1. PENDAHULUAN
1.1. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
1.2. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) tercantum pada Acuan
Normatif.
1.3. Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel, pengisi
sambungan plastik, pipa PVC, pipa Galvanis lubang drainase, pekerjaan gebalan rumput,
pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan, jalan penghubung
sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2. KETENTUAN UMUM
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2006, dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada
di darat.
1.2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas,
ataupun dibawah permukaan tanah.
1.3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.
1.4. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
1.5. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialoksikan dari
suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
1.6. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air irigasi.
1.7. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer
dan/atau jaringan sekunder.
1.8. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan
primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
1.9. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi
lahan pertanian pada saat diperlukan.
1.10. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan air yang
sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
1.11. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
3. LATAR BELAKANG
3.1. Sistim Kegiatan Perencanaan dan Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali Mandar,
sangat diperlukan dalam usaha memperbaiki sebahagian saluran sekunder yang rusak,
Diantaranya Saluran Sekunder Dakka, Saluran Sekunder Pelitakan, dan Saluran Sekunder
Limboro. Rehabilitasi dialkukan agar pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk
meningkatkan pendayagunaan areal irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi
dalam upaya mencapai kecukupan pangan yang berkesinambungan. Oleh sebab itu
diperlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah dan perencanaan
teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem pengelolaan air yang baik,
sehingga roda kehidupan dan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan dan
pengembangan lahan ada.
Maksud dan Tujuan Perencanaan Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali Mandar adalah
untuk melaksanakan study, identifikasi, analisa data yang tepat dan merancang Jaringan Irigasi
pada daerah irigasi, rawa maupun tadah hujan yang akan dipergunakan sebagai pegangan atau
patokan teknis dalam program pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang efektif, di
Kabupaten Polewali Mandar menjadi areal persawahan teknis lengkap yang sesuai standar
dengan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan dalam rangka pelaksanaan O & P yang efisien.
Untuk itu diperlukan peta daerah irigasi, peta skema jaringan, skema bangunan, gambar-
gambar profil memanjang dan melintang saluran.
5. SASARAN PEKERJAAN
Sasaran Perencanaan Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali Mandar Jaringan , Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya Kabupaten Polewali Mandar adalah mendapatkan perencanaan
jaringan irigasi secara teknis, sehingga dapat mencapai antara lain :
5.1. Memperbaiki kembali sistem pengelolaan sumber air baku pada Jaringan saluran sekunder
berdasarkan potensi sumber daya air baku yang ada.
5.2. membenahi kembali kerusakan pada saluran sekunder Dakka, Pelitakan, dan Limboro
yang rusak sesuai kondisi yang ada di lapangan.
5.3. Sebagai acuan atau patokan teknis bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, dimana dilapangan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi
setempat.
6.1. Peserta Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Sulawesi Barat Kegiatan Perencanaan Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali
Mandar harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini
dengan seksama untuk memahami benar- benar maksud dan isi dokumen tersebut secara
keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika
gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi
petunjuk , ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalahpahaman apapun mengenai arti
dari isi dokumen ini.
6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum pada bestek ini. Penjelasan yang tidak tercantum dalam syarat-syarat ini akan
ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau ditugaskan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Program Peningkatan
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas Pekejerjaan Umum Kabupaten Simeulue.
7. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan yang direncanakan menjadi sasaran pekerjaan ini adalah adalah Perencanaan
Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali Mandar
8.2. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BD.1 s/d BL8, terdiri dari :
8.2.1. Pembongkaran Pasangan Lama.
8.2.2. Pas. Mortar Type N Camp. 1PC ; 4 PP
8.2.3. Pekerjaan Plesteran.t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.2.4. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.3. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BD.1 s/d BD2, terdiri dari :
8.3.1. Pekerjaan Plesteran. t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.2.2. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.4. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BD.2 s/d BD3, terdiri dari :
8.4.1. Pekerjaan Plesteran. t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.4.2. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.5. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BD.3 s/d BP1, terdiri dari :
8.5.1. Pekerjaan Plesteran. t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.6. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BD.3 s/d BD10, terdiri dari :
8.6.1. Pembongkaran Pasangan Lama.
8.6.2. Pas. Mortar Type N Camp. 1PC ; 4 PP
8.6.3. Pekerjaan Plesteran.t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.6.4. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.7. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BP1 s/d BP3, terdiri dari :
8.7.1. Pembongkaran Pasangan Lama.
8.7.2. Pas. Mortar Type N Camp. 1PC ; 4 PP
8.7.3. Pekerjaan Plesteran.t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.7.4. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.8. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BP3 s/d BP5, terdiri dari :
8.8.1. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
8.9. REHABILITASI SALURAN SEKUNDER DAKKA BP3 s/d BP5, terdiri dari :
8.9.1. Pengadaan dan pemasangan pintu sadap
8.9.2. Pekerjaan Plesteran.t. 1,5 cm Type S Camp. 1PC:3PP
8.9.3. Pekerjaan Lantai Beton Cor. Mutu K.175
Dikeluarkan dan dinyatakan adanya Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan
(BAP PHO) setelah Semua Item Pekerjaan Telah selesai dikerjakan sesuai dengan
kontrak dan dinyatakan 100 % Selesai.
