Anda di halaman 1dari 447

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326846310

Ekonomi Mikro (Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha)

Book · September 2014

CITATION READS
1 157,847

1 author:

Akhmad Pide
Universitas Muhammadiyah Makassar
43 PUBLICATIONS   231 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ekonomi Mikro dalam Dunia Usaha View project

All content following this page was uploaded by Akhmad Pide on 07 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1
2
3

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan izin dan
petunjuknya jualah sehingga penulis dapat menulis buku ini dengan judul: Ekonomi
Mikro: Teori dan Aplikasi dalam Dunia Bisnis.
Teori Ekonomi mikro merupakan mata kuliah inti pada Fakultas Ekonomi,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, dan Sekolah Bisnis. Oleh karena itu buku teks
ekonomi mikro adalah merupakan buku teks penting dan sangat dibutuhkan oleh
para mahasiswa.
Teori ekonomi mikro dapat dipelajari dengan menggunakan tiga macam
pendekatan yaitu; Pertama pendekatan verbal dalam arti menguraikan teori dengan
menggunakan uraian dan penjelasan kata-kata, Kedua dengan pendekatan grafik
sebagai alat penjelasan, dan Ketiga dengan pendekatan matematis. Buku ini
menggunakan ketiga macam pendekatan tersebut. Oleh karena itu buku ini
diharapkan menarik bagi para pembaca. Pendekatan grafik dilakukan untuk
menunjukkan inti dari analisis ekonomi, dan selanjutnya dijelaskan dengan
pendekatan verbal. Pendekatan matematis digunakan untuk memberikan contoh-
contoh kasus dalam bisnis dan ekonomi.
Buku ini muncul karena adanya dorongan dari beberapa teman sejawat. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak;
Prof. Dr. Ahmad Musseng, M,Si., Dr. Bustang, M.Si, Prof. Dr. Amiruddin Tawe,
M.Si., Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.Si.., Zainal Abidin, S.E, S.H., M.Si.,
Manda, H.M., S.E., M.Si. Muh. Ihsan Malik, S.E., M.M. Khusus kepada Istri saya
yang tercinta Rahmawaty Gaffar, S.E. karya ini dapat terwujud menjadi suatu buku.
Pada kesempatan ini pula penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan buku ini pada edisi selanjutnya.
4

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 17 September 1965 di Maroanging Kabupaten Bone,


Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara, dari pasangan
Pide (almarhum) dan Hajirah.
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana Strata Satu tahun 1984 pada Jurusan
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang dan
lulus tahun 1988. Pada tahun 1991 Penulis melanjutkan pendidikan Magister pada
Program Studi Agribisnis, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, dan lulus
tahun 1993. Pada tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan untuk mengikuti
pendidikan program doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan sponsor BPPS dan lulus pada tahun
2012.
Penulis bekerja diawali dengan menjadi Dosen tetap yayasan pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Pendidikan Pendidikan Ujung Pandang
(YPUP) tahun 1989 sampai tahun 2004. Kemudian sebagai Dosen Kopertis Wilayah
IX Sulawesi yang dipekerjakan pada STIE-YPUP sejak tahun 2004 sampai sekarang.
Akhmad adalah penulis yang telah membuahkan beberapa karya. Karya-
karyanya telah diterbitkan dalam jurnal Internasional seperti: International Research
Journal of Finance and Economics9 9(4): 2463-2474, 2013, dengan judul: Impact of
Fiscal Policy on the Agricultural Development in an Emerging Economy: Case Study
from the South Sulawesi, Indonesia. Journal of Applied Sciences Research, Issue 96
(2012) P:al 1450-2887, dengan judul: The Impact of Fiscal Policy on the Regional
Economy: Evidence from South Sulawesi,Indonesia. Majalah Kementrian
PPN/Bappenas, dengan judul: Efektivitas Kebijakan Fiskal Daerah terhadap
Perekonomian Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagai Pemenang
Call of Paper pada Kongres Isei XVIII Dan Seminar Nasional “Satu Dasa Warsa
Implementasi Otonomi Daerah” Yogyakarta, 2-4 Oktober 2012, dan beberapa tulisan
lainnya yang diterbitkan dalam jurnal dalam negeri.
5

Menikah dengan Rahmawaty Gaffar pada tahun 1995 dan dikaruniai tiga orang
anak: Muhammad Akram Akhmad, Muhammad Al Khahfi Akhmad, dan Nurul
Hikmah Maulidiah Akhmad.
1

DAFTAR ISI
Halaman

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1. Pengertian Ilmu Ekonomi ................................................. 1
1.2. Sumber daya dan Komoditi ............................................... 2
1.3. Masalah Pokok Perekonomian ......................................... 4
1.4. Ekonomi Positif dan Ekonomi Normatif ......................... 5
1.5. Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro .............................. 6
1.6. Model-Model dalam Ilmu Ekonomi ................................ 8
1.7. Macam-macam Sistem Ekonomi .................................... 16
1.8. Penggunaan Model Matematika ....................................... 20
1.9. Ringkasan Bab 1 ................................................................ 24
BAB II. TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN ...................... 28
2.1. Teori Permintaan ............................................................. 28
2.2. Teori Penawaran .............................................................. 33
2.3. Penentuan Harga dan Jumlah yang Diperjualbelikan ....... 37
2.4. Pengaruh Perubahan Permintaan dan Penawaran terhadap
Keseimbangan .................................................................. 43
2.5 Surplus Konsumen dan Produsen ................................... 48
2.6. Pengaruh Pajak dan Subsidi terhadap Keseimbangan .. 50
2.7. Ringkasan Bab 2 ............................................................. 57
BAB III. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ........... 62
3.1. Elastisitas Permintaan .................................................... 62
3.2. Elastisitas Penawaran ...................................................... 76
3.3. Ringkasan Bab 3 ............................................................. 81
BAB IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN ......................................... 85
4.1. Pendekatan Marginal Utility (Kardinal) ................ 85
4.2. Pendekatan Indiference Curve (Ordinal) ...................... 88
4.3. Keterbatasan Anggaran ................................................... 94
4.4. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan .............................. 106
4.5. Maksimisasi Utilitas Model Marshallian dan Hicksian ... 111
4.6. Ketidakpastian dan Perilaku Konsumen ......................... 115
4.7. Ringkasan Bab 4 ............................................................. 117
BAB V. TEORI PRODUKSI ................................................................ 121
5.1. Produksi dengan Satu Faktor Berubah ............................ 121
5.2. Produksi dengan dua Faktor Berubah .............................. 129
2

5.3. Garis Anggaran (Isocost) .................................................. 134


5.4. Skala Hasil ....................................................................... 139
5.5. Jalur Perluasan (Expantion Path) .................................... 147
5.6. Ringkasan Bab 5 .............................................................. 150
BAB VI. TEORI BIAYA PRODUKSI ................................................ 155
6.1. Konsep Biaya ...................................................................... 155
6.2. Pilihan Input untuk Meminimumkan Biaya ................... 158
6.3. Biaya Produksi Jangka Pendek ..................................... 162
6.4. Biaya Produksi Jangka Panjang .................................... 168
6.5. Kurva Pembelajaran (Learning Curves) ........................ 174
6.6. Ringkasan Bab 6 ........................................................... 180
BAB VII. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA ................................... 184
7.1. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna .................................. 185
7.2. Permintaan dan Penawaran Pasar Persaingan Sempurna 186
7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan ............................. 189
7.4. Penawaran dalam Pasar Persaingan Sempurna ............... 197
7.5. Penerapan Konsep Surplus Produsen dan Konsumen ... 202
7.6. Intervensi Pemerintah dalam Pasar Persaingan Sempurna 204
7.7. Ringkasan Bab 7 ...................................................................... 215

BAB VIII. PASAR MONOPOLI ............................................................... 221


8.1 Ciri-ciri pasar Monopoli ..................................................... 222
8.2 Penyebab Munculnya Monopoli ................................... 223
8.3 Keputusan Output dan Harga ......................................... 226
8.4 Kurva Penawaran dan Monopoli ................................... 237
8.5 Apa yang Salah pada Monopoli .................................... 239
8.6 Kebijakan Pemerintah tentang Monopoli ...................... 243
8.7 Dampak Pajak pada Monopoli ...................................... 248
8.8 Diskriminasi Harga ....................................................... 252
8.9 Ringkasa Bab 8 .............................................................. 264
BAB IX. PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK .......................... 271
9.1. Karakteristik Pasar Persaingan Monopolistik .................. 271
9.2. Keseimabngan Jangka Pendek pada Pasar Persaingan Monopolistik
......................................................................................... 274
9.3. Keseimbangan Jangka Panjang pada Pasar Persaingan
Monopolistik ................................................................. 276
9.4. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi .......................... 278
9.5. Persaingan Bukan Harga ............................................... 279
9.6. Ringkasan Bab 9 ........................................................... 286
BAB X. PASAR OLIGOPOLI ................................................................ 289
3

10.1. Karakteristik Pasar Oligopoli ........................................... 290


10.2. Keseimbangan dalam Pasar Oligopoli .......................... 292
10.3. Model Cournot .............................................................. 294
10.4. Model Stakelberg ......................................................... 302
10.5. Model Kartel ................................................................. 306
10.6. Model Kurva Permintaan Terpatah ............................... 310
10.7. Model Kepemimpinan Harga ........................................ 314
10.8. Ringkasan Bab 10 ......................................................... 316

BAB XI. TEORI PERMAINAN ............................................................ 320

11.1. Konsep Dasar i ..................................................................... 320


11.2. Permainan dan Keputusan Strategis .............................. 323
11.3. Strategi Dominan dan Keseimbangan Nash ................. 326
11.4. Dilema Nara Pidana ...................................................... 330
11.5. Permainan Berurutan .................................................... 334
11.6. Ancaman, Komitmen, dan Kredibilitas ....................... 338
11.7. Rintangan Masuk .......................................................... 343
11.8. Ringkasan Bab 11 ......................................................... 347
BAB XII. PASAR FAKTOR INPUT ...................................................... 351
12.1. Pasar Faktor Input yang Bersaing Sempurna ................ 351
12.2. Pasar Faktor Input Monopsoni ....................................... 364
12.3. Pasar Faktor Input Monopoli ......................................... 367
12.4. Ringkasan Bab 12 ......................................................... 371
BAB XIII. KESEIMBANGAN UMUM DAN EFISIENSI EKONOMI 374
13.1. Konsep Keseimbangan Umum ...................................... 374
13.2. Efisiensi Perukaran ........................................................ 377
13.3. Efisiensi Produksi ........................................................... 384
13.4. Kegagalan Perekonomian dalam Pasar Bersaing ........ 389
13.5. Ringkasan Bab 13 .......................................................... 393
BAB XIV. EKSTERNALITAS DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ..... 396

14.1. Eksternalitas dan Ketidakefisienan Pasar ........................ 397

14.2. Solusi Perusahaan untuk Eksternalitas ............................ 400


14.3. Kebijakan Pemerintah atas Eksternalitas ........................ 405
14.4. Ringkasan Bab 14 ........................................................... 413

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 416


1

BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini persoalan ekonomi senantiasa menjadi berita utama pada berbagai
media, baik TV maupun surat kabar. Pertanyaan yang muncul mengapa demikian?
Jawabannya tentu saja karena persolan ekonomi memiliki dampak yang sangat besar
dalam kehidupan manusia dewasa ini. Banyak persoalan ekonomi yang terjadi di
sekitar kita seperti, kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, kenaikan
harga bahan bakar minyak, impor beras, impor daging, harga cabe yang melambung,
fluktuasi mata uang, pengembangan teknologi komunikasi dan informasi sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dewasa ini dengan berbagai peristiwa yang tidak
terpikirkan sebelumnya.
Teori-teori ekonomi yang telah dikembangkan oleh para ekonom selama
bertahun-tahun, setidaknya dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
mekanisme pasar bekerja dan mempengaruhi peristiwa-peristiwa ekonomi yang
mempengaruhi kehidupan umat manusia dewasa ini. Oleh karena itu pemahaman
terhadap teori-teori ekonomi merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk
memahami berbagai persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi dewasa ini.

1.1.Pengertian Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu, telah berusia lebih dari dua abad.
Bermula sejak tahun 1776 ketika Adam Smith menulis buku yang berjudul „The
Wealth of Nations”. Setelah itu, ilmu ekonomi berkembang dalam banyak tahapan,
Karl Marx melakukan kritik besar-besaran tentang kapitalisme dalam bukunya yang
berjudul “Das Kapital” buku ini beredar luas pada tahun 1867, Selanjutnya John
Maynard Keynes pada tahun 1935 dengan bukunya yang berjudul “The General
Theory of Employment, Interest and Money”. Beberapa pandangan ketiga tokoh
2

tersebut masih tetap mendapat perhatian dalam pemikiran ahli-ahli ekonomi pada
masa kini.
Beberapa pakar ekonomi mendefinisikan ilmu ekonomi:
 Alfred Marshal, Ilmu Ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan tentang
sumber daya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas.
 Walter Nicholson, Ilmu ekonomi adalah bagian dari ilmu sosial yang
mempelajari perilaku manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya
 Paul A. Samuelson, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang prilaku orang dan
masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langkah dan
memiliki berbagai alternatif penggunaan, dalam upaya memproduksi berbagai
komoditi, untuk kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa yang
akan datang kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat.
Terdapat dua hal pokok yang dapat ditarik dari pengertian di atas yaitu:
Pertama, sumber pemuas kebutuhan manusia itu terbatas adanya, sebab kebutuhan
manusia relatif tidak terbatas jumlahnya. Suatu kenyataan bahwa tidak ada suatu
golongan masyarakat atau bangsa yang dapat memproduksi semua barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau bangsa tersebut. Tidak ada manusia yang
dapat membelanjakan uang melebihi besarnya pendapatannya (kecuali kecuali
dengan cara berutang atau merampok), dan tidak ada orang yang dapat menggunakan
waktunya lebih dari 24 jam sehari. Kedua, bagaimana cara yang terbaik untuk
menetapkan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada. Para pakar ekonomi
mengatakan bahwa bagaimana caranya sumber daya yang ada dialokasikan.

1.1. Sumber daya dan Komoditi

Sumber daya terdiri atas anugerah alam seperti tanah, air, hutan, tambang, sumber
daya manusia baik fisik maupun mental, dan alat bantu buatan untuk memproduksi
seperti peralatan, mesin dan bangunan. Para ahli ekonomi menamakan semua sumber
daya itu sebagai faktor produksi. Hal tersebut disebabkan karena mereka digunakan
untuk memproduksi komoditi yang dibutuhkan manusia. Komoditi dapat
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu barang dan jasa. Barang selalu berwujud
3

(misalnya tas, mobil, baju) sedangkan jasa tidak berwujud misalnya (praktek dokter
dan pendidikan). Orang memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi banyak hal
yang menjadi keinginannya. Kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa disebut
produksi, sementara kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan disebut konsumsi.

Kelangkaan

Pada dasarnya sebagai besar umat manusia di dunia ini, kelangkaan atau
keterbatasan adalah betul-betul nyata dan ada. Oleh karena itu keinginan manusia
untuk memperoleh lebih banyak dan lebih baik dalam hal; makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan sebagainya. Pada beberapa negara miskin di Afrika dan
di Asia kelangkaan lebih nyata terlihat. Hasil pertanian yang mereka hasilkan lebih
kecil dari yang dibutuhkan masyarakatnya. Sektor pertanian relatif belum
berkembang, dan kemampuan sektor industri untuk menghasilkan produk juga masih
lebih rendah dari yang dibutuhkan masyarakatnya.

Pilihan

Oleh karena jumlah sumber daya terbatas, maka setiap individu dan masyarakat
secara keseluruhan tidak dapat memenuhi semua yang mereka butuhkan, karena itu
mereka harus membuat pilihan. Dalam setiap kegiatan ekonomi baik untuk
memproduksi maupun mengkonsumsi barang dan jasa, setia individu dan masyarakat
harus membuat pilihan-pilihan. Tujuan dari individu dan masyarakat membuat
pilihan adalah agar sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efisien untuk
dapat memaksimumkan kesejahteraan individu dan masyarakat.

Biaya Peluang (Opportunity Cost)

Untuk menjelaskan bagaimana pilihan individu dan masyarakat dalam


memutuskan biaya, maka perhatikan contoh berikut: Kita misalkan seorang
mahasiswa yang memiliki uang sebesar Rp. 1 juta dan telah memutuskan untuk
membeli buku dan pakaian. Jadi mahasiswa tersebut mempunyai dua pilihan yaitu
membeli buku dengan harga Rp. 50.000 per buah dan pakaian dengan harga Rp.
4

100.000 per unit. Mahasiswa tersebut ingin sekali membeli 20 buku, dan 10 pakaian.
Karena mahasiswa tersebut tahu bahwa keinginannya tersebut tidak mungkin
terpenuhi, dalam istilah ekonomi dikatakan bahwa ini tidak mungkin dicapai karena
keterbatasan sumber daya. Meskipun demikian terdapat beberapa kombinasi yang
dapat terjadi, misalnya membeli 10 buku dan 5 pakaian, 12 buku dan 4 pakaian dan
sebagainya.
Setelah mempertimbangkan dengan matang, maka mahasiswa ini sampai pada
keputusan untuk membeli 8 buku dan 6 pakaian, namun pada menit-menit terakhir ia
memutuskan untuk membeli 7 pakaian. Sekarang berapa biaya untuk memperoleh
tambahan satu lembar pakaian tersebut. Jawabannya adalah 2 buah buku. Dua buah
buku ini dikorbankan oleh mahasiswa tersebut untuk memperoleh tambahan satu
lembar pakaian. Para pakar ekonomi menyebut bahwa 2 buah buku tersebut sebagai
biaya peluang (opportunity cost) untuk pakaian ke 7.

1.3. Masalah Pokok Perekonomian

Telah disebutkan bahwa, masalah pokok dalam perekonomian timbul karena


adanya kelangkaan (scarcity), dalam sumber daya, sementara kebutuhan manusia
tidak terbatas. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari setiap individu,
perusahaan dan masyarakat, secara keseluruhan akan selalu menghadapi tiga
persoalan-persoalan ekonomi. Ketiga persoalan tersebut adalah: Whot, How dan For
Whom:
a. What: pertanyaan ini menyangkut masalah komoditi apa yang akan dihasilkan,
dan berapa banyak? Dengan kata lain berapa banyak barang dan jasa apa yang
akan dihasilkan, serta kapan? Haruskah kita membuat lebih banyak makanan dari
pakaian, atau sebaliknya. Pilihan mana yang kita ambil, nasi dan ikan bakar hari
ini atau daging dan roti hari ini.
b. How: Pertanyaan ini menyangkut masalah bagaimana atau dengan apa komoditi
dihasilkan, apakah dengan menggunakan modal lebih banyak atau tenaga kerja
lebih banyak, apakah menggunakan teknologi sederhana atau menggunakan
teknologi canggih. Hal ini sangat tergantung pada tingkat persaingan di pasar.
5

c. For Whom: Pertanyaan ini menyangkut masalah untuk siapa barang tersebut
dihasilkan. Apabila dilihat dari sisi pendapatan, masyarakat dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu masyarakat; (1) golongan
berpenghasilan tinggi, (2) golongan berpenghasilan menengah dan (3 golongan
berpenghasilan rendah. Masyarakat berpenghasilan rendah lebih memilih
membeli barang yang harganya murah, tanpa memperhatikan mutu barang
tersebut, sementara masyarakat yang berpenghasilan menengah memilih barang
yang harganya sedang, dan masyarakat yang berpenghasilan tinggi akan memilih
barang-barang yang berkualitas tinggi walaupun harganya mahal.

1.4. Ekonomi Positif dan Ekonomi Normatif

Para ahli ekonomi membedakan dua analisa ilmu ekonomi yaitu analisa
ekonomi positif dan normatif. Ilmu Ekonomi Positif (Positive Economics) yaitu
membahas atau mempelajari apa itu (what is) atau bagaimana masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi masyarakat sebenarnya diselesaikan. Teori ekonomi
positif menentukan bagaimana sebenarnya (in fact) sumber daya dialokasikan
dalam suatu perekonomian. Jadi ilmu ekonomi positif menyangkut apa yang sedang,
telah atau akan terjadi. Ilmu Ekonomi Normatif (Normative Economics), yaitu
mempelajari apa seharusnya dilakukan atau bagaimana masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat seharusnya diselesaikan.
Pernyataan positif adalah pernyataan yang mengandung arti: apakah yang
wujud atau telah wujud atau akan wujud? Kebenaran pernyataan positif dapat dilihat
dengan membandingkannya dengan kenyataan yang wujud. Pada hakikatnya
pernyataan positif adalah pernyataan mengenai fakta-fakta yang wujud dalam
masyarakat dan oleh sebab itulah kebenarannya dapat dibuktikan dengan
memperhatikan kenyataan yang berlaku. “Kalau produksi beras turun maka
harganya akan naik” dan “Kalau beras dijual ke kota maka harganya lebih mahal
daripada dijual di desa” adalah contoh-contoh dari pernyataan positif.
Pernyataan normatif ialah pernyataan yang mengandung arti: apakah yang
sebaiknya harus wujud? Jadi pernyataan normatif adalah suatu pandangan
6

subjektif atau suatu value judgement. Pernyataan itu bukan mengemukakan pendapat
mengenai keadaan yang akan wujud tetapi menyatakan tentang apa yang sebaiknya
harus wujud. Pernyataan normatif adakalanya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang tidak bersifat rasional seperti faktor kebudayaan, filsafat dan keagamaan.
Karena sifatnya tersebut, kebenaran pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan
dengan melihat kepada kenyataan. Perhatikanlah pernyataan berikut: “Peningkatan
kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan mempercepat pertumbuhan
pendapatan nasional” dan “Peningkatan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan
dengan berusaha agar pertambahan pendapatan dinikmati secara merata oleh
seluruh lapisan masyarakat”.
Pernyataan positif adalah pernyataan mengenai fakta–fakta yang wujud dalam
masyarakat dan oleh sebab itulah kebenarannya dapat di buktikan dengan kenyataan
yang ada. Pernyataan normatif adakalanya sangat di pengaruhi oleh faktor–faktor
yang tidak bersifat rasional seperti faktor kebudayaan, filsafat dan keagamaan.
Karena sifatnya tersebut, kebenaran pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan
dengan melihat kenyataan. Pernyataan normatif selalu dijumpai dalam ilmu ekonomi
terapan atau ilmu ekonomi kebijakan. Masalah ekonomi dapat diatasi dengan
beberapa cara dan cara manakah yang terbaik sangat tergantung kepada value
judgement dari yang merumuskan kebijakan ekonomi tersebut.

1.5. Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro

Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi dua yaitu; ilmu
ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Pengertian dan perbedaan ekonomi makro
dan ekonomi mikro terletak pada ruang lingkup kajian ekonomi. Berikut adalah
pengertian dan perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro:
Ekonomi makro, mengkaji variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan). Variabel-variabel yang juga berdampak atas beragam tindakan
pemerintah tersebut, antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau
pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun
neraca pembayaran internasional.
7

Ruang lingkup kajian ekonomi makro adalah usaha masyarakat dan


pemerintah dalam mengelola faktor produksi secara efisien. Landasan kajian
ekonomi makro adalah teori Keynes Ekonomi makro memusatkan perhatian pada
usaha masyarakat sebagai satu kesatuan untuk melakukan efisiensi dalam
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia.
Ekonomi Mikro, mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, dan rumah tangga. Ekonomi mikro juga mempelajari
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Selain itu, teori ekonomi mikro juga membahas tentang penentuan tingkat
produksi suatu perusahaan agar dapat mencapai profit/keuntungan. Contoh:
misalnya kalau permintaan terhadap hasil industri meningkat maka teori ekonomi
mikro dapat menganalisis dampak dari kenaikan produksi itu terhadap tingkat harga
produk yang dihasilkan perusahaan tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi mikro
merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku individu dalam
membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan aspek ekonomi.
Individu dimaksud seperti konsumen, pemilik sumber-sumber daya dan
perusahaan dalam perekonomian pasar bebas. Jadi teori mikro atau teori harga
mempelajari arus barang dan jasa dari sektor rumah tangga, komposisi arus tersebut
serta bagaimana harga-harga barang dan jasa ditentukan dalam arus tersebut. Juga
mempelajari arus jasa sumber-sumber ekonomi dari pemilik sumber-sumber daya ke
perusahaan-perusahaan bisnis, ke mana penggunaan sumber-sumber mengalir dan
bagaimana harga sumber-sumber tersebut ditentukan.

Kegunaan Teori Ekonomi Mikro

Teori Ekonomi Mikro dapat bermanfaat:


8

1. Sebagai dasar untuk membuat ramalan (basic for predicition). Artinya bahwa
teori ekonomi mikro dapat membuat ramalan bersyarat atau ramalan
kondisional (conditional prediction).
2. Sebagai alat untuk merumuskan kebijakan ekonomi (economi policy), artinya
menganalisis bagaimana kegiatan pemerintah untuk mempengaruhi
perekonomian. Dalam hal ini kita dapat mempelajari kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi harga dan upah, serta alokasi sumber daya.
2. Untuk memeriksa syarat-syarat kemakmuran perekonomian (welfare
economics).
3. Sebagai alat dalam pengambilan keputusan manajemen. Dalam hal ini metode
yang dikembangkan dalam analisis permintaan dan analisis penawaran.

1.6. Model-Model dalam Ilmu Ekonomi

Jutaan orang yang terlibat dalam kegiatan perekonomian seperti kegiatan;


membeli, menjual, bekerja, menyewa, industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain.
Untuk memahami bagaimana perekonomian bekerja, maka kita harus menemukan
cara untuk menyederhanakan semua kegiatan perekonomian tersebut. Dengan
demikian kita membutuhkan model yang dapat menjelaskan bagaimana
perekonomian diatur dan bagaimana orang-orang yang terlibat dalam perekonomian
berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Para ekonom mengembangkan model-model sederhana dari beragam aktivitas
manusia yang ingin dipelajari. Model-model yang dibangun mungkin tidak
sepenuhnya realistis, namun paling tidak mampu menjelaskan tentang bagaimana
suatu aktivitas ekonomi dijalankan. Seperti halnya peta juga tidak realistis, peta tidak
menunjukkan secara rinci setiap rumah dalam suatu kota. Namun terlepas dari itu
peta dapat membantu kita untuk melihat seluruh gambaran tersebut dan menunjukkan
ke arah mana kita akan pergi. Demikian hal dengan model-model ilmu ekonomi yang
baik, seperti yang akan kita bahas dalam buku ini memiliki beragam variasi,
meskipun pada awal anda mungkin mengira bahwa model tersebut tidak realistis.
9

Dalam bagian pendahuluan ini akan diperkenalkan beberapa model sederhana


antara lain; model perekonomian dua sektor dengan bagan alir sirkuler, dan model
batas kemungkinan produksi, model induktif dan deduktif, serta ceteris paribus.

Model Perekonomian Dua Sektor

Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang hanya terdiri dari


sektor rumah tangga dan perusahaan. Sektor rumah tangga merupakan pemilik faktor
produksi yang nantinya diperlukan oleh sektor perusahaan dalam menghasilkan
barang dan jasa, seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Penghasilan Pengeluaran
PASAR BARANG
DAN JASA
 Perusahaan Menjual
Barang dan  Rumah Tangga Membeli
Barang dan
jasa yang jasa yang
dijual dibeli

PERUSAHAAN RUMAH TANGGA


 Memproduksi dan menjual  Membeli dan
barang dan Jasa mengkonsumsi barang dan
 Mempekerjakan dan Jasa
menggunakan faktor-faktor  Memiliki dan menjual
produksi faktor-faktor produksi

Faktor-faktor
T. Kerja, lahan,
produksi PASAR FAKTOR dan Modal
PRODUKSI
 Rumah tangga menjual
 Perusahaan membeli
Upah, sewa dan Pendapatan
Keuntungan

Gambar 1.1. Diagram Alir-Sirkuler Perekonomian


Gambar 1.1. menggambarkan sebuah model perekonomian. Pada model ini
perekonomian disederhanakan dalam dua sektor (dua pembuat keputusan) yaitu
10

rumah tangga dan perusahaan. Perusahaan menghasilkan barang serta menggunakan


input-input seperti tenaga kerja, tanah, mesin, peralatan, gedung, dan modal. Input-
input tersebut disebut faktor produksi. Sementara rumah tangga memiliki faktor
produksi dan melakukan kegiatan konsumsi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Perusahaan dan rumah tangga berinteraksi dalam dua jenis pasar yaitu pasar
barang dan jasa serta pasar faktor-faktor produksi. Dalam pasar barang dan jasa
rumah tangga berperan sebagai pembeli sementara perusahaan berperan sebagai
penjual. Rumah tangga membeli barang dan jasa hasil produksi dari perusahaan.
Sementara dalam pasar faktor-faktor produksi, rumah tangga berperan sebagai
penjual, dan perusahaan berperan sebagai pembeli. Dalam pasar faktor-faktor
produksi rumah tangga menyediakan input yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
menghasilkan barang dan jasa.
Bagian dalam pada diagram alir sirkuler menunjukkan aliran input dan output.
Rumah tangga menjual tenaga kerja, tanah, dan modal pada perusahaan-perusahaan
di pasar faktor produksi. Perusahaan-perusahaan ini selanjutnya menggunakan faktor-
faktor tersebut untuk memproduksi barang dan jasa, yang selanjutnya dijual kepada
rumah tangga melalui pasar barang dan jasa. Dengan demikian faktor produksi
mengalir dari rumah tangga ke perusahaan, sementara barang dan jasa mengalir dari
perusahaan ke rumah tangga.
Bagian luar pada diagram alir sirkuler menggambarkan aliran uang. Rumah
tangga mengeluarkan uang untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Semantra perusahaan menggunakan sebagian pendapatannya dari hasil
penjualan barang dan jasa untuk membayar faktor-faktor produksi seperti; sewa, dan
gaji karyawan. Yang tersisa pada perusahaan adalah keuntungan dari perusahaan
yang juga merupakan anggota dari rumah tangga. Dengan demikian pengeluaran
untuk membeli barang dan jasa mengalir dari rumah tangga ke perusahaan, sementara
pendapatan dalam bentuk gaji, sewa dan keuntungan mengalir dari perusahaan ke
rumah tangga.
11

Sekarang mari kita menelusuri aliran sirkulasi, dengan mengikuti aliran uang
ketika uang tersebut berpindah dari satu orang ke orang lain dalam perekonomian.
Misalkan uang berasal dari rumah tangga, misalkan dari dompet anda. Apabila anda
ingin membeli roti, anda membawa selembar uang tersebut menuju salah satu pasar
barang dan jasa, seperti mini market. Pada saat uang tersebut berpindah dari tangan
anda ke kasir, maka uang tersebut menjadi pendapatan bagi perusahaan. Akan tetapi
uang tersebut tidak akan lama berada di kas perusahaan, karena perusahaan
menggunakan kembali uang tersebut untuk membeli input dari pasar faktor produksi.

Batas Kemungkinan Produksi

Sebagian besar model ekonomi dibangun berdasarkan perangkat matematika,


tidak seperti diagram sirkuler. Model ini memberikan gambaran tentang model
matematika sederhana, yang disebut batas kemungkinan produksi, di mana model ini
menggambarkan memikirkan dasar ekonomi.
Meskipun perekonomian sesungguhnya menghasilkan ribuan dan bahkan jutaan
barang dan jasa. Dalam model ini kita sederhanakan, dengan mengasumsikan bahwa
perekonomian hanya menghasilkan dua jenis barang, yaitu sepatu dan baju. Batas
kemungkinan produksi (production possibilities frotier) merupakan grafik yang
memperlihatkan kombinasi hasil produksi yang beraneka ragam. Dalam kasus ini
jumlah sepatu dan baju yang dihasilkan dalam perekonomian dengan ketersediaan
faktor-faktor produksi serta teknologi produksi yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengubah faktor-faktor produksi menjadi sepatu dan baju.
Gambar 1.2. menunjukkan kurva batas kemungkinan produksi, garis vertikal
menunjukkan jumlah produksi baju, sedang garis horizontal menunjukkan produksi
sepatu. Setiap titik pada kurva batas kemungkinan produksi, P, Q, T, dan U adalah
titik yang menunjukkan kepuasan yang sama kepada masyarakat. Masyarakat harus
memilih titik tersebut, lebih banyak baju yang dipilih berarti lebih sedikit sepatu dan
demikian sebaliknya bila memilih lebih banyak sepatu, maka baju lebih sedikit.
Untuk memilih titik di sebelah atas kurva kemungkinan produksi (titik S)
tidak mungkin karena tidak dimiliki sumber daya yang cukup. Sebaliknya titik R
12

dapat dipilih karena sumber daya yang dimiliki memang memungkinkan untuk itu.
Tapi, karena prinsip maksimisasi kepuasan maka titik itu tidak akan dipilih. Titik-
titik yang berada pada kurva batas kemungkinan produksi diyakini kombinasi yang
optimal. Bila ditanya mana dari titik tersebut yang lebih baik? Maka pertanyaan
demikian menyangkut pertimbangan normatif, tergantung kepada keinginan
konsumen. Secara keilmuan tidak dapat dikatakan bahwa satu titik lebih baik dari
titik lain. Sangat tergantung kepada pertimbangan masyarakat, dan mungkin sangat
ditentukan oleh nilai dalam masyarakat. Karenanya dalam pertimbangan ini
menyangkut value judgment tentang titik mana yang harus dipilih.

Produksi
baju
U
20.000

P
16.000 S
Q ●
14.000
Kurva batas
kemungkinan
produksi

8.000 R

0 3.000 6000 7000 10.000 Produksi


. Sepatu
Gambar 1.2. Kurva Batas Kemungkinan Produksi

Dengan mengingat asumsi yang berlaku, maka kita sepaham bahwa untuk
memperoleh tambahan baju, sepatu harus dikorbankan, demikian juga sebaliknya.
Setiap penambahan satu sepatu mengurangi dua unit baju, dan ini menunjukkan
munculnya opportunity cost. Setiap keputusan menambah baju mengakibatkan
pengurangan terhadap sepatu yang dikonsumsi, dan ini secara ekonomi dikenal
sebagai biaya. Perhatikan pemahaman lebih lanjut daripada sifat opportunity cost
13

ini, untuk memperoleh tambahan setiap satu sepatu semakin besar pengurangan baju
yang dilakukan. Atau setiap pergerakan dari titik P, ke Q dan seterusnya
membutuhkan pengorbanan baju yang semakin besar untuk memperoleh sepatu
yang jumlahnya lebih sedikit dari semula.
Sifat inilah yang mempengaruhi bentuk kurva batas kemungkinan produksi
mengapa bentuknya cembung, karena pergerakan dari titik P ke Q sesuai dengan
sifatnya, hanya dapat sesuai apabila slope nya semakin curam, semakin lancip.
Bentuk demikian ini lazimnya dikenal dengan bentuk cembung ke titik awal
(concave to origin).

Produksi
baju

20.000

15.500 S
14.000 Q

8.000

0 3.000 7000 9000 10.000 14.000 Produksi


Sepatu
Gambar 1.3. Pergeseran pada Kurva Batas Kemungkinan Produksi

Setiap perubahan teknologi berkaitan erat dengan kemampuan suatu negara


untuk menghasilkan barang dan jasa. Demikian halnya dengan perkembangan
teknologi secara langsung akan terlihat dalam pergeseran kurva batas kemungkinan
produksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Dengan berkembangnya teknologi dalam suatu masyarakat, misalnya
ditemukannya teknologi baru dalam pembuatan sepatu, maka akan meningkatkan
14

jumlah sepatu yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja setiap harinya, maka
perekonomian dapat menghasilkan sepatu dalam jumlah yang lebih banyak dan
mungkin mengorbankan produksi baju dalam jumlah tertentu. Dampak dari teknologi
baru di bidang sepatu tersebut, maka kurva batas kemungkinan produksi bergeser ke
arah luar seperti pada Gambar 2.3. Karena pertumbuhan ekonomi dalam
perekonomian, produsen mungkin memindahkan produksi dari titik Q ke titik S yang
menghasilkan sepatu dan baju dalam jumlah yang lebih banyak.

Model Induktif dan Deduktif

Metode Induktif; yaitu metode di mana suatu keputusan dilakukan dengan


mengumpulkan semua data informasi yang ada di dalam realitas kehidupan. Realita
tersebut dalam setiap unsur kehidupan yang dialami individu, keluarga, masyarakat
lokal dan sebagainya mencoba dicari jalan pemecahan sehingga upaya pemenuhan
kebutuhannya tersebut dapat dikaji secermat mungkin. Sebagai contoh upaya
menghasilkan dan menyalurkan sumber daya ekonomi. Upaya tersebut dilakukan
sedemikian rupa sehingga sampai diperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang dapat
tersedia pada jumlah, harga, dan waktu yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan
tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perencanaan. Yang dalam
ilmu ekonomi berfungsi sebagai cara ataupun metode untuk menyusun daftar
kebutuhan terhadap sejumlah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
Metode Deduktif; adalah suatu metode ilmu ekonomi yang bekerja atas dasar
hukum, ketentuan atau prinsip umum yang sudah diuji kebenarannya. Dengan metode
ini ilmu ekonomi mencoba menetapkan cara pemecahan masalah, sesuai dengan
acuan, prinsip, hukum dan ketentuan yang ada dalam ilmu ekonomi. Misalnya, dalam
ilmu ekonomi terdapat hukum yang mengatakan bahwa jika persediaan barang-
barang dan jasa berkurang dalam masyarakat, sementara permintaannya tetap, maka
barang-barang dan jasa-jasa akan naik harganya”. Bertolak dari hukum ekonomi
tersebut, para ahli ekonomi secara deduktif sudah dapat menentukan bahwa harus
dijaga agar persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat tersebut selalu
15

dapat mencukupi dalam kuantitas dan kualitasnya. Beberapa pakar menyebutnya


sebagai metode eksperimen intelektual (the method of intellectual experiment).

Ceteris Peribus

Dalam menganalisis persoalan ekonomi para ekonom membangun model guna


menyederhanakan aktivitas perekonomian yang kompleks. Dalam membangun
model didasari pada asumsi yang menjadi salah satu syarat utama dalam melakukan
analisis dalam ekonomi. Tanpa asumsi sangat sulit untuk menjelaskan hubungan di
antara berbagai variabel, karena kegiatan ekonomi yang sangat kompleks. Suatu
kejadian ekonomi dipengaruhi berbagai faktor, dan untuk menjelaskan bagaimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kejadian itu menjadi sangat rumit. Oleh karena
itu model ekonomi membuat penyederhanaan atas kejadian yang sebenarnya dalam
masyarakat. Penyederhanaan dilakukan dengan memuat pemisalan atau anggapan.
Pemisalan itu dikenal istilah ceteris paribus, yang berarti faktor-faktor lain tidak
berubah.
Untuk memahami bagaimana pemisalan itu, ada baiknya kalau diberikan
contoh teori dalam ilmu ekonomi dan bagaimana pemisalan-pemisalan itu digunakan
dalam analisis teori tersebut. Dalam teori permintaan; dikatakan bahwa permintaan
terhadap suatu barang misalnya sepatu, tergantung pada harganya. Jika harga sepatu
naik maka permintaan akan sepatu berkurang dan apabila harga sepatu turun, maka
permintaan akan sepatu naik. Pernyataan ini menunjukkan bahwa harga memegang
peranan penting dalam menentukan besarnya permintaan. Tetapi di samping harga
ada faktor lain yang mempengaruhi permintaan, seperti pendapatan masyarakat, harga
barang lain, serta selera masyarakat. Walaupun harga tetap misalnya, tetapi apabila
pendapatan masyarakat naik, atau harga barang lain berubah, maka permintaan akan
mengalami perubahan. Dalam melakukan analisis ekonomi misalnya untuk
mengetahui pengaruh harga terhadap permintaan, maka dibuatlah pemisalan bahwa
faktor lain tidak berubah (ceteris beribus).
Penting untuk diketahui bahwa para ekonom tidak mengasumsikan bahwa
faktor-faktor lain tidak mempengaruhi harga sepatu, melainkan variabel tersebut
16

diasumsikan tidak berubah selama penelitian. Jadi dengan cara ini, pengaruh
beberapa kekuatan dapat diteliti dalam situasi yang disederhanakan. Asumsi ceteris
paribus seperti ini dipergunakan dalam semua permodelan ekonomi.

1.7. Macam-macam Sistem Ekonomi

Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi yang diterapkan oleh
Negara. Sistem ekonomi tersebut antara lain sistem ekonomi tradisional, sistem
ekonomi liberal/pasar/bebas, sistem ekonomi komando/terpimpin, dan sistem
ekonomi campuran.

Sistem Ekonomi Tradisional

Pada kehidupan masyarakat tradisional berkembang suatu sistem ekonomi


tradisional. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan
bergantung pada sumber daya alam. Masyarakat juga memproduksi barang pemenuh
kebutuhan yang di produksinya hanya untuk kebutuhan tiap-tiap rumah tangga.
Dengan demikian rumah tangga dapat bertindak sebagai konsumen, produsen, dan
keduanya. Dalam sistem ekonomi ini pengaturan ekonomi dilakukan menurut pola
tradisi, yang biasanya sebagian besar menyangkut kontrol atas tanah sebagai sumber
terpenting atau satu-satunya sumber ekonomi.
Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional antara lain adalah; (1) teknik produksi
dipelajari secara turun-temurun dan bersifat sederhana, (2) hanya sedikit
menggunakan modal, (3) Pertukaran dilakukan dengan sistem barter (barang dengan
barang), masih terikat tradisi, dan (4) tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan
sumber kemakmuran.

Sistem Ekonom Terpimpin/Terencana

Sistem ekonomi komando adalah sistem ekonomi di mana peran pemerintah


sangat dominan dan berpengaruh dalam mengendalikan perekonomian. Sistem ini
17

mendasarkan diri pada pandangan Karl Marx. Masyarakat komunis yang dicita-
citakan Marx merupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Pada sistem ini
pemerintah menentukan barang dan jasa apa yang akan diproduksi, dengan cara atau
metode bagaimana barang tersebut diproduksi, serta untuk siapa barang tersebut
diproduksi. Beberapa negara yang menggunakan sistem ekonomi ini antara lain
Rusia, Cina, dan Kuba.
Sistem ekonomi komando memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Semua alat
dan sumber-sumber daya dikuasai pemerintah, (2) Hak milik perorangan tidak
diakui, (3) tidak ada individu atau kelompok yang dapat berusaha dengan bebas
dalam kegiatan perekonomian, dan (4) kebijakan perekonomian diatur sepenuhnya
oleh pemerintah.

Sistem Ekonom Pasar/Kapitalis/Bebas

Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi di mana seluruh kegiatan
ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar. Sistem ini sesuai dengan ajaran dari Adam Smith, dalam bukunya
An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Model sistem
ekonomi ini merujuk pada perekonomian pasar persaingan sempurna. Sistem
ekonomi pasar yang dicetuskan oleh Adam Smith berintikan: tangan yang tidak
terlihat (infisible hand) akan menggerakkan kegiatan ekonomi yaitu dengan adanya
keinginan seseorang/sekelompok orang yang memberikan sebuah barang dan atau
jasa untuk mendapatkan barang lainnya (pertukaran)
Harga dalam pasar dapat goyah terutama karena hukum penawaran dan
permintaan, serta keinginan pengusaha menggunakan modalnya sebaik mungkin.
Oleh karena itu harga pasar dalam jangka pendek dapat sangat tinggi atau sangat
rendah, tetapi dalam jangka panjang akan mencapai keseimbangan. Dalam sistem
pasar bebas seperti itu pemerintah suatu Negara mempunyai tiga tugas yang sangat
penting yaitu:
- Berkewajiban melindungi Negara dari kekerasan dan serangan negara bebas
lainnya.
18

- Melindungi setiap anggota masyarakat sejauh mungkin dari ketidakadilan atau


penindasan oleh anggota masyarakat lainnya atau mendirikan badan hukum yang
dapat diandalkan.
- Mendirikan dan memelihara beberapa institusi atau sarana untuk umum yang tidak
dapat dibuat oleh perorangan karena keuntungan yang didapat darinya terlalu kecil
sehingga tidak dapat menutupi biayanya. Dengan kata lain, kegiatan ekonomi
sepenuhnya diserahkan kepada swasta. Pada dasarnya sistem ekonomi yang
kapitalis murni hampir tidak ada. Yang berkembang sekarang ini sistem ekonomi
yang sudah campuran. Hanya kadar dominasinya yang menentukan
kecenderungannya kepada suatu jenis sistem ekonomi. Negara yang menggunakan
sistem ekonomi ini adalah Amerika Serikat, Swedia, Belanda dan Prancis.
Sistem ekonomi pasar/kapitalis memiliki beberapa ciri antara lain; (1) Setiap
orang bebas memiliki barang, termasuk barang modal, (2) Setiap orang bebas
menggunakan barang dan jasa yang dimilikinya, (3) Aktivitas ekonomi ditujukan
untuk memperoleh laba, (4) Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat
(swasta), (5) Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam pasar, (6) Persaingan
dilakukan secara bebas, dan (7) Peranan modal sangat vital.
Perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme dan liberalisme untuk
menciptakan sebuah lingkungan di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan
membeli barang yang mereka inginkan (dalam batas-batas tertentu). Sebagai
akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang berlaku ditentukan oleh
mekanisme penawaran dan permintaan.

Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran merupakan campuran dari sistem ekonomi pasar dan
terpusat, di mana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan
masalah ekonomi. Dalam bentuk perekonomian campuran sumber-sumber ekonomi
bangsa, termasuk faktor-faktor produksi dimiliki oleh individu atau kelompok swasta,
di samping sumber tertentu yang dikuasai pemerintah pusat, atau pemerintah daerah,
19

atau pemerintah setempat. Karena itu dalam sistem ekonomi campuran dikenal paling
tidak dua sektor ekonomi, yaitu sektor swasta dan sektor Negara
Sistem ini berkembang dan sekarang diberlakukan baik oleh Negara yang
sebelumnya menganut sistem ekonomi pasar (Negara industri barat) maupun oleh
Negara yang sebelumnya menganut sistem ekonomi perencanaan yang ketat/terpusat
(Uni Soviet). Pemberlakuan sistem ekonomi pasar yang ketat ternyata menimbulkan
depresi ekonomi pada tahun 1930-an. Sedang pemberlakuan sistem ekonomi
perencanaan yang ketat juga tidak mampu menghilangkan kelas-kelas dalam
masyarakat.
Berdasarkan pengalaman tersebut banyak Negara menganut sistem ekonomi
campuran ini. Sistem ekonomi campuran melahirkan ekonomi pasar bebas, yang
memungkinkan persaingan bebas tetapi bukan persaingan yang mematikan, campur
tangan pemerintah diperlukan untuk menstabilisasi kehidupan ekonomi, mencegah
konsentrasi yang terlalu besar di pihak swasta, mengatasi gejolak-gejolak, dan
membantu golongan ekonomi lemah.
Sistem ekonomi campuran memiliki beberapa ciri antara lain; (1) Merupakan
gabungan dari sistem ekonomi pasar dan terpusat, (2) Barang modal dan sumber daya
yang vital dikuasai oleh pemerintah, (3) Pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan membuat peraturan, menetapkan kebijakan fiskal, moneter, membantu dan
mengawasi kegiatan swasta. Jadi Peran pemerintah dan sektor swasta berimbang.
Penerapan sistem ekonomi campuran akan mengurangi berbagai kelemahan
dari sistem ekonomi pasar dan komando yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Secara umum saat ini hampir tidak ada negara yang murni
melaksanakan sistem ekonomi terpusat maupun pasar, yang ada adalah
kecenderungan terhadap ekonomi pasar seperti Amerika, Hongkong, dan negara–
negara Eropa barat yang berpaham liberal, sementara negara yang pernah
menerapkan ekonomi terpusat adalah Kuba, Polandia dan Rusia yang berideologi
sosialis atau komunis.
Kebanyakan negara-negara dewasa ini menerapkan sistem ekonomi campuran
seperti Prancis, Brasil, Philipina, Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lain.
20

Namun perubahan politik dunia juga mempengaruhi sistem ekonomi, seperti halnya
yang dialami Uni Soviet pada masa pemerintahan Boris Yeltsin, kehancuran
komunisme juga mempengaruhi sistem ekonomi Soviet, dari sistem ekonomi terpusat
(komando) mulai beralih ke arah ekonomi liberal dan mengalami berbagai perubahan.

1.8. Penggunaan Model Matematika

Penggunaan model matematika dalam analisis ekonomi mikro terbukti sangat


menunjung kemajuan teori ekonomi. Yang perlu diketahui adalah bahwa matematika
bukanlah ilmu ekonomi. Seorang yang ahli matematika tidaklah otomatis menjadi
ahli ekonomi. Sebaliknya seorang dapat menjadi ahli ekonomi tanpa harus terlebih
dahulu menjadi ahli matematika. Hal tersebut disebabkan karena matematika dalam
ilmu ekonomi hanya berfungsi sebagai alat analisis dalam masalah ekonomi. Selain
matematika masih ada alat lain yang dapat digunakan seperti grafik dan analisis
verbal. Akan tetapi demi efisiensi dan keakuratan analisis, maka mahasiswa sangat
diharapkan untuk membekali diri dengan pemahaman matematika. Beberapa
peralatan matematika yang umum digunakan dalam analisis ekonomi antara lain;
aljabar linear, matriks, diffrensial, kalkulus, dan geometri,
Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas tentang konsep aljabar dasar.
Dalam kesempatan ini akan diuraikan beberapa isu yang muncul sebagai aplikasi
dari konsep-konsep matematika dalam mempelajari ilmu ekonomi.
Telah dijelaskan bahwa teori ekonomi mikro mengkaji tentang perilaku
variabel-variabel ekonomi individual. Misalnya permintaan TV, permintaan beras dan
sebagainya. Demikian halnya dengan penawaran, misalnya penawaran kulkas,
penawaran mobil dan sebagainya.
Hubungan dari variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam bentuk model
matematika. Modal matematika pada dasarnya merupakan seperangkat persamaan
matematika yang menggambarkan hubungan variabel-variabel dalam model.
Walaupun dikatakan seperangkat, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hanya
terdiri dari satu persamaan misalnya persamaan untuk permintaan suatu barang;
21

Qd = a – bPx (1.1)

Persamaan 1.1. menggambarkan hubungan antara jumlah barang X yang


diminta (Qd), dengan harga barang X (Px), a dan b disebut koefisien. Persamaan 1.1.
juga menunjukkan fungsi permintaan dari barang X. Artinya jumlah barang X yang
diminta dipengaruhi oleh variabel harga barang X itu sendiri (Px). Qd disebut
variabel terikat, sementara Px disebut variabel bebas.
Perlu diketahui bahwa yang mempengaruhi permintaan atas barang X,
mungkin tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang X sendiri, tetapi juga bisa
dipengaruhi oleh pendapatan konsumen. Sehingga model fungsi permintaan barang X
dapat ditulis:

Qd = a – b1Px +b2I (1.2)

Persamaan 1.2. menunjukkan bahwa permintaan barang X di samping


dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, juga dipengaruhi oleh pendapatan
konsumen (I).
Model matematika dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya permintaan
akan barang X selain dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, dan pendapatan
konsumen, juga dipengaruhi oleh harga barang lain; sehingga model fungsi
permintaan dibuat:

Qd = a – b1Px + b2I + b3Py (1.3)

Persamaan 1.3. menunjukkan bahwa permintaan barang X di samping


dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, dan pendapatan konsumen (I), juga
dipengaruhi oleh harga barang lain (Py).
Persamaan (1.1), (1.2), dan (1.3) hanyalah satu contoh dari beberapa
kemungkinan persamaan lainnya. Akan tetapi apabila dilihat dari sisi hubungan antar
variabel, maka persamaan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu
persamaan perilaku, persamaan definisi, dan persamaan keseimbangan. Persamaan
(1.1.), (1.2), dan (1.3) adalah contoh dari persamaan perilaku (Behavioral Equation).
22

Sementara persamaan definisi (definition equatian) seperti:

π = TR – TC (1.4)

Dimaan: π = laba
TR = Total revenue atau penerimaan
TC = Total cost atau biaya

Jadi persamaan 1.4. merupakan persamaan definisi, di mana dikatakan bahwa


laba sama dengan total penerimaan dikurangi dengan total biaya.
Selanjutnya persamaan keseimbangan (Equilibrium Condition), yaitu
persamaan yang menunjukkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
keseimbangan, contoh;

Qd = Qs (1.5

Dimana: Qd = jumlah barang yang diminta


Qs = jumlah barang yang ditawarkan.

Persamaan 1.5 menunjukkan keseimbangan pasar akan tercapai apabila


jumlah barang diminta (Qd) sama dengan jumlah barang yang ditawarkan (Qs).

Menggambarkan Grafik Fungsi

Grafik merupakan salah cara sederhana untuk menunjukkan hubungan antara


dua variabel. Umumnya nilai dari variabel independen (X) ditunjukkan pada sumbu
horisontal, dan nilai dari variabel dipenden (Y) ditunjukkan pada sumbu vertikal.
Misalnya:

Y = 2 + 2X (1.5)

Untuk menjelaskan persamaan ini selanjutnya dibuat dalam bentuk tabel


seperti terlihat pada Tabel 1.1.
23

Tabel 1.1. Nilai X dan Y untuk Fungsi Linear Y= 2 + 2X


X Y=f(X)
= 2 + 2X
-2 -2
-1 0
0 2
1 4
2 6
3 8
4 10
5 12

Berdasarkan Tabel 1.1, maka dapat dibuat grafik fungsi Y = 2 + 2X seperti


terlihat pada Gambar 1.4.

Sumbu Y

8 ● Y=2+2X

6
Intersep Y
4
∆Y
Intersep X 2
∆X
Sumbu X
8 -6 -4 -2 2 4 6 8
-2

-4

-6

-8

Gambar 1.4. Grafik Fungsi Linear Y = 2 + 2X

Gambar 1.4, dapat memberi gambaran kepada kita tentang gambaran fungsi
setiap kemungkinan nilai X pada persamaan fungsi Y = 2 +2 X. Grafik dari
24

persamaan ini membentuk garis lurus, sehingga fungsi tersebut disebut fungsi linear
(linear function). Terlihat bahwa intercep Y adalah 2; artinya jika X=0, maka Y=2.
Sementara slope garis adalah 2; artinya setiap kenaikan 1 unit X akan menaikkan 2
unit Y. Pada gambar 1.4 juga terlihat bahwa X dan Y dapat bernilai positif dan
negatif. Perlu ditekankan bahwa umumnya variabel-variabel yang digunakan dalam
ilmu ekonomi bernilai positif. Jadi grafik yang digunakan dalam ilmu ekonomi hanya
menggunakan kuadran sisi kanan atas saja (positif) untuk setiap sumbunya.

1.9. Ringkasan Bab 1

Kelangkaan merupakan masalah mendasar yang dihadapi oleh setiap


perekonomian Dalam suatu perekonomian akan timbul ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas jumlahnya dengan kemampuan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang jumlahnya terbatas.
Ketidakseimbangan inilah menuntut individu dan masyarakat untuk membuat pilihan.
Terdapat tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab oleh semua sistem
ekonomi yaitu; Pertama What: pertanyaan ini menyangkut masalah komoditi apa
yang akan dihasilkan, dan berapa? Kedua How: pertanyaan ini menyangkut masalah
bagaimana atau dengan apa komoditi dihasilkan, apakah dengan menggunakan modal
lebih banyak atau tenaga kerja lebih banyak, apakah menggunakan teknologi
sederhana atau menggunakan teknologi canggih. Ketiga For Whom: pertanyaan ini
menyangkut masalah untuk siapa barang tersebut dihasilkan.
Para Ekonom membedakan dua analisa ilmu ekonomi yaitu analisis ekonomi
positif dan normatif. Ekonomi Positif membahas atau mempelajari tentang apa
atau bagaimana masalah-masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat
sebenarnya diselesaikan. Teori ekonomi positif menentukan bagaimana sumber
daya dialokasikan dalam suatu perekonomian. Jadi ilmu ekonomi positif menyangkut
apa yang sedang, telah atau akan terjadi. Ilmu Ekonomi Normatif yaitu
mempelajari apa yang seharusnya dilakukan atau bagaimana masalah ekonomi
yang dihadapi masyarakat seharusnya diselesaikan.
25

Para ekonom membedakan ilmu ekonomi ke dalam dua kelompok yaitu ilmu
ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro, mengkaji variabel-variabel
ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel yang dikaji antara lain:
pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar,
laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Sementara itu ekonomi mikro, mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup
kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Ekonomi mikro juga mempelajari
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Dalam menganalisis persoalan ekonomi para ekonom membangun model
guna menyederhanakan aktivitas perekonomian yang kompleks. Dalam membangun
model didasari pada asumsi yang menjadi salah satu syarat utama dalam melakukan
analisis dalam ekonomi. Tanpa asumsi sangat sulit untuk menjelaskan hubungan di
antara berbagai variabel, karena kegiatan ekonomi yang sangat kompleks. Suatu
kejadian ekonomi dipengaruhi berbagai faktor, dan untuk menjelaskan bagaimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kejadian itu menjadi sangat rumit. Oleh karena
itu model ekonomi membuat penyederhanaan atas kejadian yang sebenarnya dalam
masyarakat.
Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi yang diterapkan oleh
Negara. Sistem ekonomi tersebut antara lain sistem ekonomi tradisional, sistem
ekonomi liberal/pasar/bebas, sistem ekonomi komando/terpimpin, dan sistem
ekonomi campuran.
Penggunaan model matematika dalam analisis ekonomi mikro terbukti sangat
menunjung kemajuan teori ekonomi, namun perlu diketahui bahwa matematika
bukanlah ilmu ekonomi. Seorang yang ahli matematika tidaklah otomatis menjadi
ahli ekonomi. Sebaliknya seorang dapat menjadi ahli ekonomi tanpa harus terlebih
dahulu menjadi ahli matematika. Hal tersebut disebabkan karena matematika dalam
ilmu ekonomi hanya berfungsi sebagai alat analisis dalam masalah ekonomi. Selain
matematika masih ada alat lain yang dapat digunakan seperti grafik dan analisis
26

verbal. Akan tetapi demi efisiensi dan keakuratan analisis, maka mahasiswa sangat
diharapkan untuk membekali diri dengan pemahaman matematika.

Pertanyaan Bab 1

1. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam
memilih menggunakan sumber daya yang langkah dan memiliki berbagai
alternatif penggunaan, dalam upaya memproduksi berbagai komoditi, untuk
kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa yang akan datang
kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Jelaskan
variabel-variabel dari definisi tersebut.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelangkaan? Serta jelaskan bagaimana
masyarakat menyikapi kelangkaan tersebut?
3. Sebutkan dan jelaskan persoalan pokok yang dihadapi oleh setiap perekonomian?
4. Jelaskan perbedaan antara ekonomi positif dan ekonomi normatif?
5. Jelaskan peran ekonomi mikro terhadap ekonomi makro?
6. Apa yang dimaksud dengan ceteris paribus, dan mengapa ceriris paribus perlu
dilakukan dalam analisis ekonomi.
7. Jelaskan peran matematika dalam ilmu ekonomi.
8. Gambarkan diagram sirkuler, kemudian beri tanda panah kegiatan yang
berhubungan dengan aliran barang dan jasa dan aliran uang untuk masing-masing
kegiatan berikut:
- Ali membayar Rp. 50.000 kepada kasir untuk pembelian sebuah baju.
- Tini memperoleh uang Rp. 75.000,- per hari atas jasa dalam bekerja pada
super maket.
- Amir membayar Rp. 100.000,- untuk menonton bola di stadion.
- Nia memperoleh uang Rp. 100.000,- dari 20 persen kepemilikannya atas
saham PT. ABC.
9. Misalkan suatu masyarakat yang menghasilkan makanan dan pakaian untuk
konsumsi;
27

- Gambarkan batas kemungkinan produksi untuk makanan dan pakaian,


kemudian jelaskan mengapa kurva yang dibentuk kemungkinan besar
berbentuk cembung ke titik awal
- Tunjukkan sebuah titik yang tidak dapat dicapai oleh perekonomian itu, dan
tunjukkan pula suatu titik yang dapat dicapai oleh perekonomian itu namun
titik tersebut tidak efisien.
28

BAB II
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Permintaan dan penawaran adalah dua kata yang senantiasa digunakan oleh
para ahli ekonomi. Hal tersebut disebabkan karena kekuatan permintaan dan
penawaran yang membuat ekonomi pasar bekerja dengan baik. Keduanya
menentukan jumlah barang yang dihasilkan dan sekaligus menentukan harga barang
itu. Apabila anda ingin mengetahui suatu kejadian atau kebijakan dalam
mempengaruhi perekonomian, maka anda harus terlebih dahulu membayangkan
bagaimana pengaruhnya terhadap penawaran dan permintaan.

2.1. Teori Permintaan

Permintaan dapat diartikan sebagai kuantitas suatu barang tertentu dimana


seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat harga,
dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus). Hubungan permintaan tersebut
hanya menunjukkan hubungan secara teoritis antara harga dan kuantitas yang
dibelinya per unit waktu, ceteris paribus.
Hukum permintaan (the low of demand) pada hakikatnya merupakan suatu
hipotesis yang menyatakan: Hubungan antara barang yang diminta dengan harga
barang tersebut dimana hubungan tersebut berbanding terbalik, yaitu ketika harga
meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya
apabila harga turun, maka jumlah barang yang diminta meningkat.
Jumlah permintaan (quantity demand) dari suatu barang adalah jumlah barang
yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli. Sebagaimana akan diuraikan, bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan barang itu. Apabila harga roti
cokelat naik menjadi Rp. 2.500 per biji, maka anda akan membeli lebih sedikit roti
cokelat, dan mungkin anda akan memilih mengkonsumsi roti pisang atau roti keju.
Apabila harga roti cokelat turun menjadi Rp. 500,- per biji, maka anda akan membeli
lebih banyak roti cokelat.
29

Harga roti Jumlah roti P


coklat coklat
0,00 12 3000

500 10 2500
1000 8
2000
1500 6
1500
2000 4
2500 2 1000
3000 0
500

0 2 4 6 8 10 12 Q
Gambar 2.1. Tabel permintaan dan Kurva Permintaan Amir

Gambar 2.1. menunjukkan bahwa berapa banyak roti cokelat yang dibeli oleh
Amir setiap hari pada kondisi harga yang berbeda-beda. Apabila roti cokelat gratis
maka Amir akan memakan roti sebanyak 12 biji setiap harinya, jika harga roti cokelat
Rp. 500, maka Amin akan memakan roti cokelat sebanyak 10 biji, dan jika harga roti
cokelat terus meningkat, maka jumlah pembelian Amir akan terus menurun, dan
ketika harga mencapai Rp. 3.000,- maka Amir tidak membeli satupun roti cokelat.
Gambar 2.1. menggunakan angka-angka yang ada pada tabel untuk
menggambarkan berlakunya hukum permintaan. Sesuai dengan aturan bersama,
bahwa sumbu vertikal menunjukkan harga, sementara sumbu horizontal
menunjukkan kuantitas. Garis menurun yang menghubungkan harga dan kuantitas
disebut kurva permintaan (demand curve).

Permintaan Pasar dan Permintaan Individu

Kurva permintaan pada gambar 2.1. menunjukkan permintaan individu terhadap


suatu barang. Untuk dapat menganalisis cara kerja pasar, maka kita perlu menentukan
30

permintaan pasar, yang merupakan jumlah dari seluruh permintaan individu terhadap
suatu barang atau jasa.
Tabel 2.1. menunjukkan permintaan roti cokelat untuk dua orang, Amir, dan
Ali. Pada tingkat harga berapa pun menunjukkan kepada kita, berapa roti cokelat
yang Amir dan Ali beli. Permintaan pasar pada tingkat harga adalah jumlah dari
kedua permintaan tersebut.
Tabel 2.1. Permintaan Roti Cokelat Individu dan Pasar
Kuantitas
Harga
Amir Ali Pasar
0 12 7 19
500 10 6 16
1000 8 5 13
1500 6 4 10
2000 4 3 7
2500 2 2 4
3000 0 1 1

Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dibuat grafik permintaan pasar seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2.

P P P
3000 3000
3000
Permintaan Amir
Permintaan Ali Permintaan Pasar
2000 2000 2000

1000 1000 1000

0 4 12 Q 0 3 7 Q 0 7 19 Q
Jumlah roti Cokelat Jumlah roti Cokelat Jumlah roti Cokelat

Gambar. 2.2. Permintaan Individu dan Permintaan Pasar


31

Pergeseran pada Kurva Permintaan

Kurva permintaan roti cokelat menunjukkan berapa banyak roti cokelat yang
dibeli orang pada harga tertentu, dengan asumsi semua faktor lain di luar harga tidak
berubah. Kurva permintaan tidak perlu selalu stabil sepanjang waktu. Apabila terjadi
sesuatu dan mengubah jumlah permintaan pada suatu harga, maka kurva permintaan
akan bergeser. Misalnya hasil penelitian ahli gizi menemukan bahwa seorang yang
memakan roti cokelat secara rutin akan hidup lebih sehat. Hasil temuan ini akan
mempengaruhi permintaan akan roti cokelat. Pembeli roti cokelat akan membeli roti
cokelat lebih banyak walaupun mungkin dengan harga yang lebih mahal, sehingga
kurva permintaan roti cokelat akan bergeser.
Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi permintaan; antara lain:
1. Harga barang itu sendiri (Px)
2. Harga barang terkait ( Py)
3. Pendapatan konsumen (I)
4. Selera (S)
5. Jumlah penduduk (Pop)
6. Harapan masa yang akan datang (Hd)
Persamaan fungsi permintaan dapat ditulis:
(Qd = F(Px, Py, I,S, Pop, Hd)

Harga Barang terkait

Misalkan bahwa harga roti selai turun, hukum permintaan mengatakan bahwa
kita akan membeli lebih banyak roti selai. Pada saat bersamaan, kita mungkin akan
membeli lebih sedikit roti cokelat. Ketika penurunan terjadi pada harga suatu barang,
mengurungi permintaan barang lain, maka kedua barang tersebut disebut barang
substitusi atau barang pengganti. Barang substitusi sering kali berupa pasangan-
pasangan yang digunakan sebagai pengganti satu sama lain. Seperti Roti cokelat dan
roti keju, sabun Lux dan sabun Nuvo.
32

Selanjutnya apabila harga kopi turun, maka menurut hukum permintaan, anda
akan membeli lebih banyak kopi, namun pada kasus ini anda akan lebih banyak
membeli roti, karena pada saat anda minum kopi anda terbiasa memakan roti secara
bersamaan. Apabila penurunan yang terjadi pada suatu harga barang mengakibatkan
peningkatan permintaan barang lain, maka kedua barang tersebut disebut barang
komplementer. Barang komplementer sering kali berupa pasangan-pasangan yang
saling melengkapi dan digunakan secara bersamaan. Misalnya Mobil dan bensin.

Pendapatan

Apabila pendapatan anda turun, apa yang akan terjadi terhadap permintaan
roti cokelat. Kemungkinan besar permintaan anda terhadap roti cokelat akan turun.
Dengan pendapatan yang lebih rendah berarti kita memiliki lebih sedikit uang untuk
dibelanjakan secara keseluruhan. Hal tersebut berarti anda akan mengurangi belanja
anda, dan pasti hampir pada semua jenis barang. Apabila permintaan suatu barang
berkurang ketika pendapatan anda berkurang, maka barang itu disebut barang normal
(normal good).
Akan tetapi tidak semua barang adalah barang normal, apabila permintaan
suatu barang meningkat pada saat pendapatan anda menurun, maka barang itu disebut
barang imperior. Misalnya, Angkot, pada saat pendapatan anda turun, anda mungkin
memilih tidak membeli mobil atau naik taxi, melainkan memilik naik Angkot.

Selera

Apabila anda menyukai makan roti cokelat, maka anda akan membeli roti
cokelat lebih banyak. Umumnya para pakar ekonomi tidak menjelaskan tentang selera
masyarakat, karena selera didasarkan atas kekuatan-kekuatan psikologis, dan historis
yang ranahnya di luar ilmu ekonomi. Tetapi para ekonom masih tetap menggali apa
yang terjadi ketika selera masyarakat mengalami perubahan.
33

Harapan

Harapan terhadap masa depan tentunya akan mempengaruhi tingkat


permintaan anda terhadap suatu barang atau jasa. Misalnya, apabila anda akan
mengharapkan kenaikan gaji dalam waktu dekat misalnya bulan depan, anda mungkin
rela membelanjakan uang anda lebih banyak dari sebelumnya. Contoh lain apabila
anda mengharapkan bahwa harga Motor bulan depan akan naik, mungkin anda akan
memutukan membeli motor bulan ini.

Harga Roti
Cokelat

Meningkat

Menurun

D2
D3 D1

0 Jumlah Roti Cokelat


Gambar 1.3. Pergeseran Kurva Permintaan

Jumlah Penduduk

Oleh karena permintaan pasar diperoleh dari permintaan masing-masing


individu, maka permintaan pasar sangat tergantung pada semua faktor yang
menentukan permintaan individu, termasuk penghasilan, selera, dan harapan individu
serta harga dari barang-barang terkait. Sebagai tambahan permintaan pasar tergantung
dari jumlah pembeli. Apabila Ani, seorang penduduk yang suka makan roti cokelat,
34

bergabung dengan Amir dan Ali, maka jumlah permintaan akan roti cokelat
meningkat pada setiap harga, dan kurva permintaan akan bergeser ke kanan.

2.2. Teori Penawaran

Permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang tidak disertai dengan
penawaran barang dan jasa tidak dapat mewujudkan transaksi di pasar. Permintaan
baru dapat dipenuhi apabila produsen atau penjual menyediakan barang-barang
maupun jasa yang diperlukan oleh konsumen tersebut. Jadi penawaran dapat diartikan
berbagai kuantitas suatu barang tertentu di mana seorang penjual bersedia
menawarkan barang atau jasanya pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus.
Banyak hal yang menentukan jumlah penawaran suatu barang, tetapi ketika
kita menganalisis bagaimana pasar bekerja, maka salah satu penentunya adalah harga
barang itu. Apabila harga roti cokelat naik pastilah menguntungkan bagi penjual,
sehingga jumlah barang yang ditawarkan juga naik. Penjual roti akan bekerja
sepanjang hari, membuat lebih banyak roti cokelat dan mempekerjakan lebih banyak
tenaga kerja. Akan tetapi pada saat harga roti cokelat turun, maka usahanya tentu
kurang menguntungkan, dan penjual memutuskan untuk mengurangi produksi roti
cokelatnya, pada saat semakin turun mungkin penjual akan memutuskan akan
menutup usahanya sehingga penjualan sama dengan nol. Oleh karena jumlah
penawaran meningkat seiring dengan naiknya harga, dapat dikatakan bahwa jumlah
penawaran berhubungan secara positif dengan tingkat harga. Hubungan antara harga
dan jumlah penawaran ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam
perekonomian, sehingga disebut sebagai hukum penawaran (The low of supply).
Apabila semua hal diasumsikan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka
jumlah yang ditawarkan akan ikut meningkat, sebaliknya ketika harga barang turun,
maka jumlah yang ditawarkan akan ikut menurun.
Tabel pada Gambar 2.3. menunjukkan jumlah penawaran seorang penjual
roti cokelat Halim pada berbagai tingkat harga. Pada saat harga Rp.500, Halim tidak
menawarkan satupun roti cokelat. Pada saat harga meningkat penawaran roti cokelat
Halim semakin banyak. Hal ini disebut skedul penawaran (supply schedule). Tabel
35

yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah


penawarannya, dengan asumsi semua faktor lain tetap (ceteris paribus).

Harga Roti Jumlah Penawaran P


Cokelat Roti Cokelat S
3000
500 0 0
1000 2
2500
1500 4
2000 6 2000
2500 8
3000 10 1500

1000

500

0 2 4 6 8 10 Q
Gambar 2.4. Skedul Penawaran Halim dan Kurva Penawaran

Gambar 2.4. Menggunakan angka-angka dalam tabel untuk menggambarkan


hukum penawaran. Kurva yang menghubungkan antara harga dengan jumlah
penawaran disebut kurva penawaran (supply curve). Kurva penawaran selalu naik,
karena ketika semua faktor lain dianggap konstan, maka harga yang lebih tinggi
berarti lebih banyak barang yang ditawarkan sebagaimana disebutkan dalam hukum
penawaran.

Pergeseran Pada Kurva Penawaran

Kurva penawaran roti cokelat menunjukkan seberapa besar jumlah roti


cokelat yang ditawarkan produsen untuk berbagai tingkat harga, dengan asumsi faktor
lain tidak berubah. Hubungan ini dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
36

Misalkan harga tepung turun, karena tepung adalah bahan baku utama untuk
memproduksi roti cokelat, turunnya harga tepung akan membuat penjualan roti
cokelat semakin menguntungkan. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah penawaran
roti cokelat. Pada harga berapapun penjual kini mau memproduksi lebih banyak roti
cokelat. Dengan demikian kurva penawaran akan bergeser ke kanan.

Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi penawaran antara lain:


1. Harga barang itu sendiri (Px)
2. Harga input ( Pi)
3. Teknologi (T)
4. Harapan (Hr)
5. Jumlah penjual (Jp)
Persamaan penawaran dapat ditulis:
(Qs = F(Px, Pi, T, Hr, Jp)

Harga Input

Untuk memproduksi roti cokelat produsen membutuhkan beberapa input


antara lain tepung terigu, gula pasir, cokelat, perasa, mesin pembuat roti cokelat,
gedung tempat pembuat roti dan tenaga kerja untuk mencampur dan mengoperasikan
mesin roti. Ketika harga salah satu input ini meningkat, maka memproduksi roti
cokelat menjadi kurang menguntungkan, sehingga perusahaan akan memproduksi
lebih sedikit roti cokelat, apabila harga input ini meningkat tajam, maka perusahaan
mungkin akan menutup pabrik rotinya. Sehingga jumlah penawaran akan menjadi
nol. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa harga input suatu barang berhubungan
negatif dengan jumlah barang yang diproduksi.

Teknologi

Teknologi yang digunakan oleh produsen untuk mengubah input menjadi


output berupa roti cokelat juga menentukan jumlah roti cokelat yang ditawarkan.
Apabila produsen menemukan teknologi mesin yang dapat mengurangi penggunaan
37

tenaga kerja. Jika mesin tersebut dapat mengurangi biaya produksi perusahaan, maka
penawaran roti cokelat akan meningkat.

Harapan di Masa yang Akan Datang

Jumlah penawaran roti cokelat dapat pula dipengaruhi oleh harapan


perusahaan di masa yang akan datang. Misalnya perusahaan memprediksi harga roti
cokelat akan naik pada bulan depan, maka perusahaan akan menyimpan sebagian
hasil produksinya hari ini untuk dijual bulan depan, sehingga jumlah penawaran
bulan ini akan berkurang.

Jumlah Penjual
Penawaran pasar akan jumlah roti cokelat tergantung pula pada seluruh faktor
yang mempengaruhi penawaran untuk masing-masing individu, seperti harga input,
teknologi yang digunakan, dan harapan. Sebagai tambahan penawaran pasar juga
tergantung pada jumlah penjual yang ada di pasar.

Harga Roti
Cokelat S3
S1

S2
Meningkat

Menurun

Jumlah Roti Cokelat


0 Gambar
0 1.5. Pergeseran Kurva Penawaran
38

2.3. Penentuan Harga dan Jumlah yang Diperjualbelikan

Setelah kita menganalisis permintaan dan penawaran secara terpisah, maka


sekarang waktu kita menggabungkan keduanya untuk melihat bagaimana keduanya
menentukan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan. Harga pasar suatu
barang dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
dari barang tersebut. Harga pasar adalah harga yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Penentuan harga pasar tergantung pada permintaan, penawaran dan bentuk
pasar di mana permintaan dan penawaran itu terjadi. Oleh arena itu perlu dilakukan
analisis secara serentak terhadap permintaan dan penawaran suatu barang untuk
menentukan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan atas suatu komoditas
tertentu.
Analisis permintaan dan penawaran digunakan untuk menggambarkan
mekanisme pasar. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, permintaan dan
penawaran dengan sendirinya akan mencapai keseimbangan harga dan jumlah barang
atau jasa yang diperjualbelikan. Bagaimana harga dan jumlah bervariasi sepanjang
waktu, tergantung pada bagaimana permintaan dan penawaran bereaksi terhadap
perubahan variabel-variabel ekonomi lainnya. Oleh itu pemahaman secara kualitatif
dan kuantitatif sangat membantu untuk memahami dampak dari kejadian-kejadian
tersebut.
Harga suatu barang atau jasa sangat tergantung pada pasar yang dihadapi.
Anda biasa mendengar dan melihat mengapa harga di suatu pasar produk mengalami
guncangan hebat, sedang di pasar lainnya tidak. Mengapa pengumuman mengenai
rencana kebijakan pemerintah tentang kondisi-kondisi ekonomi di masa yang akan
datang dapat mempengaruhi pasar, jauh sebelum kondisi tersebut menjadi kenyataan.
Secara garis besar terdapat dua bentuk pasar; yaitu pasar persaingan sempurna
dan (perfec competition), dan bentuk pasar dengan persaingan tidak sempurna
(inperfec competition); bentuk pasar dengan persaingan sempurna ditandai dengan
sifat-sifat sebagai berikut:
39

 Produk yang diperjualbelikan adalah produk homogen. Dalam pasar persaingan


sempurna, jenis produk yang dijual oleh para penjual harus sama dalam segala
hal. Karena semua produk yang dipasarkan adalah homogen, maka dalam
menentukan pembelinya, konsumen tidak tergantung pada siapa yang menjual
barang tersebut, melainkan pada tingkat harga barang tersebut.
 Jumlah penjual dan pembeli yang ada dalam pasar sangat banyak, sehingga
jumlah produk dibeli oleh seorang pembeli atau jumlah produk yang dijual oleh
seorang penjual sangatlah kecil kontribusinya apabila dibanding dengan jumlah
total produk yang ada di pasar. Dengan demikian baik penjual maupun pembeli
secara orang per orang tidak mungkin mempengaruhi harga pasar dari produk
tersebut.
 Perusahaan adalah penerima harga (price taker). Para produsen yang
menghasilkan suatu produk tertentu yang homogeny, dalam menawarkan
produknya di pasar, melakukan persaingan atas dasar harga pasar yang ada.
Oleh karena produsen produk tersebut secara perorangan tidak dapat
mempengaruhi harga pasar yang terbentuk, sebaliknya perusahaanlah yang
harus menyesuaikan harga produknya dengan harga pasar yang ada. Sementara
di sisi lain konsumen pun secara perorangan tidak dapat mempengaruhi harga
produk di pasar. Dalam hal ini konsumen tidak dapat mengubah harga pasar
dengan membeli lebih banyak atau lebih sedikit produk, karena kontribusi
seorang konsumen terhadap seluruh konsumen yang ada di pasar sangat kecil.
 Semua unit-unit ekonomi memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap harga.
Jadi tiap pembeli dan penjual memiliki pengetahui yang sempurna mengenai
harga produk yang akan dibeli dan dijual. Jadi apabila ada seorang penjual
bermaksud menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar,
maka ia tidak akan memperoleh pembeli sebab semua pembeli mengetahui
dengan sempurna bahwa di tempat lain mereka dapat membeli produk yang
sama dengan harga yang lebih rendah. Oleh karena konsumen memiliki
pengetahuan yang sempurna tentang harga, maka hanya ada satu macam harga
saja dalam pasar.
40

 Setiap perusahaan mudah keluar masuk dalam industri.


 Terdapatnya mobilitas sumber-sumber daya barang atau jasa dalam aktivitas
ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi.
Bentuk pasar yang tidak memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan,
digolongkan ke dalam pasar dengan persaingan tidak sempurna. Dalam kenyataan
bentuk pasar dengan persaingan sempurna tidak ditemukan dalam dunia nyata dewasa
ini, akan tetapi teori ekonomi tentang bentuk pasar dengan persaingan sempurna perlu
dipelajari mengingat asas-asas persaingan sempurna merupakan langkah pertama
yang sederhana untuk analisis ekonomi dan terori pasar persaingan sempurna ini
dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi bekerjanya sistem ekonomi dalam keadaan
yang sebenarnya.

