Anda di halaman 1dari 1

KORUPSI :

ASABRI 23,7 T, JIWASRAYA 13,7 T

Dua masalah utama yang menyebabkan terjadinya korupsi atau fraud di lembaga pengelola aset
publik. Pertama, tekanan politik, karena organisasi atau institusi tersebut menjadi 'sapi perah'
bagi para politisi atau pejabat publik. Kedua, masalah tata kelola internal, khususnya dalam
aspek sistem kendali internal. Masalah ini dinilai akut karena sistem yang ada tidak cukup
mencegah tindak pidana korupsi, khususnya karena terjadi pembiaran terhadap kecurangan yang
ada. Berkaca dari kasus Jiwasraya dan Asabri, sistem audit yang dilakukan sudah berjalan dan
sudah mengidentifikasi berbagai macam bentuk penyimpangan yang terjadi, tapi kemudian
temuan-temuan itu tidak digubris oleh pengambil keputusan. Sistem di lembaga jasa keuangan
sudah mampu menemukan dan mengidentifikasi berbagai macam fraud. Namun, terjadi
pendiaman-pendiaman terhadap hasil identifikasi sistem itu sendiri, yang bahkan terjadi di
perusahaan pelat merah. Terjadi pembiaran terhadap hasil audit internal. Bahkan, hasil audit
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun dinilai tidak digubris, mencerminkan terdapat kelemahan
di berbagai jenjang pencegahan fraud. Persoalan serius yang terjadi saat ini adalah praktik
korupsi kerap diorkestrasi oleh orang-orang dengan kekuatan besar dalam institusi tersebut.
Sistem yang ada pun menjadi gagal menjalankan fungsinya dengan baik. Jika fraud dan
pelakunya middle management atau karyawan biasa mungkin langsung ada eksekusi tetapi jika
sudah direktur ini itu, sulit untuk sebuah sistem menghentikan fraud tersebut.
.Dalam kasus hari ini sebenarnya pelanggaran yang dibiarkan, yang kemudian melahirkan
bleeding sehingga tidak bisa dikendalikan lagi.

BPJS TK 20 T

PELINDO II 6 T

BANSOS 5,9 T

EKTP 2,3 T

LOBSTER 900 M

Anda mungkin juga menyukai