Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar masuk
kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran
penyakit. Dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena
adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases)
maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-emerging diseases).
Ancaman penyakit tersebut merupakan dampak negatif dari diberlakukannya
pasar bebas atau era globalisasi, dan dapat menimbulkan kerugian besar baik pada
sektor ekonomi, perdagangan, sosial budaya, maupun politik yang berdampak
besar kepada suatu negara atau daerah. Pengelolaan sanitasi lingkungan
pelabuhan merupakan kegiatan untuk menciptakan lingkungan di wilayah
pelabuhan sesuai standar, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan
sanitasi lingkungan (environtmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan
dayat tahan hidup manusia berkaitan dengan pengelolaan sanitasi yang baik.
Pengelolaan pelabuhan tidak hanya melihat sisi keuntungan ekonomi saja
melainkan berorientasi pada aspek-aspek komponen lingkungan hidup.
Pengelolaan pelabuhan merupakan salah satu contoh dimana aktifitas manusia
dan permasalahan lingkungan sering kali menimbulkan konflik. Untuk itu perlu
dilakukan pengawasan salah satunya pengawasan kualitas air dan makanan
minuman sehingga dalam pelakasaannya pekerja dan pengunjung dapat
terlindungi dari penyakit berpotensi wabah dari kontaminasi toksin (racun) dan
mikroorganisme penular penyakit (MPN Coliform).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Air Bersih


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta makhluk hidup lainnya. Saat ini, Indonesia telah memiliki
Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran
Air Dan Permenkes RI No 416/Menkes/Per/Ix/1990 Lampiran II Tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih pengawasan sumber daya air sangat penting,
agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah
pemantauan dan interpertasi data kualitas air, mencakup kualitas fisik, kimia
dan bakteriologis.
Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat
jarak antara negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin
singkat sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa
inkubasi penyakit menular. Kondisi teresbut berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit secara gloabal.

Persyaratan Air Bersih

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu keperluan tertentu. Air bersih, air minum, air kolam
renang, ataupun air pemandian umum memiliki indikator kualitas yang
berbeda-beda, namun tulisan ini difokuskan pada pembahasan air bersih. Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

2
416/MEN.KES/PER/IX/1990 disebutkan bahwa air bersih harus memenuhi
persyaratan yang dikelompokkan secara fisika, kimia, mikrobiologis, dan
radiologis seperti berikut ini.
Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Air Bersih

3
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas jelas menunjukkan adanya batas kadar
maksimum suatu zat dalam air sehingga air aman untuk dikonsumsi. Apabila
air dengan kandungan bahan kimia yang berlebih tetap dikonsumsi akan
menimbulkan gejala keracunan yang akan nampak setelah bertahun-tahun
mengonsumsinya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab pencemaran air diantaranya
limbah domestik atau rumah tangga seperti kotoran manusia, limbah cucian

4
piring dan baju, kotoran hewan, dan pupuk dari perkebunan dan peternakan
teridentifikasi sebagai sumber utama pencemaran (Whitten, Soeriaatmadja, &
Afiff, 1999; Wendyartaka, 2016). Limbah rumah tangga berupa feses dan
urin berperan dalam meningkatkan kadar fecal coli atau bakteri E. coli dalam
air yang merupakan sumber berbagai penyakit.
Ada banyak penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air, dengan
resiko terbesar menjangkit mereka yang memiliki sistem imun lemah seperti
bayi, anak, wanita hamil, dan lansia. Bahkan WHO (2015) menyebutkan
bahwa dari 133 penyakit, diperhitungkan terdapat 101 yang mempunyai
hubungan yang signifikan dengan lingkungan, diantaranya berkaitan dengan
air yang tidak aman. Adapun beberapa penyakit yang paling sering berjangkit
karena air yang terkontaminasi antara lain sebagai berikut (WHO, 2016).
1. Diare
Diare adalah salah satu penyakit paling umum akibat bakteri dan parasit
yang berada di air tercemar. Diare mengakibatkan feses encer/cair yang
menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi, bahkan kematian pada
anak dan balita. Sejumlah 842 ribu penduduk diperkirakan meninggal
setiap tahunnya karena diare akibat konsumsi air minum yang tidak aman
(WHO, 2016).
2. Kolera
Penyebabnya adalah bakteri Vibrio cholerae yang masuk melalui air atau
makanan yang terkontaminasi oleh feses orang yang mengidap penyakit
ini. Anda juga dapat terjangkit kolera jika Anda mencuci bahan makanan
dengan air yang terkontaminasi. Gejalanya diantaranya adalah diare
dengan warna putih keruh, muntah, kram perut, dan sakit kepala.
3. Disentri
Disentri disebabkan bakteri jenis Dysentery baccilus yang masuk dalam
mulut melalui air atau makanan yang tercemar. Tanda dan gejala disentri