Penentuan Keseimbangan Secara Grafik


Keseimbangan diartikan sebagai suatu situasi di mana segala kekuatan yang
ada saling seimbang, pengertian ini juga menjelaskan keseimbangan pasar. Pada
harga keseimbangan, jumlah barang yang rela dan mampu dibeli sama besar dengan
jumlah barang yang rela dan mampu dijual. Harga keseimbangan ini disebut sebagai
market clearing price, karena pada harga ini semua pihak di pasar dipuaskan.
Pembeli telah membeli semua yang mereka mau beli dan penjual telah menjual
semua yang mereka mau jual.
Gambar 2.6. menunjukkan kurva penawaran pasar dan kurva permintaan pasar
bersama-sama. Perhatikan ada satu titik di mana kurva penawaran dan permintaan
saling berpotongan. Titik ini dinamakan titik keseimbangan (equilibrium) pasar.
Harga pada perpotongan itu disebut harga keseimbangan (price equilibrium) dan
jumlah barang pada titik itu disebut jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Pada gambar 2.6. harga keseimbangan adalah Rp. 2000 per biji roti cokelat dan
jumlah keseimbangan adalah 1000 biji roti cokelat. Jadi pada harga Rp. 2000 itu tidak
ada sisa roti cokelat di lemari. Dalam keadaan ini dikatakan pasar pada lemari roti
cokelat dibersihkan (cleared)
41

Harga
Roti
CoklaT
Penawaran

2000 Titik keseimbangan


Harga
keseimbangan

Permintaan

Jumlah keseimbangan

0 1000 Jumlah Roti Cokelat

Gambar 2.6. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Pada keadaan keseimbangan tidak ada tekanan terhadap harga dan jumlah
untuk berubah lagi. Akan tetapi dalam kenyataan penawaran dan permintaan tidak
selalu berada dalam keseimbangan, dan beberapa pasar mungkin tidak akan cepat
mencapai keseimbangan apabila terjadi berubahan secara tiba-tiba. Walaupun
kecenderungan pasar biasanya mengarah pada keseimbangan. Untuk memahami
mengapa pasar mengarah pada keseimbangan dapat diperhatikan uraian berikut:
Perhatikan Gambar 2.7, misalkan penjual meminta harga Rp. 2500 untuk satu
biji roti cokelat, Harga ditetapkan berada di atas harga keseimbangan, maka produsen
akan berusaha menghasilkan dan menjual lebih banyak dari pada jumlah yang dibeli
konsumen. Pada harga ini konsumen hanya bersedia membeli sebanyak 800 biji,
sedang penjual mengharapkan dapat menjual sebanyak 1600 biji. Akibatnya terdapat
kelebihan penawaran (excess supply) sebesar 1200 biji. Pertanyaan yang muncul mau
di bawa ke mana berang tersebut? Dalam hal ini, terdapat dua jalan yang dapat
ditempuh. Pertama penjual dapat menurunkan harga jual menjadi Rp. 2000 per biji
42

agar pasar dapat dibersihkan. Kedua kelebihan barang tersebut dapat disimpan.
Apabila barang tersebut tidak cepat rusak, kemudian dijual pada hari penjualan
berikutnya, dengan harapan bahwa akan ada kenaikan harga. Namun perlu diingat
bahwa penyimpanan membutuhkan biaya, seperti biaya gudang, biaya penjaga,
penyusutan dan sebagainya.

Harga
Excess supply
Roti
CoklaT Penawaran

2500

2000 Titik keseimbangan

1500
Permintaan
Excess demand

0 400 1000 1600 Jumlah Roti Cokelat

Gambar 2.7. Kelebihan Permintaan dan Penawaran

Sekarang misalkan konsumen hanya bersedia membayar sebesar Rp. 1500


untuk sebuah roti cokelat. Harga tersebut berada di bawah harga keseimbangan.
Dengan harga tersebut konsumen bersedia membeli sebanyak 1600 biji roti cokelat,
tetapi produsen hanya bersedia menjual sebanyak 400 biji. Karena itu terjadi
kelebihan permintaan. Pertanyaan yang muncul dari mana pembeli memperoleh
kelebihan permintaan tersebut dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk
membersihkan pasar?. Salah satu cara yang dapat ditempuh pembeli dalam jangka
pendek adalah menganjurkan kepada pembeli untuk membeli barang itu dengan
harga yang lebih mahal, yaitu dengan harga Rp. 2000. Dalam kondisi ini terjadi
tekanan ke atas terhadap harga arena para konsumen akan bersaing satu sama untuk
43

mendapatkan barang, sehingga naik ke arah keseimbangan. Dalam jangka panjang


dapat dilakukan perbaikan teknologi produksi sehingga kurva penawaran produk
tersebut dapat bergeser ke kanan.

Penentuan Keseimbangan Secara Matematis

Dalam menentukan keseimbangan secara matematis, maka terlebih dahulu


perlu diketahui fungsi permintaan dan fungsi penawaran untuk produk tertentu.
Contoh fungsi permintaan produk roti cokelat (X) adalah Qd = 1500 – 0.25Px, dan
fungsi penawaran roti cokelat Qs= 500 + 0,25Px. Dalam hal ini Qd mencerminkan
tentang jumlah yang diminta, dan Qs mencerminkan tentang jumlah yang ditawarkan,
sementara Px menunjukkan harga dari produk tersebut.
Keseimbangan akan tercapai apabila Qd = Qs

QD=QS
1500 – 0,25Px = 500 + 0,25Px
1500 – 500 = 0,5Px
1000
Px   2000
0.5

Qd = 1500 – 0,25(2000) = 1500 – 500 = 1000


Qs = 500 + 0,25(2000) = 500 + 500 = 1000

Jadi pada harga keseimbangan Rp. 2000 produk roti cokelat (X) akan
diperjualbelikan sebanyak 1000 biji.

Contoh Soal

Hasil estimasi permintaan produk Susu Cokelat menunjukkan bahwa permintaan


pasar terdiri dari 100.000 konsumen memiliki fungsi permintaan Qd = 10000 – 0.5P
dimana Qd adalah jumlah susu cokelat yang diminta dalam ton dan P adalah harga
susu cokelat dalam ribuan rupiah per ton. Diketahui pula fungsi penawaran susu
cokelat adalah Qs= 1000 + P, dimana Qs adalah jumlah susu cokelat yang ditawarkan
dalam ton dan P adalah harga roti cokelat. Berdasarkan informasi tersebut diminta:
44

1. Harga keseimbangan pasar


2. Jumlah konsumsi susu cokelat per konsumen.

Jawab;

1. Harga keseimbangan
QD=QS
10000 – 0,5P = 1000 + P
9000 = 1,5P
9000
P  6000
1.5
Jadi tiap konsumen akan menerima harga sebesar Rp. 6.000.000 per ton
2. Jumlah konsumsi susu cokelat per orang
Jumlah keseimbangan:
Qd = 10000 – 0,5P = 10000 – (0,5)6000 = 10000 – 3000 = 7.000 ton
7000
Jumlah konsumsi per orang adalah:  70 kg
100.000
Jadi jumlah konsumsi susu cokelat tiap konsumen sebesar 70 kg per
konsumen.

2.4. Pengaruh Perubahan Permintaan dan Penawaran terhadap


Keseimbangan

Kita telah melihat bagaimana permintaan dan penawaran secara bersamaan


menentukan titik keseimbangan pasar, yang selanjutnya menentukan harga dan
jumlah barang yang diperjualbelikan. Tentu saja harga dan jumlah keseimbangan
tergantung pada posisi kurva permintaan dan penawaran. Ketika suatu peristiwa
menggeser salah satu kurva tersebut, maka titik keseimbangan pasar akan berubah.
Analisis perubahan semacam itu disebut statistika komparatif karena melibatkan
perbandingan dua situasi yaitu titik awal dan akhir dari keseimbangan.
Ketika kita akan menganalisis bagaimana suatu peristiwa mempengaruhi
keseimbangan, kita perlu melakukan analisis tiga langkah (Mankiw, 2004. Pertama
45

kita perlu menentukan apakah peristiwa tersebut menggeser kurva permintaan, kurva
penawaran, atau keduanya. Kedua kita akan memutuskan apakah pergeseran kurva itu
arahnya ke kanan atau ke kiri. Ketiga kita dapat menggunakan diagram permintaan
dan penawaran untuk membandingkan kondisi awal dan kondisi akhir titik
keseimbangan, yang menunjukkan bagaimana pergeseran itu mempengaruhi harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan.
Perubahan-perubahan karena faktor lain di luar harga produk itu sendiri yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran akan menimbulkan keseimbangan
perubahan. Pada dasarnya terdapat empat kemungkinan pergeseran kurva permintaan
dan penawaran; yaitu:
1. Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)
2. Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)
3. Penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kenan)
4. Penawaran berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri)

Contoh Peningkatan Permintaan

Misalkan dalam kondisi ekonomi yang sehat pendapatan masyarakat meningkat.


Bagaimana peristiwa ini mempengaruhi permintaan pasar roti cokelat? Untuk
menjawab pertanyaan ini marilah kita menganalisis pengaruh peningkatan
pendapatan masyarakat tersebut. Peningkatan pendapatan masyarakat membuat
kemampuan konsumen untuk membeli barang menjadi lebih besar Artinya kenaikan
pendapatan meningkatkan kemampuan permintaan masyarakat terhadap roti cokelat
pada semua tingkat harga. Kurva penawaran tidak berubah karena pendapatan
masyarakat tidak secara langsung mempengaruhi produsen pembuat roti cokelat
secara langsung.
Karena pendapatan meningkat membuat orang ingin membeli lebih banyak
roti cokelat, karena itu kurva permintaan roti cokelat bergeser ke kanan. Gambar
2.7. menunjukkan peningkatan permintaan dari D1 ke D2. Pergeseran ini
menunjukkan bahwa jumlah permintaan roti cokelat menjadi lebih besar pada semua
tingkat harga. Gambar 2.8. juga menunjukkan bahwa peningkatan jumlah permintaan
46

meningkatkan harga keseimbangan dari Rp. 2000 menjadi Rp. 2.500 biji dan
meningkatkan jumlah keseimbangan dari 1000 menjadi 1500 biji. Jadi peningkatan
pendapatan dapat meningkatkan harga dan jumlah roti cokelat.

Harga
Roti Colat
S

Keseimbangan
2500 baru

2000 Keseimbangan
lama D2

D1

0 1000 1500 Jumlah roti coklat

Gambar 2.8. Peningkatan Permintaan Mempengaruhi Keseimbangan

Contoh Peningkatan Penawaran

Misalkan pada suatu hari perusahaan menemukan teknologi baru, sehingga


biaya produksi roti cokelat menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Apa yang terjadi
pada pasar roti cokelat. Untuk menjawab pertanyaan ini perubahan teknologi
produksi tersebut perhatikan hambar 2.9.
Penggunaan teknologi baru dalam memproduksi roti cokelat, yang merupakan
salah satu input dalam membuat roti cokelat akan mempengaruhi kurva penawaran.
Dengan menurunnya biaya produksi, maka jumlah roti cokelat yang dijual menjadi
lebih besar. Kurva permintaan tidak berubah karena biaya yang lebih rendah tidak
secara langsung mempengaruhi jumlah roti cokelat yang dibeli setiap orang.
47

Kurva penawaran roti cokelat bergeser ke kanan, karena pada setiap harga
jumlah roti cokelat yang dijual oleh perusahaan menjadi bertambah. Gambar 2.9.
menunjukkan peningkatan kurva penawaran dari S1 ke S2. Gambar 2.9, juga
menunjukkan bahwa pergeseran kurva penawaran akan menurunkan harga
keseimbangan dari Rp. 2000 menjadi Rp. 1.500, dan meningkatkan jumlah
keseimbangan dari 1000 menjadi 1500 biji. Jadi dengan digunakan teknologi
produksi baru yang lebih efisien akan menurunkan harga, dan meningkatkan jumlah
roti cokelat yang dijual.

Harga roti
cokelat
Keseimbangan S1
lama
S2
2000

1500 Keseimbangan
baru
0

D1

0 1000 1500 Jumlah roti cokelat


Gambar 2.9. Peningkatan Penawaran Mempengaruhi Keseimbangan

Contoh Peningkatan Permintaan dan Penawaran Sekaligus

Kita telah membicarakan tentang peningkatan permintaan dan peningkatan


penawaran secara sendiri-sendiri. Sekarang bagaimana jika permintaan dan
penawaran meningkatkan secara bersamaan?
Misalkan pendapatan masyarakat meningkat pada satu sisi, dan di sisi lain
pada saat yang bersamaan produsen menggunakan teknologi produksi baru dalam
48

membuat roti cokelat, yang dapat menekan biaya produksi mereka. Peningkatan
pendapatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membeli roti cokelat,
sementara penggunaan teknologi produksi yang membuat biaya produksi menjadi
lebih murah dan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi.

Harga roti
cokelat S1
S2
Keseimbangan
lama
Keseimbangan
2100 baru
2000

D2

D1

0 1000 2500 Jumlah roti cokelat


Gambar 2.10. Peningkatan Permintaan dan Penawaran Secara Bersamaan

Gambar 2.10. menunjukkan bahwa ketika pendapatan konsumen meningkat,


membuat kurva permintaan bergeser dari D1 ke D2, dan pada saat yang bersamaan
produsen juga menggunakan teknologi baru yang mendorong mereka meningkatkan
produksinya, dan kurva penawaran bergeser dari S1 ke S2. Pergeseran kurva
permintaan dan penawaran dengan harga yang sedikit lebih tinggi (dari Rp. 2000
menjadi Rp. 2100) dengan kuantitas yang lebih besar (dari 1000 menjadi 2500 biji).
Pindiyck dan Rubinfeld (2005); Varian (2003); mengatakan pada umumnya harga
dan jumlah barang yang diperjualbelikan berubah, tergantung berapa besar
pergeseran kurva permintaan dan penawaran serta pada bentuk kurva tersebut.
Untuk mengetahui besar dan arah perubahan seperti ini secara kuantitatif,
maka kita harus dapat menganalisis ketergantungan permintaan dan penawaran pada
49

harga dan variabel-variabel lainnya. Pembahasan tentang besarnya perubahan ini


akan diuraikan pada bagian yang lain dalam buku ini.

2.5. Surplus Konsumen dan Produsen

Surplus Konsumen

Surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah maksimum yang bersedia


dibayar oleh konsumen untuk sebuah produk dengan jumlah sebenarnya yang
dibayar oleh konsumen. Misalnya seorang mahasiswa bersedia membayar sebesar Rp.
100.000 untuk membeli sebuah buku Ekonomi Mikro, walaupun sebenarnya ia
hanya membayar sebesar Rp. 60.000 per buku. Jadi sisa Rp. 40.000 adalah
merupakan surplus konsumen. Apabila kita menjumlahkan seluruh surplus konsumen
yang membeli buku Ekonomi Mikro, maka kita akan dapatkan surplus konsumen
secara keseluruhan (agregat).
Surplus konsumen merupakan aplikasi penting dalam ilmu ekonomi. Apabila
dijumlahkan dari banyak individu, maka surplus konsumen pada dasarnya mengukur
jumlah manfaat yang diperoleh konsumen dengan membeli barang di pasar. Apabila
kita mengkombinasikan antara surplus konsumen dan laba yang diperoleh produsen,
maka kita dapat melakukan evaluasi, baik biaya maupun keuntungan, dan tidak hanya
untuk pasar alternatif, tetapi juga untuk kepentingan kebijakan publik yang
mengubah perilaku konsumen dan produsen dalam pasar tersebut.
Untuk menghitung agregat surplus konsumen dalam pasar, secara sederhana
kita temukan daerah di bawah kurva permintaan pasar dan di atas garis harga. Contoh
pembelian buku Ekonomi Mikro, yang pada prinsipnya dapat dilihat pada Gambar
2.11. Oleh karena jumlah buku yang terjual diukur dengan ratusan, maka misalnya
kurva permintaan pasar berbentuk garis lurus. Maka surplus konsumen ditunjukkan
oleh daerah segi tiga AEC.
50

Harga
A
100
S

SK
E
C
70
C

SP

10
B

25 50 75 100 Jumlah
Gambar 2.10. Surplus Konsumen dan Produsen

Gambar 2.11 menunjukkan bahwa surplus konsumen adalah daerah yang


berada di bawah garis permintaan dan di atas garis harga, jadi surplus konsumen
adalah daerah AEC. Besarnya surplus konsumen dapat dihitung dengan
menggunakan rumus segi tiga yaitu, setengah kali alas kali tinggi. Dengan demikian
surplus konsumen dapat dihitung: 0,5 x 50 x 30 = 750.

Surplus Produsen

Surplus produsen adalah perbedaan antara jumlah minimum yang bersedia


ditawarkan oleh produsen untuk sebuah produk dengan jumlah sebenarnya yang
diterimar oleh produsen. Misalnya penerbit buku Ekonomi Mikro pada dasarnya
bersedia menjual buku pertama dengan harga Rp. 10.000 walaupun sebenarnya ia
51

akhirnya menerima harga buku tersebut sebesar Rp. 70.000 per buku. Jadi sisa Rp.
60.000 adalah merupakan surplus produsen. Seperti halnya dengan surplus
konsumen, apabila kita menjumlahkan seluruh surplus produsen yang menjual buku
Ekonomi Mikro, maka kita akan dapatkan surplus produsen secara keseluruhan
(agregat).
Untuk menghitung agregat surplus produsen dalam pasar, secara sederhana
kita temukan daerah di atas kurva penawaran pasar dan di bawah garis harga. Contoh
penjualan buku Ekonomi Mikro, yang pada prinsipnya dapat dilihat pada Gambar
2.11. Oleh karena jumlah buku yang terjual diukur dengan ratusan, maka dimisalkan
kurva penawaran pasar berbentuk garis lurus. Maka surplus produsen ditunjukkan
oleh daerah segi tiga BEC.
Gambar 2.10 menunjukkan bahwa surplus produsen adalah daerah yang
berada di atas garis penawaran dan di bawah garis harga, jadi surplus produsen adalah
daerah AEC. Besarnya surplus produsen dapat dihitung dengan menggunakan rumus
segi tiga yaitu, setengah kali alas kali tinggi. Dengan demikian surplus produsen
dapat dihitung: 0,5 x 50 x 60 = 1.500.

2.6. Pengaruh Pajak dan Subsidi terhadap Keseimbangan Pengaruh Pajak

Pajak penjualan yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pada saat terjadi
penjualan suatu produk. Pajak penjualan dapat dalam bentuk persentase tertentu dari
penjualan atau suatu besaran tertentu dari yang dikenakan untuk setiap unit produk
yang dijual. Perlu diketahui bahwa dalam kenyataan tidak semua pajak penjualan
ditanggung oleh pembeli produk, melainkan sebagian ditanggung oleh penjual.
Dengan adanya pajak penjualan membuat harga jual produk menjadi lebih tinggi. Jadi
dengan adanya pajak akan berdamak pada keseimbangan pasar.
Sekarang mari kita lihat pajak yang dibebankan atas penjualan suatu produk.
Anggaplah bahwa pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu undang-undang yang
mengharuskan penjual rokok untuk membayar Rp. 3000 kepada pemerintah per
bungkus rokok yang dijual. Apa pengaruh undang-undang ini terhadap keseimbangan
pasar rokok di Indonesia.
52

Mari kita menganalisis dampak perubahan tersebut, pertama karena pajak


tidak dipungut dari pembeli, maka jumlah permintaan rokok pada setiap harga adalah
sama. Karena itu kurva permintaan tidak berubah. Akan tetapi karena pajak yang
dibayar oleh penjual kepada pemerintah, maka membuat penjualan rokok kurang
menguntungkan pada semua tingkat harga. Oleh karena pajak yang dibayar penjual
meningkatkan biaya penjualan rokok, maka jumlah penawaran rokok berkurang pada
semua tingkat harga, sehingga kurva penawaran bergeser ke kiri.
Untuk setiap harga rokok di pasar, harga efektif bagi penjual adalah bagian
mereka setelah dipotong pajak berkurang bajak. Gambar 2.12 menunjukkan bahwa
kurva penawaran bergeser ke kiri atas dari S1 ke S2 tepat sebesar nilai pajak yang
dikenakan. Selanjutnya kita membandingkan keseimbangan lama dengan
keseimbangan baru. Gambar 2.11 juga menunjukkan bahwa harga keseimbangan
rokok meningkat dari Rp. 10.000 menjadi Rp. 12.000, sementara jumlah
keseimbangan turun dari 15000 menjadi 13500 bungkus. Jadi pajak penjualan
mengurangi penjualan rokok. Oleh karena harga pasar naik, maka pembeli membeli
Rp. 2000 lebih tinggi dari setiap bungkus rokok dibanding sebelum dikenakan pajak.
Demikian halnya penjual menerima harga yang lebih tinggi dibanding sebelum
dikenakan pajak, tetapi harga efektif setelah potong pajak turun dari Rp. 10.000
menjadi Rp. 8500 per bungkus. Dengan demikian pembeli menanggung pajak sebesar
Rp. 1500 per bungkus sedang penjualan menanggung sebesar 1500 per bungkus
rokok.
53

Harga
rokok S2
Keseimbangan
baru
3000 S1

11500
010000 Keseimbangan
lama
8500

0 13.500 15.000 Jumlah rokok


0
Gambar 2.11. Pengaruh Pajak terhadap Keseimbangan

Contoh Soal Penyelesaian secara Matematis

PT. Jarum telah merumuskan persamaan permintaan dan penawaran rokok


jarum yaitu:
Qd = 25.000 – P dan Qs = 5000 + P
Dengan menggunakan informasi tersebut, maka:
1. Hitung harga dan jumlah keseimbangan permintaan dan penawaran rokok
jarum?
2. Apabila rokok jarum dikenakan pajak penjualan sebesar Rp. 3000 per
bungkus tentukan kondisi keseimbangan, setelah pajak, serta jelaskan
pengaruh pajak terhadap jumlah dan harga rokok jarum?
3. Berapa besar pajak yang dipungut oleh pemerintah, dan berapa besar pajak
yang ditanggung oleh produsen serta berapa besar pajak yang ditanggung oleh
konsumen?
54

Jawab:
1. Keseimbangan tercapai pada saat Qd = Qs
25000 + P = 5000 - P
2P = 20000
P = 10.000
Pada saat P = 10000
Qd = 25000 - 1(10000) = 25000 - 10000 = 15000
Qs = 5000 + 110000) = 5000 + 1000 = 15000

2. Dampak pajak terhadap keseimbangan


Pajak mempengaruhi harga per unit dari produk yang dijual. Karena itu perlu
diketahui terlebih dahulu harga produk sebelum dikenakan pajak yaitu:
Qs = 5000 + P
Qs - 5000 = P
P = Q – 5.000
Setelah dikenakan pajak sebesar Rp. 3000, maka harga per bungkus menjadi:
P = Q – 5000 + 3000 p = Q - 2.000
Fungsi penawaran baru setelah adanya pajak adalah:
P = Q - 2000
Qs = 2000 + P
Keseimbangan baru setelah pajak adalah:
Qd = Qs
25.000 – P = 2000+ P
2P = 23000
P = 11.500
Pada saat P = 11500
Qd = 25000 - 1(11.500) = 25000 - 11500 = 13.500
Qs = 2000 + 1(11.500) = 2000 + 11500 = 13.500
55

Dengan demikian pajak mempengaruhi jumlah dan harga keseimbangan.


Dalam hal ini pajak meningkatkan harga jual rokok dari Rp. 10.000 menjadi Rp.
11.500, serta menurunkan jumlah dari 15.000 bungkus menjadi 13.500 bungkus.
3. Besarnya pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah:
13.500 bungkus x Rp. 3000 = Rp. 40.500.000
Yang ditanggung produsen 13.500 x Rp. 1.500 = 20.250.000,-
Yang ditanggung konsumen 13.500 x Rp. 1.500 = 20.250.000,-

Pengaruh Subsidi

Subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen


dalam untuk meringankan beban biaya produksi perusahaan. Dampak dari subsidi
adalah kebalikan dari pada pengenaan pajak penjualan. Hal tersebut disebabkan
dengan bantuan subsidi yang diberikan kepada produsen membuat biaya produksi
menjadi lebih kecil, sehingga pengenaan subsidi akan berdampak pada keseimbangan
pasar.
Sekarang mari kita menganalisis subsidi yang diberikan kepada produsen.
Anggaplah bahwa pemerintah Indonesia memberikan subsidi kepada Petani Padi
sebesar Rp. 400 per kg beras yang dijual. Apa pengaruh subsidi terhadap
keseimbangan pasar beras di Indonesia.
Mari kita menganalisis dampak perubahan tersebut, pertama karena subsidi
diberikan kepada petani, maka jumlah permintaan rokok pada setiap harga adalah
sama, sehingga kurva permintaan tidak berubah. Akan tetapi subsidi yang diberikan
oleh pemerintah kepada petani, membuat penjualan padi menjadi menguntungkan
pada semua tingkat harga. Oleh karena itu subsidi yang diberikan meningkatkan
penjualan beras, maka jumlah penawaran beras bertambah pada semua tingkat harga,
sehingga kurva penawaran bergeser ke kanan.
Gambar 2.13 menunjukkan bahwa kurva penawaran bergeser ke kiri atas dari
S1 ke S2 tepat sebesar subsidi yang diberikan. Selanjutnya kita membandingkan
keseimbangan lama dengan keseimbangan baru. Gambar 2.13 juga menunjukkan
bahwa harga keseimbangan beras turun dari Rp. 6.000 menjadi Rp. 5.800, sementara
56

jumlah keseimbangan naik dari 2.500 kg menjadi 2.550 kg. Jadi subsidi yang
diberikan menambah penjualan besar 50 kg. Oleh karena harga pasar beras turun,
maka pembeli membeli Rp. 200 lebih rendah dari setiap kilo gram beras dibanding
sebelum diberikan subsidi. Demikian halnya penjual menerima harga yang lebih
rendah dibanding sebelum diberikan subsidi, tetapi harga efektif yang diterima petani
dari Rp. 6.000 menjadi Rp. 5.800 per kg. Dengan demikian pemberian subsidi
dinikmati oleh konsumen sebesar Rp. 200 per kg, sedang penjual juga menikmati
subsidi sebesar Rp. 200 per kg beras.

Harga
Beras S1
Keseimbangan
lama 400 S2

6000
5800 Keseimbangan
baru
5600

0 2.500 2.550 Jumlah beras

Gambar 2.12. Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan

Contoh Penyelesaian Secara Matematis;

Informasi fungsi permintaan dan penawaran adalah:


Qd = 4000 – 0.25P dan Qs = 1000 + 0,25P dan besarnya subsisidi adalah Rp. 400 per
kg beras yang diproduksi oleh petani.

Jawab:
57

Keseimbangan tercapai apabila:


Qd = Qs
4000 - 0.25P = 1000 + 0,25P
0,5P = 3000
P = 6.000
Pada saat P = 6000
Qd = 4000 – 0,25(6000) = 4.000 – 1.500 = 2.500 kg
Qs = 1000 + 0,25(6000) = 1000 + 1.500 = 2.500 kg

3. Dampak subsidi sebesar Rp. 400 terhadap keseimbangan


Kondisi penawaran awal:
Qs = 1000 + 0,25P
0,25P = Q - 1000
P = 4Q - 4000

Kondisi penawaran setelah subsidi


P = 4Q - 4000 – 400
P = 4Q - 4400
Qs = 1100 + 0,25P

Keseimbangan baru
4000 - 0.25P = 1100 + 0,25P
2900 = 0.5 P
P = 5.800
Pada saat P = 5.800
Qd = 4000 – 0,25(5800) = 4.000 – 1.450 = 2.550 kg
Qs = 1100 + 0,25(5800) = 1100 + 1.450 = 2.550 kg

Dengan demikian subsidi mempengaruhi jumlah dan harga keseimbangan.


Dalam hal ini subsidi meningkatkan jumlah penjualan dari.2.500 menjadi 2.550 kg,
serta menurunkan harga dari Rp. 6.000 per kg menjadi 5.800 per kg.
58

2.6. Ringkasan Bab 2

Analisis permintaan dan penawaran banyak digunakan oleh para ekonom


dalam menganalisis pasar yang bersaing. Hal mana pada pasar bersaing terdapat
banyak penjual dan pembeli di mana mereka tidak selalu dapat mempengaruhi harga
pasar.
Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menunjukkan berbagai
kemungkinan jumlah yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat harga. Hukum
permintaan mengatakan apabila harga meningkat maka jumlah barang diminta akan
berkurang, dan sebaliknya apabila harga barang turun maka jumlah yang diminta
akan naik. Di luar harga juga terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
banyaknya barang diminta oleh konsumen, seperi; pendapatan, harga barang
substitusi dan komplementer, selera, harapan dan jumlah penduduk. Apabila salah
satu dari variabel tersebut berubah, maka kurva permintaan akan bergeser.
Kurva penawaran menunjukkan besarnya jumlah barang yang ditawarkan oleh
produsen untuk penjual pada berbagai tingkat harga. Hukum penawaran mengatakan
bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka jumlah barang yang ditawarkan oleh
penjual semakin besar, sebaliknya semakin rendah harga suatu barang, maka jumlah
barang yang ditawarkan oleh produsen semakin kecil. Di luar harga juga terdapat
beberapa variabel yang dapat mempengaruhi banyaknya barang ditawarkan oleh
penjual antara lain; teknologi; harga input, harapan dan jumlah penjual. Apabila
salah satu dari variabel tersebut berubah, maka kurva penawaran akan bergeser
Perpotongan kurva permintaan dan penawaran disebut titik keseimbangan
pasar, biasa juga disebut harga pasar. Pada harga keseimbangan, jumlah barang yang
diminta oleh pembeli sama dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen.
Untuk mengetahui bagaimana suatu peristiwa dapat mempengaruhi pasar,
maka kita menggunakan diagram penawaran dan permintaan untuk menganalisis
bagaimana pengaruh peristiwa tersebut terhadap harga dan jumlah keseimbangan.
Untuk mengetahui hal itu, maka perlu dianalisis peristiwa tersebut bahwa apakah
peristiwa itu menggeser kurva penawaran atau permintaan dan arah pergeserannya,
59

kemudian kita bandingkan keseimbangan awal dan akhir. Tambahan selain metode
grafik kita dapat juga menggunakan penyelesaian secara matematis.
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi titik keseimbangan. Kebijakan
pengenaan pajak penjual akan cenderung menaikkan harga dan menurunkan jumlah
keseimbangan. Sementara kebijakan subsidi cenderung menurunkan harga dan
meningkatkan jumlah keseimbangan.

Soal-Soal Bab 2

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan permintaan dan penawaran serta faktor-
faktor apa yang mempengaruhinya?
2. Jelaskan mengapa hukum permintaan dan penawaran didasarkan pada asumsi
ceteris paribus (faktor-faktor lain tidak berubah).
3. Jelaskan perbedaan antara tabel permintaan dan kurva permintaan.
4. Jelaskan perbedaan antara permintaan perorangan dan permintaan pasar.
5. Jelaskan mengapa kemiringan kurva permintaan berslope negatif, sementara
kemiringan kurva penawaran berslope positif.
6. Uraikan perbedaan antara pergerakan sepanjang kurva permintaan dan
pergeseran kurva permintaan.
7. Bagaimana cara mengetahui bahwa barang diproduksi merupakan barang
substitusi atau barang komplementer?
8. Misalkan apabila harga barang A naik, permintaan akan barang B meningkat,
namun permintaan terhadap barang C turun. Dalam kasus ini bagaimana
hubungan antara barang B dan C terhadap barang A.
9. Apa yang terjadi pada titik keseimbangan apabila kenaikan permintaan lebih
rendah dari pada kenaikan penawaran. Jelaskan dengan menggunakan grafik?
10. Apakah perubahan harga akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva
penawaran atau pergeseran kurva penawaran.
11. Apakah perubahan teknologi produksi akan menyebabkan pergerakan sepanjang
kurva penawaran atau pergeseran kurva penawaran.
60

12. Pergeseran kurva permintaan atau penawaran yang akan menghasilkan kejadian
seperti berikut (asumsikan bahwa hanya satu saja kurva yang bergeser).
a. Harga handphon dalam beberapa tahun terakhir turun, dan jumlah handphon
yang terjual meningkat.
b. Karena pendapatan masyarakat meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
maka konsumsi dan harga pakaian ikut meningkat.
c. Karena musim libur kursi-kursi pesat terisi penuh, harga tiket pesawat
meningkat rata-rata 50 persen.
d. Hama wereng menyerang padi menyebabkan harga beras naik.
e. Nike menaikkan harga sepatunya karena harga kulit mengalami kenaikan.
13. Apa yang dimaksud dengan surplus produsen dan surplus konsumen? dan
bagaimana cara menghitung surplus produsen dan konsumen tersebut?
14. Misalkan barang A dan barang B merupakan barang substitusi antara satu dengan
lain. Apabila harga barang A turun apa yang terjadi terhadap permintaan barang
B. Jelaskan dengan menggunakan grafik?
15. Jelaskan dengan menggunakan grafik dampak pengenaan pajak kepada produsen
dan konsumen?
16. Jelaskan dengan menggunakan grafik dampak pemberian subsidi kepada
produsen dan konsumen
17. Harga karcis pertandingan Sepak Bola di Makassar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran. Misalkan skedul permintaan dan penawaran adalah:
Harga Permintaan Penawaran
20.000 30.000 5.000
30.000 25.000 10.000
40.000 20.000 15.000
50.000 15.000 20.000
60.000 10.000 25.000
70.000 5.000 30.000
Berdasarkan data tersebut maka;
a. Gambarkan kurva permintaan dan penawaran?
b. Berapa harga dan jumlah keseimbangan karcis pertandingan itu?
61

18. Apabila diketahui fungsi permintaan adalah Qd = 30 - 4P, dan fungsi penawaran
adalah Qs = 10 + 2P, maka:
a. Buatlah tabel permintaan dan penawaran
b. Gambarkan kurva permintaan dan penawaran
c. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan
d. Hitung surplus produsen dan konsumen
19. Apabila diketahui fungsi permintaan Qd = 1000 -10P dan fungsi penawaran
adalah Qs = 100 – 10P, maka:
a. Berapa harga dan jumlah keseimbangan?
b. Apabila barang tersebut dikenakan pajak sebesar Rp. 1 ribu per unit,
bagaimana pengaruh pajak terhadap harga dan jumlah keseimbangan?
c. Gambar kurva keseimbangan sebelum dan sesudah dikenakan pajak?
d. Andaikan sebaliknya produsen diberi subsidi sebesar Rp. 1 ribu per unit
bagaimana pengaruh subsidi terhadap harga dan jumlah keseimbangan?
e. Gambar kurva keseimbangan sebelum dan sesudah diberikan subsidi?
20. Beberapa tahun terakhir minat masyarakat terhadap HP Bleckbery terus
meningkat. Harga di pasaran untuk HP Bleckbery adalah Rp. 2, 5 juta dan tingkat
penjualan mencapai 5.000 unit. Apabila harga naik menjadi Rp. 3 juta, maka
jumlah HP Bleckbery turun menjadi 4.500 unit. Oleh karena ini merupakan
barang impor, maka pemerintah mengenakan pajak sebesar 500 ribu per unit,
akibatnya konsumen menanggung kenaikan harga sebesar 300 ribu.
Berdasarkan data tersebut diminta:
a. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sebelum pajak?
b. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sesudah pajak?
- Gambarkan grafik yang mencerminkan keseimbangan sebelum dan sesudah
pajak?
62

BAB III
ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Setelah mempelajari teori permintaan dan penawaran, maka kita telah


mengetahui bahwa permintaan suatu barang tidak hanya tergantung pada harganya,
tetapi juga tergantung pada pendapatan konsumen, dan harga barang lain. Demikian
halnya dengan penawaran tidak hanya tergantung pada harganya, tetapi juga
tergantung pada variabel-variabel yang mempengaruhi biaya produksi. Misalnya
apabila harga susu naik, maka permintaan akan susu akan turun, sebaliknya apabila
harga susu turun, maka permintaan akan susu naik.
Dalam pengambilan keputusan, suatu hal yang perlu diketahui adalah berapa
besar kenaikan dan penurunan permintaan dan penawaran sebagai akibat dari
perubahan harga tersebut? Apabila harga susu naik 10 persen, berapa besar perubahan
jumlah permintaan akan susu? Berapa besar perubahan yang terjadi apabila
pendapatan naik 10 persen? Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, maka digunakan
konsep elastisitas.
Konsep Elastisitas bertujuan untuk mengukur respon atau kepekaan satu
variabel sebagai akibat perubahan variabel lainnya. Elastisitas adalah suatu bilangan
yang menunjukkan persentase perubahan yang terjadi pada suatu variabel sebagai
reaksi atas setiap persen perubahan pada variabel lain. Secara umum elastisitas
kelompokkan dalam dua kelompok yaitu; elastisitas permintaan dan elastisitas
penawaran.

3.1. Elastisitas Permintaan


Elastisitas permintaan adalah suatu bilangan yang menunjukkan persentase
perubahan yang terjadi pada jumlah yang diminta sebagai akibat dari perubahan
variabel lain yang mempengaruhi permintaan. Variabel yang mempengaruhi
permintaan dalam ini yaitu harga barang itu sendiri, pendapatan, harga barang
substitusi dan harga barang komplementer.
63

Oleh karena itu elastisitas permintaan secara umum dibedakan menjadi:


elestisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas
permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand) dan elastistas
permintaan silang (cross elasticity of demand).

3.1.1. Elastisitas Permintaan terhadap Harga


Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga suatu barang turun, maka
permintaan atas barang tersebut akan meningkat, dan sebaliknya apabila harga suatu
barang meningkat, maka permintaan akan barang tersebut akan turun. Elastisitas
permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), menunjukkan bahwa
seberapa besar jumlah permintaan akan berubah seiring dengan adanya perubahan
harga.
Para ekonom menghitung elastisitas harga terhadap permintaan sebagai
perubahan persentase jumlah yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga
atau dengan rumus:

% perubahan jumlah yang diminta


Elastisita s Harga Permintaan ( p ) 
% perubahan harga

Q1 - Q 0
Q0
Atau p 
P1 - P0
P0

Rumus tersebut menunjukkan bahwa harga berubahan dari P0 ke P1,


mengakibatkan jumlah produksi yang diminta berubah dari Q0 menjadi Q1. Rumus ini
disebut rumus elastisitas titik (point elasticity). Karena jumlah barang yang diminta
berhubungan negatif dengan harga, maka nilai elastisitas terhadap harga bernilai
negatif. Dalam buku ini kita menggunakan kesepakatan umum dengan
menghilangkan tanda minus, dan menuliskannya semua elastisitas harga sebagai
bilangan positif (ilmuwan matematika menyebut sebagai angka absolut). Sebagai
64

Contoh; Mani Market ABC kemarin menjual susu cap bendera dengan harga Rp.
5.000 per kaleng, jumlah susu yang terjual sebesar 4000 kaleng. Hari ini Mini Market
ABC menaikkan harga susunya menjadi Rp. 6.000 per kaleng, dan jumlah susu yang
terjual hari ini adalah 3000 kaleng.

Berdasarkan informasi tersebut, maka elastisitas harga susu dapat dihitung:

3000 - 4000 - 1000


4000 - 0.25
p   4000   - 1,25
6000 - 5000 1000 0.20
5000 5000

Hasil tersebut menunjukkan bahwa elastistas permintaan susu cap bendera


adalah 1.25. Artinya setiap 1 persen kenaikan harga susu, akan menyebabkan jumlah
susu yang diminta turun sebesar 1.25 persen.
Rumus elastisitas tersebut akan memberi hasil yang berbeda apabila dihitung
dengan arah sebaliknya. Misalnya Mani Market ABC kemarin menjual susu cap
bendera dengan harga Rp. 6.000 per kaleng, jumlah susu yang terjual sebesar 3000
kaleng. Hari ini Mini Market ABC menurunkan harga susunya menjadi Rp. 5.000 per
kaleng, maka jumlah susu yang terjual hari ini adalah 4000 kaleng

4000 - 3000 1000


3000 0.333
p   3000   -2
5000 - 6000 - 1000 - 0.167
6000 6000

Perhatikan bahwa nilai elastisitas 2 tidak sama dengan nilai elastistas 1.25. Pada
hal data yang digunakan adalah sama, hanya sudut pandang yang berbeda, yaitu
kenaikan harga dari Rp.5000 menjadi Rp. 6.000, dan penurunan harga dari Rp. 6000
ke Rp. 5000. Untuk menghindari masalah ini, maka para ekonom lebih memilih
menggunakan metode nilai titik tengah untuk menghitung elastistas.
Metode nilai tengah dalam menghitung elastistas dilakukan dengan membagi
perubahan dengan nilai tengah (rata-rata) awal dan akhir, atau dengan rumus:
65

Q1 - Q 0
(Q  Q 0 ) / 2
Elastisita s Harga Permintaan ( p )  1
P1 - P0
(P1  P0 )/2

Dengan menggunakan contoh. Mini Market ABC, maka elastisitas dengan nilai
tengah dapat pada saat harga naik dapat dihitung:

3000 - 4000 - 1000


(3000  4000)/2 - 0.286
p   3500   - 1,57
6000 - 5000 1000 0.182
(6000  5000)/2 5500

Sedang pada saat harga naik pada saat harga naik dapat dihitung

4000 - 3000 1000


(4000  3000)/2 0.286
p   3500   - 1,57
5000 - 6000 - 1000 - 0.182
(5000  6000)/2 5500

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode titik tengah menunjukkan


nilai yang berbeda dari hasil dua perhitungan sebelumnya. Rumus ini dinamakan
rumus titik tengah, dan elastisitasnya disebut elastisitas busur (arc alasticiy).
Hasil perhitungan elastisitas dengan menggunakan rumus titik tengah
memberikan jawaban yang sama tanpa memperhatikan arah perubahan, karena itu ini
metode ini umum digunakan untuk menghitung elastisitas harga permintaan antara
dua titik.
Kurva permintaan tidak harus dan biasanya tidak mempunyai elastisitas yang
sama sepanjang setiap bagian dari kurva. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kurva
permintaan yang belereng menurun dan berbentuk garis lurus tidak mempunyai
elastistas yang konstan. Suatu garis lurus akan memiliki elastisitas yang konstan,
hanya apabila kurvanya berbentuk vertikal, atau berbentuk horisontal.
66

Pada kurva permintaan garis lurus, maka makin ke bawah elastistas makin
turun. Misalnya pada kurva perminatan Qd = 2000 - 2P. Pada garis lurus ini setiap
penurunan harga sebesar Rp. 100 selalu memberikan kenaikan kuantitas yang sama
yaitu sebesar 200 unit. Mendekati ujung atas dari kurva di mana harganya Rp. 900
dan kuantitas 200 unit, penurunan harga sebanyak Rp. 100 (dari Rp. 900 menjadi Rp.
800) hanya penurunan harga sebesar 11,11 persen, tetapi kenaikan jumlah 200 unit
merupakan kenaikan sebesar 100 persen. Jadi elastisitasnya adalah 18,87.
Pada saat harga Rp. 200 dengan kuantitas 1600 unit penurunan harga sebesar
Rp. 100 dari (Rp.200 menjadi Rp. 100), menghasilkan kenaikan permintaan yang
sebesar 200 unit. Dengan penurunan harga sebesar 100 persen, sementara kenaikan
kuantitas sebesar 12,5 persen, maka berarti elastisitasnya adalah 0,125.

Harga
1000
900
Ɛ=9
800

500 Ɛ=1

200
100 Ɛ=0,125

0 1000
200 400 1600 1800 2000 Jumlah
0 0
Gambar 4.1. Elastisitas sepanjang kurva permintaan

Jenis-jenis Kurva Permintaan

Para ekonom membedakan kurva permintaan berdasarkan elastistasnya.


Permintaan dikatakan elastis apabila nilai elastisitas lebih besar dari 1 (Ɛ>1), karena
67

itu jumlah produk yang diminta bergerak lebih besar dibanding dengan pergerakan
harga. Permintaan dikatakan inelastis apabila elastistas kurang dari 1 (Ɛ<1), jumlah
pergerakan produk yang diminta lebih kecil secara proporsional dibanding dengan
pergerakan harga. Apabila elastistas sama dengan 1 (Ɛ<1), maka jumlah pergerakan
sama dengan besarnya harga dan permintaan ini disebut memiliki elastisitas uniter.

Karena elastisitas harga permintaan mengukur besarnya perubahan jumlah


permintaan dalam merespon perubahan harga, maka erat kaitannya dengan
kemiringan kurva permintaan. Sebuah pedoman yang sangat berguna dalam melihat
kemiringan kurva permintaan. Semakin landai kurva permintaan yang melewati suatu
titik, maka semakin elastis harga permintaan produk tersebut, dan semakin curam
kurva permintaan melewati suatu titik, maka semakin kecil elastisitas harga
permintaan produk tersebut.
Gambar 4.1. Menunjukkan lima jenis kasus elastistas yang ekstrim. Gambar
4.1(a) menunjukkan kurva permintaan yang elastis tidak sempurna (Ɛ = 0), dan
kurva permintaan adalah vertikal sejajar dengan sumbu tegak. Pada kasus semacam
ini permintaan tetap sama, tidak terpengaruh perubahan harga dari produk tersebut.
Gambar 4.1(b) menunjukkan kurva permintaan yang elastis sempurna (Ɛ = ∞),
dan kurva permintaan adalah garis horisontal sejajar dengan sumbu horisontal. Dalam
kasus semacam ini, produk harga produk tertentu, maka pasar akan membeli semua
produk berapapun jumlah produk yang ditawarkan.
Gambar 4.1(c) menunjukkan kurva permintaan yang elastis (Ɛ > 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan jumlah yang diminta lebih besar dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga bagi
mutlak hasil kedua nilai tersebut adalah lebih besar dari 1.
Gambar 4.1(d) menunjukkan kurva permintaan yang inelastis (Ɛ < 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga bagi
mutlak hasil kedua nilai tersebut adalah lebih kecil dari 1.
68

Gambar (e) menunjukkan kurva permintaan yang elastis uniter (Ɛ = 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan jumlah yang diminta sama dengan proporsi
perubahan harga (umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga bagi mutlak hasil
kedua nilai tersebut adalah sama.

Harga
Harga
Permintaan
Permintaan

a. Elastisitas Nol Kuantitas b. Elastisitas Sempurna Kuantitas

Harga
Harga

Permintaan

Permintaan

c. Elastis Kuantitas d. inelastis Kuantitas

Harga

Permintaan

e. Elastisitas Uniter Kuantitas

Gambar 4.2. Kurva Berbagai Elastisitas Harga Permintaan Produk


69

Elastisitas Harga dan Perubahan Jumlah Pengeluaran

Pada dasarnya jumlah uang yang dibayar oleh pembeli sama dengan jumlah
uang yang diterima oleh penjual. Dalam pasar manapun pendapatan total adalah
jumlah produk kali harga (P x Q). Pertanyaan yang muncul bagaimana pengeluaran
total bereaksi ketika harga suatu produk berubah? Ternyata bahwa respon total
pengeluaran tergantung pada elastisitas harga permintaan.
Karena harga dan kuantitas bergerak dengan arah yang berlawanan, satu turun
sementara yang lain naik, maka perubahan dalam total pengeluaran tampak
mempunyai arti ganda. Akan tetapi mudah melihat, bahwa arah perubahan dalam
total pengeluaran tergantung pada perubahan persentase pada kedua variabel harga
dan kuantitas. Apabila persentase perubahan harga melebihi persentase perubahan
dalam kuantitas, maka ini merupakan kasus dengan elastisitas kurang dari 1
(inelastis). Sebaliknya apabila perubahan harga kurang dari kuantitas yang diminta,
maka perubahan kuantitas akan mendominasi, serta pengeluaran total akan berubah
dalam arah yang sama ketika kuantitas berubah (yaitu ke arah berlawanan dengan
perubahan harga) Apabila persentase perubahan kedua variabel sama, maka total
pengeluaran tidak berubah (kasus elastis uniter).
Tabel 3.1. menunjukkan hubungan antara total pengeluaran dengan elastisitas
permintaan. Ketika harga turun sepanjang kurva permintaan linear, maka total
pengeluaran lebih dahulu naik dan kemudian turun. Sepanjang harga lebih besar dari
Rp. 400, elastisitas lebih besar dari 1. Akibatnya persentase penurunan harga lebih
kecil dari persentase kenaikan jumlah, karena itu total pengeluaran naik.
Sepanjang harga lebih kecil dari Rp. 400, maka elastisitas kurang dari 1,
akibatnya persentase penurunan harga lebih besar dari pada kenaikan kuantitas,
sehingga total pengeluaran turun.
70

Tabel 3.1. Elastisitas Harga dan Perubahan Jumlah Pengeluaran

% perubahan % perubahan
harga jumlah Pengeluaran
harga Jumlah Elatisitas

900 200 180.000 -0,10 20.000 -200.000


800 400 320.000 -0,11 1,00 -9,00
700 600 420.000 -0,13 0,50 -4,00
600 800 480.000 -0,14 0,33 -2,33
500 1.000 500.000 -0,17 0,25 -1,50
400 1.200 480.000 -0,20 0,20 -1,00
300 1.400 420.000 -0,25 0,17 -0,67
200 1.600 320.000 -0,33 0,14 -0,43
100 1.800 180.000 -0,50 0,13 -0,25

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas


Elastisitas suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tersedianya barang substitusi, jangka waktu analisis, dan persentase pendapatan yang
digunakan untuk membeli produk tersebut,.

Tersedianya Barang Substitusi.

Faktor utama yang mempengaruhi elastisitas suatu produk adalah tersedianya


barang substitusi. Beberapa produk seperti; kaus nike, celana jens, sepatu lotto, mobil
toyota, sabun nuvo, daging sapi. Apabila terjadi perubahan harga pada produk seperti
ini, sementara harga barang substitusinya tetap konstan, dapat diperkirakan bahwa
akan terjadi banyak substitusi.
Kenaikan harga akan mendorong konsumen membeli produk ini lebih sedikit,
dan membeli barang substitusinya lebih banyak, dan penurunan harga akan
mendorong pembeli untuk membeli barang ini lebih banyak dan membeli barang
substitusinya lebih sedikit. Misalnya pada saat harga baju kaus nike naik, sementara
harga baju kaus adidas tetap, maka banyak konsumen akan beralih membeli baju kaus
adidas.
Para ekonom menyimpulkan bahwa: Suatu produk yang memiliki produk
substitusi yang dekat, cenderung memiliki permintaan yang elastis, sementara
71

produk yang tidak memiliki produk substitusi terdekat memiliki permintaan yang
inelastis.

Jangka Waktu

Pada umumnya produk cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis


dalam jangka panjang. Contoh ketika harga bensin naik, jumlah permintaan akan
bensin, hanya sedikit mengalami penurunan pada bulan pertama. Akan tetapi setelah
beberapa lama, orang-orang akan mengembangkan mobil yang irit bensin,
mengembangkan mobil yang berbahan bakar gas, dan listrik. Elastisitas permintaan
jangka panjang setelah semua mengalami penyesuaian menjadi lebih elastis,
walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama

Kebutuhan atau Kemewahan

Secara umum produk kebutuhan pokok memiliki permintaan yang tidak elastis,
sebaliknya produk-produk yang non kebutuhan pokok dan menunjukkan kemewahan
lebih elastis. Ketikan harga beras naik, orang tidak akan secara dramatis mengubah
konsumsi berasnya. Sebaliknya ketika harga mobil naik, maka jumlah permintaan
akan mobil turun lebih besar. Tentu saja perlu dilihat bahwa apakah suatu produk
merupakan kebutuhan atau kemewahan. Kebutuhan dan kemewahan tidak tergantung
pada sifat barang tersebut, melainkan pada pilihan pembeli. Bagi pengusaha
transportasi darat mobil mungkin merupakan sebuah kebutuhan dengan permintaan
yang elastis.

3.1.2. Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan


Pendapatan konsumen merupakan salah faktor penting dalam menentukan
permintaan. Respon permintaan terhadap pendapatan disebut elastisitas permintaan
terhadap pendapatan (income elasticity of demand) . Hal ini dapat dihitung dengan
cara membagi persentase perubahan jumlah yang diminta dengan persentase
perubahan pendapatan.
72

% perubahan jumlah yang diminta


Elastisita s Permintaan atas Pendapatan (ε I ) 
% perubahan pendapatan

Q2  Q1
Q1
atau  I 
I2  I2
I1

Peningkatan pendapatan konsumen dapat meningkatkan permintaan terhadap barang


normal dan barang mewah (kebanyakan barang yang ada adalah barang norma). Oleh karena
jumlah pendapatan dan jumlah yang diminta bergerak searah, maka elastisitas permintaan
atas pendapatan adalah positif. Untuk barang imperior semakin tinggi pendapatan
menurunkan jumlah barang yang diminta, misalnya angkot, makin tinggi pendapatan orang
lebih memilih naik taksi atau naik kendaraan pribadi. Karena jumlah pendapatan bergerak
pada arah yang berlawanan, maka elastisitas permintaan atas pendapatan barang imperior
adalah negatif.

Contoh Amin tahun lalu memiliki pendapatan Rp. 2 juta per bulan dan mengkonsumsi
daging 5 kg per bulan, saat ini Amir memiliki pendapatan Rp. 5 juta dan mengkonsumsi
daging 10 kg per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka elastistas permintaan daging atas
pendapatan Amir dapat dihitung:

10  5
1
εI  5   0,67
5  2 1,5
2

Jadi elastisitas permintaan daging adalah 0,67 (positif) jadi daging merupakan barang
normal.

Kenaikan pendapatan akan menggeser kurva permintaan ke kanan untuk barang


normal, sementara untuk barang imperior ke arah kiri. Gambar 4.2. menunjukkan jenis grafik
yang lain, yaitu kurva konsumsi pendapatan (income consumtion curves). Kurva konsumsi
pendapatan menunjukkan hubungan antara jumlah kuantitas yang diminta dengan jumlah
73

pendapatan. Gambar 4.2. memperlihatkan tiga pola yang berbeda terhadap elastisitas
permintaan atas pendapatan. Barang normal mempunyai kurva yang menaik, sedang barang
imperior menurun. Barang dengan pola (a) merupakan ciri has barang normal yang
berupakan kebutuhan pokok. Barang ini dibeli pada semua tingkat pendapatan, di mana
sebagian dari pendapatan konsumen dibelanjakan untuk barang ini walau proporsinya
menurun. Pola (b) merupakan barang mewah yang bersiat elastis terhadap pendapatan setelah
I1, dan Pola (c) adalah tergolong barang kebutuhan pokok untuk golongan konsumen yang
berpendapatan rendah, dan menjadi barang imperior setelah pendapatan mencapai I2.
Kuantitas yang

Kuantitas yang

Kuantitas yang
Diminta

Diminta

Diminta
0 0 I1 0 I2
Pendapatan Pendapatan Pendapatan

(a) Barang normal terhadap (b) Barang normal terhadap (c) Barang inferior
pendapatan bersifat pendapatan bersifat setelah I2
inelastis elastis
Gambar 4.3. Kurva Konsumsi dan Pendapatan untuk Produk yang Berbeda

3.1.3. Elastisitas Harga Silang dari Permintaan

Kita telah membicarakan pada bab permintaan dan penawaran bahwa perubahan harga
suatu jenis barang akan mempengaruhi kuantitas permintaan barang-barang lainnya. Untuk
mengukur efek dari perubahan tersebut, para ekonom menggunakan Elastistas harga silang
dari permintaan (cross price elasticity of demand). Elastistas harga silang dari permintaan
dapat dihitung dengan cara membagi prosentase perubahan jumlah yang diminta terhadap
suatu barang (X) terhadap persentase perubahan harga barang lain (Y), atau dengan rumus:
74

% perubahan jumlah yang diminta barang (X)


Elastisita s Permintaan Silang (ε xy ) 
% perubahan harga barang (Y)

Q x 2  Q x1
Q x1
atau I 
Py 2  Py1
Py1

Apabila harga barang-barang ini saling bersubstitusi, alastisitas harga silang dari
permintaan akan positif pada saat harga suatu barang dan kuantitas permintaan barang lain
bergerak dengan arah yang sama. Misalnya elastisitas harga silang untuk perubahan harga teh
pada kuantitas permintaan kopi. Contoh pada bulan lalu harga teh per bungkus Rp. 1800, dan
permintaan akan kopi 50 kg. Pada bulan sekarang harga teh naik menjadi Rp. 2000 per
bungkus, sementara permintaan kopi naik menjadi 70 kg. Berdasarkan data tersebut, maka
elastisitas silang kopi dengan teh dapat dihitung:

70  50
50 0.4
 xy    0.4
2000  1000 1
1000

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa elastistas silang kopi adalah 0.4, artinya apabila
harga teh naik 1 persen, maka permintaan akan kopi naik 0.4 persen. Dengan demikian kopi
dengan teh adalah barang substitusi. Artinya kenaikan harga teh menyebabkan peningkatkan
permintaan akan kopi, dan sebaliknya penurunan harga teh akan menyebabkan permintaan
akan kopi turun.
Apabila dua barang saling melengkapi (komplementer), maka elastisitas harga silang
dari permintaan akan negatif yang menunjukkan bahwa harga suatu barang dan kuantitas
barang lain bergerak pada arah yang sama. Misalnya elastistas harga silang untuk perubahan
harga roti pada kuantitas permintaan kopi. Contoh pada bulan lalu harga roti per bungkus
Rp. 2000, dan permintaan akan kopi 50 kg. Pada bulan sekarang harga roti naik menjadi Rp.
2500 per bungkus, sementara permintaan kopi turun menjadi 40 kg. Berdasarkan data
tersebut, maka elastisitas silang kopi dengan roti dapat dihitung:

40  50
50 - 0.2
 xy    - 0.8
2500  2000 0.25
2000
75

Dengan demikian elastistas silang kopi dengan roti adalah 0.8, artinya apabila harga
roti naik 1 persen, maka permintaan akan kopi turun 0.8 persen. Jadi kopi dengan roti adalah
barang komplementer. Arinya kenaikan harga roti menyebabkan penurunan permintaan akan
kopi, dan sebaliknya penurunan harga roti akan menyebabkan permintaan akan kopi naik.
Apabila roti menjadi mahal orang biasanya kurang menarik untuk minum kopi, karena
umumnya orang mengkonsumsi roti sambil minum kopi. Penurunan harga roti akan
meningkatkan permintaan kopi, karena pada kasus ini orang akan memilih mengkonsumsi
lebih banyak pada kedua produk yang saling komplementer.

Contoh Soal:

Diketahui fungsi permintaan konsumen untuk beras adalah Qb= 0.02I + 0.6Pj – 0.4Pb
Konsumsi beras saat ini adalah Qb = 1000 ton, elastistas pendapatan (  I)=2,
elastistas silang terhadap jagung (  c) 0.5. Tentukan: (1) Tingkat pendapatan, (2)
Harga Jagung (3) harga jagung?
Penyelesaian
Qb = 0.02I + 0.6Pj – 0.4Pb
Qb = 1000
i =2
 c = 0.5
(1) Menghitung tingkat pendapatan

Qb I I
I   2  0.2  10.000
I Qb 1000

Jadi jumlah pendapatan adalah 10.000

(2) Menghitung Harga jagung

Qj Pj Pj
c   0.5  0.6  833,33
Pj Qj 1000
76

Jadi harga jagung adalah 833,33

(3) Menghitung Harga beras

Qb = 0.02I + 0.6Pj – 0.4Pb


1000 = 0.2(10000) + 0.6(833,33) – 0.4(Pb)
1000 = 2000 + 500 – 0,4Pb
0,4Pb = 1500
Pb = 3750

Jadi harga beras adalah 3750

3.2. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah suatu bilangan yang menunjukkan persentase


perubahan yang terjadi pada jumlah yang ditawarkan sebagai akibat dari perubahan
variabel lain yang mempengaruhi penawaran. Variabel yang mempengaruhi
penawaran telah kita pelajari pada bab permintaan dan penawaran yaitu harga barang
itu sendiri, harga input, dan perkembangan teknologi.
Elastisitas Harga Penawaran (price elastisity of Supply), bertujuan untuk
mengukur seberapa besar perubahan jumlah yang ditawarakan sebagai respon atas
perubahan harga. Penawaran suatu produk dikatakan elastis apabila jumlah yang
ditawarkan berubahan lebih banyak dibanding perubahan harga. Penawaran dikatakan
inelastis apabila jumlah yang ditawarkan berubah lebih kecil dari perubahan harga.
Untuk menghitung elastisitas penawaran digunakan rumus:

% perubahan jumlah yang ditawarkan )


Elastisita s Penawaran (ε S ) 
% perubahan harga

Q2  Q1
Q1
atau  s 
P2  P1
P1
77

sementara dengan cara titik tengah digunakan umus:

Q2  Q1
(Q  Q2 ) / 2
s  1
P2  P1
( P1  P2 ) / 2

Jenis-jenis kurva penawaran

Oleh karena elastisitas harga penawaran mengukur seberapa besar respon jumlah
ditawarkan terhadap harga, maka hal perlu digambarkan dalam bentuk kurva penawaran.
Gambar 3.4. Menunjukkan lima bentuk kurva penawaran. Dalam kasus ekstrim
elatisitas harga penawaran sama dengan nol seperti terlihat pada gambar (a) penawaran
adalah inelastis sempurna (elastistas sama dengan nol) dan kurva penawaran adalah vertikal.
Dalam kasus ini dalam jumlah yang ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan
harga dan elastisitas penawarannya sama dengan nol. Pada kasus ekstrim yang berlawanan
ditunjukkan pada gambar (b) penawaran adalah elastis sempurna, karena ini elastisitas
penawaran terhadap harga barang adalah tidak terhingga, dan kurva penawaran menjadi
horisontal.
Gambar (c) menunjukkan kurva penawaran yang elastis (Ɛ > 1). Dalam kasus
semacam ini proporsi perubahan jumlah yang ditawarkan lebih besar dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya pada arah yang sama), sehingga bagi mutlak
hasil kedua nilai tersebut adalah lebih besar dari 1.
Gambar (d) menunjukkan kurva penawaran yang inelastis (Ɛ < 1). Dalam kasus
semacam ini proporsi perubahan jumlah yang ditawarkan lebih kecil dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya pada arah yang sama), sehingga bagi mutlak
hasil kedua nilai tersebut adalah lebih kecil dari 1.
Gambar (e) menunjukkan kurva penawaran yang elastis uniter (Ɛ = 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan perubahan jumlah yang tawarkan sama
dengan proporsi perubahan harga (umumnya padam arah yang sama), sehingga bagi
mutlak hasil kedua nilai tersebut adalah sama.
78

Harga
Harga
Penawaran
Penawaran

b. Elastisitas Nol Kuantitas c. Elastisitas Sempurna Kuantitas

Harga
Harga

Penawaran

Penawaran

d. Elastis Kuantitas e. inelastis Kuantitas

Harga

Penawaran

f. Elastisitas Uniter Kuantitas


Gambar 4.4. Kurva Berbagai Elastisitas Harga Permintaan Produk

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran

Pada dasarnya terdapat dua faktor yang sangat penting dalam menentukan
elastisitas penawaran, yaitu sifat dari biaya produksi dan jangka waktu di mana
penawaran tersebut dianalisis.

Sifat dari Biaya Produksi


79

Biaya produksi biasanya berubah, sekiranya harus dilakukan penambahan


volume produksi. Penawaran tidak akan bersifat elastis apabila kenaikan penawaran
hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Akan tetapi
apabila penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak
terlalu besar, maka penawaran dapat bersifat elastis.
Umumnya produsen bermaksud menambah produksi biasanya tergantung pada
beberapa faktor. Salah satu faktor penting adalah sampai di mana tingkat penggunaan
kapasitas alat produksi yang dimiliki. Apabila kapasitas telah mencapai tingkat yang
tinggi (full kapasitas), maka investasi baru harus ditambah untuk menambah
produksi. Dalam kondisi seperti ini, maka kurva penawaran menjadi tidak elastis,
terutama apabila faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk meningkatkan
produksi sulit untuk didapatkan atau harganya mahal.

Jangka Waktu Analisis

Dalam menganalisis pengaruh waktu pada elastisitas penawaran, biasanya


dibedakan dalam dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka Pendek, dalam jangka pendek umumnya kapasitas produksi sulit untuk
ditambah. Akan tetapi umumnya perusahaan dapat menambah produksi, dengan cara
mengoptimalkan penggunaan alat-alat produksi secara intensif, antara lain dengan
memperpanjang jam kerja. Usaha seperti ini dapat meningkatkan produksi, sehingga
jumlah barang yang ditawarkan dapat ditingkatkan. Akan tetapi penambahan produk
tidak dapat terlalu besar.
Jangka Panjang, produksi dan jumlah barang ditawarkan dapat ditingkatkan
dengan mudah dalam jangka panjang. Hal tersebut disebabkan karena dalam jangka
panjang produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan membeli mesin-mesin
dan peralatan baru. Oleh karena itu kurva penawaran bersifat elastis.

Contoh Soal:
80

Diketahui persamaan permintaan dan penawaran adalah:


Qd = 2000 – 4 P dan Qs = 1000 + 6P
Hitung:
1. Elastisitas harga permintaan dan penawaran pada titik keseimbangan?
2. Apabila elastistas harga permintaan berubah menjadi 1 berapa harga dan jumlah
yang diminta?

Jawab:

1. Keseimbangan terjadi pada saat Qd = Qs


2000 – 4P = 1000 + 6P
10P = 1000
P = 100 dan Q = 1600
Sehingga diperoleh elastisitas permintaan:

Q P Q
d   -4
P Q P

100
d  -4  - 0,25
1600

Sementara elastistas penawaran adalah

Q P Q
s   6
P Q P

100
s  6  0,375
1600

2. Apabila elastistas permintaan menjadi 1, maka

P P
d  -4  -1  - 4
Q Q

4P = Q P = 0.25Q

Qd = 2000 –4P
81

Qd = 2000 – 4(0.25Q)

Qd = 2000 – Q

Q = 2000 dan P = 0.25(2000); jadi P = 500

4.3. Ringkasan Bab 3

Elastisitas permintaan terhadap barang (price elasticity of demand) merupakan


ukuran besarnya respon (tanggapan) jumlah yang diminta pada produk tertentu,
terhadap perubahan harga. Elastisitas ini didefinisikan sebagai persentase jumlah
yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga produk tersebut.
Apabila angka elastisitas kurang dari, maka permintaan dikatakan bersifat
inelastis. Hal ini berarti bahwa persentase perubahan jumlah lebih kecil dibanding
persentase perubahan harga. Sebaliknya apabila angka elastistasnya lebih besar dari
satu, maka permintaan dikatakan bersifat elastis. Berarti persentase perubahan jumlah
yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harga dari produk tersebut.
Faktor utama yang mempengaruhi elastisitas harga adalah tersedianya barang
substitusi dari produk tersebut. Setiap barang yang memiliki substitusi yang lebih
dekat, akan memiliki permintaan yang lebih elastis dibanding dengan produk yang
kurang memiliki produk substitusi yang dekat.
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah persentase perubahan
jumlah yang diminta dibagi dengan persentase perubahan pendapatan. Barang-barang
mewah cenderung memiliki elastisitas pendapatan yang lebih besar dibanding dengan
barang kebutuhan pokok. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan untuk suatu
produk biasanya berubah menurut versi tingkat pendapatan. Misalnya suatu produk
yang mempunyai elastisitas pendapatan tinggi pada tingkat penghasilan rendah,
karena kenaikan penghasilan menyebabkan terjangkau oleh rumah tangga tersebut,
dapat memiliki elastisitas yang rendah bahkan negatif pada tingkat pendapatan yang
lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan karena kenaikan penghasilan menyebabkan
produk tersebut digantikan oleh produk lain yang lebih berkualitas.
82

Elastisitas silang atas permintaan adalah persentase perubahan jumlah produk


yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga produk yang lain. Istilah
produk lain dalam hal ini digunakan untuk mendefinisikan produk yang merupakan
barang substitusi (elastisitas silang positif) atau produk komplementer (elastistas
silang negatif).
Elastisitas harga atas penawaran adalah merupakan konsep yang cukup
penting dalam ilmu ekonomi. Elastisitas harga atas penawaran adalah persentase
perubahan jumlah yang ditawarkan dibagi dengan persentase perubahan harga. Ini
mirip dengan elastisitas harga atas permintaan, tetapi dilihat dari sisi penawaran.
Penawaran cenderung lebih elastis dalam jangka panjang dibanding dengan jangka
pendek. Hal tersebut disebabkan karena dalam jangka panjang memungkinkan
produsen untuk menambah kapasitas produksi, sehingga jumlah barang yang
ditawarkan dapat ditingkatkan dalam jumlah yang lebih besar.

2.4. Pertanyaan-Pertanyaan

1. Jelaskan bagaimana menghitung elastisitas harga permintaan?


2. Apa yang dimaksud dengan elastisitas harga atas permintaan, elastisitas
pendapatan dari permintaan, dan elastistas silang?
3. Mengapa produsen perlu mengetahui elastisitas permintaan atas produknya?
4. Apabila permintaan suatu barang bersifat elastis, bagaimana cara
meningkatkan penerimaan total apabila harga barang naik?
5. Jelaskan bagaimana menghitung elastisitas harga penawaran?
6. Jelaskan apa yang diukur oleh elastisitas harga penawaran?
7. Jelaskan pengaruh elastistas terhadap perubahan hasil penjualan yang
disebabkan oleh perubahan harga. Gunakan grafik dalam menjalaskan uraian
tersebut? Bagaimana perubahan berikut ini akan mempengaruhi hasil
penjualan?
a. Apabila harga turun untuk produk yang elastis
b. Apabila harga naik untuk permintaan yang inelastis?
83

c. Harga turun untuk penawaran yang elastis


d. Harga naik untuk penawaran yang inelastis
8. Misalkan skedul permintaan DVD adalah:

Harga ( ribuan Jumlah permintaan pada Jumlah permintaan pada


rupiah ribu) saat pendapatan Rp.2 juta saat pendapatan Rp.4 juta
6 50 60
8 40 50
10 30 40
12 20 30
14 10 20

a. Gunakan metode titik tengah untuk menghitung elastisitas harga atas


permintaan ketika harga DVD naik dari 6 menjadi 8, pada saat pendapatan
Rp. 2 juta dan, pendapatan Rp. 4 juta.
b. Hitung elastisitas pendapatan dari permintaan ketika pendapatan naik dari
2 juta menjadi 4 juta; apabila harga DVD Rp. 10 ribu dan harga Rp. 14
ribu.
9. Diketahui harga, permintaan dan penawaran barang A, , adalah:
Harga Penawaran Permintaan
5000 1200 2000
10000 1700 1500
15000 2200 1000

a. Hitung elastisitas harga permintaan dan elastisitas harga penawaran akibat


perubahan harga dari Rp. 5000 ke Rp. 10.000.
b. Jelaskan apa kelemahan elastisitas titik, sehingga perlu digunakan
perhitungan elastisitas busur (titik tengah)?
10. Dalam satu Bulan Yulia memutuskan untuk membelanjakan 40 persen
pendapatannya untuk makanan.
a. Berapa elastistas pendapatan atas permintaan makanan dari Yulia?
84

b. Berapa elastisitas harga permintaan atas pakaian Yulia?


11. Beras sebagai makanan pokok memiliki permintaan yang inelastis, sementara
komputer memiliki permintaan yang elastis. Misalkan dengan kemajuan
teknologi maka kedua jenis produk tersebut dapat dilipat gandakan (dalam arti
jumlah yang ditawarkan pada masing-masing tingkat harga adalah dua kali
lipat).
a. Bagaimana harga keseimbangan masing-masing produk?

b. Produk mana yang mengalami perubahan harga yang lebih besar

c. Apa yang terjadi pada pengeluaran total konsumen pada masing-masing


produk.
85

BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN

Ketika kita masuk ke sebuah super maket, kita akan menemukan ribuan jenis
barang yang dapat anda beli. Tentu saja karena pendapatan terbatas, kita tidak dapat
membeli semua barang yang diinginkan. Oleh sebab itu kita harus mempertimbangkan
harga berbagai barang yang ada, dan membeli sesuai dengan jumlah pendapatan yang
dimiliki dalam upaya untuk memaksimumkan kepuasannya.
Pertanyaan yang muncul bagaimana mengukur kepuasan individu/
konsumen. Para ekonom merumuskan model preferensi individu dengan
menggunakan konsep kepuasan (utility), yang menunjukkan kepuasan yang diterima
oleh seseorang akibat keputusan dalam aktivitas ekonomi yang dibuatnya.
Untuk mengukur kepuasan individu dapat digunakan dua pendekatan yakni: (1)
Pendekatan marginal utility (kardinal) dan (2) Pendekatan indifference curve
(ordinal).

4.1. Pendekatan Marginal Utility (Kardinal)

Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti rupiah,
jumlah, unit atau buah dan lain-lain. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi
maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai
kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan.

Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang


maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama
pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan
total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan
menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
86

Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Berikut ini adalah perbedaan antara kepuasan total dan kepuasan marginal (tambahan)
yang diperoleh konsumen saat mengkonsumsi apel yang disajikan lewat contoh numerik
Tabel 4.1 dan gambar 4.1.

Tabel 4.1. Total Utility dan Marginal Utility

Jumlah Apel Total Utiliti (TU) Marginal Utiliy (MU)


0 0 ...
1 12 12
2 18 6
3 22 4
4 24 2
5 24 0
6 22 -2

TU MU

TU
MU

Q Q
Gambar 4.1. Total Utiliy dan Marginan Utility

Tabel. 4.1. Menunjukkan bahwa kepuasan total individu terus bertambah


sampai apel ke 4. Pada sisi lain Marginal utility bertambah dalam posisi menurun
hingga unit ke 5, nilai marjinal utiliti (MU) adalah nol. Dengan demikian total utiliti
(TU) sudah maksimal. Pada posisi tersebut individu sudah jenuh, karena itu disebut
sebagai titik jenuh.
87

Pertanyaan yang muncul bahwa apakah kepuasan dapat dihitung secara pasti,
jawabannya tentu tidak. Oleh karena itu metode kardinal dewasa ini sudah tidak
umum lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu ekonomi
modern dewasa ini.

Asumsi Utility

Dalam menentukan preferensi individu digunakan beberapa asumsi antara lain:


Asumsi perbandingan: Dalam hal ini setiap dua keranjang (bundle) yang berbeda A
dan B dari barang yang dibandingkan semacam freferensi dari individu. Setiap
perbandingan semacam ini pasti mengarah pada salah satu alternatif yaitu; (1)
keranjang A lebih disukai dari keranjang B, atau (2) keranjang B lebih disukai
daripada A, atau (3) A dan B sama saja. Asumsi perbandingan ini merupakan gambar
ideal dari keadaan yang sebenarnya, dalam hal mana kita menganggap bahwa individu
tidak pernah mengatakan bahwa; Saya sesungguhnya tidak dapat membandingkan
antara A dan B. Juga tidak ia dianggap pernah mengatakan; bahwa dua pertiga waktu
saya menyukai A, dan sepertiga waktu saya menyukai B.
Asumsi Transitivitas, misalkan ada tiga keranjang barang yaitu A, B dan C.
Apabila barang A lebih disukai dari pada barang B, dan B lebih disukai dari pada
barang C. Maka tentulah barang A lebih disukai dari barang C. Demikian halnya
barang A tidak berbada dengan barang B, barang B tidak berbeda dengan barang C,
maka pastilah barang A tidak berbeda dengan barang C. Asumsi transitivitas, adalah
merupakan suatu idealisme, bahwa pelanggaran atas asumsi dapat saja terjadi. Apabila
seseorang mengatakan kepada anda bahwa saya lebih suka Apel dari pada Jambu, dan
lebih suka jambu daripada jeruk, dan kemudian menambahkan bahwa, tetapi saya
selalu akan memakan jeruk, bukannya Apel. Anda pastilah mengatakan bahwa orang
itu tolol.

Lebih Banyak Lebih Baik (more is better). Dalam hal ini seseorang lebih
menyukai barang yang lebih banyak dari pada sedikit. Pada dasarnya untuk barang
88

normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat, meskipun tambahan manfaat
semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti polusi udara, sampah, dan
lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.

4.2. Pendekatan Indiference Curve (Ordinal)

Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu merengking dan


membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan
yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal
digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva
yang menunjukkan berbagai kombinasi dua barang atau jasa yang memberikan kepuasan
yang sama.

Asumsi tentang preferensi, kita memahami bahwa seorang konsumen selalu dapat
menyatakan preferensinya pada satu keranjang barang dibanding dengan keranjang barang
yang lain. Informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk membuat peringkat semua
kemungkinan pilihan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Untuk
menggambarkannya, kita berasumsi bahwa hanya ada dua barang yaitu makanan dan
pakaian. Dalam ini ini keranjang barang yang ada adalah kombinasi pangan dan sandang
yang mungkin akan dikonsumsi seseorang.

Gambar 3.2. menunjukkan kurva indifferen yang digambarkan oleh U1


meliputi semua kombinasi produk pakaian dan makanan yang memberikan kepuasan
yang sama bagi konsumen. Kurva tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan
memperoleh kepuasan yang sama dengan mengkonsumsi 6 pakaian dan 2 makanan
(titik A) dengan empat pakaian dan tiga makanan (titik B), tiga pakaian dan empat
makanan (titik C) dan 2 pakaian enam makanan (titik D). Titik pada U1 semua
memberikan kepuasan yang sama bagi seseorang, dan tidak memiliki alasan khusus
untuk memilih di U1 dari pada titik lainnya.

Titik yang berada pada sebelah atas atau kanan kurva U1 menunjukkan tingkat
kepuasan yang lebih tinggi dan lebih disukai oleh karena dari pada titik-titik di
89

sepanjang garis U1. Titik E dengan 4 pakaian dan 5 makanan, lebih disukai dari pada
titik C karena memberikan jumlah yang lebih banyak pada dua barang tersebut.
Dengan asumsi transitivitas menunjukkan dengan tepat bahwa kombinasi pada titik E
juga akan lebih disukai dari pada kombinasi pada titik A, B, D, dan kombinasi lain
yang ada di sepanjang garis U1.

Pakain

6 A

B E
G■ ■
4

3
■ D
2 ■ ■
F U1
C

0 2 3 5 6 Makanan

Sebaliknya kombinasi makanan dan pakaian yang terletak di bawah atau di


sebelah kiri U1 pada sisi lain, kurang disukai oleh seseorang karena menawarkan
90

kepuasan yang lebih rendah, Titik F menawarkan jumlah kedua barang tersebut lebih
rendah dari pada titik C. Jadi F juga lebih tidak disukai dibanding titik A, B, D dan
titik lain yang ada di sepanjang garis U1.
Kurva indeferen tidak saling berpotongan. Untuk mengetahui mengapa
demikian, kita misalkan ada kurva indeferen yang saling berpotongan, seperti pada
gambar 4.3. Karena A berapa pada kurva indiferen yang sama dengan C (U1), maka
kedua titik akan sama-sama memberi kepuasan yang sama kepada konsumen. Akan
tetapi karena A berada pada kurva indiferen yang sama dengan B(U1), maka kedua
titik ini juga memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen. Dengan demikian
maka kita akan mengatakan bahwa B dan C memberikan kepuasan yang sama kepada
konsumen, walaupun titik B jumlah barang lebih banyak dari C. Hal ini bertentangan
dengan asumsi bahwa konsumen menyukai mengkonsumsi barang lebih banyak.
Karena itu kurva indeferen tidak bolong saling berpotongan.

Pakaian

AA
B
● U2

C C U1 U1

● Makanan
Gambar 4.3. Kurva Indiferen tidak Boleh Berpotongan
91

Pakain

40

30

20
U3

10 U2
U1

0 10 20 30 40 Makanan

Preferensi individu untuk semua kombinasi makanan dan sandang dapat digambarkan
dengan grafik yang disebut Peta indiferen (indifference map). Setiap kurva indiferen pada
92

peta tersebut menunjukkan keranjang-keranjang barang di mana individu merasa tidak


acuh. Gambar 4.4. Menunjukkan bahwa terdapat tiga kurva indifferen yang membentuk
peta indifferen. Kurva indiferen U3 memberikan tingkat kepuasan yang paling tinggi bagi
individu, disusul oleh kurva indifferen U2 dan U2.

