Anda di halaman 1dari 26

Case based discussion

Karsinoma nasofaring
Oleh:
Gina Anisah
Latarbelakang
Insidensi karsinoma KNF: keganasan ke-4
Karsinoma nasofaring nasofaring (KNF) setelah kanker ovarium,
(KNF) keganasan tertinggi di Cina Selatan,
payudara dan kulit yang
kepala leher paling sering Asia Tenggara, Jepang,
di Indonesia Afrika Utara dan Timur paling sering terjadi di
Tengah. Indonesia

Sering kali tumor


ditemukan terlambat dan
Gejala tidak khassusah menyebabkan metastasis
untuk dideteksi dini ke leher lebih sering
ditemukan sebagai gejala
pertama
Anatomi
Definisi
• Karsinoma Nasofaring merupakan tumor ganas yang timbul pada
epithelial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dengan
predileksi yang paling sering adalah di fossa Rossenmuller (Meka
dan Mukhlis, 2017).
Epidemiologi
KNF adalah
keganasan di
KNF merupakan daerah kepala dan
kejadian yang KNF tertinggi di leher yang KNF mendapat
paling banyak Cina Selatan merupakan tumor persentase hampir
ditemukan di dengan insidensi 5 besar diantara 60% dari tumor di
berbagai Negara 15 -50 dari kanker serviks, daerah kepala dan
dan berbagai suku, 100.000 populasi. kanker payudara, leher
terutama di Asia. tumor ganas getah
bening dan kanker
kulit
Faktor resiko
• Virus Epstein Barr (EBV)
• Ikan asin
• Buah dan Sayuran Segar
• Tembakau
• Asap lain
Etiologi

Lingkunga
n

Epstein-Barr Virus
Stadium

Keterangan:
• T menggambarkan
keadaan tumor
primer, besar dan
perluasannya.
• N menggambarkan
keadaaan kelenjar
limfe regional.
• M
menggambarkan
metastase jauh.
STADIUM KNF

Stadium 0 : Tis dan N0 dan M0 Stadium IIA : T2 dan N0 dan M0

Stadium I : T1 dan N0 dan M0 Stadium IIB : T1 atau T2 dan N1 dan M0


Stadium III : T1/T2 dan N1/N2 dan M0 atau T3 dan N0/N1/N2 dan M0 Stadium IVB : T1/T2/T3/T4 dan N3A/N3B dan M0

Stadium IVA : T4 dan N0/N1 dan M0 atau T dan N2 dan M0 Stadium IVC : T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1.
PATOGENESIS
dipengaruhi oleh
Infeksi laten EBV beberapa karsinogen Displasia
lingkungan

memicu terjadinya
kanker invasif dan
kerusakan gen pada
metastasis sering
kromosom
dihubungkan dengan
mutasi
Manifestasi Klinis

Gejala dini Gejala lanjut


● Pembesaran kelenjar limfe leher

● Telinga ●
● Gejala akibat perluasan tumor ke

● Sumbatan tuba
jaringan sekitar
eustachius/kataralis ●
● Gangguan beberapa saraf cranial

● rasapenuh di telinga, berdengung, ●
● Penjalaan petrosfenoid
gangguan pendengaran
(NI,II,II,IV,VI)

● Hidung ●
● Penjalaran retroparotiean (NIX,

● Epistaksis
X, XI)

● Sumbatan hidung ●
● Gejala metastasis
Diagnosa
• Pemeriksaan Nasofaring
• Pemeriksaan Pencitraan Radiologi
• Computed Tomography Scan (CT-Scan)
• MRI
• Biopsi
• Pemeriksaan Darah
▫ Darah rutin dan kimia darah
▫ Epstein-Barr Virus (EBV) DNA Level
Gambar 3. CT Scan kepala potongan aksial  penderita karsinoma nasofaring. Tampak
perluasan tumor yang menyebabkan destruksi fossa pterygopalatine kanan (panah tebal),
dibandingkan dengan sisi kontralateral yang normal (panah tipis).
Penatalaksanaan
BAB III
LAPORAN KASUS

• Nama : Ny. “J”