5
termasuk demam, muntah, sakit perut, diare berdarah, dan berlendir
parah.
4. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A yang menyerang hati. Biasanya
menyebar melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi feses,
atau melalui kontak langsung dengan feses dari pengidap. Gejalanya
antara lain rasa mual, pusing disertai demam, rasa lemas di seluruh tubuh,
dan gejala spesifiknya berupa pembengkakan liver dan timbul gejala sakit
kuning.
5. Typhoid
Penyebabnya adalah jenis Bacillus typhus yang masuk melalui mulut dan
menjangkit pada struktur lympha pada bagian bawah usus halus,
kemudian masuk ke aliran darah dan terbawa ke organ-organ internal
sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh. Penularan dapat terjadi
karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ada di dalam tinja
penderita melalui air minum, makanan, atau kontak langsung.
6. Polio
Penyebabnya adalah polio virus yang masuk melalui mulut dan
menginfeksi seluruh struktur tubuh dan menjalar melalui simpul saraf
lokal yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kelumpuhan.
Gejalanya berupa demam, meriang, sakit tenggorokan, pusing, dan terjadi
kejang mulut. Polio menyebar melalui feses dari pengidap penyakit dan
penularan dapat melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi.

SOP Pengawasan Persediaan Air Bersih


A. Tujuan, sasaran dan ruang lingkup
1. Tujuan
a. Tujuan umum

6
Diketahuinya gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana dan kualitas
air bersih sebagai data dasar untuk memberikan informasi bagi
pengamanan kualitas air bersih.
b. Tujuan khusus
- Tersedianya informasi keadaan sanitasi sarana dan kualitas air
bersih.
- Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air terhadap pihak
terkait.
2. Sasaran
Sasaran pengawasan kualitas air mencakup:
a. Air bersih yang dipakai untuk keperluan di wilayah pelabuhan dan di
kapal/pesawat
b. Sarana air bersih dan lingkungannya yang dipergunakan untuk
kepentingan umum.
3. Ruang lingkup
Ruanglingkup pengawasan kualitas air meliputi seluruh sistem penyediaan
air bersih mulai dari sumber sampai penerima, dan juga langsung ke
tangki-tangki kapal, yang terdiri dari:
- Sumber
- Reservoir
- Pipa distribusi
- Hydran
- Gerobak air
- Perahu air/mobil air dan didistribusikan ke kapal
- Mobil air (water car) ke pesawat udara
- Perkantoran, terminal, tempat-tempat umum lainnya: rumah makan,
restoran, WC, urinoir, wastafel, dll.

7
B. Materi
1. Batasan
(a) Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
(b) Sampel air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakkan
untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
2. Jenis kegiatan
(a) Inspeksi sanitasi terhadap seluruh jenis sarana penyediaan air bersih.
(b) Pengambilan sampel air termasuk pada sumber air baku, proses
produksi, jaringan distribusi, konstruksi dan keadaan reservoir/ menara
air, tangki-tangki air serta pemeliharannya.
(c) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di lapangan atau di laboratorium,
dan hasilnya adalah sertifikat laik kesehatan air yang diberikan kepada
pihak pengelola.
(d) Tindak lanjut upaya penanggulangan/ perbaikan oleh pihak pengelola.
(e) Sanitary water handling practices.
(f) Penyuluhan.

C. Peralatan
• Water test kit
• Peralatan pengambilan sampel bakteriologis: (botol sampel, autoclave,
bunsen, label, dan kotak sampel)
• Peralatan pengambilan sampel kimiawi: (jerigen dan label)
• Peralatan pemeriksaan mikrobiologi portable
• Comparator
• Kendaraan operasional
• Tas lapangan

8
D. Bahan
• Kertas label
• Reagen
• ATK
• Formulir
• Alkohol
• Aquadest

E. Langkah-langkah kegiatan
1. Pengamatan lapangan/inspeksi sanitasi
Dilakukan terhadap seluruh jenis penyediaan air bersih mulai dari sumber,
distribusi hingga ke konsumen meliputi:
• Kondisi
• Pemeliharaan
• Perbaikan (bila tidak memenuhi standar)
• Pengawasan dan penyuluhan tentang cara-cara supply air minum yang
higienis dan sanitair.
2. Pengawasan kualitas air
a) Persiapan
• Membuat peta/denah situasi sistem penyediaan dan distribusi air di
pelabuhan, meliputi:
- Lokasi dan luas dari sistem distribusi air di pelabuhan beserta
komponen-komponennya.
- Lokasi dan tipe dari check valve atau alat pencegah aliran
balik.
- Lokasi dan tipe hydran termasuk keterangan tentang
perlindungan outlet (kran) dan tangki bak penumpang.

9
- Daerah-daerah rawan dimana mudah terjadi pencemaran/
kontaminasi.
- Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
- Faktor risiko perkembangbiakan vector sarana penyediaan air
bersih.
• Membuat jadwal kerja
- Tentukan waktu dan tempat pengambilan contoh air untuk
keperluan pemeriksaan.
- Waktu pengawasan komponen-komonen sistem penyediaan
dan distribusi air secara keseluruhan.
- Bimbingan dan penyuluhan.
• Penyiapan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
pengawasan:
- Water test kit
- Paqua Lab (peralatan pemeriksaan system membrane filter)
- Comparator
- Peralatan pengambilan sampel bakteriologis: (botol sampel,
autoclave, bunsen, label, dan termos sampel)
- Peralatan pengambilan sampel kimiawi: (jerigen dan label)
- Surat tugas
b) Penatalaksaan
a. Cara pengambilan contoh air (sampel) untuk pemeriksaan
bakteriologis:
(1) Kran atau Hydran
- Air dialirkan 2-3 menit (agar air yang ditampung betul-
betul berasal dari dalam distribusi) kemudian kran/hydran
ditutup lagi.

10
- Kran/hydran dihapus hamakan dengan nyala api (terutama
mulut kran/hydran) sampai keluar uap air.
- Buka kran/hydran agar air panas mengalir keluar semuanya
(kira-kira 2 menit).
- Buka tutup botol sampel dan tampung air ke dalamnya
sebatas leher botol (minimal 100 cc), lalu mulut botol
diflambir dan ditutup lagi (botol sampel harus steril).
- Selama pengisian harus dijaga agar tidak ada kontaminasi
dan mulut botol serta tutupnya jangan sampai tersentuh
tangan, kran/hydran.
- Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan, dan nama pengambil).
- Bila pemeriksaan air secara bakteriologis dengan system
membrane filter, tata cara pengambilan dan pemeriksaan
mengikuti petunjuk pada brosur alat tersebut.
(2) Perahu/Tongkang Air dan Mobil/Tangki Air
- Pengambilan sampel dilakukan melalui luang utama (main
hole) pada perahu/tongkang air dan mobil/tangki air.
- Botol, tutup botol, tali pemberat serta kertas pelindung
semuanya steril.
- Botol dipegang dengan tangan kiri, buka kertas
pembungkus dan pegang ujung talinya.
- Tutup botol dibuka kemudian botol diflambir.
- Botol perlahan-lahan dimasukkan ke dalam air pada
tongkang air, mobil/tangki air sampai pada kedalaman ±10
cm.
- Botol diangkat ke atas dan isinya sebagian
dikeluarkan/dikurangi sehingga tinggal 100 cc.
- Mulut dan tutup botol diflambir.

11
- Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil).

Keterangan:

1) Cara pengambilan contoh air (sampel) untuk pemeriksaan


bakteriologis.
- Botol sampel biasanya terbuat dari gelas pyrex dan harus
disterilkan (bila air yang telah mengalami pengolahan dan
diberi chlor maka botol sampel diberi Na-Thiosulfat untuk
menetralisir chlor).
- Untuk pemeriksaan bakteriologis sampel yang diambil 100-200
cc atau lebih.
- Untuk pengambilan contoh air dari tempat-tempat yang dalam
(tangki, sumur, sungai) digunakan botol yang ada pemberatnya
dan diberi tali logam.
- Seluruh botol (plus pemberat dan talinya) disterilisir dalam
keadaan terbungkus rapat.
2) Pengambilan sampel dari tangki air melalui main hole.
- Digunakan botol yang bertali.
- Dengan hanya memegang pembungkus dan ujung tali, tutup
botol dibuka, dicelupkan ke dalam air di dalam tangki.
- Setelah penuh, ditutup kembali dengan diflambir terlebih
dahulu.
- Tali dan botol jangan sampai menyentuh tepi lubang main hole
atau dinding tangki untuk mencegah kontaminasi.
- Botol berisi contoh air diberi label yang jelas tentang:
o Sampling poin (titik/lokasi pengambilan sampel)
o Waktu pengambilan sampel
o Nama pengambil sampel

12
o Nama sampel
- Kemudian botol sampel secepatnya dikirimkan ke
laboratorium.
- Pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Bila belum dapat segera dikirimkan atau laboratorium jauh
letaknya, dapat disimpan terlebih dahulu di lemari es/diangkut
dalam termos es untuk mencegah berkembangbiakannya
kuman-kuman yang mungkin ada.

Hasil pemeriksaan bakteriologis dan tindakan-tindakan follow-up.


• Hasil pemeriksaan bakteriologis dinyatakan dalam satuan jumlah
kuman/100 ml air, dengan standar Escheria coli/100 ml air sampel
harus nol (0).
• Apabila sampel air diambil dari sistem distribusi maka standar
yang digunakan tidak hanya E. coli tetapi juga total bakteri
coliform/100 ml air sampel harus nol.
• Sampel air yang mengandung E. coli menunjukkan bahwa air
tersebut telah tercemar feses.
• Bila hasil pemeriksaan air yang telah didisinfeksi menunjukkan
adanya kuman coliform, berarti bahwa proses purifikasi kurang
baik atau cara pengambilan contoh air yang salah. Hendaknya
pengambilan sampel diulangi.
• Air dapat mengalami pencemaran dari luar karena adanya:
- Kebocoran
- Cross connection dengan sistem bukan air minum.
- Back syphonage pada kran atau hydran.

13
b. Cara pengambilan contoh air (sampel) untuk pemeriksaan kimiawi
a) Kran atau hydran
• Jerigen sampel dibilas dengan air sampel seabnyak tiga kali
• Air dialirkan ke dalam jerigen sebanyak lima liter
• Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan,
lokasi pengambilan dan nama pengambil).
b) Perahu/tongkang air dan mobil/tangki air
• Pengambilan sampel dilakukan melalui lubang utama
(main hole) pada perahu/tongkang air dan mobil/tangki air
• Jerigen sampel dibilas dengan air sampel sebanyak tiga
kali
• Air dialirkan ke dalam jerigen sebanyak lima liter
• Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan,
lokasi pengambilan dan nama pengambil)
• Bila pengiriman sampel melebihi 24 jam, sampel air diberi
pengawet natrium thiosulfate.

Dalam keadaan tertentu pengambilan contoh air lebih sering,


misalnya: ada wabah water-bone disease, polusi, kebocoran/
perbaikan pada sistem distribusi air.

Jumlah minimal sampel air pada jaringan distribusi

Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan


<5000 jiwa 1 sampel
5000 s/d 10.000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa
>10.000 jiwa 1 sampel per 10.000 jiwa, ditambah
10 sampel tambahan.

14
Pengawasan terhadap Kadar Chlor

• Pengertian chlorinasi: chlor sering digunakan sebagai desinfektan.


Sisa chlor (residual chlor) dalam air yang didesinfeksi sedikit
banyak dapat melindungi air dalam pipa-pipa saluran terhadap
kontaminasi lebih lanjut.
• Pemeriksaan kadar sisa chlor (bebas maupun terikat)
Pemeriksaan ini sangat sederhana, dapat dilakukan di lapangan
sebagai pendukung pemeriksaan bakteriologis, dilakukan pada
waktu pengambilan contoh air di sampling point.
Pemeriksaan dilakukan dengan komparator, dengan cara:
- OT (orthotolidin method)
- OTA (acid orthotolidin method)
- DPD (diethyl-phenylene-diamine method)
• Kadar sisa chlor pada sistem distribusi di pelabuhan tidak boleh
kurang dari 0,2 ppm (bila digunakan chlor sebagai desinfektan).
Bila hasil pemeriksaan ternyata kurang dari 0,2 ppm maka
chlorinasi belum sempurna dan KKP harus memberi nasehat/
saran-saran untuk perbaikan.