Tingkat Substitusi Marginal

Apa yang terjadi apabila individu berpindah dari titik A (6 pakaian dan 2 makanan) ke
titik B (4 pakaian dan 3 makanan) pada Gambar 4.2, individu tetap akan memperoleh
kepuasan yang sama. Apabila kedua kelompok produk tersebut tetap berada pada kurva
indifferen yang sama. Individu dengan sukarela menyerahkan dua pakaian yang
dikonsumsinya pada titik A untuk ditukar dengan satu tambahan makanan. Slop kurva U1
2
antara titik A dan titik B dihitung   2 , berarti jumlah pakaian turun 2 unit sebagai
1
akibat dari kenaikan 1 unit makanan. Kita sebut dilai mutlak dari slop ini dengan Tingkat
Subistusi Marginal (Marginal Rate Of Substitution (MRS)). Jadi kita dapat mengatakan
bahwa MRS pakaian dengan makan dari titik A ke titik B adalah 2. Perubahan kombinasi dari
A ke B menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya; sehingga:

TU
 Y
 X 
MU X
X TU MU Y
Y

Persamaan tersebut dikenal dengan Marginal Rate Of Substitution (MRS), yang


menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. Nilai MRS sepanjang kurva U1 bervariasi.
Untuk titik A misalnya, individu memiliki cukup pakaian dan relatif bersedia untuk
menukarnya dengan makanan. Pada sisi lain kondisi yang ditunjukkan oleh titik D, individu
memiliki makanan yang lebih dan enggan menyerahkan pakaiannya lagi untuk mendapatkan
lebih banyak makanan. Peningkatan keengganan untuk menukarkan pakaian dengan
makanan menunjukkan ide bahwa konsumsi dari satu jenis barang (dalam hal ini pakaian)
tidak dapat didorong terlalu jauh. Kondisi ini dapat dilihat dengan memperhatikan
pertukaran yang terjadi dari titik A ke B, dari B ke C, dan dari C ke D. Pada pertukaran
93

pertama dari A ke B, dua pakaian diserahkan untuk mendapatkan satu tambahan makanan
(MRS adalah 2). Pertukaran kedua dari B ke C, dengan menyerahkan satu pakaian untuk
mendapatkan 1 makanan (MRS turun menjadi 1), mencerminkan bertambahnya
keengganan menyerahkan pakaian untuk mendapatkan makanan. Pertukaran ketiga dari C
ke D, individu rela memberikan satu pakaian untuk mendapatkan dua makanan, pada
pertukaran ini MRS turun menjadi setelah (½), yang menunjukkan penurunan lebih lanjut
pada MRS dibanding pertukaran sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari
penurunan MRS didasarkan pada pertimbangan bahwa individu akan memilih konsumsi
kelompok barang yang seimbang dari pada yang tidak seimbang

Kurva Indiferen dengan Preferensi Khusus

Sebelum membahas lebih jauh tentang kurva indifferen, maka terlebih dahulu
digambarkan beberapa kurva indifferen untuk menunjukkan jenis preferensi khusus seperti
terlihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5(a), menunjukkan kurva indifferen individu untuk pilihan antara


pendapatan dengan hari cerah. Karena hari cerah bagi pegawai kantor tidak terpengaruh
dengan pekerjaannya, maka hari cerah atau tidak mereka tetap harus masuk bekerja
sehingga tidak mempengaruhi pendapatannya. Dengan demikian hari cerah adalah barang
netral. Karena kurva indifferen vertikal misalnya U1, menunjukkan bahwa kepuasan akan
tetap sebesar U1, tanpa mempermasalahkan berapa banyak hari cerah dalam 1 bulan.

Gambar 4.5(b), menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara makanan dan
polusi udara, dengan asumsi konsumsi makanan konstan, maka kepuasan akan turun ketika
jumlah polusi meningkat. Karena tambahan polusi udara mempengaruhi kepuasan, maka
individu mungkin akan bersedia untuk menyerahkan beberapa makanan, dan membeli alat
pembersih polusi udara dalam upaya untuk mengurangi polusi yang masuk dalam rumah.

Hari Polusi
U1 U2 U3
Cerah

U1
U2
U3
94
95

Gambar 4.5(c) menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara sabun mandi merek
lux dan sabun mandi merek nuvo. Kita berasumsi bahwa individu mengabaikan pengaruh
iklan yang ada pada TV. Maka individu selalu rela menukarkan 1 buah sabun nuvo dengan 1
buah sabun lux. MRS sepanjang sepanjang kurva indifferen adalah 1. Oleh karena indifferen
dalam bentuk garis lurus pada gambar 4.5(c) mencerminkan substitusi sempurna di antara
dua merek sabun itu.

Gambar 4.5(d) menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara Gula Pasir dengan
Teh. Gambar tersebut menunjukkan suatu situasi di mana dua barang dikonsumsi secara
bersama-sama. Individu tidak nikmat rasanya minum teh kalau tidak diberi gula. Jika
misalnya individu memiliki 10 bungkus teh, maka ia membutuhkan 10 sendok gula pasir.
Tidak akan bertambah kepuasan seseorang apabila ia memiliki tambahan 5 bungkus teh,
tanpa tambahan gula pasir 5 sendok.

4.3. Keterbatasan Anggaran

Konsumen dalam memaksimum kepuasannya terkendala oleh jumlah pendapatan


yang dimiliki. Untuk melihat bagaimana keterbatasan anggaran pendapatan dalam
membatasi pilihan konsumen. Kita ambil contoh Yuli seorang pegawai negeri sipil yang
mempunyai pendapatan (I) tetap setiap bulan, yang dapat dibelanjakan untuk pangan dan
lainnya. Untuk konsumsi pangan diberi simbol X dan untuk konsumsi barang lainnya diberi
simbol Y. Harga masing-masing barang tersebut diberi simbol Px dan Py. Maka X.Px (harga
96

pangan dan jumlah pangan yang dibeli), sementara Y.Py (harga barang lainnya dan jumlah
barang lainnya yang dibeli).

Garis anggaran menunjukkan semua kombinasi dari barang X dan brang Y di mana
total uang yang dibelanjakan sama dengan pendapatannya. Oleh karena kita hanya
membahas dua macam barang, di mana Yuli akan membelanjakan semua pendapatannya
untuk pangan dan lainnya (mengabaikan kemungkinan untuk menabung), maka kombinasi
pangan dan lainnya yang dapat dibeli, terletak pada Garis:

I = X.Py + Y.Py

Misalkan Yuli mempunyai pendapatan Rp. 6 juta per bulan, harga pangan adalah Rp.
10.000, sementara harga lainnya adalah Rp. 20.000. Maka tabel 4.1. menunjukkan berbagai
kombinasi pangan dan lainnya yang dapat dibeli setiap bulan dengan pendapatan Rp. 6 juta.
Misalkan seluruh anggarannya dihabiskan untuk membeli pangan, maka paling banyak ia
dapat membeli 600 unit pangan (dengan harga Rp. 10.000 per unit), seperti terlihat pada
titik A. Seandainya ia menghabiskan untuk seluruh unit barang lainnya, maka ia dapat
membeli sebesar 300 unit lainnya (dengan harga Rp. 10.000 per unit),seperti terlihat pada
titik D. Titik B dan C menunjukkan dua cara tambahan bagaimana penghasilan Yuli sebesar
Rp. 6 juta dapat dibelanjakan untuk pangan dan lainnya.

Tabel 4.2. Keranjang Produk Garis Anggaran

Keranjang Pangan (X) Lainnya (Y) Pendapatan (I)


A 600 0 6.000.000
B 400 100 6.000.000
C 200 200 6.000.000
D 0 300 6.000.000

Gambar 4.6. menunjukkan bahwa kombinasi makanan (X) dan lainnya (Y),
yang dibeli individu ditunjukkan oleh segi tiga OAD. Dengan asumsi bahwa individu
lebih suka lebih banyak barang dari pada sedikit, maka batas luar segi tiga ini
merupakan kendala yang relevan menunjukkan seluruh pendapatan yang tersedia
97

untuk dibelanjakan pada barang X dan Y. Slope dari batas anggaran yang berbentuk
segi tiga ini ditentukan oleh –Px/Py, dalam hal ini -100/200 = -1/2.
Kemiringan garis anggaran –Px/Py adalah perbandingan negatif dari harga dua
jenis barang. Besarnya kemiringan menunjukkan tingkat di mana kedua barang dapat
dipertukarkan satu sama lain, tanpa mengubah jumlah uang yang harus dibelanjakan.

Y
Lainnya

D Garis Anggaran X + 2Y = Rp. 6.000.000


300

C
200
Dapat

B
100 diperoleh

■ A

0 100 200 300 400 500 600 X


Makanan
Gambar 4.6. Garis Anggaran Yuli

Maksimisasi Utilitas

Setelah memahami preferensi dan keterbatasan anggaran yang dimiliki


konsumen, maka selanjutnya kita dapat menentukan bagaimana konsumen secara
individu memilih berapa banyak barang yang akan dibelinya. Kita berasumsi bahwa
konsumen membeli barang dengan rasional, yaitu mereka membeli barang untuk
98

memaksimumkan utilitas yang dapat mereka capai, dengan keterbatasan anggaran


yang mereka miliki.
Maksimisai utilitas dapat dicapai individu apabila: Pertama berada pada garis
anggaran, dengan asumsi bahwa seluruh anggaran habis dibelanjakan, maka seluruh
daerah sebelah kanan atas garis anggaran tidak dapat dibeli dengan pendapatan yang
ada, karena itu satu-satu pilihan yang mungkin dan logis adalah berapa tepat pada
garis anggaran. Kedua harus memenuhi kombinasi barang dan jasa yang paling
disukai oleh konsumen. Kedua syarat ini memudahkan dalam memaksimalkan
kepuasan konsumen dengan memilih titik tepat pada garis anggaran yang
bersinggungan dengan kurva indifferen.
Gambar 4.7 menunjukkan bagaimana Maksimisasi kepuasan konsumen dapat
diselesaikan. Dalam gambar ini terdapat tiga kurva indifferen, kurva yang paling
dalam adalah U1 memberikan kepuasan yang rendah, U2 memberi kepuasan tertinggi
kedua, dan U3 memberi kepuasan tertinggi.
Pertama kita perhatikan titik A dan C pada kurva indifferen U1, menunjukkan
bukan pilihan yang paling disukai. Titik A misalnya dengan mengalokasikan kembali
sebagian pendapatan untuk lebih banyak makanan dan lebih sedikit pakaian dapat
meningkatkan kepuasan konsumen. Sebaliknya titik C dengan mengalokasikan
kembali sebagian pendapatan untuk lebih banyak pakaian dan lebih sedikit makanan
dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Secara khusus dengan bergerak ke titik B,
konsumen membelanjakan jumlah uang yang sama akan mencapai tingkat kepuasan
yang lebih tinggi pada kurva indfiferen U2. Kedua, perhatikan bahwa daerah sebelah
kanan atas garis anggaran di atas kurva indefferen U2, seperti titik D pada kurva
indifferen U3, memberi tingkat kepuasan yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat dibeli
dengan pendapatan yang ada. Dengan demikian B memberi kepuasan yang
maksimum bagi konsumen.

Pakaian

(Y)
50 A
D Anggaran
40
B U3
30
20 ■ U2
99

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan maksimum konsumen terletak


pada kurva indifferen yang paling tinggi dan menyentuh garis anggaran. Titik B
adalah titik yang menyentuh kurva indiferen U2 dengan garis anggaran. Pada titik B
kemiringan (slope) garis anggaran sama dengan kemiringan kurva indifferen U2.
Dengan mengabaikan bahwa kedua slope ini negatif, kita dapat mengatakan bahwa
kepuasan konsumen telah maksimal pada titik itu di mana:
MRS = Px/Py
Kepuasan akan maksimum apabila tingkat substitusi marginal (dari X dan Y)
sama dengan rasio harga-harga dari X dan Y. Dengan demikian konsumen dapat
memperoleh kepuasan maksimum dengan menyesuaikan konsumsinya untuk barang
X dan Y, sehingga MRS sama dengan rasio harganya.

Model Pilihan Khusus

Konsumen kadang-kadang melakukan pembelian produk secara ekstrim, untuk


satu kategori produk. Model maksimisasi ulilitas dapat digunakan untuk menjelaskan
observasi umum. Gambar 2.8 memberi gambaran mengapa seseorang dengan
pendapatan yang sama misalnya Rp.20.000 memilih untuk membelanjakan
pendapatannya dengan cara berbeda-beda.

Terlihat bahwa ketiga gambar yang pada Gambar 4.8, kendala anggaran untuk
100

setiap individu adalah sama. Lia pada panel (a) jelas lebih menyukai membelanjakan
pendapatannya untuk membeli lebih banyak roti dari pada coca-cola. Sementara Nia
pada sisi lain (panel b), memilih untuk mendapatkan lebih banyak coca-cola dari pada
roti. Selanjutnya Mia (panel c) menginginkan coca-cola secara keseluruhan. Mereka
bertiga memperoleh kepuasan tertinggi dengan pilihan yang berbeda. Mia misalnya
menghabiskan belanjanya untuk coca-cola, meskipun pada waktu tertrntu ia juga
menginginkan roti, tetapi saat itu ia begitu haus dan ingin meminum coca-cola,
sehingga biaya kesempatan untuk menukarkan coca-cola dengan roti menjadi terlalu
tinggi.

Reaksi Individu terhadap Perubahan Pendapatan

Ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi bahwa harga


barang tetap, dan barang yang dibeli adalah barang normal, maka kita akan
mengharapkan kuantitas yang dibeli individu akan meningkat untuk pembelian
barang. Kondisi ini digambarkan seperti terlihat pada Gambar 4.9.

Roti Roti

Pendapatan
Pendapatan
U1 U2 U3
U3
10
8 U2 10
U1

4 20 20
(b) Nia Coca Cola
(a) Lia Coca Cola

Roti

U3
U1 U2
10 Pendapatan

12 20
(c) Mia Coca Cola
101

Untuk setiap tingkat pendapatan terdapat posisi ekuilibrium di mana kurva


indifferen menyinggung garis anggaran yang relevan. Setiap posisi ekuilibrium yang
demikian mengandung arti bahwa individu sedang melakukan apa yang dapat
dilakukannya sebaik mungkin untuk tingkat pendapatan yang diperolehnya. Apabila
kita memindahkan garis anggaran melalui semua tingkat penghasilan yang mungkin,
dan jika kita menghubungkan semua titik ekuilibrium, maka kita akan dapat apa yang
disebut garis pendapatan konsumen (income consumption curve; ICC).
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa bagaimana garis pendapatan konsumsi (ICC)
yang menunjukkan bagaimana pembelian rumah tangga bereaksi terhadap perubahan
pendapatan, sementara harga-harga diasumsikan konstan. Kenaikan pendapatan
menggeser garis anggaran ke arah luar garis semula dan meningkatkan ekuilibrium
dari E1 ke E2 dan Ke E3.

ICC
E3
Y3 E2
Y2 E1
Y1 U3
U2
U1
BL1 BL2 BL3

X1 X2 X3 X

Gambar 4.9. Dampak Perubahan Pendapatan terhadap Kuantitas Pembelian


102

Reaksi Individu terhadap Perubahan Harga

Telah diuraikan sebelumnya bahwa perubahan harga satu dari dua barang yang
berstatus substitusi, akan mengubah kemiringan garis anggaran. Misalkan dua buah
barang X dan Y yang saling bersubstitusi. Pada harga barang Y tertentu, untuk
perubahan harga X yang mungkin, terdapat sebuah posisi konsumsi ekuilibrium bagi
individu yang bersangkutan. Dengan menghubungkan posisi-posisi ekuilibrium
tersebut, dapat ditarik sebuah garis yang disebut garis harga konsumsi (price
konsumption kurve; PCC), seperti terlihat pada Gambar 4.10.
Perhatikan bahwa garis harga konsumsi menggambarkan bagaimana pembelian
oleh individu bereaksi terhadap perubahan harga pada suatu barang (X), dengan
pendapatan tetap dan harang barang lainnya tetap (Y). Penurunan harga X dengan
asumsi harga barang Y dan pendapatan tetap, memutar garis anggaran dari ab ke ac
dan dari ac ke ad. Posisi keseimbangan pindah dari E1 ke E2 dan dari E2 ke E3.
Dengan menghubungkan titik keseimbangan ini, maka ditarik sebuah garis harga
konsumsi (price konsumption kurve; PCC),

Y
a

E1
Y1
E3
Y2 E2 E2 E3
Y3 E1 PCC

U3
U1 U2
BL2 BL3
BL1

X1 X2 b X3 c d X

Gambar 4.10. Dampak Perubahan Harga terhadap Kuantitas Pembelian


103

Derivasi Kurva Permintaan.


Telah dijelaskan pada bab permintaan dan penawaran bahwa hukum permintaan
mengatakan bahwa apabila harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang
diminta akan naik, sebaliknya apabila harga barang naik maka jumlah barang yang
diminta akan turun. Misalkan dua barang bersubstitusi yang akan dibeli oleh individu,
misalnya pakaian (X) dan lainnya (Y), kita dapat menurunkan kurva permintaan dari
barang X seperti terlihat gambar 4.10.
Pada peta indifferen garis tersebut merupakan jumlah makanan (X) yang
diminta bervariasi sesuai dengan perubahan harga (X), dengan asumsi bahwa harga
barang lainnya (Y) tetap. Dalam menggunakan teori indifferen untuk menurunkan
kurva permintaan individu, apa yang akan terjadi dengan permintaan untuk makanan
jika semua harga makanan berubah, sementara semua harga barang lainnya (Y)
konstan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Y1 E1
E3
Y2 E2 E2 E3
Y3 E1 PCC

I U3
U1 U2
BL1 BL2 BL3

X1 X2 X3 X

P1 A
104

Gambar 4.11. menunjukkan bahwa setiap titik pada garis harga konsumsi
berhubungan dengan harga barang dan jumlah yang diminta dari barang tersebut. Hal
tersebut merupakan informasi untuk membentuk kurva permintaan. Pada bagian
pertama misalkan individu memiliki pendapatan sebesar Rp. 1 000.000,- dan
menghadapi kemungkinan harga makanan Rp. 20.000; kemudian Rp. 15.000; dan Rp.
10.000 per unit, serta memilih posisi E1, E2, dan E3 pada masing-masing harga
makanan, informasi pada masing-masing unit yang diminta pada masing-masing
harga kemudian digambarkan bada bagian kedua, untuk menghasilkan permintaan
rumah tangga. Tiga titik yaitu A, B, dan C sesuai dengan posisi keseimbangan E1 E2,
dan E3 pada bagian I.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana jika bukan harga yang berubah, melainkan
pendapatan? Telah kita uraikan sebelumnya bahwa permintaan akan bergeser ke
kanan atau ke kiri, tergantung dari pendapatan apakah naik atau turun. Naiknya
tingkat pendapatan individu akan menggeser kurva anggaran dari BL1 ke BL2, dan
dari BL2 ke BL3. Perubahan garis anggaran terbut ditunjukkan pada Gambar 4.12.
Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari titik A ke titik B dan dari titik B
ke titik C. Apabila titik A, B dan C, dihubungkan dengan satu garis, maka hasil yang
diperoleh disebut garis pendapatan konsumsi (income consumption vurve; ICC)
yang menunjukkan keseimbangan konsumen padan saat pendapatan meningkat,
105

dengan asumsi harga kedua barang tetap.


Gambar 4.12. menunjukkan bahwa setiap titik pada garis pendapatan konsumsi
berhubungan dengan pendapatan individu dan jumlah barang yang diminta dari
barang tersebut. Hal ini merupakan informasi untuk membentuk kurva permintaan.
Pada bagian pertama misalkan individu memiliki pendapatan sebesar Rp. 1 000.000,-
selanjutnya naik menjadi Rp. 1.500.000, dan kemudian naik menjadi Rp. 2.000.000
per bulan dan menghadapi kemungkinan harga barang makanan dan barang lainnya
yang diasumsikan konstan misalnya masing-masing Rp. 10.000,- per unit serta
memilih posisi E1, E2, dan E3 pada masing-masing harga makanan, informasi pada
masing-masing unit yang diminta pada masing-masing pendapatan kemudian
digambarkan pada bagian kedua, untuk menghasilkan permintaan rumah tangga.

ICC
E3
Y3 E2
Y2 E1
Y1 U3
I U2
U1
BL1 BL2 BL3

0 X1 X2 X3 X

II
D2 D3
D1

0 X1 X2 X3 X

Gambar 4.12. Derivasi Kurva Permintaan atas Perubahan Pendapatan


106

Berdasarkan kurva pendapatan konsumsi dapat digambarkan Kurva Engel yang


menunjukkan hubungan antara pendapatan dan jumlah barang yang diminta. Ernel
Engel adalah pakar pertama yang meneliti hubungan antara tingkat pendapatan
terhadap jumbang barang dan jasa yang dikonsumsi. Untuk menggambarkan kurva
Engel, sumbu horisontal adalah kuantitas barang atau jasa yang dikonsumsi
sementara sumbu vertikal adalah pendapatan. Kalau kita menghubungkan dengan
konsep elastistas, maka kurva Engel merupakan cerminan dengan elastisitas
pendapatan permintaan. Kurva Engel atas elstisitas pendapatan permintaan sekaligus
menunjukkan karakteristik produk terhadap pendapatan konsumen. Sebagaimana
telah dijelaskan bahwa produk dalam kaitannya dengan pendapatan dapat dibedakan
menjadi; barang normal, dan barang imperior. Pola kedua jenis produk tersebut
apabila dihubungkan dengan pendapatan konsumen dapat terlihat pada Gambar 4.13.

Pendapatan
6 Kurva Engel

4 ■

(I) 2

0 Makanan

Pendapatan

6 ■
Imperior

(II) Normal
2
107

Gambar 4.13. menunjukkan bahwa kurva Engel menghubungkan antara jumlah


yang dikonsumsi dengan jumlah pendapatan. Bada bagian pertama, pangan
merupakan barang normal dan kemiringan kurva Engel naik. Akan tetapi pada
gambar kedua Nasi campur merupakan barang normal dengan pendapatan yang
kurang dari 4 juta per bulan, dan menjadi imperior dengan pendapatan lebih besar
dari 4 juta per bulan.

4.4. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Dalam menjelaskan pengaruh perubahan harga terhadap kuantitas satu jenis


barang yang diminta, bukalah persoalan yang sederhana dibanding dengan perubahan
pendapatan. Perpindahan pilihan maksimisasi utility yang baru, berari pindah pada
kurva indifferen yang baru pada suatu titik yang baru pula dengan nilai MRS yang
berbeda pula.
Apabila harga suatu barang berubah, maka perubahan variabel tersebut
memiliki dua efek yaitu efek substitusi dan efek pendapatan. Konsumen cenderung
akan membeli barang yang harganya lebih murah dan membeli lebih sedikit barang
yang harganya relatif lebih mahal. Reakasi atas perubahan harga ini disebut dengan
efek substitusi (subtitution efeck). Oleh karena salah satu barang menjadi lebih
murah, maka secara otomatis pendapatan riil konsumen meningkat. Konsumen
merasa lebih untung karena mereka dapat membeli lebih banyak barang yang sama
dengan pengeluaran yang lebih sedikit, dengan demikian konsumen memiliki sisa
108

uang untuk membeli barang tambahan. Perubahan permintaan akibat dari perubahan
daya beli riil ini disebut efek pendapatan (income efect)
Efek substitusi dan efek pendapatan tersebut terjadi secara bersamaan, akan
tetapi dalam analisis, sangat bermanfaat apabila kita bedakan kedua peristiwa
tersebut. Dalam pembahasan ini barang dibagi dalam tiga jenis yaitu barang normal,
barang, imperior dan, barang giffen.

Barang Normal

Mari kita perhatikan apa yang terjadi apabila harga makanan jatuh sementara
harga barang lainnya tetap. Dengan asumsi bahwa barang makanan dan barang
lainnya adalah barang normal. Apabila harga makanan turun sementara harga barang
lainnya tetap, maka garis anggaran bergeser keluar dari PQ ke PR. Konsumen
sekarang memilih titik C pada kurva indifieren U2 untuk memaksimumkan
utilitasnya. Dengan demikian penurunan harga pangan memberi peluang kepada
konsumen untuk meningkatkan tingkat kepuasannya dari U1 ke U2. Jadi penurunan
harga makanan menaikkan daya beli konsumen.

Y
P

S
E3
E2 C
Y3
E1 A
Y2 U2
B
Y1
U1 RP

X1 X2 Q X3 T X

Efek Efek

Substitusi Pendapatan
Efek Total

Gambar 4.14. Dampak Perubahan Harga terhadap Kuantitas Pembelian


Barang Normal
109

Dengan turunnya harga pangan menimbulkan dua efek yaitu efek substitusi dan
efek pendapatan. Efek substitusi adalah perubahan kuantitas konsumsi makanan
disebabkan karena perubahan harga makanan, dengan berpegang pada tingkat utilitas
yang konstan. Efek substitusi meliputi perubahan dalam konsumsi pangan yang
terjadi akibat perubahan yang membuat harga pangan menjadi lebih murah dari pada
barang lainnya. Pada Gambar 4.14. efek substitusi dapat diperoleh dengan
menggambarkan garis anggaran sejajar dengan garis anggaran PR. Garis anggaran
baru yang mencerminkan harga relatif pangan yang lebih murah yang bersingungan
dengan kurva indifferen U1 (untuk menjaga agar tingkat kepuasan konstan). Garis
anggaran yang baru mencerminkan bahwa pendapatan nominal dikurangi untuk
mencapai tujuan konsep kita yaitu membedakan efek substitusi. Dengan garis
anggaran ini konsumen memilih titik B dan mengkonsumsi pangan sebesar OX2 unit
pangan. Jadi segmen pasar X1X2 merupakan efek substitusi. Jadi Gambar 4.14
menunjukkan bahwa apabila harga makanan turun dengan asumsi bahwa makanan
adalah barang normal, efek substitusi menunjukkan peningkatan konsumsi makanan
Selanjutnya efek pendapatan yaitu perubahan konsumsi pangan yang
disebabkan oleh meningkatnya daya beli, dengan harga yang relatif konstan. Gambar
4.14. efek pendapatan dapat dilihat pada garis anggaran yang dibuat dan melewati
titik B menuju garis anggaran yang paralel PR, yang melewati C. Konsumen memilih
titik C pada kurva indifferen U2, karena harga pangan yang lebih rendah menaikkan
tingkat kepuasan konsumen. Peningkatan konsumsi pangan dari X2 ke X3 adalah
ukuran dari efek pendapatan. Karena makanan adalah barang normal maka efek
pendapatan membuat permintaan akan makanan naik. Oleh karena gerakan yang ada,
mencerminkan gerakan dari kurva indifferen 1 ke indifferen yang lain. Jadi efek
pendapatan pada dasarnya adalah mengukur perubahan daya beli konsumen.
110

Gambar 4.14 juga menunjukkan tentang efek total atas perubahan harga dari
makanan. Efek total pada dasarnya adalah penjumlahan dari efek substitusi dan efek
pendapatan.
Efek Total = Efek substitusi + efek pendapatan

Barang Inferior

Telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan barang inferior


adalah barang yang apabila pendapatan konsumen naik, maka permintaan akan
barang tersebut turun atau negatif. Untuk melihat bagaimana efek pendapatan dan
efek substitusi untuk barang inferior dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Y
P

C
S
A E3
E2 U2
E1
B

U1

0 X1 X2 X3 Q T R X

Efek Efek
Substitusi Pendapatan
Efek Total

Gambar 4.15. Dampak Perubahan Harga terhadap Kuantitas Pembelian


Barang Imferior
111

Gambar 4.15 menunjukkan bahwa pada awalnya konsumen pada pada titik A
pada garis anggaran PQ. Dengan turunnya barang X, maka konsumen bergerak pada
menuju titik C. Hasil perubahan pada pembelian barang X dapat dibagi menjadi efek
substitusi X1 ke X3 yang ditandai dari pergerakan dari titik A ke titik B, dan efek
pendapatan X3 ke X2 yang ditandai dengan pergerakan dari titik B ke titik C. Jadi
barang X adalah barang inferior karena efek pendapatan adalah nefetif dalam kasus
ini. Perlu diperhatikan bahwa turunnya harga barang X tetap meningkatkan
permintaan atas barang X tersebut, ditandai dengan efek total positif yaitu X1 ke X2.

Barang Gifen

Apabila efek pendapatan pengaruhnya cukup besar, dibanding dengan pengaruh


efek substitusi pada arah yang berlawanan, maka barang tersebut disebut barang
giffen. Hal ini pertama kali diteliti oleh seorang Ekonom Inggris bernama Robert
Fiffen pada abad ke 19 di Irlandia.

P
C

S U2
E3
E2
A
E1
B

U1

X1 X2 X3 Q T R X

Efek Efek
Pendapatan Subsitusi
Efek Total

Gambar 4.16. Dampak Perubahan Harga terhadap Kuantitas Pembelian


barang Gifen
112

Gambar 4.16 menunjukkan efek pendapatan dan efek substitusi barang tersebut.
Pada awalnya konsumen berapa pada titik A secara relatif mengkonsumsi barang X
dan Y yang hampir sama kuantitasnya. Pada saat harga barang X turun, maka
penurunan harga barang X menyisihkan pendapatan yang cukup, sehingga konsumen
ingin membeli tambahan barang Y lebih banyak seperti terlihat pada titik C. Titik C
dengan kurva indifferen (U2) yang lebih tinggi dibanding dengan sebelumnya (U1)
menunjukkan bahwa konsumen memiliki kepuasan uang lebih tinggi pada titik C
dibanding pada titik A, walaupun ia mengkonsumsi barang X lebih sedikit dari
sebelumnya.
Dalam praktek sehari-hari barang giffen jarang ditemui, karena membutuhkan
efek pendapatan yang negatif cukup besar. Dalam kenyataan efek pendapatan
biasanya cukup kecil secara individu, dan sebagian besar barang hanya merupakan
bagian kecil dari anggaran belanja konsumen.

4.5. Maksimisasi Utilitas Model Marshallian dan Hicksian

Fungsi permintaan Marshallian pertama kali diperkenalkan oleh ekonom


Inggris bernama Alfred Marshall pada tahun 1990. Fungsi permintaan ini merupakan
permintaan atas barang oleh konsumen dengan asumsi bahwa pendapatan konsumen
tetap.
Fungsi permintaan Marshallian diperoleh dari proses maksimisasi utilitas
dengan batasan anggaran. Fungsi permintaan Mashalian dapat diperoleh dari derivasi
maksimum utiliti dengan batasan anggaran yang dimiliki konsumen. Misalnya
konsumen mengkonsumsi barang X1, X2, ... Xn dengan harga pasar P1 P2 ... Pn di
mana konsumen mempunyai pendapatan yang konstan sebesar M. Dengan asumsi
113

nonsatiation konsumen akan membelanjakan semua pendapatan sebesar M untuk


membeli n barang tersebut yang dilakukan dengan P1X1 + P2X2 + ... PnXn = M.
Persamaan tersebut merupakan persamaan batasan untuk maksimisasi utilitas.
Masalah maksimisasi utilitas dapat dinyatakan:
Maksimum Utility U = (X1.X2. ... Xn)
Batasan P1X1 + P2X2 + ... + PnXn = M
Sementara fungsi permintaan Hicksian diperoleh dari proses minimisasi fungsi
pengeluaran, dengan batasan utility yang diinginkan. Proses ini merupakan dualitas
dari proses maksimisasi untility dengan batasan penghasilan yang menghasilkan
fungsi permintaan Marshallian. Fungsi permintaan Hicksian merupakan fungsi
permintaan faktor input pada kondisi optimisasi: Fungsi permintaan Hicksian
selanjutnya dapat disimbolkan sebagai: X iH (p.U) .
Jadi Masalah minimisasi biaya dapat dinyatakan:
Minimumkan M = (P1X1 + P2X2 ... PnXn)
Batasas U = X1 X2 ... Xn

Contoh Soal Perhitungan

Kalau kita asumsikan bahwa utilitas dapat diukur, maka kita dapat membuat
contoh perhitungan maksimisasi utilitas. Misalkan seorang konsumen memilih antara
makanan (X) dan pakaian (Y), dan harga dari produk tersebut adalah Px= 2 dan Py =
4, dengan asumsi bahwa individu memiliki pendapatan sebesar 400 untuk
dibelanjakan. Dan kita misalkan utulitas dari mengkonsumsi X dan Y ditentukan
dengan rumus:
Utilitas = U (X,Y)

Ditanyakan berapa produk X dan Y yang dibeli agar utilitas optimal. Gunakan
model Marsellian dan Hicksian untuk kasus ini.

Penyelesaian dengan Model Marshallian

Diketahui bahwa fungsi uilitas :


114

Maksimumkan U = X.Y
Dengan batasan anggaran adalah:
2X + 4Y = 400
400 – 2X – 4Y = 0
Dengan menggunakan fungsi lagrange:
£ =. X.Y + λ (400– 2X – 4Y)
Turunan pertama untuk maksimisasi yang dibatasi adalah:
L
 Y  2  0 
Y
X 2

L
 X  4  0 
X
Y 4

L
 400  2 X  4Y  0

Dengan memperamakan landa (λ), maka

Y X
= = 4Y/2X = 2/1
2 4
Y 1
atau 
X 2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa MRS sama dengan rasio harga barang.
Jadi fungsi maksimum dengan batasan anggaran, makanan dan pakaian mengikuti
hubungan X = 2Y.
Sekarang dengan menggunakan batasan anggaran kita memiliki:
2X + 4Y = 400
2(2Y) + 4Y = 400
8 Y = 400

Y = 50
2X + 4(50) = 400
115

2X = 400 – 200

X = 100

Sebagai nilai yang memaksimumkan utilitas untuk X dan Y. pada kasus ini
adalah:
Utilitas (U) = XY = 50 x 100 = 5.000

Penyelesaian dengan Model Hicksian

Diketahui bahwa fungsi uilitas maksimum yang diperoleh pada motede


Marshallian adalah 5.000 maka batasan fungsi utilitas adalah
U = X.Y – 5.000
Dan fungsi biaya adalah:
Minimumkan: 2X – 4Y
Dengan menggunakan fungsi lagrange:
£ =. 2X + 4Y + λ(X.Y - 5000)
Turunan pertama untuk maksimisasi yang dibatasi adalah:
L
 2  Y  0 
2
X Y

L
 4  X  0 
4
Y X.

L
 XY  5000

Dengan mempersamakan landa (λ), maka

2 4
= = 2/4 = 1/2
.Y X
Y 1
atau 
X 2
116

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa MRS sama dengan rasio harga barang.
Jadi fungsi minimisasi dengan batasan utility, makanan dan pakaian mengikuti
hubungan X = 2Y.
Sekarang dengan menggunakan fungsi utility kita memiliki:
X.Y - 5000
X.Y = 5000
2Y.Y = 5000
2Y2= 5000
Y  2500

Y = 50
XY = 5000

50X = 5000

X = 100

Dengan tujuan minimisasi anggaran untuk X dan Y pada kasus ini adalah:
Minimisasi Biaya = 100 x 2 + 50 x 4 = 200 + 200 = 400.

4.6. Ketidakpastian dan Perilaku Konsumen

Sebelumnya kita berasumsi bahwa pendapatan, harga, dan variabel-variabel


lain dapat diketahui dengan pasti. Meskipun kenyataannya, banyak konsumen yang
meminjam uang untuk membiayai pembelian yang sedikit membutuhkan dana yang
besar, seperi mobil, motor, dan rumah, serta merencanakan dengan mencicil melalui
pendapatan yang diperoleh di masa yang akan datang. Tidak dapat pula dipungkiri
bahwa pendapatan di masa yang akan datang umumnya tidak menentu. Pendapatan
dapat saja naik atau turun. Pertanyaan yang muncul bagaimana kita memperhitungkan
ketidakpastian itu ketika konsumen membuat keputusan dan melakukan investasi
dalam jumlah yang besar? Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian (risiko),
perilaku konsumen kadang-kadang sulit untuk diduga, bahkan ada yang tidak
117

rasional, serta bisa jasa berlawanan dengan asumsi dan teori konsumen.

Probabilitas

Probabilitas pada dasarnya mengacu pada kemungkinan bahwa suatu peristiwa


akan terjadi. Misalkan anda sedang mengerjakan proyek pengeboran minyak,
Probabilitas untuk berhasil adalah 30 persen dan gagal adalah 70 persen (ingat
kembali bahwa probabilitas pada semua kejadian yang mungkin adalah 100 persen).
Suatu pemahaman terhadap probabilitas yang objektif tergantung pada
seringnya beberapa kejadian tertentu terjadi. Apabila 100 usaha pengeboran minyak
di lepas pantai, 30 berhasil dan 70 gagal, maka dalam hal ini probabilitas keberhasilan
sebesar 30 persen adalah objektif karena langsung berdasarkan pada seringnya hal
yang sama terjadi.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana jika tidak ada pengalaman pada masa lalu
untuk membantu mengukur probabilitas. Dalam hal ini tidak dapat disimpulkan
probabilitas yang objektif sehingga diperlukan ukuran yang subjektif. Probabilitas
subjektif yaitu persepsi bahwa suatu hasil akan terjadi. Persepsi dapat berdasarkan
perilaku atau pengalaman seseorang. Jika probabilitas ditentukan secara subjektif,
maka orang yang berbeda mungkin mengartikan probabilitas secara berbeda pada
hasil yang berbeda, sehingga mereka membuat pilihan yang berbeda pula.
Misalkan jika pengeboran minyak dilakukan pada lokasi yang sebelumnya
belum pernah dilakukan, kemungkinan saya akan memberi nilai probabilitas subjektif
yang lebih rendah dari anda, bahwa proyek itu akan berhasil karena saya kurang
memahami mengenai bisnis minyak, sehingga kurang memahami informasi yang
sama-sama kita terima. Informasi yang berbeda atau kemampuan yang berbeda untuk
mengolah informasi yang sama dapat menjelaskan mengapa kemungkinan subjektif
berbeda-beda di antara individu.

Preferensi Individu terhadap Resiko

Preferensi seseorang terhadap risiko berbeda-beda dalam hal kesediaannya


118

menanggung risiko. Ada yang suka dengan risiko, ada yang tidak suka terhadap risiko
dan ada yang netral terhadap risiko. Orang yang lebih menyukai memperoleh
pendapatan tertentu pada suatu pekerjaan dari pada melakukan pekerjaan berisiko
dengan harapan pendapatan yang sama atau lebih besar disebut orang yang enggan
terhadap risiko (risk averse). Takut atau enggan terhadap risiko merupakan sikap
umum terhadap risiko. Memperhatikan bahwa kebanyakan orang lebih memilih
menjadi pegawai Negeri dengan pendapatan tertentu. Kebanyakan orang tidak hanya
membeli asuransi jiwa, tetapi juga membeli asuransi kesehatan, asuransi mobil, dan
asuransi kebakaran.
Kelompok yang kedua adalah orang suka dengan risiko, (risk taker) lebih
memilih pendapatan yang tidak pasti, dibanding dengan pendapatan yang pasti,
walaupun nilai yang diharapkan dari pendapatan tidak pasti itu sama atau lebih kecil
dari pendapatan yang sudah pasti. Kelompok yang ketiga adalah orang yang netral
terhadap risiko, hal mana kelompok ini acuh terhadap risiko, mereka tidak peduli
antara pendapatan yang sudah pasti dan pendapatan yang tidak pasti dengan nilai
yang diharapkan sama.

2.7. Ringkasan Bab 4


Teori perilaku konsumen menjelaskan tentang perilaku konsumen di pasar,
yaitu menguraikan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan
dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk yaitu teori utilitas (kardinal) dan
kepuasan sama atau indifferen (ordinal).
Dalam teori utilitas dibedakan dua konsep yaitu; utilitas total dan utilitas
marjinal. Utilitas total yaitu jumlah utilitas yang diperoleh dengan mengkonsumsi
sejumlah barang. Sementara utilitas marjinal adalah tambahan utilitas yang diperoleh
dari tambahan satu unit batang yang dikonsumsi, Pola mengkonsumsi suatu barang
dipengaruhi oleh hukum utilitas yang semakin menurun. Artinya makin banyak suatu
barang yang dikonsumsi maka semakin sedikit nilai utilitas marjinalnya dan pada
akhirnya utilitas marjinal akan menjadi negatif.
Pendekatan kedua yang menjelaskan perilaku konsumen dalam
119

mengkonsumsi barang dan jasa yaitu analisis kurva indifferen (kepuasan sama).
Dalam analisis ini digunakan dua jenis kurva; yaitu kurva kepuasan sama dan kurva
anggaran pengeluaran konsumen. Dengan menggunakan kedua kurva ini diperoleh
bahwa konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum apabila kurva indifferen
tertinggi menyinggung garis anggaran pengeluaran konsumen.

Perubahan harga suatu barang biasanya akan mempengaruhi permintaan


barang lain. Apabila kedua jenis barang bersifat komplementer, maka kenaikan harga
satu barang itu akan mengurangi permintaan barang itu sendiri dan barang yang
satunya lagi. Sementara apabila kedua barang itu bersubstitusi, maka kenaikan harga
salatu barang akan meningkatkan barang yang lainnya.
Perubahan harga suatu barang memiliki efek substitusi dan efek pendapatan
yang keduanya secara bersama-sama menyebabkan perubahan pilihan dalam
konsumsi. Peningkatan harga akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang
diminta. Kecuali untuk kasus barang Giffen pengurangan harga akan menyebabkan
lebih banyak barang yang diminta.

Pertanyaan untuk bab IV

1. Jelaskan perbedaan antara nilai guna total dan nilai guna marginal?
2. Uraikan karakteristik dari nilai guna total dan nilai guna margin, serta
gambarkan kurva nilai guna total dan nilai guna marginal berdasarkan
karakteristik yang telah diuraikan?
3. Bagaimana seorang konsumen memaksimumkan kepuasannya, gambarkan
dengan kurva indifferen dan kurva anggaran dalam satu grafik untuk menjawab
pertanyaan ini?
4. Jelaskan bahwa kenapa dua kurva indifferen tidak boleh saling berpotongan.
Asumsi apa yang dilanggar apabila kedua kurva tersebut berpotongan?
5. Jelaskan apa yang menyebabkan garis anggaran bergeser paralel dan bergeser
dengan kemiringan yang berubah?
120

6. Uraikan apa yang dimaksud dengan tingkat pergantian marginal (marginal rate
of substitution), dan bagaimana pengaruhnya terhadap kurva indifferen?
7. Jelaskan dengan grafik perbedaan antara efek pendapatan dan efek substitusi.
Untuk menjawab pertanyaan ini asumsi bahwa harga satu barang mengalami
kenaikan.
8. Nia adalah seorang konsumen yang memiliki gaji tetap setiap bulan sebesar Rp.
1,2 juta. Dengan penghasilan tersebut, Mia bermaksud membeli dua jenis barang
yaitu A dan B. Harga barang A dan B adalah sama yaitu Rp. 100.000 per unit.
Selera Mia terhadap barang A dan B dapat dilihat pada Tabel:

Q 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MUA 20 18 15 13 11 10 9 8 7 6 4 2
MUB 25 23 20 17 15 13 12 11 9 7 5 3

Berdasarkan informasi tersebut maka;


a. Berapa unit barang A dan B yang harus dibeli Mia agar kepuasannya
maksimal?
b. Berapa besar kepuasan yang diperoleh Mia pada kondisi pada pertanyaan a?
c. Apabila harga barang A naik 50 persen, berapa barang A dan B yang dibeli
Mia agar kepuasannya maksimal, dan berapa besar kepuasan yang diperoleh
Mia dalam posisi ini?
9. Misalkan Nurul mempunyai uang Rp. 400 ribu, yang hanya mau digunakan
untuk membeli Mangga dan Anggur. Harga mangga Rp. 20 ribu per kg
sementara Anggur Rp. 40 ribu per kg.
a. Jika Nurul hanya membeli Mangga berapa banyak mangga yang dapat dibeli?
b. Apabila Nurul hanya membeli anggur berapa banyak anggur yang dapat
dibeli?
c. Apabila Nurul mengurangi konsumsi 1 kg anggur, berapa banyak tambahan
mangga yang dapat dibeli?
d. Tuliskan persamaan aljabar untuk kendala anggaran Nurul tersebut,
kemudian gambarkan serta tunjukkan letak titik-titik pada pertanyaan a, b,
121

dan c?
10. Seorang konsumen cokelat dan keju mendapatkan kenaikan gaji dari 300 ribu
menjadi` 400 ribu. Gambarkan dengan grafik apabila cokelat dan keju adalah
barang normal. Kemudian tunjukkan apa yang terjadi apabila keju adalah barang
imperior.
11. Berdasarkan soal Nomor 10. Kalau harga keju naik dari 20 ribu menjadi 30 ribu
per kg, sementara harga cokelat tidak berubah (tetap Rp. 30 per kg), bagaimana
pengaruhnya terhadap konsumsi cokelat dan anggur bagi seorang konsumen yang
berpendapatan Rp. 300 ribu. Bedakan juga antara efek substitusi dan efek
pendapatan.
12. Amir hanya membeli Kopi dan Roti
a. Pada tahun 2012 Amir berpendapatan 1 juta, sedang harga Kopi Rp. 50 ribu
per kg, sementara Roti Rp. 25 ribu per kg. Gambar batasan anggaran Amir?
b. Apabila harga semua barang naik 20 persen akibat kenaikan harga BBM,
gambarkan batasan konsumsi Kopi dan Roti Amir pada tahun 2013,
bandingkan dengan tahun 2012?
13. Misalkan seorang konsumen bernama Amalia mengkonsumsi dua barang yaitu
barang A dan B. Diketahui bahwa fungsi utility adalah U =AB; harga barang A
(PA) = Rp. 4000, sedang harga barang B (PB) = Rp. 8000. Pendapatan Amelia
(I) Rp. 400.000.
a. Berapa barang A dan B yang harus dibeli agar kepuasan maksimum?
b. Kalau harga barang A naik menjadi Rp. 8000 berapa barang A dan B yang
dibeli agar kepuasan Amalia tetap maksimum?
c. Gambarkan keseimbangan kepuasan maksimum Amalia sebelum dan sesudah
adanya kenaikan harga barang A.
d. Tentukan MRS untuk barang A dan B sebelum dan sesudah kenaikan harga
barang A?
122

BAB V
TEORI PRODUKSI

Dewasa ini kita dapat menemukan berbagai jenis perusahaan, ada perusahaan
swasta, perusahaan negara, perusahaan daerah, ada perusahaan yang bergerak di
bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Ada perusahaan yang pemiliknya
hanya satu orang, banyak orang, dan bahkan ada perusahaan yang pemiliknya terdiri
dari ribuan orang melalui kepemilikan sahan.
Para ekonom dalam menganalisis prilaku perusahaan, tidak membedakan
apakah itu perusahaan pertanian tradisional, modern, perusahaan industri kecil,
industri raksasa seperti industri pesawat, perusahaan transportasi darat, laut maupun
udara, perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah. Para ekonom memandang
perusahaan sebagai unit-unit usaha yang mempunyai tujuan yang sama yaitu
memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu para ekonom melihat bahwa
perusahaan akan melakukan kegiatan produksi sampai pada tingkat di mana
keuntungan mereka mencapai jumlah maksimum.

5.1. Produksi dengan Satu Faktor Berubah

Produksi dapat diartikan sebagai proses mengubah input menjadi output.


Perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai berbagai variasi
tenaga kerja, modal, dan peralatan produksi lainnya. Para ekonom menganalisis
pilihan-pilihan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menghasilkan produk, mereka
mengembangkan model produksi dengan melihat hubungan antara input dengan
output yang cukup abstrak yang dibuat dalam fungsi produksi yaitu:

Q = f(K.L) (5.1)

Dimana Q = tingkat output


K = Modal
L = Tenaga kerja
123

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara output (Q) dengan input modal
(K) dan input tenaga kerja (L). Dalam model produksi satu faktor, maka faktor barang
modal dianggap sebagai faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan
berdasarkan alokasi tenaga kerja.
Langka awal dalam menjelaskan teori produksi yaitu dengan mengasumsikan
bahwa hanya ada satu faktor produksi yang berubah. Para ekonom awalnya
mempelajari teori produksi dengan meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja pada
sebidang tanah yang tetap akan mempengaruhi output. Jadi dalam analisis tersebut
diasumsikan bahwa faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi
dianggap konstan. Dengan demikian satu-satunya faktor yang berubah adalah tenaga
kerja.

Produksi Total, Produksi Rata-rata, dan Produksi Marjinal


Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari
penggunaan total faktor produksi. Sementara produksi rata-rata (avarage product)
adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi. Selanjutnya produksi
marjinal (marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan
penggunaan satu unit faktor produksi.

Produksi Total

Fungsi produksi total dirumuskan:

TP = f (K.L) (5.2)

Dimana: TP = Total produksi


K = Modal
L = Tenaga kerja

Secara matematis produksi total akan maksimal apabila turunan pertama dari
fungsi produksinya nilainya sama dengan nol. Dalam hal ini turun pertama TP adalah
MP. Jadi TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.

Produksi Rata-rata
124

Produksi rata-rata (AP) didapat dengan rumus:

TP
AP  (5.3)
L

Secara matematis produksi rata-rata akan maksimum apabila turunan pertama


dari AP sama dengan nol. (ӘP=0). Dengan penjelasan matematis AP akan maksimum
pada saat AP=MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.

Produksi Marjinal

Produk Marginal (Marginal Product) adalah tambahan output yang dapat


dihasilkan dengan menggunakan satu unit tambahan input, dengan tetap
mempertahankan faktor lain tetap, secara matematis dirumuskan:

TP
Produk fisik marjinal dari T.Kerja (MPL) = (5.4)
L

Selama MPL lebih besar dari nol (MPL>0), perusahaan terus dapat menambah
tenaga kerja. Namun apabila MP<0 maka penambahan tenaga kerja akan mengurangi
produksi total. Para ekonom melihat bahwa produk marjinal dari sebuah masukan
misalnya tenaga kerja tidak dapat ditambahkan secara terus menerus, dengan tetap
mempertahankan luas tanah, pupuk dan peralatan lainnya tetap, pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas. Para ekonom menyebut kondisi ini sebagai hukum hasil
yang semakin berkurang (the low of deminishing return). Hukum hasil yang semakin
berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
(tenaga kerja misalnya) terus menerus ditambah satu unit, pada awalnya produksi
total akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi setelah mencapai tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai
titik negatif. Sifat penambahan produksi semacam ini menyebabkan pertambahan
produksi total semakin lambat dan pada akhirnya akan mencapai tingkat maksimum
dan selanjutnya mengalami penurunan.
Untuk lebih memahami tentang produksi total, produksi rata-rata dan produksi
marjinal, maka diberikan contoh pada Tabel 5.1.
125

Tabel 5.1. Total Produksi, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-Rata


Total Produksi Produksi Produksi Rata-
Tanah T. Kerja (L)
(TP) Marjinal(MP) rata (AP)
1 1 10 20 10
1 2 40 30 20
1 3 90 50 30
1 4 160 70 40
1 5 220 60 44
1 6 270 50 45
1 7 308 38 44
1 8 336 28 42
1 9 333 -3 37
1 10 320 -13 32

Apabila Tabel 5.1. dibuat dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada
Gambar 5.2.

TP

TP

AP,MP

AP
MPL

Gambar 5.1. Kurva Produksi Total, Rata-rata, dan Marjinal


126

Gambar 5.1. menunjukkan adanya hubungan antara produk total (TP), produk
marjinal (MP) dan produk rata-rata (AP). Pada awalnya saat penggunaan tenaga kerja
(L) 1-6 orang MP masih berada di atas AP. Akan tetapi pada saat penggunaan tenaga
kerja antara 6 dan 7 MP=AP, dan selanjutnya apabila tenaga kerja ditambah maka
MP dan AP menurun, tetapi posisi AP berada di atas MP. Pada Waktu MP = 0, maka
TP mencapai titik tertinggi, dan apabila tenaga kerja di tambah maka MP akan negatif
dan TP menurun.
Apabila data yang disajikan pada Tabel 5.1, merupakan faktor produksi yang
bersifat kontinu, maka gambar 5.1 dapat diperluas seperti terlihat pada Gambar 5.2.

TP
MP=0

AP Max TP

MP Max

AP,MPL Tahap I Tahap II Tahap I

AP

4 6 8 L
MP
127

Gambar 5.2 menunjukkan kurva produksi di mana Total Produksi (TP) dan L
adalah variabel continyu. Total produksi (TP) menunjukkan hubungan antara jumlah
produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Gambar 5.2 juga menunjukkan bahwa terdapat tiga tahap penting atas gerakan
perubahan nilai total produksi (TP).
Tahap pertama penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total
maupun produksi rata-rata. Oleh karena itu hasil produksi yang diperoleh dari
penambangan tenaga kerja masih lebih besar dari tambahan biaya tenaga kerja yang
harus dibayarkan, perusahaan rugi apabila ia berhenti berproduksi pada tahap ini
(tahap ini dimulai dari penggunaan nol tenaga kerja sampai pada saat AP maksimum
yang ditandai dengan perpotongan garis MP dan AP).
Tahap kedua dimulai dari AP maksimum, baik produksi marjinal maupun
produksi rata-rata mengalami penurunan. Meskipun demikian nilai keduanya masih
positif. Penambahan tenaga kerja tetap menambah produksi total sampai mencapai
MP sama dengan nol (MP=0) atau slop kurva TP di atas sejajar dengan sumbu
horisontal. (Tahap ini dimulai dari saat MP berpotongan dengan AP (MP=AP)
sampai MP=0).
Tahap ketiga pada dasarnya perusahaan tidak dapat lagi menambah produksi,
karena apabila perusahaan menambah tenaga kerja, maka produksi justru menurun (
tahap ini dimulai saat MP lebih kecil dari nol; MP < 0). Keadaan dalam tahap ketiga
ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan jauh melebihi dari jumlah yang
diperlukan untuk menjalankan aktivitas produksi.
128

Contoh Soal

Diketahui fungsi produksi dari suatu perusahaan:

Y = 30L2 – 0,25L3
Dimana: Y= output yang dihasilkan dan L= faktor produksi tenaga kerja;
Ditanyakan:
1. Tentukan fungsi APLdan MPL?
2. Hitung MPL dan TP maksimum?
3. Buktikan bahwa kurva MPL akan memotong kurva APL, saat APL minimum.

Jawab:

1. fungsi APL dan MPL?


Y
APL   30L – 0,25L2
L
Y
MPL   60L – 0,75L2
L
2. MPL dan TP maksimum
TP maksimum diperoleh apabila MPL = 0 sehingga;
60L – 0,75L2 = 0
L (60 – 0,75L) = 0
L = 80
TP maksimum = 30 L2 - 0,25 L3
= 30 (80)2 - 0,25(80)3
= 30(6400) - 0,25 (512000)

= 192.000 - 128.000

= 64.000 unit

MP maksimum didapat pada saat MP’ = 0

Y
MP   60L  0,75L2
L

MP’ = 60 – 1,5L
129

L = 40

MP maksimum = 60L – 0,74L2

= 60(40) – 0,75(40)2

= 2.400 – 1.200 = 1.200

3. Kurva MPL akan memotong kurva APL, saat APL maksimum


APL maksimum dicapai pada saat APL’ = 0 sehingga diperoleh;
APL = 30L – 0,25L2
APL’ = 30 – 0,50L
L = 60

APL maksimum = 30L – 0,25 L2


= 30 (60) – 0,25(60)2
= 1.800 – 900 = 900
MPL pada saat L = 60 adalah:
60L – 0,75L2 = 60(60) – 0,75(60)2
3600 – 2700 = 900
Jadi terbukti bahwa pada APL maksimum pada saat MPL memotong APL.

Perkembangan Teknologi

Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan menerapkan teknologi


yang lebih baik. Tenaga kerja dan teknologi tidak dapat dipisahkan. Misalnya tenaga
kerja pada bagian administrasi, yang pada mulanya menggunakan mesin ketik
(teknologi tradisional), kemampuan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas
administrasi relatif terbatas. Dengan perkembangan teknologi komputer, maka
pekerjaan-pekerjaan administratif dapat diselesaikan lebih cepat. Oleh karena itu
tenaga kerja harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, jadi
tenaga kerja dan teknologi tidak dapat dipisahkan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
130

Output
Q3

TP3

Q2
TP2
Q1

TP1

0 L1 L2 L* L3 Tenaga Kerja

Gambar 5.3. Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Total


Produksi

Gambar 5.3. menunjukkan dampak perbaikan teknologi terhadap peningkatan


produktivitas tenaga kerja. Meskipun hukum hasil yang semakin berkurang tetap
berlaku, akan tetapi dengan adanya perbaikan teknologi dapat menghambat
penurunan produktivitas. Pada Mulanya proses produksi dengan menggunakan tenaga
kerja sebanyak L1 sudah berlaku penurunan produktivitas tenaga kerja. Apabila tidak
ada perbaikan teknologi, maka pada saat dilakukan penambahan tenaga kerja menjadi
L2, maka produksi akan turun dalam arti lebih kecil dari Q1, namun dengan adanya
perbaikan teknologi, maka penambahan tenaga kerja produksi naik menjadi Q2.
.Paul Krugman peraih hadiah Nobel di bidang Ekonomi tahun 2008
menyatakan bahwa makin banyak barang dan jasa diproduksi di satu pabrik yang
sama, maka biaya produksi akan lebih murah. Konsep itu melahirkan konsep skala
ekonomi yang sekaligus merontokkan teori comparative advantage. Kerontokan itu
semakin cepat dengan perkembangan teknologi, utamanya konvergensi TIK
(teknologi informasi dan komunikasi).
131

Krugman juga pernah mengeritik dengan pedas konsep atau strategi


pembangunan ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia. Karena pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada prinsipnya lebih banyak disebabkan oleh perasan keringat,
bukan oleh kedigdayaan otak berupa kreatifitas dan inovasi dari segenap eksponen
bangsa. Pertumbuhan ekonomi yang selama ini terjadi tidak bermutu karena
penambahan input berupa akumulasi modal dan tenaga kerja, dan bukannya
peningkatan output. Daya ungkit teknologi seperti yang dialami oleh negara-negara
maju tidak terjadi di sini. Penggunaan input yang berlebihan tidak dibarengi dengan
kenaikan output per satuan input, hal itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang
terjadi tidak akan bertahan lama dan sangat rentan terhadap gejolak eksternal.

5.2. Produksi dengan dua Faktor Berubah

Telah diuraikan sebelumnya bahwa fungsi produksi dengan satu faktor berubah
dalam hal ini tenaga kerja, sementara faktor lainnya yaitu modal dianggap konstan.
Pada bagian ini kita akan membahas produksi dengan kombinasi tenaga kerja dan
modal berubah. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana perusahaan memilih
kombinasi tenaga kerja dan modal untuk memproduksi output yang sama.

Isokuan (Isoquant)

Isokuan adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua


macam input variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, sehingga
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Jadi analisis produksi dengan dua faktor
input (semua faktor) input adalah variabel, baik K maupun L.

Karakteristik Kurva isokuan

Kurva isokuan memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan antara


lain:
- Sama dengan kurva indifferen yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah
(down ward sloping).
132

- Cekung terhadap titik 0


- Dua buah atau lebih isokuan tidak salin berpotongan
- Isokuan yang lebih tinggi menunjukkan output yang lebih tinggi.
- Kemiringan isokuan menunjukkan MRTS (Marginal Rate of Technical
Substitution). MRTS merupakan kemiringan garis (slope) kurva isokuan
menunjukkan secara teknis berapa input K dan L dapat saling diubah untuk
menghasilkan output yang sama. Jadi MRTS dapat diformulasikan:

Q
K
MRTS   L atau dapat ditulis:
L Q
K

MPL
MRTS 
MP K (5.5.)

Tabel 5.2. Jumlah Modal, T. Kerja, dan Output

OUTPUT
6 13 25 41 45 46 43
Modal

5 14 29 42 45 47 44
4 13 26 40 44 45 42
3 11 21 35 42 37 36
2 8 15 24 29 30 25
1 4 9 13 14 15 13
1 2 3 4 5 6
T. kerja

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa baik K maupun L dapat dikombinasikan untuk


mendapatkan output yang sama, misalnya untuk output (Q)= 14 kombinasi antara K
dan L yang mungkin K =5 dan L =1, atau K=1 dan L=4. Untuk Q=29 kombinasi K
dan L yang mungkin adalah K=5 dan L= 2, atau L=4 dan K=2, dan seterusnya. Oleh
133

karena itu untuk menghasilkan output yang sama terdapat berbagai kombinasi K dan
L, misalnya untuk Q=13 terdapat empat kombinasi, dan untuk menghasilkan Q=25
terdapat 2 kombinasi. Berbagai kombinasi input K dan L digambar dalam satu kurva
yang disebut dengan kurva Isokuan seperti terlihat pada Gambar 5.4

A C E
5

3 F

D Q3
2
Q2
1
B Q1

0 1 2 3 4 L
Gambar 5.4. Kurva Isokuan

Gambar 5.4. menunjukkan isokuan produksi berbagai kombinasi input L dan K


yang diperlukan sebuah perusahaan untuk memproduksi sejumlah output tertentu.
Sejumlah isokuan atau peta isokuan menunjukkan fungsi peroduksi perusahaan.
Output akan bertambah pada saat kita bergerak dari isokuan Q1 (dimana terdapat 14
unit yang diproduksi pada titik A dan B), ke isokuan Q2 (terdapat 29 unit yang
diproduksi pada titik C dan D), dan ke Q3 (terdapat 42 unit yang diproduksi pada
titik E dan F).
Gambar 5.4. juga menunjukkan bahwa MRTS semakin berkurang selagi kita
bergerak ke bawah pada kurva isokuan. MRTS semakin berkurang menunjukkan
bahwa produktivitas yang dimiliki oleh setiap input itu adalah terbatas. Semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi sebagai substitusi modal,
maka produktivitas tenaga kerja semakin berkurang. Demikian halnya dengan modal,
134

semakin banyak modal yang ditambahkan dalam proses produksi sebagai pengganti
tenaga kerja, maka produktivitas modal semakin berkurang.
Oleh karena kita menjaga agar output konstan, dengan bergerak sepanjang
kurva isokuan, maka perubahan total dari output harus sama dengan nol. Dengan
demikian maka;
(MPL)(∆L) + (MPK)(∆K) = 0
Dengan menyusun kembali bentuk tersebut maka;
(MPL)/MPK) = -(∆K/∆L) = MRTS (5.6)
Persamaan tersebut menunjukkan bawa MRTS antara input adalah sama
dengan rasio input produk fisik marjinal. Rumusan ini sangat berguna ketika kita
melihat minimisasi biaya penggunaan input.

Fungsi Produksi Dua Kasus Khusus

Dalam fungsi produksi khusus yang pertama, nilai MRTS dapat kontan atau
nol. MRTS konstan apabila dua faktor produksi misalnya tenaga kerja dan modal
yang digunakan bersifat substitusi semperna (perfct subtitution) sepeti terlihat pada
gambar 5.6. Dalam hal ini MRTS konstan untuk semua titik pada Isokuan. Akibatnya
output yang sama misalkan Q3 dapat diproduksi kebanyakan dari modal pada titik A,
kebanyakan dari tenaga kerja pada titik C, atau kombinasi seimbang dari tenaga kerja
dan modal pada titik B.

Modal
A

C
Q3
Q1 Q2 ●
0 Tenaga Kerja
Gambar 5.5. Isokuan dengan Input Substitusi Sempurna
135

Fungsi produksi khusus yang kedua yaitu fungsi produksi proporsi tetap.
Dalam kasus ini tidak mengkin melakukan substitusi diantara dua input tersebut. Hal
tersebut disebabkan karena setiap tingkat output membutuhkan kombinasi spesifik
atas tenaga kerja dan modal. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Modal
K/L

C
Q3
4 A
B
Q2
A
2 Q1

2 4 Tenaga Kerja
Gambar 5.6. Inokuan dengan Input Komplementer Murni

Gambar 5.6. Menunjukkan bahwa tambahan output tidak dapat diperoleh


kecuali kalau ditambahkan lebih banyak modal dan tenaga kerja proforsi yang
spesifik. Akibatnya isokuan berbentuk huruf L. Apabila isokuan berbentuk L, maka
hanya satu kombinasi dari tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan untuk
memproduksi sejumlah ouput tertentu seperti titik A pada Isokuan Q1, titik B pada
isokuan Q2, dan titik C pada Isokuan Q3. Apabila hanya menambah satu tenaga kerja
atau hanya menambahkan satu modal saja, maka output tidak berubah.
Fungsi produksi dengan proporsi tetap menunjukkan keterbatasan metode
produksi yang tersedia bagi perusahaan. Misalnya produksi foto, mungkin melibatkan
136

gabungan antara juru foto dengan kamera. Untuk membuat lebih banyak foto, maka
jumlah kamera dan juru foto harus ditambahkan secara sebanding.

5.3. Garis Anggaran (Isocost)

Dalam upaya untuk menghemat biaya dan memaksimumkan keuntungan,


maka perusahaan harus berusaha untuk meminimumkan biaya produksi, karena itu
perlu dibuat garis anggaran biaya sama (isocost). Garis anggaran ini menunjukkan
gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan
sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat membuat garis anggaran biaya sama ini maka
paling tidak diperlukan data antara lain; jumlah dana yang tersedia untuk membeli
faktor-faktor produksi, dan harga faktor-faktor produksi yang digunakan.
Dalam kenyataan bahwa setiap perusahaan dihadapkan pada keterbatasan
anggaran. Oleh karena itu anggaran yang ada perlu dipergunakan dengan efisien.
Anggaran dikatakan efisien apabila penggunaan anggaran tersebut menghasilkan
output yang maksimum.
Misalnya PT. Anu memiliki anggaran produksi sebesar Rp. 2000 juta, biaya
tenaga kerja per unit 2 juta; dan biaya modal per unit adalah Rp. 4 juta. Berdasarkan
dara tersebut maka garis anggaran PT. Anu dapat dibuat:

1000

750

500 TC3
TC2
250
TC1

0 500 1000 1500 2000 L


Gambar 5.7. Garis Anggaran (Isocost)
137

Garis anggaran secara matematis dapat dirumuskan:


B = rk K + wL L (5.7)
Dimana
B = Anggaran perusahaan
rk = harga input K (modal)
K = Modal
wL = harga input L (tenaga kerja)
L = tenaga kerja

Persamaan 5.7. menunjukkan bahwa besarnya anggaran sama dengan total


pengeluaran untuk input modal (K) dan input tenaga kerja (L). Persamaan itu di ubah
mendapatkan L dan K. misalnya untuk mendapatkan L dapat diubah menjadi:

rLL = B - wKK

B r
L  k K (5.8)
wL wL

Kemiringan (slope) garis anggaran adalah -rK/wL.


Kita kembali pada contoh yang sudah ada
Garis anggaran adalah:
2000 = 4K + 2L
2L = 2000 – 4K
L = 1000 – 2K

Maksimisasi Output

Setelah memahami isokuan dan isocast, maka selanjutnya kita dapat


menentukan bagaimana produsen mengkombinasikan input-input dalam rangka
138

memaksimumkan output. Kita berasumsi bahwa produsen mengkombinasikan input-


input secara rasional, yaitu mereka menggunakan input-input yang ada untuk
memaksimumkan output yang dapat mereka capai, dengan keterbatasan anggaran
yang mereka miliki.
Maksimisasi output dapat dicapai oleh perusahaan apabila: Pertama berada
pada garis anggaran (isocost), dengan asumsi bahwa seluruh anggaran habis
dibelanjakan, maka seluruh daerah sebelah kanan atas garis anggaran tidak dapat
dibeli dengan iscost yang ada, karena itu satu-satunya pilihan yang mungkin dan logis
adalah berapa tepat pada garis anggaran. Kedua harus memenuhi kombinasi input-
input yang digunakan oleh produsen dalam menghasilkan output. Kedua syarat ini
memudahkan dalam memaksimalkan output dengan memilih titik tepat pada isocost
yang bersinggungan dengan isokuan seperti terlihat pada Gambar 5.7.
Gambar 4.8 menunjukkan bagaimana Maksimisasi output dapat diselesaikan.
Dalam gambar ini terdapat tiga kurva isokuan, kurva yang paling dalam adalah Q1
menghasilkan output yang paling rendah, Q2 menghasilkan Output tertinggi kedua,
dan Q3 menghasilkan output tertinggi.
Perhatikan kombinasi K dan L untuk memaksimumkan output. Kombinasi
pada titik B dengan K dan L masing-masing 0K2 dan OL2 pada isokuan Q2. Pada
isokuan Q1 terdapat dua titik potong antara output Q1 dengan garis anggaran, yaitu
titik A dan C. Jadi perusahaan masing-masing memungkinkan untuk mengubah
kombinasi yang dapat memberikan hasil yang lebih baik/tinggi.
Isokuan bersinggungan dengan garis anggaran pada titik B. Ini berarti bahwa
tidak mungkin lagi melakukan perubahan kombinasi, karena apabila perusahaan
menginginkan isokuan yang lebih tinggi maka hal tersebut sudah berada di luar
kemampuan perusahaan. Persinggungan antara isokuan dan isocost berarti ada
kesamaan kemiringan (slope) antara isocost (Q2) dengan garis anggaran. Hal tersebut
berarti bahwa untuk mencapai output maksimum syaratnya:

ӘK/ ӘL = MPL/MPK = wL/rK


ӘK/ ӘL = MRTS = kemiringan kurva isokuan (5.9)
139

A
K3

B
K2
Q3

Q2
K1 C
Q1

0 L1 L2 L3 2000 L
Gambar 5.8. Maksimisasi Output

Contoh Soal
Diketahui misalnya Fungsi produksi Q = K0,5 L0,5
Dengan jumlah anggaran yang tersedia B = 200 juta
Biaya tenaga kerja w = 2 juta dan biaya Modal r = 2 juta
Ditanyakan; kombinasi penggunaan input yang optimal dan berapa total
produksi (Q):

Jawab:

Q = K0,5 L0,5
dengan batasan 200 – 2L – 2K
Fungsi produksi dan batasan anggaran diubah menjadi fungsi lagrange sebagai
berikut:

£ = K0,5 L0,5 + λ(200 – 2L – 2K) (1)


140

£ 0,5K 0,5 L0,5


 0,5K 0,5 L0,5   2K  0  (2)
K 2K

£ 0,5K 0,5 L0,5


 0,5K 0,5 L0 ,5   2L  0  (3)
L 2L

£
 (200  2L  2K )  0 (4)


Dengan menyamakan persamaan (2) dan (3) maka diperoleh;

0,5K 0,5 L0,5 0,5K 0,5 L0,5


=
2K 2L

K 1

L 1

Jadi L = K (5)

Substitusi pada garis anggaran (persamaan 4)

200 = 2L + 2K= 0
4K = 200
K = 50
L = K = 50

Jadi kombinasi input maksimal adalah tenaga kerja (L)=50, dan modal (K)=50.
Sementara jumlah output maksimum adalah:
Q = 500,5 500,5
Q = 7,071 x 7,071 = 50 unit
B = 2(50) + 2(50) = 200 (jadi total anggaran terpakai semua).

5.4. Skala Hasil

Karena fungsi produksi merupakan representasi dari metode produksi aktual,


141

maka para ekonom memberikan perhatian penuh pada bentuk fungsi-fungsi produksi
tersebut. Pertanyaan pertama yang muncul adalah bagaimana respon kuantitas output
terhadap kenaikan input secara bersamaan. Misalkan seluruh input dilipat duakan,
apakah output akan naik dua kali lipat pula, atau tidak. Dalam hal ini kita perlu
mempertanyakan skala hasil (return to scale) yang dimiliki oleh sebuah fungsi
produksi.
Sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukkan skala hasil konstan (constant
return to scale) apabila peningkatan seluruh input sebesar dua kali lipat,
menyebabkan peningkatan output sebesar dua kali lipat pula. Apabila penggandaan
input menghasilkan penggunaan output yang kurang dari dua kali lipat, maka fungsi
produksi tersebut disebut fungsi produksi dengan skala hasil yang menurun
(decreasing return to scale), dan apabila penggandaan input menghasilkan output
lebih dari dua kali libat disebut fungsi produksi dengan skala hasil meningkat
(increasing return to scale).

Skala Hasil yang Meningkat

Apabila tambahan hasil lebih dari dua kali lipat pada saat input dilipat gandakan
disebut produksi dengan skala hasil meningkat (increasing return to scale). Hal
tersebut mungkin disebabkan karena makin besarnya skala operasi dari manajer dan
pekerja untuk melakukan spesialisasi dan mendayagunakan mesin dan peralatan yang
lebih baik dalam skala produksi yang lebih besar.
Skala pengembalian yang meningkat merupakan persoalan penting dalam hal
kebijakan publik. Apabila ditemukan skala pengembalian yang meningkat, maka
secara ekonomis mengungkapkan bahwa memiliki suatu perusahaan besar yang
berproduksi dengan biaya yang relatif rendah dari pada mempunyai banyak
perusahaan dengan biaya yang relatif besar. Karena perusahaan besar semacam ini
dapat mengendalikan harga yang ditetapkannya, sehingga perlu ada regulasi.
Misalnya pengembalian yang meningkat dalam penyediaan listrik, adalah salah satu
alasan mengapa pemerintah Indonesia mempunyai perusahaan listrik yang besar dan
142

diregulasi.

Modal

4 Q=60
B
A Q=40
2
Q=20

4 8 12 Tenaga Kerja
Gambar 5.9. Skala Hasil yang Meningkat

Gambar 5.9. menunjukkan skala hasil yang meningkat, ketika input tenaga
kerja dan modal digunakan masing-masing sebesar 4 dan 2 unit, jumlah output yang
dihasilkan sebesar 20 unit, dan pada saat input dinaikkan dua kali lipat, maka output
naik lebih dua kali lipat. Terlihat bahwa kurva output sebesar 40 berada di bawah titik
B dengan kombinasi input dua kali lipat, dan kurva output 60 semakin merapat
dengan kurva output 40.

Skala Hasil Tetap

Kedua, pada saat skala produksi di mana input dilipat gandakan, maka ouput
ikut berlibat ganda pula. Dalam hal ini kita sebut skala hasil tetap (constant return to
scale). Dengan skala hasil yang tetap, maka besarnya operasi perusahaan tidak
mempengaruhi produktivitas dari faktor-faktor produksinya. Produktivitas rata-rata
dan marjinal dari input-input yang digunakan adalah konstan, apakah perusahaan itu
kecil atau besar. Dengan skala pengembalian yang tetap, maka suatu pabrik yang
menggunakan proses produksi tertentu, dengan mudah dapat dibuat kembali,
sehingga kedua pabrik menghasilkan output dua kali lipat.
143

Modal

C
6
Q= 60
B
4
Q=40
A
2
Q=20

4 8 12 Tenaga Kerja
Gambar 5.10. Skala Hasil Konstan

Gambar 5.10. menunjukkan skala hasil konstan, ketika input tenaga kerja dan
modal digunakan masing-masing sebesar 4 dan 2 unit, jumlah output yang dihasilkan
sebesar 20 unit, dan pada kedua input dinaikkan dua kali lipat, maka output ikut naik
dua kali lipat pula. Terlihat bahwa ketika input tenaga kerja digandakan dari 4
menjadi 8 dan modal digandakan dari 2 menjadi 4, maka ouput naik dua kali lipat
yaitu naik dari 20 menjadi 40 unit. Dan pada saat tenaga kerja dan modal digandakan
lagi masing-masing menjadi 12 dan 6 unit, maka output naik menjadi 60 unit.

Skala Hasil Menurun

Ketiga, yaitu ketika output yang dihasilkan kurang dari dua kali lipat apabila
input dilipat gandakan disebut skala pengembalian menurun (decreasing return to
scale). Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi pada perusahaan yang melakukan
produksi dengan skala besar. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena kerumitan
organisasi dalam mengelola skala usaha yang cukup besar, sehingga mengakibatkan
penurunan produktivitas dari tenaga kerja maupun modal. Komunikasi yang terjadi
144

antara manajer dan karyawan kurang berjalan, sehingga skala pengembalian menurun
disebabkan karena masalah koordinasi.

Modal
C
9
Q=60

B
5

A Q=40
2
Q=20

2 5 9 Tenaga Kerja
Gambar 5.11. Skala Hasil yang Menurun

Gambar 5.11. menunjukkan skala hasil yang menurun (decreasing return to


scale), ketika input tenaga kerja dan modal digunakan masing-masing sebesar 2 unit,
jumlah output yang dihasilkan sebesar 20 unit, dan pada saat input dinaikkan lebih
dari dua kali lipat (2,5 kali) yaitu masing-masing menjadi 5 unit, maka output baru
naik dua kali lipat menjadi 40 unit. Terlihat pula bahwa ketika input tenaga kerja dan
modal dinaikkan lagi masing-masing menjadi 9 (lebih dari dua kali lipat), output
hanya naik menjadi 60 unit.

Kemajuan Teknologi

Fungsi produksi pada dasarnya menggambarkan tentang pengetahuan teknis


(teknologi) yang dimiliki perusahaan tentang, bagaimana menggunakan input-input
guna menghasilkan output. Pada saat perusahaan dapat memperbaiki proses
produksi, maka fungsi produksi akan berubah. Misalkan perusahaan mengganti
145

mesin-mesin tua yang sudah ketinggalan dengan mesin baru yang lebih canggih dan
efisien. Di samping mesin dan peralan, tenaga kerja juga menjadi bagian dari
kemajuan teknis, karena mereka harus lebih terlatih dalam mengejakan pekerjaan-
pekerjaan khusus.

Mesin/
Modal
B
K1

C A
K2
Q=100 (Periode 1)

D
Q=100 (periode 2)

0 L2 L1 Tenaga Kerja

Gambar 5.12. Dampak Kemajuan Teknologi

Gambar 5.12 menunjukkan bahwa dengan kemajuan teknologi yang dimiliki


perusahaan, maka tingkat produksi sebesar 100 unit dapat dihasilkan dengan
menggunakan modal dan tenaga kerja yang lebih sedikit. Tingkat produksi/output
awal (periode I) dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi tenaga kerja dan
modal yaitu L1 dan K2, atau L2 dan K2, atau jumlah kombinasi output lainnya.
Dengan adanya penemuan baru pada teknologi produksi, maka produksi/output pada
periode kedua, dengan tingkat output yang sama yaitu 100 unit dapat diproduksi
dengan menggunakan input yang lebih sedikit. Misalkan isokuan Q = 100 (periode 1)
bergeser ke dalam Q = 100 (periode 2), maka pada periode kedua ini menjadi
mungkin menghasilkan output yang sama dengan modal sama tetapi tenaga kerja
146

yang lebih sedikit (L2) pada titik C. Bahkan dimungkinkan pula Q=100 (periode 2)
dengan lebih sedikit modal dan lebih sedikit tenaga kerja dibanding sebelumnya pada
titik D. Dengan demikian kemajuan teknologi (technical progress) menunjukkan
penghematan secara riil pada input-input seperti pada gambar 5.12.
Seorang ekonom Inggris bernama John Richard Hicks pemenang hadiah nobel
tahun 1972, mengklasifikasi kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnya terhadap
kombinasi penggunaan faktor produksi. Apabila kemajuan teknologi menghasilkan
porsi penggunaan barang modal menjadi lebih besar dibanding dengan tenaga kerja,
maka disebut teknologi padat modal (capital intensive). Sebaliknya apabila
penggunaan tenaga kerja lebih besar dari pada porsi modal disebut teknologi padat
karya (labor intensive). Dan apabila tidak mengubah porsi, maka disebut teknologi
netral (neutral technology). Perubahan itu dapat dilihat angka MRTS yang tercermin
pada sudut kemiringan isokuan. Seperi terlihat pada Gambar 5.13.

