Anda di halaman 1dari 33

BAB I

ASKEP MALARIA

A. ANATOMI FISILOGI

Darah adalah medium transfort tubuh. Darah terdiri dari komponen cair
dan komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma yang
berwarna kekuning kuningan yang terdiri dari :
1. Air : terdiri dari 91-92 %
2. Zat padat yang terdiri dari 7-9% yang terdiri dari :
a. Protein yang terdiri dari albumin, globulin, fibrinogen
b. Bahan anorganik yang terdiri dari natrium, kalsium, fosfor, besi,
dan iodium
c. Bahan organik yang terdiri dari zat zat nitrogen non protein, urea,
asam urat, kreatinin, xantin, asam amino, fosfolipid, kolestrol.
Glukosa dan lain lain.

Komponen padat darah terdiri dari :


a. Sel darah merah
Eritosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm.
eritosit tidak memiliki nucleus, dan terdiri dari membrane luar,
hemoglobin ( protein yang mengandung besi ) Dan karbon
anhidrase ( enzim yang terlibat dalam transport karbondioksida )
pembentukan eritrosit dirangsang oleh glikoprotein dan eritropoetin
dari ginjal. Jumlah eritrosit normal laki laki : 4,5 – 5,5 106/mm3 dan
perempuan : 4,1- 5,1 106/mm3.

1
Fungsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit
adalah 120 hari.
b. Sel darah putih.
c. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel
darah putih. Jumlah normalnya adalah 4.000 – 11.000/mm3.
Jenis sel darah putih yaitu :
1) Neutrofil 55 %
2) Eosinofil 2 %
3) Basofil 0,5 – 1 %
4) Monosit 6 %
5) Limposit 36 %
6) Trombosit.
Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan
granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1-
4 mm dan berumur kira kira 10 hari. Sekitar 30 – 40 % berada
dalam limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam
sirkulasi darah. trombosit sangat penting peranannya dalam
pembekuan darah dan hemostasis. Trombositopenia
didefinisikan sebaga jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3.

Fungsi darah secara umum yaitu :


a. Respirasi yaitu transfort Oksigen dari paru paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru paru.
b. Gizi, transfort makanan yang diabsorpsi.
c. Ekskresi, transport sisa metablisme ke ginjal, paru-paru, kulit dan
usus untuk dibuang.
d. Mempertahankan keseimbangan asam basa
2
e. Mengatur keseimbangan air
f. Mengatur suhu tubuh
g. Transport hormone
(Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat
Edisi. jakarta : EGC.)

B. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang


disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel
(Iskandar Zulkarnain, 1999).

Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun


kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan
demam, anemia dan splenomegali (Anonim A, 2008).
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana
proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa
parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di
Amerika, Asia dan Afrika (WHO).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa malaria


merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan Plasmodium, yang bersifat akut dan dapat
menjadi kronis yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali.
2. Penyebab
3
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria
tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan
yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae
(demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan
infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale. Masa inkubasi malaria
bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14- 17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan
Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

4
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :

1) Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika
menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin
kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan
merupakan satusatunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti
(Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur
hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan
sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan

5
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

2) Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa
dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih
kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat
tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai
membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10
merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih
kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam.
Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran
limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun
dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.

3) Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit
dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat
di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-
16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan

6
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau
pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

4) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.
Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini
secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang sistem tubuh, malaria tropika
merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas
yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak,
dan sering terjadinya komplikasi.

C. GEJALA DAN TANDA

Gejala dan tanda malaria yang dapat di temukan adalah :

1. Demam

Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon


matang (sporuasi). pada malaria tertiana (p.vivax dan p. ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3 antara lain:
7
a. Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, demam
muncul setiap hari ketiga.
b. Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, demam
setiap hari keempat.
c. Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, demam
tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian
yang mendadak.
d. Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala
dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala
malaria yang berat.
2. Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala malaria kronik.limfe mengalami


kongngesti,menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosi trombosit dan jaringan ikat yang bertambah.

3. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab,yang paling


berat karena p.valsifarum anemia disebabkan oleh :

a. Pengancuran eritrosit yang berlebihan


b. Eritrosit normal tidak gapat hidup lama (reducet survival time)

c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoises dalam


sum – sum tulang (diseritropoesit)

4. Ikterus

8
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hevar.malaria
laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. periode ini
terjadi bila parasit tidak di dapat di temukan di darah tepi,tetapi
stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati, Terdapat
tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah
merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel
darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang di hasilkan
b. ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut
dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu
keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus
obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571)

Relaps adalah timbulnya gejalah infeksi setelah serangan pertama.

1) Relaps jangka pendek (rekrudesensi),dapat timbul 8 minggu


setelah serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit
yang berkembangbiak
2) Relaps jangka pajang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau
lebih setelah serangan pertama hilang karena parasit
eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.

9
a. Patofisiologi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa
yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap
perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-
sel darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria
berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
knowlesi. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini
adalah nyamuk Anopheles, terutamanya Anopheles.
Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit
malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar
ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam
siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan
dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah,
akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk
stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai
bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit
pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk

10
kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit
jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria
betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni). Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara
sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro
gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi
ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit
yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan
ke manusia
Khusus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale pada siklus
parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang
berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit,
akan tetapi tertanam di jaringan hati – disebut hipnosit. Bentuk
hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita
yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan
daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk,
stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam
tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel
hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul
kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah
menderita Plasmodium vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria
akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit
oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati
SD positif Plasmodium vivax/ plasmodium ovale.
Pada Plasmodium falciparum serangan dapat meluas ke
berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di
otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya
11
malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam
jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut
berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada
penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam
darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka
kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir semua
penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis
(sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat
terjadi sekuel.

Gambar Daur hidup malaria


(Sumber http://lesmanaega.wordpress.com diakses 16 Juli 2012 )

12
b. Pathway

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan mikroskopis malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya


didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-

13
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis
dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi dimana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya
parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis
satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis
deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis
membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai Nilai diagnostik
yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
a. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit
b. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
d. Identifikasi spesies plasmodium
e. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.

2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium


yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan
14
menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

3. Pemeriksaan imunoserologis

Didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap parasit


plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama
menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

4. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA


spesifik parasit/plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit
penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita,


mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan
relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria).
Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:
1. Membunuh semua stadium dan jenis parasit
2. Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps
3. Toksisitas dan efek samping sedikit
4. Mudah cara pemberiannya

15
5. Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dalam
pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Sementara
itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap
obat. Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga “Obat
Malaria”) yang dikenal umum adalah:
a. Obat standar: klorokuin dan primakuin
b. Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)
c. Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas
Ferrosus)
d. Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc) Obat
standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Kompres dengan waslap dingin (atau kantong es yang di balut dengan


kain/pakaian) pada aksila, kening, leher dan lipat paha.
2. Mengajarkan klien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermia.
3. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan.
4. Memberikan penkes tentang malaria

G. KOMPLIKASI

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi


yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :

1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian
tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.
16
Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan.
Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat lokal atau menyeluruh.

2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru.
Angka kematian Mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan
adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan
sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada
glomerulus.

3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi
yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh
kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

4. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun

H. PENCEGAHAN.

Cara pencegahan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk antara lain
dengan :
1. Memakai alat pelindung seperti celana panjang dan kemeja panjang
selama beraktivitas, terutama saat subuh dan sore hari. Nyamuk
malaria paling rentan beredar di dua waktu tersebut.

