.2 Galian di dekat pohon.
Pepohonan harus terlindungi dan tidak rusak selama pelaksanaan pekerjaan serta
tidak ada sebatang pohonpun yang dibuang tanpa ijin Engineer. Tidak boleh ada
akar pohon yang lebih dari 5 cm terpotong tanpa ijin lisan Engineer. Pepohonan
harus ditunjang selam pelaksanaan sesuai petunjuk Engineer.
12.2.1 Pembuangan bahan (galian) tersebut mengikuti garis ketinggian seperti tertera
dalam gambar apa yang diperintahkan.

Dinas PUPR KAB. JENEPONTO - Bidang Pengairan Spesifikasi : 2020 /


12.2.2 Bila ditentukan lain, seluruh lapangan pekerjaan harus dikupas (dibersihkan) dari
tumbuhan-tumbuhan dan puing-puing, benda tersebut harus disingkirkan sebelum
galian atau pengurugan dilakukan.

12.3. Bahan

12.3.1. Pipa Besi (Ductile Iron Pipe) atau Galvanis ini harus sesuai dengan persyaratan
“Pipa dan perlengkapannya dari besi untuk jalur pipa dibawah tekanan” (ISO-253)
atau standart Internasional lainnya yang dapat diterima yang meyakinkan bermutu
sama atau lebih dari standart tersebut.
12.3.2. Setiap bagian pipa harus direncanakan tahan terhadap uji tekan hidrolis minimal
sesuai ISO-2531. Uji tekan hidrolis harus dilakukan sebelum dilapisi atau sebelum
dipasang. Tekanan uji dilaksanakan selama 10 detik. Panjang pipa sesuai dengan
ISO-2531.

12.4. Pasangan
12.4.1. Pipa saluran dari besi dan benda sambungannya harus mempunyai pasangan
adukan semen. Tebal pasangan adukan semen untuk pipa 75-300 mm, tidak boleh
kurang dari 3 mm, untuk pipa 350-600 mm setebal 5 mm dan pipa 650 mm atau
lebih setebal 6 mm.
12.4.2. Benda sambungan mempunyai lapisan pasangan adukan semen atau aspal batu
bara tebal minimal 0,025 mm. Toleransi tebal pasangan semen lebih dari 3 mm pada
pipa dan lebih dari 6 mm pada benda sambungan, masih dapat dperbolehkan. Tidak
dibolehkan ada toleransi untuk pengurangan.

12.5. Pengujian Pemipaan


12.5.1. Rekanan harus menguji pemipaan baik sebagian-sebagian maupun tiap unit dengan
sambungan yang tampak. Pemipaan dan pasangan batu tidak dapat diuji sebelum
mencapai umur 14 hari.
12.5.2. Pengujian dilakukan dengan jalan memasang sementara sekat pipa dan mengisi
saluran pelan-pelan dengan air. Harus diperhatikan semua lubang udara terbuka
sewaktu pengisian.
12.5.3. Setelah semua pipa atau sebagian telah terisi seluruhnya, diperbolehkan diberi
tekanan sekadarnya dalam beberapa saat agar pasangan batu dapat menyerap air
sehingga memberi kesempatan udara dapat keluar dari kantong-kantong udara.
Selama waktu tersebut, sekat dan sambungan diperiksa kebocorannya.
12.5.4. Pengujian mekanik untuk kekerasannya, kekuatan tariknya dan perpanjangannya
dilakukan pada pipa uji yang dipilih secara acak pada jenis besi cor tersebut. Setiap
jenis pipa besi cor berturut-turut sebagai berikut, sampai dengan diameter 300 mm
sebanyak 100 pipa, 350-600 mm sebanyak 50 pipa. 650 mm atau lebih sebanyak 25
pipa.
12.5.5. Pengamatan pada tampak luar, bentuk, ukuran dan berat harus dilakukan pada
setiap pipa dan benda sambungannya. Pipa dan benda sambungannya harus
terlapisi secara teliti untuk menghindari pembengkokan.
12.5.6. Semua pipa beserta benda sambungannya harus kuat tanpa cacat permukaannya.
Setiap pipa dan benda sambungannya akan diuji dengan tekanan hidrostatis yang
disyaratkan disini atau sesuai standart pengujian tekanan.

12.6. Penelitian Sebelum Pemasangan


Semua pipa dan benda sambungannya harus diperiksa dengan teliti dari adanya
kemungkinan pecah atau kerusakan lain, ketika ditunjang di atas lubang parit sebelum
pemasangan pada kedudukan final.

Ujung spigot diperiksa dengan ketelitian khusus karena di daerah tersebut sering terjadi
kerusakan berat akibat pengangkutan. Pipa atau benda sambungan yang rusak disisihkan
agar dapat diperiksa Engineer dan dibuatkan petunjuk cara memperbaikinya tau ditolaknya.

