Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan
Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan
DISUSUN OLEH:
Nama : ECA DAMAYANTI
NIM: ( PO.71.25.1.20.039 )
DOSEN PENGAMPU:
R.A.Zainur SPd, M, Kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Namun pengertian etika dan hukum
berbeda. Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti “yang baik, yang layak” ini
merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu
dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Sedangkan hukum adalah
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan pekerjaan profesi, antara lain
adalah pekerjaan dokter, dokter gigi, apoteker, sarjana kesehatan masyarakat, sarjana
keperawatan, hakim, pengacara, dan akuntan.
Manusia tumbuh sejak lahir sampai dengan bertambahnya usia selalu melakukan
interaksi atau bergaul dengan manusia lainya dan semakin luas daya cakup hubungannya
dengan manusia lain didalam masyarakat tersebut. Dengan perjalanan hidupnya manusia
akan mengetahui dia mempunyai persamaan dan juga perbedaan dengan manusia
lainnya. Dalam pergaulan manusia mempunyai kebebasan akan tetapi hal tersebut bukan
berarti manusia mempunyai sifat semaunya sendiri. Manusia merupakan ciptaan Tuhan
yang paling sempurna karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan dan
kehendak, akal adalah alat berfikir, sebagai sumber ilmu dan teknologi. Dengan akal
manusia menilai mana yang benar dan mana yang salah, sebagi sumber nilai kebenaran.
Perasaan adalah alat untuk menyatakan keindahan, dengan persaan manusia menilai
mana yang indah dan yang jelek dan kehendak adalah alat untuk menyatakan pilihan
sebagai sumber kebaikkan. Dengan kehendak manusia menilai mana yang baik dan mana
yang buruk, sebagai sumber nilai moral.
Sebuah pendidikan etika dimulai dari keluarga, pendidikan dari ayah, ibu kakak
dan saudara lainnya atau dari lingkungan sekitarnya, pendidikan ini yang dapat
memunculkan perilaku seseorang. Pendidikan tersebutlah yang menjadi pedoman
hubungan manusia dengan manusia lainnya dan juga hubungan manusia dengan
masyarakat lainnya. Etika sosial merupakan pengamalan pola tingkah laku manusia
dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial dimasyarakat. Adanya etika terhadap
2
sesama manusia dan etika profesi atau etika sosial saling melengkapi sehingga
kebahagiaan akan terwujud.
1.3 TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR ETIKA PROFESI
Etika merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan dan
pergaulan manusia, etika atau sering juga disebut sebagai “filsafat prilaku”1 atau disebut
nilai, ada juga pendapat yang menyebut etika ini dengan istilah “filsafat moral”2 adalah
salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia dengan
penekanannya kepada hal-hal yang baik dan buruk. Dengan kata lain, etika adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan baik dan buruk manusia, sejauh yang dipahami oleh
pikiran manusia.
Hubungan atau korelasi dari Pengertian etika dan kesehatan sebagaimana dengan
pengertian di atas ialah etika tidak dapat dipisahkan dalam setiap tata kelakuan dalam
dunia kesehatan, karena di dalamnya berkaitan dengan pola hubungan antara manusia
satu dengan lainya, dalam kontek hubungan terapeutik atau penyembuhan antara dokter
dan pasien. Ketika hubungan ini di lakukan maka secara tidak langsung kedudukan etika
pun tercipta dalam setiap tindakan medis oleh dokter atau tenaga medis kepada pasien.
Hal ini dikarenakan etika berbicara tentang moralitas manusia.
1. PENGERTIAN ETIKA
Di tinjau dari asal kata Etika berasal dari kata ethic. Eethic (dalam bahasa Inggris)
mempunyai arti yang berkenan tentang kesusilaan. Selain itu ethic (dalam bahasa Inggris)
juga berarti akhlak. Kata (etis) berasal dari kata ‘ethos’ yang membicarakan mengenai :
a. Karakter
b. Watak kesusilaan / kesopanan
c. Berkaitan dengan adat atau budi pekerti yang berkaitan dengan tingkah laku
Sementara itu menurut Martin (1993), etika di definisikan sebagai “the discipline
which can act the performance index or reference for our control sistem” dengan
demikian etika memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur
pergaulan manusia. etika kemudian di rupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
4
secara sistematik sengaja di buat berdasarkan prinsip moral yang ada; dan pada saat di
butuhkan akan bisa di gunakan sebagai alat untuk menghakimi segala macam perbuatan
secara logika/rasional umum menyimpang dari aturan Etika merupakan aplikasi atau
penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam situasi nyata dan merupakan cabang ilmu
dari filsafat. Berkaitan dengan hal tersebut maka etika mempunyai arti :
Menurut K. Berten, kata “etika” berasal dari bahasa yunani kuno, yakni ethos
(bentuk kata tunggal) atau ta etha (bentuk kata jamak). Ethos berarti tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Sedangkan kata ta etha berarti adat kebiasaan. Namun, secara umum etika
dimengerti sebagai ilmu apa yang biasa kita lakukan. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia (W.J.S Poerwandaminto, 2002) merupakan ilmu pengetahuan tentang asas -
asas akhlak (moral). Pengertian lain lagi mengenai etika dari Prof. DR. FRANZ Magniz
Suseno. Ia memberi pengertian bahwa etika adalah ilmu yang mecari orientasi (ilmu yang
member arah dan pijakan pada tindakan manusia). Apabila manusia memiliki orientasi
yang jelas, ia tidak akan hidup dengan sembarang cara atau mengikuti berbagai pihak
tetapi ia sanggup menentukan nasibnya sendiri. Dengan demikian, etika dapat membantu
manusia untuk bertanggung jawab atas kehidupannya.
Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu filos yang artinya kawan atau
penggemar, dan sofos atau shophia adalah hikmah, budi, kebijaksanaan. Jadi ilmu filsafat
adalah ilmu yang berkaitan dengan akal budi, asa, hukum, dan berkenan dengan segala
yang ada di alam semesta, serta berpusat pada kebenaran. Atau dengan arti lain, yaitu
ilmu pengetahuan untuk membuka rahasia hidup atau apa yang terjadi pada manusia
yang di dalamnya mengandung suatu tujuan kebaikan. Filasafat mengatakan manusia
adalah makhluk yang tau dan mau. Kemauannya mengendalikan pengetahuan /
pemahaman. Maka dari itu usaha manusia menggunakan akal budi
(pengetahuan/pemahaman) dan daya piker untuk memecahkan masalah moral. Sasaran
etika adalah tindakan yang dilakukan yang dilakukan dengan sadar, tahu, dan mau, serta
bebas memilih.
5
Dengan demikian Etika, merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan dan kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Secara teoretis, etika mempelajari tentang: a) Perbuatan manusia; b) Berkaitan dengan
tata adab; c) Berkaitan dengan nilai dan d) Dapat di nilai dengan baik (patut) atau buruk.
Ilmu yang membicarakan masalah ‘nilai’ merupakan bagian dari ilmu filsafat. Tingkah laku
yang di maksud dalam etika ilmu ini adalah tingkah laku yang berkaitan dengan
perubahan, menurut tata adabnya (peradaban) dan bukan tata adab. Jadi, etika adalah
suatu teori mengenai perbuatan manusia yang dapat di timbang atau di nilai baik-buruk
hasilnya. Suatu perbuatan di katakan berkaitan dengan etika, apabila memenuhi
beberapa syarat berikut:
a. Dilakukan dengan pilihan bebas
b. Dilakukan dengan sadar
c. Tahu baik buruk apa yang dilakukan
d. Mau atau mau melakukan perbuatan tertentu
e. Dilakukan manusia dengan makhluk pikiran dan kebebasan
Berdasarkan pengertian tadi, dapat dirumuskan pengertian etika menjadi tiga,
pertama etika merupakan sistem nilai, yakni nilai - nilai atau norma - norma moral yang
menjadi pegangan (landasan, alasan, orientasi hidup) seseorang atau kelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika kumpulan asas – asas akhlak (moral) atau
semacam kode etik. Ketiga, etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk.
Hal ini terjadi apabila nilai - nilai, norma - norma moral, asas – asas akhlak (moral), atau
kode etik yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat menjadi bahan refleksi
(pemikiran) secara menyeluruh (holisti), sistematis, dan metodis. Etika merupakan
pemikiran kritis tentang berbagai ajaran dan pandangan moral. Etika sering disebut
filsafat moral, karena berhubungan dengan adat istiadat, norma - norma, dan nilai - nilai
yang menjadi pegangan dalam suatu kelompok atau seseorang untuk mengatur tingkah
laku.
Etika sebagai falsafah, pengetahuan dan pedoman praktis adalah penting karena
alasan berikut.
6
2. Etika mengajar manusia membuat keputusan yang tepat dalam pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari, dipandu oleh asas-asas moral.
3. Etika membuat orang berpikir, memilih dan bertindak secara bijaksana agar ia
mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Sedangkan hukum berfungsi dan
bertujuan mengatur hubungan dalam masyarakat, dan mengatur kegiatan, serta
tindakan warga masyarakat.
Etika di atas yang kemudian berkembang menjadi etika profesi adalah aturan
bertindak pada kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat khusus, yakni kelompok
profesi. Tujuannya antara lain dikembangkan etika profesi untuk mengatur hubungan
timbal balik antara kedua belah pihak, yakni antara anggota kelompok atau anggota
masyarakat yang melayani dan dilayani. Dalam bidang kesehatan, dengan sendirinya etika
profesi ini berkembang antara petugas kesehatan dan masyarakat yang di layani.
Pola hubungan antar sesama kelompok masyarakat yang melayani dan di layani,
dalam pengertian ini adalah tenaga medis dokter kepada pasien, selalu dilingkupi dengan
sistem tata nilai atau norma dalam pergaulanya, yaitu etika atau kode etik, sedangkan
profesi berhubungan dengan pekerjaan yang berdasar pada keilmuan, keahlian, atau
ketrampilan tertentu. Hubungan di antara keduanya adalah etika membingkai dari semua
proses seseorang dalam melakukan pekerjaan tersebut, etika dapat bekerja ketika
individu atau kelompok melaksanakan kewajibanya, etika menjadi sandaran sebagai
seorang pemberi layanan di dalam hal bertindak, oleh sebab itu Di dalam kode etik
profesi mengandung kewajiban-kewajiban bagi anggotanya dalam hal bagaimana cara
7
bertindak dalam melaksanakan praktik profesinya.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain.
Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadi dua, etika perangai dan
etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai (sifat batin manusia yang mempengaruhi pikiran dan perilaku manusia) manusia
dalam hidup bermasyarakat di daerah dan waktu tertentu. Etika perangai tersebut diakui
dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh
etika perangai adalah:
8
2. Etika dan Etiket
Pengertian etika dan etiket Etika berarti ’’moral’’ sementara etiket berarti ’’sopan
santun’’. Bentuk kata keduanya dalam bahasa Inggris ethics dan etiquette. Keduanya
menyangkut perilaku manusia. Istilah etiket dipakai sehari-hari, dan mempunyai arti lebih
terbatas ada aturan yang mengatur perbuatan yang dilakukan seseorang berkaitan
dengan sopan santun.
Penggunaan kata etika dan etiket sering dicampuradukan. Padahal antara kedua
istilah tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar walaupun ada juga
persamaanya. Kata Etika berarti moral, sedangkan kata etiket berarti sopan santun, tata
krama. Persamaan antara kedua istilah tersebut adalah keduanya mengenai perilaku
manusia. Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya
memberi norma perilaku manusia bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat.
Dari pertanyaan tersebut Bertens dalam Abdulkadir Muhammad menyampaikan:
1. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau
tidak,misalkan masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya,
bukan menjadi permaslahan, akan tetapi etiket menetapkan cara melakukan
perbuatan, menunjukan apakah cara itu baik, benar dan tepat sesuai yang
diharapkan.
2. Etika bergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri selalu
berlaku, baik atau tidak ada orang lain. Etiket hanya berlaku pada pergaulan jika
tidak ada orang lain etiket tidak berlaku.
3. Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar menawar, misalnya jangan mencuri dan
jangan membunuh. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain, misalnya di
Indonesia memegang kepala orang, di Indonesia tidak sopan, akan tetapi di negara
lain bisa saja sopan.
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah), orang yang bersifat etis
adalah orang yang benar-benar baik, sifatnya tidak bersifat munafik. Etiket
memandang manusia dari segi luar (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan
dan halus, tetapi didalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan.
9
Berbicara mengenai etika dan etiket, ada empat perbedaan yang terkait dengan kedua
istilah tersebut yaitu antara etiket dan etika sebagai berikut:
3. Fungsi Etika
Sebenarnya etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi
etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas yang membingungkan. Etika akan menampilkan ketrampilan intelektual yaitu
ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan
dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral
diperlukan karena:
10
1) pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah
budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2) modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3) berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing
dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
4. Pengertian Profesi
11
menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedarnya,
untuk mengisi waktu.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
12
Jadi dapat di simpulkan etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum yang telah
ditetapkan dan disepakati pada profesi atau lingkup kerja tententu manusia.
1. Hukum Kesehatan
13
masyarakat) maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala
aspeknya, organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lain-lain.
2. Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal
ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek-aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kesehatan mencakup
komponen–komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu dengan
lainnya, yaitu Hukum Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum
Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum
Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993)
3. Prof.H.J.J.Leenen
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan
langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya
mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi,
namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga merupakan sumber hukum.
4. Prof. Van der Mijn
Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengaturan yang
berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum
perdata, hukum pidana dan hukum administrasi. Hukum medis yang mempelajari
hubungan yuridis dimana dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari
hukum kesehatan.
14
kesehatan. Memahami dan mendalami hukum kesehatan akan memberi dan
meningkatkan keyakinan diri tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi kesehatan
yang berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman, tidak melanggar etika , dan
ketentuan hukum.
Dalam hal ini, dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memahami adanya
landasan hukum dalam transaksi teraupetik antara dokter dan pasien (kontrak
teraupetik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien , serta hak dan
kewajiban dokter atau perawat dan adanya simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan
dan pekerjaan , memahami dalam situasi dan keadaan apa rahasia jabatan dan pekerjaan
boleh disampingkan, memiliki pengetahuan yang baik tentang standar pelayanan medik
standar profesi medik, pemahaman tentang malpraktek medik, penanganan pasien gawat
darurat, rekam medis, eutanasia. Pada sisi lain , sebagai warga negara , apalagi yang
bertugas di bidang kesehatan, tentu perlu memahami dengan baik beberapa peraturan
dan perundang-undangan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan.
Hukum kesehatan yang dikembangkan pada dewasa ini di banyak bagian dunia
sesungguhnya sudah terkenal sejak 1800 SM sebagai Code Hammurabi dan Code of
Hitties (Kode Etik Hammurabi dan Kode Etik Hitties). Kemudian kode etik tersebut di
dalam perkembangannya menjadi sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam,
namun bentuk yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar
460-370 SM. Sumpah tersebut berisi kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan
bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. Hukum kesehatan pada saat itu
belum berkembang seperti saat ini, pada saat itu pola hubungan antara dokter dan pasien
masih bersifat pola hubungan paternialistik, yaitu dokter sebagai tenaga kesehatan
sebagai tenaga kesehatan utama dengan tenaga kesehatan lainya.
15
dokter mulai mengembangkan gagasan hak –hak dasar manusia dibidang kesehatan, yaitu
hak atas pemeliharaan (the right to healthcare), dan hak untuk menentukan diri sendiri
( the right on self determination atau disebut TROS), kemudian di dalam perkembangan
hak-hak dasar tersebut. diakomodasi pada pasal 225 ayat (1) United Nation Universal
Declaration of Human Right.
Di indonesia kaidah yang terdapat pada pasal 25 ayat (1) United Nations Universal
Declaration of Human Rights 1948 diadopsi di dalam pasal 8 H ayat (1) UUD 1945
(Perubahan Kedua) yang menyatakan 40 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”15 Hukum kesehatan merupakan suatu
bidang ilmu di antara semua keseluruhan ilmu dalam ilmu hukum, yang mencakup semua
atau keseluruhan rangkaian peraturanperundang-undangan dalam hal medis yaitu
pelayanan medis dan sarana medis. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kansil, sedangkan
Leenen menjelaskan bahwa hukum kesehatan meliputi semua ketentuan umum yang
langsung berhubungan dngan pemeliharaan kesehatan dan penerapan dari hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi dalam hubungan tersebut serta
pedoman internasional, hukum kebiasaan dan jurisprudensi yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu, dan literatur, menjadi sumber hukum
kesehatan.
16
Adapun Menurut rumusan Tim Pengkajian Hukum Kedokteran Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah ketentuan hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu da masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut
dalam segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, selain aspek
organisasi dan sarana yang harus diperhatikan, pedoman medis, internasional, hukum
kebiasaan, dan hukum otonom di bidang kesehtan, ilmu pengetahuan dan literatur medis
juga merupakan sumber hukum kesehatan. Pengertian hukum kesehatan di atas, secara
umum dapat diartikan bahwa hukum kesehatan adalah semua ketentuan yang
menyangkut dengan hak dan kewajiban, pelayanan medis dan sarana medis dalam hal
pemeliharaan kesehatan, baik di tinjau dari aspek promotif, preeventif, kuratif dan
rehabilitatif, pedoman internasional, dan hukum kebiasaan, serta dalam penerapan
hubungan hukum perdata, pidana dan administrasi.
Hubungan etik dan hukum, bagi etika, baik buruknya, tercela tidaknya, perbuatan
itu diukur dengan tujuan hukum, yaitu ketertiban masyarakat. Bagi hukum
problematikanya ialah ditaati atau dilanggar tidaknya kaidah hukum. Hukum menuntut
legalitas, yaitu berarti bahwa yang dituntut ialah pelaksanaan atau penataan kaidah
hukum semata, sebaliknya, etika lebih mengandalkan iktikad baik dan kesdaran moral
pada pelakunya. Oleh karena itu, etika menurut morallitas, berati bahwa yang dituntut
adalah perbuatan yang di dorong oleh rasa wajib dan tanggung jawab itulah sebabnya,
timbul kesulitan untuk menilai pelanggaran etika selama pelanggaran itu bukan
merupakan pelanggaran hukum.
2. Undang-Undang Kesehatan
17
3 UU Kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.
a. Perspektif UU Kesehatan
Undang-undang yang baik adalah undang- undang yang tidak bersifat kontemporer,
tetapi undang-undang yang keberadaannya adalah memiliki pandangan kedepan kata lain
adalah yang memiliki perpektif. Jadi secara umum undang-undang kesehatan ini
diharapkan fungsinya sebagai berikut :
18
2. Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun
waktu mendatang .
3. Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan.
b. Sistematika UU Kesehatan
Dirinci tentang sumber daya kesehatan yang mencakup perangkat keras seperti
sarana , prasarana dan peralatan serta perangkat lunak seperti manajemen, pembiayaan
dan SDM yang mendukung terselenggaranya upaya kesehatan. Dalam undangundang ini
dijelaskan tentang adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. dalam kaitan ini, pemerintah adalah membina, mendorong, dan
menggerakkan swadaya masyarakat di bidang kesehatan. Oleh karena itu, perlu
pembinaan dan pengawasan sehingga semua kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
Akhirnya dalam undang-undang ini diatur tentang bagaimana penyidikan dapat dilakukan
apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur. Demikian pula diatur
tentang sanksi hukum menurut ketentuan pidana dan perdata.
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan , jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/masyarakat.
19
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan ke
dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan , pencegahan dan
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan / atau kosmetika
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/ atau perawatan dengan cara,
obat dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah secara bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa maupun air.
20
Dalam kesehatan matra dimaksud seperti kesehatan
penerbangan/kedirgantaraan, kesehatan kelautan dan bawah air , yaitu upaya kesehatan
yang mempunyai ciri khusus atau lingkungan matra yang sering berubah. Berikut ini akan
ditampilkan beberapa kutipan Undang-undang Kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus karena banyak berkaitan dengan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
yaitu :
a. Asas (pasal2)
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, adil dan merata perikehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
b. Tujuan Pembangunan Kesehatan (Pasal 3)
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
c. Hak dan Kewajiban (Pasal 4 dan 5 )
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal
2) Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga dan lingkungan.
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan asas manfaat disini adalah memberikan manfaat yang
sebesarbesarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga
negara. Asas usaha bersama dan kekeluargaan yang dimaksud adalah bahwa
penyelenggara kesehatan dilaksanakan melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang
dijiwai semangat kekeluargaan Dalam undang-undang ini, diharapkan penyelenggaraan
kesehatan dapat dilaksanakan dengan kepercayaan dan kemampuan serta kekuatan
sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional yang ada. Dalam hal ini, perlu
ditingkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat yang optimal
kepada seluruh masyarakat.
21
c. Upaya Kesehatan
1) Kesejahteraan keluarga
2) Perbaikan gizi
3) Pengamanan makanan dan minuman
4) Kesejahteraan lingkungan
5) Kesejahteraan kerja
6) Kesehatan jiwa
7) Pemberantasan penyakit
8) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) Penyuluhan kesehatan masyarakat
10) Pengamatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11) Pengamanan zat adiktif
12) Kesehatan sekolah
13) Kesehatan olah raga
14) Pengobatan tradisional
15) Kesehatan matra
22
bertujuan untuk melindungi pemberi maupun penerima pelayanan kesehatan.
kesehatan memberikan perlindungan hukum baik bagi pemberi maupun penerima
pelayanan kesehatan, hal ini tercantum dalam Undang-undang Kesehatan yaitu :
Pasal 53 :
Pasal 55 :
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan langsung pada
pemberian kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi, dan
hukum pidana. Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelaksana kesehatan maupun dari pihak penyelenggara
dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu
pengetahuan kesehatan, dan hakim serta sumber-sumber lainnya. Hukum kesehatan
terdiri dari banyak disiplin, diantaranya: hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum
farmasi, hukum apotik, hukum kesehatan masyarakat, hukum perobatan, dan lain-lain.
Masing-masing disiplin ini umumnya telah mempunyai etik profesi yang harus diamalkan
23
anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan kesehatan
juga mempunyai etika yang di indonesia terhimpun dalam etik rumah sakit indonesia
(ERSI) (Hanafiah, 1999).
Kesehatan di Indonesia dibangun melalui 2 pilar, yaitu hukum dan etik. Hukum di
Indonesia bersumber dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berbagai
peraturan perundang-undangan lainnya khususnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, sedangkan pilar etik bersumber dari kebijaksanaan organisasi profesi, standar
profesi, dan kode etik profesi. Sumber utama dari pilar etik ini adalah Kode EtikRumah
Sakit Indonesia (KODERSI) dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), merupakan kewajiban-kewajiban moral yang harus
ditaati oleh setiap rumah sakit (sebagai suatu lembaga) dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Indonesia. Kewajiban kewajiban
moral lembaga harus diterjemahkan menjadi rangkuman nilai-nilai moral untuk dijadikan
pegangan dan pedoman bagi para insane rumah sakit di Indonesia dalam hal
penyelenggaraan dan pengoperasian rumah sakit di Indonesia.
24
di Indonesia. Bentuk hukum tertulis atau peraturan undang-undang mengenai hukum
kesehatan diatur dalam:
a. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(selanjutnya disebut UU No. 29 Tahun 2004).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya
disebut UU No. 36 Tahun 2009).
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya
disebut UU No. 44 Tahun 2009).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(selanjutnya disebut UU No. 36 Tahun 2014)
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (selanjutnya
disebut UU No. 38 Tahun 2014)
b. Peraturan Pemerintah.
c. Keputusan Presiden.
d. Keputusan Menteri Kesehatan.
e. Keputusan Dirjen/Sekjen.
f. Keputusan Direktur/Kepala Pusat.
25
1. Penerima pelayanan, yang harus diatur hak dan kewajiban, baik perorangan,
kelompok atau masyarakat.
2. Penyelenggara pelayanan : organisasi dan sarana-prasarana pelayanan, yang juga
harus diatur hak dan kewajibannya.
Hukum kesehatan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban tenaga kesehatan, individu dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya
kesehatan, aspek organisasi kesehatan dan aspek sarana kesehatan. Selain itu, hukum
kesehatan dapat juga dapat didefinisikan sebagai segala ketentuan atau peraturan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan.
“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”
26
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan amanah konstitusi dasar Negara dan
cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karenanya, untuk setiap kegiatan dan atau upaya yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan daya saing bangsa serta pembangunan nasional
Indonesia. Hukum kesehatan berperan untuk mengusahakan adanya keseimbangan
tatanan di dalam upaya pelaksanaan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat serta memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan hukum kesehatan
yang berlaku.
