Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN


Dosen Pengampu : Eka Setyaning Suci, S,ST, M. Kes

Disusun Oleh :

Nama : Cristiniawati Putri Gonsalvus

Nim : P07124220004

Jurusan : D-lll Kebidanan

Semester : 2 (Dua)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA2021


Alat-alat dan Prosedur Apa Saja Yang Perlu dilakukan Untuk Tindakan
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewasa??

Alat-alat Resusitasi pada bayi :

 Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi


 Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi
 Kain ke -3 : untuk ganjal bayi
 Alat Penghisap DeLee atau bola karet
 Tabung dan sungkup/Balon dan sungkup
 Kota alat resusitasi
 Sarung tangan
 Jam atau pencata waktu

Prosedur :

 Jaga Bayi Tetap Hangat


a. Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap
terbuka,potong tali pusat.
c. Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi yang
datar,rata,keras,bersih, kering dan hangat.
d. Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
 Atur Posisi Bayi
a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala dekat penolong.
b. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
 Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara sbb ;
1. Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
2. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK
pada waktu memasukkan.
3. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam jangan lebih dari 5 cm
ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm masuk ke dalam hidung), hal
ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb :


a. Tekan bola diluar mulut.
b. Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan
lendir akan terhisap.
c. Untuk hidung masukan ke lubang hidung.
d. Keringkan dan rangsang bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka,kepala dan
bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai
bernapas.
 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa
cara dibawah ini :

e. Menepuk/menyentil menyetil talapak kaki atau

f. Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan

tepalak tangan

g. Atur kembali posisi bayi dan selimut bayi

 Ganti kain yang telah basah dengan kain


kering dibawahnya.
 Selimuti bayi dengan kain kering
tersebut,jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi
 Atur kembali posisi kepala bayi sehingga
kepala agak sedikit eksentis
 Tahap Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan
sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk
membuka aveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah :
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu,mulut dan
hidung.
2. Ventilasi 2 kali
a. Lakukan tiupan/pemompaan dengan tekanan 30 cm air
tiupan awal tabung-sungkup /pemompaan awal balon
sungkup sangat penting untuk membuka aveoli paru agar
bayi bisa mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas
bayi terbuka.
b. Lihat apakah dada bayi mengembang saat melakukan
tiupan/pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang.

Bila tidak mengembang


1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara
yang bocor.
2. Periksa posisi kepala,pastikan posisi sudah menghidu.
3. Periksa cairan atau lendir dimulut,bila ada cairan atau
lendir lakukan pemghisapan.
4. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air
5. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
 Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup
atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan
20 cm air sampe bayi mulai menangis dan
bernapas spontan
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan
tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang napas.

Alat-alat Resusitasi Orang Dewasa :

RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang
diperlukan adalah alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker.
Ketidakadaan alat pelindung diri tidak seharusnya menjadi alasan tidak
melakukan/penundaan resusitasi jantung paru karena belum ditemukan
hubungan signifikan antara menjadi pelaku resusitasi jantung paru dengan
tertular penyakit melalui resusitasi jantung paru. Sebuah meta analisis
menunjukkan bahwa alat kompresi dada mekanik lebih superior
dibandingkan dengan kompresi dada secara manual dalam mencapai
kembalinya sirkulasi spontan. Perlengkapan tambahan yang dapat digunakan
adalah alat untuk memonitor resusitasi jantung paru secara elektronik yang
dapat memberikan umpan balik terkait kompresi yang sedang dilakukan. Alat
lain yang juga diperlukan adalah defibrilator kardiak yang dapat memberikan
kejut listrik ke jantung pasien yang diharapkan dapat mengembalikan irama
jantung yang normal.

Prosedur :

1. Kompresi dada
2. Jalan napas
3. Pernapasan

Saat ini, pemberian napas buatan pada pasien dewasa sudah tidak dianjurkan
pada penolong yang bukan petugas kesehatan sehingga tim penyelamat cukup
melakukan kompresi dada saja. Akan tetapi, petugas kesehatan harus
mengerjakan 3 komponen resusitasi jantung paru tersebut. Selain itu,
terdapat perubahan dari guideline AHA sebelumnya mengenai urutan
komponen dari sebelumnya jalan napas-pernapasan-kompresi dada menjadi
kompresi dada-jalan napas-pernapasan.
Jika penolong hanya seorang diri dan menemukan tanda henti jantung yaitu
pasien tidak berespons, tidak bernafas ataupun pola pernapasan yang
abnormal, dan denyut nadi tidak teraba segera panggil terlebih dulu bantuan
ataupun aktifkan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT).
Kemudian, segera lakukan resusitasi jantung paru selama 2 menit. Angka
survival berkurang 10-15% setiap menitnya setelah henti jantung terjadi jika
tidak segera ditolong dengan resusitasi jantung paru.