12.7. Pemasangan Pipa


Pada pemasangan pipa harus selalu dijaga agar tidak ada benda asing dalam pipa yang
sedang dipasang, selama pelaksanaan tidak boleh ada puing, perkakas, kain, atau bahan
lain di dalam pipa.
12.7.1. Setiap pipa dipasang di dalam lubang parit, ujung spigot harus satu garis sumbu
dengan ujung soket. Ditekan masuk serta didudukkan tepat pada garis dan
kemiringannya.
12.7.2. Pipa diperkokoh kedudukannya dengan bahan urug yang telah disetujuidipadatkan
di bagian bawahnya kecuali pada soketnya, harus waspada, dijaga agar tidak ada
kotoran yang masuk ke ruang sambungan.
12.7.3. Pada waktu pemasangan pipa berhenti, ujung pipa terhenti, ujung pipa terbuka
harus ditutup dengan cara yang disetujui Engineer.
12.7.4. Pemasangan pipa harus disesuaikan dengan standart AWWA yang tepat baik untuk
tipe pipa yang diadakan maupun petunjuk pabrik pipa. Setelah pipa-pipa yang sudah
dilumuri tersebut tersambung, pelumurannya pada sambungan harus diteruskan
sama dengan cara pabrik melumuri pipa yang saling bertemu.

12.8. Penyambungan ( Flanged Joint)


12.8.1. Pipa besi dan sambungannya dibuat dengan ujung spigot dan socket dengan cara
packing penahan dari karet yang cocok sejenis penyambung dorong atau
penyambung mekanis, kecuali ditentukan lain.
12.8.2. Packing harus berukuran dan berbentuk sedemikian rupa, bila digabung sesuai
petunjuk pabrik, harus menghasilkan kedap yang positif pada tingkatan
pembengkokan sambungan maksimum dan sambungan dengan beberapa susunan
gabungan yang ditarik-tarik kembali dengan toleransi ukuran packing dan tingkatan
tekanan yang telah ditetapkan.
12.8.3. Packing tersebut tidak boleh terpuntir, teriris, tertekuk atau lainnya. Sewaktu
penyambungan tidak terluka dan dipaksakan. Ukuran “feeler” harus digunakan untuk
memeriksa kembali kedudukan packing karet setelah sambungan terpasang.
12.8.4. Pada sambungan secara packing karet harus dilakukan pelumasan dengan sabun
persenyawaan tumbuh-tumbuhan yang baik secukupnya, sebelum diletakkan
didalam lekukan, hati-hati agar tegangan disekeliling sambungan merata.
12.8.5. Pipa dengan sambungan piring harus kuat dan dibuat penuh dengan menggunakan
baut keluaran pabrik. Paking harus dipakai untuk semua sambungan piring. Piringan
licin dilas rangkap pada pipa dan las-lasan filet penutup (seal) sebelah dalam
piringan di ujung pipa.
12.8.6. Benda Sambungan harus dari bahan besi cor (ISO-R-13) atau besi untuk saluran
(ISO-2531) kelas tekanan untuk benda sambungan dan benda-benda yang dicetak
khusus harus minimal sama dengan kelas tekan pada pipa yang akan dipasang.
12.8.7. Sambungan (kopling) secara mekanik, sambungan secara selubung dan sambungan
secara piringan (flange) dipasang dan disambung menurut petunjuk pabrik dan
seperti yang tertera pada gambar.
12.8.8. Setiap pipa dan benda sambungannya harus memiliki tanda pabrik,
tahun pembuatan, diameter nominal, dan kata-kata “DUCTILLE” pada badan
pipa dan benda sambungannya. Tanda tersebut dapat dicor atau dicapkan
secara dingin.

13. PEKERJAAN FINISHING / LAIN – LAIN

13.1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada petunjuk Teknis
dan ternyata diperlukan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.

13.2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan
akan dibicarakan dan diatur oleh Direksi dengan Kontraktor dan bila diperlukan akan
dibicarakan dengan pemberi tugas.

13.3. Meskipun dalam bestek pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan ini dinyatakan
kata- kata yang harus disediakan oleh Kontraktor tetapi disebutkan dalam penjelasan
pembangunan ini pekerjaan tersebut tetap dianggap ada di muat dalam bestek ini.

13.4. Pekerjaan yang dinyatakan menjadi bagian dari pekerjaan bangunan ini harus
diselenggarakan/dilaksanakan dan diselesaikan oleh Kontraktor, harus dianggap
seakan – akan pekerjaaan itu diuraikan dan dimuat dalam berstek ini, itu menuju
penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Pengelola Kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai