Anatomi Fisiologi Askep Malaria Final
Anatomi Fisiologi Askep Malaria Final
ASKEP MALARIA
A. ANATOMI FISILOGI
Darah adalah medium transfort tubuh. Darah terdiri dari komponen cair
dan komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma yang
berwarna kekuning kuningan yang terdiri dari :
1. Air : terdiri dari 91-92 %
2. Zat padat yang terdiri dari 7-9% yang terdiri dari :
a. Protein yang terdiri dari albumin, globulin, fibrinogen
b. Bahan anorganik yang terdiri dari natrium, kalsium, fosfor, besi,
dan iodium
c. Bahan organik yang terdiri dari zat zat nitrogen non protein, urea,
asam urat, kreatinin, xantin, asam amino, fosfolipid, kolestrol.
Glukosa dan lain lain.
1
Fungsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit
adalah 120 hari.
b. Sel darah putih.
c. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel
darah putih. Jumlah normalnya adalah 4.000 – 11.000/mm3.
Jenis sel darah putih yaitu :
1) Neutrofil 55 %
2) Eosinofil 2 %
3) Basofil 0,5 – 1 %
4) Monosit 6 %
5) Limposit 36 %
6) Trombosit.
Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan
granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1-
4 mm dan berumur kira kira 10 hari. Sekitar 30 – 40 % berada
dalam limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam
sirkulasi darah. trombosit sangat penting peranannya dalam
pembekuan darah dan hemostasis. Trombositopenia
didefinisikan sebaga jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
4
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :
5
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
6
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau
pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
1. Demam
3. Anemia
4. Ikterus
8
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hevar.malaria
laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. periode ini
terjadi bila parasit tidak di dapat di temukan di darah tepi,tetapi
stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati, Terdapat
tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah
merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel
darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang di hasilkan
b. ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut
dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu
keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus
obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571)
9
a. Patofisiologi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa
yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap
perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-
sel darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria
berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
knowlesi. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini
adalah nyamuk Anopheles, terutamanya Anopheles.
Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit
malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar
ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam
siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan
dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah,
akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk
stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai
bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit
pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk
10
kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit
jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria
betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni). Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara
sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro
gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi
ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit
yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan
ke manusia
Khusus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale pada siklus
parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang
berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit,
akan tetapi tertanam di jaringan hati – disebut hipnosit. Bentuk
hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita
yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan
daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk,
stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam
tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel
hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul
kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah
menderita Plasmodium vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria
akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit
oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati
SD positif Plasmodium vivax/ plasmodium ovale.
Pada Plasmodium falciparum serangan dapat meluas ke
berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di
otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya
11
malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam
jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut
berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada
penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam
darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka
kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir semua
penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis
(sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat
terjadi sekuel.
12
b. Pathway
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
13
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis
dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi dimana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya
parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis
satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis
deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis
membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai Nilai diagnostik
yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
a. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit
b. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
d. Identifikasi spesies plasmodium
e. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
3. Pemeriksaan imunoserologis
4. Pemeriksan Biomolekuler
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
15
5. Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dalam
pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Sementara
itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap
obat. Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga “Obat
Malaria”) yang dikenal umum adalah:
a. Obat standar: klorokuin dan primakuin
b. Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)
c. Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas
Ferrosus)
d. Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc) Obat
standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
G. KOMPLIKASI
1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian
tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.
16
Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan.
Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat lokal atau menyeluruh.
2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru.
Angka kematian Mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan
adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan
sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada
glomerulus.
3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi
yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh
kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
4. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun
H. PENCEGAHAN.
Cara pencegahan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk antara lain
dengan :
1. Memakai alat pelindung seperti celana panjang dan kemeja panjang
selama beraktivitas, terutama saat subuh dan sore hari. Nyamuk
malaria paling rentan beredar di dua waktu tersebut.
17
2. Pasang obat nyamuk di dalam ruangan, atau rutin semprot obat
nyamuk di pagi dan sore hari.
3. Oleskan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET atau
dietyltoluamide saat terasa ada banyak nyamuk di sekitar.
4. Gunakan kelambu ( jaring nyamuk ) yang disemprotkan insektisida
seperti permethrin atau deltamethrin, untuk menutupin ranjang tidur
anda.
5. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat persembunyian nyamuk.
6. Kenakan pakaian tidur atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh
7. Lakukan langkah pencegahan dengan 3M :
a. Menguras dan membersihkan bak mandi.
b. Menutup atau menyingkirkan genangan air yang berpotensi
menjadi sarang jentik nyamuk.
c. Menabur serbuk abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.
8. Rutin melakukan fogging sebulan sekali. Ajukan kepada pihak yang
berwenang untuk melakukan fogging massal di lingkungan sekitar
(RT/RW/ Kekurahan atau dinas kesehatan setempat)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.” K” DENGAN KEBUTUHAN
DASAR MALARIA
18
No. Register :
Ruang :
Tanggal MRS/Jam : 14 September 2019 jam 09.00 wita
Tanggal Pengkajian/Jam : 14 September 2019 jam 14.00 wita
I. IDENTITAS
a. Biodata Umum
Nama : Ny. “K”
Alamat : Jl. Gajah mada n0. 04 bontang
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 30 tahun
Agama : islam
Suku/Bangsa : sunda
Pendidikan : D3
Pekerjaan : karyawan swasta
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Alamat : Jl. Gajah mada n0. 04 bontang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : sunda
Pendidikan : D3
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan Pasien : suami
a. Keluhan Utama
19
pasien mengatakan panas tinggi mulai 5 hari yang lalu mulai
tanggal 10 september 2019 mulai pukul 16.00 wita.
20
e. Sanitasi Lingkungan
pasien mengatakan tinggal disekitar rawa, lingkungan rumahnya
kotor, air parit menggenang tidak mengalir. ditempat tinggalnya
sekarang ini sedang terjangkit wabah malaria.
a. Pola Nutrisi
DiRumah : Makan 2-3 kali sehari, ,lauk pauk, sayur, dan kadang
ditambah dengan buah-buahan. Minum ±1600cc/hari,
tidak ada pantangan makanan.
DiRS : pasien mengeluh tidak nafsu makan, porsi makan di RS
selalu tidak di habiskan. Minum ±100cc. Tampak mual
dan bila minum langsung muntah.
b. PolaEliminasi
DiRumah : BAK 2 kali /hari, urin berwarna kuning jernih,dan berbau
khas. BAB 1 kali/hari (pagi) , konsistensi feses padat,
berwarna kuning kecoklatan.
DiRS : pasien dipasang kateter warna urine kuning keruh
seperti teh.darah tidak ada. Kebutuhan pemenuhan ADL
Bowel mandiri. Gangguan eliminasi ADL tidak ada.
c. Pola Aktivitas
DiRumah : pasien mengatakan sehari-hari ia bekerja diperusahaan
swasta, berangkat pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00
wita. Kadang mampir Berbelanja ke pasar, tidak
berolahraga secara rutin karena merasa sudah lelah
21
bekerja.mengerjakan kegiatan rutin pekerjaan rumah
tangga.
DiRS : Tidak dapat beraktivitas banyak hanya tiduran pasien
merasa badannya lemah.
a. Status Emosi
Normal, stabil dan dapat menguasai emosi
b. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien tidak tenang dan merasa takut dengan
penyakit yang dideritanya. Semua anggota
tubuhnya sama penting dan merasa menarik
2. Self Ideal : Pasien berharap ingin segera pulang dan
22
Sembuhdari penyakit yang dideritanya.
3. Self Esteem : Pasien merasa diperlakukan baik oleh perawat
serta mendapat perhatian yang cukup dari
keluarganya.
4. Role : Pasien sebagai istri dan ibu dari ke dua anaknya
Dan anak bungsu dari 3 bersaudara. Serta
sebagai Pekerja di perusahaan swasta.
5. Identity : Pasien berumur 30 tahun dan bekerja
diperusahaan swasta.
c. InteraksiSosial
Interaksi sosial pasien dengan keluarga, perawat sangat baik dan
merespon pertanyaan yang diajukan oleh perawat, tampak supel
dalam pergaulan dan berkomunikasi.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam yang taat beribadah, sebelum dan selama
menderita sakit ia tetap menjalankan sholat 5 waktu.Tetap berdoa
dan berharap agar penyakit yang di deritanya cepat sembuh.