9.1.1. Tenaga yang cukup dan ahli sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditugaskan.
9.1.4. Pekerjaaan harus diselesaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan yang
tertera dalam uraian dan syarat–syarat gambar serta keputusan Direksi
Kontraktor harus menggunakan alat angkut yang sesuai dengan karakter peralatan dan
bahan-bahan yang diangkut serta kondisi lokasi yang dilalui.
10.6.4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya
diwajibkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.
10.7.1. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan.
10.7.2. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Bar Chart / S Curve.
10.7.3. Network Planning.
10.7.4. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja dan Personil Inti.
10.7.5. Jadwal Pengadaan Bahan Material.
10.7.6. Jadwal Penggunaan Peralatan.
Bagian-bagian yang disebutkan diatas 1 s/d 3 harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Proyek sebagai dasar / patokan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong
wajib mengikutinya.
10.8.1. Semua bahan & barang untuk proyek ini harus memenuhi standar / mutu yang
disebut dalam gambar rencana & RKS. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik
pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan
standard minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang digunakan.
10.8.2. Bila Direksi Proyek meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat
mengeluarkan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat mengeluarkan
perintah untuk mengadakan pengujian melalui test laboratorium atas biaya
Pemborong.
10.8.3. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui
Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum
pekerjaannya dimulai.
10.8.4.Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka bahan dan
Perencanaan Peningkatan Jaringan D.I Lakejo Kab. Polewali Mandar
barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
nanti.
10.8.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk dijadikan
dasar penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
10.8.6. Dalam pengajuan harga penawaran. Pemborong harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.
10.8.7. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula atas
biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Direksi
Teknis.
10.8.9. Direksi Proyek akan mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan bahan / barang
yang tidak disetujui dalam tempo 1 x 24 jam keluar lapangan pekerjaan, atas biaya
Pemborong.
.9. Pengukuran & Pematokan :
10.9.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan
persetujuan untuk dasar pekerjaan selanjutnya.
10.9.5. Mengingat setiap kesalahan selalu mempengaruhi Mengingat setip kesalahan selalu
akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan
ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Pemborong
dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi Proyek berhak membongkar pekerjaan atas
biaya Pemborong.
10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak
dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan
Direksi Proyek.
b) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup
lebar untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan
Pengawas dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
d) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Pengawas untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
e) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas
dari bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan
urugan.
f) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana,
Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas,
sampai kedalaman yang memiliki permukaan yang sesuai.
g) Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum
pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan
lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak,
Kontraktor harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk
mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian. Kontraktor harus
melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan
saluran pengeringan sementara atau pompa.
a) Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan
lokasi pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
b) Contoh Bahan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, Pasir, Split (Kerikil) atau Besi Tulangan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
c) Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan
dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
d) Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengecoran.
a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya
yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor sendiri.
a) Mutu Beton.
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah sesuai
dengan gambar kerja yakni beton K.175, dan harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam PBI 1971. Adapun beton ini dipakai untuk pekerjaan
sloof, kolom praktis, ring balok, pondasi, lantai, dan lain-lain seuai dengan
gambar kerja.
b) Semen.
Semen harus dari Type I dan memenuhi persyaratan SII-0013. Sebelum
pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan. Semen
harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan dari
Pengawas.
d) Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas
dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan
anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia
tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah
disebutkan di atas, harus diuji dan disetujui Pengawas.
e) Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter ≤ 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan
besi U24 =2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136. Untuk besi dengan
diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U32 = 3200
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.
a) Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
b) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kali, seperti pondasi, turap
dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan ini meliputi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan sesuai batas,
tingkat, bagian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
a) Contoh Bahan.
Contoh bahan batu seberat minimal 5 kg dengan ukuran terpanjang maksimal
15 cm, harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk disetujui.
b) Gambar Detail Pelaksanaan.Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
membuat Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, elevasi,
kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui Pengawas
Lapangan.
a) Batu Kali.
Batu kali harus memiliki sisi terpanjang berukuran maksimal 15 cm, dan emiliki
minimal 3 bidang kontak. Batu kali harus keras bersifat kekal dan tidak boleh
mengandung bahan yang dapat merusak.
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus-
menerus harus dibasahi dengan cara yang disetujui selama tiga hari setelah
pekerjaan selesai.
11.4. Pekerjaan Plesteran