Pengawasan terhadap Kadar Chlor

(1) Storage tank


- Tangki persediaan air minum dapat berupa bak di bawah tanah
atau menara air.
- Harus terlindung sehingga tidak kemasukan kotoran kotoran,
burung, serangga, sinar matahari langsung dan lain-lain
sebagainya.

15
- Tiap 6 bulan sekali tangki harus dikuras/ dibersihkan,
kemudian seluruh dinding bagian dalam dilabur dengan larutan
semen kental setelah kering, tangki didisenfeksi dengan
chlorinasi, dengan:
o Larutan kaporit 50 mg/lt selama 24 jam, atau
o Larutan kaporit 100 mg/lt selama 1 jam.
- Setelah itu tangki dibilas dengan air bersih, dan dapat
dipergunakan lagi.
(2) Hydran
- Pemasangan hydran yang ideal ialah setinggi 45 cm dari
pelataran dermaga. Jika terpaksa harus dibuat dalam lubang
berukuran ½ x ½ x ½ m3 rata dengan dermaga, lubang tersebut
dilengkapi dengan lubang pembuangan air (drainase) di
dasarnya dan diberi tutup yang kuat dari logam atau gewapend
beton.
- Keadaan hydran, lubang dan tutup harus selalu bersih.
- Usahakan agar tidak terjadi back-syphonage (air dari kapal
kembali masuk ke pipa saluran di pelabuhan melalui hydran).
- Usahakan agar tidak terjadi cross-connection, bila terdapat 2
sistem saluran air atau dual sistem (misalnya air minum dan
bukan air minum)
- Pipa-pipa yang dipakai untuk menghubungkan hydran dengan
kapal, tongkang/perahu dan lain-lain harus selalu bersih dan
tidak bocor, terutama bagian dalamnya. Pipa-pipa demikian
seharusnya disimpan secara higienis dalam lemari/tempat
khusus dekat hydran.

16
Cara membersihkan pipa penghubung hydran dengn kapal

• Bersihkan/ cuci bagian dalam pipa dengan air bersih (potable


water), lalu keringkan.
• Tinggikan kedua ujung pipa, masukkan larutan kaporit 100 ppm
hingga penuh, biarkanlah selama 1 jam kemudian buang larutan
kaporit dari pipa.
• Pipa dibilas dengan air bersih.
Perlu diperhatikan kebiasaan jelek dari sebagian karyawan pelabuhan
yaitu mempergunakan lubang tempat hydran sebagai tempat
menampung air untuk mandi, mencuci, dll dengan cara menyumbat
drain dan membuka kran dengan paksa. Hal tersebut harus dilarang
dan juga meletakkan pipa-pipa air secara sembarangan harus
dihindarkan.
(3) Tongkang air/mobil air, bak/tong air
- Disini risiko polusi/kontaminasi lebih besar karena air dari
dermaga dimasukkan lebih dulu ke tongkang mobil air,
bak/tong air dan setelah itu baru diangkat/disalurkan ke kapal.
- Pengawasannya sama dengan pengawasan storage maupun
hydran.
Perhatikan cara penyaluran air tersebut harus sanitair higienis.
Perlu penyuluhan dan pengawasan tentang sanitary water
handling practices.Dilarang mandi, mencuci dll diatas tangki
dengan menimba air melalui main hole.Pipa-pipa penghubung
yang digunakan harus bersih.
(4) Mobil air, bak/tong air
Pengawasannya sama dengan pengawasan pada storage maupun
hydran.

17
F. Sumber daya manusia
Pelaksana kegiatan pengawasan hygiene bangunan/gedung adalah tenaga
fungsional sanitarian yang mendapat pelatihan mengenai penyehatan air.

G. Jejaring kerja
1. Kantor kesehatan pelabuhan
2. Administrator pelabuhan/bandara
3. Perusahaan pelayaran
4. Perusahaan tongkang penyuplai air ke kapal
5. Dinas kesehatan kabupaten/kota
6. Balai laboratorium/BTKL
7. PDAM setempat
8. Pelindo/pengusahaan pelabuhan lainnya.