17
2. Pasang obat nyamuk di dalam ruangan, atau rutin semprot obat
nyamuk di pagi dan sore hari.
3. Oleskan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET atau
dietyltoluamide saat terasa ada banyak nyamuk di sekitar.
4. Gunakan kelambu ( jaring nyamuk ) yang disemprotkan insektisida
seperti permethrin atau deltamethrin, untuk menutupin ranjang tidur
anda.
5. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat persembunyian nyamuk.
6. Kenakan pakaian tidur atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh
7. Lakukan langkah pencegahan dengan 3M :
a. Menguras dan membersihkan bak mandi.
b. Menutup atau menyingkirkan genangan air yang berpotensi
menjadi sarang jentik nyamuk.
c. Menabur serbuk abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.
8. Rutin melakukan fogging sebulan sekali. Ajukan kepada pihak yang
berwenang untuk melakukan fogging massal di lingkungan sekitar
(RT/RW/ Kekurahan atau dinas kesehatan setempat)

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.” K” DENGAN KEBUTUHAN
DASAR MALARIA

18
No. Register :
Ruang :
Tanggal MRS/Jam : 14 September 2019 jam 09.00 wita
Tanggal Pengkajian/Jam : 14 September 2019 jam 14.00 wita

I. IDENTITAS
a. Biodata Umum
Nama : Ny. “K”
Alamat : Jl. Gajah mada n0. 04 bontang
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 30 tahun
Agama : islam
Suku/Bangsa : sunda
Pendidikan : D3
Pekerjaan : karyawan swasta
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Alamat : Jl. Gajah mada n0. 04 bontang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : sunda
Pendidikan : D3
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan Pasien : suami

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama

19
pasien mengatakan panas tinggi mulai 5 hari yang lalu mulai
tanggal 10 september 2019 mulai pukul 16.00 wita.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


pasien mengeluh panas tinggi sudah 5 hari mulai tanggal 10
september 2019, mulai demam mulai pukul 16.00 wita.di tempat
tinggalnya sekarang sedang terjangkit wabah malaria. pasien
tampak menggigil, keluar keringat dingin mukosa mulut kering, bibir
pecah-pecah, pasien mengaku pusing dan merasa haus terus
menerus tetapi bila minum langsung muntah dan pasien mengeluh
tidak nafsu makan dan porsi makan dari RS tidak dihabiskan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pada hari selasa tanggal 10 september 2014
Dulu pernah terkena demam seperti ini, dan dirawat di rumah sakit.
Pasien bekerja di perusahaan swasta yang terletak di pinggiran
hutan. Pasien sering lupa pake lotion obat nyamuk ketika bekerja
dan keluar rumah. Tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


keluarga penah mengalami sakit seperti pasien, suami pasien
mengatakan pernah mengalami penyakit demam tinggi karna
malaria dan di rawat di rumah sakit. di rumah ga pernah
menyalakan obat nyamuk bakar atau semprot obat nyamuk. Tidak
ada riwayat alergi makanan atau obat obatan di keluarga pasien.
Pasien mengatakan tidak ada penyakit turunan seperti hypertensi,
diabetes militus, asma dan lainnya.

20
e. Sanitasi Lingkungan
pasien mengatakan tinggal disekitar rawa, lingkungan rumahnya
kotor, air parit menggenang tidak mengalir. ditempat tinggalnya
sekarang ini sedang terjangkit wabah malaria.

III. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

a. Pola Nutrisi
DiRumah : Makan 2-3 kali sehari, ,lauk pauk, sayur, dan kadang
ditambah dengan buah-buahan. Minum ±1600cc/hari,
tidak ada pantangan makanan.
DiRS : pasien mengeluh tidak nafsu makan, porsi makan di RS
selalu tidak di habiskan. Minum ±100cc. Tampak mual
dan bila minum langsung muntah.

b. PolaEliminasi
DiRumah : BAK 2 kali /hari, urin berwarna kuning jernih,dan berbau
khas. BAB 1 kali/hari (pagi) , konsistensi feses padat,
berwarna kuning kecoklatan.
DiRS : pasien dipasang kateter warna urine kuning keruh
seperti teh.darah tidak ada. Kebutuhan pemenuhan ADL
Bowel mandiri. Gangguan eliminasi ADL tidak ada.

c. Pola Aktivitas
DiRumah : pasien mengatakan sehari-hari ia bekerja diperusahaan
swasta, berangkat pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00
wita. Kadang mampir Berbelanja ke pasar, tidak
berolahraga secara rutin karena merasa sudah lelah