Modal Modal

0 T.Kerja 0 T.Kerja
a. Teknologi padat modal b. Teknologi netral

Modal

0 T.Kerja
c. Teknologi padat karya
147

Contoh Soal
PT. Maju Memproduksi barang Q dengan fungsi produksi:

Q = 10 KL
Dimana Q = Jumlah output
K = modal/mesin
L = tenaga kerja
1. Mislakan PT. X ingin memproduksi 80 Q per hari, berapa K dan L yang
digunakan?
2. Jika PT. X menemukan teknologi produksi baru sehingga fungsi produksi

menjadi Q = 20 KL berapa K dan L yang digunakan untuk menghasilkan


output sebesar 80 unit.
3. Gambarkan dalam 1 grafik hasil yang anda dapatkan pada pertanyaan 1 dan 2
dan apa kesimpulan anda?
Jawab:
1. Untuk menghasilkan output sebesar 80 unit maka fungsi produksi menjadi:

80 = 10 KL

8= KL
64 = K.L.
Dengan demikian semua kombinasi K kali L yang perkaliannya sama dengan
64 akan menghasilkan output (Q)= 80 seperti terlihat pada Tabel 5.3.
2. Dengan temuan teknologi baru untuk menghasilkan output Q, sehingga fungsi
produksi menjadi Q = 20 KL
148

Maka sekarang kita dapat membandingkan kemajuan teknologi tersebut dengan


sebelumnya:

80 = 20 KL
4= KL
16 = K. L
Dengan demikian semua kombinasi K kali L yang perkaliannya sama dengan
16 akan menghasilkan output (Q)= 80 seperti terlihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kombinasi K dan L untuk Menghasilkan Q=80


Teknologi Lama Teknologi Baru
(KL) Modal (K) T. Kerja (L) (KL) Modal K) T. Kerja(L)
64 64 1 16 16 1
64 32 2 16 8 2
64 21,33 3 16 5,33 3
64 16 4 16 4 4
64 12,8 5 16 3,20 5
.. .. .. .. .. ..
.. .. .. .. .. ..
.. .. .. .. .. ..
64 5 12,8 16 5 3,20
64 4 16 16 4 4
64 3 21,33 16 3 5,33
64 2 32 16 2 8
64 1 64 16 1 16

3. Berdasarkan hasil perhitungan dan Tabel 5.3. maka dapat dibuat grafik kemajuan
teknologi produksi seperti terlihat pada Gambar 5.14.

Modal
(K)
Q=80 Setelah
Teknologi baru
16

Q=80 dengan
Teknologi lama
149

Gambar 5.14 menunjukkan bahwa Isokuan Q=80 sebelum dan sesudah


teknologi baru diturunkan langsung dari Tabel 5.3. Gambar 5.14 menunjukkan bahwa
kemajuan teknologi produksi menyebabkan isokuan bergeser ke dalam. Sebelum
ditemukannya teknologi baru dibutuhkan 4 pekerja dan 16 modal untuk menghasilkan
output sebesar 80 unit, namun setelah ditemukannya teknologi produksi yang baru,
maka perusahaan hanya membutuhkan 1 orang tenaga kerja dan 16 modal untuk
memproduksi 80 unit output. Dengan demikian teknologi produksi dapat menghemat
biaya bagi perusahaan.

5.5. Jalur Perluasan (Expantion Path)


Sudah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan laba. Oleh karena itu dalam jangak pendek maupun dalam jangak
panjang perusahaan harus senantiasa bekerja dengan efisien. Pada umumnya
perusahaan yang profesional senantiasa membuat target yang akan dicapai baik dalam
jangka pendek (≤ 1 tahun) maupun jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dalam jangka
pendek perusahaan umumnya memiliki keterbatasan dalam melakukan kombinasi
input, namun dalam jangka panjang perusahaan memiliki fleksibilitas yang cukup
tinggi dalam melakukan kombinasi faktor-faktor produksi.
Telah dijelaskan bahwa kondisi optimum produsen tercapai pada saat rasio
150

antara marjinal produk dan harga untuk masing-masing input itu sama. Jadi dalam
bentuk matematika dapat ditulis:

MP1 MP2 MPn


  ... 
P1 P2 Pn
Jalur perluasan (Expantion Path) yaitu garis yang menghubungkan titik-titik
kombinasi optimum produsen, yaitu keseimbangan produsen pada berbagai tingkat
output, seperti terlihat pada Gambar 5.15.
Gambar 5.15. menunjukkan bahwa keseimbangan awal produsen berada pada
titik A yaitu persinggungan antara garis anggaran/isocost (I1) dengan isokuan (Q1).
Untuk fungsi produksi dengan skala hasil konstan (Constant return to scale; CRS),
garis berluasan berbentuk garis lurus, karena rasio faktor produksi tidak berubah.
Oleh karena itu pada saat perusahaan dapat meningkatkan anggarannya, maka garis
anggaran akan bergeser ke luar pada I2, I3 dan I4. Dan apabila perusahaan
mempertahankan kombinasi rasio inputnya maka tingkat keseimbangan baru
berpindah ke titik B, C, dan D.

Modal
(K)

Expantion Path
D
C
B
A Q4

Q3
Q1 Q2
0 I1 I2 I3 I4
T.kerja(L)

Gambar 5.15. Jalur Perluasan


151

Contoh Soal:

CV. Kita, memiliki fungsi produksi yaitu Q = KL dan fungsi biaya TC = K + L.


Tentukan kombinasi input yang optimal untuk tingkat output masing-masing (Q=25,
50, 75, dan 100), kemudian gambarkan jalur perluasannya.

Jawab:
£ = K + L +λ(25-KL)
£ 1
 1  L  0   (1)
K L
£ 1
 1  K  0   (2)
L K

£
 25  KL  0 (3)

1 1
Dengan menyamakan (1) dan (2) maka  jadi K  L
K L
Oleh karena itu 25-K(K) = 0
K2 = 25
K =5
Karena K=5, maka L = 5
Untuk Output/produksi 50 unit, langsung dihitung:
K2 = 50
K = 7,07
K = 7,07
Untuk output, 75 dan seterusnya dihitung dengan cara yang sama. Dan hasil hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
152

Q K L TL = K+L
25 5 5 10
50 7,07 7,07 14,14
75 8,66 8,66 17,32
100 10 10 20
125 11,18 11,18 22,36

Modal
(K)
11
10
9
8 Expantion Path
7
D
6 C
5
B
A Q=100

Q=75
Q=25 Q=50

0 5 6 7 8 9 I0 11 12 T.kerja(L)
Gambar 5.6 Jalur Perluasan CV. Kita

5.6. Ringkasan Bab 5


Fungsi produksi (production function) menggambarkan tentang produksi
(output) yang dapat dihasilan oleh perusahaan dengan melakukan kombinasi input-
input tertentu. Produktivitas marjinal dari suatu input yaitu tambahan output yang
dapat dihasilkan dengan adanya tambahan satu unit input tertentu. Dengan asumsi
ceteris paribus, maka produktivitas marjinal suatu input akan menurun apabila input
tersebut semakin digunakan dalam proses produksi.
Kurva isokuan menunjukkan tentang semua kombinasi input-input yang
digunakan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu.
Slope isokuan adalah negatif (-), slope isokuan ini disebut sebagai tingkat substitusi
153

teknis marjinal (MRTS) yang menunjukkan bagaimana suatu input dapat digantikan
dengan input lainnya dengan output yang tetap.
Garis anggaran (isocost) menunjukkan gabungan faktor-faktor produksi yang
dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Maksimisasi output
dapat dicapai oleh perusahaan apabila: Pertama berada pada garis anggaran
(isocost), Kedua harus memenuhi kombinasi input-input yang digunakan oleh
produsen dalam menghasilkan output.
Skala hasil (return to scale), berkaitan dengan respon output terhadap
kenaikan yang sebanding dari kenaikan keseluruhan input. Apabila penggandaan
input mengakibatkan penggandaan output lebih besar dari penggandaan inputnya,
menunjukkan skala hasil meningkat (increasing return to scale). Apabila
penggandaan input mengakibatkan penggandaan output sama dengan penggandaan
inputnya, menunjukkan sakal hasil tetap (constant reasing return to scale), dan
apabila penggandaan input mengakibatkan penggandaan output lebih kecil dari
penggandaan inputnya, menunukkan skala hasil menurun (decreasing reasing return
to, scale).
Penggunaan teknologi baru yang lebih baik oleh suatu perusahaan, dapat
menggeser peta isokuan ke dalam bagi perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat output tertentu dapat dicapai oleh perusahaan dengan kombinasi input yang
lebih sedikit.
Secara umum perusahaan senantiasa berusaha untuk memperluas usahanya
atau meningkatkan kapasitas produksinya, apabila mereka memiliki kemampuan
untuk meningkatkan suberdayanya. Jalur perluasan (Expantion Path) yaitu garis
yang menghubungkan titik-titik kombinasi optimum bagi produsen, yaitu
keseimbangan produsen pada berbagai tingkat output.

Pertanyaan untuk bab V

1. Jelaskan perbedaan antara input tetap dan input variabel?


2. Jelaskan dengan gambar, hubungan antara total produksi (TP), produksi marjinal
154

tenaga kerja (MPL), dan produksi rata-rata (AP), kemudian tunjukkan bagaimana
menentukan output di mana AP=MPL.
3. Dengan jumlah anggaran dan harga input tertentu, bagaimana perusahaan
memaksimumkan produksinya dengan anggaran tersebut? Jelaskan dengan
menggunakan gambar.
4. Jelaskan dengan angka, dan gambarkan apa yang dimaksud dengan the low of
the minishing retun.
5. Isokuan dapat berbentuk cembung, liner atau berbentuk L. Jelaskan apa yang
ditunjukkan oleh masing-masing bentuk kurva isokuan tersebut dalam
hubungannya dengan fungsi produksi?
6. Jelaskan mengapa sebuah perusahaan dengan fungsi produksi proporsi tetap
(constant return to scale) tidak dapat menggantikan satu input dengan input
lainnya dengan output diasumsikan tetap?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tingkat substitusi teknis marjinal (MRTS)?
8. Jelaskan mengapa tingkat substitusi teknis marjinal jenderung menurun apabila
penggunaan iput tenaga kerja yang selalu ditambahkan untuk menggantikan input
modal?
9. Apabila perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk menambah tenaga kerja,
mana yang perlu diperhatikan, produk rata-rata atau produk marjinal dari
karyawan tersebut, jelaskan jawaban anda?
10. Jelaskan disertai dengan gambar apa yang dimaksud dengan return to scale,
increasing return to scale, constant return to scale, dan decreasing return to
scale.

11. Jelaskan apakah suatu perusahaan dapat memiliki fungsi produksi yang
memperlihatkan increasing return to scale, constant return to scale, dan
decreasing return to scale, ketika output bertambah?
12. Misalkan PT. ABD bergerak dibidang produksi Meja, dan memproduksi meja
dalam jangka pendek dengan mesin dan peralatan yang dimiliki saat ini.
Pimpinan perusahaan telah mengamati tingkat produksi dan kebutuhan pekerja
155

sebagai berikut:

Pekerja Meja
1 10
2 17
3 25
4 30
5 34
6 37
7 38
8 36

Berdasarkan informasi tersebut:


a. Hitung produk marginal dan produk rata-rata untuk tenaga kerja pada fungsi
produksi tersebut?
b. Apakah fungsi produksi ini menunjukkan skala hasil yang menurun untuk
tenaga kerja

13. Isilah sel kosong dalam tabel berikut ini:

Tenaga kerja Total Produksi Produksi Produksi


Marjinal Rata-rata
0 0 - -
1 200 - -
2 - - 300
3 - 350 -
4 1150 - -
5 - 200 -
6 - - 240
7 - 150 -
8 1700 - -

14. Fungsi produksi Roti ditunjukkan oleh persamaan:


Q = 48X3 – 0,6X2 + 10X

Dimana
Q = produksi roti
X = input
a. Buktikan bahwa MP memotong AP pada saat AP maksimum?
156

b. Berapa AP dan MP maksimum?

15. Fungsi produksi sepatu adalah:

Q = 3K + 2L
Dimana
Q= produksi sepatu
K = input modal
L = input tenaga kerja

a. Dengan asumsi bahwa modal tetap pada K = 6, berapa banyak tenaga kerja (L)
yang diperlukan untuk memproduksi 50 dan 100 pasang sepatu pe hari?
b. Misalkan K=8, berapa banyak tenaga kerja (L) yang diperlukan untuk
memproduksi 50 dan 100 pasang sepatu per hari.
c. Gambar grafik isokuan 50 dan 100, kemudian tunjukkan titik-titik yang diperoleh
hasil yang didapat dari pertanyaan a dan b?

16. Misalkan Diketahui fungsi produksi HP Nokia adalah:

Q = 100K0,5 L0,5

Dimana Q adalah jumlah HP nokia yang diproduksi; K adalah jumlah modal, dan
L adalah jumlah tenaga kerja.
Samsung sebagai salah satu pesaing Nokia memiliki fungsi produksi:

Q = 100K0,4L0,6

Ditanyakan:
a. Apabila kedua perusahaan tersebut menggunakan jumlah modal dan jumlah
tenaga kerja yang sama, perusahaan mana yang akan menghasilkan produksi
yang lebih besar?
b. Misalkan perusahaan memiliki modal yang terbatas, misalnya 10, namun
persediaan tenaga kerja tidak terbatas. Perusahaan mana yang memiliki
produk marjinal tenaga kerja yang lebih besar? Jelaskan jawaban anda.

17. Misalkan PT. Lia menghadapi tingkat upah tenaga kerja(w) = 40 ribu per jam
157

dan sewa modal Rp. 10 ribu per jam. Apabila perusahaan ingin memproduksi
1000 unit output, hitunglah jumlah pemakaian input perusahaan dan total
biaya yang dikeluarkan apabila:
a. Fungsi produksi perusahaan bercirikan proporsional tetap, di mana untuk
menghasilkan satu unit output dibutuhkan 1 jam tenaga kerja dan 2
modal?
b. Fungsi produksi perusahaan adalah Q = 20L + 10K.
158

BAB VI
TEORI BIAYA PRODUKSI

Pada bab lima, kita telah membahas tentang teori produksi, di mana telah
dibahas kombinasi input-input dalam upaya untuk memaksimumkan output yang
dihasilkan oleh perusahaan. Pada bagi ini kita akan membicarakan tentang biaya
produksi. Dalam bab ini paling tidak kita akan membicarakan tentang bagaimana
perusahaan memilih input-input yang akan digunakan untuk menghasilkan output
tertentu dengan biaya yang paling rendah, dan bagaimana perusahaan meminimisasi
biaya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

6.1. Konsep Biaya

Sebelum kita membahasa tentang teori biaya, terlebih dahulu kita


akan membicarakan tentang beberapa konsep biaya. Paling tidak
Nicholson (1991) membagi biaya dalam tiga konsep yaitu; biaya
kesempatan, biaya akuntansi dan biaya ekonomis. Umumnya para
ekonom menganggap bahwa konsep biaya terpenting dari ketiganya
adalah biaya kesempatan. Telah dijelaskan bahwa, karena keterbatasan
sumber daya, maka setiap keputusan dalam perekonomian untuk
memproduksi suatu atau beberapa barang, maka mengharuskan untuk
tidak memproduksi barang lain. Misalnya pada saat memutuskan untuk
memproduksi tempat tidur, maka keputusan inplisit telah dibuat untuk
tidak memproduksi kursi, yang diproduksi dengan menggunakan tenaga
kerja, kayu yang dipergunakan untuk memproduksi tempat tidur. Oleh
karena kita menyatakan biaya kesempatan dalam bentuk fisik, maka
sering kali tidak gampang, karena itu biasanya dipakai dalam bentuk
satuan moneter.
Pada kenyataannya harga sebuah tempat tidur mungkin cukup
159

untuk mencerminkan barang-barang yang dikorbankan untuk


memproduksi tempat tidur. Apabila hal tersebut benar adanya, maka kita
dapat mengatakan bahwa biaya kesempatan untuk memproduksi satu
tempat tidur misalnya Rp.1 juta dalam bentuk barang lainnya. Akan
tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku. Apabila misalnya tempat tidur
diproduksi dengan sumber daya yang tidak dapat digunakan untuk
memproduksi kursi atau barang lainnya, maka biaya kesempatan dalam
memproduksi tempat tidur adalah nol.

Biaya Modal
Dalam konteks biaya modal terdapat dua konsep yang memiliki perbedaan
besar. Dalam perhitungan biaya modal, para akuntan menggunakan harga historis dari
pada barang modal misalnya mesin dan peralatan tertentu yang sedang diteliti dan
menggunakan aturan depresiasi yang dipilih, untuk menetapkan bahwa beberapa dari
harga mesin itu semula yang akan dikenakan sebagai biaya lancar. Sementara para
ekonom memandang harga historis dari sebuah mesin atau beralatan sebagai sebuah
biaya hangus yang tidak relevan dalam proses produksi.
Ekonom memandang biaya sebagai biaya implisit atas se buah mesin yang
rela dibayarkan oleh seseorang untuk menggunakan mesin tersebut. Oleh karena itu
biaya satu jam mesin merupakan tingkat sewa untuk mesin itu sendiri, perusahaan
secara implisit melepaskan tingkat sewa untuk mesin tersebut dalam penggunaan
alternatifnya yang terbaik. Dengan melanjutkan penggunaan mesin itu sendiri, maka
perusahaan secara implisit melepaskan tingkat sewa yang rela dibayarkan orang lain
untuk menggunakan mesin tersebut.

Biaya Tenaga Kerja

Para akuntan dan ekonom memandang biaya tenaga kerja dengan cara sama.
Para akuntan memandang pengeluaran untuk tenaga kerja sebagai biaya lancar dan
merupakan biaya produksi. Sementara para ekonom memandang biaya tenaga kerja
sebagai biaya eksplisit. Dalam konteks bahwa jasa tenaga kerja dikontrak dengan
160

tingkat upah per jam atau per hari (w) tertentu, dan umumnya diasumsikan bahwa hal
ini merupakan jumlah terbaik yang dapat diperoleh atas jasa tenaga kerja dalam
pekerjaan alternatif mereka.

Biaya Jasa Kewirausahaan

Pemilik sebuah perusahaan adalah merupakan orang yang berhak atas apa
tersisa atas semua pendapatan atau kerugian yang terjadi setelah mereka membayar
semua biaya masukan. Bagi akuntan hal tersebut disebut laba atau keuntungan (dapat
positif atau negatif). Sementara para ekonom menanyakan bahwa apakah pemilik
tersebut (wiraswastawan) juga menghadapi biaya kesempatan dengan keterlibatannya
pada bisnis tertentu. Apabila hal tersebut terjadi, maka jasa wiraswastawan harus
dipandang sebagai masukan bagi suatu perusahaan. Misalkan seorang programmer
komputer dengan keterampilan yang mereka punyai, memulai suatu usaha perangkat
lunak dengan gagasan untuk menyimpan setiap laba (dalam pandangan akuntan) yang
dapat dihasilkan. Jadi waktu pembuatan program tersebut adalah masukan bagi
perusahaan, dan tentunya biaya tertentu harus dikaitkan dengannya.
Kemungkinan upah yang diterima oleh programmer tersebut apabila ia
bekerja pada orang lain dapat dipergunakan untuk tujuan ini. Dengan demikian
beberapa bagian dari laba akuntansi yang diterima oleh sebuah perusahaan akan
dikategorikan sebagai biaya kewirausahaan oleh para ekonom. Jadi laba ekonomi
yang tersisa akan lebih kecil daripada laba akuntansi, dan biasajadi menjadi negatif
apabila misalnya biaya kesempatan pemprograman tersebut melebihi laba akuntansi
yang diperoleh dari usaha tersebut.

Biaya Ekonomis

Biaya ekonomis (ekonomic cost) adalah biaya ekonomi atas semua input yang
diperlukan untuk mempertahankan masukan tersebut untuk penggunaannya saat ini,
atau imbalan yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatifnya yang
terbaik.
161

Penggunaan definisi tersebut tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa


konsep dari para akuntan tidak relevan untuk perilaku ekonomi. Pada kenyataannya
bahwa prosedur akuntansi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
pengambilan keputusan dari para manajer, karena sangat mempengaruhi besarnya
pajak yang dikenakan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian data
akuntansi harus senantiasa tersedia, sementara data biaya ekonomi harus
dikembangkan secara terpisah. Akan tetapi definisi yang diungkapkan oleh para
ekonom memiliki ciri-ciri yang diinginkan karena dapat diterapkan pada semua
perusahaan dan mampu membentuk sistem yang konsisten secara konseptual. Dalam
beberapa tahun terakhir para akuntan telah bergerak ke arah definisi yang digunakan
oleh para ekonom. Misalnya model konseptual tentang biaya ekonomi telah
diterapkan dalam sejumlah topik dalam akuntansi seperti depresiasi dalam situasi
inflasi.

Asumsi Penyederhanaan
Asumsi awal yang digunakan yaitu kita membuat dua penyederhanaan tentang
input yang dipergunakan oleh perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa. Pada
bab teori produksi kita berasumsi bahwa, hanya terdapat dua input; yaitu tenaga kerja
(L) yang diukur dengan jam kerja langsung, serta modal (K) diukur dengan jam kerja
mesin. Sementara biaya kewirausahaan diasumsikan termasuk dalam jam kerja mesin.
Asumsi kedua yaitu input-input untuk sebuah perusahaan dipergunakan dalam
pasar persaingan sempurna. Dalam kondisi tersebut perusahaan dapat menjual dan
membeli input-input (semua jasa tenaga dan modal) dengan tingkat upah dan sewa
yang diinginkan (w dan v) atau menjual output. Dalam bentuk grafik kurva
penawaran untuk sumberdaya yang dihadapi perusahaan dalam bentuk horisontal
pada harga faktor yang berlaku. Baik w maupun v diperlakukan sebagai parameter
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam konteks ini tidak ada sesuatu yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keduanya.

6.2. Pilihan Input untuk Meminimumkan Biaya


162

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa input perusahaan diasumsikan terdiri atas


Modal (K) dan tenaga kerja (L). Biaya modal disebut sewa (r), sementara biaya
tenaga kerja disebut upah (w). Jadi total biaya yang dapat dirumuskan secara
matematis:
TC = r.K + w.L (6.1)
Dimana
TC = Total biaya
r = sewa modal
K = modal yang digunakan
r = upah tenaga kerja
L = Tenaga kerja

Dalam upaya untuk meminimumkan biaya produksi, maka perusahaan


dituntut untuk dapat memiliki kombinasi input yang dapat meminimumkan biaya.
Oleh karena itu perusahaan seharusnya memilih sebuah titik pada isokuan yang
memiliki biaya paling rendah. Artinya perusahaan harus mencari seluruh
kemungkinan kombinasi input untuk mendapatkan kombinasi input dengan harga
yang termurah. Dengan demikian perusahaan harus memilih kombinasi input Modal
(K) dan tenaga kerja (L) dengan tingkat substitusi teknis marjinal (marginal rate of
technical substitution; RTS), dari K dan L adalah sama dengan rasio biaya inputnya
(w/r).
Prinsip minimisasi biaya diperlihatkan secara grafik pada Gambar 6.1. di
mana isokuan Q1 menunjukkan seluruh kombinasi K dan L yang diperlukan untuk
memproduksi Q1. Dengan menggunakan persamaan biaya, kita dapat mengetahui
kombinasi K dan L tersebut yang menunjukkan biaya total tetap konstan, dan terletak
pada sepanjang garis lurus dengan slope –w/r.

Modal
Per unit

K* TC2

Q1
TC1
163

Sebuah perusahaan diasumsikan memilih kombinasi K dan L yang


meminimisasi biaya total. Kondisi minimum biaya terjadi ketika L dapat
disubstitusikan dengan K, di mana kita tetap mempertahankan Q=Q1 harus sama
dengan ketika tingkat input K dan L ini dapat diperdagangkan di pasar. Dengan kata
lain RTS L untuk K harus sama dengan rasio harganya w/r. Persinggungan yang
terlihat pada Gambar 6.1. menunjukkan biaya minimum pada TC1 dengan kombinasi
L* danK*.
Gambar 6.1. juga menunjukkan dua garis lurus yang paralel dengan slope -
w/r. Dua garis biaya total tersebut ditunjukkan oleh: TC1 < TC2. Nampak bahwa
biaya total minimum untuk menghasilkan Q1 diberikan oleh TC1 ketika kurva biaya
total bersinggungan dengan isokuannya.

Kurva Biaya Total

Bentuk kurva biaya total pada dasarnya tergantung pada sifat alamiah dari
fungsi produksi. Gambar 6.2. menunjukkan empat bentuk kemungkinan hubungan
biaya. Gambar 6.2(a) menunjukkan skala hasil konstan (constant return to scale).
Dalam konteks ini penambahan input yang dilakukan oleh perusahaan proporsional
dengan penambahan output. Jadi setiap perusahaan yang akan melakukan
penambahan satu unit output, maka perusahaan akan memerlukan penambahan satu
unit input. Dengan asumsi harga input tidak berubah, maka hubungan antara biaya
input total dan output adalah juga proporsional, sehingga kurva biaya total berbentuk
164

garis lurus yang melalui titik orginal, karena perusahaan tidak membutuhkan input
pada saat Q=0.
Gambar 6.2(b) mencerminkan kasus skala hasil yang menurun (decreasing
return to scale) sementara gambar dan 6.2(c) mencerminkan skala hasil meningkat
(increasing return to scale). Pada kasus skala hasil menurun maka dibutuhkan
kuantitas penambahan input yang lebih besar untuk menghasil output tambahan,
sehingga biaya input meningkat dengan cepat pada saat perusahaan melakukan
penambahan output (ekspansi). Kondisi tersebut ditunjukkan oleh kurva biaya total
berbentuk cembung pada gambar 6.2(b). Sementara pada skala hasil meningkat, maka
dibutuhkan kuantitas penambahan input yang lebih sedikit untuk menghasilkan
output tambahan (ekspansi). Pada kasus ini biaya total berbentuk cekung seperti
terlihat pada gambar 6.2(c).
Gambar 6.2(d) menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan terletak di
antara peningkatan dan penurunan skala hasil. Kondisi seperti ini muncul ketika
proses produksi perusahaan memerlukan tingkat koordinasi internal dan kontrol
manajemen yang optimal. Pada tingkat output yang rendah struktur kontrol berada di
bawah tingkat pengendalian maksimal, sehingga ekspansi output lebih mudah
dilakukan. Dalam kasus ini maka perusahaan mengalami peningkatan skala hasil,
kurva biaya total berbentuk cekung pada awalnya. Namun ketika output diekspansi,
maka perusahaan harus menambah pekerja dan peralatan modal, dan biasanya
memerlukan pabrik baru dengan bangunan yang terpisah. Dengan skala organisasi
yang lebih besar, maka koordinasi dan kontrol perusahaan semakin sulit dilakukan,
sehingga mengakibatkan penurunan skala hasil. Kemungkinan tercermin pada bagian
cembung kurva biaya total pada gambar 6.2(d).

Biaya Biaya
Total TC
Total

TC

0 Jumlah (Q) 0 Jumlah (Q)


165

Jadi empat kemungkinan pada gambar 6.2 menunjukkan tipe-tipe yang paling
umum atas hubungan output dan biaya perusahaan. Walaupun penggambaran seperti
ini tidak nambah informasi baru tentang kurva biaya total, namun cukup bermanfaat
ketiga kita menganalisis keputusan penawaran perusahaan.

6.3. Biaya Produksi Jangka Pendek

Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dalam dua jangka waktu
yaitu jangak pendek dan jangka panjang. Walaupun tidak ada definisi yang pasti yang
dapat diberikan untuk kedua pengertian tersebut. Tujuan umum atas perbedaan ini
adalah untuk membedakan bahwa dalam jangka pendek, para pelaku ekonomi tidak
memiliki keluwesan. Dalam arti bahwa umumnya faktor produksi sulit atau bahkan
tidak dapat ditambah jumlahnya. Sementara jangka panjang, para pelaku ekonomi
166

memiliki keluwesan yang cukup besar, dalam arti bahwa semua faktor produksi
dapat mengalami perubahan. Pada bagian ini akan diuraikan biaya produksi jangak
pendek, sementara biaya produksi jangka panjang akan diuraikan pada bagian
berikutnya.

Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Dalam jangka pendek perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa,


beberapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan bervariasi sesuai dengan variasi
output, dan beberapa biaya yang lainnya tetap sepanjang perusahaan itu tetap
berproduksi dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu biaya total dalam ini
dikelompokkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Dalam bentuk matematis
ditulis:
TC = TVC + TFC
Dimana:
TC = biaya total
TVC = Biaya variabel total
TFC = Biaya tetap total

Perbedaan sangat penting bagi perusahaan ketika akan menganalisis pilihan


output untuk memaksimumkan laba perusahaan.
 Total Biaya variabel (total variable cost) disimbol (TVC) atau biasa disebut
Biaya variabel (variable cost; VC) adalah biaya yang bervariasi sesuai dengan
variasi output
 Total Biaya tetap (total fixed cost) disimbol (TFC) atau biasa disebut Biaya tetap
(fixed cost; FC) adalah biaya yang tidak dapat divariasikan dengan tingkat
output.
Biaya tetap dapat berupa biaya pemeliharaan pabrik dan gedung, jumlah
minimal karyawan, di mana biaya ini tetap sama jumlahnya tidak peduli berapa
banyak barang yang diproduksi oleh perusahaan. Sementara biaya variabel meliputi
pengeluaran untuk bahan baku, upah buruh, dan biaya lain yang meningkat apabila
output meningkat.
167

Untuk membedakan mana biaya tetap dan mana biaya variabel biasanya
tergantung pada jangka waktunya. Dalam jangak pendek misalnya 1, 2, atau 3 bulan
kebanyakan biaya adalah tetap. Dikatakan demikian karena dalam waktu yang sangat
singkat perusahaan wajib menerima dan membayar semua bahan-bahan yang
dikontrakkan, di samping itu perusahaan tidak dapat dengan mudah memberhentikan
pekerjanya. Sementara disisi lain dalam jangka panjang misalkan 2 atau 3 tahun
kebanyakan biaya adalah variabel. Dalam jangka panjang kalau perusahaan ingin
mengurangi atau menambah output, maka perusahaan dapat dengan mudah
menambah atau memberhentikan pekerja, membeli lebih sedikit atau lebih banyak
bahan baku, atau bahkan membeli atau menjual pabriknya.

Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata

Biaya marjinal (marginal cost) biasa disimbol MC kadang disebut juga


dengan biaya tambahan (incremental cost) yaitu tambahan biaya yang timbul
disebabkan karena adanya tambahan produksi satu unit output. Oleh karena biaya
tetap tidak berubah pada saat output berubah, maka biaya marjinal sama dengan
peningkatan biaya variabel atau meningkatkan dalam biaya total yang disebabkan
karena tambahan satu unit output. Dengan demikian biaya marjinal dapat dirumuskan
dalam bentuk persamaan matematika:
MC = ∆VC/∆Q = ∆TC/∆Q (6.2)
Dengan demikian, maka biaya marjinal menunjukkan berapa banyak biaya
tambahan untuk memperluas output perusahaan dalam satu unit (contoh biaya
marjinal dapat dilihat pada tabel 6.1.
Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) biasa disimbol ATC atau biasa
juga disebut biaya rata-rata (average cost) disimbol AC, yaitu jumlah biaya yang
dikeluarkan perusahaan dibagi dengan jumlah output. Dengan demikian biaya rata-
rata dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan matematika:

AC = TC/Q. (6.3)
168

AC atau ATC pada dasarnya mempunyai dua komponen yaitu biaya tetap
rata-rata (average fixed cost) biasa di simbol AFC dan biaya variabel rata-rata
(average variable cost) biasa di simbol AVC. Biaya tetap rata (AFC) dapat diperoleh
dengan membagi jumlah biaya tetap dengan jumlah produksi (TFC/Q). Sementara
biaya variabel rata-rata dapat diperoleh dengan membagi jumlah biaya variabel
dengan jumlah output (TVC/Q), contoh biaya rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel. Biaya Jangka Pendek Perusahaan
Biaya Biaya Biaya
Biaya Biaya Biaya Biaya
Output Tetap Variabel Total
Tetap Variabel Total Marjinal
(Q) Rata-rata Rata-rata Rata-rata
(FC) VC) (TC) (MC)
(AFC) (AVC) (ATC)

0 250 0 250 - - - -
1 250 100 350 100 250 100 350
2 250 180 430 80 125 90 215
3 250 240 490 60 83,33 80 163,33
4 250 280 530 40 63 70 132,50
5 250 320 570 40 50 64 114
6 250 380 630 60 41,67 63,33 105,00
7 250 460 710 80 35,71 65,71 101
8 250 560 810 100 31,3 70 101,25
9 250 680 930 120 27,78 75,56 103,33
10 250 820 1070 140 25 82 107
11 250 980 1230 160 22,73 89,09 111,82
12 250 1160 1410 180 20,83 96,67 117,50
13 250 1360 1610 200 19,23 104,62 123,85
14 250 1580 1830 220 17,86 112,86 130,71

Tabel 6.1. menunjukkan nilai-nilai berbagai pengertian biaya produksi yang


dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output. Dalam ini diasumsikan bahwa biaya
tenaga kerja adalah faktor produksi yang berubah jumlahnya, sementara faktor
produksi lain diasumsikan tetap. Apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang
digunakan selalu berubah, maka biaya produksi total juga akan berubah nilainya.

Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek


169

Berdasarkan data biaya produksi pada Tabel 6.1, maka dapat digambarkan
berbagai kurva biaya produksi jangka pendek perusahaan seperti yang sudah
dijelaskan. Gambar 6.2(a). ditunjukkan biaya total TC), biaya variabel (VC), dan
biaya tetap (FC). Sementara biaya total rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata
(AVC), biaya tetap rata-rata (ATC), dan biaya marjinal (MC) digambarkan pada
Gambar 6.2(b).

Mari kita perhatikan Gambar 6.3(a) menunjukkan biaya total dan


komponennya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (FC) tidak berubah
seperti dengan output dan berbentuk garis horisontal pada biaya Rp. 250. Biaya
variabel adalah nol apabila output nol, dan selanjutnya naik terus menerus apabila
output naik. Sementara kurva biaya total berada di atas kurva biaya variabel, karena
biaya total merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap, sehingga
jarak antara biaya variabel dengan biaya tetap adalah Rp. 250, karena biaya tetap
konstan.
Selanjutnya mari kita perhatikan Gambar 6.3(b). yang menunjukkan hubungan
antara biaya marjinal dan serangkaian biaya rata-rata. Oleh karena biaya tetap total
adalah 250, maka kurva biaya tetap rata-rata selalu menurun dari 250 ketika output 1
ke arah nol untuk output yang lebih besar. Sementara bentuk dari kurva biaya rata-
rata yang tersisa tergantung dari hubungan antara biaya marjinal dan biaya total rata-
rata. Apabila biaya marjinal berada di bawah biaya total rata-rata, maka kurva biaya
total rata-rata akan menurun. Sebaliknya apabila biaya marjinal berada di atas biaya
total rata-rata, maka kurva biaya total rata-rata akan naik. Selanjutnya apabila biaya
total rata-rata minimum, maka biaya marjinal sama dengan biaya total rata-rata.

,
Biaya
(P) TC

VC

FC
170

Contoh Soal:

Sebuah perusahaan memiliki fungsi biaya sebagai berikut:

TC = 0,1Q3 – Q2 + 20Q + 20

Berdasarkan fungsi biaya tersebut diminta:


1. Hitung biaya rata-rata (AC), biaya tetap rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata
(AVC) dan biaya marjinal (MC).
2. Hitung kuantitas produksi pada saat MC minimum dan AVC minimum?, dan
buktikan bahwa pada saat nilai AVC minimum maka MC=AVC.

Jawab:
171

Besarnya (AC), biaya tetap rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya
marjinal (MC), adalah:

TC 20
AC   0,1Q 2  Q  20 
Q Q

AVC = 0,1Q2 – Q + 20

20
AFC 
Q

TC
MC   0,3Q 2  2Q  20
Q

Kuantitas produksi pada saat MC minimum dan AVC minimum? dan bukti bahwa
pada saat nilai AVC minimum maka MC=AVC.

AVC minimum apabila AVC = 0

AVC = 0,2Q – 1 = 0

Q =5

MC minimum apabila MC = 0

0,6Q – 2 = 0

Q = 3,33

AVC minimum terjadi pada saat Q =5 maka:

AVC = 0,1(5)2 – (5) + 20 = 17,5

MC = 0,3 (5)2 – 2(5) + 20 = 17,5

Dengan demikian terbukti bahwa pada saat AVC minimum, maka MC=AVC.

6.4. Biaya Produksi Jangka Panjang

Dalam jangka panjang perusahaan dapat mengubah semua input yang akan
digunakan dalam produksi. Oleh karena itu dalam jangka panjang tidak dikenal lagi
172

adanya biaya tetap, jadi semua biaya bersifat variabel. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tidak saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga modal baik
dalam bentuk gedung, pabrik, mesin maupun peralatan lainnya. Jadi secara khusus
perusahaan dalam jangka panjang harus memutuskan jumlah pabrik, gedung,
peralatannya, serta jumlah tanaga kerja yang dibutuhkan dalam operasinya.
Dalam mengambil keputusan perusahaan tentunya harus berusaha memilih
metode produksi yang menghasilkan output dengan biaya produksi terendah dari
sekian banyak metode produksi yang tersedia. Oleh karena itu keputusan perencanaan
jangka panjang menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan yang memutuskan untuk
membangun sebuah pabrik semen baru misalnya, dan membeli mesin dan
peralatannya akan memilih sekian banyak alternatif. Tetapi ketika gedung, pabrik
serta mesin dan peralatan sudah terpasang, maka investasi tersebut akan tetap dalam
jangka waktu yang lama. Dan apabila perusahaan membuat pilihan yang salah, maka
kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Sebaliknya apabila ia dengan jitu
mengambil keputusan, maka kemungkinan akan memberi imbalan keuntungan yang
besar kepada pemilik perusahaan dalam jangka panjang.
Di samping itu keputusan jangka panjang mengandung risiko yang tertinggi,
karena perusahaan harus mengantisipasi metode produksi yang efisien, tidak hanya
untuk saat ini tetapi juga untuk beberapa tahun ke depan, di mana biaya bahan baku
dan tenaga kerja dapat berubah. Keputusan jangka panjang juga sulit karena harus
memutuskan berapa besar output yang harus dihasilkan, apakah perekonomian dan
industri tumbuh atau mundur dalam beberapa tahun kedepan, apakah produk baru
akan muncul dan menggantikan produk yang sudah ada sekarang?
Pada dasarnya perbedaan antar biaya jangka panjang dan jangka pendek lebih
merujuk pada fungsi produksi. Fungsi produksi dikatakan dalam jangka pendek
apabila dalam produksinya masih mengandung unsur input tetap, dan disebut jangka
panjang apabila tidak mengandung input tetap atau semua inputnya veriabel. Dalam
kondisi ini pula biaya dapat dikategorikan dalam jangka pendek atau panjang,
tergantung dari apakah biaya mengandung biaya tetap atau tidak.
173

Kurva biaya total jangka panjang (long run total cost, LRTC) diturunkan dari
pola ekspansi/perluasan perluasan perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka
panjang minimum dalam memproduksi berbagai tingkat output seperti terlihat pada
Gambar 6.4.

Jalur ekspansi

Q5=750
Q1=100
(a) Q4=575

Q3=400
Q2=250

L
L1 L2 L3 L4 L5

LRTC
LRTC
E5
E4
E3
E2
E1
(b)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q
Gambar: 5.4. Skala produksi dan Biaya Total Jangka Panjang

Gambar 6.4(a) menunjukkan garis ekspansi perusahaan, yang menunjukkan


kombinasi input optimum dalam memproduksi berbagai kemungkinan output.
174

Terlihat bahwa perusahaan mempunyai 5 skala produksi Q1, Q2, Q3, Q4, dan Q5, di
mana Q1=100 adalah merupakan skala produksi pertama, atau esoquan Q1. Hal
mana titik E merupakan output maksimum pada skala produksi pertama dan
seterusnya. Titik E5 merupakan output maksimum pada sala produksi ke 5. Dalam
konteks ini setiap skala produksi memiliki jumlah anggaran yang berbeda.
Gambar 6.54(b) menunjukkan hubungan antara besarnya anggaran untuk
setiap skala produksi Q1, Q2, Q3, Q4, dan Q5. Dalam hal ini biaya yang dimaksud
adalah biaya total jangka panjang (LRTC) di mana LRTC tidak lain adalah biaya
variabel jangka panjang.
Perhatikan bahwa kurva biaya total jangka panjang, dimulai pada titik asal (0)
karena tidak ada biaya tetap pada jangka panjang. Berdasarkan kurva biaya total
jangka panjang (LRTC), maka kita dapat menurunkan kurva biaya rata-rata jangka
panjang (long rung average cost, LRAC), dan kurva biaya marjinal jangka panjang
(long run marjinal cost, LRMC), seperti terlihat pada Gambar 6.5.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang diperoleh dengan membagi LRTC
dengan Q, dalam bentuk persamaan matematis adalah:
LRTC
LRAC 
Q
Sebagai contoh untuk memproduksi Q=100 diperoleh dengan membagi
misalnya LATC sebesar Rp.200.000, maka diperoleh LRAC sebesar Rp. 2000.
Berdasarkan kurva biaya total jangka panjang (LRTC) kita juga dapat
menurunkan kurva biaya marjinal jangka panjang(LRMC). Kurva biaya marjinal
jangka panjang pada dasarnya mengukur perubahan LRTC per unit perubahan output,
dan ditunjukkan oleh kemiringan dari kurva LRTC, sehingga:
TC
LRMC 
Q
Misalkan peningkatan output dari Q=0 menjadi Q=1 meningkatkan LRTC
dari 0 menjadi 100, sehingga LRMC adalah 100. Perhatikan bahwa hubungan antara
LRMC dan LRAC sama dengan MC jangka pendek dan ATC atau AVC. Sehingga
kurva LRMC mencapai titik terendah pada tingkat output yang lebih kecil dibanding
175

kurva LRAC dan memotong kurva LRAC dari bawah pada titik terendah kurva
LRAC.

TC
LTC

0 Output

AC
MC LMC

LAC

0 Output
Gambar 5.5. Kurva Biaya Jangka Panjang

Dalam menggambarkan kurva biaya jangka panjang pada dasarnya lebih


mudah dibanding dengan kurva biaya jangka pendek. Pada kurva biaya jangka
pendek, biaya dibedakan ke dalam biaya tetap, biaya variabel dan biaya total, namun
dalam jangka panjang karena semua input adalah variabel, maka kurva biaya total
176

hanya satu biaya total jangka panjang (long run total cost; LTC). Dan kurva biaya
rata-rata hanya satu yaitu kurva biaya rata-rata jangka panjang (long run average
cost, LAC),. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.5.

Hubungan antara Biaya Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Pada dasarnya kurva biaya jangka pendek dan kurva biaya jangka panjang
yang telah dibahas dalam bab ini semuanya diturunkan dari fungsi produksi yang
sama. Dalam jangka pendek beberapa faktor produksi bersifat tetap, namun dalam
jangka panjang semua input bersifat variabel. Kurva biaya rata-rata jangka panjang
(LRAC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output pada saat semua
faktor produksi adalah variabel. Sementara kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output manapun pada
saat satu input atau lebih adalah tetap (konstan).
Kurva biaya rata-rata jangka pendek pada dasarnya tidak boleh berada di
dibawah kurva biaya rata-rata jangka panjang, karena kurva biaya rata-rata jangka
panjang (LRAC) menunjukkan biaya terendah yang dapat dicapai bagi setiap output
yang dihasilkan. Dapat saja kurva itu adalah kurva yang sama apabila pabrik dengan
ukuran yang benar-benar sama adalah yang terbaik untuk memproduksi output yang
manapun, namun hal tersebut hampir tidak mungkin terjadi. Situasi yang dapat
dijumpai adalah bahwa apabila tingkat output diubah, maka pabrik yang ukurannya
berbeda diperlukan untuk mencapai biaya terendah yang dapat dicapai. Hal tersebut
ditunjukkan pada Gambar 5.6 dimana kurva SRATC terletak di atas kurva LRAC
pada semua output kecuali pada q0.
Gambar 5.6. menunjukkan bahwa kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang (LRAC) pada
output yang kuantitas faktor tetapnya adalah optimum. Apabila output di ubah pada
sekitar unit q0, dengan pabrik dan peralatan yang tetap pada tingkat optimal untuk
memproduksi q0, maka biaya akan mengikuti kurva biaya jangka pendek. Walaupun
SRATC dan LRAC berada pada tingkat yang sama untuk ouput q0, dalam hal ini
177

pabrik bekerja optimal pada tingkat ini, jumlah pabrik atau peralatan terlalu terbanyak
atau terlalu sedikit, sehingga SRATC akan terletak di atas LRAC. Apabila sejumlah
output selain q0 harus tetap dipertahankan, biaya dapat diturunkan pada tingkat yang
terdapat pada kurva jangka panjang, dan dapat berlaku apabila terdapat waktu yang
cukup untuk menyesuaikan kapasitas pabrik dan peralatannya.

Biaya

SRATC
LRAC

0 Q0 Qm Q
Gambar 6.6. Biaya rata-rata Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Kita melihat bahwa kurva SRATC pada gambar 6.6. adalah salah satu dari
banyak kurva yang sejenis. Setiap kurva menunjukkan bagaimana biaya berubah
apabila output diubah dari output dasar, dengan mempertahankan beberapa faktor
tetap pada kuantitas yang paling tepat untuk output dasar. Gambar 6.7 ditunjukkan
sekelompok kurva biaya rata-rata jangka pendek (LRATC) bersama-sama dengan
satu kurva biaya rata-rata jangka panjang.
Kurva biaya jangka panjang biasa pula disebut kurva sampul (envelope
curve), karena kurva biaya rata-rata jangka panjang melingkupi semua kelompok
kurva biaya total rata-rata jangka pendek. Setiap kurva biaya total rata-rata jangka
pendek bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang pada tingkat
178

output untuk mana kuantitas faktor produksi yang tetap adalah optimum dan terletak
diatasnya untuk semua tingkat output lainnya.

Biaya

SRATC1
LRAC
SRATC2
SRATC5
SRATC3 SRATC4

0 Q
Gambar 6.7. Biaya rata-rata Jangka Pendek dan Jangka Panjang

5.5. Kurva Pembelajaran (Learning Curves)


Penelitian telah dilakukan berbagai industri di dunia terhadap beberapa
produk dan mendapatkan suatu gambaran bahwa rata-rata biaya persatuan barang
mengalami penurunan sebagai akibat dari bertambahnya pengalaman di dalam
mengerjakan pekerjaan atau memproduksi barang tertentu. Hal ini cukup
logik karena dengan bertambahnya pengalaman seseorang di dalam
mengerjakan pekerjaan itu, tentu saja akan memperoleh pelajaran untuk
melakukan dengan lebih baik dan lebih efisien.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara insentif
khususnya penelitian yang dilakukan oleh The Boston Consuling Group yang telah
melakukan penelitian terhadap lebih dari 2000 jenis produk di negara-negara
industri dunia, telah diperoleh gambaran bahwa penurunan biaya per unit akan dapat
179

dicapai secara cukup berarti apabila pengalaman di bidang itu telah mencapai
dua kali lipat. Jadi apabila pengalaman kerja meningkat dan mencapai dua kali lipat
dari semula, maka akan terdapat suatu penurunan biaya produksi per unit yang cukup
berarti besarnya.
Penurunan biaya produksi sebagai akibat pertambahan pengalaman dapat
dilihat pada Tabel berikut 6.2.
Tabel 6.2. Tabel Perhitungan Penurunan Waktu Kerja dengan LC 80%
Unit Produksi Jumlah Jam Kerja langsung yang dibutuhkan per
unit produk
1 2.000
2 2.000 x 80% = 1.600
4 1.600 x 80% = 1.280
8 1.280 x 80% = 1.024
16 1.024 x 80% = 819,2
32 819,2 x 80% = 655,36

Secara grafik hubungan antara jumlah produk dan jam tenaga kerja langsung,
dengan mengambil contoh data di atas dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar ini
lazim disebut kurva belajar (Learning Curve) atau Experience Curve.

Biaya

Kurva belajar

0 Quantity
Gambar 6.8. Gambar Learing Curve
180

Hukum dari learning curve ini mengatakan bahwa biaya produksi per unit bila
diukur dengan nilai uang yang tetap, akan mengalami penurunan sebesar persentase
tertentu, setiap kali pengalaman kerja meningkat menjadi dua kali lipat.

Pengalaman kerja dalam produksi dapat ditunjukkan


oleh komulatif volume produksi dari tahun ke tahun atau dari bulan ke bulan.
Oleh karena itu apabila komulatif volume produksi bertambah berarti pengalaman
kerja juga bertambah, dan apabila komulatif volume produksi mencapai dua kali lipat
itu berarti pengalaman kerjanya juga sudah dua kali lipat pula.
Leaning curve garis lurus secara matematis dapat dinyatakan dalam fungsi

log %LC Log 80%


s (slope)  Untul kurva LC 80%   0,332
log 2 Log 2
garis eksponensial dengan rumus sebagai berikut:
Y = K.Xs
atau dengan fungsi logaritma:
Log Y = s Log X + Log K
dimana:
Y = Jumlah jam rata-rata per unit produk
K = Jam tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk produk ke 1.
X = Jumlah unit produksi yang dibuat
Slope garis adalah selalu negatif karena metode ini mengasumsikan bahwa
jam kerja tenaga kerja langsung per unit akan menurun dengan naiknya volume
produksi.
Sebagai contoh, PT. ABC baru menerima kontrak pembuatan produk HH
sejumlah 50 unit. Produk 1 memerlukan 2.000 jam tenaga kerja langsung dengan
learning curve yang berlaku sebesar 80%. Waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi unit ke 50 dihitung:
181

Log Y = - 0,322 log 50 + log 2.000


= - 0,322 (1.69897) + 3.30103
= 2,75396
Y = 567,491 jam kerja langsung
Contoh lain dari penerapan rumus pertama misalnya perusahaan ingin
mengetahui lama waktu untuk menyelesaikan produk ke 20.
Y = K . Xs
Y = 2.000 (20) log80%/log2
Y = 2.000 (20)-.322
= 2.000 (0,381)
= 762 jam tenaga kerja

1. Learning Curve dalam Situasi Persaingan

Contoh berikut menggambarkan bagaimana LC dapat membantu dalam


situasi persaingan. Perusahaan A, B dan C. Ketiganya memproduksi barang yang
sama yaitu barang X, dan mereka telah bergerak dibidang produksi barang tersebut
selama periode yang sama pula. Ketiga perusahaan memperoleh market share yang
berbeda tetapi memiliki Leaning Curve yang sama yaitu 70%. Pertumbuhan
permintaan akan produk itu sama yaitu 3% per tahun dengan harga jual pada tahun
itu sebesar 12,00. Apabila diketahui bahwa profit margin perusahaan A saat ini
adalah $ 7 dan market share dari ketiga perusahaan adalah:
Perusahaan Volume Penjualan Market Share
A 400 unit 58%
B 200 unit 28%
C 100 unit 14%
Dari data tersebut, maka kita dapat memperhitungkan:

a. Harga pokok per unit tahun depan dari masing-masing perusahaan


b. Jika perusahaan A menurunkan harga jual 20% dia akan dapat mendesak keluar
perusahaan C dari persaingan dan memaksa perusahaan B menurunkan harga
182

sampai 20% juga. Ini merupakan langkah yang baik bagi perusahan A karena dia
akan memperoleh 2/3 dari pasar C yang keluar dari pasar itu.
Kedua masalah ini dapat dipecahkan dalam masalah Leaning curve:
a. Pada tahun sekarang:
Biaya produksi A = $ 12 - $ 7 = $ 5
Biaya produksi B = $ 5 x 100/70 = $ 7
Biaya produksi C = $ 7 x 100/70 = $ 10
Hal tersebut disebabkan karena market share perusahaan A adalah dua kali
lipat perusahaan B dan market share perusahaan B dua kali lipat perusahaan C.
Padahal LC perusahaan sama-sama 70%. Perhitungan biaya produksi perusahaan
untuk tahun depan dapat dilakukan seperti telah diuraikan di depan dan akan
memperoleh; Produksi perusahaan A tahun depan adalah produksi tahun ini +
perkembangan tiap tahun + bagian pasar dari C yang dapat direbut. Jadi produksi
perusahaan A tahun depan adalah:
400 + (3% x 400) + 2/3 x 100 + (3% x 100) = 481
Perkiraan pengalaman kerja dengan tingkat perkembangan 3% bagi
perusahaan A adalah 400/0,03 = 13.333,-.
Sedang produksi perusahaan B tahun depan adalah: Produksi tahun ini +
perkembangan produksi per tahun + bagian pasar C yang dapat direbut olehnya. Jadi
produksi B tahun depan adalah:
200 + (3% x 200) + 1/3 x 100 + (3% x 100) = 240
Dari volume produksi tersebut, maka dapat diperkirakan besarnya biaya
produksi tahun depan bagi masing-masing perusahaan. Perkiraan pengalaman kerja B
adalah 200/0,03 = 6.667.

Biaya produksi perusahaan A tahun depan adalah:

Log C = log 5 – 0,0515 log 1,03715828


Log C = 0,69879 - (0,515) (0,015844996)
Log C = 0,690809828
183

0, 515
 
C  5 1  (0,036076) (1,03) 
481  0, 515
C  5 1  (1,03)  C  5 (1,0371582 8) 0,515
 13.333 
C = 4,91

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya per unit produksi perusahaan A hanya
berubah sangat kecil dari tahun sebelumnya yaitu dari $ 5 per unit menjadi $ 4,91
per unit.

0, 515
 240 
C  7 (1  (1,03) C  7 (1,037078) 0,515
 6.667 

Biaya Produksi Perusahaan B tahun depan adalah

Log C = log 7 – 0,5151 log 1,0370078 = Log C 0,8451 - 0,008143


C = 6,87

Jadi apabila perusahaan A menurunkan harga jual 20%, maka harga jual akan
tunur dari $.12 menjadi $.9,6 dan keuntungan yang diperoleh dari ketiga perusahaan
ini adalah:
A = 481 x ($9,6 - 4,91) = $ 2.255,89
B = 240 x ($9,6 – 6,87) = $ 655,20
C = keluar dari persaingan jadi tidak memperoleh laba.

2. Berbagai keterbatasan penggunaan Leaning Curve

Leaning curve banyak digunakan dalam industri elektronik dan


pesawat terbang, namun jarang digunakan dalam industri lain karena berbagai
keterbatasan. Pertama adalah produk-produk biasanya tidak seluruhnya baru. Bahkan
pesawat terbang baru tidak sepenuhnya berbeda dengan pesawat sebelumnya.
Demikian juga untuk industri baru seperti televisi, yang tergantung pada tabung-
tabung dan sirkuit elektronik telah sangat dikenal oleh industri radio
sebelumnya. Hal ini sangat menyulitkan kita untuk menentukan titik awal bagi
perhitungan leaning curve.
184

Keterbatasan lain adalah bahwa kurva belajar hanya berhubungan dengan


tenaga kerja langsung. Dalam hal penggunaan mesin-mesin sangat
berpengaruh, kurva belajar 80% mungkin terlalu rendah dan manajemen perlu
menggunakan kurva 85% atau 90%. Masalahnya adalah pembuatan keputusan kurva
mana yang digunakan 80, 85, 90%, atau lainnya.
Masalah ketiga adalah LC mungkin membesar-besarkan penghematan tenaga
kerja. Untuk mencapai pengurangan-pengurangan biaya tenaga kerja langsung,
diperlukan teknisi industri, para penyedia dan lain-lain yang membuat perbaikan-
perbaikan. Akan tetapi para spesialis tersebut merupakan tenaga kerja tidak
langsung dan biaya mereka biasanya ditambahkan ke biaya overhead bukan ke
biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu banyak perusahaan
yang mencoba untuk mempertimbangkan hal ini dengan pembebanan waktu para
spesialis pada pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Satu lagi masalah dalam penggunaan leaning curve adalah ada
kecenderungan salah interpretasi terhadap penghematan-penghematan yang
diperkirakan, kecuali apabila perusahaan mengubah cara dalam menyusun
laporan akuntansi biaya. Untuk menggunakan kurva secara benar, biaya-biaya
persiapan yang terjadi sebelum kontrak dimulai harus dipisahkan dan dikeluarkan
dari perhitungan. Bila hal ini dibebankan pada kontrak dan kemudian
dimasukkan dalam perhitungan biaya untuk unit pertama yang diproduksi, maka
unit-unit pertama akan mempunyai biaya besar. Demikian juga semua jam
kerja harus dibebankan pada produk-produk yang menerima benefit dari kerja
tersebut. Bila sebagian jam kerja dalam bulan tertentu digunakan untuk produk-
produk yang akan diselesaikan.

6.6. Ringkasan Bab 6

Biaya ekonomis (ekonomic cost) adalah biaya ekonomi atas semua input yang
diperlukan untuk mempertahankan masukan tersebut untuk penggunaannya saat ini,
185

atau imbalan yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatifnya yang
terbaik.
Dua konsep biaya yang penting yaitu biaya rata dan biaya marjinal. Biaya
rata-rata adalah biaya per unit output, sementara biaya marjinal adalah biaya
tambahan dari unit terakhir yang diproduksi. Kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal
dapat dibentuk secara langsung dari kurva biaya total. Sehingga bentuk dari kurva
biaya rata-rata dan biaya marjinal, tergantung pada biaya total.
Untuk meminimisasi biaya produksi setiap tingkat output tertentu, perusahaan
harus memilih sebuah titik pada isokuan di mana pada tingkat substitusi teknik (RTS)
adalah sama dengan rasio harga pasar input. Dengan mengulang kembali proses
minimisasi biaya untuk setiap tingkat yang mungkin pada output, maka alur ekspansi
perusahaan dapat dibentuk. Hasil ekspansi menunjukkan arah biaya minimum untuk
menghasilkan setiap tingkat output. Kurva biaya total perusahaan dapat dihitung
secara langsung dari alur ekspansi tersebut.
Kurva biaya jangka pendek dibentuk dengan menganggap bahwa satu atau
beberapa input konstan perusahaan pada jangka pendek. Biaya-biaya jangka pendek
ini umumnya tidak akan merupakan biaya terendah yang dapat dicapai perusahaan
apabila seluruh inputnya dapat disesuaikan. Biaya jangka pendek meningkat dengan
cepat apabila perusahaan melakukan ekspansi output, karena input-input yang
digunakan mengalami penurunan produktivitas marjinal.
Dalam jangka panjang, semua input yang digunakan dalam proses produksi
adalah variabel, akibatnya pemilihan input tergantung pada biaya relatif dari faktor-
faktor produksi dan sejauh mana perusahaan dapat mensubstitusi input dalam proses
produksi. Pemilihan input yang meminimumkan biaya dilakukan dengan mencari titik
singgung antara isokuan tingkat output yang diinginkan dengan garis isocost.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang adalah amplop dari kurva biaya rata-rata
jangka pendek sebuah perusahaan dan sekaligus menunjukkan bahwa ada atau tidak
skala pengembalian. Ketika terdapat sekala pengembalian yang bertambah pada tahap
awal dan selanjutnya terjadi penurunan skala tersebut, kurva biaya rata-rata jangka
186

panjang berbentuk U dan amplop tersebut mencakup semua titik biaya minimum dari
kurva biaya rata-rata jangka pendek.
Leaning Curve memperlihatkan penurunan dalam biaya rata-rata produksi
seiring dengan meningkatnya total output secara komulatif sepanjang waktu. Kurva
belajar mempunyai kemiringan negatif dan cembung terhadap titik asal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa biaya input rata-rata menurun pada satu tingkat yang digunakan
dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, mesin, bahan mentah, dan pelataran,
serta untuk menjadwalkan produksi, menurunkan harga jual output, dan melakukan
evaluasi harga dengan pemasok.

Pertanyaan bab 6

1. Jelaskan perbedaan antara biaya ekonomi dan biaya akuntansi? dan biaya mana
yang lebih penting digunakan untuk menghitung laba ekonomi perusahaan?
2. Jelaskan perbedaan antara biaya rata-rata dan biaya marjinal?
3. Apakah biaya tetap merujuk dalam jangka pendek atau jangka panjang? Jelaskan
jawaban anda?
4. Jelaskan mengapa kurva ATC mencapai titik terendah setelah kurva AVC? Dan
mengapa kurva MC memotong kurva AVC dan ATC dari bawah pada titik
terendah?
5. Jelaskan mengapa perusahaan diasumsikan akan menghasilkan output pada biaya
minimum?
6. Apabila MC naik maka AC naik dan jika AC naik maka MC naik, benar atau
salah Jelaskan?
7. Bentuk U dari kurva biaya rata-rata jangka pendek dan jangka panjang semua
didasarkan oleh operasi hukum hasil yang semakin berkurang. Benar atau salah?
Jelaskan jawaban anda?
8. Lengkapilah data biaya pada tabel berikut ini:
187

Q TFC TVC TC AC AFC AVC MC


0 100 - 100 - - - -
1 50
2 45
3 40
4 36
5 33
6 37
7 42
8 48

Setelah data tersebut lengkap, maka buatlah kurva biaya; TC, AC, AFC, AVC
dan MC.
9. Diketahui fungsi biaya TC =0,04Q3 - 0,4Q2 + 5Q
Dimana: TC adalah biaya ttal dan Q adalah tingkat output, maka tentukan:
a. Fungsi ATC, AVC, AFC, dan MC.
b. Tingkat produksi pada ATC dan MC minimum.
c. Gambarkan dalam bentuk grafik fungsi biaya AVC, ATC dan MC?
d. Jelaskah hubungan antara MC dengan AC dan hubungan antara AVC dan AC
pada gambar tersebut?
10. Fungsi biaya total jangka panjang PT. ABC yang menghasilkan produk komputer
adalah:
TC = Q3 – 40Q2 + 430Q
Dimana: TC adalah biaya total dan Q adalah tingkat output, maka:
a. Hitung biaya rata komputer, dan bagaimana bentuk grafiknya?
b. Pada tingkat output berapa biaya rata-rata komputer mencapai titik
minimum?
c. Bagaimana bentuk fungsi biaya marjinal perusahaan dan tunjukkan bahwa
biaya marjinal tersebut memotong nilai minimum pada biaya rata-rata?
188

d. Gambarkan grafik biaya marjinal dan biaya rata-rata produk komputer


tersebut?
189

BAB VII
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu yang ingin dan
mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu. Karakteristik pasar yang
paling mendasar adalah jumlah dan ukuran distribusi para pembeli dan penjual serta
tingkat difrensiasi produk. Secara tradisional, pasar dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan
monopolistik, dan pasar oligopoli.
Pasar persaingan Sempurna (perfect competition) adalah struktur pasar yang
ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap
individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total
sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan
penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga (price takers).
Tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas normal dalam jangka panjang
dalam pasar persaingan sempurna.
Pasar Monopoli (monopoly) adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya
seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan monopoli dapat menentukan harga
produk dan jumlah outputnya. Sebuah perusahaan monopoli dapat memperoleh laba
di atas normal, bahkan dalam jangka panjang sekalipun.
Pasar Persaingan Monopolistik (monopolistic competition) adalah pasar yang
sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit dibedakan dengan persaingan
sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan-
perbedaan di antara produk dari perusahaan-perusahaan yang berbeda. Seperti halnya
dalam persaingan sempurna, maka dalam pasar persaingan monopolistik ini, laba di
atas normal hanya dapat diperoleh dalam jangka pendek.
Pasar Oligopoli (ligopoly) adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah
kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Oligopoli dibagi lagi
menjadi oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) di mana produk tidak
190

dibakukan (unstandardized), misalnya mobil, dan oligopoli tak terdifferensiasi


(undifferentiated oligopoly) di mana produk dibakukan, misalnya baja. Dalam oligopoli
ini, keputusan-keputusan mengenai harga dan output dari perusahaan-perusahaan yang
ada tergantung satu sama lain. Hal tersebut berarti bahwa jika satu perusahaan
mengubah harganya, maka perusahaan lainnya akan bereaksi dan informasi perubahan
harga tersebut akan dimasukkan ke dalam masalah pembuatan keputusan mengenai
harga dan output perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada bab ini pembahasan akan difokuskan pada pasar persaingan sempurna
(perfect competition), selanjutnya, pasar monopoli (monopoli) akan diuraikan pada bab
8, sementara pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) dan oligopoli
(oligopoly) akan diuraikan pada pab 9 dan 10.

7.1. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna

Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan


dengan perusahaan lain. Adapun ciri-ciri pasar persaingan sempurna antara lain:

1. Jumlah Penjual dan Pembeli Banyak

Jumlah produsen dan konsumen dalam pasar sangat banyak, sehingga kemampuan
setiap produsen dan konsumen dalam pasar sangat kecil, dan bahkan tidak dapat
mempengaruhi pasar. Setiap perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hanya
menghasilkan suatu bagian yang sangat kecil dibandingkan jumlah output industri
secara keseluruhan, dan setiap pembeli hanya membeli suatu bagian yang sangat kecil
pula dari output total tersebut.

2. Produk yang Homogen

Yang dimaksud dengan produk homogen adalah produk yang mampu memberi
kepuasan kepada konsumen tanpa mengetahui siapa produsennya. Jadi konsumen tidak
membeli merek produk tetapi membeli kegunaan barang atau jasa. Oleh karena itu
semua perusahaan diasumsikan menghasilkan produk yang sama, dengan kualitas dan
191

karakteristik yang sama.

3. Penyebaran Informasi yang Sempurna

Para pelaku pasar (produsen dan konsumen) memiliki pengetahuan yang sempurna
tentang harga, dan kualitas yang produk yang dijual. Dengan demikian produsen dan
penjual hanya menghadapi satu harga dan kualitas dari produksi yang diperjualbelikan
di pasar.

4. Perodusen dan Konsumen Menerima Harga

Konsekwensi dari banyaknya produsen dan konsumen dalam pasar, maka baik
produsen maupun konsumen tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Jadi produsen dan
konsumen hanya dapat menyesuaikan diri dengan harga pasar yang ada atau penerima
harga (price taker).

5. Bebas keluar-masuk pasar

Dalam pasar persaingan sempurna masing-masing penjual dan pembeli bebas


untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas jual beli, Apabila seorang penjual tidak
dalam melakukan aktivitas jual beli tidak akan mengakibatkan naiknya harga produk di
pasar, karena jumlah produk yang dijual oleh penjual tersebut relatif sangat kecil
dibanding jumlah produk yang diperjualbelikan,
Kelima syarat pokok ini, diperlukan untuk adanya struktur pasar persaingan
sempurna. Oleh karena itu pasar persaingan sempurna hampir tidak ditemukan di dalam
dunia nyata. Walaupun pertukaran-pertukaran komoditi mendekati syarat-syarat
tersebut, ketidaksempurnaan tetap akan terjadi di situ. Meskipun demikian, untuk
beberapa perusahaan, keputusan-keputusan penentuan harga harus dibuat dalam
keadaan di mana mereka tidak punya kendali sama sekali atas harga. Oleh karena itu
suatu penelaahan terhadap struktur pasar persaingan sempurna akan memberikan
pandangan pemikiran dalam membuat keputusan penentuan harga dalam kasus seperti
ini. Lebih penting lagi, suatu pemahaman yang jelas mengenai persaingan sempurna
192

akan memberikan suatu referensi pokok bagi kita untuk menganalisis struktur-struktur
pasar lainnya seperti pasar oligopoli, persaingan monopolistik, dan pasar monopoli.

7.2. Permintaan dan Penawaran Pasar Persaingan Sempurna

Dalam pasar persaingan sempurna harga ditentukan oleh interaksi permintaan


dan penawaran. Perbedaan penting antara perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada
pasar persaingan sempurna dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada jenis pasar
yang lain yaitu terletak pada bentuk kurva permintaan dari perusahaan itu sendiri.
Dalam pasar persaingan sempurna kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan adalah horisontal. Hal tersebut disebabkan karena perubahan output dari
perusahaan dalam batas-batas yang dapat dipertimbangkan tidak dapat mempengaruhi
harga secara berarti.
Kurva permintaan dalam pasar persaingan sempurna berbentuk horisontal
(elastis sempurna) tidaklah berarti bahwa perusahaan benar-benar dapat menjual produk
dalam jumlah yang tidak terhingga pada tingkat harga yang berlaku. Sebaliknya hal
tersebut berarti bahwa perubahan produksi yang secara normal mungkin dilakukan oleh
perusahaan praktis tidak dapat mengubah harga pasar, karena pengaruh perubahan
output tersebut relatif sangat kecil dibanding dengan output dari total industri.

P
P
S

0 Q 0 Q
a. Kurva Permintaan Industri/Pasar b. Kurva Permintaan Perusahaan
Gambar 7.1. Kurva Permintaan Pasar Persaingan Sempurna dan
Perusahaan
193

Dalam pasar persaingan sempurna, permintaan total perusahaan sama dengan


harga dikali dengan kuantitas produk yang terjual (P x Q). Oleh karena harga sudah
ditetapkan, maka penerimaan rata-rata (overage revenue) dan penerimaan marjinal
(marginal revenue) adalah sama dengan harga. Dengan demikian kurva permintaan
sama dengan penerimaan rata-rata, sama dengan penerimaan marjinal dan sama dengan
harga. Seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Menunjukkan bahwa dalam persaingan sempurna harga produk
sama dengan penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal. Sementara total
penerimaan sama dengan harga (P) dikali dengan kuantitas (Q).
Tabel 7.1. Penerimaan Total, Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marjinal
dalam Pasar Persaingan Sempurna.
Q P TR MR AR
1 1000 1000 1000 1000
2 1000 2000 1000 1000
3 1000 3000 1000 1000
4 1000 4000 1000 1000
5 1000 5000 1000 1000
6 1000 6000 1000 1000

Berdasarkan data pada tabel 7.1, maka kurva penerimaan total, kurva
penerimaan rata-rata, dan kurva penerimaan marjinal dapat digambarkan seperti terlihat
pada Gambar 7.2.

P
TR=P x Q P

D=MR=AR=P

0 Q 0 Q
a. Kurva Penerimaan Total b. Kurva AR dan MR
Gambar 7.2. Kurva Permintaan Total, Permintaan Rata-rata, Permintaan
Marginal dalam Pasar Persaingan Sempurna
194

7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan

Telah dijelaskan bahwa tujuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa
adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam menganalisis maksimisasi
keuntungan perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu; keuntungan jangka pendek dan
keuntungan jangka panjang. Hal tersebut didasarkan pada sifat dari biaya produksi dari
perusahaan di mana biaya produksi dalam jangak pendek berbeda dengan biaya
produksi dalam jangka panjang.

Maksimisasi Keuntungan dalam Jangka Pendek

Dalam jangak pendek, biaya perusahaan dibedakan ke dalam biaya tetap (fixed
cost; FC) dan biaya variabel (variabel cost; VC), sementara dalam jangka panjang tidak
dikenal adanya biaya tetap, tetapi semua biaya adalah variabel, dan sekaligus merupakan
total biaya (total cost; TC). Walaupun demikian dalam jangka waktu tersebut terdapat
persamaan dalam menghitung keuntungan, yaitu dengan memperkurangkan antara total
penerimaan (total revenue; TR) dan total biaya (total cost; TC). Kondisi keuntungan
maksimum dapat dicapai pada saat tingkat penerimaan marginal (marginal revenue;
MR) sama dengan biaya marjinal (marginal cost; MC).
Tabel 7.2. menunjukkan tentang pendapatan yang terima dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Kolom 3 menunjukkan tentang total penerimaan
perusahaan yaitu diperoleh dengan mengalikan harga (P) (kolom (2) dengan kutitas
barang yang dijual (Q) (kolom (1), sementara kolom 6 menunjukkan tentang total biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan biaya variabel total
195

(TVC) (kolom 8) dengan total biaya tetap (TFC) (kolom7). Sementara kolom 13
menunjukkan tentang keuntungan/ kerugian (∏) yang diperoleh perusahaan, di mana
kolom keuntungan ini diperoleh dengan memperkurangkan antara total penerimaan
(kolom 3) dengan total biaya (kolom 6) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Terlihat
bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan maksimum pada saat perusahaan
memproduksi/menjual barang atau jasa sebesar 9 unit. Terlihat pula bahwa pada saat
perusahaan hanya memproduksi kurang dari 6 unit maka perusahaan akan menderita
kerugian, demikian halnya apabila perusahaan menjual di atas 12 unit maka perusahaan
juga akan menderita kerugian.

Tebel. 2. Hasil Penjualan dan Biaya Perusahaan

Q P TR MR AR TC TFC TVC AC AFC AVC MC ∏

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

0 0 0 0 0 2000 2000 - - 2000 - - -2000

1 1000 1000 1000 1000 2900 2000 900 2900 2000 900 900 -1900

2 1000 2000 1000 1000 3700 2000 1700 1850 1000 850 800 -1700

3 1000 3000 1000 1000 4500 2000 2500 1500 667 833 800 -1500

4 1000 4000 1000 1000 5000 2000 3000 1250 500 750 500 -1000

5 1000 5000 1000 1000 5450 2000 3450 1090 400 690 450 -450

6 1000 6000 1000 1000 5800 2000 3800 967 333 633 350 200

7 1000 7000 1000 1000 6250 2000 4250 893 286 607 450 750

8 1000 8000 1000 1000 6750 2000 4750 844 250 594 500 1250
9 1000 9000 1000 1000 7500 2000 5500 833 222 611 750 1500

10 1000 10000 1000 1000 8600 2000 6600 850 200 650 1000 1400

11 1000 11000 1000 1000 10100 2000 8100 909 182 727 1500 900

12 1000 12000 1000 1000 12000 2000 10000 1000 167 833 2000 0

Dengan menunjukkan total penerimaan (TR), total biaya (TC), total biaya tetap
(TFC), dan total biaya variabel (TVC) dalam satu grafik, maka kondisi keuntungan (∏)
perusahaan dalam jangka pendek dapat dilihat pada Gambar 7.3.
Gambar 7.3, menunjukkan bahwa pada saat perusahaan tidak melakukan
produksi, maka perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 2000. Hal tersebut
196

disebabkan karena perusahaan tetap harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 2000
walaupun mereka tidak melakukan produksi. Pada saat perusahaan memproduksi
sebesar kurang sedikit dari 6 unit maka TR=TC, yang berarti bahwa perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian dalam perusahaan pulang
pokok (impas). Pada saat TR>TC yaitu pada waktu perusahaan memproduksi antara 6
sampai 12 unit, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan. Keuntungan
maksimum diperoleh perusahaan pada saat mereka memproduksi sebesar 9 unit.

Rp TC
TR
12000

TV
C

6000

2000 TF
C

0 Q
6 9 12
-2000 ∏

Gambar 7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan dalam Jangka Pendek

Contoh Soal
Fungsi permintaan industri dalam pasar persaingan sempurna adalah Q = 150 –
2P, dan kurva biaya total perusahaan A adalah TC = 0,5Q2 + 30Q + 150. Dimana Q
197

adalah jumlah kuantitas produk yang dijual dan P adalah harga jual produk. Berdasarkan
data tersebut diminta:
a. Hitung jumlah dan harga keseimbangan?
b. Hitung keuntungan perusahaan A dalam industri?
c. Surplus produsen dan konsumen?
Jawab
Diketahui
QD = 150 – 2P
TC = 0,5Q2 + 30Q + 150
MC = Q + 30
Q = 150 – 2P P = 75 – 0,5Q
a. Syarat agar laba maksimum adalah P = MC (dimana MR = P)
P = MC
75 -0,5Q = Q + 30
1,5Q = 45
Q = 30
P = 75 – 0,5Q
P = 75 - 0,5(30)

P = 60

Dengan demikian, maka jumlah produk yang jual adalah 30 unit dengan harga
Rp. 60 per unit
b. Jumlah keuntungan perusahaan A adalah:
∏ = TR – TC
Dimana TR = P x Q
TC = TVC + TFC
TFC = 150
TVC = 0,5Q2 + 30Q
= 0,5(30)2 + 30(30)
= 0,5(900) + 900
198

= 1350
∏ = P x Q – (TVC + TFC)
∏ = 60 x 30 – (1350 + 150)
∏ = 1800 – 1500
∏ = 300

c. Surplus produsen dan konsumen dapat dihitung dengan memperhatikan gambar 7.4.
Surplus konsumen adalah:
(75  60)30
 225
2
Surplus Produsen
(60  30)30
 450
2
Jadi surplus konsumen adalah 225 sementara surplus produsen adalah 450.

MC = 2Q + 30
75

SK
60
SP

30 D

30 150 Q
Gambar 7.4. Surplus Produsen dan Konsumen

Kondisi Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Pendek

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi agar perusahaan berada dalam
199

keseimbangan jangka pendek yaitu:


a. Untuk memperoleh laba maksimum, maka perusahaan sebaiknya memproduksi pada
saat MR=MC, apabila dalam kondisi buruk, kerugiannya adalah minimum.
b. Perusahaan seharusnya hanya memproduksi paling tidak apabila biaya variabel (VC)
adalah sama dengan penerimaan total (TR) atau biaya variabel rata-rata (AVC) sama
dengan harga (P). Dalam kondisi ini perusahaan hanya menanggung kerugian biaya
tetap (FC). Hal mana biaya tetap tanpa atau dengan produksi tetap harus dikeluarkan
oleh perusahaan. Apabila AVC lebih kecil dari harga, maka perusahaan tidak dapat
lagi menutup beban tetap. Sehingga kegiatan produksi hanya menambah beban,
karena dalam kondisi ini perusahaan sebaiknya ditutup.

Posisi Perusahaan Memperoleh Keuntungan Maksimum

Apabila perusahaan berada dalam keseimbangan jangka pendek, untuk


memperoleh keuntungan. Untuk memaksimumkan keuntungan jangka pendek
perusahaan harus memproduksi pada saat MR=MC.

P/C

MC

AC

E AVC
P* D=MR=AR=P
Laba
C A

0 Q
Q*
Gambar 7.5. Kurva Keuntungan Maksimum Perusahaan

Gambar 7.5, menunjukkan bahwa kondisi MR=MC tercapai pada output sebesar
200

Q*. Oleh karena biaya rata-rata lebih kecil dari harga setiap output, maka perusahaan
memperoleh laba sebesar wilayah PCEA. Apabila perusahaan memproduksi kurang dari
Q*, maka penerimaan marjinal (MR=P) lebih besar dari biaya marjinal (MC), sehingga
lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menambah outputnya. Dan apabila
perusahaan memproduksi lebih besar dari Q* maka MC sudah lebih besar dari MR,
sehingga penambahan output akan mengurangi keuntungan bagi perusahaan. Jadi laba
maksimum akan tercapai pada MR=MC dengan output sebesar Q*.

Posisi Perusahaan Impas

Dalam pasar persaingan sempurna tidak semua produsen memperoleh


keuntungan maksimal, karena hal tersebut tergantung pada harga dan struktur biaya.
Walaupun harga sama untuk setiap produsen, tetapi struktur biaya dapat berbeda, karena
hal tersebut tergantung pada manajemen dan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi. Oleh karena itu akan dijumpai adanya produsen yang memperoleh keuntungan
normal di mana (AC=P) sehingga TR=TC.

P/C

MC
AC

AVC
E
P* D=MR=AR=P

0 Q
Q*
Gambar 7.6. Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi
Impas
201

Walaupun kelihatannya pada kondisi tersebut perusahaan tidak memperoleh


keuntungan, tetapi sebenarnya perusahaan memperoleh keuntungan karena adanya biaya
eksplisit dan biaya tersembunyi. Dalam kondisi tersebut keuntungan perusahaan secara
umum diperoleh karena adanya biaya tetap dan biaya tersembunyi. Keuntungan normal
perusahaan dicapai apabila perpotongan harga yang terbentuk dari keseimbangan pasar
di mana kurva MC berada pada titik minimum kurva AC seperti terlihat pada Gambar
7.6.
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa pada saat harga P* berpotongan dengan MC
pada titik E. Perpotongan dengan kurva AC juga terjadi pada titik yang sama yaitu E
pada kuantitas Q*. Pada kondisi tersebut TR=TC.

Posisi Perusahaan Menderita Kerugian

Dalam pasar persaingan sempurna produsen tidak selamanya memperoleh


keuntungan. Adakalanya perusahaan mengalami kerugian. Kerugian akan dialami
apabila biaya rata-rata berada di atas harga pasar. Meskipun demikian produsen
senantiasa berusaha untuk memperkecil kerugian.

