Disusun Oleh :
Nim : P07124220004
Semester : 2 (Dua)
Prosedur :
tepalak tangan
RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang
diperlukan adalah alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker.
Ketidakadaan alat pelindung diri tidak seharusnya menjadi alasan tidak
melakukan/penundaan resusitasi jantung paru karena belum ditemukan
hubungan signifikan antara menjadi pelaku resusitasi jantung paru dengan
tertular penyakit melalui resusitasi jantung paru. Sebuah meta analisis
menunjukkan bahwa alat kompresi dada mekanik lebih superior
dibandingkan dengan kompresi dada secara manual dalam mencapai
kembalinya sirkulasi spontan. Perlengkapan tambahan yang dapat digunakan
adalah alat untuk memonitor resusitasi jantung paru secara elektronik yang
dapat memberikan umpan balik terkait kompresi yang sedang dilakukan. Alat
lain yang juga diperlukan adalah defibrilator kardiak yang dapat memberikan
kejut listrik ke jantung pasien yang diharapkan dapat mengembalikan irama
jantung yang normal.
Prosedur :
1. Kompresi dada
2. Jalan napas
3. Pernapasan
Saat ini, pemberian napas buatan pada pasien dewasa sudah tidak dianjurkan
pada penolong yang bukan petugas kesehatan sehingga tim penyelamat cukup
melakukan kompresi dada saja. Akan tetapi, petugas kesehatan harus
mengerjakan 3 komponen resusitasi jantung paru tersebut. Selain itu,
terdapat perubahan dari guideline AHA sebelumnya mengenai urutan
komponen dari sebelumnya jalan napas-pernapasan-kompresi dada menjadi
kompresi dada-jalan napas-pernapasan.
Jika penolong hanya seorang diri dan menemukan tanda henti jantung yaitu
pasien tidak berespons, tidak bernafas ataupun pola pernapasan yang
abnormal, dan denyut nadi tidak teraba segera panggil terlebih dulu bantuan
ataupun aktifkan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT).
Kemudian, segera lakukan resusitasi jantung paru selama 2 menit. Angka
survival berkurang 10-15% setiap menitnya setelah henti jantung terjadi jika
tidak segera ditolong dengan resusitasi jantung paru.
Kompresi Dada
Tumit salah satu tangan diletakkan di atas sternum pasien, sementara tangan
lainnya diletakkan di atas tangan pertama dengan jari-jari yang bertautan.
Siku diekstensikan dan badan seperti “dijatuhkan” ke pasien. Kompresi dada
yang baik minimal sedalam 5 cm, tetapi tidak lebih dalam dari 6 cm. Setelah
melakukan kompresi, pastikan dada recoil sempurna. Kompresi diulang
sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100-120 kali kompresi per menit. Kunci
dari kompresi dada adalah melakukannya cepat dan kuat. Setelah kompresi
sebanyak 30 kali, ventilasi diberikan sebanyak 2 kali. Pada pasien yang
terintubasi, ventilasi diberikan secara kontinyu dengan kecepatan 1 kali
setiap 6 detik (10 kali per menit) selama kompresi dada dilakukan. Untuk
mencegah menurunnya kualitas kompresi dada karena petugas kesehatan
yang kelelahan, sebaiknya disiapkan penggantinya. Pada resusitasi jantung
paru tanpa alat bantu napas yang invasif, diizinkan menghentikan kompresi
sementara (<10 detik) untuk pemberian 2 kali ventilasi. Fase jeda kompresi
dada sebelum dan sesudah dilakukan shock harus seminimal mungkin. Pada
resusitasi jantung paru yang dilakukan tanpa ventilasi (hanya kompresi dada),
kompresi dilakukan terus-menerus sampai petugas kesehatan profesional
datang. Penggunaan alat kompresi dada mekanik hanya dianjurkan jika tidak
ada petugas kesehatan yang bisa melakukan kompresi dada dengan baik.
Ventilasi
Pada pasien anak-anak dengan henti jantung dan hanya terdapat satu orang
penolong, rasio kompresi:ventilasi sama dengan orang dewasa yaitu 30:2.
Sementara jika terdapat dua atau lebih penolong, rasionya turun menjadi
15:2. Kompresi dada pada anak dilakukan dengan menggunakan dua tangan
atau satu tangan pada anak yang bertubuh kecil di setengah bagian bawah
tulang sternum. Sementara pada bayi berusia kurang dari 1 tahun, jika hanya
terdapat satu penolong, kompresi dilakukan dengan dua jari pada bagian
tengah dada, persis di bawah garis areola. Jika terdapat dua atau lebih
penolong, kompresi dilakukan dengan dua ibu jari dengan posisi tangan yang
melingkari tubuh pasien. Pada anak, laju ventilasi yang diberikan adalah
sebesar 12-20 napas per menit.