21
bekerja.mengerjakan kegiatan rutin pekerjaan rumah
tangga.
DiRS : Tidak dapat beraktivitas banyak hanya tiduran pasien
merasa badannya lemah.

d. Pola Istirahat dan Tidur


DiRumah : Pasien mengatakan istirahat dan tidur 6-7 jam/hari jam
22.00–05.00 Wita.tidur siang saat jam istirahat, tidak ada
gangguan tidur sama sekali.
DiRS : tidur gelisah, karna demam tinggi dan menggigil.

e. Pola Personal Hygiene


DiRumah : Pasien mandi 2 kali/hari pagi dan sore, menggunakan
sabun, keramas 1 kali sehari, ganti baju 1-2 kali/hari.
Setiap melakukan dan sesudah beraktivitas jarang
mencuci tangan.
DiRS : Pasien mandi di seka sama suaminya, ganti baju 1 kali
dalam satu hari.

IV. DATA PSIKOSOSIAL

a. Status Emosi
Normal, stabil dan dapat menguasai emosi

b. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien tidak tenang dan merasa takut dengan
penyakit yang dideritanya. Semua anggota
tubuhnya sama penting dan merasa menarik
2. Self Ideal : Pasien berharap ingin segera pulang dan
22
Sembuhdari penyakit yang dideritanya.
3. Self Esteem : Pasien merasa diperlakukan baik oleh perawat
serta mendapat perhatian yang cukup dari
keluarganya.
4. Role : Pasien sebagai istri dan ibu dari ke dua anaknya
Dan anak bungsu dari 3 bersaudara. Serta
sebagai Pekerja di perusahaan swasta.
5. Identity : Pasien berumur 30 tahun dan bekerja
diperusahaan swasta.

c. InteraksiSosial
Interaksi sosial pasien dengan keluarga, perawat sangat baik dan
merespon pertanyaan yang diajukan oleh perawat, tampak supel
dalam pergaulan dan berkomunikasi.

d. Spiritual
Pasien beragama Islam yang taat beribadah, sebelum dan selama
menderita sakit ia tetap menjalankan sholat 5 waktu.Tetap berdoa
dan berharap agar penyakit yang di deritanya cepat sembuh.

V. PEMERIKSAANFISIK

a. Keadaan Umum
Pasien tampak menggigil dan keluar keringat dingin.mukosa mulut
kering, bibir pecah-pecah.pasien merasa haus terus menerus tetapi
bila minum langsung muntah.

b. Kesadaran : Composmetis

23
c. Tanda-Tanda Vital
S : 39,2⁰C RR : 24x/menit
N : 108x/menit T : 110/70mmHg
BB di RS : 58 kg
BB sebelum MRS : 61 kg. Tinggi Badan : 160 cm

d. Kepala
Rambut : warna hitam, tebal, tidak mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis, fungsi pengelihatan baik, tidak ada
lesi sclera ikterik, pupil isokor,lensa jernih.
Hidung : simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada polip, agak
sedikit kotor, tidak ada pembengkakan, warna mukosa
merah muda.
Mulut : mukosa mulut kering, bibir pecah pecah, tidak ada
perdarahan pada gusi, tonsil merah muda, gigi bersih dan
lengkap tidak ada caries.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri
telan, simetris, tidak ada pembesaran tyroid dan kelenjar
limfe.
Telinga : simetris, telinga luar dan dalam bersih, tidak ada
Gangguan pendengaran .

e. Thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada deformitas, ekspansi
dada simetris, adanya iktus kordis.
Palpasi : fremitus taktil ka/ki : terdapat getaran ketika mengucap
7,8, dan 9, ictus cordis normal.
Perkusi : ka/ ki terdengar sonor, batas jantung normal
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 normal terdengar jelas, suara
24
napas vesikuler, tidak ada ronchi, Wheezing, tidak
sesak dan tidak ada batuk.

f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak terdapat pembengkakan dan
pembesaran hepar. Simetris.
Auskultasi : peristaltik ± 20x/menit.
Perkusi : tympani.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

g. Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus. Akral panas, jumlah jari
lengkap, tidak ada kelumpuhan, kekuatan otot skala 5
mampu (menahan tegak walaupun sedikit didorong).
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, jumlah jari-jari lengkap, jari-
jari kaki dingin, dan pergerakan bebas, masih mampu
melakukan gerakan.

h. Genetalia : vagina warna merah muda, tidak ada lesi dan nyeri
tekan.

i. Integumen : Warna kulit sawo matang, tidak ada lecet dan gatal,
kulit pasien terdapat lesi dan ruam.