H. Mekanisme pelaporan
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut:
• Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke kepala seksi,
sedangkan untuk wilker dilaporkan ke KKP induk melalui coordinator
pelaporan di masing-masing seksi di KKP induk.
• Dari KKP induk dilaporkan ke Ditjen PP & PL melalui sistem informasi
manajemen kesehatan pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes
• Data yang sifatnya KLB dilaporkan 1x24 jam
• Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP induk sedangkan KKP induk disamping
melakukan evaluasi di masing-masing seksi/bidang juga dievaluasi oleh
Ditjen PP& PL.
• Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada pengelola dan tembusan administrasi

18
pelabuhan/bandara serta pemerintah daerah atau kepala dina kesehatan
setempat.
• Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang disampaikan
selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.

I. Penutup
Standar operasional ini dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
pengawasan kualitas air nersih di wilayah pelabuhan/bandara. Untuk itu perlu
pemahaman, ketaatan dan kedisiplinan dari seluruh unit-unit terkait.

19
ALGORITMA

PENGAWASAN PENYEDIAAN AIR BERSIH

KETENTUAN :

1. PEMERIKSAAN RUTIN
2. KASUS PHEIC

PERSIAPAN :

1. SPK
2. ALAT & BAHAN
3. PETUGAS/SDM

PELAKSANAAN

PENGAWASAN SAB PENGAMBILAN DAN


PEMERIKSAAN SAMPEL :
Inspeksi sanitasi
1. Fisik
2. Bakteriologis
3. Kimiawi

HASIL

20
PENILAIAN

TINDAK LANJUT REKOMENDASI

21
BAB III

PERMASALAHAN

Kantor kesehatan pelabuhan lembar rutin tiap bulannya melakukan pemeriksaan dan
pengawasan terhadap kualitas air bersih yang bertujuan untuk pengawasan kualitas
air bersih di wilayah pelabuhan adalah mencegah penyakit berpotensi wabah dari
kontaminasi toksin (racun) dan mikroorganisme penular penyakit (MPN Coliform) di
pelabuhan lembar. Dengan tujuan khusus:

a. Meniadakan/ menghilangkan sumber penularan penyakit melalui air


b. Agar lingkungan disekitar pelabuhan dan kapal tetap bersih dan keamanan air
tetap terjaga
c. Agar menimbulkan rasa nyaman terhadap pengguna air di pelabuhan lembar

Pada bulan November ditemukan hasil positif pemeriksaan bakteriologis terhadap


tiga buah sampel air pada wilayah kerja pelabuhan lembar. Adapun Hasil kegiatan
dan pelaksanaan diantaranya:

• Pengambilan dan pemeriksaan sampel secara fisik dan kimia


Pengambilan sampel fisik
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan air bersih secara fisik diambil
sebanyak 15 sampel langsung dari kran.
Tabel pemeriksaan sampel air bersih secara fisik dan kimia wilayah kerja
pelabuhan lembar bulan November 2019

No Lokasi Persyaratan kesehatan secara fisik Persyaratan secara


pengambilan kimia
sampel Tidak Tidak Tidak PH Sisa
berbau berasa berwarna Chlorin
1 SGL Masjid √ √ √ 7,2 0,3

22
Nurul Bahri
2 Reservoar Masjid √ √ √ 7,2 0,3
Nurul Bahri
3 SGL PT √ √ √ 7,3 0,2
Indocement
4 SGL PT Bosowa √ √ √ 7,2 0,3
5 Reservoar PT. √ √ √ 7,3 0,2
Star Minyak
6 PDAM Ruang √ √ √ 7,2 0,3
Tunggu Kedaro
7 SGL Masjid √ √ √ 7,1 0,3
Baital Aman
8 Reservoar Masjid √ √ √ 7,3 0,2
Baital Aman
9 PDAM PT. Aspal √ √ √ 7,2 0,2
Curah
10 PDAM Pos Jaga √ √ √ 7,2 0,3
Airud
11 PDAM Kantor √ √ √ 7,3 0,3
KPLP
12 PDAM Wilker √ √ √ 7,3 0,3
Lembar
13 PDAM PT. √ √ √ 7,2 0,3
Prelindo 3
14 SGL H Mansyur √ √ √ 7,1 0,3
15 PDAM Ruang √ √ √ 7,2 0,2
Tunggu Ferry