P/C
MC
AC

B AVC
C
Rugi
P* D=MR=AR=P
E

0 Q
Q*
Gambar 7.7 Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi Rugi
202

Gambar 7.7 menunjukkan bahwa produsen akan memperoleh kerugian minimal


pada saat MR=MC. Pada titik B, MR=MC dengan biaya rata-rata sebesar B-Q*
sementara harga produk sebesar E-Q*. Biaya-biaya rata lebih besar dari harga
(OC>OP). Besarnya kerugian yang ditanggung oleh perusahaan adalah sebesar daerah
P*ECB.
Dalam kondisi ini perusahaan tetap harus beroperasi, karena harga produk masih
cukup besar dari biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan. Apabila perusahaan dalam
kondisi ini tidak meneruskan operasinya, maka perusahaan akan merugi lebih besar,
sebanyak biaya tetap yang dikeluarkannya. Dan apabila perusahaan tetap beroperasi,
maka sebagian dari biaya tetap dapat ditutupi oleh perusahaan.

Posisi Perusahaan Harus Tutup/Dibubarkan

Apabila harga produk di pasar telah berada pada kondisi lebih tinggi dari biaya
variabel rata-rata (AVC>P), maka tidak ada pilihan bagi perusahaan kecuali tutup.

P/C MC
AC

AVC

P* D=MR=AR=P
E

0 Q
Q*
Gambar 7.8 Keseimbangan Jangka Pandek dalam Kondisi Perusahaan Tutup
203

Gambar 7.8 menunjukkan bahwa posisi AVC > P, dengan demikian, maka
apabila perusahaan melanjutkan operasinya maka perusahaan di samping merugi dengan
biaya tetap, perusahaan juga merugi dengan sebagian biaya variabel rata-rata. Karena
itu, pilihan terbaik bagi perusahaan adalah menutup usahanya atau perusahaan
dibubarkan.

7.4. Penawaran dalam Pasar Persaingan Sempurna

Terdapat dua kasus dalam menganalisis penawaran dalam pasar persaingan


sempurna. Kasus pertama adalah kita akan menganalisis dengan jumlah perusahaan
yang tetap, Kasus kedua adalah kita akan menganalisis dengan jumlah perusahaan yang
berubah-ubah, karena adanya perusahaan baru yang masuk dan perusahaan lama yang
keluar. Dalam jangka pendek sulit bagi perusahaan untuk keluar masuk dalam pasar,
tetapi dalam jangka panjang jumlah perusahaan yang ada di pasar, dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi pasar pada saat itu.

Kurva Penawaran Jangka Pendek (Jumlah Perusahaan Tetap)


Dalam jangka pendek kurva Marjinal Cost (MC), mencerminkan kurva
penawaran jangka pendek dalam pasar persaingan sempurna. Seperti telah dijelaskan
bahwa kurva penawaran merupakan sebuah kurva yang menggambarkan berbagai
kuantitas produk yang produsen bersedia tawarkan pada berbagai alternatif harga.
Walaupun produsen menderita kerugian produsen tetap memproduksi barang selama
harga produk masih di atas biaya variabel rata-rata atau selama biaya variabel dapat
ditutupi dengan harga produk yang ada.

P/C
MC P
S
P4

AC
P3

P2 AVC
P1
P0
204

Contoh Soal
Misalkan fungsi biaya perusahaan ABC adalah C=q3 – 14Q2 + 69Q + 128. Berdasarkan
fungsi tersebut hitung: Fungsi penawaran perusahaan ABC tersebut?

Jawab:
Kurva penawaran perusahaan didasarkan pada aturan MC = P. Yang berarti P =
3Q2 - 28Q + 69. Tetapi persamaan ini hanya berlaku bagi P, dimana P merupakan
minimum dari kurva biaya variabel rata-rata. Oleh karena itu langka pertama perlu
dicari biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata variabel (AVC):

TC
MC   3Q 2  28Q  69
Q

TVC Q 3 - 14Q 2  69Q


AVC    Q 2 - 14Q  69
Q Q
AVC mencapai minimum apabila:

AVC
 2Q - 14  0
Q
2Q = 14
Q =7
205

Dengan demikian pada saat Q =7, maka nilai AVC = (7)2 – 14(7) + 69 = 20.
Oleh karena itu pada saat P < 20, maka jumlah produk yang ditawarkan adalah nol. Jadi
penawaran produk baru ada apabila harga produk di atas 20 (P>20). Fungsi penawaran
perusahaan dibentuk dengan memperhatikan kondisi keutungan maksimum yaitu
P=MC=MR.
Jadi secara matematis MC dan AVC berpotongan pada Q =7 dimana MC dan
AVC =20. Karena itu fungsi penawaran dapat ditulis:
P = 3Q2 – 28Q + 69 untuk P ≥ 20
Q=0 untuk P < 20

Kurva Penawaran Jangka Panjang (Jumlah Perusahaan Berubah)

Pada bagian ini kita akan membicarakan apa yang terjadi ketika perusahaan
bebas keluar masuk dalam pasar. Kita berasumsi bahwa semua produsen memiliki akses
terhadap teknologi yang sama dalam memproduksi barang atau jasa, dan semua
produsen memiliki akses yang sama dalam membeli bahan baku untuk keperluan
produksi, dan semua produsen berpotensi memiliki kurva biaya yang sama.
Keputusan produsen untuk keluar masuk dalam pasar tergantung pada insentif
yang dihadapi oleh produsen baik produsen yang lama maupun pengusaha yang akan
memulai usaha baru. Apabila perusahaan yang ada dalam pasar mendapatkan
keuntungan ekonomis, maka perusahaan-perusahaan baru akan mendapat insentif untuk
masuk ke dalam pasar. Dengan masuknya perusahaan-perusahaan baru ini akan
menambah jumlah perusahaan dalam pasar. Dengan meningkatkan produsen dalam
pasar maka akan meningkatkan jumlah penawaran total, sehingga dapat menurunkan
harga dan keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan-perusahaan lama
dalam pasar merugi, maka beberapa dari mereka akan keluar dari pasar, sehingga
mengurangi jumlah penawaran total, sehingga dapat menaikkan harga dan keuntungan
bagi perusahaan yang bertahan dalam pasar. Jadi proses masuk keluar ini adalah
perusahaan yang tetap ada dalam pasar akan memperoleh keuntungan ekonomis sebesar
nol. Sebagai mana telah dijelaskan bahwa keuntungan perusahaan adalah: (P – ATC)Q.
206

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang beroperasi dalam


pasar persaingan sempurna memiliki keuntungan sebesar nol, hanya apabila harga dari
barang tersebut sama dengan biaya total rata-rata dari produksi barang itu. Apabila harga
berada di atas biaya total rata-rata maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan.
Namun sebaliknya apabila harga berada di bawah biaya total rata-rata, maka perusahaan
akan menderita kerugian dan mendorong perusahaan lama untuk keluar. Dan proses
keluar masuk ini akan berakhir apabila harga sama dengan biaya total rata-rata.
Kurva biaya jangka panjang merupakan kurva yang menjadi tempat kedudukan
biaya rata-rata jangka pendek yang paling rendah. Akibatnya dalam jangka panjang
perusahaan akan memilih skala produksi dengan biaya rata-rata yang paling rendah.
Gambar 7.10, harga pasar yang dihadapi adalah P. Dalam jangka pendek produsen akan
memaksimumkan keuntungan dengan syarat biaya marjinal jangka panjang (shot run
marginal cost; SRMC) sama dengan penerimaan marjinal (marginal revenue; MR) sama
dengan harga (SRMC=MR=P) pada titik A. Dalam jangka panjang keseimbangan
dicapai dengan syarat: P = MR=AR= SRMC = SRAC=LRMC=LRAC.
Gambar 7.10 menunjukkan bahwa pada saat harga sebesar P, maka produsen
akan memaksimumkan keuntungan jangka pendek dengan menghasilkan output dimana
SRMC=MR=P pada titik A dengan output yang dihasilkan sebesar Q1. Keuntungan
maksimum jangka pendek yang diperoleh dengan output sebesar Q1, pada dasarnya
belum memenuhi keseimbangan jangka panjang karena syarat keseimbangan jangka
panjang adalah MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC. Dengan keuntungan jangka
pendek tersebut, maka merangsang perusahaan lain untuk masuk dalam pasar sehingga
harga turun menjadi P1 dan output bertambah menjadi Q2. Pada saat output sebesar Q2,
maka dicapai keseimbangan jangka panjang di mana
MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC.

SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P

LRMC
SRMC SRAC
LRAC

A
P
C
B
P1 E
207

Oleh karena masuknya produsen-produsen baru dalam pasar, maka output yang
dihasilkan menjadi lebih besar, yaitu sebesar Q2 dan mendorong harga turun menjadi P1.
Pada saat titik E maka MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC. Hal ini menunjukkan
keseimbangan jangka panjang yang ekonomis, di mana biaya rata-rata jangka panjang
dan jangka pendek (long run average cost and shot run average cost) paling rendah.
Apabila dimisalkan dalam pasar persaingan sempurna terjadi peningkatan
permintaan karena suatu sebab, maka harga akan naik. Dengan adanya kenaikan harga,
maka produsen akan melakukan penyesuaian output yang dihasilkan, di samping itu
produsen juga berusaha tetap bertahan untuk memperoleh keuntungan maksimum
dengan menyamakan SRAC=LRAC=MR=P seperti terlihat pada Gambar 7.11.
Gambar 7.11. menunjukkan bahwa pada saat harga tinggi yaitu pada harga
sebesar P produsen memproduksi sebesar Q2. Maka kondisi LRMC=SRMC=P=MR
dan LRAC=SRAC, karena itu produsen memperoleh keuntungan ekonomis karena
P>SRAC, Akan tetapi keuntungan ini bukanlah merupakan keuntungan jangka
panjang dalam pasar persaingan sempurna. Seperi disebutkan bahwa keseimbangan
jangka panjang adalah MR=AR=SRMC= SRAC=LRMC=LRAC=P, walaupun
LRAC=SRAC.

SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P

SRMC
LRMC
A SRAC
P
SRAC
208

Pada kondisi kuantitas Q2, skala produksi berada pada kondisi biaya yang naik
(increasing cost) yang ditandai dengan LRAC pada Q2 lebih tinggi pada LRAC pada Q1.
Karena adanya keuntungan ekonomis, maka menarik bagi produsen baru masuk dalam
pasar dan atau produsen lama menambah output yang dihasilkan. Hal tersebut
menyebabkan kenaikan biaya dan menurunkan harga. Dengan turunnya harga dan
naiknya biaya produksi, maka membuat banyak produsen yang keluar dari pasar karena
menderita kerugian. Karena itu keseimbangan akan kembali pada harga yang lebih
rendah pada titik E, di mana MR=AR=SRMC= SRAC =LRMC=LRAC=P.

7.5. Penerapan Konsep Surplus Produsen dan Konsumen

Analisis permintaan dan penawaran yang dapat digunakan dalam menilai


efisiensi pasar adalah surplus produsen dan konsumen. Pada analisis permintaan dan
penawaran telah diperkenalkan konsep surplus produsen dan konsumen sebagai suatu
cara untuk menggambarkan keuntungan konsumen dan produsen dalam suatu pasar.
Untuk menjelaskan lebih jauh tentang surplus produsen dan konsumen, maka
perhatikan gambar 7.12.
209

Dalam pasar persaingan sempurna keseimbangan pasar (E) pada kuantitas Q*


dan harga P*, penjumlahan dari surplus konsumen (daerah P*BE) dan suplus
produsen ( daerah P*AE) adalah maksimum. Apabila output yang dihasilkan lebih
kecil dari Q* misalnya Q1, maka akan timbul kerugian beban baku (deadwight loss)
dari surplus produsen dan konsumen sebesar bidang CFE.

Harga

B
S

C
P2

E
P*

P1
F

D
A

0 Q1 Q* Kuantitas

Gambar 7.12. Keseimbangan Persaingan Sempurna dan Surplus Produsen/Konsumen

Gambar 7.12. menunjukkan bahwa keseimbangan untuk pasar persaingan


sempurna untuk suatu produk misalnya beras. Pada harga keseimbangan P* jumlah
beras yang dikonsumsi sebesar Q*. Oleh karena kurva permintaan (D) menunjukkan
tentang berapa yang ingin dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan tambahan satu
kg beras pada berbagai tingkat Q, di mana total nilai beras yang dibeli oleh pembeli
adalah seluruh bidang di bawah kurva permintaan dari Q=0 sampai Q=Q* yaitu
bidang BEQ*0. Untuk nilai ini konsumen membayar sebesar P*EQ*0. Oleh karena
itu mereka menerima surplus lebih besar dari yang mereka bayar yang digambarkan
210

pada daerah BEP*. Segala sesuatu yang terjadi pada pasar beras yang mempengaruhi
ukuran bidang segi tiga ini akan mempengaruhi kemakmuran konsumen.
Gambar 9.12 juga menunjukkan nilai surplus yang diterima oleh produsen
beras terhadap situasi di mana tidak ada beras yang diproduksi. Ukuran ini didasarkan
pada ukuran intuitif kurva penawaran (S), yang memperhatikan harga minimum yang
akan diterima produsen untuk setiap kg beras yang diproduksi. Pada titik equilibrium
E dengan harga P* dan kuantitas Q*, total penerimaan produsen adalah P*EQ*0. Dan
apabila produsen memproduksi sebesar Q* maka produsen akan menerima surplus
sebesar P*AE.
Analisis mengenai surplus produsen dan konsumen juga memberi petunjuk
bahwa, para ekonom percaya bahwa pasar yang bersaing secara sempurna
menghasilkan alokasi sumberdaya yang efisien. Mari kita perhatikan kembali Gambar
7.12, menunjukkan bahwa setiap level output untuk beras selain titik E dengan output
Q* dan harga P* adalah tidak efisien dan jumlah surplus produsen dan konsumen
secara total adalah tidak maksimum. Misalkan apabila jumlah beras yang dihasilkan
adalah sebesar Q1 maka total bidang surplus CFE akan hilang. Pada Q1 konsumen
akan bersedia membayar sebesar P2 untuk setiap kg beras yang dikonsumsi
konsumen, di mana biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi hanya sebesar P1.
Konsumen akan mendapatkan beras dengan harga yang lebih murah dari yang
seharusnya mereka bayar. Sementara produsen akan mendapatkan hasil lebih dari
beras atas ongkos produksi yang mereka keluarkan. Hanya pada titik E dengan harga
P* dan kuantitas Q* transaksi yang saling menguntungkan itu akan terjadi sehingga
penjumlahan dari surplus produsen dan konsumen adalah maksimum.

7.6. Intervensi Pemerintah dalam Pasar Persaingan Sempurna

Dalam perekonomian dewasa ini pemerintah sering kali melakukan intervensi


dalam pasar. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh pemerintah bermacam-macam
dapat berbentuk pengenaan pajak atas suatu produk, pemberian subsidi atas satu
produk, pembatasan perdagangan dalam bentuk tarif atau kuota, dan dapat pula
bentuk pengendalian harga.
211

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pajak

Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar adalah pengenaan
pajak atas suatu produk. Pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana
pengaruh pajak dapat mengubah alokasi sumberdaya, dan juga melihat siapa
sebenarnya yang menanggung beban pajak tersebut. Analisis pengaruh pajak dapat
membantu kita untuk menjelaskan bagaimana pajak dapat mempengaruhi
kesejahteraan produsen dan konsumen.
Pada kesempatan ini diuraikan pengaruh pajak khusus yaitu pajak yang
dikenakan terhadap suatu produk dengan jumlah tetap per unit output yang
dibebankan oleh pemerintah terhadap industri yang menghasilkan output yang sama.
Walaupun berdasarkan undang-undang pajak wajib dibayar oleh perusahaan, namun
pandangan ini dapat menyesatkan. Oleh karena itu mari kita perhatikan Gambar 7.13.
Gambar 7.13 menunjukkan bahwa kurva permintaan bergeser ke keri dari D
ke D1, dimana jarak vertikal antara kurva menunjukkan jumlah pajak per unit (t).
Misalkan harga yang dibayar oleh konsumen sebesar P, maka perusahaan hanya perlu
menjaga P-t. Hal tersebut merupakan kurva bermintaan setelah pajak yang akan
sejalan dengan perilaku perusahaan. Dalam kondisi ini konsumen tetap akan
membayar harga bruto seperti yang tercermin oleh kurva D. Dengan demikian pajak
menciptakan batas antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang sebenarnya
didapat oleh perusahaan.
Dalam jangka pendek dampak pajak menggeser keseimbangan dari posisi
awal P1, Q1 ke titik dimana permintaan yang baru D1 memotong kurva penawaran
jangka pendek S. Perpotongan ini muncul pada saat output sebesar Q2 dan harga
setelah pajak P2. Dengan asumsi bahwa harga P2 lebih rendah dari biaya variabel
rata-rata, dan perusahaan sekarang mengalami kerugian apabila mereka
memproduksi produk sebesar Q2, maka konsumen akan membayar P3 untuk tingkat
output Q2. Pada gambar tersebut, maka P3-P2 =t. Oleh karena itu dalam jangka
pendek sebagian beban pajak dibebankan kepada konsumen (terlihat pada harga yang
mereka bayar dari P1 ke P3, sebagai lainnya ditanggung oleh perusahaan, dimana
212

sekarang beroperasi dalam keadaan merugi karena mereka menerima P2 (bukan P1)
untuk output mereka.

P SMC P
S1
MC Pajak S
AC P4
P3

P1 LS

P2
D
D1

0 Q1 0 Q3 Q2 Q1 Q

Gambar 7.13. Dampak atas Pengenaan Pajak Khusus pada Pasar Persaingan
dan Berbiaya Tetap

Dalam jangka panjang perusahaan tidak akan beroperasi apabila mereka


merugi. Beberapa perusahaan akan meninggalkan pasar karena beratnya beban pajak
yang mereka harus tanggung. Dengan demikian jumlah produsen dalam pasar
menjadi sedikit, sehingga kurva penawaran pasar akan bergeser ke arah kiri,
keseimbangan baru akan terbentuk pada Q3, dimana harga setelah pajak yang
diterima perusahaan tetap berada dalam industri yang memungkinkan mereka untuk
menerima laba ekonomis sebesar nol. Perusahaan-perusahaan yang tetap bertahan
dalam industri akan kembali memproduksi output sebesar Q1. Dan harga yang
dibayar oleh perusahaan dalam pasar sekarang adalah P4. Jadi dalam jangka panjang,
jumlah keseluruhan dari pajak setelah dikonversi menjadi harga yang lebih tinggi.
Walaupun perusahaan secara nyata yang membayar pajak, akan tetapi beban pajak
dalam jangka panjang ditanggung seluruhnya oleh konsumen yang membeli produk.
213

Untuk kasus peningkatan biaya, produsen dan konsumen akan membayar


bagian pajaknya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.14.
Gambar 7.14 menunjukkan bahwa kurva penawaran jangka panjang memiliki
kemiringan yang positif karena dengan berkembangnya industri, maka biaya dari
berbagai input meningkat. Pembebanan pajak sebesar t, menyebabkan kurva
permintaan setelah t bergeser ke kiri menjadi D1 dan hal ini menyebabkan turunnya
harga netto dalam jangka panjang dari P1 ke P2. Oleh karena dihadapkan pada harga
yang lebih rendah (P2), maka membuat banyak perusahaan meninggalkan industri,
yang berdampak pada turunnya beberapa harga input. Keseimbangan jangka panjang
dicapai kembali pada harga netto yang lebih rendah, dan konsumen sekarang
membayar harga netto sebesar P3, yang lebih besar dari yang mereka bayar
sebelumnya.
Jumlah pajak yang dibayar ditunjukkan oleh daerah P2P3AB. Pajak ini
sebagian ditanggung oleh konsumen dan sebagian ditanggung oleh produsen. Jumlah
pajak yang ditanggung oleh konsumen adalah sebesar P3P1AC. Sementara beban
pajak yang ditanggung oleh produsen adalag P1P2BC. Sedang daerah ABE
merupakan kerugian beban baku (deadweight loss).

Price
LS

A
P3
C
P1 E

P2 B

D
D1

0 Q2 Q1 Quantity
Gambar 7.14. Pengaruh Pajak Terhadap Peningkatan Biaya dalam Industri
214

Gambar 7.14 juga menunjukkan bahwa, karena pajak yang dikenakan dapat
menurunkan output atas produk yang dikenai pajak, maka akan ada realokasi
produksi ke wilayah lain. Realokasi ini mengandung arti bahwa transaksi sebelumnya
yang saling menguntungkan akan hilang, dan beban pajak akan mengurangi
kesejahteraan secara keseluruhan. Kerugian total surplus konsumen sebagai akibat
dari pajak adalah P1P3AE. Ditransfer kepada pemerintah sebagai pajak sebesar
P1P3CE, sedang bidang ACE hilang begitu saja. Demikian halnya dengan total
surplus produsen yang digambarkan pada bidang P1P2EB, ditransfer ke pemerintah
sebesar P1P2BC sebagai penerimaan pajak, sedang daerah BCE hilang begitu saja.
Dengan menggunakan standar efisiensi alokasi sumber daya, dampak atas
pajak tersebut, adalah pemerintah menerima pajak yang jumlahnya sebesar daerah
P2P3AB. Apakah sebab pajak yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen tersebut
mengurangi kesejahteraan produsen dan konsumen secara keseluruhan, tergantung
pada bagaimana pemerintah membelanjakan pajak yang diterimanya secara bijak.
Suatu isu yang membutuhkan kajian yang mendalam. Sementara daerah ABE ini
adalah kerugian beban baku (deadweight loss), dimana tidak ada imbalan lain
sebagai kompensasi.

Contoh Soal

Fungsi permintaan industri dalam pasar persaingan sempurna adalah Qd = 140 –


P, dan Fungsi penawaran industri Qs = P + 60.
Di mana Q adalah jumlah kuantitas produk yang dijual dan P adalah harga jual
produk. Berdasarkan data tersebut diminta:
a. Hitung jumlah dan harga keseimbangan?
b. Apabila pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp. 10 per unit produk, hitung
jumlah dan harga keseimbangan
c. Hitung berapa besar pajak yang diterima oleh pemerintah?
d. Besarnya pajak yang dibayar masing-masing oleh produsen dan konsumen
215

e. Berapa besar kerugian beban baku.


Jawab:

a. Jumlah dan harga keseimbangan

Keseimbangan QD=QS

140 – P = P + 60
2P = 80
P = 40
Q = 140 – P
Q = 140 – 40
Q = 100

Jadi harga keseimbangan adalah Rp. 40 dan jumlah keseimbangan adalah 100
unit.
b. Apabila pemerintah mengenakan pajak sebesar 10 per unit produk, hitung jumlah
dan harga keseimbangan
QS= 60 + (P - t) karena t =10, maka QS = 50 +(P )
Qd=Qs
140 – P = P + 50
2P = 90
P = 45
Q = 140 – P
Q = 140 - 45
Q = 95
Jadi harga keseimbangan adalah sebesar Rp. 45 dan kuantitas keseimbangan
sebesar 95 unit. Pada keseimbangan ini konsumen membayar sebesar 45 untuk setiap
produk yang dibeli.
Untuk jelasnya keseimbangan sebelum dan sesudah pajak dapat dilihat pada
Gambar 7.15
216

c. Besarnya pajak yang diterima pemerintah adalah (45-35) x 95 = Rp. 950


d. Besarnya pajak yang tanggung oleh konsumen adalah (45-40) x 95 = Rp. 475.
Sementara beban pajak yang ditanggung oleh produsen adalah (40-35) x 95 =
Rp. 475.
e. Besarnya kerugian beban baku adalah sebesar daerah AEB yaitu (45-35) x (100-
95)/2 = Rp. 25

Price
S

45 A

40 C E

35 B

D
D1

0 95 100 Quantity
Gambar 7.15. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pengendalian Harga

Pemerintah kadang-kadang berusaha untuk menekan harga suatu produk


dengan tujuan yang mulia yaitu dengan maksud untuk melindungi konsumen atau
meningkatkan daya beli masyarakat umum. Akan tetapi sering kali pengendalian
harga yang dilakukan pemerintah, mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam
jangka panjang serta mengurangi surplus produsen dan konsumen (kesejahteraan
217

produsen dan konsumen). Analisis pengendalian harga yang dilakukan oleh


pemerintah ditunjukkan pada Gambar 7.16.
Gambar 7.16 menunjukkan bahwa pada awalnya keseimbangan jangka
panjang berada pada titik E dengan harga P1 dan kuantitas Q1. Dengan adanya
peningkatan permintaan yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan dari D0
ke D1, mengakibatkan harga produk naik menjadi P2 dalam jangka pendek, sehingga
menarik perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Dengan asumsi bahwa
pasar juga ditandai oleh adanya peningkatan biaya seperti ditunjukkan oleh kurva
penawaran jangka panjang (LS), sehingga mengakibatkan harga akan naik, namun
karena disebabkan karena bertambahnya perusahaan baru yang masuk ke pasar, maka
harga produk kini menjadi P3. Apabila perubahan harga ini tidak diinginkan, maka
pemerintah akan melakukan intervensi dengan kebijakan menetapkan harga tertinggi
(ceiling price). Kebijakan penetapan harga tertinggi ini menyebabkan perusahaan
mengurangi outputnya pada tingkat output sebelumnya Q1, dan pada harga P1,
sehingga permintaan bertambah menjadi Q3. Dengan demikian ada kelangkaan
produk di pasar sebesar Q3-Q1.
.

P
SS

LS
P2
B E’
P3

P1
E

D1
D0

Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 7.16. Pengendalian Harga dan Kelangkaan
218

Dampak atas kebijakan pengendalian harga oleh pemerintah seperti ini


terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen dapat dianalisis dengan
membandingkan besaran-besaran surplus produsen dan konsumen yang terjadi
sebelum dan sesudah kebijakan dilakukan. Pertama, konsumen yang pembeli pada Q1
menikmati surplus sebesar daerah P3BEP1, karena mereka dapat membeli produk ini
pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar yang sudah dikendalikan.
Kentungan ini mencerminkan transfer murni surplus produsen, yang akan terjadi
tanpa adanya kebijakan pengendalian harga dari pemerintah. Keuntungan yang
diterima oleh konsumen dengan harga yang rendah, adalah merupakan kerugian bagi
produsen. Walaupun tidak merepresentasikan kerugian terhadap kesejahteraan secara
menyeluruh, transfer seperti ini jelas akan mempengaruhi kesejahteraan relatif dari
para pelaku pasar.
Kedua, daerah ABE’ menunjukkan nilai dari tambahan surplus konsumen
yang akan diperoleh tanpa adanya pengendalian harga dari pemerintah. Daerah BEE’
menunjukkan tambahan surplus produsen yang tersedia pada pasar apabila
pemerintah tidak melakukan intervensi pengendalian harga. Kedua bidang ini
bersama-sama yaitu AEE’, menunjukkan total nilai atas transaksi yang saling
menguntungkan antara produsen dan konsumen yang tidak dapat dinikmati karena
adanya kebijakan pengendalian harga dari pemerintah. Oleh karena itu biaya-biaya
dari kebijakan pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dapat diukur
dengan menggunakan konsep surplus produsen dan konsumen.
Yang terakhir, analisis kesejahteraan pada Gambar 7.16 juga memberi
pemahaman atas berbagai tujuan politik yang melatarbelakangi setiap kebijakan
pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah. Konsumen yang berhasil
mendapatkan output sebesar Q1 pada harga P1. Akan menjadi pendukung kebijakan
219

ini karena mereka mendapatkan keuntungan kesejahteraan yang cukup berarti. Akan
tetapi perlu dipahami bahwa keuntungan tersebut diperoleh karena adanya kerugian
yang dialami produsen pada Q1, karena mereka mendapatkan lebih sedikit dari yang
mungkin mereka dapatkan, sehingga mereka akan menentang kebijakan ini. Produsen
dan konsumen yang bersedia melakukan transaksi lebih dari Q1 akan rugi sehingga
mereka juga akan menentang kebijakan ini. Dalam kenyataannya mereka mungkin
akan berusaha menghindari kebijakan pengendalian harga dengan melakukan
transaksi ilegal pada harga yang lebih besar dari P1.

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pembatasan Perdagangan

Dalam perdagangan internasional, pemerintah sering kali melakukan


intervensi dalam bentuk bentuk tarif dan kuota impor. Dalam kontek pembatasan
perdagangan internasional memiliki dampak yang serupa dengan pajak. Pembatasan
perdagangan dapat mengurangi transaksi yang saling menguntungkan dan
menyebabkan berbagai transfer di antara mereka yang terlibat. Dalam mempelajari
dampak pembatasan perdagangan, maka model persaingan sempurna sering kali
dijadikan dasar untuk mempelajari dari dampak atas pembatasan perdagangan
tersebut.
Gambar 7.17 menunjukkan permintaan dan penwaran domestik untuk produk
tertentu misalnya daging sapi. Dalam kondisi tidak ada perdagangan internasional,
harga keseimbangan adalah sebesar P0 dan kuantitas yang diperdagangkan adalah
sebesar Q0. Walaupun transaksi perdagangan ini saling menguntungkan antara
produsen dan konsumen di dalam negeri, akan tetapi dengan membuka perdagangan
internasional menghasilkan banyak pilihan tambahan. Misalkan harga daging sapi
internasional sebesar Pw, dimana Pw adalah lebih rendah dari harga dalam negeri (P0),
maka pembukaan perdagangan internasional akan menyebabkan harga turun sampai
ke tingkat harga dunia (Pw). Turunnya harga ini akan menyebabkan jumlah yang
diminta akan meningkat, sampai ke Q1. Sementara pada sisi lain jumlah kuantitas
yang ditawarkan oleh para produsen dalam negeri akan turun ke Q2. Jadi jumlah
220

daging impor di pasaran adalah sebesar (Q1-Q2). Jadi pada dasarnya apa yang
ditawarkan oleh produsen dalam negeri pada harga internasional akan ditawarkan
oleh produsen asing.
Pergeseran pada keseimbangan pasar dari E0 ke E1 menyebabkan peningkatan
surplus konsumen sebesar daerah P0PwE0E1. Keuntungan ini menunjukkan transfer
dari produsen daging sapi dalam negeri pada bidang P0E0APw, dan bagian yang
sudah pasti mewakili kesejahteraan adalah E1E0A. Pada dasarnya surplus konsumen
dalam hal ini adalah pembeli mendapatkan harga daging sapi yang lebih rendah dari
harga sebelumnya yang tersedia pada pasar dalam negeri. Seperti halnya dalam
analisis sebelumnya, kerugian surplus produsen dialami oleh input-input yang
menyebabkan kurva penawaran jangka panjang memiliki kemiringan ke atas. Apabila
misalnya industri daging sapi dalam negeri mengalami kenaikan biaya karena, harga
pakan ternak mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan output, maka
penurunan Q0 ke Q2 sebagai akibat dari perdagangan internasional akan membalik
proses ini, menyebabkan harga pakan ternak menurun.

P LS

E0
P0
E
A
E1
PW

Q2 Q0 Q1 Q
Gambar 7.17. Pembukaan Tarif Perdagangan Internasional
221

Para peternak di dalam negeri tidak akan senang dengan penurunan harga
daging di dalam negeri, sehingga mereka akan menekan pemerintah untuk
menerapkan proteksi terhadap arus produk daging impor. Oleh karena kerugian
surplus produsen dialami oleh relatif kecil individu, sementara konsumen yang
mendapat keuntungan atas perdagangan tersebut. Para peternak dalam negeri
mungkin berusaha untuk membuat perlawanan terhadap impor dari pada konsumen
yang tetap menginginkan agar perdagangan tetap terbuka.
Salah satu bentuk proteksi adalah tarif. Tarif yang dimaksud adalah pajak
yang dikenakan terhadap barang impor. Dampak atas tarif seperti yang dimaksud
dapat dilihat pada Gambar 7.18.

P LS

E0
P0
B E2
Pt

A E1
PW
C F

Q2 Q4 Q0 Q3 Q1 Q
Gambar 7.18. Pengenaan Tarif dalam Perdagangan Internasional

Gambar 7.18 menunjukkan dampak pengenaan tarif impor dalam perdagangan


internasional. Untuk menjelaskan grafik ini, kita mulai pada titik keseimbangan
222

setelah adanya perdagangan internasional yaitu pada titik E1. Pembebanan tarif impor
per kg daging sapi untuk pembeli dalam negeri sebesar t menyebabkan harga efektif
naik menjadi PW + t = Pt. Dengan naiknya harga dari PW ke Pt menyebabkan kuantitas
yang diminta turun dari Q1 ke Q3, sementara produksi daging dalam negeri meningkat
dari Q2 ke Q4, dan total daging impor turun menjadi Q3 – Q4. Oleh karena setiap kilo
gram daging dikenai tarif impor, maka total penerimaan pemerintah atas tarif impor
daging adalah sebesar daerah BCFE2.
Pembebanan tarif pada produk impor menghasilkan berbagai dampak
kesejahteraan. Surplus konsumen total berkurang sebesar daerah PtPWE2E1.
Pengurangan surplus konsumen tersebut sebagian di transfer ke dalam pendapatan
tarif yaitu sebesar daerah BCFE2 dan sebagian lagi ditrasfer pada peningkatan surplus
produsen domestik yaitu sebesar daerah PtPWBA. Sementara daerah ABC dan daerah
FE1E2, menunjukkan surplus konsumen yang tidak ditransfer ke mana-mana, sehingga
daerah ini merupakan kerugian beban baku (deadweight loss) atas tarif impor.

7.7. Ringkasan Bab 7

Pasar persaingan sempurna merupakan pasar barang yang paling ideal kerena
mempunyai ciri-ciri yang memaksimumkan kesejahteraan masyarakat. Ciri utama
pasar persaingan sempurna adalah, produk yang ada adalah identik atau homogen,
banyak produsen dan konsumen dalam pasar, sehingga baik produsen maupun
konsumen adalah penerima harga, dan perusahaan mudah keluar masuk dalam pasar,
serta produsen dan konsumen memiliki pengetahuan yang sempurna tentang pasar.
Kurva penawaran jangka pendek dalam pasar persaingan sempurna
merupakan penjumlahan dari kurva-kurva penawaran jangka pendek secara horisontal
pada berbagai perusahaan penerima harga. Harga keseimbangan terbentuk dalam
jangka pendek atas interaksi antara kurva penawaran jangka pendek dengan kurva
permintaan pasar. Pada harga keseimbangan perusahaan bersedia untuk menghasilkan
output yang tepat jumlahnya dengan output yang ingin dibeli oleh konsumen.
Laba ekonomis, akan menarik para pengusaha baru untuk masuk ke dalam
pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang. Masuknya perusahaan baru dalam
223

pasar persaingan sempurna akan berlanjut sampai laba ekonomis berkurang sampai
sama dengan nol. Pada kondisi ini harga pasar akan sama dengan biaya rata-rata
jangka panjang dan setiap perusahaan akan beroperasi pada titik terendah dari kurva
biaya rata-rata jangka panjang.
Masuknya perusahaan baru dalam pasar persaingan sempurna, dapat
berpengaruh pada harga input perusahaan. Akan tetapi dalam kasus biaya tetap biaya
input ini tidak berpengaruh, sehingga kurva penawaran jangka panjang berbentuk
horisontal. Apabila masuknya perusahaan baru akan meningkatkan biaya input, maka
kurva penawaran jangka panjang akan memiliki slope menaik.
Dalam jangka panjang produsen dalam pasar persaingan sempurna hanya akan
memperoleh keuntungan normal saja. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan
dengan mudah keluar masuk dalam pasar. Apabila terdapat keuntungan ekonomis,
maka banyak perusahaan yang akan masuk dalam pasar, sehingga penawaran produk
bertambah dan harga turun. Pada akhirnya perusahaan hanya akan memperoleh
keuntungan normal saja. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami kerugian, maka
banyak perusahaan yang keluar dari pasar, sehingga penawaran menurun dan harga
akan meningkat.
Surplus produsen dan konsumen merupakan suatu konsep yang sangat
berguna untuk menganalisis dampak perubahan suatu kebijakan terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen. Perubahan pada surplus konsumen
mencerminkan tentang perubahan kepuasan konsumen karena mengkonsumsi produk
tertentu. Sementara perubahan surplus produsen mencerminkan tentang perubahan
pendapatan yang diterima oleh produsen atas penjualan suatu produk tertentu.
Dampak pajak umumnya berpengaruh terutama dibebankan kepada produk
yang tidak elastis terhadap perubahan harga. Pajak juga memiliki dampak beban baku
sebagai tambahan atas beban yang dikenakan atas pengumpulan pajak yang dilakukan
oleh pemerintah.
Pengendalian harga dalam pasar meliputi transfer antara produsen dan
konsumen. Di samping itu pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pasar mempunyai konsekuensi politik. Bagi masyarakat yang diuntungkan tentunya
224

akan mendukung kebijakan tersebut, sementara masyarakat dirugikan akan berusaha


membuat perlawanan.
Pembatasan perdagangan dapat menciptakan transfer antar produsen dan
konsumen serta kerugian beban baku atas kemakmuran ekonomi. Dampak dari
berbagai jenis pembatas perdagangan seperti tarif merupakan contoh yang sama
terhadap batasan perdagangan yang lain seperti kuota impor.

Pertanyaan Bab 7

1. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna?


2. Dalam pasar persaingan sempurna harga ditentukan oleh interaksi permintaan dan
penawaran, terangkan dengan menggunakan grafik sifat permintaan yang dihadapi
oleh perusahaan dalam persaingan sempurna.
3. Dengan menggunakan angka-angka tertentu, gambarkan secara grafik bagaimana
suatu produk dalam pasar persaingan sempurna mencapai tingkat keuntungan
maksimum. Hitung tingkat harga dan tingkat produksi yang diperoleh.
4. Jelaskan mengapa tingkat harga dimana kuantitas yang diminta dan kuantitas yang
ditawarkan, disebut sebagai harga keseimbangan?
5. Misalkan kita mengetahui bahwa kurva permintaan menunjukkan tingkat harga
yang bersedia dibayar oleh konsumen dan kurva penawaran menunjukkan tingkat
harga yang ingin diterima oleh produsen. Dengan cara pandang permintaan dan
penawaran tersebut, jelaskan bagaimana anda mendefinisikan kuantitas
keseimbangan.
6. Dalam pasar dengan kurva permintaan dan penawaran yang inelastis, maka
sebagian pergerakan pasar dalam jangka pendek akan terjadi pada tingkat harga,
bukan pada kuantitas. Sebaliknya pada pasar dengan kurva penawaran dan
permintaan yang elastis, sebagian besar bergerakan berada pada kuantitas, bukan
pada harga, setujukah anda dengan pernyataan tersebut. Buat grafik untuk
membuktikan jawaban anda?
225

7. Pada pasar persaingan sempurna dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan
keberadaan perusahaan yaitu; mendapatkan keuntungan maksimal, keuntungan
normal, mengalami kerugian namun tetap beroperasi, dan menutup usaha. Jelaskan
dengan grafik maksud dari keadaan tersebut?
8. Jelaskan bahwa kurva biaya marjinal yang berada di atas kurva biaya rata-rata
adalah kurva penawaran bagi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna?
9. Jelaskan mengapa pada pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang
perusahaan tetap bertahan dalam industri yang hanya memberikan keuntungan
ekonomi sama dengan nol. Mengapa banyak pengusaha ingin memasuki industri
tersebut? Tidakkah pemilik perusahaan akan lebih baik apabila mereka
melakukan investasi pada jenis usaha yang lain.
10. Gambarkan dengan grafik untuk menjelaskan bahwa suatu kurva permintaan
tertentu, hal mana semakin rendah elastisitas penawaran, maka semakin besar
beban pajak yang dibayar oleh produsen?
11. Uraikan mengapa pengendalian harga dalam perdagangan yang dilakukan oleh
pemerintah melibatkan kerugian kesejahteraan? Siapa yang akan mengalami
kerugian kesejahteraan, sebaiknya dijelaskan dengan menggunakan grafik.
12. Tabel berikut menunjukkan tentang kuantitas produk, pendapatan total dan biaya
total:
Jumlah 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Total
Biaya Total 4 6 8 10 13 17 23 30 41
Berdasarkan tabel tersebut diminta:
a. Hitung keuntungan masing-masing jumlah, dan berapa banyak yang harus
diproduksi perusahaan apabila mereka ingin memperoleh keuntungan yang
maksimum?
b. Hitung pendapatan marjinal dan biaya marjinal masing-masing jumlah.
Kemudian gambarkan grafiknya, serta pada jumlah berapa kedua kurva
226

tersebut berpotongan. Bagaimana hubungannya dengan jawaban pada


pertanyaan a?
13. Misalkan kurva permintaan harian untuk suatu produk ditunjukkan oleh
persamaan: Qd= 1.600 – 600P,
Dimana Qd = permintaan ton per hari dan P adalah harga per ton.
a. Apabila Perusahaan memproduksi 1000 ton per hari, berapa tingkat harga
yang akan terjadi?
b. Apabila produksi perusahaan turun menjadi 400 ton per hari, berapa tingkat
harga yang akan terjadi?
c. Misalkan permintaan produk bergeser ke kanan menjadi
Qd = 2.200 – 600P
Bagaimana perubahan jawaban anda pada soal a dan b
d. Gambarkan jawaban anda?
14. Dalam suatu pasar persaingan sempurna terdapat 1000 perusahaan. Dalam jangka
pendek setiap perusahaan memiliki penawaran tetap sebesar 100 unit. Sementara
permintaan pasar adalah Q = 160.000 – 10.000P. Berdasarkan data tersebut:
a. Hitung harga keseimbangan jangka pendek?
b. Hitung skedul permintaan yang dihadapi setiap perusahaan dalam industri
tersebut?
c. Hitung harga keseimbangan yang terjadi apabila salah satu dari penjual
memutuskan untuk tidak menjual satu barang pun, atau apabila salah satu
penjual menjual barang sebesar 200 unit.
d. Apa kesimpulan anda terhadap efek bagi setiap perusahaan pada harga pasar?
15. Bensin dijual oleh pompa bensin lokal yang berada pada kondisi persaingan
sempurna. Oleh karena seluruh pemilik pompa bensin menghadapi kurva biaya
rata-rata jangka panjang dalam bentuk:
AC = 0,02q - 2 + 200/q
Dan kurva biaya marjinal jangka panjang yang sama bentuk yaitu:
MC = 0,04q – 2
Berdasarkan informasi tersebut diminta:
227

a. Dengan mengasumsikan bahwa pasar berada dalam keseimbangan jangka


panjang, berapa banyak bensin yang akan dijual oleh setiap pemilik pompa
bensin per hari? dan berapa biaya rata-rata dan biaya marjinal jangka panjang
pada tingkat output tersebut?
b. Jika permintaan pasar bensin adalah
Qd = 2.500.000 – 500.000P
Dengan menggunakan jawaban anda pada soal a berapa harga bensin
dalam keseimbangan jangka panjang? Berapa banyak bensin yang diminta
dan berapa banyak pompa bensin yang ada?
228

BAB VIII
PASAR MONOPOLI

Apabila dalam pasar persaingan sempurna sejumlah besar penjual dan


pembeli suatu produk memastikan bahwa tidak satupun penjual atau pembeli dapat
mempengaruhi harga. Dalam hal ini kekuatan penawaran dan permintaan yang
menentukan harga. Produsen secara sendiri-sendiri menerima harga sebagai dasar
untuk menentukan berapa banyak yang harus mereka produksi. Demikian halnya
konsumen mengambil harga pasar dalam mempertimbangkan berapa barang atau
jasa yang dibeli.
Pada sisi lain pasar monopoli adalah bentuk pasar yang bertolak belakang
dengan pasar persaingan sempurna. Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana
hanya terdapat satu perusahaan yang menjual barang atau jasa di pasar, serta barang
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut tidak memiliki barang pengganti
yang dekat.
Pada bab ini kita akan menganalisis perilaku seorang monopoli. Oleh karena
monopoli adalah satu-satunya produsen atas suatu produk, dan kurva permintaan
yang dihadapinya adalah kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar dalam hal
ini menghubungkan harga yang diterima oleh pelaku monopoli dengan jumlah produk
yang akan ditawarkan untuk dijual. Jadi pada bab ini kita akan melihat bagaimana
pemain monopoli dapat memanfaatkan pengendalian harga dan jumlah yang
memaksimalkan keuntungan, berbeda dengan seharusnya terjadi pada pasar
persaingan sempurna.
Pada umumnya jumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan monopoli
lebih sedikit dan harganya lebih tinggi dibanding dengan jumlah dan harga pada pasar
persaingan sempurna. Oleh karena itu, dalam konteks monopoli masyarakat akan
terbebani biaya karena lebih sedikit konsumen membeli produk tersebut, dan
konsumen membeli produk dengan harga yang lebih mahal. Hal itulah yang
229

menyebabkan pada beberapa negara membuat undang-undang anti monopoli yang


melarang perusahaan untuk melakukan monopoli pada sebagian besar pasar.

8.1. Ciri-ciri Pasar Monopoli

Pasar monopoli memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pasar persaingan


sempurna. Adapun ciri-ciri perusahaan monopoli antara lain:
Ciri pertama pasar monopoli adalah hanya terdapat satu perusahaan dalam
industri. Sifat ini pada dasarnya sudah jelas dalam pengertian pasar monopoli. Oleh
karena itu barang dan jasa yang dihasilkan tidak dapat diperoleh dari perusahaan lain.
Jadi para pembeli tidak mempunyai pilihan lain, apabila mereka menginginkan
barang tersebut, maka mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut.
Syarat-syarat dan harga jual sepenuhnya ditentukan oleh monopoli serta para pembeli
tidak dapat berbuat banyak dalam menentukan harga dan syarat jual beli.
Ciri kedua dari pasar monopoli yaitu barang yang dihasilkan tidak memiliki
barang pengganti yang mirip. Barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang
pengganti yang mirip yang dapat menggantikan barang tersebut. Mocrosof Window
dan Listrik misalnya tidak memiliki barang pengganti yang mirip. Yang ada adalah
barang pengganti yang sifatnya sangat berbeda, seperti listrik barang pengganti
adalah lilin dan lampu minyak. Lampu minyak dan lilin tidak dapat menggantikan
listrik karena tidak dapat digunakan untuk mendinginkan kulkas dan menyalakan TV
dan sebagainya.
Ciri ketiga dari pasar monopoli yaitu sangat sulit bagai perusahaan lain untuk
masuk dalam industri. Ciri ini merupakan sebab utama yang menyebabkan
perusahaan memiliki kekuatan monopoli. Apabila ciri ini tidak ada maka tidak akan
ada perusahaan monopoli, karena tanpa adanya halangan yang besar, maka
perusahaan lain akan turut dalam industri tersebut. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan monopoli tidak mendorong perusahaan lain untuk ikut dalam industri
tersebut, disebabkan karena adanya hambatan yang cukup kuat. Hambatan itu dapat
230

berupa Undang-Undang, ada bersifat teknologi yang sangat canggih seperti


Mocrosof Window sehingga sangat sulit untuk dicontoh, dan hambatan-hambatan
lainnya.
Ciri keempat dari pasar monopoli yaitu perusahaan adalah penentu harga.
Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya perusahaan dalam industri
maka dialah yang menentukan harga (price maker). Oleh karena itu perusahaan
monopoli dapat melakukan pengendalian jumlah produk yang ditawarkan untuk dapat
menentukan harga pada tingkat yang diinginkan.
Ciri kelima dari perusahaan monopoli yaitu perusahaan tidak perlu
melakukan promosi yang gencar. Oleh karena monopoli merupakan satu-satunya
perusahaan dalam industri, maka perusahaan tidak perlu melakukan promosi dengan
iklan. Konsumen yang membeli produk yang dihasilkan tidak punya pilihan lain.
Walaupun perusahaan monopoli terkadang melakukan iklan, namun pada dasarnya
iklan yang dilakukan bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen.

8.2. Penyebab Munculnya Monopoli

Penyebab munculnya perusahaan monopoli karena hambatan masuk dalam


industri. Suatu monopoli akan terus menjadi pemain tunggal dalam pasar karena
perusahaan lain tidak mampu masuk ke dalam pasar itu untuk bersaing dengannya.
Hambatan untuk masuk ini muncul karena tiga hal yaitu: penguasaan sumber daya,
karena diciptakan oleh pemerintah, dan monopoli alamiah.

Penguasaan Sumber Daya

Cara paling mudah bagi perusahaan untuk melakukan monopoli adalah


dengan menguasai sumber daya pokok. Walaupun penguasaan sumber daya pokok
berpotensi menyebabkan monopoli, namun dalam praktek monopoli sangat jarang
terjadi karena alasan ini. Dalam kondisi ekonomi dewasa ini dengan berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh banyak orang, di mana banyak barang yang diperdagangkan
secara internasional, maka ruang lingkup alamiah dari pasar adalah seluruh dunia.
231

Oleh karena itu hanya sedikit perusahaan yang memiliki sumber daya yang tidak
tergantikan.
Sebagai contoh yang klasik dari perusahaan monopoli yang muncul akibat
pemilikan suatu sumber daya adalah DeBeers, perusahaan berlian di Afrika Selatan.
DeBeers menguasai sekitar 80 persen dari total produksi berlian di seluruh dunia.
Walaupun mereka tidak dapat menguasai 100 persen pasar berlian, tetapi DeBeers
punya pengaruh yang sangat besar dalam menentukan harga jual berlian.

Monopoli yang Diciptakan oleh Pemerintah

Dalam banyak kasus, monopoli terjadi karena pemerintah telah memberikan


hak eksklusif kepada seseorang atau kepada suatu perusahaan untuk menjual barang
atau jasa. Tidak jarang terjadi monopoli timbul karena pengaruh politik yang dimiliki
calon monopoli. Pada masa lalu, raja-raja memberikan izin khusus untuk berbisnis
hanya kepada teman dan sekutu mereka. Di samping itu pemerintah juga dapat
memberikan apabila dipandang sesuai dengan keinginan publik.
Hak paten dan hak cipta merupakan dua contoh penting tentang bagaimana
pemerintah menciptakan monopoli dalam upaya untuk memenuhi keinginan publik.
Apabila suatu perusahaan farmasi menemukan suatu obat baru, maka perusahaan
tersebut dapat mendaftarkan hak paten atas obat tersebut kepada pemerintah, dan
apabila pemerintah memandang bahwa obat tersebut adalah benar-benar baru, maka
hak paten akan dikeluarkan sehingga perusahaan farmasi tersebut memiliki hak
tunggal untuk membuat dan menjual obat selama 20 tahun. Demikian hal dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dapat mendaftarkan hasil temuan
kepada pemerintah untuk memperoleh hak paten. Hak cipta adalah jaminan dari
pemerintah bahwa tidak ada orang lain yang dapat menggandakan dan menjual karya
tersebut tanpa seizin dengan penemu atau penulisnya.
Dampak dari hak paten dan hak cipta dapat dilihat dengan mudah. Hal
tersebut disebabkan karena aturan tersebut memberikan kekuasaan kepada suatu
produsen untuk memonopoli pasar. Oleh karena itu harga pasar atas produk yang
diproduksinya akan jauh lebih tinggi dibanding apabila barang tersebut dijual pada
232

pasar yang bersaing. Perusahaan farmasih diperbolehkan untuk memonopoli obat-


obat yang mereka temukan dengan tujuan agar mereka terus menerus melakukan riset
yang membutuhkan dana besar. Para penulis buku diperbolehkan untuk melakukan
monopoli atas buku yang ditulisnya agar mereka terus dapat menulis buku yang lebih
baik.
Oleh karena itu monopoli karena hak paten dan hak cipta memiliki dampak
positif dan negatif. Sisi positif atas hak paten dan hak cipta adalah adanya insentif
yang lebih tinggi untuk mendorong kreativitas. Sementara sisi negatif muncul akibat
yang ditentukan monopoli tersebut mungkin memberatkan konsumen.
Di Indonesia perusahaan listrik negara (PLN) adalah satu bentuk perusahaan
monopoli yang diciptakan oleh negara. Di Indonesia hanya ada satu produsen listrik
yaitu PLN. Listrik yang dihasilkan oleh PLN tidak mempunyai substitusi yang mirip,
dan perusahaan-perusahaan lain sangat sulit untuk memasuki industri listrik karena
adanya hambatan (barrier to entry) dinama PLN diberi hak monopoli berdasarkan
Undang-Undang.

Monopoli Alamiah

Apabila suatu perusahaan dapat menyediakan barang atau jasa pada seluruh
pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah dari perusahaan lain
yang ada di sekitarnya. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat skala
ekonomi (economies of scale) pada suatu output tertentu. Gambar 8.1. menunjukkan
biaya rata-rata suatu perusahaan yang memiliki sakala ekonomi.

Biaya

Biaya total rata-rata

0 Output
Gambar 8.1. Monopoli karena Skala Ekonomi
233

Gambar 8.1. menunjukkan bahwa suatu perusahaan tunggal dapat


menghasilkan output sejumlah berapapun dengan biaya minimum. Artinya untuk
jumlah output berapapun, sejumlah perusahaan akan menghasilkan jumlah output per
perusahaan yang lebih sedikit, sementara biaya total rata-rata lebih tinggi.
Sebagai contoh monopoli alamiah adalah perusahaan air daerah (PDAM).
Untuk mendistribusikan air bersih ke pada penduduk kota, suatu perusahaan harus
membangun jaringan pipa pada seluruh wilayah yang ada dalam kota itu. Masing-
masing perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa pembangunan jaringan pipa
air. Oleh karena itu biaya total rata-rata aras penyediaan air ini akan minimal apabila
hanya ada satu perusahaan yang melayani kebutuhan air pada satu kota.
Ketika suatu perusahaan monopoli alamiah, perusahaan tersebut tidak akan
terlalu peduli dengan perusahaan-perusahaan baru yang akan masuk ke pasar itu dan
mengurangi kemampuan monopolinya. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan-
perusahaan lain yang akan masuk ke pasar di mana terdapat monopoli alamiah, maka
perusahaan yang akan masuk sadar benar bahwa mereka sangat kesulitan untuk dapat
mencapai tingkat biaya yang sama rendahnya dengan si monopoli yang ada.

8.3. Keputusan Output dan Harga

Monopoli sebagai produsen tunggal atas suatu produk, maka pelaku monopoli
berada dalam posisi yang unik. Pertanyaan yang muncul bagaimana pelaku monopoli
mengambil keputusan tentang kuantitas dan harga. Apabila perusahaan monopoli
memutuskan untuk menaikkan harga produknya, maka ia tidak perlu khawatir
terhadap pesaing yang akan mengenakan harga yang lebih rendah, akan tetapi dalam
merebut omset penjualan yang lebih besar dengan biaya yang ditanggung oleh
234

monopoli menjadi dasar pertimbangan dalam memutuskan jumlah dan harga yang
dikenakan kepada konsumen. Permintaan monopoli adalah permintaan pasar dan
secara keseluruhan mereka mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk di
jual.
Walaupun pelaku monopoli adalah satu-satunya produsen dalam pasar,
tidaklah berarti bahwa pelaku monopoli dapat menentukan harga sesuai dengan
keinginannya. Hal tersebut disebabkan karena tujuan perusahaan yaitu
memaksimumkan keuntungan. Dalam memaksimalkan laba pertama-tama perusahaan
monopoli harus menghitung biaya-biaya produksi mereka dan karakteristik atas
perminaan pasar dari produknya. Pengetahuan tentang biaya dan karakteristik pasar
merupakan faktor yang sangat menentukan keputusan ekonomi suatu prilaku
monopoli.

Pendapatan Monopoli

Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang menyediakan
air bersih. Tabel 8.1. menunjukkan bahwa pendapatan pelaku monopoli penyediaan
air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada konsumen.
Tabel 8.1. Pendapatan Total,Rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Jumlah Harga Pendapatan Pendapatan Pendapatan
air Total Rata-rata Marjinal
0 Kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88..000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10000 100.000 10.000 -8.000
11 8000 88.000 8.000 -12.000
235

Tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada kolom pertama dan kedua (jumlah dan
harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual satu kubik air, harganya adalah Rp. 28.000, namun apabila
memproduksi 2 kubik maka harganya harus diturunkan menjadi Rp. 26.000 supaya
kedua kubik air tersebut laku terjual. Dan apabila monopoli memproduksi 3 kubik air,
harga harus diturunkan menjadi Rp. 24.000, kemudian jika memproduksi 4 galon air
harganya harus diturunkan lagi menjadi Rp. 22.000 dan seterusnya. Apabila kita
membuat grafik pada angka-angka yang ada pada kolom satu dan dua, maka kita akan
mendapatkan suatu kurva permintaan yang menurun sebagaimana kurva permintaan
pada umumnya.
Kolom ketiga pada tabel 8.1 menunjukkan tentang pendapatan total
perusahaan monopoli. Jumlah ini sama dengan jumlah barang yang dijual (kolom 1)
dikali harga barang yang dijual (kolom 2). Kolom keempat merupakan pendapatan
rata-rata pelaku monopoli. Pendapatan rata-rata perusahaan monopoli dihitung
dengan cara membagi kolom total pendapatan (kolom 3) dibagi dengan kolom jumlah
(kolom 1). Pendapatan rata-rata suatu produk selalu sama dengan harga barang. Hal
seperti ini juga berlaku untuk perusahaan monopoli.
Kolom terakhir adalah kolom penerimaan marjinal (kolom 5) perusahaan
monopoli, yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan monopoli atas
setiap tambahan 1 unit barang yang dijual. Untuk menghitung pendapatan marjinal
kita mengambil perubahan pada pendapatan total apabila jumlah penjualan meningkat
satu unit. Misalnya ketika perusahaan memproduksi 2 kubik air, pendapatan totalnya
adalah Rp. 52.000, naiknya produksi menjadi tiga, maka penerimaan total menjadi
Rp. 72.000. Jadi pendapatan marjinal adalah Rp. 72.000 – Rp. 52.000 = Rp 20.000.
Tabel 8.1 sangat penting untuk menjelaskan dasar perilaku perusahaan
monopoli. Terlihat bahwa pendapatan marjinal pelaku monopoli selalu lebih kecil
dari harga barang yang dijualnya. Misalnya ketika perusahaan menaikkan produksi
dari 2 kubik air menjadi tiga 3 kubik air, maka pendapatan total hanya naik sebesar
Rp. 20.000 saja walaupun setiap kubiknya dapat terjual seharga Rp. 24.000. Untuk
perusahaan monopoli pendapatan marjinal lebih kecil dari harga karena suatu
236

monopoli menghadapi kurva permintaan menurun. Untuk meningkatkan jumlah


barang yang terjual, maka suatu perusahaan monopoli harus menurunkan harga
barang yang dijualnya. Jadi untuk menjual kubik yang ketiga maka perusahaan
monopoli harus rela mendapatkan pendapatan yang lebih sedikit atas kubik pertama,
kedua, dan ketiga.
Pendapatan marjinal untuk perusahaan monopoli sangat berbeda dengan
pendapatan marjinal perusahaan bersaing. Ketika suatu perusahaan monopoli
meningkatkan volume penjualannya, terdapat dua dampak pada pendapatan total
(PxQ) yaitu; (1) efek output (lebih banyak barang yang dijual, sehingga Q lebih besar
dan (2) efek harga, yaitu harga akan turun jadi P lebih rendah dari sebelumnya.
Dalam perusahaan bersaing suatu perusahaan dapat menjual produknya berapa
pun yang mereka inginkan pasar. Oleh karena itu efek harga tidak terjadi. Ketika
suatu perusahaan bersaing meningkatkan omzet penjualannya sebesar 1 unit, maka
harga pasar tidak berubah sehingga pendapatan yang sebelumnya diterima tidak
berkurang. Karena perusahaan bersaing adalah price taker, maka pendapatan
marjinalnya sama dengan harga jual produknya. Sebaliknya ketika suatu pelaku
monopoli meningkatkan penjualannya sebesar 1 unit, maka harganya harus turun
untuk setiap produk yang dijualnya, dan pemotongan harga ini akan mengurangi
pendapatan pada unit yang terbiasa dijualnya. Jadi pendapatan marjinal suatu
perusahaan monopoli lebih kecil dari harga barang yang dijualnya.

Harga

Permintaan (D) =
Pendapan rata-
rata)

Jumlah

Pendapatan
Marjinal (MR)

Gambar 8.2. Kurva Permintaan dan Pendapatan Marjinal


Perusahaan Monopoli
237

Gambar 8.2 menunjukkan kurva permintaan dan pendapatan marjinal untuk


suatu perusahaan monopoli. Oleh karena harga yang dikenakan perusahaan sama
dengan pendapatan rata-rata, maka kurva permintaan sama dengan kurva pendapatan
rata-rata. Kurva ini selalu berawal pada titik yang sama pada sumbu vertikal karena
pendapatan marjinal dari unit pertama yang terjual sama dengan harga barang itu,
namun selanjutnya karena alasan yang dijelaskan, maka pendapatan marjinal pelaku
monopoli akan menjadi lebih kecil dari pada harga barang. Oleh karena itu kurva
marjinal pelaku monopoli berdada di bawah kurva permintaan.

Maksimisasi Keuntungan

Kita telah mempelajari tentang pendapatan perilaku monopoli, maka


selanjutnya pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana perusahaan
monopoli memaksimumkan keuntungan. Untuk memaksimumkan output suatu
perusahaan telah kita jelaskan pada bab 7 bahwa maksimumkan keuntungan dapat
dicapai apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR=MC). Konsep
ini pula yang digunakan oleh perusahaan monopoli dalam memaksimumkan
keuntungan.
Gambar 8.3. menunjukkan kurva permintaan pasar, juga merupakan kurva
penerimaan rata-rata (MR) yang diterima oleh perusahaan monopoli. Kurva tersebut
sekaligus menentukan harga per unit yang diterima oleh perusahaan monopoli
sebagai fungsi dari outputnya. Selain kurva penerimaan marjinal (MR), juga
ditunjukkan kurva biaya rata-rata (AC), dan kurva biaya marjinal (MC). Penerimaan
marjinal dan biaya marjinal sama (MR=MC) pada saat jumlah yang dihasilkan
sebesar Q* dan harga P*.
238

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita memastikan bahwa Q* dan P*


adalah jumlah dan harga yang memaksimalkan laba perusahaan monopoli?
Bagaimana seandainya perusahaan monopoli tersebut memproduksi dalam jumlah
yang lebih sedikit misalkan pada Q2 dan menerima harga yang lebih tinggi pada P1
seperti terlihat pada Gambar 8.3. Terlihat bahwa penerimaan marjinal melebihi biaya
marjinalnya. Oleh karena biaya marjinal lebih kecil dari penerimaan marjinal maka
apabila pelaku monopoli memproduksi sama dengan Q2, maka ia akan menerima laba
yang lebih kecil (MR-MC) sehingga akan mengurangi laba total. Para pelaku
monopoli dapat meningkatkan laba sampai pada kuantitas Q*, di mana pada titik ini
tambahan laba pada 1 unit produksi tambahan adalah nol. Oleh karena itu jumlah Q
yang lebih sedikit misalnya pada Q2 tidak menambah laba, walaupun perusahaan
monopoli memasang harga yang lebih tinggi. Apabila perusahaan monopoli
memproduksi pada Q2 bukan pada Q*, maka laba total yang diperoleh perusahaan
akan lebih kecil sebesar jumlah yang sama dengan daerah di bawah kurva MR dan di
atas kurva MC di antara Q*, dan Q2.

Harga

Laba yang hilang karena


memproduksi terlalu sedikit

P2 MC

P*
Laba yang hilang karena
memproduksi terlalu banyak
P1
AC

MR D=AR

Q2 Q* Q1 Quantity

Gambar 8.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan Monopoli


239

Gambar 8.3 juga menunjukkan bahwa pada kuantitas jumlah Q1 dengan


kuantitas yang lebih besar juga bukan suatu yang dapat memaksimumkan laba bagi
suatu perusahaan monopoli. Pada kondisi ini biaya marjinal berada di atas
penerimaan marjinal. Oleh karena itu apabila perusahaan monopoli memproduksi
lebih sedikit dari Q1 maka ia akan memperoleh kenaikan laba sebesar MC-MR.
Perusahaan monopoli bahkan dapat meningkatkan labanya dengan jumlah yang lebih
besar sampai mencapai output sebesar Q*. Kenaikan laba yang diperoleh dengan
memproduksi pada Q* dari pada Q1, ditunjukkan pada bagian bawah kurva MC dan
di atas kurva MR, diantara Q1 dan Q*.
Secara matematis Q* adalah laba maksimum. Laba (∏) adalah selisih antara
total penerimaan dan total biaya;

∏(Q) = R(Q) – C(Q)

Dimana
∏ = laba
Q = kuantitas
R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)

Apabila Q dinaikkan dari nol, maka laba akan bertambah hingga mencapai
titik maksimum dan kemudian menurun. Jadi maksimisasi laba Q adalah sebesar titik
maksimum seperti tersebut, maka

 R C
  0
Q Q Q

Oleh karena ӘR/ ӘQ adalah penerimaan marjinal dan ӘC/ӘQ adalah biaya
marjinal, maka kondisi yang memaksimumkan laba adalah MR - MC = 0 atau
MR=MC.

Contoh Soal;
240

PT. ABC adalah sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X dengan


biaya produksi; TC = 100 + Q2, dan mempunyai fungsi permintaan pasar P = 80 – Q.
Berdasarkan informasi tersebut:
a. Berapa besar produk yang harus diproduksi dan harga jual produknya agar
laba maksimum?
b. Berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi laba
maksimum tersebut.
Jawab
a. Laba adalah total penerimaan dikurangi total biaya
∏ = TR – TC
TR = P.Q
TR = (80 –Q)Q
TR = 80Q – Q2
∏ = TR – TC
∏ = (80Q – Q2) – (100 + Q2)
∏ = - 2Q2 + 80Q – 100

Agar laba maksimum Ә∏ / ӘQ = 0


Ә∏ / ӘQ = -4Q + 80 = 0
4Q = 80
Q = 20
Jadi laba maksimum diperoleh pada saat jumlah yang diproduksi dan dijual sebesar
20 unit.
Sementara harga jual produk adalah:
P = 80 – Q
P = 80 – 20
P = 60
Jadi harga jual produk adalah 60.
Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat dihitung:
∏ = (80Q – Q2) – (100 + Q2)
241

= {80(20) – 202}- (100 + 202)


= (1.600 – 400) – (100+400)
= 1.200 – 500
= 700
Jadi jumlah keuntungan yang peroleh perusahaan adalah 700.
Cara lain untuk menghitung maksimisasi keuntungan adalah:
MR = MC
MR = ӘTR/ ӘQ = 80 -2Q
MC = ӘTC/ ӘQ = 2Q
MR = MC
80 – 2Q = 2Q
4Q = 80
Q = 20

Rp TC
TR
1600 r

1200

800 c
700
Laba
400

100

0 10 20 30 40 Jumlah
(a)
Rp

80 MC

B A
60
Laba

40 AC

25
C E
242

Gambar 8.4(a) menunjukkan bahwa apabila perusahaan monopoli


memproduksi sedit output atau sama sekali tidak memproduksi, maka perusahaan
akan rugi, karena adanya biaya tetap yang ditanggung sebesar 100. Keuntungan akan
meningkat apabila produksi meningkat, dan mencapai titik maksimum pada saat
perusahaan monopoli memproduksi sebesar 20 unit dengan laba $ 700, selanjutnya
akan turun apabila kuantitas terus dinaikkan. Pada saat laba maksimum, kemiringan
kurva penerimaan dan biaya adalah sama (garis r dan c sejajar). Kemiringan kurva
penerimaan adalah ӘR/ӘQ atau penerimaan marjinal, sementara kemiringan kurva
biaya adalah ӘC/ӘQ atau biaya marjinal. Oleh karena laba maksimal diperoleh
apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Jadi kemiringan keduanya
adalah sama.
Gambar 8.4(b) menunjukkan kurva penerimaan rata-rata dan penerimaan
marjinal serta kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perhatikan bahwa penerimaan
marjinal dan biaya marjinal berpotongan pada titik Q*=20. Pada jumlah tersebut
biaya rata-rata per unit adalah $25 dan harga per unit adalah $60. Jadi laba rata-rata
per unit adalah $60-$25 = $35. Oleh karena jumlah yang terjual adalah 60 unit, maka
laba total adalah 60($35) = $700 sama dengan luas segi empat ABCE.

Prosedur Penetapan Harga Monopoli


243

Kita sudah membahas bahwa harga dan output harus dipilih sehingga
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinalnya, namun dalam praktek
bagaimana manajer perusahaan dapat menentukan jumlah output dan harga yang
tepat? Umumnya para manajer perusahaan hanya memiliki pengetahuan yang terbatas
tentang kurva permintaan rata-rata dan penerimaan marjinal yang dihadapi
perusahaannya. Manajer mungkin mengetahui biaya marjinal mereka hanya pada
rentang output yang terbatas. Karena itu dalam kesempatan ini akan diuraikan suatu
teknik dikemukaan oleh Pindyck dan Rubinfeld (2008) yang dapat lebih mudah
diterapkan dalam praktek.
Untuk melakukannya, pertama-tama kita menulis kembali persamaan untuk
penerimaan marjinal:

R (PQ)
MR  
Q Q

Catatan, bahwa marjinal revenue dari penambahan unit jumlah yaitu


Ә(PQ/ӘQ mempunyai dua komponen yaitu; Pertama memproduksi satu unit
tambahan dan menjualnya dengan harga P akan menghasilkan penerimaan (1)(P)=P.
Kedua, karena perusahaan monopoli menghadapi kurva permintaan yang menurun,
memproduksi dan menjual unit tambahan tersebut juga akan mengakibatkan sedikit
penurunan harga sebesar ӘP/ ӘQ, yang mengurangi penerimaan dari semua unit yang
terjual Q(ӘP/ӘQ, maka:

P  Q  P 
MR  P  Q  P  P  
Q  P  Q 

Persamaan di sebelah kanan diperoleh dengan mengambil Q(ӘP/ӘQ) dan


mengalikannya serta membaginya dengan P. Ingat kembali bahwa elastisitas
permintaan didefinisikan Ed = (P/Q)( ӘQ/ӘP). Jadi, (Q/P)( ӘP/ӘQ) adalah kebalikan
dari elastisitas permintaan, yaitu 1/Ed, yang diukur pada output yang menghasilkan
laba, dan:

MR = P+P(1/Ed)
244

Selanjutnya, karena tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba,


maka kita dapat menentukan penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.

P+P(1/Ed) = MC

Yang selanjutnya disusun kembali untuk mendapatkan:

(10.1)

Hubungan ini memberikan suatu aturan untuk menetapkan harga. Pada sisi
kiri, (P-MC)/P, adalah mark-up pada biaya marjinal sebagai persentase harga.
Hubungan ini menyatakan bahwa mark-up tersebut harus sama dengan minus
kebalikan dari elastisitas permintaan.
Angka yang diperoleh adalah positif, karena elastisitas permintaannya adalah
negatif. Seperti halnya kita dapat mengubah kembali persamaan ini untuk
menyatakan harga secara langsung sebagai mark-up pada biaya marjinal;

(102)
Misalkan elastisitas permintaan adalah -2 dan biaya marjinal adalah $6 per unit, maka
harganya harus $6/(1-1/2) = $6/0,5 = $12 per unit.
Perhatikan bahwa perusahaan monopoli tidak akan pernah memproduksi
sejumlah output yang berada pada bagian yang tidak elastis dari kurva permintaan,
yaitu pada elastisitas permintaan yang nilai absolutnya kurang dari satu. Untuk
mengetahui mengapa demikian, misalkan perusahaan monopoli memproduksi dalam
jumlah pada suatu titik dalam kurva permintaan di mana elastisitasnya adalah -0,5.
Pada kasus ini perusahaan dapat menghasilkan keuntungan harga yang lebih besar
apabila memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit dengan yang lebih tinggi.
Misalkan pengurangan 10 persen dari output akan menyebabkan kenaikan harga
sebesar 20 persen dan selanjutnya menaikkan 10 persen dari pendapatan. Apabila
biaya marjinal lebih besar dari 0, maka kenaikan keuntungan bisa melebihi 10 persen,
karena output yang lebih rendah akan mengurangi biaya perusahaan. Pada saat
245

perusahaan monopoli mengurangi output dan menaikkan harga, maka kurva


permintaan akan bergeser ke atas menuju suatu titik di mana nilai obsolut
elastisitasnya lebih besar dari satu, maka peraturan untuk mark-up persamaan (10.2)
terpenuhi.
Misalkan biaya marjinal adalah nol. Dalam kasus ini kita dapat menggunakan
persamaan (10.2) secara langsung untuk menunjukkan harga yang memaksimumkan
keuntungan. Meskipun demikian kita dapat melihat dari persamaan (10.1) bahwa
dalam memaksimumkan keuntungan, perusahaan memproduksi pada sebuah titik di
mana elastisitas permintaan tetap -1. Apabila biaya marjinal adalah nol, maka
maksimisasi keuntungan adalah setara dengan memaksimumkan pendapatan. Dalam
hal ini pendapatan dimaksimumkan ketika Ed=-1.

8.4. Kurva Penawaran dan Monopoli

Pada bab 7 telah dijelaskan bahwa pada pasar persaingan sempurna, dalam
jangka pendek sebagian dari kurva marjinal cost (MC) yaitu bagian dari kurva MC
yang terletak di atas kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dapat juga disebut sebagai
kurva penawaran dalam pasar persaingan sempurna. Bagian dari kurva MC tersebut,
di samping menunjukkan biaya marjinal pada berbagai tingkat produksi, juga
menunjukkan jumlah penawaran perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Kita sudah memahami bahwa kurva penawaran menunjukkan hubungan
antara kuantitas dan tingkat harga atas produk yang ditawarkan. Jadi pada setiap
tingkat harga tertentu, maka jumlah barang tertentu akan ditawarkan. Dan apabila
terdapat dua tingkat harga, maka masing-masing tingkat harga itu menunjukkan suatu
jumlah tertentu produk yang ditawarkan, dan kedua jumlah tersebut akan berbeda.

P/C D1
MC
D0
Harga dan Biaya

P1

P0

D1
246

Pada pasar monopoli biaya marjinal tidak menunjukkan sifat kurva


penawaran seperti pada pasar persaingan sempurna. Sebagai bukti, mari kita
perhatikan gambar 8.5. Misalkan pada awalnya kurva permintaan adalah D0D0, dan
marjinal revenue adalah MR0, sedangkan marjinal cost adalah MC. Pada perusahaan
monopoli keuntungan maksimum akan dicapai pada saat penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal (MR=MC) dalam hal ini sebesar Q*. Pada tingkat produksi ini
harga mencapai P0. Kemudian kita misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan
penerimaan marjinal adalah MR1. Kondisi seperti ini biaya produksi tidak berubah,
jadi biaya marjinal adalah tetap seperti yang ditunjukkan oleh MC.
Dalam keadaan yang baru ini, maka untuk memaksimumkan keuntungan,
perusahaan akan memproduksi sebesar Q, tetapi sekarang tingkat harga berbeda yaitu
mencapai titik P1. Oleh karena itu kita menemukan adanya dua tingkat harga yaitu P0
dan P1, tetapi hanya ada satu kuantitas yaitu Q*. Dengan demikian dalam pasar
monopoli kita tidak dapat menunjukkan kurva penawaran, karena tidak terdapat
hubungan yang tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan
monopoli.

8.5. Apa yang Salah pada Monopoli


247

Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satu perusahaan yang ada


dalam industri, maka perusahaan monopoli mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Pada bagian ini akan menjelaskan dua alasan utama yaitu; keuntungan yang
diperoleh monopoli dan dampak monopoli terhadap alokasi sumberdaya.

Keuntungan Monopoli

Banyak orang berpandangan negatif terhadap perusahaan monopoli.


Umumnya mereka menganggap bahwa suatu perusahaan monopoli dapat menetapkan
harga dengan seenaknya, sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan yang
sangat berlebihan. Mereka menganggap bahwa keuntungan yang tinggi merupakan
suatu yang pasti terjadi pada perusahaan monopoli. Pandangan seperti itu kurang
tetap. Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam jangka pendek terdapat
empat kemungkinan keadaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna yaitu; mendapatkan keuntungan melebihi normal, memperoleh
keuntungan normal, rugi namun masih dapat menutupi sebagian biaya tetapnya, dan
mengalami kerugian sehingga perusahaan harus ditutup. Keempat kemungkinan
tersebut juga berlaku bagi perusahaan monopoli.
Misalkan dua perusahaan monopoli yang sama kuat dapat memiliki
profitabilitas yang sangat berbeda. Kemampuan perusahaan monopoli meningkatkan
harga di atas biaya marjinal menunjukkan kekuatan monopoli. Oleh karena
profitabilitas mencerminkan selisih antara harga dan biaya rata-rata, maka laba bukan
satu-satunya ukuran dari kekuatan monopoli.

P P MC
MC

AC AC
P*
AC=P*
AC

D
D
248

MR MR
0 Q* Q* Q
0
(b) Monopoli dengan Laba besar (a) Monopoli dengan Laba nol

Gambar 8.6. Laba Monopoli Tergantung pada Hubungan antara Kurva


Permintaan dan Biaya Rata-rata

Gambar 8.6. menunjukkan permintaan dan biaya untuk dua perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli yang sama, di mana perbedaan antara harga dan biaya
marjinal pada kedua gambar adalah sama. Perusahaan monopoli pada gambar 8.6(a)
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, sementara pada gambar 8.6(b)
perusahaan monopoli memperoleh keuntungan sebesar nol, di mana harga jual sama
dengan biaya rata-rata (AC). Dengan demikian profitabilitas berlebih tidak selamanya
terjadi pada perusahaan monopoli, termasuk untuk monopoli yang kuat. Apabila
beban sewa monopoli bertambah terutama untuk input yang digunakan oleh
perusahaan, bisa jadi perusahaan monopoli tersebut tidak memperoleh keuntungan.

Distorsi dalam Alokasi Sumber Daya

Para pakar ekonomi umumnya khawatir terhadap masalah distorsi terhadap


alokasi sumber daya, dan mengajukan kritik yang kedua terhadap monopoli.
Keberadaan perusahaan monopoli dapat mendistorsi alokasi sumber daya. Perusahaan
monopoli umumnya secara sengaja mengurangi output mereka dalam upaya untuk
memaksimumkan keuntungan. Selisih antara harga jual produk dengan biaya marjinal
menunjukkan bahwa pada tingkat output yang memaksimumkan keuntungan
perusahaan monopoli, konsumen rela membayar lebih mahal untuk unit tambahan
dari pada biaya untuk memproduksi output tersebut. Apabila dilihat dari sudut sosial,
produksi yang terlalu rendah, maka beberapa transaksi yang saling menguntungkan
tidak dilakukan.
Gambar 8.7 menunjukkan perbandingan output yang dihasilkan oleh
perusahaan monopoli dengan perusahaan yang bersaing secara sempurna. Gambar
249

tersebut mengasumsikan bahwa monopoli memproduksi pada biaya marjinal yang


konstan dan industri yang saling bersaing juga dengan biaya marjinal yang konstan
pula dan memiliki biaya rata-rata jangka panjang minimum yang sama seperti
monopoli.