V. PEMERIKSAANFISIK
a. Keadaan Umum
Pasien tampak menggigil dan keluar keringat dingin.mukosa mulut
kering, bibir pecah-pecah.pasien merasa haus terus menerus tetapi
bila minum langsung muntah.
b. Kesadaran : Composmetis
23
c. Tanda-Tanda Vital
S : 39,2⁰C RR : 24x/menit
N : 108x/menit T : 110/70mmHg
BB di RS : 58 kg
BB sebelum MRS : 61 kg. Tinggi Badan : 160 cm
d. Kepala
Rambut : warna hitam, tebal, tidak mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis, fungsi pengelihatan baik, tidak ada
lesi sclera ikterik, pupil isokor,lensa jernih.
Hidung : simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada polip, agak
sedikit kotor, tidak ada pembengkakan, warna mukosa
merah muda.
Mulut : mukosa mulut kering, bibir pecah pecah, tidak ada
perdarahan pada gusi, tonsil merah muda, gigi bersih dan
lengkap tidak ada caries.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri
telan, simetris, tidak ada pembesaran tyroid dan kelenjar
limfe.
Telinga : simetris, telinga luar dan dalam bersih, tidak ada
Gangguan pendengaran .
e. Thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada deformitas, ekspansi
dada simetris, adanya iktus kordis.
Palpasi : fremitus taktil ka/ki : terdapat getaran ketika mengucap
7,8, dan 9, ictus cordis normal.
Perkusi : ka/ ki terdengar sonor, batas jantung normal
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 normal terdengar jelas, suara
24
napas vesikuler, tidak ada ronchi, Wheezing, tidak
sesak dan tidak ada batuk.
f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak terdapat pembengkakan dan
pembesaran hepar. Simetris.
Auskultasi : peristaltik ± 20x/menit.
Perkusi : tympani.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g. Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus. Akral panas, jumlah jari
lengkap, tidak ada kelumpuhan, kekuatan otot skala 5
mampu (menahan tegak walaupun sedikit didorong).
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, jumlah jari-jari lengkap, jari-
jari kaki dingin, dan pergerakan bebas, masih mampu
melakukan gerakan.
h. Genetalia : vagina warna merah muda, tidak ada lesi dan nyeri
tekan.
i. Integumen : Warna kulit sawo matang, tidak ada lecet dan gatal,
kulit pasien terdapat lesi dan ruam.
VI. DATAPENUNJANG
VII. TERAPI
Cairan IV :
- Infuse RL 20 tpm
- Klorokuin 3x1 ampul
Obat peroral :
- Parasetamol
- Sulfadoksin 3x1
- Vitamin B complex 3x1
- Vitamin C 3x1
27
- Urine output : 600 cc
- BB di RS = 58kg, BB SMRS=
61kg
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
28
kering, bibir pecah-pecah, pasien tampak menggigil dan keluar keringat
dingin. Suhu: 39,2oC, N: 108x/mnt.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari Diagnosis keperawatan Tujuan Rencana tindakan Nama/
/tgl keperawatan no Tindakan tanda
tangan
1. Hypovolemia Setelah 1. Obervasi :
berhubungan dengan dilakukan Monitor status
kekurangan intake tindakan hidrasi (frekuensi
cairan yang ditandai keperawatan nadi, kelembaban
dengan mukosa kering, kondisi volume mukosa, tekanan
bibir pecah pecah, cairan membaik darah, turgor kulit)
pasien merasa haus dalam waktu 2. Monitor berat badab
terus menerus tetapi 1x24 jam harian
bila minum langsung dengan kriteria 3. Monitor hasil
muntah. S: 39,2oC, nadi: hasil: pemeriksaan
108x/mnt. intake: 0,5ltr - Output urine laboratorium.
sehari BC: 1160cc, urin meningkat (5) teurapeutik
output: 600cc - Keluhan haus 4. Catat intake-output
menurun (5) dan hitung balans
- Berat badan cairan 24 jam.
membaik (5) 5. Berikan asupan
- Intake cairan cairan, sesuai
29
membaik (5) kebutuhan.
6. Berikan cairan
intravena
Kolaborasi
7. kolaborasi
pemberian diuretik,
jika perlu.
30
menurun (5) 7. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
8. kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena.jika perlu.
31
meningkat (5) duduk , jika mampu
- perasaan kolaborasi
cepat kenyang 8. kolaborasi
menurun(5) pemberian medikasi
- nafsu makn sebelum makan, jika
membaik(5) perlu.
- membran
mukosa
membaik (5)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sesuai dengan intervensi dan kondisi pasien.
EVALUASI KEPERAWATAN
Sesuai dengan criteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
32
33