23
Sampel yang diambil untuk pemeriksaan secara fisik telah memenuhi
persyaratan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/1990 tentang Kualitas Air
Bersih untuk parameter fisik yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna. Sedangkan sampel yang diambil secara kimia telah memenuhi
persyaratan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/1990 tentang Kualitas Air
Bersih untuk parameter kimia dengan pH antara 6,5-8,5. Berdasarkan
Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 sisa khlor minimal pada samprl
air adalah 0,2 ppm.

• Pemeriksaan sampel bakteriologis


Pengambilan sampel untuk pemeriksaan air bersih secara bakteriologis
diambil sebanyak 15 sampel dari kran
Tabel hasil pemeriksaan air secara bakteriologis wilayah kerja pelabuhan
lembar bulan November 2019
No Kode Asal sampel Baku Hasil KET
sampel mutu
1 A SGL Masjid Negatif Negatif MS
Nurul Bahri
2 B Reservoar Masjid Negatif Negatif MS
Nurul Bahri
3 C SGL PT Negatif Negatif MS
Indocement
4 D SGL PT Bosowa Negatif Positif TMS
5 E Reservoar PT. Negatif Negatif MS
Star Minyak
6 F PDAM Ruang Negatif Negatif MS
Tunggu Kedaro
7 G SGL Masjid Negatif Positif TMS

24
Baital Aman
8 H Reservoar Masjid Negatif Positif TMS
Baital Aman
9 I PDAM PT. Aspal Negatif Negatif MS
Curah
10 J PDAM Pos Jaga Negatif Negatif MS
Airud
11 K PDAM Kantor Negatif Negatif MS
KPLP
12 L PDAM Wilker Negatif Negatif MS
Lembar
13 M PDAM PT. Negatif Negatif MS
Prelindo 3
14 N SGL H Mansyur Negatif Negatif MS
15 O PDAM Ruang Negatif Negatif MS
Tunggu Ferry

Sampel di ambil secara bakteriologis terdapat 3 sampel yang tidak memenuhi


persyaratan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/1990 tentang Kualitas Air
Bersih dan 12 diantaranya telah memenuhi syarat. Terdapat 3 sampel yang
dinyatakan terdapat bakteri coliform hal ini bisa di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya tercemar limbah kotoran maupun sampah manusia. Dan
dapat terjadi kontak saat pengambilan sampel.

Adanya bakteri coliform yang terdeksi dalam air dapat menimbulkan penyakit
diare yang bila air tersebut dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu.

25
BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil pengawasan air bersih pada wilayah kerja Pelabuhan Lembar
didapatkan bahwa dari keadaan fisik dan kimia memenuhi syarat namun pada
pemeriksaan bakteriologis terdapat 3 sampel yang dinyatakan positif terdapat bakteri
yang sekiranya dapat menimbulkan dampak penyakit.

Saran

a. Agar dapat menjaga kebersihan lingkungan (air dan makanan minuman)


Pelabuhan baik ditempat-tempat umum maupun di dalam kapal.
b. Kegiatan berkelanjutan dalam pengawasan kualitas air bersih di Pelabuhan
Lembar.
c. Pada sumber air yang dinyatakan positif bakteri perlu diberikan edukasi
kepada masyarakat agar air dimasak terlebih dahulu sebelum di konsumsi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. (2015). The Global Health Observatory. Diakses tanggal 26 Desember


2019, dari http://www.who.int/gho/en/.
2. WHO. (2016). Drinking-water. Diakses tanggal 26 Desember 2019, dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs391/en/.
3. WHO. (2017). Diarrheal Disease. Diakses tanggal 26 Desember 2019, dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs330/en/.
4. Whitten, T., Soeriaatmadja, RE., & Afiff, SA. (1999). Ekologi Jawa dan Bali.
Alih bahasa oleh Kartikasari, S.N, Utami, T.B, & Widyantoro, A. Jakarta:
Prenhallindo.
5. Wendyartaka, A. (2016). Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat. Diakses
tanggal 26 Desember 2019, dari http://print.kompas.com.

27

Anda mungkin juga menyukai