Harga
H

MR
G
PM Transfer
dari kosumen
ke produsen
PPPS DWL E
MC=AC
F
Nilai input yang
ditransfer

AR=D

0 QM QPPS Quantity
Gambar 8.7. Dampak Alokasi dan Distribusi Monopoli

Dalam kondisi tersebut, perusahaan yang berada pada pasar persaingan


sempurna akan menghasilkan output sebesar QPPS, di mana kurva penawaran dan
permintaan jangka panjang saling berpotongan. Pada titik E ini harga sama dengan
biaya rata-rata dan biaya marjinal. Pada sisi lain monopoli akan memilih untuk
memproduksi pada tingkat output sebesar QM, di mana penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal. Pembatasan jumlah output (QPPS - QM) merupakan ukuran
alokasi yang merugikan yang dilakukan oleh perusahaan monopoli. Pada kuantitas
sebesar QM, maka konsumen rela membayar sebesar PM. Oleh karena itu
pengendalian jumlah dan harga oleh perusahaan monopoli, maka menghalangi
250

sumber daya tambahan untuk dialokasikan ke dalam industri untuk memenuhi


permintaan konsumen.
Dampak alokasi dari pasar monopoli, di mana produsen hanya memproduksi
sebesar QM. Pembatasan dalam jumlah output memberi dampak pada meningkatnya
harga menjadi PM. Total nilai alokasi yang diterima konsumen atas produk ini telah
berkurang seperti pada Gambar 8.7 sebesar daerah GEQPPSQM. Pengurangan ini
bukanlah satu-satunya, karena apabila pada pasar persaingan sempurna harus
membayar AEQPPSQM untuk produk ini, namun karena keterbatasan produksi, maka
sekarang mungkin sebagian konsumen memilih membelanjakan uang mereka ke
produk lain. Oleh karena perusahaan monopoli memproduksi lebih sedikit, maka
perusahaan otomatis membutuhkan input lebih sedikit. Input yang dilepas tersebut
bisa jadi digunakan untuk memproduksi produk lain yang akan dibeli konsumen.
Meskipun demikian kerugian surplus konsumen yang digambarkan oleh daerah EFG
adalah pengurangan yang pasti terhadap kesejahteraan sebagai akibat dari monopoli.
Para pakar ekonomi menyebut sebagai kerugian beban baku (deadweigh loss), karena
hal tersebut merupakan kerugian dari transaksi yang saling menguntungkan antara
pembeli dan pemasok input, dimana biaya opportunitas diukur dengan biaya
marjinal (MC).
Selain dampak alokasi, monopoli juga memberi dampak distribusi yang juga
dapat dilihat pada Gambar 8.7. Pada tingkat output monopoli QM, maka laba
monopoli adalah sebesar daerah PPPSPMGF. Sementara dalam kasus persaingan
sempurna, area ini merupakan area dari surplus konsumen. Apabila pasar berstruktur
monopoli, maka bagian dari surplus konsumen tersebut ditransfer menjadi laba
perusahaan monopoli, Arean DFPPPSPM, tidak mencerminkan kerugian atas
kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut masalah distribusi dari monopoli dan
tentunya hal tersebut tidak diinginkan oleh konsumen. Akan tetapi dalam membuat
penilai seperti ini, kita perlu melihat konsep keadilan (equity) untuk membandingkan
kesejahteraan konsumen dan produsen. Konsep keadilan tidak harus menunjukkan
sifat dari kerugian alokasi yang dicerminkan oleh daerah EFG. Daerah tersebut
adalah kerugian yang pasti atas perusahaan monopoli. Apabila pasar merupakan pasar
251

persaingan sempurna, maka output akan meningkat menjadi QPPS, dan kesejahteraan
secara keseluruhan akan meningkat dengan meningkat output tersebut.

8.6. Kebijakan Pemerintah tentang Monopoli

Kita telah membahas bahwa monopoli, bertolak belakang dengan persaingan


sempurna, di mana monopoli tidak dapat mengalokasikan suberdaya-semberdaya
dengan efisien. Perusahaan monopoli memproduksi jumlah barang yang lebih sedikit
daripada yang diinginkan secara sosial, dan akibatnya harnya menjadi lebih mahal
dari pada biaya marjinalnya.
Para pembuat kebijakan dapat menjawab masalah dalam perusahaan monopoli
ini satu dari empat cara yaitu: (1) mencoba membuat industri monopoli agar lebih
kompetitif, (2) mengatur perilaku monopoli, (3) mengubah status monopoli swasta
menjadi perusahaan publik (negara), dan (4) tidak melakukan apa-apa.

Membuat Monopoli Lebih Kompetitif melalui Undang-undang


Misalkan ada dua atau tiga perusahaan bermaksud melakukan marger atau
menggabungkan perusahaan dalam upaya untuk menjadi perusahaan monopoli, maka
pemerintah harus melakukan pemeriksaan dengan seksama. Departemen kehakiman
dapat saja membatalkan marger kedua perusahaan tersebut, akan membuat produk
yang dihasilkan tidak bersaing dan hasilnya mengurangi kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Apabila ditemukan seperti itu, maka Departemen Kehakiman
dapat membawa kasus itu ke pengadilan, dan apabila keputusan pengadilan setuju,
maka kedua perusahaan tersebut dilarang menggabungkan diri.
Pemerintah memperoleh kekuasaan atas industri swasta berdasarkan undang-
undang anti monopoli. Di Amerika Serikat Undang-Undang yang pertama dan paling
penting adalah Sherman Antitrust Act, yang dikeluarkan kongres Amerika Serikat
pada tahun 1890 dalam upaya untuk mengurangi kekuasaan pasar dari berbagai
konglemerasi yang kuat, hal mana pada masa itu dipandang sangat dominan dalam
perekonomian. Undang-undang antitrust yaitu suatu perjanjian komprehensif
252

mengenai kebebasan perekonomian yang bertujuan untuk memelihara persaingan dan


tidak terganggu sebagai prinsip utama perdagangan.
Undang-undang antitrust memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk
melakukan berbagai cara untuk mendukung kompetisi. Undang-undang ini
mengizinkan pemerintah untuk melarang diadakannya merger untuk dua atau tiga
perusahaan yang mengarah pada monopoli. Di samping itu undang-undang ini
mengizinkan pemerintah untuk memecah perusahaan monopoli yang ada ke dalam
beberapa perusahaan. Undang-undang antitrust juga memungkinkan pemerintah
untuk mencegah perusahaan-perusahaan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
mereka dalam cara-cara yang menjadikan pasar kurang bersaing.
Undang-undang antitrust memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Tidak
sedikit perusahaan yang melakukan marger bukan bertujuan untuk mengurangi
kompetisi, tetapi untuk menekan biaya dengan cara membuat produksi menjadi lebih
efisien apabila mereka bersatu. Manfaat merger yang biaya diistilahkan dengan
sinergi. Misalkan di Indonesia banyak bank melakukan sinergi seperti Bank Mandiri,
yang tadinya terdiri dari beberapa bank berhasil memperbaiki kinerjanya. Apabila
undang-undang antitrust tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka pemerintah harus mampu menentukan merger mana yang baik dan
diinginkan dan merger mana yang tidak.

Mengatur Perilaku Monopoli


Cara lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
yang disebabkan oleh monopoli adalah mengatur perilaku perusahaan monopoli.
Penyelesaian umumnya dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah
monopoli alamiah, seperti perusahaan listrik dan air. Pemerintah umumnya tidak
mengizinkan untuk mengenakan harga sesuai dengan kehendak perusahaan. Jadi
umumnya harga diatur oleh pemerintah.
Pertanyaan yang muncul bagaimana sebenarnya harga yang diatur oleh
pemerintah untuk monopoli alamiah? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak semudah
yang dibayangkan. Mungkin kita dapat mengatakan bahwa harga sama dengan biaya
253

marjinal seperti pada pasar persaingan sempurna. Apabila harga ditetapkan sama
dengan biaya marjinal, maka konsumen akan membeli jumlah produksi yang
memaksimumkan surplus total, dan alokasi sumber daya menjadi efisien.
Secara teoritis terdapat dua masalah yang dicapai dengan sistem regulasi
harga berdasarkan biaya marjinal untuk monopoli alamiah. Masalah pertama
digambarkan pada Gambar 8.8. Berdasarkan definisi, monopoli alamiah, memiliki
biaya totol rata-rata yang menurun, dan ketika biaya total rata-rata menurun, biaya
marjinal selalu lebih kecil dari biaya totol rata-rata. Dan apabila pemerintah
menetapkan harga yang sama dengan biaya marjinal, maka harga yang diperoleh
lebih kecil dari pada biaya total rata-rata, dan perusahaan akan mengalami kerugian.
Apabila hal tersebut dipaksakan maka dari pada rugi, maka perusahaan monopoli
kemungkinan besar keluar dari industri.
Pada dasarnya pemerintah dapat menanggapi masalah ini dengan berbagai
cara, akan tidak satu pun cara yang ada dapat menyelesaikan masalah secara
sempurna. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan memberi subsidi
kepada perusahaan monopoli. Konsep ini pada dasarnya adalah pemerintah menutupi
kerugian-kerugian yang terkait dengan penetapan harga berdasarkan biaya marjinal.
Namun untuk memberikan subsidi kepada monopoli, maka pemerintah perlu
mendapatkan tambahan dana dari pajak, yang tentunya melibatkan kerugian beban
baku tersendiri.
Alternatif lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap monopoli yaitu
memberikan wewenang kepada monopoli untuk mengenakan harga yang lebih tinggi
dari biaya marjinalnya. Apabila harga yang ditetapkan sama dengan biaya total rata-
rata, maka perusahaan monopoli memperoleh keuntungan ekonomis sebesar nol.
Meskipun demikian, penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata membawa
kerugian beban baku, karena harga yang ditetapkan oleh monopoli tidak lagi
mencerminkan biaya marjinal produksi barang tersebut. Jadi pada dasarnya
penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata sama dengan pengenaan pajak
kepada barang yang dijual oleh monopoli tersebut.
254

Harga

Biaya total Biaya totak rata-rata


rata-rata Kerugian
Biaya Marjinal MC

0 Q* Quantity
Gambar 8.8. Penentuan Harga Berdasarkan Biaya Marjinal untuk
Monopoli Alamiah

Masalah kedua dengan sistem regulasi harga berdasarkan biaya marjinal dan
berdasarkan biaya total rata-rata adalah tidak memberikan insentif kepada monopoli
untuk menekan biaya-biaya. Sebagaimana dalam pasar persaingan sempurna masing-
masing perusahaan berusaha menekan biaya-biaya mereka, karena biaya yang lebih
rendah memberi keuntungan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Berbeda dengan
monopoli, perusahaan monopoli alamiah mengetahui bahwa pemerintah akan
menurunkan harga apabila biaya-biaya produksi dapat diturunkan, jadi perusahaan
monopoli alamiah tidak mendapatkan keuntungan apabila mereka berhasil menekan
biayanya. Dewasa ini umumnya pemerintah memberikan kepada monopoli untuk
mengambil sebagian manfaat dari biaya yang rendah dalam bentuk keuntungan yang
lebih tinggi. Jadi suatu bentuk praktek penetapan harga yang tidak lagi berdasarkan
biaya marjinal perusahaan.

Kepemilikan Publik
255

Kebijakan ketiga yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi


masalah monopoli adalah dengan kepemilikan publik. Dalam konteks ini perusahaan-
perusahaan monopoli yang dilakukan oleh swasta diambil alih kepemilikannya oleh
pemerintah/negara, di Indonesia dikenal dengan istilah dinasionalisasi.
Para ekonom pada umumnya lebih memilih apabila perusahaan monopoli
alamiah dikelola oleh swasta dari pada pemerintah. Dasar pertimbangan para ekonom
tersebut adalah bagaimana kepemilikan perusahaan monopoli tersebut menekan
biaya-biaya produksinya. Para pemilik usaha swasta memiliki insentif untuk menekan
biaya-biaya mereka selama pengusaha tersebut mendapatkan manfaat atas
keberhasilan menekan biaya dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi.
Apabila para pengelola perusahaan monopoli memiliki kinerja yang buruk
dalam menekan biaya, maka para pemegang saham akan memecat mereka.
Sebaliknya apabila birokrat-birokrat dari pemerintah yang menjalankan monopoli dan
memiliki kinerja yang buruk, maka yang menjadi korban adalah para konsumen dan
pembayar pajak, yang akhirnya memita pertolongan pada sistem politik. Para birokrat
ini mungkin akan menjadi satu kelompok dalam kepentingan sendiri dan berusaha
untuk menghindar untuk dilaksanakannya reformasi birokrasi yang dapat menekan
biaya.

Pemerintah Tidak Melakukan Apa-apa

Tiga jenis kebijakan yang telah dijelaskan untuk mengatasi masalah akibat
monopoli memiliki kelemahan masing-masing. Hasilnya adanya sebagian ekonom
berpendapat bahwa adakalanya pemerintah lebih baik tidak melakukan tindakan apa-
apa. Salah satu ekonom mengatakan seperti itu adalah George Stigler, yang
memenangkan nobel di bidang ekonomi tahun 1982 atas karyanya di bidang studi
tentang struktur industri, fungsi pasar dan sebab akibat dari regulasi publik.
Suatu teorema populer dalam ekonomi, menyatakan bahwa perekonomian
yang kompetitif akan menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya dari sumber-
sumber daya yang ada. Mangkiw (2004) mengatakan Tidak ada satupun
256

perekonomian nyata di di dunia ini yang memenuhi semua kondisi teorema tersebut,
dan semua perekonomian tidak sebaik dengan perekonomian yang ideal. Perbedaan
ini disebut sebagai kegagalan pasar. Dalam pandangan Mangkiw (2004),
bagaimanapun juga kegagalan pasar untuk suatu perekonomian masih jauh lebih baik
daripada kegagalan politik yang muncul dari kebijakan ekonomi pada berbagai sistem
politik yang nyata.

8.7. Dampak Pajak pada Monopoli

Dalam praktek pajak yang dikenakan kepada perusahaan monopoli dapat


bersifat tetap (lumpsum) dan dapat bersifat variabel atau khusus (specific). Untuk
lumpsum tax tidak dipenagruhi oleh besarnya volume produksi yang dihasilkan,
sementara pajak khusus (specific tax) pajak dikenakan berdasarkan volume produksi
yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli tersebut.

Pajak Tetap (Lumpsum tax)


Sudah dikatakan bahwa pajak tetap tidak dipengaruhi oleh jumlah barang
yang diproduksi oleh perusahaan. Oleh karena itu berapa pun jumlah barang yang
dihasilkan, maka jumlah pajak yang harus dibayar adalat tetap sama. Dengan
demikian maka pajak lumpsum sifatnya sama dengan biaya tetap pada perusahaan,
sehingga tidak akan mempengaruhi besarnya biaya marjinal, tetapi tetap
mempengaruhi biaya total rata-rata (average total cost). Untuk menjelaskan dampak
pengenakan pajak lumpsum ini dapat dilihat pada Gambar 8.9.
Gambar 8.9 menunjukkan bahwa biaya marjinal (MC) perusahaan monopoli
tidak berubah, tetapi kurva biaya rata-rata bergeser ke atas dari AC0 ke AC1. Oleh
karena perusahaan monopoli dalam memaksimumkan keuntungan, maka perusahaan
selalu berusaha menghasilkan barang atas dasar perpotongan antara biaya marjinal
dan penerimaan marjinal (MC=MR). Karena perpotongan kurva MR dan MC tidak
berubah, maka perusahaan tidak akan mengubah jumlah output yang dihasilkan.
Dengan kata lain jumlah barang yang dihasilkan tetap sebesar Q* yang diturunkan
dari perpotongan kurva biaya marjinal (MC) dan penerimaan marjinal (MR).
257

Oleh karena adanya pajak lumpsum menyebabkan biaya rata-rata meningkat,


sehingga laba yang diperoleh perusahaan monopoli menjadi berkurang, yaitu dari
daerah ADP*C0 menjadi ABP*C1, karena total penerimaan tidak berubah. Jadi
dampak pajak lumpsum terhadap perusahaan monopoli adalah volume produksi tidak
berubah, harga juga tidak berubah, namun keuntungan yang diperoleh perusahaan
menjadi berkurang.

Harga/
Biaya MC

A
P*
AC1

C1 B AC0
*
C0*
D
AR=D
MR

0 Q* Quantity
Gambar 8.9. Dampak Pajak Lumpsum pada Monopoli

Pajak Khusus (Spesific tax)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pajak spesifik dikenakan kepada


perusahaan monopoli berdasarkan jumlah output yang dihasilkan. Jadi pajak spesifik
yaitu pajak yang dikenakan per satun produk yang dihasilkan oleh perusahaan
monopoli. Dalam konteks ini semakin besar jumlah barang yang dihasilkan dan
dijual, maka semakin besar pula jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
Oleh karena pengenaan pajak khusus ini akan mempengaruhi biaya rata-rata dan
258

biaya marjinal, karena posisi pajak khusus ini sama dengan posisi biaya variabel.
Untuk menjelaskan dampak pengenakan pajak khusus ini dapat dilihat pada Gambar
8.10.
Gambar 8.10 menunjukkan bahwa pajak khusus yang dikenakan pada
perusahaan monopoli menyebabkan biaya total rata-rata bergeser dari AC0 ke AC1,
dan kurva biaya marjinal bergeser dari MC0 ke MC1. Dengan kurva penerimaan
marjinal (MR) tetap, maka perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dan biaya
marjinal menunjukkan jumlah komoditas yang dihasilkan perusahaan agar laba tetap
maksimum, sehingga jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
mengalami penurunan dari Q0 ke Q1. Umumnya produsen berusaha mengalihkan
beban pajak kepada konsumen. Pergeseran beban pajak kepada konsumen dilakukan
dengan cara menaikkan harga jual produk.

Harga/
Biaya MC1
MC0

P1

P0 AC1

C1
AC0
*
C0

AR=D
MR

0 Q1 Q0 Quantity
Gambar 8.10. Dampak Pajak Spesifik pada Monopoli
259

Contoh Soal;

PT. XYZ adalah sebuah perusahaan monopoli yang menghasilkan suatu produk
dengan fungsi biaya adalah: TC = 100 + 30Q. Perusahaan menghadapi fungsi
permintaan produk adalah P=150 – 5Q. Setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dikenakan pajak spesifik sebesar $10 per unit. Berdasarkan informasi
tersebut diminta berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan monopoli
sebelum dan sesudah dikenakan pajak.
Jawab:
Keuntungan sebelum pajak adalah:
∏ = TR – TC
Agar keuntungan (∏ ) maksimum maka

0
Q
 TR TC
0  0
Q TQ Q
MR=MC = 0
Jadi
TR = P x Q
= (150-5Q)Q
= 150Q – 5Q2
MR = 150 – 10Q
TC = 100 + 30Q
MC = 30
MC = MR
150 -10Q = 30
120 = 10Q
Q = 12
P = 150 – 5(12)
P = 150 – 60
P = 90
260

Jumlah produksi sebelum pajak adalah 12 unit dengan harga $90 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (12 x $90 = $1.080).
Sementara keuntungan sesudah pajak adalah
Keuntungan maksimum adalah
MR = MC + t
Dimana t adalah pajak sebesar $ 10 per unit
150-10Q = 30 +10
10Q = 110
Q = 11
P = 150 – 5(11)
P = 150 – 55
P = 95
Jumlah produksi setelah pajak adalah 11 unit dengan harga $95 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (11 x $95 = $1.045).

8.8. Diskriminasi Harga

Apa yang telah kita bahas pada beberapa bagian dalam bab ini, pada dasarnya
kita berasumsi bahwa perusahaan monopoli menjual produknya hanya dengan satu
harga. Dalam arti bahwa perusahaan tidak mau atau tidak mampu menerapkan harga
yang berbeda untuk pembeli yang berbeda. Pada bagian ini kita akan membahas
tentang penetapan harga yang berbeda (diskriminasi harga) untuk konsumen yang
berbeda dalam usaha untuk merebut surplus konsumen dan mengalihkan menjadi
surplus produsen.
Secara teoritis diskriminasi harga untuk perusahaan monopoli memiliki tiga
bentuk yang luas yaitu, diskriminasi harga tingkat pertama, kedua dan ketiga. Ketiga
bentuk diskriminasi harga tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab ini.

Diskriminasi Harga Tingkat Pertama


261

Perusahaan monopoli pada dasarnya ingin mengenakan harga yang berbeda-


beda untuk masing-masing konsumen. Apabila perusahaan monopoli dapat
melakukan hal tersebut, berarti perusahaan akan mengenakan harga maksimum yang
bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk setiap unit produk yang dibeli. Para
ekonom menyebut harga tersebut sebagai harga reservasi (reservation price)
pelanggan. Penetapan harga reservasi untuk masing-masing konsumen disebut
diskriminasi harga tingkat pertama, atau biasa disebut diskriminasi harga sempurna.
Dengan skema penetapan harga sempurna (tingkat pertama), maka perusahaan
monopoli dihadapkan oleh situasi seperti pada Gambar 8.11. Dalam kondisi ini
perusahaan akan menjual unit produknya sedikit di bawah titik D misalnya harga P*,
untuk unit kedua pada harga yang sedikit lebih rendah, dan seterusnya. Apabila
perusahaan monopoli dapat menjual produknya dengan cara seperti ini, maka tidak
ada alasan bagi perusahaan untuk berhenti pada tingkat output Q M. Karena
perusahaan monopoli dapat menjual unit berikutnya pada harga sedikit lebih rendah
yaitu pada PM, dimana harga tersebut masih lebih besar dari biaya marjinalnya dan
biaya rata-rata produknya. Dalam kondisi seperti ini perusahaan monopoli tersebut
akan menjual outputnya satu per satu sampai mencapai kuantitas QC. Pada saat
output lebih besar dari QC, maka harga yang bersedia dibayar oleh konsumen tidak
lebih besar dari biaya rata-rata dan biaya marjinal, sehingga tambahan penjualan
menjadi tidak menguntungkan.

Harga

A
P*

E MC
F
Pm

B C
PC

MR AR=D

0 QM QC Jumlah
262

Pertanyaan yang muncul adalah, apa yang terjadi ketikan perusahaan


monopoli dapat menerapkan diskriminasi harga sempurna? Karena konsumen
dikenakan harga yang berbeda untuk masing-masing produk yang dibeli sesuai
dengan kesediaannya untuk membayar, maka seluruh surplus konsumen yang apabila
produsen menetapkan harga tunggal (PM) diambil oleh produsen. Di samping itu
penerimaan marjinal tidak lagi relevan dengan keputusan output perusahaan.
Oleh karena diskriminasi harga tidak mempengaruhi struktur biaya bagi
perusahaan, dalam hal ini biaya tambahan masing-masing unit ditentukan oleh kurva
biaya marjinal perusahaan. Oleh karena itu laba tambahan dari hasil produksi dan
penjualan unit tambahan adalah selisih antara permintaan dan biaya marjinal. Jadi
selama permintaan lebih besar dari biaya marjinal, maka perusahaan dapat
meningkatkan labanya dengan menambah unit produksinya. Dalam kondisi tersebut
perusahaan monopoli akan terus menambah unit produksinya hingga total output
mencapai QC.

Diskriminasi Harga Tingkat Pertama tidak Sempurna

Dalam kenyataan diskriminasi harga tingkat pertama (sempurna) sangat sulit


terjadi. Pertama Dalam praktek umumnya untuk pengenaan satu harga yang berbeda
pada masing-masing pelanggan satu persatu, kecuali apabila jumlah konsumen sangat
terbatas. Kedua umumnya perusahaan tidak mengetahui harga reservasi masing-
masing konsumen. Walaupun perusahaan dapat menanyakan kepada masing-masing
pelanggan berapa besar yang bersedia mereka bayarkan, tetapi kemungkinan besar
263

jawaban yang diberikan oleh konsumen kurang jujur. Umumnya konsumen akan
menjawab dengan harga yang lebih murah.
Oleh karena itu perusahaan dapat melakukan diskriminasi harga tidak
sempurna dengan mengenakan beberapa harga yang berbeda berdasarkan berkiraan
harga reservasi dari pelanggan. Praktek semacam ini dapat digunakan oleh
profesional seperti dokter, pengacara, akuntan yang mengenal klien mereka dengan
baik. Dalam kasus semacam ini kesediaan klien untuk membayar dapat diperkirakan
dan harga ditetapkan sesuai dengan perkiraan tersebut. Misalkan seorang dokter dapat
mengenakan biaya yang lebih murah kepada pasien yang penghasilannya kurang dan
tidak memiliki asuransi kesehatan, serta mengenakan harga yang lebih mahal kepada
pasien dengan penghasilan yang lebih tinggi dan memiliki asuransi kesehatan yang
tinggi. Dalam konteks ini perhatikan gambar 8.12.
Gambar 8.12 menunjukkan diskriminasi harga tingkat pertama yang tidak
sempurna. Apabila perusahaan monopoli, hanya mengenakan satu harga, maka harga
berada pada P4. Namun karena perusahaan menetapkan harga diskriminasi maka
dikenakan 7 jenis harga yang berbeda, dengan harga tertinggi adalah P 1 dan harga
terendah adalah P7. Dalam situasi semacam ini, konsumen yang tidak bersedia
membayar pada harga P4 atau lebih, maka ia beruntung dalam kondisi ini karena ia
dapat memperoleh produk dengan harga yang lebih rendah yaitu P5,P6, dan P7. Jadi
diskriminasi harga semacam ini dapat menambah konsumen baru dalam pasar, dan
kesejahteraan dapat meningkat pada titik di mana produsen maupun konsumen
diuntungkan.

Harga

P1
P2
P3 MC
P4
P5
P6
P7

MR AR=D
264

Diskriminasi Harga Tingkat Kedua

Metode kedua yang dapat digunakan untuk meningkatkan keuntungan bagi


perusahaan monopoli adalah dengan melakukan penetapan harga dua bagian. Pada
saat masing-masing konsumen membeli barang dalam unit yang lebih banyak dalam
waktu tertentu, maka harga reservasi mereka akan turun bersamaan dengan jumlah
unit yang mereka beli. Potongan harga (diskon) adalah contoh diskriminasi tingkat
kedua. Satu bungkus rokok mungkin dijual dengan harga misalnya Rp. 15.000,
sedang satu pak dijual dengan harga Rp. 120.000. Sementara satu pak berisi 10
bungkus rokok yang sama, mengakibatkan harga rata-rata per unit menjadi Rp.
12.000.
Contoh lain dari diskriminasi harga tingkat kedua adalah harga blok (block
pricing) yang dikenakan oleh perusahaan listrik negara PLN, dan perusahaan air
minim. Dengan penetapan harga blok, maka konsumen dikenakan harga yang
berbeda untuk masing-masing blok. Apabila dengan skala ekonomi mengakibatkan
biaya rata-rata dan biaya marjinal turun, maka pemerintah yang mengambil kebijakan
harga, akan menetapkan harga blok. Dengan cara seperti ini akan meningkatkan
output yang semakin besar dan skala ekonomi yang lebih besar. Dengan kebijakan
harga semacam ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen dan laba yang lebih
besar bagi perusahaan. Dalam situasi seperti ini walaupun harga diturunkan secara
265

keseluruhan, namun penghematan yang timbul dari biaya yang lebih rendah, maka
memungkinkan perusahaan akan meningkatkan keuntungannya, seperti terlihat pada
Gambar 8.13.
Gambar 8.13 menunjukkan diskriminasi harga tingkat kedua pada perusahaan
monopoli dengan biaya rata-rata dan biaya marjinal menurun. Dalam kondisi seperti
ini apabila perusahaan monopoli mengenakan harga tunggal maka harga adalah PM
dan kuantitas yang produksi adalah QM. Akan tetapi dengan melakukan diskriminasi
harga blok, maka harga yang dikenakan adalah tiga tingkat harga yang berbeda
dikenakan kepada masing-masing blok. Blok pertama dikenakan biaya dengan harga
P1, dan blok kedua dikenakan harga dengan P2 dan blok ketiga dikenakan harga
dengan P3.

Harga

P1

PM

P2

AC
P3

MC
AR
MR D

0 Q1 QM Q2 Q3 Jumlah

Blok Pertama Blok Kedua Blok Ketiga

Gambar 8.13. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama tidak Sempurna


266

Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga

Metode ketiga yang dilakukan perusahaan monopoli dalam melakukan


diskriminasi harga outpunya adalah dengan membagi konsumen potensial yang
dimilikinya menjadi dua atau lebih kategori dan menetapkan harga yang berbeda
untuk masing-masing kategori. Apabila pembeli tidak dapat menggeser pembelian
mereka dari suatu pasar lainnya dalam merespon perbedaan harga, praktek ini dapat
meningkatkan keuntungan dibanding apabila perusahaan hanya menetapkan satu jenis
harga.
Dalam setiap kasus, konsumen dibagi menjadi kelompok-kelompok tersendiri
berdasarkan beberapa karakteristik. Misalnya untuk banyak barang pelajar dan
mahasiswa umumnya bersedia membayar kurang dari rata-rata dengan penduduk
lainnya, karena pendapatan mereka lebih rendah, dan identitas dapat diperlihatkan
dengan cepat melalui kartu mahasiswa. Perusahaan penerbangan misalnya dapat
memberlakukan tiket khusus untuk mahasiswa dan kategori bisnis. Perusahaan
penerbangan dapat mengenakan tiket yang jauh lebih mahal kepada para pengusaha
dan pelancong karena biasanya mereka bersedia untuk membayar dengan harga yang
tinggi.
Apabila perusahaan monopoli dapat menetapkan diskriminasi harga tingkat
ketiga, maka pertanyaan yang muncul adalah bagaimana seharusnya perusahaan
menetapkan harga yang harus dikenakan untuk masing-masing kelompok
konsumen? Perhatikan langkah berikut:
Pertama, kita tahu bahwa berapapun banyaknya produksi, maka total output
harus dibagi berdasarkan kelompok-kelompok pelanggan sehingga penerimaan
marjinal untuk masing-masing kelompok adalah sama. Apabila perusahaan tidak
melaksanakan hal seperti itu, maka perusahaan tidak dapat memaksimumkan laba.
Misalkan terdapat dua kelompok konsumen, dan penerimaan marjinal kelompok
pertama adalah MR1 melebihi penerimaan marjinal kelompok kedua MR2, maka
perusahaan tersebut lebih baik mengalihkan output dari kelompok kedua ke
kelompok pertama. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan menurunkan harga
267

untuk kelompok pertama dan menaikkan harga untuk kelompok kedua. Dengan
demikian berapapun harga keduanya, maka angkanya harus sedemikian rupa
sehingga penerimaan marjinal untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda tersebut
tetap sama.
Kedua, kita memahami bahwa output total harus sedemikian rupa sehingga
penerimaan marjinal masing-masing kelompok konsumen sama dengan biaya
marjinal. Apabila tidak, maka perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan
menaikkan atau menurunkan output total dan menaikkan atau menurunkan harga
untuk masing-masing kelompok tersebut. Misalkan penerimaan marjinal untuk
masing-masing kelompok adalah sama, tetapi penerimaan melebihi biaya marjinal.
Selanjutnya perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar dengan menaikkan
output total. Perusahaan selanjutnya menurunkan harga untuk kedua kelompok
konsumen, sehingga penerimaan marjinal untuk masing-masing kelompok turun
tetapi masih tetap sama antara satu dengan yang lainnya, dan pendekatan biaya
marjinal yang bertambah apabila output total bertambah.
Selanjutnya mari kita bahas masalah ini secara matematis. Misalkan P1 adalah
harga yang dikenakan kepada konsumen kelompok pertama, dan P2 adalah harga
yang dikenakan kepada konsumen kelompok kedua, dan C(QT) adalah biaya total
untuk memproduksi output (QT = Q1+Q2). Dalam kasus seperti ini, maka laba total
adalah:

∏ = P1Q1 +P2Q2 – C(QT)

Dalam hal ini perusahaan harus meningkatkan penjualannya pada masing-


masing kelompok konsumen Q1 dan Q2, sehingga laba tambahan dari unit terakhir
adalah nol. Pertama kita menetapkan laba tambahan untuk penjualan kelompok
konsumen pertama adalah sama dengan nol.

  ( P1Q1 ) C
  0
Q1 Q1 Q1
268

Dalam hal ini, Ә(P1Q1)/ӘQ, adalah penerimaan tambahan atas tambahan unit
penjualan pada kelompok konsumen pertama yaitu MR1, selanjutnya ӘC/ ӘQ1,
adalah biaya tambahan untuk memproduksi unit tambahan tersebut yaitu biaya
marjinal (MC). Jadi sekarang kita memiliki:

MR1 = MC

Sama halnya dengan kelompok konsumen kedua, kita harus mempunyai:

MR2 = MC

Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, maka harga dan output


harus ditentukan sehingga:

MR1 = MR2 = MC

Ingat bahwa, penerimaan marjinal harus sama untuk seluruh kelompok


konsumen dan harus sama dengan biaya marjinal.

Menentukan Harga Relatif

Pada dasarnya manajer perusahaan monopoli mungkin merasa lebih mudah


berfikir dari sisi harga relatif yang harus dikenakan kepada masing-masing kelompok
konsumen dan menghubungkan harga tersebut dengan elastisitas permintaan.
Perhatikan bahwa kita dapat merumuskan penerimaan marjinal atas elastisitas
permintaan:

MR = P(1+1/Ed)

Jadi MR1 = P1(1+1/E1) dan MR2 = P2(1+1/E2) di mana E1 dan E2 adalah


elastisitas permintaan perusahaan pada kelompok pertama dan kelompok kedua.
Selanjutnya dengan menyamakan MR1 dan MR2, maka akan dihasilkan persamaan
berikut yang pasti berlaku untuk harga tersebut adalah:

P1 (1  1 / E 2 )

P2 (1  1 / E1 )
269

Seperti yang telah diharapkan bahwa harga yang lebih tinggi akan dikenakan
pada kelompok konsumen yang memiliki elastisitas yang lebih rendah. Misalkan
apabila elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen pertama adalah -2, dan
elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen kedua adalah -3, maka kita akan
mempunyai:

P1 (1  1 / 3) 2/3
   1,32
P2 (1  1 / 2) 1/ 2

Dengan demikian harga yang dikenakan kepada konsumen kelompok


pertama harus 1,32 kali lebih besar dari harga yang dikenakan pada kelompok yang
kedua.
Gambar 8.14 menunjukkan tentang diskriminasi harga untuk tingkat ketiga.
Perhatikan bahwa kurva permintaan D1 untuk kelompok konsumen pertama, kurang
elastis dibanding dengan kurva permintaan untuk kelompok kedua (D2). Harga yang
dikenakan untuk kelompok pertama jauh lebih tinggi. Jumlah total yang diproduksi
adalah QT=Q1+Q2, diperoleh dengan menjumlahkan kurva penerimaan marjinal MR1
dan MR2 secara horisontal, serta mencari perpotongan dengan kurva biaya marjinal.
Oleh karena MC harus sama dengan MR1 dan MR2, maka kita dapat menarik garis
horisontal ke sebelah kiri dari titik perpotongan tersebut untuk mendapatkan jumlah
Q1 dan Q2.

P1

MC
P2

D2=AR2

MRT
D1=AR1
MR2
MR1
270

Contoh Soal

Misalkan, suatu perusahaan monopoli menjual produknya pada kedua kelompok


pasar yaitu pasar A dan B dengan estimasi permintaan sebagai berikut: (Q= jumlah
produk, P=harga produk).

PA = 3000 – 10QA

PB = 5000 – 20QB

TC = 10 + 200Q
a. Berapa kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya
elastisitas pada pasar A.
b. Berapa kuantitas QB dan harga penjualan PB pada pasar B serta besarnya
elastisitas pada pasar B.
c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?

Jawab:
a. Kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya elastisitas pada
pasar A.
Syarat keuntungan maksimum adalah MRT=MC =MRA=MRB

TRA = P . QA
TRA = P .Q A =(3000 –10Q A)Q A TR A = 3000 Q A –10QA2
271

TRA
MRA   3000  20Q A
Q A
MRA = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200
Maka;

3000 – 20QA = 200

20QA = 2800

QA = 140 dan harga

PA = 3000 – 10(140) = 1600

Elastisitas dihitung dengan:


Q A PA 1 1600 1600
A  .  .   1,14
PA Q A 10 140 1400

Jadi jumlah barang yang dijual di pasar A (QA) adalah 140 satuan pada harga
(PA) sebesar 1600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,14.

b. Berapa kuantitas QB penawaran dan harga penjualan PB pada pasar B serta


besarnya elastisitas pada pasar B.
PB = 5000 – 20QB

TRB = P .Q B =(5000 – 20QB )QB TR B = 5000 QB – 20QB 2

TRB
MRB   5000  40QB
QB

MRB = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200


Maka;

5000 – 40QB = 200

40QB = 4800

QB = 120 dan harga

PB = 5000 –20(120) = 2600


272

Elastisitas dihitung dengan:


QB PB 1 2600 2600
B  .  .   1,08
PB QB 20 120 2400

Jadi jumlah barang yang dijual di pasar B (QB) adalah 120 satuan pada harga
(PB) sebesar 2600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,08.

c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?


Keuntungan perusahaan monopoli dihitung dengan:
∏ = TR – TC
TR = QA(PA) + QB(PB)
TR = 140(1600) + 120(2600)
TR = 224.000 + 312.000 = 536.000

TC = 1000 + 200(260)

TC = 53.000

∏ = 536.000– 53.000 = 483.000

Jadi total keuntungan perusahaan monopoli adalah sebesar 483.000

Diskriminasi Harga Antar Waktu

Diskriminasi harga antara waktu yaitu diskriminasi harga dilakukan dengan


cara memisahkan konsumen yang memiliki fungsi permintaannya berbeda. Dengan
mengenakan harga yang berbeda pada waktu yang berbeda. Tujuan dari diskriminasi
harga antar waktu adalah membagi kelompok konsumen menjadi kelompok yang
mempunyai permintaan tinggi dan konsumen yang mempunyai kelompok permintaan
rendah dengan mengenakan harga yang pada awalnya tinggi yang kemudian turun.
Untuk menggambarkan cara kerja dari diskriminasi harga antara waktu ini,
misalkan bagaimana suatu perusahaan elektronik misalnya Laptop baru atau
Handphone baru, dengan teknologi mutakhir. Untuk sekelompok kecil konsumen
yang sangat menginginkan produk Laptop atau Handphone dengan teknologi canggih
273

dengan tampilan yang luar biasa, dan tidak ingin menunggu untuk membeli. Kondisi
ini dapat dilihat pada Gambar 8.15.

P1

P2

D2=AR2

MC=AC

MR2

MR1 D1=AR1

0 Q1 Q2 Q
Gambar 8.15. Diskriminasi Harga Antar Waktu

Gambar 8.15. menggambarkan diskriminasi harga antar waktu. Kurva


permintaan D1 merupakan kurva permintaan yang tidak elastis, dalam kondisi ini,
sekelompok kecil konsumen yaitu konsumen yang sangat menginginkan Handphoon
canggih dan tidak ingin menunggu untuk membelinya. Kurva permintaan D2 adalah
kurva permintaan yang elastis yaitu kelompok konsumen yang lebih besar yang rela
untuk menunggu sementara, dan melupakan produk tersebut apabila harganya terlalu
mahal.
Oleh karena itu strategi yang dilakukan oleh perusahaan monopoli, pertama
adalah menawarkan produk pada harga yang cukup tinggi yaitu pada P1 dengan
274

sasaran pada konsumen yang ada pada kurva permintaan D1. Selanjutnya apabila
kelompok konsumen pertama telah membeli produk tersebut, maka harga produk
diturunkan pada P2, dengan sasaran pada konsumen yang ada pada kelompok yang
terdapat pada kurva permintaan D2.
Konsep diskriminasi harga antara waktu semacam ini, banyak dipraktekkan
dalam dunia bisnis dewasa ini, terutama menyangkut masalah penemuan produk-
produk dengan teknologi terkini, termasuk di dalamnya pemutaran pertama dalam
sebuah Film dan lain-lain.

8.9. Ringkasan Bab 8

Monopoli adalah pasar dimana hanya terdapat satu penjual dalam pasar. Oleh
karena dalam pasar monopoli, perusahaan menghadapi seruluh kurva permintaan
pasar. Berbeda dengan pasar persaingan sempurna, keputusan jumlah output oleh
perusahaan monopoli sepenuhnya menentukan harga pasar. Dalam memaksimumkan
laba, maka perusahaan monopoli akan memilih tingkat output tertentu dimana
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Oleh karena perusahaan
menghadapi kurva permintaan yang menurun, maka harga pasar akan lebih tinggi
daripada penerimaan marjinal dan biaya marjinal.
Perusahaan monopoli timbul terutama disebabkan oleh satu atau gabungan
dari faktor yaitu; karena memiliki sumber daya yang unik dan sulit digantikan, karena
peraturan pemerintah yang memberikan hak khusus untuk monopoli. Peraturan
pemerintah yang menyebabkan timbulkan monopoli antara lain adalah paten, hak
cipta, dan hak usaha eksklusif.
Berbeda dengan pasar persaingan sempurna, pada pasar monopoli tidak dapat
ditunjukkan kurva penawaran perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena tidak
terdapat hubungan yang pasti antara tingkat harga dengan kuantitas barang yang
ditawarkan.
Perbedaan antara harga dan biaya marjinal menunjukkan bahwa dalam
monopoli alokasi sumber daya tidak efisien. Dalam hal ini pembeli bersedia
275

membayar lebih mahal untuk tambahan satu unit output daripada biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksinya.
Dalam pasar monopoli, terdapat beberapa penghalang untuk masuk dalam
pasar, maka perusahaan monopoli akan memperoleh laba ekonomi dalam jangka
panjang. Laba tersebut sekaligus menunjukkan distribusi yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu pemerintah dapat memilih untuk mengatur harga yang ditetapkan oleh
perusahaan monopoli.
Dalam kasus monopoli alamiah dimana biaya rata-rata menurun terhadap
peningkatan output, maka hal tersebut menimbulkan masalah. Oleh karena itu
pemerintah dapat membuat aturan penetapan harga, yaitu dengan menetapkan harga
pada biaya marjinal dimana perusahaan monopoli akan mengalami kerugian, atau
menetapkan harga berdasarkan biaya rata-rata dimana kuantitas yang dihasilkan tidak
efisien.
Untuk mengendalikan praktek monopoli, pemerintah dapat menempuh
beberapa kebijakan, misalnya, pemerintah dapat melakukan: (1) membuat undang-
undang anti monopoli, (2) menetapkan harga maksimum (ceiling price). Tujuan
kebijakan ini adalah agar monopoli bersedia menghasilkan produk yang besar karena
produk yang dihasilkan adalah produk yang sangat dibutuhkan masyarakat, (3)
mengenakan pajak per unit (specific tex) maupun lump sun tax (pajak yang dipungut
tidak tergantung pada unit yang dijual). Tujuan pengenaan pajak semacam ini adalah
untuk membatasi konsumsi konsumen terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh
monopoli, karena dengan pengenaan pajak maka akan menaikkan harga jual.
Untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, perusahaan monopoli dapat
melakukan diskriminasi harga. Pada dasarnya perusahaan monopoli ingin
menetapkan diskriminasi harga dengan sempurna dalam arti bahwa perusahaan
menetapkan harga yang berbeda pada masing-masing unit yang dibeli konsumen pada
harga reservasinya, dalam usaha untuk merebut semua surplus konsumen. Akan tetapi
dalam praktek ini sulit dilakukan. Namun dalam praktek berbagai teknik diskriminasi
harga dapat dilakukan oleh perusahaan monopoli.
276

Diskriminasi harga tingkat pertama dan kedua merupakan bentuk diskriminasi


yang dilakukan oleh perusahaan monopoli pada pasar yang sama. Dengan harga yang
berbeda-beda dalam satu, maka produsen berusaha mengambil sebagian besar surplus
konsumen. Diskriminasi harga tingkat tiga, perusahaan menetapkan harga yang
berbeda untuk dua pasar yang berbeda, dengan produk yang dijual sama, namun
harga yang berbeda antara pasar yang satu dengan pasar yang lain. Syarat agar
diskriminasi harga dapat berhasil adalah elastisitas permintaan kedua pasar tersebut
adalah berbeda, sementara penerimaan marjinal kedua pasar harus sama. Oleh karena
itu perusahaan monopoli harus dapat mengisosali kedua pasar tersebut agar kebijakan
diskriminasi harga berhasil.
Diskriminasi harga antara waktu merupakan bentuk diskriminasi harga yang
banyak dipraktekkan dewasa ini, yaitu suatu teknik penetapan yang cukup tinggi pada
awalnya untuk memenuhi permintaan konsumen yang sangat menginginkan produk
dengan segera, kemudian selanjutnya menurunkan harga untuk memenuhi permintaan
konsumen yang lebih besar.

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan perusahaan monopoli?


2. Jelaskan sebab-sebab yang menyebabkan munculnya perusahaan monopoli?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan monopoli alamiah dan bagaimana monopoli
alamiah dapat timbul?
4. Jelaskan hubungan antara kurva permintaan dengan hasil penjualan total, dan
hasil penjualan marjinal pada perusahaan monopoli?
5. Sebuah perusahaan monopoli mempunyai data hubungan antara tingkat harga
dengan jumlah barang yang diminta serta biaya yang dikeluarkan seperti terlihat
pada tabel:
Jumlah diminta (unit) Harga (ribu rupiah) Biaya total (juta rupiah)
24000 10 220
20000 20 180
16000 30 140
277

12000 40 100
8000 50 60
2000 60 20

Berdasarkan informasi tersebut diminta hitung:


a. Hitung jumlah penjualan total (TR), hasil penjualan marjinal (MR), dan hasil
penjualan rata-rata (AR), kemudian gambar ketiga jenis penjualan tersebut?
b. Hitung keuntungan perusahaan monopoli tersebut pada berbagai tingkat
harga yang ada?
6. Jelaskan dengan menggunakan angka-angka dan grafik bagaimana perusahaan
monopoli menentukan kuantitas produksi yang akan memaksimumkan
keuntungan perusahaan monopoli?
7. Jelaskan bahwa di dalam pasar monopoli kurva penawaran produk yang
dihasilkan tidak dapat ditentukan?
8. Jelaskan dengan menggunakan grafik mengapa perusahaan monopoli tidak selalu
untung?
9. Jelaskan mengapa dalam monopoli alamiah yang memaksimumkan keuntungan
dapat merugikan masyarakat?
10. Jelaskan mengapa pencapaian keuntungan pada perusahaan monopoli tidak
berarti pencapaian kapasitas optimal?
11. Jelaskan pada kondisi bagaimana pada perusahaan monopoli lebih
menguntungkan masyarakat dari pada pasar persaingan sempurna?
12. Renungkan dengan seksama apakah masing-masing dari kasus berikut
menggambarkan diskriminasi harga? Dalam pandangan anda kasus mana yang
secara sosial menguntungkan dan kasus mana yang merugikan?
a. Tarif penerbangan pasar pada akhir pekan lebih mahal dari hari normal?
b. Uang kuliah yang tinggi pada fakultas kedokteran dibanding dengan fakultas
lain?
c. Uang kuliah yang tinggi bagi mahasiswa asing dibanding dengan mahasiswa
dalam negeri?
278

d. Potongan harga yang dinegosiasikan dengan harga resmi, dalam hal mana
sales diberi wewenang untuk melakukan negosiasi harga guna meningkat
omzet penjualan dari masing-masing sales?
13. Suatu perusahaan monopoli mempunyai fungsi:
Biaya total (TC) = 20 -10Q + 4Q2
Q = 20 – P
Berdasarkan informasi tersebut diminta:
a. Buat kurva biaya total (TC), biaya rata-rata (AC), biaya marjinal (MC),
kurva permintaan (D) dan kurva penerimaan marjinal (MR).
b. Untuk memaksimumkan keuntungan, berapa besar kuantitas yang harus
diproduksi dan dijual serta berapa harga yang dijualkan?
c. Apakah keuntungan maksimum yang diperoleh tersebut, merupakan
keuntungan ekonomis, jelaskan?
14. Sebuah perusahaan monopoli dapat berproduksi pada biaya marjinal dan biaya
rata-rata yang tetap yaitu MC=AC=10. Perusahaan menghadapi kurva
permintaan pasar Q = 55 – P, sementara kurva permintaan marjinal adalah 55-
2Q. Berdasarkan informasi tersebut maka:
a. Kombinasi harga dan kuantitas yang dapat memberikan laba maksimum bagi
perusahaan, dan hitung surplus yang diperoleh produsen dan konsumen?
b. Hitung besarnya output dan harga yang ditetapkan apabila industri ini adalah
pasar persaingan sempurna?
c. Hitung surplus konsumen dan produsen dalam kondisi pasar persaingan
sempurna (pertanyaan b), dan hitung berapa besar kerugian beban baku yang
ditimbulkan oleh perusahaan monopoli?
15. Suatu perusahaan monopoli menghadapi kurva permintaan pasar yaitu:
Q = 100 – P
a. Misalkan perusahaan dapat memproduksi pada biaya rata-rata dan biaya
marjinal tetap yaitu MC=AC= 8, hitung berapa besar output dan harga untuk
memaksimumkan laba, serta hitung pula keuntungan yang diperoleh
monopoli tersebut.
279

b. Misalkan perusahaan monopoli mempunyai struktur biaya total yaitu:


TC = 0,5Q2 – 3Q + 250
Apabila perusahaan monopoli menghadapi permintaan pasar dan penerimaan
marjinal yang sama, berapa kuantitas dan harga untuk memaksimumkan
laba? Dan berapa laba perusahaan monopoli tersebut.
c. Gambarkan grafik kurva: permintaan pasar, penerimaan marjinal, biaya total,
biaya marjinal, biaya rata-rata, dan tunjukkan posisi keuntungan monopoli,
surplus produsen dan konsumen, serta kerugian beban baku yang timbul pada
pertanyaan a dan b?
16. Perusahaan monopoli bermaksud melakukan diskriminasi harga pada dua
pasar yang berbeda. Permintaan masing-masing pasar tersebut adalah:
PA = 40 –QA
PB = 30 – 0,5QB
Biaya total TC = -5Q + 2Q2
Diminta:
a. Berapa kuantitas produksi dan harga produk pada masing-masing pasar
tersebut untuk memaksimumkan laba perusahaan?
b. Hitung keuntungan perusahaan pada masing-masing pasar tersebut?
280

BAB IX
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

Dalam dua bab sebelumnya kita telah membahas bagaimana perusahaan


persaingan sempurna tidak memiliki kekuatan sama sekali dalam mempengaruhi
harga, dan bagaimana perusahaan dalam persaingan sempurna memperoleh
keuntungan maksimum. Kita juga telah membahas bagaimana perusahaan monopoli
dapat memilih harga dan volume output untuk memaksimumkan laba dan bagaimana
perusahaan monopoli memegang kendali harga dan menetapkan harga atas
produknya.
Dalam bab ini kita akan membahas tentang struktur pasar monopolistik
(monopolistic competition). Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan
karena ketidakpuasan terhadap kekuatan analisis pada pasar persaingan sempurna dan
pasar monopoli. Model pasar monopolistik dikembangkan pada akhir dasawarsa
1920-an dan awal dasawarsa 1030. Model pasar persaingan monopolistik
dikembangkan oleh seorang ekonom inggris bernama John Robinson, dan seorang
ekonom Amerika Serikat bernama Edward Chambelain.
Pada dasarnya struktur pasar persaingan monopolistik mirip dengan
persaingan sempurna, dimana dalam industri terdapat banyak perusahaan yang bebas
keluar masuk, akan tetapi produk yang dihasilkan tidak homogen melainkan
terdifresiasi. Akan tetapi perbedaan antara satu merek produk dengan produk lain
tidak terlalu jauh. Dengan diffrensiasi produk semacam ini mendorong perusahaan
untuk melakukan persaingan non harga. Meskipun produk yang dihasilkan telah
terdiffrensiasi, namun produk antara satu dengan yang lain sangat mungkin menjadi
saling substitusi.

9.1. Karakteristik Pasar Persaingan Monopolistik


281

Pasar Persaingan Monopolistik memiliki beberapa ciri utama yaitu; pertama


produk yang dihasilkan telah didiffrensiasi (diffrentiated product), kedua jumlah
perusahaan dalam industri banyak (large number of firms), dan ketiga perusahaan
mempunyai sedikit kekuatan dalam mempengaruhi harga, dan keempat perusahaan
bebas keluar masuk dalam industri (free antre and exit)

Produk yang dihasilkan terdiffrensiasi (diffrentiated product)

Karakteristik ini merupakan ciri yang sangat penting untuk membedakan


antara pasar persaingan monopolistik dengan pasar persaingan sempurna.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam persaingan sempurna, bahwa produk
yang dihasilkan adalah identik atau serupa. Dalam pasar persaingan sempurna produk
sangat sulit dibedakan antara produk yang dihasilkan antara satu produsen dengan
produsen yang lainnya. Berbeda dengan pasar persaingan monopolistik produk antara
satu perusahaan dengan perusahaan lain berbeda coraknya (diffrentiated product),
dan secara fisik mudah dibedakan antara produksi satu perusahaan dengan
perusahaan yang lainnya.
Disamping perbedaan dalam bentuk fisik produk tersebut, terdapat pula
perbedaan dalam kemasannya, perbedaan jasa antar perusahaan setelah penjualan
(after sales services). Dengan adanya perbedaan-perbedaan ini, maka produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik bukan barang
pengganti sempurna (perfect substitution) terhadap barang yang dihasilkan oleh
perusahaan lain. Jadi produk yang dihasilkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain adalah barang substitusi yang dekat (close substitution). Dengan
adanya perbedaan dalam sifat barang yang dihasilkan inilah yang menjadi sumber
dari adanya kekuatan monopoli dalam pasar persaingan sempurna, walaupun sangat
kecil.

Jumlah Perusahaan dalam Industri Banyak


282

Karakteristik kedua dalam pasar persaingan monopolistik adalah terdapat


banyak penjual dalam industri, namun tidak sebanyak seperti pada pasar persaingan
sempurna. Dalam pasar persaingan monopolistik tidak terdapat satupun perusahaan
yang ukurannya terlalu besar, jadi ukuran perusahaan dalam pasar persaingan
monopolistik mirip atau hampir sama besar. Kondisi tersebut menyebabkan produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik relatif
kecil dibanding volume produk yang ada dalam pasar secara keseluruhan.

Perusahaan Mempunyai Sedikit Kekuatan dalam Harga

Pasar persaingan monopolistik, berbeda dengan pasar persaingan sempurna


yang tidak mempunyai kekuatan sama sekali dalam mempengaruhi harga. Perusahaan
dalam persaingan monopolistik mempunyai sedikit kekuatan dalam mempengaruhi
harga, namun kekuatan tersebut relatif kecil apabila dibanding dengan pasar
monopoli dan pasar oligopoli. Kekuatan untuk mempengaruhi harga dalam pasar
persaingan monopolistik bersumber dari sifat produk yang dihasilkan, dimana produk
yang dihasilkan berbeda dengan produk perusahaan lain yang ada di pasar. Perbedaan
tersebut menyebabkan para pembeli memilih antara produk satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Oleh karena itu apabila suatu perusahaan menaikkan harga
produknya, maka perusahaan tetap dapat memperoleh pembeli, walaupun pembeli
mereka tidak sebanyak dengan ketika perusahaan tidak menaikkan harga. Sebaliknya
ketika perusahaan menurunkan harga, maka tidak serta bahwa produk yang
ditawarkannya akan habis terjual. Hal tersebut disebabkan karena banyak di antara
konsumen masih tetap membeli barang dihasilkan oleh perusahaan lain yang ada di
pasar, walaupun harganya relatif lebih mahal, namun karena konsumen sudah terbiasa
dengan produk tersebut, maka ia tetap membelinya.

Perusahaan Bebas Keluar Masuk dalam Industri

Dalam pasar persaingan monopolistik perusahaan tidak banyak mengalami


hambatan untuk masuk dalam industri, namun tidak semudah pada pasar persaingan
283

sempurna. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor antara lain, pertama adalah
modal yang diperlukan relatif besar dibanding dengan mendirikan perusahaan pada
pasar persaingan sempurna, kedua karena perusahaan harus menghasilkan produk
yang berbeda dengan yang sudah ada di pasar, serta diperlukan promosi untuk
menjual produk. Oleh karena dalam pasar persaingan monopolistik perusahaan harus
dapat menghasilkan produk yang lebih menarik dibanding dengan produk yang sudah
ada di pasar, serta harus dapat meyakinkan konsumen akan kelebihan dari produk
yang dihasilkannya.

9.2. Keseimbangan Jangka Pendek pada Pasar Persaingan


Monopolistik
Seperti halnya dengan pasar persaingan monopoli, pada pasar persaingan
monopolistik perusahaan menghadapi kurva permintaan dengan kemiringan negatif
(berslop menurun), karena perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi harga, Namun karena terdapat banyak produk
substitusi yang dekat dengan produk itu, maka kurva permintaan sangat elastis
terhadap perubahan harga. Elastisitas harga terhadap permintaan semakin tinggi,
apabila diffrensiasi produk semakin sedikit. Seperti hal dengan monopoli, karena
kurva permintaan yang dihadapi perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik
memiliki kemiringan negatif dan linear, maka kurva pendapatan marjinalnya berada
di bawah kurva permintaan, yang memotong sumbu harga pada titik yang sama dan
memiliki kemiringan absolut dua kali lipat dari kurva permintaan.
Seperti halnya dengan perusahaan dalam struktur pasar persaingan sempurna
dan monopoli, tingkat output terbaik pada pasar persaingan monopolistik dalam
jangka pendek dicapai ketika pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal,
sepanjang harga yang ditentukan pada kurva permintaan, melebihi biaya variabel
rata-rata. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.1.
Gambar 9.1 menunjukkan bahwa jumlah output terbaik dalam jangka pendek
perusahaan dalam persaingan monopoli adalah Q* yang ditunjukkan oleh titik E,
yaitu ketika MR=MC. Pada saat Q < Q*, maka MC > MR, dan laba total perusahaan
284

dapat ditingkatkan apabila perusahaan meningkatkan jumlah outputnya. Untuk dapat


menjual pada tingkat output terbaik yaitu Q*, maka perusahaan mengenakan harga
sebesar P* yaitu titik A pada kurva D. Oleh karena pada saat Q=Q*, maka ATC=C
yaitu titik B pada gambar 9.1, maka perusahaan yang berada pada pasar persaingan
monopolistik ini memperoleh laba sebesar P*-C, dan laba total sebesar daerah
P*CAB.

MC
A
P* AC

C B

E D

MR

Q
0 Q*
Gambar 9.1. Keseimbangan Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan
Monopolistik

Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna, maupun monopoli,


perusahaan persaingan monopolistik dapat memperoleh keuntungan, titik impas atau
bahkan menderita kerugian. Apabila P = ATC maka perusahaan mencapai titik impas,
dan apabila P < ATC, maka perusahaan menderita kerugian, tetapi perusahaan dapat
meminimumkan kerugian apabila P>AVC.
285

Oleh karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan dalam pasar
persaingan monopolistik memiliki kemiringan yang negatif, MR = MC < P pada
output terbaiknya, sehingga seperti pada kasus monopoli, bagian dari kurva MC yang
menaik terletak di atas kurva AVC, bukan merupakan kurva penawaran jangka
pendek perusahaan monopolistik.

Contoh Soal

PT. Anda memiliki fungsi permintaan dalam pasar persaingan monopolistik yaitu: P
= 300 – 4Q. Sementara fungsi biaya perusahaan adalah TC=2000 +40Q, dimana P
adalah harga dan Q adalah kuantitas, serta TC adalah total biaya. Berdasarkan
informasi tersebut hitung kombinasi harga dan volume produksi yang
memaksimumkan keuntungan perusahaan.
Jawab:
P = 300 – 4Q
TR = P.Q
TR = (300-4Q)Q
TR = 300Q – 4Q2
MR = 300 – 8Q
TC = 2000 +40Q
MC = 40
Syarat laba maksimum adalah MC=MR
300 – 8Q = 40
260 = 8Q
Q = 32,5
P = 300 – 4(32,5)
P = 300 – 130
P = 170
Keuntungan = TR-TC
∏ = (32,5)(170) – (2000 + 40(32,5)
286

∏ = 5.525 – 3.300
∏ = 2.225
Jadi keuntungan maksimum yang diperoleh perusahaan dalam jangka pendek pada
pasar persaingan monopolistik adalah 2.225.

9.3. Keseimbangan Jangka Panjang pada Pasar Persaingan


Monopolistik

Apabila perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik dalam jangka


pendek dapat memperoleh keuntungan di atas normal, maka perusahaan baru akan
tertarik untuk masuk dalam industri tersebut, sehingga jumlah perusahaan dalam
industri bertambah banyak. Hal tersebut disebabkan karena dalam pasar persaingan
monopolistik tidak terdapat hambatan yang berarti untuk masuk dalam industri.
Dampak dari banyaknya perusahaan yang terlibat dalam industri, maka masing-
masing perusahaan akan menghadapi permintaan yang sedikit pada masing-masing
tingkat harga. Seperti halnya dengan pasar persaingan sempurna, dalam pasar
persaingan monopolistik setiap perusahaan akan memperoleh keuntungan normal
dalam jangka panjang., seperti terlihat pada Gambar 9.2.

P
MC
AC
A
P*

MR

Q
0 Q*
Gambar 9.1. Keseimbangan Jangka Panjang dalam Pasar Persaingan
Monopolistik
287

Gambar 9.2. menunjukkan keseimbangan jangka panjang pada pasar


persaingan monopolistik. Produksi yang dihasilkan perusahaan adalah sebesar Q*
dengan harga sebesar P*. Pada saat tingkat harga sebesar P* sama dengan biaya total
rata-rata, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan hanya memperoleh
keuntungan normal.
Karakteristik perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik ketika
memperoleh keuntungan normal, berbeda dengan perusahaan pada pasar persaingan
sempurna. Perbedaan itu antara lain; (1) harga dan biaya produksi pada pasar
persaingan monopolistik lebih tinggi dan (2) kegiatan produksi dalam pasar
persaingan monopolistik belum mencapai tingkat yang optimal dalam arti bahwa
biaya produksi per unit perusahaan adalah minimal.

9.4. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Dalam menilai efisiensi perusahaan dalam penggunaan faktor-faktor produksi


dalam pasar persaingan monopolistik, dapat dilakukan dengan membandingkan
efisiensi perusahaan dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada pasar persaingan
sempurna. Perbandingan efisiensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.3.

P
P
LRACM LRMCM
LRMC
LRAC
PM
PC
D=MR
D
MR

0 QC Q 0 Qm Q
a. Persaingan sempurna b. Persaingan monopolistik

Gambar 9.3. Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dalam Pasar


Persaingan Sempurna dan Persaingan Monopolistik
288

Gambar 9.3. menunjukkan perbandingan antara efisiensi penggunaan faktor-


faktor produksi pada pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan monopolistik
dalam jangka panjang. Gambar 9.3(a) menunjukkan keseimbangan untuk pasar
persaingan sempurna, sementara gambar 9.3(b) menunjukkan keseimbangan pada
pasar persaingan monopolistik. Dalam perbandingan ini kita asumsikan bahwa biaya
produksi pada pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan monopolistik adalah
sama. Jadi biaya rata-rata jangka panjang perusahaan persaingan sempurna sama
dengan biaya rata-rata jangka panjang pada perusahaan persaingan monopolistik
(LRACC=LRACM), dan biaya marjinal jangka panjang pada perusahaan persaingan
sempurna sama dengan biaya marjinal jangka panjang pada pasar persaingan
monopolistik (LRMCC = LRMCM).
Gambar 9.3(a) menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi pada pasar
persaingan sempurna adalah optimal, dalam arti bahwa perusahaan memproduksi
barang dengan biaya minimum. Dalam kondisi tersebut, harga yang berlaku di pasar
adalah PS dan jumlah produk yang dihasilkan adalah QS. Sementara pada gambar
9.3(b) menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal, dalam
arti bahwa perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memproduksi barang
dengan biaya yang belum minimum. Dalam kondisi ini harga yang berlaku di pasar
adalah PM serta jumlah barang yang dihasilkan adalah QM.
Oleh karena itu walaupun perusahaan persaingan monopolistik dan persaingan
sempurna sama-sama memperoleh keuntungan normal dalam jangka panjang, akan
tetapi biaya produksi per unit dan harga jual per unit pada perusahaan persaingan
monopolistik lebih besar dibanding dengan pasar persaingan sempurna. Di samping
itu jumlah output yang dihasilkan pada pasar persaingan monopolistik juga lebih
289

rendah dibanding output yang dihasilkan oleh perusahaan dalam pasar persaingan
sempurna.
Dengan demikian, maka perusahaan pada pasar persaingan sempurna lebih
efisien dibanding dengan perusahaan yang ada pada pasar persaingan monopolistik,
baik dilihat dari sisi efisiensi produksi dalam hal ini biaya produksi maupun dilihat
dari sisi efisiensi alokasi dalam hal ini harga sama dengan marjinal cost (MC=P).

9.5. Persaingan Bukan Harga

Dewasa ini tingkat persaingan bukan harga dalam merebut pangsa pasar
menjadi suatu yang sangat umum dalam pasar persaingan. Perusahaan-perusahaan
melakukan berbagai usaha selain dalam merebut konsumen. Dalam konteks ekonomi
usaha-usaha bukan harga pada dasarnya bertujuan untuk memindahkan kurva
permintaan ke kanan. Pemindahan tersebut menunjukkan bahwa setiap tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja, maka jumlah barang yang diminta menjadi
bertambah.

Secara umum persaingan bukan harga dapat dibedakan ke dalam dua


kelompok yaitu; Pertama melakukan diffrensiasi produk, dalam arti bahwa
perusahaan berusaha menciptakan barang sejenis namun dengan corak yang berbeda
dengan hasil produksi perusahaan lain. Kedua melakukan usaha periklanan dan
berbagai bentuk promosi penjualan.
Dalam pasar persaingan monopolistik dan oligopoli persaingan bukan harga
sangat aktif dilakukan oleh perusahaan. Sementara pada pasar persaingan sempurna
dan pasar monopoli, persaingan bukan harga tidak menjadi penting. Hal tersebut
disebabkan karena pada pasar monopoli, hanya ada satu perusahaan dalam industri
sehingga produk yang dihasilkan tidak punya pesaing. Sementara pada pasar
persaingan sempurna produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah identik antara
satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, dan pembeli sangat sulit membedakan
hasil produksi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, sehingga bagi perusahaan
290

tidak berguna untuk melakukan usaha persaingan bukan harga dalam merebut
konsumen.

Difrensiasi Produk

Dalam pasar persaingan monopolistik setiap perusahaan akan berusaha untuk


menghasilkan barang yang memiliki sifat tersendiri, dan dapat dengan jelas
dibedakan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan pesaing. Oleh
karena itu dalam pasar persaingan monopolistik terdapat berbagai barang yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam industri, dengan karakteristik tersendiri; seperti
bentuk, mutu, mode, desain, dan merek yang berbeda-beda. Terdapat berbagai variasi
dari semua jenis barang menjadi sifat tersendiri dari pasar persaingan monopolistik
yang tidak dijumpai pada pasar persaingan sempurna.
Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan pengeluarannya dalam usaha
melakukan variasi produk, agar dapat meningkatkan permintaan atas produknya, dan
membuat produknya menjadi lebih tidak elastis terhadap perubahan harga. Variasi
produk dapat dilakukan dengan mengacu pada ciri produk yang dihasilkan dalam
pasar persaingan monopolistik untuk menjadikan produk lebih menarik bagi
konsumen. Misalnya produsen dapat mengurangi kandungan gula dalam minuman
botol, kemudian memberikan hadiah kejutan kecil dalam setiap tutup botol.
Dalam pasar persaingan monopolistik barang yang berbeda-beda tersebut akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dalam membeli produk. Sebagian
konsumen lebih menyukai membeli barang walaupun harganya sedikit lebih mahal
dibanding barang yang sejenis yang dihasilkan oleh produsen lain. Jadi diffrensiasi
produk dalam pasar persaingan monopolistis dapat menciptakan suatu bentuk
kekuatan monopoli. Suatu perusahaan dapat menciptakan barang tertentu yang
berbeda dengan barang lainnya, berarti perusahaan menciptakan suatu penghambat
bagai perusahaan-perusahaan lain dalam merebut konsumennya.
Diffrensiasi produk juga memungkinkan seorang produsen dalam pasar
persaingan monopolistik untuk dapat menjual hasil produksinya dengan harga sedikit
291

lebih mahal, meskipun dengan konsekwensi bahwa permintaan akan turun, dan
sebaliknya seorang produsen juga memungkinkan untuk merebut sebagian dari
konsumen pesaing dengan cara menurunkan harga produknya.
Bagi konsumen barang yang sejenis, namun berbeda corak dan merek
menimbulkan suatu keuntungan tersendiri. Di mana konsumen memiliki pilihan yang
lebih banyak dalam membeli suatu barang, sehingga memungkinkan konsumen untuk
membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Beberapa pakar
ekonomi memandang bahwa pilihan yang beraneka ragam ini, sebagai kompensasi
atas ketidakefisienan perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik dalam
menggunakan sumber daya.

Periklanan

Dewasa ini setiap hari kita senantiasa disugukan dengan berbagai jenis iklan,
baik melalui televisi, radio, koran, majalah, di pinggir jalan dan sebagainya.
Perusahaan-perusahaan berusaha meyakinkan konsumen agar produk mereka laku
terjual. Dalam pasar persaingan monopolistik, perilaku semacam ini sangat wajar.
Ketika suatu perusahaan yang menjual produk yang terdiffrensiasi, dan menetapkan
harga di atas biaya marjinal, maka masing-masing perusahaan memiliki insentif untuk
melakukan pengiklanan untuk menarik lebih banyak konsumen.
Dalam pasar persaingan monopolistik, jumlah yang dibelanjakan perusahaan
untuk melakukan kegiatan periklanan berbeda untuk produk yang berbeda.
Perusahaan yang menjual barang dengan kebutuhan yang sangat terdiffrensiasi,
misalnya parfum, minuman, pembersih, biasanya menghabiskan lebih banyak biaya
periklanan, sementara perusahaan yang menjual barang industri seperti; mesin air,
mesin pabrik hanya sedikit melakukan pengeluaran untuk kegiatan iklan, serta
perusahaan yang menjual produk yang homogen, misalnya beras, kacang, atau
minyak goreng tidak melakukan pengiklanan sama sekali.
Para kritikus periklanan berpendapat bahwa perusahaan melakukan usaha
periklanan guna memanipulasi selera konsumen. Dikatakan demikian, karena mereka
292

beranggapan bahwa iklan yang buat kebanyakan bersifat psikologis, dan kurang
informatif. Iklan yang disiarkan lewat televisi umumnya tidak memberitahukan
tentang kualitas dan harga dari produknya. Misalnya iklan hanya menunjukkan artis
top yang bergembira di suatu pesta atau di tepi pantai pada hari yang cerah dan di
tangannya terdapat kaleng minuman. Para kritikus periklanan mengatakan bahwa
iklan semacam itu menciptakan keinginan kepada konsumen yang tadinya tidak ada.
Para kritikus periklanan juga berpendapat bahwa periklanan menghambat
kompetisi. Iklan-iklan sering kali meyakinkan konsumen bahwa produknya lebih
berbeda dari yang sebenarnya. Dengan meningkatkan persepsi tentang diffrensiasi
produk dan membina loyalitas terhadap mereknya, iklan membuat pembeli kurang
peduli terhadap perbedaan harga dari barang-barang yang serupa. Dengan kurva
penawaran yang kurang elastis, maka perusahaan dapat meningkatkan mark-up dari
biaya marjinal mereka.
Sementara para pendukung periklanan berpendapat bahwa dalam pasar
persaingan monopolistik perusahaan menggunakan iklan bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai harga dari barang yang dijual, keberadaan suatu
produk baru, dan lokasi penjualannya. Informasi ini membuat konsumen dapat
melakukan pilihan-pilihan yang lebih baik tentang apa yang harus dibeli dan
meningkatkan kemampuan pasar dalam mengalokasikan sumber dayanya secara
efisien.
Para pendukung periklanan juga berpendapat bahwa periklanan
menumbuhkan kompetisi, karena iklan memberikan informasi kepada konsumen
mengenai produk perusahaan yang ada di pasar. Karena itu konsumen dapat lebih
mudah memanfaatkan perbedaan-perbedaan dari segi harga. Iklan juga memudahkan
masuknya perusahaan baru di pasar, karena iklan merupakan cara untuk menarik
konsumen dari produk-produk lama ke produk-produk baru.

Iklan dan Biaya Produk


293

Usaha periklanan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pasar persaingan


monopolistik berdampak pada biaya produk. Pertanyaan yang muncul apakah ikan akan
menaikkan atau menurunkan biaya produk per unit. Kedua kemungkinan tersebut
dapat terjadi, tergantung pada apakah aktivitas periklanan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam arti bahwa perubahan permintaan yang terjadi setelah kegiatan
periklanan dilakukan. Apabila permintaan produk menjadi lebih elastis, maka besar
kemungkinan akan membuat biaya produksi akan menjadi lebih rendah. Tetapi hal
seperti ini, kecil kemungkinan akan terjadi. Hak tersebut berarti bahwa pada
umumnya iklan akan menaikkan biaya produksi. Untuk menjelaskan bagaimana
pengaruh iklan terhadap biaya dan harga dapat dijelaskan seperti pada Gambar 9.4.
Gambar 9.4 menunjukkan bahwa biaya rata-rata jangka panjang perusahaan
dalam pasar persaingan monopolistik adalah sebesar AC, sementara permintaan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah D1, sehingga keseimbangan jangka
panjang perusahaan adalah tercapai pada titik A, dengan harga produk sebesar P,
dengan jumlah barang dihasilkan sebesar Q1. Jika perusahaan melakukan usaha
periklanan, maka biaya produk akan menjadi lebih tinggi, hal tersebut ditunjukkan
oleh kenaikan biaya rata-rata jangka panjang dari AC ke AC1. Dengan adanya usaha
periklanan yang dilakukan oleh perusahaan, maka permintaan akan produk menjadi
meningkat. Misalkan dengan adanya usaha promosi menyebabkan permintaan
bertambah dari D1 ke D2, dan keseimbangan jangka panjang perusahaan sekarang
berada pada titik B. Jadi usaha periklanan yang dilakukan perusahaan menyebabkan
jumlah barang yang dijual bertambah dari Q1 ke Q2, akan tetapi dengan usaha
periklanan tersebut menyebabkan harga naik dari P1 ke P2. Dengan dasar
pertimbangan inilah yang melatar belakangi sebagian ekonom memandang bahwa
periklanan tersebut adalah suatu pemborosan sumber daya, karena menyebabkan
biaya produk naik tanpa membuat perubahan apapun terhadap produk baik dalam hal
bentuk, maupun kualitas.

P1 B
P A
C
P2
AC1
294

Akan tetapi sebagai dari para ekonom tidak sepakat dengan pendapat tersebut,
mereka memandang bahwa iklan sangat berguna, karena periklanan dapat
menurunkan biaya produksi per unit. Promosi penjualan melalui iklan menurut
mereka akan menyebabkan permintaan berubah dari D1 ke D3, sehingga
keseimbangan jangka panjang berada pada titik C. Hal tersebut menunjukkan bahwa
iklan menaikkan volume penjualan yang cukup besar yaitu dari Q1 ke Q3.
Penambahan volume penjualan yang cukup besar tersebut menyebabkan biaya
produksi per unit menjadi semakin kecil dan memungkinkan perusahaan menjual
barangnya pada harga yang lebih rendah daripada harga sebelum adanya usaha
periklanan. Jadi harga turun dari P1 ke P3.

Merek Dagang

Kegiatan periklanan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pasar persaingan


monopolistik terkait erat dengan merek dagang atau merek produk. Dalam suatu
pasar misalkan terdapat dua jenis perusahaan, satu menjual produk dengan merek
terkenal sementara yang satu menjual produk substitusinya dengan merek yang tidak
295

terkenal. Contoh, disebuah toko kelontong biasa, anda dapat membeli Teh Botol
Sostro dan Teh Botol lainnya yang tidak terlalu terkenal. Pada toko yang sama anda
dapat membeli Wafer Tenggo dan wafer lainnya yang tidak terlalu terkenal. Pada
umumnya perusahaan dengan merek dagang atau produk terkenal menghabiskan uang
lebih banyak untuk iklan dan menjual produknya lebih mahal.
Seperti halnya dengan iklan, para kritikus merek dagang berpendapat bahwa
adanya merek dagang menyebabkan konsumen melihat perbedaan-perbedaan yang
sebenarnya tidak ada. Dalam banyak kasus, barang generik hampir tidak dapat
dibedakan dengan barang yang bermerek. Kerelaan konsumen dalam membayar lebih
mahal terhadap produk yang merek, menurut kritikus merek dagang adalah bentuk
irrasional yang berkembang karena periklanan.
Dalam perkembangan terakhir para ekonom mendukung adanya merek
dagang, hal tersebut disebabkan karena mereka memandang sebagai cara yang
bermanfaat bagi konsumen untuk memastikan bahwa barang yang mereka beli
memiliki kualitas yang tinggi. Terdapat dua pendapat berkembang dalam kaitannya
dengan hal ini. Pertama, merek dagang memberikan informasi kepada konsumen
mengenai kualitas barang, ketika kualitas tidak dapat dengan mudah ditentukan
sebelum dilakukan pembelian. Kedua merek dagang memberi insentif kepada
perusahaan untuk menjaga kualitas produknya, karena dengan merek dagang mereka
mempertaruhkan reputasi perusahaannya.
Untuk membuktikan bagaimana pendapat tersebut berlaku; mari kita melihat
satu merek yang sangat populer: Kentucky Fried Chicken. Bayangkan diri anda
berada dalam suatu kota yang tidak begitu dikenal dan ingin makan malam. Anda
menemukan dua restoran yaitu restoran Kentucky Fried Chicken dan satu restoran
lokal di sebelahnya. Mana yang anda pilih? Restoran lokal mungkin saja menawarkan
makanan yang lebih enak dengan harga yang lebih murah, tetapi anda tidak mungkin
tahu tentang hal tersebut. Sebaliknya Kentucky Fried Chicken menawarkan makanan
yang mutunya konsisten pada semua kota. Jadi jelas merek dagangnya berguna bagi
anda sebagai panduan dalam menentukan kualitas barang yang akan anda beli.
296

9.6. Ringkasan Bab 9

Pasar persaingan monopolistik adalah campuran antara pasar persaingan


sempurna dan pasar monopoli. Hal ini menyebabkan pasar ini disebut pasar
persaingan monopolistik. Ciri utama pasar persaingan monopolistik adalah terdapat
banyak penjual dalam pasar, produk yang ada dalam pasar adalah berbeda corak,
produsen dapat mempengaruhi harga, keluar masuk perusahaan dalam industri relatif
mudah, dan banyak melakukan persaingan bukan harga.
Keseimbangan dalam pasar persaingan monopolistik berbeda dengan
keseimbangan pada pasar persaingan sempurna. Hal tersebut disebabkan karena dua
hal yaitu. Setiap perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memiliki kapasitas
berlebih, dalam arti bahwa perusahaan bekerja pada bagian bawah dari kurva biaya
tatal rata-rata yang mengarah ke bawah. Kedua perusahaan menjual produk di atas
biaya marjinal.
Seperti halnya dalam pasar persaingan sempurna, terdapat banyak perusahaan
dalam pasar, dan tanpa rintangan yang berarti mereka bebas keluar masuk dalam
pasar, Oleh karena itu dalam jangka pendek suatu perusahaan dapat memperoleh
keuntungan ekonomis, namun karena dengan keuntungan yang ekonomi yang
diperoleh mendorong perusahaan lain untuk masuk dalam industri, sehingga
membuat keuntungan jangka panjang pada perusahaan yang berada dalam pasar
persaingan monopolistik menjadi normal.
Oleh karena dalam pasar persaingan monopolistik, perusahaan menghasilkan
produk yang terdiffrensiasi, maka masing-masing perusahaan melakukan usaha
periklanan untuk menarik konsumen dalam membeli produknya. Sampai batas
tertentu, iklan memanipulasi selera konsumen, mempromosikan produk dengan
merek yang mereka miliki, walaupun dengan cara yang tidak rasional agar konsumen
menjadi loyal terhadap merek mereka. Meskipun demikian sampai batas tertentu
iklan dapat memberikan informasi terhadap produk, membedakan produk mana yang
memiliki merek yang dapat diandalkan serta dapat menumbuhkan kompetisi.
297

Pertanyaan bab 9

1. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dari pasar persaingan monopolistik?