VI. DATAPENUNJANG

Hasil pemeriksaan Laboratorium:


Tgl. 14 september 2019
a. Hb : 8,1
25
b. Ht : 30,20
c. Eritrosit (lt/mmk) : 3,15
d. MCH (pg : 33,40
e. MCV (fl) : 94,67
f. MCHC (gr/dl) : 34,50
g. Leukosit (rb/mmk) : 12,60
h. Trombosit (157,1) : 157,1
i. RDW (%) : 17,5
j. Mpv (fl) : 6,90

Berat Badan sebelum masuk RS : 61 kg


Berat Badan : 58 Kg

VII. TERAPI

Cairan IV :
- Infuse RL 20 tpm
- Klorokuin 3x1 ampul

Obat peroral :
- Parasetamol
- Sulfadoksin 3x1
- Vitamin B complex 3x1
- Vitamin C 3x1

Obat parenteral : tidak ada


Obat topikal : tidak ada

VIII. ANALISIS DATA


26
Namapasien : Ny“K” No.Reg :
Umur : 30 th Ruang :
Tanggal : 14 September 2019 Diagnosa : Malaria

No Data Etiologi Masalah


1. Ds. Dehidrasi Hipertermia
- Pasien mengeluh sudah 5 hari atau proses
panas tinggi. penyakit
Do. malaria
- S : 39,2⁰C, N : 108x/mnt.
- Mukosa mulut kering,
- bibir pecah-pecah.
- Pasien menggigil dan
- keluar keringat dingin,
- kulit pasien terdapat lesi dan
ruam.

2. DS. Kekurangan hypovolemia


- Pasien mengaku pusing dan intake cairan
merasa haus terus menerus
DO
- Mukosa kulit kering
- Bibir pecah-pecah.
- Muntah bila minum
- Muka pucat
- S : 39,2⁰C N : 108x/mnt.
- Intake : 0,5 ltr sehari BC : 1160
CC

27
- Urine output : 600 cc
- BB di RS = 58kg, BB SMRS=
61kg

3 Ds. Kurangnya Defisit nutrisi


- Klien mengatakan tidak ada asupan
nafsu makan. makanan
Do.
- Wajah pasien pucat,
- Pasien tidak dapat
menghabiskan porsi makan.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama : Ny“K” No.Reg :


Umur : 30 th Ruang :
Tanggal : 14 September 2019 Diagnosa : Malaria

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan yang


ditandai dengan mukosa kulit kering, bibir pecah – pecah, pasien merasa
haus terus menerus tetapi bila minum langsung muntah, S: 39,5 0C, N:
108x/mnt, intake: 0,5ltr sehari, BC: 1160cc, urin output: 600cc

2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi/penyakit yang di tandai


dengan pasien mengeluh sudah 5 hari panas tinggi, mukosa mulut

28
kering, bibir pecah-pecah, pasien tampak menggigil dan keluar keringat
dingin. Suhu: 39,2oC, N: 108x/mnt.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, yang ditandai


dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, dan pasien tidak
mengabiskan porsi makan, wajah pucat.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari Diagnosis keperawatan Tujuan Rencana tindakan Nama/
/tgl keperawatan no Tindakan tanda
tangan
1. Hypovolemia Setelah 1. Obervasi :
berhubungan dengan dilakukan Monitor status
kekurangan intake tindakan hidrasi (frekuensi
cairan yang ditandai keperawatan nadi, kelembaban
dengan mukosa kering, kondisi volume mukosa, tekanan
bibir pecah pecah, cairan membaik darah, turgor kulit)
pasien merasa haus dalam waktu 2. Monitor berat badab
terus menerus tetapi 1x24 jam harian
bila minum langsung dengan kriteria 3. Monitor hasil
muntah. S: 39,2oC, nadi: hasil: pemeriksaan
108x/mnt. intake: 0,5ltr - Output urine laboratorium.
sehari BC: 1160cc, urin meningkat (5) teurapeutik
output: 600cc - Keluhan haus 4. Catat intake-output
menurun (5) dan hitung balans
- Berat badan cairan 24 jam.
membaik (5) 5. Berikan asupan
- Intake cairan cairan, sesuai

29
membaik (5) kebutuhan.
6. Berikan cairan
intravena
Kolaborasi
7. kolaborasi
pemberian diuretik,
jika perlu.

2. Hipertermia Setelah di observasi


berhubungan dengan lakukan 1. identifikasi
dehidrasi/penyakit yang Tindakan penyebab
di tandai dengan pasien keperawatan hypertermi
mengeluh sudah 5 hari termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh
panas tinggi, mukosa (suhu tubuh) 3. Monitor komplikasi
mulut kering, bibir kembali akibat hypertermia
pecah-pecah, pasien membaik teurapeutik
tampak menggigil dan (normal) dalam 4. sediakan lingkungan
keluar keringat dingin. waktu 2 jam yang dingin.
Suhu: 39,2oC, N: dengan kriteria 5. Berikan cairan oral.
108x/mnt hasil : 6. lakukan
pendinginan
- suhu tubuh 36
eksternal
c membaik (5)
(mis.selimut
-suhu kulit hipotermia/kompres
membaik (5) dingin pada dahi,

-mengigil leher, dada,

menurun (5) abdomen, aksila)


edukasi
-kulit merah

30
menurun (5) 7. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
8. kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena.jika perlu.

3. Defisit nutrisi Setelah obervasi


berhubungan dengan dilakukan 1. identifikasi
hilangnya nafsu makan tindakan kebutuhan kalori
yang ditandai dengan keperawatan dan jenis nutrien
pasien mengatakan keadekuatan 2. Monitor asupan
tidak nafsu makan, dan asupan nutrisi makanan
pasien tidak membaik untuk 3. Monitor berat
menghabiskan porsi memenuhi badan.
makan, wajah pucat. kebutuhan 4. Monitor hasil
meabolisme pemeriksaan
dalam waktu 24 laboratorium
jam dengan teurapeutik
kriteria hasil: 5. sajikan makanan
- Porsi makanan secara menarik dan
yang dihabiskan suhu yang sesuai
meningkat (5) 6. berikan makanan
- penyiapan dan tinggi kalori dan
penimpanan tinggi protein.
makanan yg edukasi
aman 7. anjurkan posisi

31
meningkat (5) duduk , jika mampu
- perasaan kolaborasi
cepat kenyang 8. kolaborasi
menurun(5) pemberian medikasi
- nafsu makn sebelum makan, jika
membaik(5) perlu.
- membran
mukosa
membaik (5)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sesuai dengan intervensi dan kondisi pasien.

EVALUASI KEPERAWATAN
Sesuai dengan criteria hasil
DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2008. Judith, M.Wilkinson. 2000. Buku saku diagnosa


keperawatan dengan intervensi (NIC) dan kriteria (NOC) edisi tujuh. EGC:
Jakarta. Mansjoer A,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius. Jakarta. CORWIN 2000 hal 571
WHO Regional Publications South East Asian series no. 9. 1997.Clinical
Management of Acute Malaria. Hallo sehat dr. Yusra Firdaus -Harijanto
(2000), Mansjoer, 2001, Anonim A, 2008 (Gibson, John 2002 : Fisiologi dan
Anatomi Modern untuk Perawat Edisi. jakarta : EGC.)
Sumber http://lesmanaega.wordpress.com diakses 16 Juli 2012 )
http://www.wikipedia.com/malaria.
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_s2_i229_b.pdf.

32
33

Anda mungkin juga menyukai