• Umur : 55 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : -
• Pendidikan : -
• Alamat : Sumbawa
• Tanggal Pemeriksaan: 07 Februari 2018
Anamnesis
Keluhan Utama
• Benjolan pada leher sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan terdapat
benjolan besar dan keras di leher di bawah telinga kanan, muncul sejak ± 3 bulan
lalu. Benjolan terus membesar hingga saat ini. Pasien juga mengeluh sulit untuk
membuka mulut dan lidah tidak dapat dikeluarkan, lubang hidung kanan
tersumbat (+), ada ingus keluar dari lubang hidung kanan, putih bening kental,
tidak berbau, nyeri kepala (+), pada kedua sisi kepala. Semua keluhan tersebut
dirasakan sejak ± 3 bulan lalu. Pasien tidak merasakan adanya penurunan
pendengaran. Keluhan sering mimisan, ingus bercampur darah, dan melihat ganda
disangkal. Keluhan mendengar suara air terkocok di dalam telinga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini
• Riwayat alergi obat, makanan, debu disangkal
• Riwayat dirawat di RS, operasi THT-KL disangkal
• Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
• Pasien mengaku tidak memiliki anggota keluarga lain yang
memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
▫ Keadaan umum : baik
▫ Kesadaran : kompos mentis
▫ Tekanan darah : 120/80mmHg
▫ Nadi : 88x/menit
▫ Laju Pernapasan : 20x/menit
▫ Suhu: 36.5°C
Status Internus :
▫ Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
▫ Thorak : tde
▫ Abdomen : tde
▫ Ekstremitas : Perfusi baik, akral hangat
KANAN KIRI
Bentuk Daun Telinga Normal Normal Pemeriksaan Hidung kanan Hidung kiri
Deformitas (-) Deformitas (-) Hidung
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-), Bentuk (normal),
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
nyeri tekan (-), deformitas (-) hiperemi (-), nyeri
Tumor Tidak ada Tidak ada tekan (-), deformitas
Nyeri tekan tragus Tidak nyeri Tidak Nyeri (-)
Penarikan daun telinga Tidak nyeri Tidak Nyeri Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Valsava test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa pucat Bentuk (normal),
Toyinbee test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(-), hiperemia (-) mukosa pucat (-),
Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan hiperemia (-)
Liang telinga Serumen (-), hiperemis Serumen (-), hiperemis Meatus nasi Mukosa hiperemis, sekret (+, Mukosa hiperemis,
(-), mukosa eritem (-) (-), mukosa eritem (-) media bening ketal), massa berwarna sekret (-), massa
furunkel (-), edema (-), furunkel (-), edema (-), putih mengkilat (-). berwara putih
otorrhea (-), otorrhea (-) mengkilat (-).
Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-), Konka nasi Edema (+), mukosa hiperemi (+) Edema (-), mukosa
hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-), edema (-), inferior hiperemi (-)
perforasi (-), refleks perforasi (-), refleks Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus Deviasi (-), perdarahan
cahaya (+), gambaran cahaya (+), gambaran (-) (-), ulkus (-)
pulsasi (-) pulsasi (-)