2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara pasar persaingan monopolistik dengan
pasar persaingan sempurna, serta antara pasar persaingan monopolistik dengan
monopoli.
3. Gambarkan dalam bentuk grafik suatu perusahaan yang mendapatkan
keuntungan ekonomis dalam suatu pasar persaingan monopolistik, dan tunjukkan
apa yang terjadi pada perusahaan tersebut apabila ada perusahaan baru yang
masuk dalam industri?
4. Dengan bantuan grafik bandingkan efisiensi penggunaan sumber daya dalam
suatu perusahaan monopoli dengan perusahaan persaingan sempurna.
5. Sebutkan dan jelaskan dua jenis persaingan bukan harga dalam pasar persaingan
monopolistik?
6. Berikan minimal dua contoh perusahaan yang melakukan diffrensiasi produk
dalam pasar persaingan monopolistik?
7. Jelaskan dengan menggunakan grafik bagaimana iklan dapat menurunkan
kesejahteraan ekonomi dan bagaimana iklan dapat meningkatkan kesejahteraan
ekonomi?
8. Jelaskan sifat apa yang dimiliki suatu produk yang dapat membedakan pasar
persaingan monopolistik dengan pasar persaingan sempurna?
9. Jelaskan manfaat yang ditimbulkan dengan adanya merek dagang pada suatu
perusahaan monopolistik?
10. Pepsoden adalah salah satu perusahaan yang ada pada pasar pasta gigi yang
berada pada keseimbangan jangka panjang.
a. Gambarkan diagram yang menunjukkan kurva permintaan (D), pendapatan
marjinal (MR), biaya total rata-rata (AC), dan biaya marjinal (MC).
Tunjukkan pada diagram tersebut tingkat harga dan volume produksi yang
dapat memaksimumkan keuntungan perusahaan?
b. Berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan?
298

c. Pada diagram yang anda buat tunjukkan surplus yang diperoleh produsen
konsumen.
11. Tabel berikut ini menunjukkan harga jual produk, biaya produksi total pada
berbagai tingkat produksi, serta permintaan produk dari suatu perusahaan dalam
persaingan monopolistik:

Permintaan Harga Biaya Produksi Total


0 12000 40000
100 11000 110000
200 10000 140000
300 9000 180000
400 8000 210000
500 7000 230000
600 6000 240000
700 5000 260000
800 4000 300000
900 3000 360000
1000 2000 440000

Berdasarkan informasi tersebut saudara diminta:

a. Hitung hasil penjualan total pada berbagai tingkat produksi, dan tentukan
tingkat produksi yang memaksimumkan keuntungan?
b. Gambarkan grafik keseimbangan perusahaan dengan menggunakan
pendekatan biaya total dan hasil penjualan total?
c. Hitung biaya rata-rata (AC), biaya marjinal, (MC) penjualan marjinal (MR),
dan hasil penjualan rata-rata (AR).
d. Gambarkan kurva AC, MC, MR dan AR atas jawaban anda pada pertanyaan
299

BAB X
PASAR OLIGOPOLI

Pasar oligopoli (oligopoly) adalah suatu pasar dimana hanya terdapat sedikit
perusahaan yang bersaing antara satu dengan yang lain, dan masuknya perusahaan
baru dalam industri melalui banyak rintangan. Produk dihasilkan oleh perusahaan
dalam pasar oligopoli umum sudah terdifrensiasi. Kekuatan monopoli dalam pasar
oligopoli sangat tergantung pada bagaimana perusahaan saling berinteraksi dalam
pasar. Misalnya apabila perusahaan-perusahaan yang ada dalam pasar lebih
kooperatif dari bersaing, maka perusahaan-perusahaan yang ada dapat mengenakan
harga yang jauh di atas biaya marjinal dan memperoleh laba yang besar.
Dalam menjelaskan sikap perusahaan dalam pasar oligopoli lebih rumit
dibanding menjelaskan sikap perusahaan dalam pasar lainnya. Hal tersebut
disebabkan karena tidak terdapat keseragaman dalam sifat-sifat pada berbagai industri
dalam pasar oligopoli. Tingkah laku perusahaan sangat berbeda apabila misalnya
dalam industri hanya terdapat dua atau tiga perusahaan, dibanding dengan 10 atau 15
perusahaan. Juga berbeda apabila perusahaan dalam industri membuat perjanjian
untuk menetapkan harga atau membagi-bagi pasar.
Akibat dari jumlah perusahaan yang terbatas atau sangat sedikit dalam
industri, maka kegiatan suatu perusahaan dalam pasar oligopoli sangat dipengaruhi
oleh kegiatan perusahaan lainnya dalam industri yang sama. Oleh karena itu setiap
perusahaan senantiasa memperhatikan tindakan perusahaan lainnya sebelum mereka
membuat suatu keputusan.
Dalam kenyataannya beberapa industri dalam pasar oligopoli, perusahaan-
perusahaan yang ada benar-benar saling bekerja sama, dan tidak sedikit pula yang
saling bersaing secara agresif, walaupun akan memberikan laba dalam jumlah yang
lebih kecil. Untuk mengetahui kenapa hal tersebut dapat terjadi, maka kita perlu
mempertimbangkan bagaimana perusahaan-perusahaan oligopoli memutuskan jumlah
output dan harga produknya. Keputusan semacam ini merupakan keputusan yang
300

rumit, karena masing-masing perusahaan harus beroperasi secara strategis ketika


mereka mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan suatu perusahaan harus
mempertimbangkan reaksi dari pesaingnya.
Bentuk lain dari pasar yang akan kita bahas dalam bab ini adalah Kartel
(cartel). Dalam suatu industri kartel berarti sebagian atau semua perusahaan dalam
industri berkolusi, dalam arti bahwa semua perusahaan dalam industri
mengkoordinasikan jumlah output dan harga dalam upaya untuk memaksimumkan
laba mereka bersama. Kartel dapat tampil seperti monopoli murni. Hal tersebut
disebabkan karena, perusahaan-perusahaan dalam suatu kartel terlihat beroperasi
seolah-olah semuanya merupakan bagian dari suatu perusahaan raksasa. Akan tetapi
suatu kartel berbeda dengan pasar monopoli dalam dua hal yaitu: Pertama, karena
kartel jarang mengendalikan seluruh pasar, perusahaan-perusahaan harus
mempertimbangkan bagaimana keputusan harga produknya akan mempengaruhi
tingkat produktivitas dari perusahaan yang tidak terlibat dalam kartel. Kedua, karena
anggota-anggota suatu kartel, bukan bagian dari suatu perusahaan besar, sehingga
tidak menutup kemungkinan ada perusahaan yang terlibat dalam kartel tergoda dan
mengkhianati rekan-rekannya dengan cara menurunkan harga untuk merebut pangsa
pasar yang lebih besar. Akibatnya banyak kartel cenderung bubar dan tidak bertahan
lama.

10.1. Karakteristik Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli serupa dengan pasar monopoli dan persaingan monopolistik


dalam arti bahwa ketiga jenis pasar ini menghadapi kurva permintaan dengan
kemiringan negatif. Berbeda dengan monopoli yang tidak memiliki pesaing dan
dengan perusahaan persaingan monopolistik yang menghadapi banyak pesaing,
perusahaan oligopoli menghadapi sedikit pesaing. Oleh karena jumlah pesaing yang
relatif sedikit, maka masing-masing perusahaan menyadari bahwa para pesaing
mungkin bereaksi terhadap apa yang dilakukan perusahaan, dan karena itu
perusahaan harus mempertimbangkan reaksi pesaingnya tersebut. Dengan demikian
perusahaan dalam pasar oligopoli harus menyadari interdependensi di antara
301

keputusan-keputusan yang diambil oleh berbagai perusahaan dalam industri, karena


mereka terlibat dalam strategi bersaing.
Perbedaan utama perusahaan oligopoli dengan pasar lainnya yaitu perusahaan
dalam pasar oligopoli menyadari dampak keberadaan mereka terhadap perusahaan-
perusahaan pesaing dan mereka mungkin memperhitungkan reaksi pesaing apabila
mereka memutuskan suatu tindakan tertentu. Dalam konteks ini kita mengatakan
bahwa perilaku perusahaan dalam pasar oligopoli adalah bersifat strategis, dalam arti
bahwa perusahaan memperhitungkan dampak keputusan mereka atas perusahaan-
perusahaan pesaing dan reaksi yang mereka harapkan dari perusahaan-perusahaan
pesaing tersebut. Sementara perusahaan-perusahaan dalam persaingan sempurna
menunjukkan perilaku nonstrategik, dalam arti bahwa pengambilan keputusan
didasarkan atas biaya produksi yang mereka keluarkan dan kurva permintaan mereka
sendiri tanpa mempertimbangkan kemungkinan reaksi dari para pesaingnya.
Demikian halnya dengan perusahaan monopoli tidak melakukan perilaku strategis,
karena mereka tidak mempunyai pesaing.
Di samping karakteristik utama yang baru dijelaskan, pasar oligopoli
mempunyai beberapa ciri hal lain seperti: (1) kekuasaan menentukan harga
adakalanya kuat dan adakalanya lemah, (2) menghasilkan barang standar atau
berbeda corak, dan (3) umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi
dalam bentuk iklan.

Kekuasaan Menentukan Harga Adakalanya Kuat dan Adakalanya Lemah

Dalam pasar oligopoli kekuasaan menentukan harga adakalanya kuat dan


adakalanya lemah. Kekuatan menentukan harga sangat tergantung pada kerja sama di
antara perusahaan yang terlibat dalam industri. Apabila perusahaan-perusahaan yang
terlihat dalam pasar oligopoli, tidak melakukan kerja sama, maka kekuatan untuk
menentukan harga menjadi lemah. Apabila satu perusahaan dalam pasar oligopoli
memutuskan harga dalam jangka pendek, maka perusahaan dapat menarik membeli
dalam jumlah yang lebih besar, sehingga perusahaan pesaing yang kehilangan
pembeli akan melakukan tindakan balasan dengan menurunkan harga yang lebih
302

besar, sehingga konsumen perusahaan yang pertama menurunkan harga akan


kehilangan pelanggannya. Dengan demikian tidak ada alasan untuk suatu perusahaan
dalam pasar oligopoli untuk mengubah tingkat harga.

Menghasilkan Produk Standar atau Berbeda Corak

Dalam pasar persaingan oligopoli perusahaan dapat menghasilkan barang


standar. Perusahaan oligopoli dalam menghasilkan barang standar banyak dijumpai
dalam industri yang menghasilkan bahwa mentah, seperti industri semen, industri
baja dan sebagainya. Di samping itu dalam pasar oligopoli juga dijumpai produk
yang berbeda corak. Barang berbeda corak dalam pasar oligopoli banyak dijumlah
pada industri akhir. Contoh perusahaan dalam pasar oligopoli yang menghasilkan
produk berbeda corak seperti industri mobil, industri rokok, dan industri kapal.

Umumnya Perusahaan Oligopoli Melakukan Promosi dalam Bentuk Iklan

Penggunaan media promosi berupa iklan dalam pasar oligopoli sangat


dibutuhkan terutama bagi perusahaan yang menghasilkan produk yang berbeda corak.
Perusahaan dalam pasar oligopoli dengan produk yang berbeda corak biasanya rela
mengeluarkan biaya iklan yang cukup besar. Pengeluaran biaya iklan yang cukup
besar tersebut pada dasarnya memiliki dua tujuan yaitu; menaik pembeli baru dan
mempertahankan pembeli lama. Sementara bagi perusahaan yang menghasilkan
barang standar dalam pasar oligopoli umumnya hanya mengeluarkan sedikit biaya
iklan, di mana iklan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memelihara hubungan
baik dengan pelanggan.

10.2. Keseimbangan dalam Pasar Oligopoli

Kita telah membahas tentang keseimbangan pada tiga jenis pasar yang sudah
dibahas sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui harga dan jumlah yang berlaku
dalam keseimbangan. Pada pasar persaingan sempurna harga keseimbangan diperoleh
dengan menyamakan jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta. Sementara
303

pada pasar monopoli harga keseimbangan diperoleh apabila biaya marjinal sama
dengan penerimaan marjinal, dan pada pasar persaingan monopolistik harga
keseimbangan jangka panjang terjadi ketika perusahaan baru masuk dalam industri
yang membuat laba jangka panjang penjadi nol.
Berbeda dengan pasar oligopoli, suatu perusahaan menetapkan harga
outputnya senantiasa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan strategis yang
berkenaan dengan perilaku pesaingnya. Pada saat yang sama keputusan-keputusan
pesaing umumnya sangat tergantung pada perusahaan yang pertama tadi. Pertanyaan
yang muncul bagaimana perusahaan dapat menentukan harga pasar dan jumlah
barang yang terjadi dalam keseimbangan? Atau apakah memang ada keseimbangan
dalam pasar oligopoli? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan suatu prinsip
utama untuk menjelaskan suatu keseimbangan apabila perusahaan mengambil
keputusan yang secara eksplisit memperhitungkan perilaku perusahaan pesaingnya.
Ingat kembali bagaimana kita menggambarkan keseimbangan dalam pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan monopolistik; apabila suatu pasar berada
dalam keseimbangan, maka perusahaan-perusahaan akan melakukan yang terbaik
yang dapat mereka lakukan dan mereka tidak memiliki alasan untuk mengubah
harga dan outputnya. Jadi pada pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan
monopolistik berada dalam keseimbangan apabila jumlah yang ditawarkan sama
dengan jumlah yang diminta. Dalam hal ini masing-masing perusahaan melakukan
hal yang terbaik yang dapat dilakukan, perusahaan menjual seluruh hasil produksinya
untuk memaksimumkan laba. Seperti halnya dengan perusahaan monopoli berada
pada keseimbangan apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Dengan beberapa modifikasi ekulibrium nash, kita dapat menerapkan prinsip
yang sama pada pasar oligopoli. Misalkan sekarang, masing-masing perusahaan ingin
melakukan hal terbaik yang dapat dilakukannya dengan memperhitungkan apa yang
dilakukan oleh pesaing-pesaingnya. Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan
terkait dengan apa yang dilakukan oleh pesaing-pesaingnya? Oleh karena perusahaan
akan melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukannya dengan memperhitungkan
apa yang dilakukan oleh pesaing-pesaingnya, maka wajar apabila perusahaan
304

berasumsi bahwa para pesaing akan melakukan hal terbaik yang dapat mereka
lakukan dengan mempertimbangkan hal terbaik yang dapat mereka lakukan dengan
memperhitungkan apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dengan
demikian masing-masing perusahaan memperhitungkan pesaing-pesaingnya, dan
berasumsi bahwa pesaing-pesaingnya juga melakukan hal yang sama.
Model ini terlihat abstrak, namun hal tersebut merupakan suatu yang logis.
Hal ini memberi kita suatu dasar untuk menentukan keseimbangan dalam pasar
oligopoli. Konsep Ekulibrium Nash, ini pertama kali dikembangkan oleh ahli
matematika John Nash pada tahun 1951, sehingga kita menyebut keseimbangan yang
digambar itu, sebagai Ekulibrium Nash.

Ekulibrium Nashi: Masing-masing perusahaan melakukan hal terbaik


untuk mengimbangi apa yang dilakukan para
pesaingnya.

10.3. Model Cournot

Ekonom Prancis abad 19 bernama Agustin Cournot, menemukan apa yang


dikenal dengan konsep penerimaan marjinal dan penggunaannya. Model ini baik
untuk membahas tentang maksimisasi laba maupun untuk mengembangkan sebuah
model di mana terdapat dua perusahaan yang bersaing pada pasar yang sama.
Cournot memulai studinya dengan meneliti suatu situasi sederhana dimana
pemilik tunggal sebuah sumber air gratis tetapi menyehatkan telah memutuskan untuk
menetapkan harga atas airnya. Pada mulanya beliau menemukan bahwa pemilik harus
berhadapan dengan kurva permintaan yang menurun (downward sloping demand).
Untuk pemilik sumber mata air, menetapkan harga yang terlalu tinggi tidak akan
menguntungkan sama halnya jika mereka menetapkan harga yang terlalu rendah.
Misalkan permintaan untuk sumber mata air dalam ribuan kubik per minggu (Q)
tergantung pada harga air (P) berdasarkan persamaan:
Q = 180 – P
305

Kurva permintaan ini dapat dilihat pada Gambar 10.1. Oleh karena air sendiri
gratis bagi perusahaan, maka laba penerimaan dimaksimalkan dengan cara terus
berproduksi pada titik dimana penerimaan marjinal sama dengan nol. Oleh karena itu
pemilik tunggal mata air harus memproduksi air sebanyak Q = 90. Pada tingkat
output ini P adalah 90 sehingga penerimaan total adalah (90 x 90 = 8.100). Untuk
mengembangkan model duopoli, maka penting untuk dicatat bahwa bagaimana
tingkat output yang memaksimumkan laba dipilih. Pada kasus tertentu Q dipilih
setengah dari kuantitas yang diminta pada saat tingkat harga nol (setengah dari 180).
Berangkat dari kesimpulan ini kita dapat membahas bagaimana dua perusahaan
independen akan merespon situasi pasar seperti ini.

180

90

90 180 Q
Gambar 10.1. Pilihan Output untuk Monopoli Sumber Mata Air

Cournot selanjutnya mengembangkan model duopoli, dimana tidak menutup


kemungkinan munculnya penemuan sumber mata air baru. Dalam mengembangkan
model duopoli penulis mengasumsikan bahwa masing-masing perusahaan
memperhitungkan aktivitas perusahaan lain dengan cara yang sangat terbatas. Secara
306

khusus Cournot menganggap bahwa perusahaan A dan memilih tingkat output (QA)
dengan asumsi bahwa tingkat output perusahaan B (QB) bersifat tetap dan tidak akan
disesuaikan sebagai respon atas tindakan perusahaan Misalkan output total pada pasar
adalah:
Q= qA + qB = 180 – P.
Dengan menganggap bahwa qB adalah tetap, maka kurva permintaan yang
dihadapi oleh perusahaan A adalah:
qA = (180 - qB) – P
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa sebagian porsi permintaan pasar
diasumsikan diambil oleh perusahaan B dan perusahaan A membuat keputusan
berdasarkan permintaan pasar yang tersisa. Dengan menggunakan aturan bahwa Q
dipilih setengah dari kuantitas yang diminta pada saat tingkat harga nol, maka jelas
bahwa tingkat output yang memaksimumkan laba perusahaan adalah:
180  q B
qA 
2
Jadi perusahaan A memproduksi setengah dari jumlah output yang diminta
pada tingkat harga nol setelah memberi jatah produksi dari perusahaan B.
Konsekwensinya tingkat output yang sesungguhnya dipilih oleh perusahaan A,
tergantung pada asumsi tingkat output yang dihasilkan oleh perusahaan B. Misalkan
perusahaan B memilih untuk memproduksi sebesar 90 meter kubik; maka perusahaan
180  q B
A akan memilih 45 unit yaitu (180-90)/2. Karena itu persamaan q A   ini
2
disebut fungsi reaksi (reaction function) dari perusahaan A, karena fungsi tersebut
menunjukkan bagaimana perusahaan A bereaksi terhadap aksi perusahaan B. Fungsi
reaksi ini digambar seperti terlihat pada Gambar 10.2.

qB

180

Reaksi Perusahaan A

90
Keseimbangan
60
307

Perusahaan B mungkin melakukan analisis yang sama dan sampai pada fungsi
reaksi yang mencerminkan qB sebagai fungsi dari qA:
180  q A
qB 
2
Kita sudah melihat bagaimana perusahaan A bereaksi terhadap keputusan
perusahaan B dan bagaimana perusahaan B bereaksi terhadap keputusan perusahaan
A. Keputusan ini konsisten pada masing-masing perusahaan dan hanya pada titik
dimana kedua garis tersebut perpotongan, pilihan output kedua perusahaan tersebut
tidak konsisten pada titik lainnya, karena masing-masing perusahaan berharap bahwa
perusahaan lain berproduksi di luar tingkat output yang sebenarnya. Karena itu titik
perpotongan tersebut merupakan satu-satunya titik keseimbangan cournot (Cournot
equilibrium) yang tersedia bagi kedua perusahaan.
Tingkat output ekuilibrium adalah nilai qA dan qB yang terdapat pada titik
potong kedua kurva reaksi tersebut, yaitu tingkat yang memecahkan persamaan
fungsi reaksi perusahaan A dan fungsi reaksi perusahaan B. Dengan mengganti
tempat qB dalam persamaan reaksi perusahaan A dengan lambang pada sisi kanan
fungsi reaksi perusahaan B. Kita dapat membuktikan output ekuilibrium kedua
perusahaan tersebut:
308

180  q B
qA 
2
180 180  q A
qA   0,5
2 2
qA = 90 – 0,5(90 – 0,5qA)
0,75qA = 45
qA = 60
Perhitungan yang sama berlaku untuk perusahaan B
Jadi titik potong tersebut ditunjukkan oleh:
qA = 60
qB = 60
Pada keseimbangan cournot tersebut, maka kedua perusahaan akan
memproduksi sebanyak 60 meter kubik air sehingga total air yang diproduksi adalah
120 meter kubik air, dan harga pasar adalah sebesar 60 (180-120). Solusi cournot
semacam ini adalah stabil, karena masing-masing perusahaan telah menyesuaikan
tingkat outputnya menjadi tingkat output aktual yang diproduksi oleh kedua
perusahaan. Penerimaan total dari industri dan sekaligus laba dalam kasus ini adalah
60 x 120 = 7200. Atau masing-masing perusahaan memperoleh penerimaan sekaligus
laba sebesar 3600. Laba yang diperoleh perusahaan dalam kasus ini lebih rendah dari
kasus monopoli yang dapat memperoleh laba sebesar (90 x 90 = 8.100).
Hal tersebut menunjukkan kegagalan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan maksimum pada kasus duopoli dalam mengkoordinasikan tindakannya
secara sempurna. Hanya apabila perusahaan berkolusi, maka mereka akan mampu
mencapai laba monopoli. Apabila tidak berkolusi, maka ketidakpastian di pasar akan
menyebabkan tingkat produksi yang lebih besar dibanding pasar berkolusi (kartel).
Dalam model cournot terlihat bahwa kurva reaksi masing-masing perusahaan
menunjukkan seberapa besar yang harus diproduksi perusahaan dengan mengingat
pesaingnya. Dalam keseimbangan cournot masing-masing perusahaan menetapkan
outputnya menurut kurva reaksinya sendiri. Oleh karena itu tingkat output
keseimbangan ditentukan pada titik potong kedua kurva reaksi tersebut. Umumnya
309

para ekonom menyebut bahwa tingkat output yang dihasilkan tersebut disebut
keseimbangan cournot (cournot equlibrium). Dalam ekuilibrium ini masing-masing
perusahaan dengan tetap mengasumsikan bahwa berapa besar yang akan diproduksi
pesaingnya.
Bahwa ekuilibrium cournot ini adalah merupakan contoh equlibrium Nash,
karena itu para ekonom kadang menyebut sebagai ekuilibrium cournot nash. Ingat
kembali bahwa dalam suatu equilibrium nash, maka masing-masing perusahaan
melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukannya dengan mengingat apa yang
sedang dilakukan oleh pesaingnya. Akibatnya tidak ada satu perusahaan yang sendiri-
sendiri ingin mengubah perilakunya. Jadi dalam ekuilibrium cournot, masing-masing
perusahaan doupoli memproduksi jumlah yang memaksimumkan labanya, mengingat
apa yang sedang diproduksi pesaingnya, sehingga tidak satu perusahaan doupoli ingin
mengubah outputnya.
Untuk lebih memahami model cournot, maka berikut ini diberikan lagi satu
contoh soal berikut:

Contoh Soal

Permintaan untuk pulsa telepon dapat dicirikan oleh Q=100-P, dimana Q


adalah jumlah pulsa telepon yang terjual dalam jutaan unit, dan P adalah harga per
per pulsa. Ada dua produsen pulsa, Simpati dan Mentari (dinotasikan dengan S dan
M), dimana keduanya mempunyai fungsi biaya yang identik yaitu:

C = 10Qi + 0,5 Qi2 ( i = S,M)

Q = QS + QM

Pertanyaan:

a) Karena tidak mampu mengenali kemungkinan untuk bersekongkol, kedua


perusahaan tersebut bertindak sebagai pesaing sempurna jangka pendek.
Berapakah nilai ekuilibrium QS, QM dan P? Berapakah laba masing-masing
perusahaan?
310

b) Misalkan, manajemen puncak kedua perusahaan tersebut diganti. Masing-


masing manajer baru dengan sendiri-sendiri mengenali sifat doupoli industri
pulsa tersebut dan memainkan Cournot. Berapakah nilai ekuilibrium QS, QM

dan P? Berapakah laba masing-masing perusahaan?

Jawab:

Diketahui:

Q=100 - P

Q = QS + QM

CS = 10QS + 0,5 QS2 MCS = 10 + QS

CM= 10QM + 0,5 QS2 MCM = 10 + QM

a. Pasar Persaingan sempurna


Pada pasar persaingan sempurna keuntungan maksimum dicapai pada saat
MC = P, karena itu:

P = 100 – Q = 100 – (QS+ QM)


P = 100 – QS – QM
P = MCM

100 – QS – QM = 10 + QM
90 – QS = 2QM
QS = 90 – 2QM ………………………………………. (1)
P = MCS

100 – QS – QM = 10 + QS

90 – QM = 2QS

QM = 90 - 2QS………………………………………… (2)

Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2.


311

QM = 90 – 2QS

QM = 90 – (2 (90 – 2QM))

QM = 90– (180 - 4QM)

3QM = 90

QM = 30

QS = 90 – 2(30)

QE = 30

Jadi jumlah pulsa simpati dan metarai yang diproduksi masing-masing adalah
30 juta.
P = 100 – (30 + 30)

P = 40

Jadi harga pulsa adalah 40 rupiah per pulsa

ΠE = PQS - CS

= 40 (30) – 10 (30) + 0,5 (30)2

= 1200 – (300+450)

= 450

ΠD = PQM - CM

= 40 (30) – 10 (30) + 0,5 (30)2

= 1200 – (300+450)

= 450

Jadi keuntungan yang diperoleh perusahaan Simpati dan Mentari adalah


masing-masing sebesar 450 juta.

Uraian Simpati Mentari Total


Jumlah 30 30 60
Harga 40 40 40
Keuntungan 450 450 900
312

b. Model Cournot
TRS = P . QS = (100 – QS – QM).QS
TRS = 100QS– QS2 – QM.QS
MRS = 100 – 2QS – QM
MRS = MCS
100 – 2QS – QM = 10 + QS
3QS = 90 – QM
QS = 30 - ⅓QM (Fungsi reaksi perusahaan Simpati)

TRM = P . QM = (100 – QS – QM).QM


TRM = 100QM – QM2 – QM.QS
MRM = 100 – 2QM – QS
MRM = MCM
100 – 2QM – QS = 10 + QM
3QD = 90 – QS
QD = 30 - ⅓QS (Fungsi reaksi perusahaan Mentari)

QS = 30 - ⅓QM = 30 - ⅓(30 - ⅓QS)


= 30 – 10 – 1/9QS
8/9 QS = 20
QS = 22,5
QM = 30 - ⅓(22,5)
= 22,5
P = 100 – 22,5 – 22,5
P = 55
ΠS = PQS - CS
= 55 (22,5) – 10 (22,5) + 0,5 (22,5)2
= 1237,5 – (225+253,125)
= 759,375
Jadi total keuntungan perusahaan Simpati adalah 759,375
313

ΠM = PQM - CM
= 55 (22,5) – 10 (22,5) + 0,5 (22,5)2
= 1237,5 – (225+253,125)
= 759,375
Jadi total keuntungan perusahaan Simpati adalah 759,375
Hasil perhitungan model cournot dapat diringkas:
Uraian Simpati Mentari Total
Jumlah 22,5 22,5 45
Harga 55 55 55
Keuntungan 759,375 759,375 1518,8

10.4. Model Stakelberg

Model stakelberg berasumsi bahwa dalam industri hanya terdapat dua


produsen, satu perusahaan bertindak sebagai pemimpinan (leader firm). Dan satu
perusahaan yang bertindak sebagai pengikut (follower). Perusahaan yang bertindak
sebagai pemimpin pasar, memiliki kewenangan untuk menentukan jumlah output
yang dihasilkan untuk memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan jumlah output
yang telah ditentukan oleh perusahaan pemimpin, maka perusahaan pengikut akan
bertindak sesuai dengan model cournot, yaitu perusahaan pengikut berasumsi bahwa
perusahaan pemimpin tidak akan mengubah jumlah outputnya.

Untuk menjelaskan lebih rinci tentang model stakelberg, dapat dilihat pada
Gambar 10.4. Dalam konteks ini diasumsikan bahwa biaya marjinal (MC) konstan,
sama dengan biaya rata-rata (AC), dan perusahaan Simpati bertindak sebagai
pemimpin harga.

Harga

C
F
314

E B

MR D

0 50 (a) 100 Output


Output
Simpati
50

25

0 50 (b) 100 Output


Mentari
Gambar 10.4. Model Stackelberg

Misalkan bahwa perusahaan pemimpin harga (simpati) tidak memproduksi pulsa,


maka sesuai dengan fungsi reaksinya, maka mentari akan menghasilkan pulsa
sebanyak 50 juta pulsa dan jumlah total pulsa di pasar adalah 50 + 0 = 50. Pada
kondisi ini harga pasar pulsa berada di titik C ini setingkat dengan titik F. Apabila
misalnya Simpati menghasilkan pulsa sebanyak 100 juta pula, maka sesuai dengan
fungsi reaksinya, maka mentari tidak memproduksi pulsa lagi karena permintaan
pasar sudah dipasok oleh Simpati. Pada saat ini harga pasar adalah A, kurva FA
disebut sebagai kurva permintaan sisa (residual demand curve) dari Simpati, yang
sekaligus menunjukkan jumlah pulsa yang dapat dijual oleh Simpati pada berbagai
tingkat harga. Misalkan apabila Simpati memproduksi sebesar 50 juta, maka sesuai
315

dengan kurva reaksinya, Mentari akan menghasilkan sebanyak 25 juta pulsa. Jadi
jumlah total pulsa yang ada di pasar adalah sebesar 50+25 = 75 juta unit, dengan
harga pasar sebesar B. Pada tingkat produksi Simpati lebih 100 unit, kurva
permintaan sisa dari Simpati sama dengan kurva permintaan pasar AD. Hal tersebut
terjadi karena seluruh permintaan pasar dipasok oleh perusahaan Simpati.

Contoh Soal

Kita kembali pada contoh sebelumnya; Pertanyaan: Andaikan Simpati sebagai


pemimpin harga dalam penjualan pula Berapakah nilai ekuilibrium QS, QD dan P dan
Berapakah laba masing-masing perusahaan?

Jawab

Perusahaan Simpati akan mengsubstitusi funssi rekasi perusahaan Mentari ke dalam


persamaan total penerimaannya dan memaksimumkannya selayaknya perusahaan
monopoli.

Dektahui:

P = 100 - Q
C = 10Qi + 0,5 Qi2 ( i = S,M)

Jadi

TRS = 100QS– QS2 – QD.QS

TRS = 100QS– QS2 – (30-⅓QS)QS

TRS = 100QS– QS2 – 30 QS +⅓QS2

TRS = 70QS – ⅔QS2

MRE = 70 – 4/3QE

MRE = MCE

70 – 4/3QE = 10 + QE

7/3QE = 60
316

QE = 25,71

Jadi jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Simpati adalah sebesar
25,21 juta unit pulsa.
Perusahaan Mentari sebagai pengikut pasar, berasumsi bahwa perusahaan
Simpati akan terus menghasilkan pulsa sebesar 25,71 juta unit sehingga perusahaan
Mentari menyubstitusikan jumlah tersebut ke dalam fungsi rekasinya yaitu:

QM = 30 - ⅓(25,7) = 21,43

Jadi jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Mentari adalah sebesar
21,43 juta unit pulsa.
Dengan diketahuinya jumlah produksi kedua perusahaan tersebut, maka
harga pulsa dapat dihitun:

P = 100 – (25,71 + 21,43) = 52,86

Dengan diketahuinya jumlah produksi kedua perusahaan tersebut, dan harga


pulsa, maka keuntungan kedua perusahaan dapat dihitung:

ΠS = 52,86 (25,71) – 10(25,71) – 0,5(25,71)2 = 771,4

ΠM = 52,86 (21,43) – 10(21,43) – 0,5(21,43)2 = 688,9

Untuk jelaskan jelasnya jumlah, harga, dan keuntungan dari kedua perusahaan
dapat dilihat pada tabel berikut:

Uraian Simpati Mentari Total


Jumlah 25,71 21,43 47,14
Harga 52,86 52,86 52,86
Keuntungan 771,4 688,9 1.460,3

10.5. Model Kartel


317

Dalam suatu kartel pada dasarnya produsen setuju untuk bekerja sama
dalam menetapkan harga dan tingkat output. Secara umum tidak semua produsen
dalam suatu industri perlu bergabung dalam kartel tersebut, dan kebanyakan kartel
yang terjadi hanya melibatkan sebagian perusahaan yang ada salam industri. Akan
tetapi apabila banyak perusahaan yang terlibat dalam kartel, dan apabila
permintaan pasar tidak elastis, maka kartel dapat mendorong harga akan naik jauh
di atas harga pada tingkat persaingan.
Kartel yang terbentuk banyak yang berskala internasional maupun nasional.
Walaupun undang-undang anti monopoli Amerika Serikat, melarang perusahaan-
perusahaan Amerika melakukan kolusi, namun undang-undang anti monopoli di
negara-negara lain lebih lemah dan kadang-kadang tidak ditegakkan, bahkan
beberapa negara sama sekali tidak memiliki undang-undang inti monopoli.
Selanjutnya tidak satu pun negara yang menghalangi negara-negara atau
perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah untuk membentuk kartel. Misalnya
Kartel APEC yaitu suatu perjanjian internasional antar negara-negara yang
memproduksi minyak, di mana telah lebih dari 30 tahun berhasil menaikkan harga
minyak dunia jauh di atas tingkat harga yang bersaing.

Syarat-Syarat bagi Keberhasilan Kartel

Pada dasarnya terdapat dua syarat yang perlu dipenuhi dalam keberhasilan
kartel; yaitu:

Pertama suatu organisasi kartel harus dibentuk oleh anggota-anggota yang setuju
tentang tingkat harga dan produksi, kemudian memegang teguh terhadap keputusan
harga dan jumlah produksi yang telah disepakati bersama. Dalam mengambil
keputusan tentang harga dan jumlah produksi, para anggota kartel bebas mengajukan
pendapat. Oleh karena itu tidak mudah untuk mencapai kesepakatan dalam keputusan
tentang harga dan jumlah produksi. Perbedaan tersebut timbul antara lain disebabkan
karena antara perbedaan biaya produksi antar anggota, perkiraan permintaan pasar
318

yang berbeda, dan mungkin ada anggota yang menginginkan harga yang berbeda. Di
samping itu tidak sedikit pula ditemukan adanya anggota yang berkhianat dengan
cara menurunkan harga sedikit untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar dari
yang dialokasikan kepadanya.
Kedua adalah kemungkinan memperoleh kekuatan monopoli. Walaupun
suatu kartel dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi, hanya ada sedikit
ruang untuk menaikkan harga jika organisasi tersebut menghadapi kurva permintaan
yang sangat elastis. Kekuatan monopoli mungkin adalah syarat terpenting bagi
keberhasilan kartel. Apabila potensi keuntungan dari adanya kerja sama terlihat besar,
maka anggota-anggota kartel akan mempunyai insentif yang lebih besar dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam organiasai kartel. Untuk lebih
memahami tentang kartel, perhatikan Gambar 10.5.

TD
Harga SC

D OPEC

P*

MC OPEC
PC

MROPEC

QC Q OPEC QT Jumlah
Gambar 10.5. Kartel Minyak OPEC
Sumber: Pindyck and Rubinfeld (2005)
319

Gambar 10.5 menggambarkan tentang kasus kartel OPEC. Total permintaan


(TD) adalah kurva permintaan dunia terhadap minyak mentah, dan SC adalah kurva
penawaran bersaing untuk non OPEC. DOPEC adalah permintaan untuk minyak
negara-negara anggota OPEC yaitu selisih antara total penerimaan dan penawaran
yang bersaing. Hal tersebut disebabkan karena permintaan total maupun
penawaran yang bersaing tidak elastis. MROPEC adalah kurva penerimaan marjinan
negara-negara anggota OPEC. Perhatikan bahwa OPEC mempunyai biaya produksi
minyak yang jauh lebih rendah dari produsen non OPEC. Jumlah produksi (Q OPEC)
OPEC yang memaksimumkan keuntungan negara-negara anggota OPEC adalah pada
titik potong antara kurva Penerimaan Marjinal OPEC (MROPEC) dengan biaya marjinal
OPEC (MCOPEC). Pada jumlah Q OPEC, maka negara-negara anggota OPEC
mengenakan harga sebesar P*.
Misalkan negara-negara pengekspor minyak tidak melakukan kartel, tetapi
masing-masing memproduksi secara bersaing, maka semestinya negara-negara
tersebut akan memiliki biaya marjinal yang sama. Karena itu kita dapat menentukan
harga bersaing yaitu pada titik dimana kurva penerimaan OPEC perpotongan dengan
kurva biaya marjinalnya. Dengan demikian harga berada pada PC, jauh lebih rendah
daripada harga kartel. Oleh karena permintaan total dan penawaran non OPEC tidak
elastis, maka permintaan untuk minyak OPEK juga tidak elastis, jadi kartel yang
dilakukan oleh negara-negara pengekspor minyak mempunyai kekuatan monopoli
yang cukup besar.

Contoh Soal
Kita kembali pada contoh sebelumnya; Pertanyaan: Andaikan Simpati dan Metrai
berkolusi dalam menentukan harga dan jumlah pulsa yang diproduksi maka,
Berapakah nilai ekuilibrium QS, QD dan P dan Berapakah laba masing-masing
perusahaan?
320

Jawab

Diketahui:

P = 100 - Q
C = 10Qi + 0,5 Qi2 ( i = S,M)

Jadi:

TR = P.Q = (100-Q)Q

TR = 100Q – Q2

MR = 100 – 2Q

MR = 100 – 2(QS + QM)

MR = 100 – 2QS – 2QM

MCS = MCM

10 + QS = 10 + QM

QS = QM

Syarat kapasitas produksi untuk masing-masing perusahaan oligopoli adalah:

MR = MC1 = MC2

MR = 100 – 2QS - 2QS = 100 – 4QS

MR = MCS

100 – 4QS = 10 + QS

5QS = 90

QS = 18

Jadi jumlah produksi perusahaan simpati adalah 18 juta unit, semnatar jumlah
produksi untuk Merpati pada dasarnya sama yaitu 18 juta unit. Dengan diketahuinya
jumlah produksi untuk masing-masing perusahaan, maka harga pulsa dapat dihitung:

P = 100 – (18 + 18) = 64


321

Jadi harga pulsa adalah Rp. 64 per unit. Dengan diketahuinya jumlah
produksi dan harga pula untuk masing-masing perusahaan, maka keuntungan
perusahaan dapat dihitung:

ΠS = 64 (18) – 10(18) – 0,5(18)2 = 810

ΠM = 64 (18) – 10(18) – 0,5(18)2 = 810

Untuk jelasnya jumlah, harga, dan keuntungan dari kedua perusahaan dapat
dilihat pada tabel berikut

Uraian Simpati Mentari Total


Jumlah 18 18 36
Harga 64 64 64
Keuntungan 810 810 1620

10.6. Model Kurva Permintaan Terpatah

Model kurva permintaan terpatah (kingked demand curve model),


dikemukakan oleh Paul Sweezy pada tahun 1939 dalam usahanya untuk
menjelaskan harga yang sulit berubah (kekakuan harga), seperti yang sering terjadi
dalam berbagai model oligopolistik. Sweezy mengatakan bahwa apabila suatu
perusahaan oligopoli menaikkan harga produknya, maka perusahaan tersebut akan
kehilangan hampir seluruh pelanggannya, karena perusahaan lain dalam industri
tidak ikut menaikkan harga. Sebaliknya apabila suatu perusahaan menurunkan
harga, maka perusahaan tersebut tidak dapat meningkatkan volume penjualannya,
karena para pesaingnya dengan cepat ikut menurunkan harga.
Oleh karena itu Sweezy mengatakan bahwa perusahaan oligopoli akan
menghadapi kurva permintaan yang memiliki patahan pada tingkat harga yang
berlaku dan sangat elastis terhadap perubahan harga apabila harganya dinaikkan,
akan tetapi sangat tidak elastis apabila harganya diturunkan. Dalam model kurva
permintaan yang terpatah ini, para pengusaha oligopoli menyadari saling
ketergantungan diantara mereka, tetapi mereka bertindak tanpa melakukan
322

persekongkolan (kartel) untuk mempertahankan tingkat harga yang mereka


kenakan. Walaupun faktor biaya dan permintaan yang mereka hadapi berubah,
namun mereka tetap memilih untuk bersaing dalam hal kualitas, iklan, pelayanan,
dan bentuk-bentuk lain persaingan non harga. Model kurva permintaan terpatah
dari Sweezy ini dapat dilihat pada Gambar 10.6.
Gambar 9.6 menunjukkan bahwa kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan oligopoli adalah D termasuk titik ABC, dan memilih patahan pada tingkat
harga yang berlaku yaitu $6 dan kuantitas keseimbangan 40 unit yaitu pada titik B.
Terlihat bahwa kurva D sangat elastis di atas bagian patahan dibanding bagian
bawahnya., dengan asumsi bahwa para pesaing tidak ikut menaikkan harga, namun
dengan cepat mereka mengikuti penurunan harga. Kurva pendapatan marjinal
adalah MR atau titik AGEHJ. AG adalah bagian dari kurva pendapatan marjinal yang
terkait dengan bagian kurva permintaan AB, HJ berkaitkan dengan bagian kurva
permintaan BC. Patahan pada kurva permintaan titik B menyebabkan kurva
permintaan marjinal terputus sepanjang BH. Tingkat output terbaik bagi perusahaan
oligopoli yang memiliki kurva biaya marjinal MC adalah sebesar 40 unit yang
ditunjukkan oleh titik E, yaitu pada saat MC memotong bagian yang vertikal dari
kurva MR. Dengan demikian maka perusahaan oligopoli ini akan menetapkan harga
sebesar $6, yang ditunjukkan oleh titik B pada patahan kurva permintaan. Seperti
halnya dengan organisasi pada pasar yang lain, perusahaan dalam pasar oligopoli
dapat memperoleh keuntungan, rugi, atau impas dalam jangka pendek, dan akan
tetap memproduksi pada sepanjang P>AVC.

Harga
F
10

A MC1
7
MC
B
6
MC2
G
323

Gambar 10.6 juga menunjukkan bahwa kurva biaya marjinal perusahaan


oligopoli dapat meningkat atau menurun sepanjang bagian kurva MR yang terputus,
misalnya dari MC1 ke MC2, tanpa membuat perusahaan oligopoli mengubah harga
yang berlaku sebesar $6 dan volume penjualan sebesar sebesar 40 unit sepanjang
P>AVC. Akan tetapi apabila kurva MC bergeser lebih tinggi dari kurva MC 1, maka
perusahaan oligopoli tersebut akan terdorong untuk meningkatkan harga dan
mengurangi kuantitas yang dijual, atau apabila MC bergeser lebih rendah dari MC2,
maka perusahaan oligopoli tersebut akan menurunkan harga produknya dan
meningkatkan kuantitas produk yang dijual. Apabila kurva permintaan bergeser ke
sebelah kanan maka penjualan akan meningkat, namun sebaliknya apabila kurva
permintaan bergeser ke sebelah kiri, maka penjualan akan menurun. Walaupun
demikian perusahaan oligopoli akan tetap mempertahankan harga sebelumnya selama
patahan pada kurva permintaan tetap jatuh pada tingkat harga yang sama dan selama
kurva MC tetap memotong kurva MR pada bagian yang terputus atau vertikal.
324

Contoh Soal:

Misalkan fungsi Permintaan suatu perusahaan oligopoli untuk meningkatkan


harga dan menurunkan harga berturut-turut adalah:

Q1 = 280 – 40P1
Q2 = 100 – 10P2
Dimana Q adalah output dan P adalah harga. dan kurva biaya total perusahaan
oligopoli tersebut adalah:

TC = 2Q + 0,025Q2
Pertanyaan:

a. Hitung kuantitas dan harga keseimbangan?


b. Tentukanlah patahan dalam kurva, atau titik potong antara kurva permintaan
D1 dan D2.
c. Hitung besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Jawab:

Diketahaui

Q1 = 280 – 40P1 maka P = 7 – 0,025Q1


Q2 = 100 – 10P2 maka P = 10 – 0,1Q2
TC = 2Q + 0,025Q2

Langkah pertama yang dilakukan adalah kita dapat menghitung TR1, TR2, MR1, MR2,
dan MC sebagai berikut:

TR1 = P1.Q1 = (7-0,025Q1)Q1


TR1 = 7Q1 – 0,025Q12
TR 1
MR 1   7 - 0,05Q 1
Q1
TR2 = P2.Q2 = (10-0,1Q2)Q2
325

TR2 = 10Q2 – 0,1Q22


TR 2
MR 2   10 - 0,2Q 2
Q2
TC
MC   2  0,05Q
Q

Untuk mengetahui jumlah dan harga keseimbangan: maka kita menyamakan Q1 = Q2


= Q:

7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q

0,075Q = 3

Q = 40

Dan selanjutnya P dapat dihitung:

P = 7 - 0,25(40) = $6.

Batas atas dan batas bawah terputusanya MR adalah:

MR1 = 7 – 0,05(40) =7-2 =5

MR2 = 10 – 0,2(40) = 10 – 8 = 2

Oleh karena itu MC dapat diketahui:

MC = 2 + 0,05(40) = 2 +2 = 4

Dengan demikian, maka kurva MC memotong bagian kurva MR yang vertikal.

Selanjutnya laba perusahaan dapat ditung:

∏ = TR – TC

∏ = PQ – 2Q – 0,025Q2

∏ = 6(40) - 2(40) – 0,025(40)2

∏ = 240 – 80 – 40 = $120

Jadi besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah $120.


326

10.7. Model Kepemimpinan Harga

Pada dasarnya model kepemimpinan harga cenderung mengikuti berbagai


situasi pada dunia nyata. Pada kenyataannya, beberapa pasar, ada kecenderungan
terdapat suatu perusahaan atau sekelompok perusahaan dianggap sebagai pemimpin
harga, dan selanjutnya perusahaan lain menyesuaikan harga pada harga yang telah
ditetapkan oleh pemimpin pasar yang ada.
Pemimpin pasar biasanya adalah perusahaan yang paling besar atau dominan
dalam industri. Dapat pula perusahaan yang paling rendah biaya produksinya, atau
perusahaan lain yang diakui sebagai barometer pasar yang paling tepat untuk
mengetahui perubahan dalam industri dan kondisi biaya, yang menuntut
dilakukannya perubahan harga. Perubahan harga yang teratur kemudian dilakukan
oleh perusahaan dalam industri tersebut, mengikuti pemimpin harga.
Dalam model kepemimpinan harga perusahaan yang dominan itu menentukan
harga untuk memaksimumkan keuntungannya totalnya, sehingga memungkinkan
perusahaan lainnya (perusahaan pengikut) dalam industri untuk menjual sebanyak
yang mereka inginkan pada tingkat harga yang ditetapkan oleh pemimpinan pasar,
dan selanjutnya perusahaan pemimpin mengisi kekurangan dalam pasar. Oleh karena
itu perusahaan pengikut bertindak sebagai pesaing sempurna atau Price taker. Serta
perusahaan dominan bertindak sebagai pemasok produk yang sifatnya residual
monopolistik. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 10.7.
Gambar 10.7 menunjukkan bahwa garis D merupakan kurva permintaan pasar
untuk suatu produk, sementara ∑MCF adalah kurva biaya marjinal dari seluruh
perusahaan pengikut dan industri. Oleh karena seluruh perusahaan pengikut adalah
penerima harga, maka ia selalu berproduksi pada saat P=∑MCF. Sementara DL adalah
kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan pemimpin harga, dan MR L adalah
kurva biaya marjinal perusahaan pemimpin. Perusahaan tersebut menetapkan harga
sebesar $ 60 yang ditunjukkan oleh titik C ketika MR L=MCL untuk dapat
memaksimumkan laba totalnya, maka seluruh perusahaan pengikut akan menawarkan
327

produk sebanyak 60 unit. Sementara perusahaan pemimpin akan menawarkan


sebanyak 30 unit.

Harga
MCL
∑MCF

80

C B A
60

40

DL
20
D
MRL

0 30 60 90 Kuantitas

Gambar 10.7. Model Perilaku Kepemimpinan Harga

10.8. Ringkasan Bab 10

Pasar oligopoli adalah bentuk pasar di mana hanya terdapat sedikit perusahaan
yang bersaing dalam menjual produk di pasar. Hambatan untuk masuk dalam pasar
memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh laba ekonomis bahkan dalam
jangka panjang. Ciri yang membedakan pasar oligopoli dengan pasar lainnya adalah
ketergantungan atau persaingan antar perusahaan dalam industri.
328

Konsep ekuilibrium nash dapat diterapkan pada pasar oligopoli dimana


perusahaan memproduksi barang-barang substitusi dan bersaing dalam menetapkan
harga. Dalam ekuilibrium nash masing-masing perusahaan masing-masing
perusahaan memaksimumkan labanya dengan tetap memperhitungkan harga dari
pesaing-pesaingnya, dan dengan demikian perusahaan tidak mempunyai insentif
untuk mengubah harga.
Dalam model oligopoli Cournot menunjukkan bahwa setiap perusahaan
berasumsi bahwa output yang dihasilkan oleh perusahaan lain diasumsikan konstan.
Dalam keseimbangan masing-masing perusahaan berusaha memaksimumkan labanya
dengan tetap memperhitungkan output pesaingnya, sehingga tidak satupun
perusahaan yang memiliki insentif untuk mengubah outputnya. Karena itu
perusahaan-perusahaan tersebut berada dalam ekuilibrium nash. Laba yang diperoleh
perusahaan dalam model cournot ini lebih tinggi dibanding dengan persaingan
sempurna, tetapi lebih kecil dibanding apabila mereka melakukan kolusi (kartel).
Dalam model Stakelberg, maka suatu perusahaan menetapkan outputnya
terlebih dahulu. Di mana perusahaan tersebut mempunyai keunggulan strategis dan
memiliki keuntungan yang lebih tinggi. Perusahaan tersebut mengetahui bahwa ia
dapat memilih output yang besar dan pesaing-pesaingnya harus memilih output yang
lebih kecil apabila mereka ingin memaksimumkan laba yang diperolehnya.
Dalam oligopoli memungkinkan perusahaan melakukan kolusi (kartel).
Perusahaan yang bersekongkol akan memperoleh laba yang lebih tinggi melalui
kesepakatan kolusi untuk menaikkan harga, akan tetapi undang-undang anti monopoli
umumnya melarang hal tersebut. Dalam kartel produsen bersekongkol dalam
menetapkan harga dan output. Kartel yang sukses menyaratkan bahwa kurva
permintaan total tidak boleh sangat elastis, dan bahwa kartel tersebut menguasai
kebanyakan penawaran atau kemungkinan lain penawaran produsen-produsen non
kartel harus tidak elastis.
Dalam pasar oligopoli suatu perusahaan oligopoli yang menaikkan harga
produknya, maka perusahaan tersebut akan kehilangan hampir seluruh
pelanggannya, karena perusahaan lain dalam industri tidak ikut menaikkan harga.
329

Sebaliknya apabila suatu perusahaan menurunkan harga, maka perusahaan tersebut


tidak dapat meningkatkan volume penjualannya, karena para pesaingnya dengan
cepat ikut menurunkan harga. Oleh karena itu perusahaan oligopoli akan
menghadapi kurva permintaan yang memiliki patahan pada tingkat harga yang
berlaku dan sangat elastis terhadap perubahan harga apabila harganya dinaikkan,
akan tetapi sangat tidak elastis apabila harganya diturunkan. Dalam model kurva
permintaan yang terpatah ini, para pengusaha oligopoli menyadari saling
ketergantungan mereka, tetapi mereka bertindak tanpa melakukan persekongkolan
(kartel) untuk mempertahankan tingkat harga yang mereka kenakan.

Pada dasarnya model kepemimpinan harga cenderung mengikuti berbagai


situasi pada dunia nyata. Pada kenyataannya, beberapa pasar, ada kecenderungan
terdapat suatu perusahaan atau sekelompok perusahaan dianggap sebagai pemimpin
harga, dan selanjutnya perusahaan lain menyesuaikan harga pada harga yang telah
ditetapkan oleh pemimpin pasar yang ada. Pemimpin harga biasanya adalah
perusahaan yang paling besar atau dominan dalam industri. Dapat pula perusahaan
yang paling rendah biaya produksinya, atau perusahaan lain yang diakui sebagai
barometer pasar yang paling tepat untuk mengetahui perubahan dalam industri dan
kondisi biaya, yang menuntut dilakukannya perubahan harga. Perubahan harga yang
teratur kemudian dilakukan oleh perusahaan dalam industri tersebut, mengikuti
pemimpin harga.

Pertanyaan Bab 10

1. Jelaskan ciri yang membedakan antara pasar oligopoli dengan bentuk pasar
lainnya?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keseimbangan nash apabila perusahaan
330

bersaing dalam hal harga, mengapa keseimbangan tersebut stabil dan mengapa
perusahaan tidak menaikkan harga dalam rangka meningkatkan keuntungan
bersama?
3. Jelaskan keseimbangan dalam model cournot stabil dalam arti bahwa
perusahaan-perusahaan tidak mempunyai insentif sedikit pun untuk mengubah
tingkat outputnya pada tingkat keseimbangan?
4. Dalam model Stakelberg perusahaan yang menetapkan harga terlebih dahulu
memperoleh keuntungan yang lebih besar jelaskan?
5. Kurva permintaan patah menggambarkan kekakuan harga, jelaskan bagaimana
cara kerja model ini, dan mengapa kekakuan harga muncul dalam pasar
oligopoli?
6. Jelaskan mengapa kepemimpinan harga kadang-kadang muncul dalam pasar
oligopoli, dan jelaskan bagaimana kepemimpinan harga menentukan harga yang
memaksimumkan laba?
7. Dua buah perusahaan yang menghadapi kurva permintaan yaitu P = 50 -5Q
dimana Q = Q1 + Q2. Fungsi biaya kedua perusahaan tersebut adalah:
C1 (Q1) = 20 + 10Q1
C2 (C2) = 10 + 12Q2
Berdasarkan informasi tersebut maka:
a. Misalkan kedua perusahaan telah masuk dalam industri, maka berapa harga
dan jumlah yang memaksimumkan laba kedua perusahaan dalam kondisi
pasar persaingan sempurna?
b. Berapa kuantitas, harga dan keuntungan kedua perusahaan apabila
perusahaan melakukan kolusi dalam penentuan harga?
c. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
melakukan staregi cournot, dan gambarkan kurva reaksi dari kedua
perusahaan tersebut?
d. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
331

melakukan strategi stakelberg.


8. Suatu perusahaan monopoli berproduksi pada biaya rata-rata dan marjinal
constan yaitu AC=MC=5. Perusahaan tersebut menghadapi permintaan pasar
yang dinyatakan oleh Q=53-P.
a. Hitung harga dan jumlah keseimbangan yang memaksimumkan laba
perusahaan monopoli tersebut?
b. Misalkan perusahaan kedua memasuki pasar, misalkan Q1 sebagai output
perusahaan pertama dan Q2 adalah output perusahaan kedua, dan
permintaan pasar sekarang adalah: Q (Q1+Q2) = 53-P. Dengan asumsi
bahwa perusahaan kedua ini memiliki biaya yang sama dengan perusahaan
pertama, maka hitungkan harga dan jumlah keseimbangan kedua
perusahaan apabila mereka bersaing secara sempurna?
e. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
melakukan staregi cournot, dan gambarkan kurva reaksi dari kedua
perusahaan tersebut?
f. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
melakukan strategi stakelberg.
332

BAB XI
TEORI PERMAINAN

Teori permainan (game theory) diperkenalkan oleh ahli matematika bernama


John Von Neuman dan ahli ekonomi Oskar Morgenstern pada tahun 1944, dan tidak
lama setelah itu teori ini dianggap sebagai terobosan baru dalam penelitian tentang
perusahaan oligopoli. Secara umum teori permainan berkaitan dengan strategi terbaik
dalam berbagai situasi konflik. Misalnya perusahaan dapat menggunakan teori
permainan dalam mengambil keputusan tentang harga atau menentukan bahwa
apakah perusahaan akan menambah kapasitas produksi dalam upaya untuk mencegah
pemain baru masuk dalam industri. Jadi secara umum teori permainan dapat
memperlihatkan bagaimana perusahaan oligopoli membuat keputusan strategis untuk
memperoleh keunggulan kompetitif atas pesaingnya atau bagai bagaimana
perusahaan oligopoli dapat memperkecil ancaman potensial, sebagai akibat langkah
strategis dari pesaingnya.

11.1. Konsep Dasar

Teori permainan (games theory) merupakan salah satu alat utama yang
digunakan oleh para ekonom dalam pemilihan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan. Model teori permainan berusaha untuk menggambarkan strategi atas
situasi kompleks dengan cara yang sangat sederhana. Sama dengan model-model
sebelumnya, model teori permainan meringkas rincian dari suatu masalah sampai
kepada bentuk matematisnya. Kekuatan utama model teori permainan adalah
memungkinkan kita mencapai inti dari suatu permasalahan.
Dalam setiap situasi ketika individu-individu membuat suatu pilihan strategis
dan hasil akhirnya adalah tergantung pada tindakan yang dipilih masing-masing
individu, dapat dipandang sebagai suatu permainan (game). Pada dasarnya setiap
permainan memiliki tiga elemen dasar yaitu; (1) pemain, (2) strategi, dan (3) imbalan
(payoffs). Permainan mungkin bersifat kooperatif, di mana para pemain dapat
333

membuat persetujuan mengikat, atau bersifat non kooperatif, di mana perjanjian tidak
dimungkinkan.

 Pemaian

Dalam suatu permainan, masing-masing pengambil keputusan disebut dengan


pemain (player). Pemain dapat dalam bentuk individu-individu seperti dalam
permainan domino, perusahaan (seperti pada pasar persaingan tidak sempurna),
negara (seperti dalam konflik militer). Seluruh pemain dianggap memiliki
kemampuan untuk memiliki di antara berbagai tindakan yang mungkin. Biasanya
jumlah pemain bersifat tetap selama permainan berlangsung, dan pemain sering kali
dicirikan oleh jumlah pemain (dua pemain, tiga pemain, atau n pemain). Dalam
pembahasan ini kita terutama mempelajari teori permainan dengan dua pemain, dan
akan menamai para pemain ini dengan Perusahaan A dan Perusahaan B.
Suatu asumsi penting yang biasanya dibuat dalam teori permainan ini adalah
bahwa identitas dari para pemain bersifat tidak relevan. Dalam arti tidak ada orang
baik dan orang jahat dalam suatu permainan, dan para pemain diasumsikan tidak
memiliki kemampuan khusus atau kendala khusus. Masing-masing pemain secara
sederhana diasumsikan memilih tindakan yang menjanjikan hasil yang paling
menguntungkan bagi dirinya atau perusahaannya.

 Strategi

Strategi adalah tindakan yang terbuka dilakukan untuk masing-masing pemain. Suatu
strategi mungkin saja berupa tindakan sederhana misalnya mengambil kartu lain atau
tindakan yang sangat kompleks berupa membangun pertahanan yang canggih,
tergantung dari jenis permainan yang dilakukan. Meskipun demikian masing-masing
strategi diasumsikan sebagai tindakan spesifik dan didefinisikan dengan baik.
Walaupun beberapa permainan menawarkan kepada para pemain beberapa strategi
yang berbeda, tetapi beberapa hasil penting dapat digambarkan untuk suatu situasi di
mana masing-masing pemain hanya mempunyai dua strategi yang berbeda. Pada
334

permainan non kooperatif, maka para pemain tidak dapat mencapai persetujuan antara
satu dengan yang lain tentang strategi apa yang akan mereka mainkan, setiap pemain
tidak mengetahui dengan pasti tenang strategi apa yang akan dilakukan oleh pemain
lainnya.

 Imbalan (Payoff)

Hasil akhir atas pemain dari satu permainan sebagai kesimpulan disebut imbalan.
Imbalan (payoff) biasanya diukur dengan tingkat kepuasan yang dicapai oleh masing-
masing pemain, umumnya diukur dengan satuan moneter misalnya laba untuk
perusahaan. Dalam teori permainan, secara umum kita mengasumsikan bahwa para
pemain dapat membuat peringkat imbalan dari suatu pemain dari tingkat paling
disukai sampai kepada yang kurang disukai, dan berusaha mecapai imbalan yang
tertinggi yang dapat dicapai. Imbalan meliputi seluruh aspek yang terkait dengan
hasil dari suatu permainan. Dalam hal ini meliputi aspek moneter secara eksplisit dan
implisit berapa perasaan dari para pemain atas hasil tersebut, misalnya apakah mereka
merasa malu atau memperoleh kebanggaan. Secara alami, para pemain lebih
menyukai imbalan yang menawarkan kepuasan lebih dibanding permainan yang
menawarkan kepuasan kurang. Dalam beberapa permainan, imbalan hanya berupa
transfer di antara pemain dalam hal ini satu pemain yang menang dan yang lain kalah.
Meskipun demikian beberapa permainan yang kita lihat bukan merupakan permainan
yang berjumlah nol (sero sum). Bahkan beberapa permainan mungkin menawarkan
imbalan yang lebih besar kepada seluruh pemain dibanding dengan permainan
lainnya.
Kita perlu membedakan antara permainan berjumlah nol dan permainan tidak
berjumlah nol. Permainan berjumlah nol (zero sum game) adalah permainan dimana
jumlah keuntungan salah satu pemain merupakan akibat dari jumlah pengeluaran
yang persis sama dengan pemain lainnya. Misalnya perusahaan A meningkatkan
pangsa pasarnya dengan meningkatnya pengeluaran iklannya, pada saat perusahaan B
tidak melakukan perusahaan iklan. Pada saat yang sama apabila perusahaan B juga
meningkatkan pengeluaran iklannya, maka perusahaan A mungkin tidak memperoleh
335

tambahan pangsa pasar sama sekali. Pada sisi lain misalnya perusahaan A
meningkatkan harga produknya, dan perusahaan B tidak melakukannya, maka
perusahaan A mungkin akan kehilangan pasarnya yang beralih ke perusahaan B.
Permainan semacam ini, dimana keuntungan satu pemain sama dengan kerugian
pemain lainnya, sehingga total keuntungan dikurangi dengan total biaya sama dengan
nol disebut permainan berjumlah nol.
Akan tetapi apabila keuntungan atau kerugian salah satu perusahaan tidak
diakibatkan oleh biaya atau pemberian keuntungan dalam jumlah yang sama pada
perusahaan lain, maka kita melakukan permainan tidak berjumlah nol (nonsero sum
game). Misalnya kemungkinan itu muncul pada saat peningkatan iklan diarahkan
untuk meningkatkan laba kedua perusahaan, dan kira menggunakan laba, bukan
pangsa pasar sebagai imbalan. Dalam kasus ini kita melakukan permainan berjumlah
positif (positive sum game). Sebaliknya peningkatan iklan yang memunculkan biaya
yang lebih besar dari pendapatan dan laba kedua perusahaan menurun, maka kita
melakukan permainan berjumlah negatif (negative sum game).

11.2. Permainan dan Keputusan Strategis

Permainan (game) adalah setiap situasi di mana para pemain mengambil


keputusan-keputusan strategis dalam arti keputusan yang mempertimbangkan tentang
tindakan-tindakan dan tanggapan-tanggapan masing-masing yang lainnya. Misalnya
permainan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersaing satu sama lain dalam
menetapkan harga, atau sekelompok konsumen yang saling menawar lelang untuk
mendapat suatu barang berharga dari bintang film terkenal. Keputusan strategis
menghasilkan keuntungan (payoff) bagi para pemain tersebut. Bagi perusahaan yang
menentukan harga, keuntungan tersebut adalah laba, sementara bagai penawar dalam
lelang, keuntungan pemenangnya adalah surplus konsumen, yaitu nilai yang dia
peroleh dari barang berharga tersebut dikurangi dengan jumlah uang yang harus
dibayarkan.
336

Tujuan dari teori permainan adalah menentukan strategi optimal untuk


masing-masing pemain. Strategi merupakan rencana tindakan untuk tampil dalam
permainan tersebut. Untuk perusahaan yang sedang menetapkan harga, strategi yang
mungkin dilakukan adalah: saya akan mempertahankan harga produk saya untuk
tetap tinggi sepanjang pesaing-pesaing saya melakukan hal yang sama, tetapi apabila
ada pesaing yang menurunkan harganya, maka saya akan menurunkan harga produk
saya bahkan jauh lebih rendah. Bagi seorang penawar di tempat lelang, strategi yang
mungkin diterapkan adalah; saya akan melakukan penawaran pertama seharga Rp.
100 juta, untuk meyakinkan para pesaing saya bahwa saya siap untuk menang, akan
saya akan keluar apabila para penawar lainnya menaikkan harga sampai Rp. 300 juta.
Strategi optimal bagi para pemain adalah memaksimumkan keuntungan yang
diharapkan.
Mari kita memusatkan perhatian pada permainan yang melibatkan para
pemain yang rasional, dalam arti mereka memikirkan secara rasional tentang
konsekuensi-konsekuensi tindakan mereka. Perhatikan pertanyaan berikut: Saya
percaya bahwa para pesaing saya rasional dan bertindak untuk memaksimumkan
keuntungannya sendiri, Bagaimana seharusnya saya memperhitungkan perilaku
mereka, ketika saya akan mengambil keputusan. Dalam kehidupan nyata anda
mungkin akan bertemu dengan pesaing yang tidak rasional, atau kurang mampu
dibanding anda dalam memikirkan secara seksama konsekuensi dari tindakan mereka.
Meskipun demikian kita harus berasumsi bahwa pesaing kita adalah cerdas dan
rasional seperti kita. Seperti dalam memperhitungkan prilaku pesaing bukanlah
sesederhana yang kelihatan.
Dalam menentukan strategi optimal dapat menjadi sesuatu yang sulit, bahkan
dalam kondisi simetri dan informasi yang sempurna dalam arti bahwa pesaing-
pesaing saya dan perusahaan saya mempunyai struktur harga yang sama dan
mempunyai informasi lengkap tentang biaya masing-masing, tentang permintaan dan
lainnya. Selain hal tersebut kita juga akan lebih memperhatikan pada situasi yang
lebih kompleks di mana perusahaan menghadapi biaya yang berbeda-beda, jenis
337

informasi yang berbeda-beda, dan berbagai tingkat dan bentuk keunggulan dan
kelemahan bersaing.

Permainan Kooperatif dan Nonkooperatif

Dalam permainan kooperatif, para pemain dapat melakukan negosiasi kontrak


mengikat yang memungkinkan mereka dalam merencanakan strategi permainan
bersama. Sementara dalam permainan nonkooperatif, negosiasi antara pemain dalam
kontrak mengikat tidak dimungkinkan.
Misalnya suatu permainan kooperatif adalah tawar menawar antara pembeli
dan penjual atas harga dalam membeli sebuah rumah. Misalkan apabila harga rumah
tersebut membutuhkan biaya produksi sebesar Rp. 500 juta, dan pembeli menghargai
rumah tersebut sebesar Rp. 800 juta. Solusi kooperatif untuk permainan ini mungkin
dicapai. Kesepakatan untuk menjual rumah tersebut dengan harga antara Rp.501 juta
dan Rp.799 juta, akan memaksimumkan surplus konsumen dan laba penjual, sambil
membuat kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Permainan kooperatif lain
misalnya melibatkan dua perusahaan yang sedang menegosiasikan suatu investasi
bersama untuk mengembangkan teknologi baru dengan asumsi bahwa tidak satu pun
perusahaan yang mempunyai cukup banyak pengetahuan untuk berhasil sendiri.
Apabila kedua perusahaan dapat menandatangani suatu ikatan kontrak untuk
membagi investasi dan laba bersama mereka, maka suatu hasil kooperatif yang
membuat kedua belah pihak diuntungkan akan mungkin terjadi.
Contoh permainan nonkooperatif adalah situasi di mana dua perusahaan yang
saling bersaing dan memperhitungkan kemungkinan perilaku satu sama lain sambil
masing-masing perusahaan menetapkan harga produksinya. Masing-masing
perusahaan mengetahui bahwa dengan menurunkan harga produknya di bawah harga
pesaingnya, maka perusahaan itu akan dapat merebut lebih banyak pangsa pasar,
namun tindakan seperti ini berisiko untuk memulai perang harga. Permainan
nonkooperatif lainnya adalah lelang, seperti yang telah disebutkan bahwa masing-
masing penawar harus memperhitungkan kemungkinan perilaku para penawar
338

lainnya pada saat mereka memutuskan menentukan strategi penawaran harga yang
optimal.
Terlihat bahwa perbedaan yang mendasar antara permainan kooperatif dan
nonkooperatif terdapat dalam kemungkinan kontrak tersebut. Dalam permainan
kooperatif kontak dapat mengikat antara yang satu dengan yang lain. Sementara
dalam permainan nonkooperatif kontrak antara pemain tidak mungkin terjadi.
Pada kesempatan ini pembahasan kita lebih fokus pada permainan
nonkooperatif. Dalam permainan apapun yang dilakukan, aspek terpenting dalam
pengambilan keputusan strategis adalah: memahami sudut pandang lawan anda dan
dengan asumsi bahwa lawan adalah rasional, menyimpulkan kemungkinan-
kemungkinan tanggapannya terhadap tindakan anda. Oleh karena itu seorang pemain
harus dapat memahami sudut pandang lawan, bahkan dalam bentuk situasi permainan
sederhana apapun, terkadang orang-orang selalu mengabaikan posisi lawan dan
tanggapan yang rasional yang tersirat dalam posisi itu.

11.3. Strategi Dominan dan Keseimbangan Nash

Sebelum melakukan permainan pertanyaan yang pertanyaan yang pertama


muncul adalah, bagaimana kita memutuskan strategi terbaik untuk melakukan sutau
permainan? Dan bagaimana kita dapat menentukan kemungkinan hasil suatu
permainan? Oleh karena itu kita membutuhkan sesuatu untuk membantu kita
menentukan bagaimana perilaku rasional masing-masing pemain dalam menghasilkan
suatu solusi keseimbangan. Beberapa strategi mungkin akan berhasil apabila para
pesaing mengambil pilihan-pilihan tertentu, tetapi akan gagal apabila mengambil
pilihan lainnya. Namun mungkin strategi-strategi lain juga akan berhasil tanpa peduli
apapun yang dilakukan oleh para pesaing. Pada bagian ini kita akan membahas
tentang strategi dominan dan keseimbangan nash dan menganalisis saling
ketergantungan dalam pasar oligopoli.

Strategi Dominan
339

Untuk menjelaskan penerapan strategi dominan dalam pasar oligopoli, mari


kita perhatikan bagaimana para pemain memilih strategi untuk memaksimumkan
imbalan mereka. Kita mulai dengan permainan yang sederhana dalam suatu industri
yang terdiri atas dua perusahaan (duopoli) misalnya perusahaan A dan perusahaan B.
Masing-masing perusahaan memiliki dua pilihan strategi misalnya memasang iklan
atau tidak memasang iklan. Perusahaan A tentu saja mengharapkan laba yang lebih
tinggi apabila perusahaan memasang iklan dibanding apabila mereka tidak
melakukannya. Meskipun demikian besarnya laba dari perusahaan A yang
sebenarnya, juga tergantung pada apakah perusahaan B memasang iklan atau tidak.
Oleh karena itu setiap strategi yang dilakukan oleh perusahaan A dalam hal ini
memasang iklan atau tidak, dapat dihubungkan dengan strategi perusahaan B dalam
memasang iklan atau tidak.
Untuk menggambarkan hasil yang mungkin diperoleh atas permainan
sederhana ini dapat dilihat pada Tabel 11.1.

Tabel 11.1. Matriks Imbalan Untuk Strategi Permainan Dominan


Perusahaan B
Pasang Iklan Tidak Pasang Iklan
Pasang Iklan (4,3) (5,1)
Perusahaan A
Tidak Pasang Iklan (2,5) (3,2)

Perhatikan bahwa nomor pertama pada setiap elemen dalam tabel mengacu
pada imbalan (laba) yang diperoleh perusahaan A, sementara nomor kedua adalah
imbalan (laba) yang diperoleh dari perusahaan B. Tabel 11.1. menunjukkan bahwa
apabila kedua perusahaan memasang iklan, maka perusahaan A akan memperoleh
laba sebesar 4, sementara perusahaan B memperoleh laba sebesar 3 (sel kira atas
matriks imbalan). Sebaliknya sel kiri bawah hasil menunjukkan bahwa apabila
perusahaan A tidak memasang iklan sementara perusahaan B memasang iklan, maka
perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 2 dan perusahaan B akan memperoleh
laba sebesar 5. Selanjutnya pada sel kanan atas menunjukkan bahwa apabila
340

perusahaan A memasang iklan, sementara perusahaan B tidak memasang iklan, maka


perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 5, sementara B akan memperoleh laba
sebesar 1. Kemudian pada sel kanan bahwa menunjukkan bahwa apabila kedua
perusahaan sama-sama tidak memasang iklan, maka perusahaan A akan memperoleh
laba sebesar 3 sementara perusahaan B memperoleh laba sebesar 2.
Pertanyaan yang muncul strategi mana yang harus diambil oleh kedua
perusahaan? Pertama-tama mari kita pertimbangkan perusahaan A. Apabila
perusahaan B memasang iklan (sebelah kita tabel imbalan), kita dapatkan bahwa
perusahaan A akan memperoleh imbalan (laba) sebesar 4 apabila ia memasang iklan
dan hanya memperoleh imbalan (laba) sebesar 2 apabila ia tidak memasang iklan.
Dengan demikian perusahaan A harus memasang iklan apabila perusahaan B
memasang iklan. Selanjutnya apabila perusahaan B tidak memasang iklan (bergerak
ke kanan kolom imbalan), maka perusahaan A akan memperoleh imbalan (laba)
sebesar 5 apabila ia memasang iklan dan memperoleh laba sebesar 3 apabila tidak
memasang iklan. Demikian perusahaan A harus memasang iklan tidak peduli apakah
perusahaan B memasang iklan atau tidak. Hal tersebut disebabkan karena imbalan
(laba) perusahaan A akan lebih besar apabila ia memasang iklan dibanding apabila
perusahaan A tidak melakukannya, tanpa peduli apa yang dilakukan oleh perusahaan
B. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa memasang iklan adalah strategi dominan
bagi perusahaan B. Strategi dominan yang dimaksud adalah pilihan yang optimal bagi
seorang pemain, apapun reaksi yang akan dilakukan oleh pihak lawan.
Pada dasarnya hal yang sama juga berlaku pada perusahaan B. Apapun yang
dilakukan oleh perusahaan A, dalam hal ini apakah perusahaan A memasang iklan
atau tidak, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan B apabila dia memasang
iklan. Hal dapat dilihat dengan berpindah-pindah baris pada tabel imbalan (laba).
Misalnya apabila perusahaan A tidak memasang iklan, maka laba perusahaan B
sebesar 5 apabila ia memasang iklan dan hanya 2 apabila ia tidak memasang iklan.
Oleh karena itu strategi dominan untuk perusahaan B adalah juga memasang iklan.
Dalam kasus ini, kedua perusahaan yaitu perusahaan A dan B memiliki
strategi dominan memasang iklan, dan akan menjadi keseimbangan akhir. Oleh
341

karena itu kedua perusahaan (A dan B) akan memasang iklan tanpa perlu
mempertimbangkan apa yang dilakukan oleh perusahaan lain dan akan memperoleh
laba berturut-turut sebesar 4 dan 3 (sel kita atas matriks imbalan pada Tabel 11.1).
Oleh dalam kasus ini solusi memasang iklan atau keseimbangan dari kedua
perusahaan akan tetap dipertahankan, apakah perusahaan A atau perusahaan B yang
memulai strateginya, atau kedua perusahaan melakukan strategi bagi perusahaannya
secara bersamaan.

Keseimbangan Nash

Dalam menentukan kemungkinan hasil dari suatu permainan, kita telah


membarakan hasil yang telah bekerja secara stabil. Strategi dominan adalah suatu
yang stabil, namun dalam kenyataan banyak permainan, atau lebih pemain tidak
memiliki strategi dominan. Oleh karena itu kita membutuhkan suatu konsep
keseimbangan yang lebih umum. Pada bab 10 sebelumnya kita telah memperkenalkan
keseimbangan nash dan melihat bahwa strategi ini dapat diterapkan secara luas. Ingat
kembali bahwa suatu ekuilibrium nash adalah serangkaian strategi atau tindakan yang
memungkinkan masing-masing pemain melakukan hal yang terbaik yang dapat
dilakukan dengan memperhitungkan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pesaing-
pesaingnya.
Dalam kenyataannya tidak semua permainan menyediakan strategi dominan
bagi setiap pemain, sangat mungkin bahwa satu atau dua pemain tidak memiliki
strategi dominan. Misalnya adalah apa yang ditunjukkan oleh matriks hasil pada tabel
11.2. Matriks ini merupakan matriks imbalan yang sama dengan matriks imbalan
pada Tabel 11.1, kecuali angka pertama pada elemen kanan bawah diubah dari 3
menjadi 6. Dengan demikian sekarang perusahaan B memiliki strategi dominan
sementara perusahaan A tidak. Strategi dominan bagi perusahaan B adalah
memasang iklan, tidak peduli apakah perusahaan A memasang atau tidak memasang
iklan, sama persis dengan kasus sebelumnya. Karena bagi perusahaan B imbalan yang
diperoleh sama saja dengan yang ada pada tabel 11.1. Sebaliknya perusahaan A
342

sekarang tidak memiliki strategi dominan. Alasannya adalah apabila perusahaan B


memasang iklan, maka perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 4 apabila
mereka memasang iklan dan hanya memperoleh imbalan sebesar 2 apabila mereka
tidak memasang iklan. Jadi apabila perusahaan B memasang iklan maka perusahaan
A juga harus memasang iklan. Pada sisi lain apabila perusahaan B tidak memasang
iklan, laba perusahaan adalah 5 apabila memasang iklan dan 6 apabila tidak
memasang iklan. Jadi perusahaan A harus memasang iklan apabila perusahaan B
memasang iklan dan perusahaan A tidak memasang iklan apabila perusahaan B tidak
memasang iklan. Jadi perusahaan A tidak lagi memiliki strategi dominan. Apa yang
harus dilakukan oleh perusahaan A tergantung dari apa yang dilakukan oleh
perusahaan B, seperti terlihat pada Tabe 10.2.

Tabel 11.2. Matriks Imbalan untuk Strategi Keseimbangan Nash


Perusahaan B
Pasang Iklan Tidak Pasang Iklan
Pasang Iklan (4,3) (5,1)
Perusahaan A
Tidak Pasang Iklan (2,5) (6,2)

Dalam menentukan strategi perusahaan A apakah akan memasang iklan atau


tidak. Pertama-tama perusahaan A harus menentukan apa yang dilakukan oleh
perusahaan B, dan perusahaan A memasang iklan apabila perusahaan B memasang
iklan dan tidak memasang iklan apabila perusahaan B tidak memasang iklan. Oleh
karena perusahaan A mengetahui matriks hasil, maka perusahaan A mengetahui
strategi dominan bagi perusahaan B yaitu memasang iklan. Karena itu strategi
optimum bagi perusahaan A adalah juga memasang iklan, karena perusahaan A akan
memperoleh laba sebesar 4 apabila ia memasang iklan dan hanya memperoleh laba
sebesar 2 apabila ia tidak memasang iklan (lihat kolom pertama pada Tabel 11.2.
Inilah yang disebut dengan keseimbangan Nash. Yang namanya diambil dari
penemunya yaitu John Forbes Nash, seorang ahli matematika dari Universitas
Princeton dan pemenang hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1994.
343

Contoh tersebut menunjukkan bahwa strategi pemasangan iklan yang gencar


dilakukan oleh perusahaan A dan perusahaan B adalah keseimbangan Nash, misalkan
perusahaan B memilih melakukan perikalan sebagai strategi dominannya, maka
strategi optimal untuk perusahaan A adalah juga memasang iklan. Perlu diperhatikan
bahwa ketika kedua perusahaan memilih strategi yang dominan, maka masing-masing
perusahaan dapat memilih strategi optimum tanpa memperdulikan strategi yang
dipilih pesaingnya. Dalam hal ini hanya perusahaan B yang memilih strategi
dominan. Perusahaan A tidak memilikinya, sehingga perusahaan A tidak dapat
memilih strategi optimumnya tanpa terlepas dari perusahaan B. Perlu diketahui
bahwa ketika setiap pemain telah memilih strategi optimum berdasarkan strategi yang
telah dipilih oleh pemain lainnya, maka kita akan berada pada keseimbangan nash,
tetapi keseimbangan nas tidak mutlak memerlukan keseimbangan strategi dominan.