Hukum kesehatan memiliki cakupan yang lebih luas daripada hukum medis
(medical law). Hukum kesehatan meliputi, hukum medis (medical law), hukum
keperawatan (nurse law), hukum rumah sakit (hospital law), hukum pencemaran
lingkungan (environmental law) dan berbagai macam peraturan lainnya yang berkaitan
dengan kesehatan manusia. Hukum kesehatan tidak dimuat dalam satu kitab khusus
seperti halnya kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Hukum kesehatan dapat ditemukan
dalam berbagai peraturan perundangundangan yang mengatur tentang kesehatan
manusia atau peraturan perundang-undangan lainnya yang memuat pasal atau ketentuan
mengenai kesehatan manusia. Ketentuan mengenai hukum kesehatan tersebut
penerapannya dan penafsirannya serta penilaian terhadap faktanya merupakan bidang
medis. Itulah sebabnya hukum kesehatan merupakan salah bidang ilmu yang cukup sulit
untuk ditekuni karena harus terkait dengan 2 (dua) disiplin ilmu sekaligus.
Regulasi bidang hukum kesehatan seperti yang saat ini menjadi rujukan dalam
menyelenggarakan sesuatu berkaitan dengan masalah kesehatan adalah Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009). Beberapa hal penting
diatur dalam UU Kesehatan adalah mengenai upaya kesehatan, tenaga kesehatan, sarana
kesehatan, obat dan alat kesehatan.
1. Upaya Kesehatan
27
Pengertian secara umum mengenai upaya kesehatan yang diatur dalam UU No. 36
Tahun 2009 adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat
2. Pengaturan berkaitan dengan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting
dalam pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan. Tanpa adanya tenaga kesehatan,
mustahil penyelenggaraan kesehatan akan terlaksana. Dalam UU Kesehatan No.36
Tahun 2009 dimaksud sebagai tenaga kesehatan adalah : “setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”
3. Pengaturan berkaitan dengan sarana kesehatan
Pengertian umum mengenai sarana kesehatan tidak disebut secara tegas dalam
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Namun disebutkan tentang
penempatan jumlah tenaga kesehatan dengan pemerataan sarana pelayanan
kesehatan.
4. Pengaturan berkaitan dengan Obat dan Alat Kesehatan
a) Pengaturan tentang Obat
Berkaitan dengan sediaan farmasi adalah bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
b) Pengaturan tentang Alat Kesehatan
Dalam Pasal 1 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tentang
ketentuan umum disebutkan bahwa alat kesehatan merupakan sumber
daya di bidang kesehatan.
28
adalah salah satu jenis dari tenaga kesehatan yang bidang garapnya manusia (pasien),
melakukan pengobatan (dasar/sederhana) dan perawatan kepada klien dan pasien. Oleh
karena itu, perlu diberikan perlindungan atau peraturan dari segi etis maupun hukum.
Demikian pula dengan profesi di luar bidang kesehatan, juga mempunyai standar profesi
tersendiri.
29
3. Pentingnya Etika Pada Profesi Keperawatan
Keperawatan adalah :
1. Profesi yang mempunyai bidang garap manusia (membuat Kesejahteraan bagi
orang yang sehat maupun sakit)
2. Profesi yang merupakan. panggilan hidup untuk suatu karya pengabdian
(merupakan wujud dari cinta-kasih).
3. Menerapkan profesi ini harus mempunyai motivasi yang tinggi, komitmen mantap.
4. Karena bidang garapnya manusia maka memerlukan suatu aturan ter tentu.
5. Aturan di sini lebih banyak mengatur tata hubungan antara perawat dengan
pasien atau lebih dikenal dengan Etika hubungan .
Keperawatan yang mempunyai nilai etik tinggi dapat diwujudkan dalam ' bentuk:
30
3. Tingkat kedewasaan moral, dimana perawat, mempunyai pribadi yang matang
atas kehendak sendiri, mempunyai disiplin diri, mampu mengendalikan nafsu (hal-
hal atau sifat yang tidak baik), dan punya falsafah hidup.
4. Tingkat kedewasaan sosial, dimana perawat mampu menyesuaikan diri, menjalin
hubungan dengan pasien secara wajar, menghargai dan menerima pribadi orang
lain, dan mendukung penegakan lingkungan.