Kompresi Dada

Tumit salah satu tangan diletakkan di atas sternum pasien, sementara tangan
lainnya diletakkan di atas tangan pertama dengan jari-jari yang bertautan.
Siku diekstensikan dan badan seperti “dijatuhkan” ke pasien. Kompresi dada
yang baik minimal sedalam 5 cm, tetapi tidak lebih dalam dari 6 cm. Setelah
melakukan kompresi, pastikan dada recoil sempurna.  Kompresi diulang
sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100-120 kali kompresi per menit. Kunci
dari kompresi dada adalah melakukannya cepat dan kuat. Setelah kompresi
sebanyak 30 kali, ventilasi diberikan sebanyak 2 kali. Pada pasien yang
terintubasi, ventilasi diberikan secara kontinyu dengan kecepatan 1 kali
setiap 6 detik (10 kali per menit) selama kompresi dada dilakukan. Untuk
mencegah menurunnya kualitas kompresi dada karena petugas kesehatan
yang kelelahan, sebaiknya disiapkan penggantinya. Pada resusitasi jantung
paru tanpa alat bantu napas yang invasif, diizinkan menghentikan kompresi
sementara (<10 detik) untuk pemberian 2 kali ventilasi. Fase jeda kompresi
dada sebelum dan sesudah dilakukan shock harus seminimal mungkin. Pada
resusitasi jantung paru yang dilakukan tanpa ventilasi (hanya kompresi dada),
kompresi dilakukan terus-menerus sampai petugas kesehatan profesional
datang.  Penggunaan alat kompresi dada mekanik hanya dianjurkan jika tidak
ada petugas kesehatan yang bisa melakukan kompresi dada dengan baik.
Ventilasi

Sebelum memberikan ventilasi, amankan terlebih dahulu jalan napas dengan


melakukan manuver head-tilt dan chin-lift. Selain itu, pastikan tidak ada
sumbatan jalan napas dengan melihat apakah terdapat benda asing yang
menyumbat jalan napas pasien. Hal ini penting karena sumbatan akan
membuat ventilasi tidak efektif. Penggunaaan oropharyngeal airway dapat
membantu mengamankan jalan napas. Pemberian ventilasi dari mulut ke
mulut tidak dianjurkan untuk dilakukan di layanan kesehatan. Pemberian
ventilasi di layanan kesehatan sebaiknya dilakukan menggunakan bag-valve-
mask (BVM) dengan bantuan oropharyngeal airway. Saat melakukan ventilasi
menggunakan BVM, petugas kesehatan harus memastikan tidak ada celah
antara masker dengan wajah pasien. Bag diremas dengan satu tangan selama
kira-kira 1 detik untuk memasukkan sekitar 500 ml udara ke paru-paru
pasien. Pastikan pasien tidak mengalami hiperventilasi dengan memastikan
ventilasi yang dilakukan tidak melebihi 8-10 napas per menit.[1,10]

Pada pasien anak-anak dengan henti jantung dan hanya terdapat satu orang
penolong, rasio kompresi:ventilasi sama dengan orang dewasa yaitu 30:2.
Sementara jika terdapat dua atau lebih penolong, rasionya turun menjadi
15:2. Kompresi dada pada anak dilakukan dengan menggunakan dua tangan
atau satu tangan pada anak yang bertubuh kecil di setengah bagian bawah
tulang sternum. Sementara pada bayi berusia kurang dari 1 tahun, jika hanya
terdapat satu penolong, kompresi dilakukan dengan dua jari pada bagian
tengah dada, persis di bawah garis areola. Jika terdapat dua atau lebih
penolong, kompresi dilakukan dengan dua ibu jari dengan posisi tangan yang
melingkari tubuh pasien. Pada anak, laju ventilasi yang diberikan adalah
sebesar 12-20 napas per menit.

Anda mungkin juga menyukai