Normal Normal

Tes Pendengaran Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi
Sulit dievaluasi karena pasien sulit untuk membuka mulut
Lidah
(1 jari).
Uvula
Palatum mole
Faring
Tonsila palatine
Fossa Tonsillaris
dan Arkus
Faringeus
• Leher
• Ditemukan massa pada colli dextra, dengan karakteristik:
• Ukuran: dextra ± 7 x 4 cm;
• Batas: tegas
• Mobilisasi: immobile terhadap jaringan di bawah dan sekitarnya
• Permukaan: licin, tidak rata
• Nyeri tekan: -
• Keterbatasan gerak leher: +
• Maksilo-Fasial
• Parese nervus cranial : tidak ada
• Bentuk : Deformitas (-); Hematom (-)
•  
• Diagnosis Banding
• Karsinoma nasofaring
• Limfoma
• Usulan Pemeriksaan
• CT Scan Kepala
• Biopsi nasofaring
• Metastasis jauh:
 Tes fungsi hepar dan ginjal
 Foto thoraks
 USG hepar
• 
•tampak massa solid bulat pada nasofaring, ukuran ± 4 x 3 cm
•Sinus paranasal kiri dan kanan normal
•Tidak terdapat infiltrasi ke intracranial
•Terdapat pembesaran KGB leher kanan atas ± 7 x 4,5 cm
Kesimpulan: Ca nasofaring kanan T2/N3/Mx
• Diagnosis Kerja
• Tumor colli dextra, suspect Ca. Nasofaring
• 3.7. UsulanTerapi
• RENCANA TERAPI (sementara/simtomatik)
• Medikamentosa
• Analgetik :
▫ Asam Mefenamat 3 x 500 mg
• Nasal Dekongestan & AH1
▫ Pseudoefedrine HCl 3 x 60 mg
▫ Triprolidine HCl 3 x 2,5 mg
• KIE pasien
• Tumor yang diderita pasien memiliki kemungkinan ganas, sehingga terapi harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari
penyebaran ke otak.
• Pasien perlu dirujuk ke centre pengobatan lebih besar untuk memulai terapi definitif terhadap tumor yang diderita.
• Untuk saat ini, akan dilakukan pengambilan sedikit jaringan dari tumor yang ada di dalam tenggorokan dengan bius lokal untuk
mengetahui karakteristik sel yang ada.
• Diberikan obat antinyeri yang dapat sedikit mengurangi nyeri yang timbul. Diminum bila nyeri dirasakan saja.
• Untuk mengobati pilek yang diderita dan mengurang sumbatan hidung, diberikan obat tablet yang diminum 3 kali sehari sampai
gejala hilang.
• 3.8. Prognosis
• Dubius ad malam
KESIMPULAN
• Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, sementara ditegakkan diagnosis kerja suspect karsinoma
nasofaring. Hasil anamnesis yang mendukung adalah adanya gejala tumor berupa benjolan pada sisi leher kanan di bawah
telinga yang membesar dalam waktu 3 bulan, gejala hidung berupa hidung tersumbat, nyeri kepala. Adanya penekanan kelenjar
limfoid pada ruang faring menyebabkan keluhan sukit menelan dan sakit menelan makanan yang besar. Di samping itu terdapat
gejala hidung makin tersumbat dengan ingus bening kental yang dialami sejak 1 hari sebelum memeriksakan diri.
• Hasil pemeriksaan fisik mendapatkan tidak ada gangguan anatomis pada telinga yang dapat dilihat dari luar, pada pemeriksaan
hidung didapatkan edema konka inferior, adanya sekret bening kental di meatus media dan vestibulum. Pada pemeriksaan mata
tidak didapatkan adanya keterbatasan gerak mata ataupun gangguan dan diplopia pada konvergensi. Pada pemeriksaan leher
didapatkan adanya massa padat terfiksir immobile yang tidak nyeri tekan pada sisi leher kanan. Massa ini kemungkinan adalah
pembesaran KBG leher, yang menunjukkan telah terdapat metastasis secara limfogen pada karsinoma nasofaring. Pembesaran
KGB juga dapat terjadi pada limfoma. Pada pasien ini, terdapat pemesaran kelenjar bilateral, tang meningkatkan kemungkinan
terjadinya limfoma. Perlu dicari adanya pembesaran KGB di bagian tubuh lain untuk meningkatkan kecurigaan limfoma.
• CT-Scan dan biopsi dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Hasil CT-Scan menunjukkan adanya massa nasofaring yang telah
meluas ke orofaring, namun tidak terdapat perluasan ke intracranial. Terdapat pula pembesaran KGB di colli dextra dengan
ukuran 7 x 4,5 cm. Berdasarkan hasil tersebut, stadium karsinoma nasofaring pada pasien ini adalah T2/N3/MX yang
diklasifikasikan sebagai stadium IV. Biopsi nasofaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti karsinoma masofaring.
• Terapi definitif terhadap karsinoma nasofaring baru dapat dimulai bila diagnosis pasti sudah ditegakkan. Untuk sementara terapi
yang diberikan adalah terapi simtomatik berupa analgetik untuk mengurangi nyeri dan dekongestan-AH1 untuk mengurangi
gejala rhinitis akut yang diderita agar hidung tidak tersumbat.

Anda mungkin juga menyukai