5. Kedewasaan spiritual, dimana perawat mampu menjalin hubungan dengan Allah,
mengembangkan prinsip asih, asah, dan asuh, serta mengambil keputusan secara
bebas, dari batin (netral). Ia juga mampu mengembangkan diri pribadi dan
mempunyai nilai yang dihayati dan punya sikap reflektif.
Perawat gigi atau perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai atau didapat dari:
Ada dua pendekatan yang dilakukan Perawat atau Perawat Gigi kepada pasien:
31
Dilema etika muncul ketika ketaatan prinsip menimbulkan penyebab
konflik dalam bertindak, contohnya: seorang pasien yang dengan ngotot minta
giginya dicabut, meskipun giginya hanya mengalami karies email dan merupakan
kontra indikasi dicabut karena pasien merasa penambalan akan memerlukan
banyak waktu dan biaya. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi pasien akan pilihan pengobatan giginya, tetapi masyarakat
yang & tentang kesehatan gigi berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
dilakukan dengan mempertahankan gigi tersebut.
Sayangnya tidak ada satu metode pun yang mudah dan aman untuk
menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik di antara
kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya perintang berdasarkan prinsip dalam
bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan, dan hal ini dapat mengurangi
perhatian Perawat Gigi terhadap sesuatu yang paling etika.
32
a) Loyalitas sebagai staf dan kolega untuk tetap memegang teguh komitmen
utamanya terhadap pasien.
b) Memberikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada
umumnya.
Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik suatu profesi
merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang menjalankan
profesi seperti dokter, perawat, perawat gigi dan profesi lainnya.
Begitu halnya dengan perawat gigi yang merupakan suatu profesi bidang
keperawatan gigi juga memiliki kode etik. Dengan adanya kode etik ini diharapkan dapat
memberikan pedoman bagi tiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas, dimana
pelaksana profesi (perawat gigi) mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. Disamping itu kode etik juga merupakan sarana kontrol bagi
masyarakat maupun profesi yang bersangkutan, serta mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Organisasi profesi merupakan suatu
wadah/tempat para anggota profesi tersebut menggabungkan diri dan mendapat
perlindungan. Di Indonesia, organisasi profesi bidang keperawatan gigi adalah Persatuan
Perawat Gigi Indonesia(PPGI). Sebagai seorang perawat gigi kita wajib menghayati,
mentaati dan mengamalkan apa yang sudah tertera didalam kode etik diwilayah hukum
Indonesia. Kewajiban-kewajiban sebagai seorang perawat gigi senantiasa harus dilakukan
dengan semaksimal mungkin, baik itu kewajiban umum dalam memberikan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut, agama, hukum, kewajiban terhadap masyarakat,
kewajiban terhadap diri sendiri, bahkan kewajiban terhadap rekan sejawat.
33
Kode etik merupakan syarat untuk dapat menyesuaikan diri, dalam menyesuaikan
diri berarti dapat memberi dan menerima dari lingkungannya. Pedoman untuk
menyesuaikan diri dalam profesi Perawat khususnya adalah:
34
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dan
moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum dan adat istiadat/kebiasaan masyarakat.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain menilai baik atau buruk.
Profesi adalah suatu jabatan, Professional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang
tinggi dalam memegang suatu jabatan tertentu sedangkan profesionalisme adalah jiwa
dari suatu profesi dan professional.
35
DAFTAR PUSTAKA
Coursehero.TUGASGIGI.Diaksesmelalui.https://www.coursehero.com/file/28862600/TUG
AS-GIGIdocx/. Pada Tanggal 21 januari 2021
Purnama,Sang Gede, SKM, MSc. 2016. MODUL ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN. Diakses
melalui.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/03b7efe3b657eb67d
4d28815d4e5cabb.pdf. Pada tanggal 20 januari 2021
Purwaningsih Endang, sri wahyu dwi astute. 2017. ETIKA PROFESI DAN HUKUM
KESEHATAN. Diakses melalui. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/etika_bab1-3.pdf. pada tanggal 20 Januari 2021
Usman, Anggie Septie Aningrum AN , Syarifuddin Yusuf. 2018. Jurnal Ilmiah Manusia dan
Kesehatan. ANALISIS PENERAPAN ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN PADA PEMBERIAN
PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG
RAPPANG.
36