11.4. Dilema Nara Pidana

Dalam menghadapi persaingan perusahaan oligopoli sering menghadapi


masalah yang disebut dilemanya Nara Pidana (prisoner’ dilemma). Istilah tersebut
pada dasarnya mengacu pada sebuah situasi di mana setiap perusahaan melaksanakan
strategi dominannya, tetapi masing-masing dapat bertindak lebih baik dalam arti
memperoleh laba yang lebih besar dengan melakukan kerja sama.
Untuk memahami dilema nara pidana, maka perhatikan situasi berikut.
Misalkan dua orang tersangka melakukan perampokan bersenjata dan ditangkap, dan
apabila terbukti bersalah, maka masing-masing harus menerima hukuman maksimum
20 tahun penjara. Namun demikian apabila kedua tahanan tersebut tidak mengaku,
maka mereka hanya akan dihukum 2 tahun penjara atas menyimpan barang-barang
hasil curian. Setiap tersangka diinterogasi secara terpisah, dan keduanya tidak
diizinkan berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Jaksa penuntut umum berjanji
kepada masing-masing tersangka bahwa apabila mereka tidak mengaku, maka
mereka akan menerima hukuman masing-masing 20 tahun penjara. Apabila kedua
tersangka mengaku, maka masing-masing akan memperoleh hukuman 10 tahun
344

penjara. Matriks hukuman dalam hal masa hukuman yang harus dijalani dapat dilihat
pada Tabel 11.3.

Tabel 11.3. Matriks Imbalan untuk Strategi Dilema Nara Pidana


Si B
Mengaku Tidak Mengaku
Mengaku (10,10) (0,20)
Si A
Tidak Mengaku (20,0) (2,2)

Tabel 11.3, menunjukkan bahwa mengaku adalah strategi dominan bagi


tersangka A, apapun yang dilakukan oleh tersangka B. Alasannya bahwa apabila
tersangka B mengaku, maka tersangka A akan menerima hukuman 10 tahun jika
mereka mengaku dan 20 tahun apabila tidak mengaku. Demikian halnya apabila
tersangka B tidak mengaku, maka tersangka A bebas apabila dia mengaku dan
menerima hukuman 2 tahun apabila tidak mengaku. Oleh karena itu strategi dominan
bagi tersangka A adalah mengaku. Mengaku juga merupakan strategi dominan bagi
tersangka B, alasannya adalah apabila tersangka A mengaku, maka tersangka B
menerima hukuman 10 tahun apabila mengaku, dan 20 tahun apabila tidak mengaku.
Demikian halnya apabila A tidak mengaku, maka tersangka B bebas apabila ia
mengaku dan menerima hukuman 2 tahun apabila tidak mengaku. Dengan demikian
maka strategi dominan bagi tersangka B adalah juga mengaku.
Apabila tersangka A dan B menggunakan strategi dominan dengan mengaku,
maka masing-masing dari mereka akan menerima hukuman selama 10 tahun penjara.
Sebaliknya apabila masing-masing tersangka tidak mengaku, maka masing-masing
dari mereka hanya akan dihukum penjara selama 2 tahun. Akan tetapi karena masing-
masing tersangka merasa takut, dan seandainya dia tidak mengaku, maka temannya
akan mengaku sehingga ia akan menerima hukuman selama 20 tahun penjara. Hanya
apabila setiap tersangka merasa yakin bahwa temannya tidak mengaku dan dia pun
tidak mengaku, maka keduanya hanya akan memperoleh hukuman selama 2 tahun
penjara. Oleh karena tidak mungkin melakukan kesepakan untuk tidak mengaku,
(perlu diketahui bahwa kedua tersangka tinggal terpisah dipenjara dan tidak sama
345

sekali diizinkan untuk berhubungan), maka kedua tersangka akan melakukan strategi
dominan untuk mengaku dan memperoleh hukuman 10 tahun penjara. Walaupun
sebelum mereka ditangkap mereka bersepakat untuk tidak mengaku, kesepakatan
tersebut tidak dapat dipastikan untuk berlaku. Karena itu setiap tersangka akhirnya
akan mengaku dan menerima hukuman 10 tahun penjara.

Persaingan Harga dan Dilema Nara Pidana

Konsep dilema nara pidana pada dasarnya dapat digunakan untuk


menganalisis persaingan harga dan non harga pada pasar oligopoli, selain dalam hal
kecenderungan untuk berbuat curang yaitu dengan cara diam-diam menurunkan harga
atau menjual lebih banyak dari kuota dalam sebuah kartel. Persaingan harga dalam
pasar oligopoli yang terjadi bersamaan dengan situasi dilema nara pidana, dapat
disajikan dengan menggunakan matriks hasil seperti terlihat pada Tabel 11.4.
Tabel 11.4 yang memuat tentang matriks imbalan untuk penentuan harga.
Kolom kiri atas menunjukkan bahwa apabila perusahaan B menentukan harga
rendah misalnya Rp 50 ribu, maka perusahaan A akan memperoleh laba Rp 4 juta,
apabila perusahaan A juga menentukan harga rendah, dan memperoleh keuntungan
Rp. 10 juta apabila perusahaan B menentukan harga tinggi.

Tabel 11.4. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan B
Harga Rendah Harga Tinggi
Harga Rendah (4,4) (10,2)
Perusahaan A
Harga Tinggi (2,10) (6,6)

Sementara itu perusahaan B apabila perusahaan A menentukan harga rendah,


maka perusahaan B akan memperoleh laba sebesar Rp. 4 juta apabila ia menentukan
harga rendah, dan sebesar Rp. 2 juta apabila ia menetapkan harga tinggi. Demikian
halnya apabila perusahaan A menentukan harga tinggi, maka perusahaan B akan
memperoleh laba sebesar Rp. 10 juta apabila ia menentukan harga rendah dan
memperoleh laba sebesar Rp. 6 juta apabila ia menetapkan harga tinggi. Dengan
346

demikian perusahaan B juga harus menerapkan strategi dominannya untuk


menentukan harga rendah. Meskipun pada dasarnya perusahaan dapat melakukan hal
yang lebih baik dalam arti bahwa perusahaan dapat memperoleh laba yang cukup
tinggi yaitu sebesar Rp. 6 juta, apabila mereka bekerja sama dan keduanya
menentukan harga tinggi seperti terlihat pada sisi kanan bawah tabel matriks imbalan
Tabel 11.4.
Oleh karena itu, kedua perusahaan menghadapi dilema narapidana, setiap
perusahaan akan menetapkan harga yang rendah dan memperoleh laba yang lebih
kecil, karena apabila ia menentukan harga yang tinggi, maka perusahaan tersebut
tidak dapat menjamin bahwa perusahaan pesaingnya juga akan menetapkan harga
yang tinggi. Misalkan perusahaan A telah menetapkan harga tinggi dengan harapan
bahwa perusahaan B juga ikut menentukan harga tinggi sehingga setiap perusahaan
akan memperoleh laba sebesar Rp. 6 juta. Akan apabila perusahaan A telah
menetapkan harga tinggi, maka perusahaan B kini memiliki kecenderungan untuk
menetapkan harga rendah, karena dengan menetapkan harga rendah maka ia akan
memperoleh laba sebesar Rp. 10 juta. Hal yang sama juga berlaku apabila perusahaan
B yang lebih dahulu menetapkan harga yang rendah dan hanya memperoleh laba
sebesar Rp. 4 juta. Hanya apabila kedua perusahaan bekerja sama dan menetapkan
harga tinggi, maka mereka berdua akan memperoleh laba yang tinggi yaitu Rp. 6 juta
dan mengakhiri dilema yang mereka hadapi.

Kecurangan dalam Kartel, dan Dilema Nara Pidana

Seperti halnya dengan persaingan harga, konsep dilema nara pidana juga
dapat digunakan dalam hal kecurangan dalam kartel. Dengan mengganti judul kolom
dan baris matriks pada tabel 10.4. dapat digunakan angka yang sama untuk
menganalisis kecurangan dalam kartel. Misalnya kalau kita mengganti judul dengan
harga rendah dengan curang dan judul dari harga tinggi dengan tidak curang di dalam
kolom dan baris dari matriks Tabel 10.4, seperti terlihat pada matriks Tabel 10.5
347

untuk menganalisis insentif dari anggota kartel untuk melakukan kecurangan dalam
dilema tahanan.

Tabel 11.5. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan B
Curang Tidak Curang
Curang (4,4) (10,2)
Perusahaan A
Tidak Curang (2,10) (6,6)

Dalam hal ini setiap perusahaan melakukan strategi dominan untuk curang ,
mendapatkan keuntungan Rp. 4 juta, namun dengan tidak melakukan kecurangan,
setiap anggota kartel akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6 juta. Kartel dapat
mencegah atau mengurangi probabilitas terjadinya kecurangan, dengan mengawasi
penjualan setiap anggota dan menghukum anggota yang curang. Meskipun demikian
semakin besar anggota kartel dan semakin banyak produk yang berbeda, serta
semakin luas areal pemasaran maka semakin sulit bagi kartel untuk melakukan
pengawasan terhadap para anggotanya untuk mencegah terjadinya kecurangan.

11.5. Permainan Berurutan

Dalam kebanyakan permainan yang telah dibicarakan, pada dasarnya kedua


pemain bergerak pada waktu yang bersamaan. Misalnya dalam model duopoli
Cournot, kedua perusahaan menetapkan harga output pada waktu yang bersamaan,
demikian hal dalam model keseimbangan Nash, dan dilema nara pidana. Dalam
permainan berurutan (sequemtial games), para pemain bergerak bergiliran. Model
Stakelberg yang telah dibahas pada bab 10 merupakan salah satu contoh permainan
berurutan dalam hal ini, satu perusahaan menetapkan output terlebih dahulu dan
selanjutnya diikuti oleh perusahaan lainnya. Terdapat banyak contoh lain misalnya
suatu keputusan iklan oleh suatu perusahaan dan tanggapan oleh para pesaingnya,
investasi yang menghambat masuknya perusahaan baru oleh perusahaan yang sudah
ada.
348

Permainan berurutan dapat ditunjukkan dengan pohon permainan/ keputusan.


Pohon keputusan (decision tree) adalah diagram dengan lingkaran dan cabang:
Lingkaran menunjukkan tentang titik di mana keputusan dibuat sementara cabang
menunjukkan tentang hasil dari setiap keputusan dalam permainan berurutan.
Susunan pohon keputusan dimulai dengan putusan awal dan bergerak menuju ke
seluruh serangkaian keputusan berikutnya. Pada setiap titik, keputusan harus dibuat
dan cabang pohon mengalur sampai ke seluruh kemungkinan hasil dari permainan
tersebut dan diberi imbalan pada sisi kanan gambar atau pohon tersebut, seperti
terlihat pada Gambar 11.1.

Perusahaan A Perusahaan B

Harga Tinggi Rp. 200 juta Rp. 200 juta

B
Harga Tinggi Rp. 260 juta Rp. 100 juta
Harga Rendah

A Harga Tinggi Rp. 360 juta Rp. 160 juta

Harga Rendah B
Rp. 300 juta Rp. 240 juta
Harga Rendah

Gambar 11.1. Permainan Strategi Hrga Rendah dan Harga Tingg

Gambar 11.1 menunjukkan pohon keputusan di mana perusahaan duopoli A


dapat menggunakan untuk menentukan apakah penerapan strategi harga tinggi atau
harga rendah dalam hal ini cabang paling atas pada gambar tersebut. Lingkaran B
menggambarkan reaksi pesaing duopoli B atas strategi harga perusahaan A.
Perusahaan A memperkirakan bahwa apabila menerapkan harga tinggi yaitu cabang
paling atas pada gambar tersebut, perusahaan A akan menghasilkan laba Rp. 200 juta
349

apabila perusahaan B juga bereaksi dengan membebankan harga tinggi, maka


perusahaan A memperoleh laba sebesar Rp.260 juta, apabila perusahaan B bereaksi
dengan harga rendah dalam hal ini kolom pertama yang berlabel perusahaan di
sebelah kanan gambar tersebut.
Ketika perusahaan A menerapkan harga tinggi, maka perusahaan B akan
memperoleh laba sebesar Rp. 200 juta apabila mereka juga membebankan harga yang
tinggi dan memperoleh laba sebesar Rp. 100 apabila mereka menetapkan harga yang
rendah (kolom kedua yang berlabel perusahaan B pada gambar tersebut). Apabila
perusahaan A menerapkan strategi harga yang rendah cabang bawah dari gambar
tersebut, perusahaan A memprediksi bahwa dia akan memperoleh laba sebesar Rp.
360 juta, apabila perusahaan B bereaksi dengan menetapkan harga tinggi dan
memperoleh laba sebesar Rp. 300 juta apabila perusahaan B bereaksi dengan
menetapkan harga rendah. Ketika perusahaan A membebankan harga rendah maka
perusahaan B akan memperoleh laba sebesar Rp. 160 juta apabila ia menerapkan
strategi harga tinggi, dan memperoleh laba sebesar Rp. 240 juta apabila perusahaan B
juga ikut menerapkan strategi harga rendah.
Perminaan ini dimulai ketika perusahaan A memutuskan untuk mengikuti
strategi harga tinggi atau harga rendah. Selanjutnya perusahaan B bergerak ke depan
dengan memutuskan untuk menanggapi strategi harga tinggi dan rendah yang dia
miliki. Misalkan perusahaan A memutuskan dengan strategi harga tinggi, maka
permainan tersebut bergerak sepanjang bagian atas cabang tersebut. Sebaliknya
apabila perusahaan A memutuskan dengan harga rendah, maka permainan tersebut
bergerak sepanjang garis bawah cabang tersebut. Sehingga diperoleh ada empat
kemungkinan hasil yaitu; (1) perusahaan A menggunakan strategi harga tinggi dan
perusahaan B merespons dengan harga tinggi, (2) perusahaan A menerapkan strategi
harga tinggi dan perusahaan B merespons dengan harga rendah, (3) Perusahaan A
menerapkan strategi harga rendah dan perusahaan B merespons dengan strategi harga
tinggi, dan (4) perusahaan A menerapkan strategi harga rendah dan perusahaan B
merespons dengan strategi harga rendah pula.
350

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana permainan diselesaikan? Pada


dasarnya perusahaan A ingin menetapkan strategi yang tentunya bertujuan untuk
memaksimumkan imbalan, akan tetapi hal tersebut tergantung pada reaksi dari
perusahaan B dalam hal pembuatan keputusan perusahaan A. Gambar 10.1
menunjukkan bahwa, apabila perusahaan A menerapkan strategi harga tinggi, maka
perusahaan B masuk dalam permainan pada lingkaran keputusan bagi atas dan
menghadapi imbalan Rp. 200 juta apabila melakukan strategi dengan harga tinggi
atau memperoleh imbalan sebesar Rp. 100 juta apabila ia menerapkan strategi dengan
harga rendah. Oleh karena itu perusahaan A pada dasarnya mengetahui bahwa apabila
ia menerapkan strategi harga tinggi maka perusahaan B akan merespons dengan
strategi harga tinggi pula, sehingga perusahaan akan memperoleh imbalan sebesar
Rp. 200 juta.
Sementara pada sisi lain apabila perusahaan A menerapkan strategi dengan
harga rendah, maka perusahaan B akan mengikuti lingkaran keputusan pada bagian
bawah gambar 11.1, dan memperoleh imbalan sebesar Rp. 160 juta apabila ia
menerapkan strategi dengan harga tinggi atau Rp. 240 juta apabila ia menerapkan
strategi dengan harga rendah. Oleh karena itu apabila A menggunakan strategi harga
rendah, maka perusahaan A mengetahui bahwa perusahaan B akan merespons dengan
strategi harga yang rendah pula, sehingga perusahaan A akan memperoleh imbalan
sebesar Rp. 300 juta.
Perbandingan hasil dari kedua strategi penentuan harga tersebut yaitu;
perusahaan A pada dasarnya pengetahui bahwa ia akan memperoleh imbalan sebesar
Rp. 200 juta, apabila perusahaan A menerapkan strategi dengan harga tinggi dan akan
memperoleh laba sebesar Rp. 300 juta apabila ia menerapkan strategi dengan harga
rendah. Oleh karena itu perusahaan A tentu akan memilih menggunakan strategi
harga rendah dan menerima imbalan sebesar Rp.300 juta, sementara perusahaan B
akan merespons dengan juga menerapkan strategi harga rendah atas produknya dan
menerima imbalan sebesar Rp. 240 juta.
351

11.6. Ancaman, Komitmen, dan Kredibilitas

Pada bagian ini kita akan membahas tentang keunggulan yang dapat diperoleh
suatu perusahaan yang bergerak lebih dahulu, serta juga mempertimbangkan apa yang
menentukan perusahaan mana yang bergerak lebih dahulu. Kita akan memusatkan
perhatian pada pertanyaan-pertanyaan berikut: Tindakan apa saja yang dapat diambil
suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di pasar? Bagaimana suatu
perusahaan menghadapi suatu calon-calon pesaing yang masuk, atau membujuk
pesaing-pesaing yang ada untuk menaikkan harga?
Suatu tindakan yang memberi keunggulan semacam ini kepada suatu
perusahaan disebut langka strategis (strategic move). Thomas Schelling (1980)
mengatakan: suatu langka strategis adalah suatu yang mempengaruhi pilihan orang
lain yang akan menguntungkan diri orang tersebut, dengan mempengaruhi harapan-
harapan orang lain itu tentang bagaimana diri orang itu berperilaku. Gagasan
membatasi perilaku anda sendiri untuk memperoleh suatu keunggulan mungkin
terlihat seperti paradoks, kita akan segera melihat bahwa itu tidak benar.

Tabel 11.6. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan B
Renyah Manis
Renyah (5,5) (10,20)
Perusahaan A
Manis (20,10) (-5,-5)

Pertama mari kita lihat Tabel 11.6. Perusahaan yang pertama kali
memperkenalkan sereal sarapan barunya akan tampil sebagai yang terbaik. Tetapi
perusahaan mana yang akan memperkenalkan sereal lebih dahulu? Walaupun kedua
perusahaan membutuhkan jangka waktu yang sama untuk melakukan produksinya,
masing-masing mempunyai insentif untuk berkomitmen sebagai yang pertama yang
memperkenalkan sereal manis tersebut. Dalam hal ini kata kuncinya adalah
komitmen.
352

Apabila perusahaan A hanya mengumumkan akan memproduksi sereal manis,


maka Perusahaan B hanya sedikit alasan untuk mempercayainya. Bagaimanapun
perusahaan B, karena mengetahui insentif itu, dapat membuat pengumuman yang
sama dengan lebih semarak. Oleh karena Perusahaan A harus membatasi perilakunya
sendiri dengan cara tertentu, sehingga meyakinkan perusahaan B bahwa perusahaan
A tidak mempunyai pilihan kecuali memproduksi sereal manis tersebut. Perusahaan
A mungkin akan meluncurkan suatu iklan produk yang mahal, yang menggambarkan
sereal manis tersebut dengan baik, dengan demikian perusahaan A mempertaruhkan
reputasinya. Perusahaan A mungkin juga akan menandatangani kontrak pengadaan
gula dalam jumlah besar dan mengumumkan kontrak itu, atau paling tidak
mengirimkan salinan ke perusahaan B. Gagasannya adalah perusahaan A
berkomitmen untuk menghasilkan sereal manis tersebut. Komitmen dari perusahaan
A merupakan suatu langkah strategis yang menyebabkan perusahaan A memperoleh
imbalan sebesar Rp. 20 milyar dan memaksa perusahaan B mengambil keputusan
untuk memproduksi sereal renyah tersebut dan hanya memperoleh imbalan sebesar
Rp. 10 milyar.
Pertanyaan yang muncul mengapa perusahaan A tidak dapat hanya
mengancam perusahaan B dengan berjanji akan memproduksi sereal manis, meskipun
perusahaan B dapat melakukan hal yang sama? Karena perusahaan B hanya
mempunyai sedikit alasan untuk mempercayai ancaman perusahaan A itu, dan ia
sendiri dapat membuat ancaman yang sama. Dengan demikian suatu ancaman hanya
dapat berguna apabila ancaman itu dapat dipercaya. Contoh berikut, membantu
mempercayai hal tersebut.

Ancaman Kosong

Misalkan perusahaan A memproduksi komputer yang dapat dipakai sebagai


word processor maupun untuk tugas-tugas lainnya. Perusahaan B hanya
memproduksi khusus word processor saja, seperti ditujukkan pada matriks imbalan
Tabel 11.7, sepanjang perusahaan A mengenakan harga yang tinggi untuk
353

komputernya, maka kedua perusahaan tersebut dapat memperoleh imbalan uang yang
cukup besar. Walaupun perusahaan B mengenakan harga yang rendah untuk word
processornya, maka masih banyak konsumen yang akan membeli komputer
perusahaan A, karena alat ini dapat membantu mengerjakan banyak tugas dan
lainnya, meskipun beberapa konsumen akan terbujuk dengan adanya perbedaan harga
untuk tetap membeli yang dikhususkan untuk wold processoe tersebut. Namun
apabila perusahaan A mengenakan harga yang rendah, maka mau tidak mau
perusahaan B juga harus mengenakan harga yang rendah, sebab kalau tidak, ia akan
memperoleh laba sama dengan nol, dan laba kedua perusahaan tersebut akan
berkurang cukup besar.

Tabel 11.7. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan B
Harga Tinggi Harga Rendah
Harga Tinggi (200,160) (160, 200)
Perusahaan A
Harga Rendah (40,0) (20,40)

Perusahaan A tentunya akan menyukai hasil pada sudut kiri atas matriks
imbalan. Akan tetap perusahaan B mengenakan harga yang rendah adalah jelas
merupakan strategi dominan. Dengan demikian hasil pada sudut kanan atas akan
terpilih, tidak peduli perusahaan mana yang lebih dahulu menetapkan harga.
Walaupun perusahaan A kelihatannya merupakan perusahaan dominan dalam
industri karena tindakan-tindakannya dalam menetapkan harga akan memiliki
dampak yang paling besar terhadap laba seluruh industri komputer. Pertanyaan yang
muncul apakah perusahaan A dapat membujuk perusahaan B untuk mengenakan
harga yang lebih tinggi, dengan mengancam akan mengenakan harga yang lebih
rendah apabila perusahaan B mengenakan harga yang rendah. Jawabannya tentu
tidak, sebagaimana ditunjukkan oleh matriks imbalan pada Tabel 11.7. Apapun yang
dilakukan oleh perusahaan B, perusahaan A akan lebih rugi apabila perusahaan
tersebut mengenakan harga rendah. Akibatnya ancaman yang dilakukan oleh
perusahaan A adalah ancaman kosong yang tidak dapat dipercaya.
354

Komitmen dan Kredibilitas

Pada dasarnya suatu perusahaan dapat membuat ancaman yang dapat


dipercaya. Untuk menjelaskan hal ini, maka perhatikan contoh berikut: Misalnya
perusahaan Toyota memproduksi Mobil dan Mitsubishi memproduksi mesin mobil
khusus. Mitsubishi menjual sebagian besar mesin mobil hasil produksinya kepada
Toyota, dan hanya sebagian kecil yang dijual kepada pasar lain yang terbatas.
Meskipun demikian perusahaan Mitsubishi sangat tergantung kepada perusahaan
Toyota, dan membuat keputusan produksi didasarkan pada rencana produksi Toyota.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kita memiliki satu permainan berurutan di
mana Toyota adalah pimpinan pasar. Perusahaan Toyota membuat keputusan pertama
tentang jenis mobil yang akan dibuat, dan Mitsubishi kemudian akan memutuskan
jenis mesin yang akan dibuat. Hal tersebut dapat dilihat pada Matrik Imbalan pada
Tabel 11.8.
Tabel 11.8. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga
Perusahaan B
Mobil Kecil Mobil Besar
Mobil Kecil (30,60) (30, 0)
Perusahaan A
Mobil Besar (10,10) (80,30)

Tabel 11.8, memperlihatkan kemungkinan hasil dari permainan ini.


Perhatikan bahwa Toyota (perusahaan B), akan tampil sebagai yang terbaik dengan
memutuskan memproduksi mobil kecil. Perusahaan ini mengetahui bahwa, sebagai
tanggapan atas keputusan ini adalah Mitsubishi (Perusahaan A) akan memproduksi
mesin kecil, yang sebagian besar kemungkinan akan dibeli oleh Toyota. Akibatnya
Mitsubishi akan memperoleh laba sebesar Rp. 30 milyar, dan Toyota akan
memperoleh laba sebesar Rp. 60 milyar.
Meskipun pada dasarnya Mitsubishi lebih menyukai hasil pada sudut kanan
bawah matriks hasil Tabel 11.8. Misalkan perusahaan Mitsubishi dapat memproduksi
mesin-mesin besar, maka perusahaan Mitsubishi akan memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 80 milyar, namun Toyota akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 30
355

milyar. Pertanyaan yang muncul apakah Mitsubishi dapat membujuk Toyota untuk
memproduksi mobil-mobil besar?
Misalkan Mitsubishi mengancam akan memproduksi mesin-mesin besar tanpa
peduli apapun yang dilakukan oleh Toyota, dan misalkan juga tidak satu pun
produsen mesin mobil dapat dengan mudah memasok mesin-mesin mobil kecil untuk
memenuhi kebutuhan Toyota. Selanjutnya kita misalkan Toyota mempercayai
ancaman tersebut, maka perusahaan ini akan memproduksi mobil- mobil besar.
Sebaliknya apabila Toyota tidak mempercayai ancaman tersebut, maka, Toyota akan
mengalami kesulitan untuk mencari mesin untuk memenuhi kebutuhan mobil
kecilnya, dan hanya akan memperoleh imbalan sebesar Rp. 10 Milyar, bukan Rp. 30
milyar lagi. Jadi ancaman tidak kredibel. Begitu Toyota memutuskan untuk
memproduksi mobil-mobil kecil, maka Mitsubishi tidak mempunyai insentif
melaksanakan ancamannya.
Pada prinsipnya Perusahaan Mitsubishi dapat membuat ancaman yang dapat
dipercaya, apabila dengan sikap yang jelas dan tidak berubah-ubah, mengurangi
sebagian keuntungannya sendiri dalam matriks imbalan tersebut, sehingga pilihan-
pilihan akhirnya terbatas. Misalkan Mitsubishi hanya mengurangi labanya dari mobil
kecil, imbalan pada matriks imbalan kiri atas Tabel 11.8. Perusahaan Mitsubishi
dapat melakukan hal ini dengan menutup atau menghancurkan sebagian kapasitas
produksi mesin mobil kecilnya. Matriks imbalan apabila hal tersebut dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 11.9.

Tabel 11.9. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan B
Mobil Kecil Mobil Besar
Mobil Kecil (0,60) (0,0)
Perusahaan A
Mobil Besar (10,10) (80,30)

Tabel 11.9, menunjukkan bahwa Toyota tahu bahwa, jenis mobil apapun
yang diproduksinya, Mitsubishi akan memproduksi mesin-mesin besar. Apabila
Toyota memproduksi mobil kecil, maka Mitsubishi akan menjual mesin besar
356

sedapat mungkin kepada produsen mobil lainnya dan rela hanya memperoleh imbalan
sebesar Rp. 10 Milyar, dan hal ini lebih baik dari pada memproduksi mesin kecil dan
memperoleh imbalan sebesar nol. Oleh karena Toyota harus mencari mesin kepada
perusahaan lain, maka imbalannya juga akan turun menjadi Rp. 10 milyar. Sekarang
jelaslah bahwa demi kepentingan Toyota sendirilah memproduksi mobil besar.
Dengan menempuh langkah strategi yang kelihatannya merugikan diri sendiri,
Mitsubishi telah memperbaiki hasil permainan tersebut.
Meskipun komitmen strategi semacam ini dapat efektif, namun cukup
berisiko, dan sangat tergantung pada pengetahuan yang tepat tentang matriks imbalan
dan industri itu sendiri. Misalkan Mitsubishi mempunyai komitmen untuk
memproduksi mesin besar, namun terkejut menemukan bahwa produsen lain dapat
memproduksi mesin-mesin kecil dengan harga murah. Maka komitmen tersebut
mungkin akan mengakibatkan Mitsubishi bangkrut, dan tidak memperoleh laba yang
tinggi dalam jangka panjang.

11. 7. Rintangan Masuk

Dalam menghalangi pesaing masuk dalam industri, maka perusahaan harus


dapat meyakinkan setiap calon pesaing, bahwa masuk dalam industri tersebut tidak
menguntungkan. Untuk mengetahui bagaimana hal tersebut dapat dilakukan, maka
bayangkan diri anda dalam posisi pelaku monopoli yang ada dan sedang menghadapi
calon yang mau masuk. Misalkan perusahaan yang memasuki industri baru harus
membayar biaya tenggelam (sunk cost) sebesar Rp. 160 milyar untuk membangun
pabrik. Anda tentu saja ingin membujuk perusahaan baru untuk menghindari industri
tersebut. Apabila perusahaan baru menghindarinya, maka anda terus dapat
mengenakan harga yang tinggi dan menikmati laba monopoli. Sebagaimana
ditunjukkan pada sudut kanan atas matriks imbalan Tabel 11.10.

Tabel 11.10. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan Baru
357

Masuk Tidak Masuk


Perusahaan Harga Tinggi (200,40) (400,0)
Lama Harga Rendah (140,-20) (260,0)

Apabila perusahaan baru masuk pasar tersebut, maka perusahaan lama dapat
mengakomodasi dengan tetap mempertahankan harga tinggi dengan memperoleh laba
sebesar Rp. 200 milyar karena sekarang anda harus membagi dengan perusahaan
baru. Perusahaan baru akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 40 milyar. Angka
tersebut diperoleh dari Rp. 200 milyar dikurangi Rp. 160 milyar untuk membangun
pabrik, hasil tersebut ditunjukkan pada sudut kiri atas matriks imbalan. Kemungkinan
lain adalah anda dapat meningkatkan kapasitas produksi anda, dengan memproduksi
lebih banyak dan menurunkan harga. Harga yang lebih rendah akan memberi anda
pangsa pasar yang lebih besar meningkatkan penerimaan sebesar Rp. 40 milyar. Akan
tetapi kenaikan produksi akan memakan investasi sebesar Rp. 100 milyar. Karena
perang strategi juga akan mengurangi penerimaan pendatang baru tersebut sebesar
Rp. 60 milyar, sehingga pendatang baru akan mengalami kerugian sebesar Rp. 20
milyar. Hasil ini ditunjukkan pada sudut kiri bawah matriks imbalan pada Tabel
11.10. Akhirnya apabila perusahaan baru tetap berada di luar, tetapi perusahaan lama
menambah kapasitas dan menurunkan harga, maka imbalan bersih anda akan turun
sebesar Rp. 140 milyar (dari Rp. 400 milyar menjadi Rp. 260 milyar), biaya sebesar
Rp. 100 milyar untuk tambahan kapasitas, dan penurunan Rp. 40 milyar penerimaan
baru karena harga yang lebih rendah, tanpa kenaikan dalam pangsa pasar, pilihan ini
ditunjukkan pada bagian kanan bawah matriks imbalan, tidak masuk akal).
Apabila perusahaan mengira bahwa perusahaan baru tetap akan
mengakomodasi dan mempertahankan harga yang tinggi setelah ia masuk, maka
perusahaan baru akan merasakan bahwa menguntungkan untuk masuk dan akan
melakukan hal itu. Misalkan perusahaan lama mengancam untuk menambah output
dan melancarkan perang harga agar perusahaan baru tidak masuk. Apabila
perusahaan baru menganggap bahwa ancaman itu serius, maka perusahaan baru tidak
akan memasuki industri tersebut, karena ia mengetahui bahwa ia akan kehilangan
358

sebesar Rp. 20 milyar. Namun ancaman itu tidak kredibel, seperti ditunjukkan pada
matriks imbalan Tabel 11.10. Begitu perusahaan baru masuk, maka perusahaan lama
akan diuntungkan apabila ia mengakomodasinya dan mempertahankan harga tinggi.
Langkah rasional perusahaan baru adalah memasuki pasar tersebut, dan hasilnya
terlihat pada sudut kiri atas matris imbalan Tabel 11.10.
Pertanyaan yang muncul bagaimana apabila perusahaan lama dapat
membuat komitmen yang tidak akan ditarik kembali, dan akan mengubah insentif
perusahaan lama apabila perusahaan baru masuk. Sebuah komitmen yang membuat
perusahaan lama sedikit pilihan selain mengenakan harga yang rendah, apabila
perusahaan baru benar-benar masuk. Terutama misalkan perusahaan lama
menginvestasikan Rp. 100 milyar sekarang? Dan merupakan kapasitas tambahan
yang diperlukan untuk menaikkan output dan terlihat dalam harga bersaing misalkan
perusahaan baru benar-benar masuk. Tentu saja apabila perusahaan mempertahankan
harga yang tinggi apabila perusahaan baru masuk atau tidak maka investasi tambahan
ini akan menurunkan keuntungan perusahaan lama.

Tabel 11.11. Matriks Imbalan untuk Permainan Penentuan Harga


Perusahaan Baru
Harga Tinggi Harga Rendah
Perusahaan Harga Tinggi (100,40) (300,0)
Lama Harga Rendah (140,-20) (260,0)

Apabila perusahaan baru masuk pasar tersebut, maka sekarang kita


mempunyai matriks imbalan yang baru, sebagaimana diperlihatkan pada matriks
imbalan Tabel 11.11. Dampak dari keputusan perusahaan baru dalam berinvestasi
untuk kapasitas tambahan, maka ancaman perusahaan lama terlihat dalam peperangan
persaingan akhirnya benar-benar dapat dipercaya. Karena perusahaan lama sudah
memiliki kapasitas tambahan dan karena itu perusahaan lama melancarkan perang.
Perusahaan lama akan tampil lebih baik dalam peperangan persaingan tersebut
dibanding apabila anda mempertahankan harga yang tinggi. Karena calon pesaing
sekarang tahu bahwa memasuki pasar tersebut akan mengakibatkan peperangan,
359

maka ia akan rasional untuk tetap menghindari pasar tersebut. Setelah merintangi
untuk masuk, perusahaan lama dapat mempertahankan harga tinggi dan memperoleh
laba sebesar Rp. 300 milyar.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah suatu pelaku monopoli yang sudah
ada dapat melakukan rintangan masuk tanpa melakukan langkah yang mahal untuk
membangun kapasitas produksi tambahan? Sebelumnya kita telah melihat bahwa
reputasi dan inrasional dapat memberikan keunggulan strategi. Misalkan perusahaan
lama sudah mempunyai reputasi semacam ini, dan andaikan juga dengan pemotongan
harga secara besar-besaran perusahaan lama dapat menghalau keluar setiap
perusahaan yang masuk pada masa lalu, walaupun hal tersebut mendatangkan
kerugian yang tidak beralasan secara rasional. Dengan demikian ancaman benar-
benar dapat dipercaya. Dalam konteks ini, inrasional perusahaan yang ada
menyampaikan pesan kepada para pesaing agar perusahaan itu benar-benar
mengundurkan diri.
Tentu saja misalkan perusahaan yang digambarkan di atas berulang terus
menerus tanpa batas, maka perusahaan yang ada mungkin mempunyai insentif yang
rasional untuk melaksanakan ancaman perang tadi apabila perusahaan baru benar-
benar masuk. Mengapa? Oleh karena kerugian jangka pendek akibat perang itu
mungkin saja dikalahkan untuk mempertahankan keuntungan jangka panjang dengan
mencegah perusahaan lain masuk. Oleh karena perusahaan memahami hal tersebut,
maka calon pesaing merasakan ancaman perusahaan yang dapat dipercaya dan
memutuskan untuk tetap berada di luar. Karena perusahaan yang ada mengandalkan
reputasi, sebagai orang yang rasional dan berpandangan jauh ke depan, guna
memperlihatkan kredibilitas yang dibutuhkan untuk merintangi pesaing masuk.
Keberhasilan strategi ini pada dasarnya tergantung pada rentang waktu dan
keuntungan serta kerugian relatif yang terkait dengan akomodasi perang.
Kita telah melihat bahwa daya tarik untuk masuk, terutama tergantung pada
perusahaan yang ada dalam bereaksi. Umumnya perusahaan yang ada tidak dapat
diharapkan mempertahankan outputnya tetap pada tingkat sebelumnya begitu
perusahaan baru masuk. Perusahaan ini mungkin akan mengalah dan mengurangi
360

output dengan menaikkan harga untuk mencapai tingkat yang memaksimalkan laba
persama perusahaan baru yang masuk. Oleh karena calon-calon yang mau masuk
mengetahui hal ini, perusahaan yang ada harus menciptakan ancaman perang yang
kredibel untuk merintangi perusahaan baru masuk. Sebuah reputasi dan inrasional
dapat membantu untuk melakukannya. Kelihatannya hal ini merupakan dasar dari
banyak perilaku dalam upaya merintangi perusahaan baru masuk yang terjadi dalam
pasar yang sesungguhnya.

11.8. Ringkasan Bab 11

Teori permainan (games theory) merupakan salah satu alat utama yang
digunakan oleh para ekonom dalam pemilihan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan. Setiap permainan memiliki tiga elemen dasar yaitu; (1) pemain, (2)
strategi, dan (3) imbalan (payoffs). Sebuah permainan dimana keuntungan satu
pemain atau perusahaan terjadi pada saat biaya tepat sama dengan kerugian pemain
atau perusahaan lain disebut permainan berjumlah nol. Permainan dimana
keuntungan atau kerugian pada satu pemain atau perusahaan tidak terjadi pada saat
biaya atau keuntungan yang sama ada pada pemain atau perusahaan yang lain disebut
permainan tidak berjumlah nol.
Suatu permainan dikatakan kooperatif apabila pemain yang satu dengan
pemain yang lain dapat berkomunikasi dan menyusun kontrak yang mengikat, kalau
tidak maka permainan tersebut disebut permainan non kooperatif. Dalam kedua
permainan ini aspek desain strategi yang terpenting adalah pemahaman tentang posisi
pesaing anda, dan apabila pesaing anda bersifat rasional dan dengan tepat
menyimpulkan kemungkinan tanggapan atas tindakan-tindakan pesaingnya.
Keseimbangan Nash adalah strategi dimana semua pemain melakukan hal
terbaik, dengan tetap memperhitungkan strategi pemain-pemain lainnya. Suatu
keseimbangan dalam strategi dominan adalah kasus khusus dari suatu keseimbangan
Nash. Suatu strategi dominan akan bekerja optimal tanpa peduli apapun yang
361

dilakukan oleh pesaingnya. Keseimbangan Nash mengandalkan rasionalitas masing-


masing pemain.
Perusahaan-perusahaan oligopoli sering menghadapi masalah yang disebut
dilema nara pidana (dilema tahanan). Istilah dilema nara pidana mengacu pada situasi
dimana setiap perusahaan menerapkan strategi dominannya sendiri, tetapi tidak dapat
mendapatkan yang lebih baik, dalam arti mendapatkan imbalan yang lebih besar
dengan melakukan kerja sama. Keputusan perusahaan-perusahaan oligopoli
didasarkan pada penentuan harga mereka atau strategi periklanan, atau memilih
apakah akan membuat curang atau cartel, dapat menghadapi dilemanya nara pidana.
Dalam kasus tersebut kedua perusahaan akan untung apabila mereka bergeser dari
permainan yang tanpa kerja sama menjadi permainan dengan kerja sama.
Dalam permainan berurutan, para pemain bergerak secara bergiliran. Dalam
beberapa kasus pemain yang pertama bergerak mempunyai keunggulan. Dengan
demikian, para pemain mungkin akan mempunyai insentif untuk mencoba
melaksanakan tindakan-tindakan tertentu sebelum para pesaingnya melakukan hal
yang sama.
Ancaman kosong adalah ancaman dimana seseorang tidak mempunyai insentif
untuk melaksanakannya. Apabila pesaing terlihat rasional, maka ancaman kosong
tidak akan bermanfaat. Untuk membuat ancaman menjadi kredibel, kadang
dibutuhkan langkah strategis dengan membatasi perilaku seseorang, dengan demikian
akan menciptakan insentif untuk melaksanakan ancaman tersebut.
Perusahaan oligopoli sering melakukan langkah strategis. Langkah strategis
yang dimaksud adalah pemain membatasi perilakunya untuk membuat ancamannya
menjadi kredibel, sehingga mendapatkan keunggulan kompetitif atas lawannya.
Perusahaan yang membuat ancaman harus komit untuk membawa ancaman dari
perusahaan itu menjadi kredibel. Dalam konteks ini termasuk menerima laba yang
lebih rendah atau pengembangan melebihi kapasitas.
Untuk merintangi perusahaan baru masuk, perusahaan yang ada harus
meyakinkan setiap calon pesaing, bahwa memasuki industri tersebut tidak akan
362

menguntungkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berinvestasi, sehingga ancaman


menjadi kredibel dan perusahaan yang masuk akan disambut dengan perang harga.

Pertanyaan Bab 11

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi, dan imbalan?


2. Jelaskan perbedaan antara permainan berjumlah non dan permainan tidak
berjumlah nol?
3. Jelaskan perbedaan antara permainan kooperatif dan permainan non kooperatif,
dan berikan contoh masing-masing?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi dominan? dan mengapa
keseimbangan terlihat stabil dalam strategi dominan?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keseimbangan Nash? dan bagaimana
keseimbangan Nash berbeda dengan keseimbangan dalam strategi dominan?
6. Jelaskan mengapa keseimbangan Cournot merupakan keseimbangan Nash? dan
dengan cara apa keseimbangan Cournot berbeda dengan keseimbangan Nash?
7. Jelaskan dengan cara apa dilema nara pidana berkaitan dengan strategi dominan
oleh pemain dalam sebuah permainan dan dalam konsep keseimbangan Nash?
8. Jelaskan bagaimana konsep dilema nara pidana dapat digunakan untuk
menganalisis persaingan harga?
9. Apa yang dimaksud dengan keunggulan bagi orang yang pertama bergerak?
Berikan sebuah contoh situasi permainan dengan keunggulan bagi orang yang
pertama bergerak?
10. Jelaskan apakah ancaman perang harga dapat menghalangi masuknya calon
pesaing? dan tindakan apa saja yang dapat diambil untuk membuat ancaman
yang dibuatnya menjadi kredibel?
11. Matriks imbalan kedua perusahaan berikut ini menunjukkan laba atau rugi untuk
kedua perusahaan yaitu:
363

Perusahaan B
Harga Tinggi Harga Rendah
Harga Tinggi (100,100) (300,-100)
Perusahaan A
Harga Rendah (-100-300) (200,200)

Berdasarkan informasi tersebut maka:


a. Apakah perusahaan A memiliki strategi dominan?
b. Apakah perusahaan B memiliki strategi dominan?
c. Tentukan strategi optimum untuk kedua perusahaan?
12. Dua buah perusahaan komputer yaitu perusahaan A dan perusahaan B,
berencana memasarkan produk komputer mereka. Masing-masing perusahaan
membuat komputer dengan sistem cepat dan berkualitas tinggi atau komputer
dengan sistem lebih lambat dan berkualitas rendah. Hasil riset pasar
menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan bagi masing-masing perusahaan
untuk strategi alternatif dinyatakan oleh matriks berikut:

Perusahaan 2
Kualitas Tinggi Kualitas Rendah
Kualitas Tinggi (100,80) (120,90)
Perusahaan 1
Kualitas Rendah (110-110) (30,40)

Berdasarkan informasi tersebut maka?


a. Apabila kedua perusahaan mengambil keputusan pada waktu yang
bersamaan, bagaimana hasilnya?
b. Misalkan kedua perusahaan berusaha memaksimalkan laba, namun
perusahaan A bergerak lebih dahulu, bagaimana hasilnya sekarang? Dan
bagaimana hasilnya apabila perusahaan B yang bergerak lebih dahulu?
13. Perusahaan A adalah perusahaan monopoli sedang berusaha untuk menghalangi
perusahaan B untuk masuk dalam industri. Matrik bimbalan untuk kedua
perusahaan adalah:
364

Perusahaan B
Masuk Tidak Masuk
Harga Rendah (10,-10) (30,10)
Perusahaan A
Harga Tinggi (40-50) (60,30)

Ditanyakan:
a. Apakah strategi terbaik untuk masing-masing perusahaan?
b. Mengapa ancaman menurunkan harga yang dilakukan oleh perusahaan A
untuk mencegah masuk perusahaan B tidak memiliki kredibilitas?
c. Apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan A untuk menjadikan ancamannya
kredibel tanpa perlu menambah kapasitas pabrik yang berlebihan?
365

BAB XII
PASAR FAKTOR INPUT

Dalam diagram lingkar arus kegiatan ekonomi yang digambarkan pada bab 1
Gambar 1.1, para rumah tangga merupakan sisi permintaan dan perusahaan menjadi
sisi penawaran atas pasar produk (bagan atas diagram lingkar). Pada pembahasan-
pembahasan sebelumnya kita telah membahas faktor-faktor yang menentukan
permintaan individu akan barang-barang konsumsi, dan penawaran perusahaan akan
barang konsumsi tersebut. Pada bab ini kita akan beralih mempelajari tentang pasar
faktor produksi (bagian bawah diagram lingkar kegiatan ekonomi.
Pada dasarnya harga input juga ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Dalam kasus ini perusahaan berada pada posisi permintaan dan penggunaan input
untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Input-input pada pasar input disuplai oleh
para individu melalui pekerjaan yang mereka lakukan dan sumber daya modal yang
disediakan oleh tabungan mereka.
Kita telah membahas beberapa pasar output bersaing sempurna di mana
produsen tidak memiliki kekuatan pasar, sedang produsen pada pasar yang lainnya
memiliki kekuatan pasar. Hal yang juga berlaku untuk pasar faktor. Pada bab ini kita
akan membahas tiga struktur pasar input yang berbeda yaitu; (1) pasar input yang
bersaing sempurna, (2) pasar di mana pembeli input memiliki kekuatan monopsoni,
dan (3) pasar di mana penjual input memiliki kekuatan monopoli.

12.1. Pasar Faktor Input yang Bersaing Sempurna

Pasar input yang bersaing adalah pasar di mana terdapat banyak penjual dan
pembeli suatu faktor produksi, seperti tenaga kerja dan bahan baku. Oleh karena tidak
satu pun pembeli dan penjual tunggal dapat mempengaruhi harga suatu input tertentu,
sehingga masing-masing penjual dan pembeli adalah menerima harga (price taker).
Misalnya apabila masing-masing perusahaan membeli batu merah untuk membangun
rumah, masing-masing perusahaan membeli sebagian kecil dari total volume batu
366

merah yang tersedia, keputusan pembelian perusahaan itu tidak satupun yang dapat
mempengaruhi harga batu merah. Seperti halnya dengan pembeli, apabila masing-
masing pemasok batu merah menguasai pangsa pasar yang kecil, maka tidak satu
pun keputusan masing-masing pemasok dapat mempengaruhi harga batu merah yang
dijualnya.
Kita mulai dengan menganalisis permintaan untuk satu faktor untuk masing-
masing perusahaan. Permintaan untuk masing-masing perusahaan ini dijumlahkan
untuk mendapatkan permintaan pasar. Selanjutnya kita beralih pada sisi penawaran
pasar dan memperlihatkan bagaimana harga pasar dan tingkat input ditentukan.

Permintaan Input Faktor Apabila Hanya Satu Input Berubah

Seperti halnya dengan kurva permintaan untuk produk yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan, kurva permintaan untuk faktor input turun ke kanan bawah.
Permintaan input pada dasarnya tergantung pada volume produksi dan biaya input
dari perusahaan. Oleh karena itu permintaan atas fakor produksi sering disebut
sebagai permintaan yang terkait. Pertanyaan yang muncul berapa banyak faktor
produksi yang akan digunakan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi barang
yang dibutuhkan oleh masyarakat? Ingat bahwa tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan keuntungan. Jadi suatu perusahaan dalam memaksimumkan
keuntungannya menggunakan faktor produksi sampai pada tingkat dimana
keuntungan maksimum akan tercapai. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hal
tersebut dapat dicapai? Penggunaan faktor produksi yang dapat memaksimumkan
keuntungan apabila memenuhi kriteria yaitu: biaya produksi tambahan yang
dibayarkan kepada faktor produksi tambahan itu sama dengan hasil penjualan
tambahan yang diperoleh dari produksi tambahan yang diperoleh dari tambahan
faktor produksi tersebut (penerimaan marjinal = pengeluaran marjinal; MR=ME).
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan penerimaan marjinal sama
dengan pengeluaran marjinal perhatikan contoh berikut; Misalkan seorang produsen
sedang mempertimbangkan untuk menambah satu unit tambahan input, katakanlah
367

tenaga kerja, dan untuk melaksanakannya maka ia harus mengeluarkan biaya


produksi tambahan dalam bentuk upah tenaga kerja sebesar Rp. 2 juta. Apakah yang
akan dilakukan oleh produsen tersebut sekiranya produk tambahan yang diciptakan
oleh tenaga kerja tambahan tersebut sebesar Rp. 2,2 juta, Rp. 2 juta dan Rp. 1,8 juta.
Andaikan produsen memperoleh hasil penjualan tambahan sebesar Rp. 1.8
juta, maka tentunya keuntungan yang diperoleh produsen tersebut akan berkurang
sebanyak Rp. 200 ribu, dan ini akan membuat mereka membatalkan menambah
tenaga kerja. Sebaliknya apabila tambahan hasil penjualan sebesar Rp. 2,2 juta, maka
produsen akan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp. 200 ribu, dan tentunya
akan memutuskan untuk menambah tenaga kerja. Namun sekiranya produsen hanya
menerima tambahan hasil penjualan sebesar Rp. 2 juta, maka produsen dapat memilih
salah satu dari dua keputusan berikut: membatalkan atau menerima tambahan tenaga
kerja tersebut. Kedua keputusan ini pada dasarnya tidak mempengaruhi keuntungan
yang mereka peroleh. Oleh karena itu pada tingkat penggunaan faktor produksi
tersebut, produsen telah mencapai tingkat keuntungan maksimum.
Setelah memahami bagaimana seorang produsen bertindak dalam
menggunakan tambahan faktor produksi untuk memaksimumkan keuntungan
perhatikan Tabel 12.1.

Tabel 12.1. Tambahan Tenaga Kerja, Produksi Marjinal, Penerimaan Marjinal


Total Produksi Fisik Harga T. Penerimaan Hasil Penjualan
T.Kerja Produksi Marjinal barang Produk Produksi Marjinal
(TPP) (MPP) (P) (TRP=TPPxP) MRP=(ӘTRP/ӘTK)
0 0 - 10.000 0 0
1 12 12 10.000 120.000 120.000
2 22 10 10.000 220.000 100.000
3 31 9 10.000 310.000 90.000
4 39 8 10.000 390.000 80.000
5 45 6 10.000 450.000 60.000
6 50 5 10.000 500.000 50.000
7 53 3 10.000 530.000 30.000
8 55 2 10.000 550.000 20.000
9 55 0 10.000 550.000 0
10 54 -1 10.000 540.000 -10.000
368

Tabel 12.1 menunjukkan perubahan jumlah faktor produksi tenaga kerja


sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bagaimana jumlah faktor produksi tenaga kerja
dan volume produksi ditunjukkan pada jumlah produksi fisik (TPP, total physical
product) yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja. Misalnya 4 orang tenaga kerja
sebanyak 39 unit, dan 7 tenaga kerja dengan jumlah produksi 53 unit. Kolom
pertambahan produksi (MPP, marjinal physical products) yang menunjukkan
pertambahan volume produksi sebagai akibat dari penambahan satu unit tenaga kerja.
Apabila tenaga kerja ditambahkan dari 0 menjadi 1, maka volume produksi
bertambah menjadi 12 unit, dan apabila tenaga kerja ditambah satu lagi (2 orang)
maka volume produksi bertambah menjadi 22 jadi produksi fisik marjinal adalah 10
unit. Berdasarkan angka pada Tabel 21.1, maka dapat dibuat kurva TPP, MPP dan
MRP seperti ditunjukkan pada Gambar 12.1.

TRP/MRP

TRP

MRP

Gambar 12.1. Kurva TRP dan MRP


369

Hasil penerimaan total produksi (TRP, total revenue product) diperoleh


dengan mengalikan jumlah volume produksi dengan harga jual produk (P). Misalnya
produksi sebesar 12 unit dengan harga sebesar Rp. 10.000, maka TPP adalah Rp.
120.000. Hasil penerimaan produksi marjinal (MRP, marjinal revenue Products)
diperoleh dengan cara membagi antara perubahan total penerimaan dengan total
perubahan tenaga kerja. Misalnya total penerimaan dari satu tenaga kerja menjadi dua
tenaga kerja adalah Rp. 120.000 menjadi Rp. 220.000, jadi besarnya perubahan
adalah Rp. 100.000, maka marjinal revenue produk adalah Rp. 100.000 dibagi 1, jadi
marjinal produk adalah Rp. 100.000.
Seorang produsen akan memaksimumkan keuntungannya apabila mereka
melakukan penambahan input sampai pada tingkat penerimaan marjinal sama dengan
harga faktor produksi yang digunakan. Jadi keuntungan maksimum dapat diperoleh
produsen pada MRP = W di mana W adalah upah tenaga kerja.

Upah

1000
MRPL=D

600

400

200 ME

0 5 7 8 T. Kerja
Gambar 12.2. Penentuan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan

Tabel 12.1 dan Gambar 11.1 telah diketahui total penerimaan produk (TRP)
dan marjinal penerimaan produk (MRP), maka tingkat produksi yang
370

memaksimalkan keuntungan dapat diketahui apabila harga faktor produksi diketahui


(upah tenaga kerja, W). Misalkan upah tenaga kerja (W) sebesar Rp. 20.000, maka
pada saat perusahaan menggunakan 8 orang tenaga kerja, maka hasil penjualan
marjinal adalah Rp. 20.000. Dengan demikian maka penggunaan tenaga kerja ke 8
bagi perusahaan tidak menambah keuntungan. Oleh karena itu perusahaan tidak akan
menambah lagi tenaga kerja baru. Apabila perusahaan menambah tenaga kerja
menjadi 9 orang, berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan akan berkurang. Jadi
untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan hanya akan menggunakan 8 orang
tenaga kerja.
Secara grafik penentuan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dilakukan
dengan menggunakan kurva marginal revenue produk (MRP) dan kurva upah tenaga
kerja seperti terlihat pada Gambar 12.2.

Permintaan Input Faktor Apabila Beberapa Input Berubah

Apabila suatu perusahaan pada waktu yang sama memilih dua input yang
berubah atau lebih, maka masalah perekrutan tersebut akan menjadi lebih sulit karena
perubahan harga satu input akan mengubah permintaan input yang lainnya. Misalkan
tenaga kerja dan mesin adalah input yang berubah untuk memproduksi satu produk.
Misalkan kita ingin menentukan kurva permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja.
Misalkan upah turun, maka mungkin permintaan akan tenaga kerja akan meningkat,
walaupun investasi untuk mesin tidak berubah. Namun karena tenaga kerja tidak
begitu mahal, maka biaya marjinal untuk memproduksi suatu produk akan turun.
Konsekuensinya akan menguntungkan apabila perusahaan tersebut dapat
meningkatkan outputnya. Dalam kondisi ini perusahaan mungkin akan menambah
investasi dalam mesin untuk menambah kapasitas produksinya. Penambahan
pemakaian mesin akan menyebabkan kurva permintaan marjinal tenaga kerja
bergeser ke kanan, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan akan tenaga
kerja. Seperti terlihat pada Gambar 12.3.
371

Gambar 12.3 menunjukkan bahwa pada saat tingkat upah sebesar Rp. 70 ribu
per hari, perusahaan membutuhkan tenaga kerja sebesar 10 orang sebagaimana
ditunjukkan oleh pada titik A pada kurva MRPL1. Misalkan sekarang upah turun
menjadi Rp. 50 ribu per hari, karena penerimaan marjinal produk dari tenaga kerja
atas produk tersebut sekarang lebih besar dari pada tingkat upahnya, maka
perusahaan akan meminta lebih banyak tenaga kerja. Namun karena MRPL1
menggambarkan permintaan akan tenaga kerja ketika pemakaian mesin tersebut
sudah tetap. Dengan jumlah tenaga kerja yang lebih besar mengakibatkan produk
marjinal modal tersebut meningkat, akan mendorong perusahaan menambah mesin
dengan membeli atau menyewa lebih mesin, sehingga produk marjinal tenaga kerja
tersebut meningkat dengan adanya tambahan mesin. Karena itu kurva penerimaan
marjinal produk akan bergeser ke kanan ke MRPL2.

Upah
100

A
70

50 B
C

DL
20 MRPL2
MRPL1

0 10 20 30 T. Kerja
Gambar 12.3. Kurva Permintaan Perusahaan untuk Tenaga Kerja
dengan Modal Berubah

Jadi apabila tingkat upah turun, maka perusahaan akan menggunakan 20


orang tenaga kerja. Hal tersebut ditunjukkan oleh titik B pada kurva permintaan, dan
372

bukan 15 orang seperti ditunjukkan pada titik C. Titik A dan B keduanya berada pada
kurva permintaan tenaga kerja dengan mesin yang berubah (DL). Perhatikan bahwa
kurva permintaan tenaga kerja terlihat elastis daripada kedua kurva produk marjinal
tenaga kerja yang ada. Dengan demikian apabila input modal berubah dalam jangka
panjang, akan terdapat elastisitas permintaan yang lebih besar karena perusahaan-
perusahaan dapat mengganti modal dengan tenaga kerja dalam proses produksinya.

Penawaran Input Untuk Perusahaan

Dalam pasar input yang bersaing secara sempurna, suatu perusahaan dapat
membeli input sebanyak yang dikehendakinya dengan harga yang tetap, yang
ditentukan oleh kurva permintaan dan penawaran sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 12.4(a). Dengan demikian, kurva penawaran input yang dihadapi suatu
perusahaan adalah elastis sempurna. Jadi Gambar 12.4(b) perusahaan membeli input
seharga Rp. 50 ribu per unit untuk diolah menjadi output. Oleh karena perusahaan ini
hanya merupakan bagian kecil daripada pasar input tersebut, maka perusahaan dapat
membeli input tersebut sesuai dengan yang diinginkannya tanpa dapat mempengaruhi
harga input tersebut.

P
P
100
S

ME=AE
50 50

D MRP
20
1000 Jumlah 100 Jumlah
(a) (b)
Gambar 12.4. Penawaran Input Perusahaan dalam Pasar Input
Bersaing Sempurna
373

Pertanyaan yang muncul berapa banyak input yang seharusnya dibeli suatu
perusahaan dalam faktor yang bersaing sempurna? Jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah sejauh kurva penerimaan marjinal produknya (MRP) berada di atas kurva
pengeluaran marjinal (ME), maka laba dapat ditingkatkan dengan membeli lebih
banyak input. Karena laba satu unit tambahan (MRP) di atas dari pengeluaran
marjinalnya (ME). Sebaliknya apabila kurva penerimaan marjinal produknya berada
di bawah kurva pengeluaran marjinalnya, berarti beberapa unit input menghasilkan
tambahan penerimaan lebih kecil dari biayanya. Oleh karena itu memaksimumkan
biaya mensyaratkan agar penerimaan marjinal produknya sama dengan biaya
marjinalnya.

ME = MRP

Apabila kita mempertimbangkan kasus input yang bersaing sempurna, maka


kita menemukan bahwa perusahaan tersebut membeli input, seperti tenaga kerja
sampai pada titik di mana penerimaan marjinal produknya sama dengan harga input
(W). Oleh karena itu dalam kasus pasar input yang bersaing sempurna, persyaratan
untuk memaksimumkan keuntungan adalah harga input sama dengan pengeluaran
marjinalnya.

ME = W

Pada contoh harga input Rp. 50 ribu per unit, ditentukan dalam pasar input
yang bersaing sempurna sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.4(a) pada titik
potong kurva permintaan dan penawaran. Gambar 12.4(b) menunjukkan jumlah input
yang dibeli oleh suatu perusahaan pada titik potong kurva pengeluaran marjinal (ME)
dan kurva penerimaan marjinal produk (MRP). Apabila perusahaan memeli 100 unit
input, pengeluaran marjinal sebesar Rp. 50 ribu sama dengan penerimaan marjinal
374

atas penjualan produk. Apabila kurang dari 100 unit input yang digunakan, maka
perusahaan ini akan kehilangan kesempatan memperoleh tambahan laba atas
penjualan produknya. Apabila menggunakan input lebih dari 100 unit, maka biaya
marjinal input tambahan tersebut lebih besar dari penerimaan marjinal dari penjualan
produk tambahan tersebut.

Penawaran atas Pasar Input

Dalam pasar barang kita telah mengetahui bahwa kurva penawaran barang
biasanya melengkung ke atas, karena biaya marjinal untuk memproduksi suatu barang
biasanya meningkat. Pada dasarnya hal yang sama juga berlaku untuk kurva
penawaran pasar dalam pasar input. Meskipun demikian apabila input tersebut berupa
tenaga kerja, maka orang per oranglah yang mengambil keputusan bukan perusahaan.
Dalam kasus seperti ini adalah memaksimalkan kegunaan dari karyawan dan bukan
memaksimalkan laba oleh perusahaan dalam menentukan penawaran. Kurva
penawaran pasar tenaga kerja dapat melengkung ke atas, namun mungkin juga akan
melengkung ke belakang seperti terlihat pada Gambar 12.5. Dengan kata lain tingkat
upah yang lebih tinggi dapat menyebabkan lebih sedikit tenaga kerja yang
ditawarkan.
Untuk menjelaskan mengapa kurva penawaran tenaga kerja melengkung
kebelakang, kita perlu membagi waktu dalam satu hari ke dalam waktu kerja dan
waktu senggang. Waktu senggang yaitu waktu kegiatan non kerja yang
menyenangkan, termasuk tidur, makan. Pekerjaan yang bermanfaat bagi karyawan
hanya melalui pedapatan yang diperolehnya. Kita juga perlu mengasumsikan bahwa
karyawan mempunyai fleksibilitas untuk memilih berapa jam yang harus digunakan
dalam satu hari untuk bekerja dan berapa jam untuk waktu senggang.

Upah
100
Penawaran Tenaga Kerja

70

50
375

Pada dasarnya besarnya upah yang diberikan kepada pekerja mengukur


jumlah uang dikorbankan oleh seorang pekerja untuk menikmati waktu senggangnya.
Oleh karena itu apabila tingkat upah meningkat, maka harga waktu senggang juga
ikut meningkat. Perubahan harga ini menyebabkan efek substitusi maupun efek
pendapatan. Efek substitusi timbul karena harga waktu senggang yang lebih tinggi
mendorong para pekerja untuk mengganti waktu kerja dengan waktu senggang.
Sementara efek pendapatan timbul karena dengan meningkatnya upah, maka
meningkatkan daya beli para pekerja. Dengan pendapatan yang lebih tinggi
menyebabkan pekerja dapat membeli lebih banyak barang, dan salah satu di
antaranya adalah kesenangan. Apabila makin banyak waktu senggang yang dipilih,
hal tersebut disebabkan karena efek pendapatan telah mendorong pekerja untuk
bekerja dalam waktu yang lebih singkat. Jadi efek pendapatan dapat menjadi lebih
besar karena upah merupakan komponen utama dari pendapatan kebanyakan orang.
Apabila efek pendapatan melebihi efek substitusinya, maka hasilnya adalah suatu
kurva penawaran yang melengkung ke belakang.

Pendapatan
S
960

W=40

Q
480

W=20
A
376

Gambar 12.6 menunjukkan bahwa para pekerja dapat memaksimumkan


kegunaan dengan memilih titik B dengan menikmati waktu senggang per hari selama
15 jam (jam kerja 9 jam), dan memperoleh upah sebesar Rp. 180 ribu per hari.
Apabila upah naik menjadi Rp. 40 ribu per jam, maka garis anggaran tersebut akan
bergeser ke garis RQ. Sekarang pekerja memaksimumkan kegunaan dengan memilih
menggunakan 19 jam waktu senggang ( hanya 5 jam waktu kerja), dan memperoleh
upah sebesar Rp. 200 ribu per hari. Seandainya hanya efek substitusi yang muncul,
maka tingkat upah yang lebih tinggi akan mendorong pekerja tersebut bekerja selama
12 jam pada titik A, bukan 8 jam dan memperoleh upah sebesar Rp. 240 ribu per
hari. Karena efek pendapatan berlaku pada arah yang berlawanan, sehingga
mengatasi efek substitusi dan menurunkan waktu kerja dari para pekerja dari 9 jam
menjadi 5 jam.

Keseimbangan dalam Pasar Faktor yang Bersaing Sempurna

Dalam pasar persaingan sempurna untuk faktor input keseimbangan tercapai


apabila harga input sama dengan jumlah yang diminta dan jumlah yang ditawarkan.
Gambar 12.7, menunjukkan keseimbangan dalam pasar persaingan sempurna. Pada
titik E tingkat upah keseimbangan adalah W*, dan jumlah tenaga kerja yang
377

ditawarkan adalah L*. Oleh karena tenaga kerja dan perusahaan mempunyai
informasi yang sempurna, maka semua tenaga kerja menerima upah yang sama dan
menghasilkan marjinal produk tenaga yang sama pula dimanapun mereka bekerja.
Apabila setiap pekerja mempunyai upah yang lebih rendah, dari produk marjinalnya,
maka perusahaan akan merasa lebih diuntungkan dan menawarkan kepada pekerjanya
dengan upah yang lebih tinggi.

Upah

SL = AE

E
W*

DL = MRPL

0 L* Tenaga Kerja
Gambar 12.7. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Output Bersaing Sempurna

Apabila pasar output juga bersaing dengan sempurna, maka kurva permintaan
untuk suatu input, dimaksudkan untuk mengukur keuntungan yang diberikan oleh
konsumen produk tersebut pada penggunaan tambahan input dalam proses
produksinya. Tingkat upah juga mencerminkan biaya bagi perusahaan untuk
konsumen dengan menggunakan unit input tambahan. Jadi keseimbangan pasar titik
E menunjukkan keuntungan marjinal satu orang tenaga kerja sama dengan biaya
marjinal (tingkat upah, W).
Apabila pasar input dan output sama-sama bersaing dengan sempurna, maka
sumber daya yang digunakan menjadi efisien, karena perbedaan antara keuntungan
total dan biaya total dimaksimumkan. Efisiensi menuntut bahwa penerimaan
378

tambahan yang dihasilkan dengan mempekerjakan tambahan satu orang tenaga kerja,
sama dengan keuntungan bagi konsumen atas output tambahan tersebut, yang
ditunjukkan oleh harga produk tersebut dikali produk marjinal tenaga kerja (MRP L x
P).

Upah

SL = AE
VM

WM A

P x MPL

DL = MRPL

0 LM Tenaga Kerja
Gambar 12.8. Keseimbangan dalam Pasar Keluaran Monopolistik

Sebaliknya apabila pasar output tidak bersaing secara sempurna, maka kondisi
MRPL = P x MPL, tidak lagi berlaku. Gambar 12.8 menunjukkan kurva produk
marjinal dikali harga (MPL x P) berada di atas kurva penerimaan marjinal produk
(MRPL). Titik A adalah upah keseimbangan perusahaan monopoli (WM), dan
penawaran tenaga kerja keseimbangan adalah LM. Tetapi karena harga produk
tersebut merupakan ukuran nilai bagi masing-masing konsumen atas unit tambahan
unit output yang mereka beli (P x MP) merupakan nilai yang diberikan konsumen
pada unit tambahan tenaga kerja. Oleh karena itu, apabila tenaga kerja LM,
dipekerjakan, maka biaya marjinal bagi perusahaan tersebut adalah WM, lebih kecil
dari manfaat marjinalnya bagi konsumen (VM). Jadi walaupun perusahaan
memaksimalkan labanya, tetapi outputnya berada di bawah tingkat yang efisien dan
379

perusahaan tersebut menggunakan input lebih sedikit dari tingkat input yang efisien. Efisiensi
ekonomi akan meningkat apabila menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan akhirnya
output lebih banyak yang dihasilkan.

12.2. Pasar Faktor Input Monopsoni

Pada bagian sebelumnya kita telah membahas tentang permintaan dan


penawaran input dalam kondisi pasar persaingan sempurna, di mana para pembeli dan
penjual merupakan penerima harga (price takers). Pada bagian ini kita akan
membahas seorang pembeli yang hanya satu (monopsoni) dari sisi permintaan faktor
produksi. Pada bagian ini kita juga berasumsi bahwa pasar output berada dalam
persaingan sempurna.
Ketika kita memutuskan berapa banyak barang yang akan dibeli, maka anda
akan terus menaikkan jumlah unit yang dibeli hingga nilai tambahan dari unit terakhir
yang dibeli (nilai marjinal) benar-benar sama dengan biaya unit tersebut (pengeluaran
rata-rata). Dalam persaingan sempurna, harga yang anda bayarkan untuk barang
tersebut (pengeluaran rata-rata) sama dengan pengeluaran marjinalnya. Berbeda
halnya apabila anda mempunyai kekuatan monopsoni, maka pengeluaran marjinalnya
akan lebih besar dari pada pengeluaran rata-ratanya sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 12.9.
Dalam pasar monopsoni kurva penawaran faktor yang dihadapi adalah kurva
penawaran pasar, yang menunjukkan berapa banyak yang bersedia dijual oleh
pemasok faktor tersebut apabila harga faktor tersebut naik. Oleh karena para pelaku
dalam pasar monopsoni membayar harga yang sama untuk masing-masing unit, maka
kurva penawaran dalam monopsoni sama dengan kurva pengeluaran rata-rata. Kurva
penawaran rata-rata melandai ke atas, karena keputusan untuk membeli satu unit
tambahan akan menaikkan harga yang harus dibayarkan untuk semua unit input,
bukan hanya unit terakhir. Namun untuk satu perusahaan yang akan memaksimalkan
keuntungan, kurva penawaran marjinal menjadi relevan dalam memutuskan berapa
banyak input yang harus dibeli. Kurva pengeluaran marjinal terletak di atas kurva
pengeluaran rata-rata. Apabila perusahaan menaikkan harga faktor produksinya untuk
380

menggunakan lebih banyak unit, maka perusahaan harus membayar semua unit
dengan harga yang lebih tinggi, bukan hanya unit terakhir yang digunakan.

Upah

ME
SL= AE

E
WC

W*

D = MRPL=MV

0 L* LC Tenaga Kerja

Gambar 12.9. Kurva Pengeluaran Marjinal dan Pengeluaran Rata-rata

Gambar 12.9. menunjukkan bahwa apabila pembeli suatu input memiliki


kekuatan monopsoni, maka kurva pengeluaran marjinalnya terletak di atas kurva
pengeluaran rata-rata, karena keputusan untuk membeli satu unit tambahan akan
menaikkan harga input yang harus dibayarkan untuk semua unit, bukan hanya untuk
terakhir. Jumlah unit input yang dibeli sebesar L*, pada perpotongan kurva
penerimaan produk marjinal dan kurva pengeluaran marjinalnya. Tingkat upah yang
dikenakan adalah W* akan lebih rendah dari tingkat upah pada pasar bersaing yaitu
W C.

Keputusan Pembelian Input Perusahaan


381

Pertanyaan yang muncul adalah berapa banyak input yang seharusnya dibeli
perusahaan? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan seharusnya membeli
input sampai dimana pengeluaran marjinal sama dengan penerimaan marjinal produk.
Dalam hal ini penerimaan dari unit terakhir yang dibeli (MRP) sama dengan biaya
marjinalnya. Gambar 12.9 menunjukkan tentang prinsip ini untuk satu pasar tenaga
kerja. Perhatikan bahwa para pelaku monopsoni menggunakan unit tenaga L* dimana
pada titik itu ME=MRPL, tingkat upah tenaga kerja W* ditunjukkan dengan
menemukan titik pada kurva pengeluaran rata-rata atau kurva penawaran dengan
jumlah tenaga kerja sebesar L*.
Seorang pembeli yang mempunyai kekuatan monopoli akan memaksimumkan
keuntungannya dari suatu pembelian dengan membeli hingga titik di mana nilai
marjinal sama dengan pengeluaran marjinal MV=ME. Jadi bagi suatu perusahaan
yang membeli input faktor, MV benar-benar merupakan nilai dari penerimaan
marjinal faktor (MRP) tersebut. Jadi kita peroleh sama dengan dalam kasus pasar
faktor bersaing (ME=MRP).
Perhatikan kembali Gambar 12.9, bahwa para pelaku monopsoni
menggunakan lebih sedikit tenaga kerja dari perusahaan yang tidak memiliki
kekuatan monopsoni. Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing jumlah pekerja yang
gunakan adalah sebesar LC, pada saat itu jumlah tenaga yang diminta sama dengan
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Perhatikan juga bahwa perusahaan monopsoni
tersebut akan membayar kepada pekerjanya sebesar W* lebih rendah dari upah pada
pasar besaing WC yang semestinya dibayarkan pada pasar yang bersaing sempurna.
Kekuatan monopsoni pada dasarnya dapat timbulan dengan cara berbeda.
Apabila suatu perusahaan membeli komponen yang tidak dibeli oleh satupun
perusahaan lain, maka perusahaan itu akan mungkin menjadi pelaku monopsoni
dalam pasar untuk komponen tersebut. Sumber lainnya dapat berupa lokasi suatu
bisnis, perusahaan tersebut mungkin menjadi satu-satunya perusahaan yang
memberikan pekerjaan dalam suatu daerah. Kekuatan monopsoni dapat juga timbul
apabila para membeli suatu faktor membentuk kartel untuk membetasi pembelian
382

faktor tersebut, sehingga mereka dapat membelinya dengan harga yang lebih murah
dari pada harga yang bersaing.
Dalam kenyataannya, hanya sedikit dalam perekonomian dewasa ini
merupakan pelaku monopsoni murni. Akan tetapi perusahaan-perusahaan sering
mempunyai kekuatan monopsoni, karena volume pembelian mereka menguasai
sebagian besar pasar tersebut. Suatu perusahaan tambang atau perusahaan lainnya
yang merupakan satu-satunya memberi kerja utama dalam suatu daerah juga
mempunyai kekuatan monopsoni dalam pasar tenaga kerja di daerah tersebut.

12.3. Pasar Faktor Input Monopoli

Seperti halnya dengan monopsoni, penjual input juga dapat memiliki kekuatan
monopoli. Penjual suatu input dapat memiliki kekuatan monopoli seperti halnya
ketika suatu perusahaan memiliki hal paten untuk memproduksi produk Windows,
yang tidak dapat digandakan oleh perusahaan lain. Bagaimana serikat pekerja dalam
suatu negara atau daerah memiliki kekuatan monopoli dalam meningkatkan upah dari
para anggotanya. Karena contoh penting kekuatan monopoli dalam pasar faktor
adalah melibatkan serikat pekerja. Oleh karena itu pada bagian ini kita akan melihat
bagaimana serikat pekerja yang merupakan pelaku monopoli dalam penjualan jasa
tenaga kerja dapat meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya dan sangat besar
pengaruhnya terhadap para pekerja yang tidak termasuk dalam anggotanya.

Kekuatan Monopoli terhadap Tingkat Upah

Pada beberapa negara, serikat pekerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam meningkatkan kesejahteraan dari para anggotanya. Para serikat pekerja
melakukan aksi demo dan mogok kerja dalam upaya untuk meningkatkan upah dari
para pekerja yang ada. Gambar 12.10 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja
tanpa kekuatan monopoli. Kurva tersebut adalah penjumlahan dari produk-produk
penerimaan marjinal dari perusahaan yang bersaing untuk membeli tenaga kerja.
Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan bagaimana anggota-anggota serikat
383

pekerja akan menawarkan tenaga kerja, apabila serikat butuh tersebut tidak memiliki
kekuatan monopoli. Dalam kasus ini pasar tenaga kerja adalah bersaing di mana D L
menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja, dan SL menunjukkan kurva penawaran
tenaga kerja. Titik E merupakan titik keseimbangan yang menunjukkan bahwa
jumlah pekerja yang dibutuhkan sebesar L* dengan upah sebesar W*.
Dengan kekuatan monopolinya, maka serikat pekerja dapat memilih setiap
tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sesuai dengan keinginannya,
sama seperti penjual monopoli output dapat memilih harga dan jumlah output yang
sesuai. Apabila serikat pekerja yang ada ingin memaksimalkan jumlah tenaga kerja
yang direkrut, maka serikat pekerja akan memilih hasil yang bersaing pada E. Namun
apabila serikat pekerja ingin memperoleh upah yang lebih tinggi dari upah bersaing,
maka serikat pekerja dapat membatasi pekerjaannya pada LM. Dampaknya adalah
perusahaan akan membayar tingkat upah sebesar WM. Jadi dalam kondisi ini anggota-
anggota pekrja yang bekerja lebih diuntungkan, namun bagi anggota yang tidak
mendapat pekerjaan sangat dirugikan.

Upah

AA
WM
SL
W0
E
W*
B
C

B
C
DL
MR

0 LM L0 L* Tenaga Kerja

Gambar 12.9. Kekuatan Monopoli Serikat Pekerja


384

Pertanyaan yang muncul apakah suatu kebijakan pembatasan keanggotaan


serikat pekerja mempunyai manfaat? Apabila serikat pekerja ingin memaksimalkan
rente ekonomi yang diperoleh para pekerjanya, maka jawabannya adalah Ya. Dengan
membatasi jumlah keanggotaan, maka serikat pekerja tersebut bertindak seperti
sebuah pelaku monopoli yang membatasi output untuk memaksimalkan upah para
pekerjanya. Bagi perusahaan laba adalah penerimaan yang diperoleh setelah
dikurangi dengan biaya-biaya ekonomi. Bagi suatu serikat pekerja laba yang
diperoleh adalah upah yang diperoleh para anggotanya sebagai sebuah kelompok
yang melebih biaya ekonomis mereka. Untuk memaksimumkan rente ekonomi, maka
serikat pekerja yang ada harus dapat memilih jumlah anggota yang direkrut sehingga
penerimaan marjinal bagi serikat pekerja sama dengan biaya tambahan dalam
membujuk pekerja untuk pekerja. Biaya ini pada dasarnya merupakan biaya
kesempatan marjinal, karena hal tersebut merupakan ukuran dari apa yang harus
ditawarkan sebuah perusahaan kepada seorang pekerja tambahan agar ia bekerja pada
perusahaan tersebut. Akan tetapi upah yang diperlukan untuk membujuk pekerja
tambahan untuk menerima pekerjaan ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja
SL.
Kombinasi jumlah pekerja dan tingkat upah yang memaksimumkan upah dari
para pekerja ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva MR dan kurva S L. Kita telah
memilih kombinasi antara kesempatan kerja LM dan tingkat upah WM dengan tetap
memperhatikan maksimisasi rente ekonomi. Daerah WMABC menajukkan surplus
produsen (rente ekonomi yang diperoleh para pekerja).
Kebijakan memaksimumkan rente ekonomi mungkin menguntungkan bagi
para pekerja non serikat apabila ia dapat memperoleh pekerjaan non serikat.
Sebaliknya apabila pekerjaan itu tersedia, maka maksimisasi rente ekonomi dapat
menciptakan perbedaan yang terlalu tajam. Tujuan alternatif yaitu untuk
memaksimumkan seluruh upah yang diterima oleh anggota serikat, seperti telihat
pada Gambar 12.10. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka jumlah pekerja yang
dipekerjakan dinaikkan dari LM ke L0, sehingga penerimaan marjinal dari serikat
pekerja sama dengan nol. Oleh karena setiap perusahaan menurunkan tingkat
385

upahnya, maka upah maksimum sesudah upah diturunkan adalah sebesar W0 dengan
jumlah pekerja sebesar L0.

Pekerja yang Menjadi Anggota dan Bukan Anggota Serikat Kerja

Apabila sekiranya serikat pekerja yang ada menggunakan kekuatan


monopolinya untuk menaikkan upah para anggotanya, maka makin sedikit anggota
serikat buruh yang direkrut. Hal tersebut disebabkan karena sebagian pekerja akan
pindah ke sektor non serikat pekerja atau sejak awal telah memilih untuk tidak
bergabung dengan serikat pekerja tersebut. Perlu dipahami bahwa apa yang terjadi
pada non serikat pekerja dalam perekonomian.
Misalkan penawaran total pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja dan
bukan anggota serikat pekerja adalah tetap seperti terlihat pada Gambar 12.11 tentang
penawaran tenaga kerja pada kedua sektor tersebut digambarkan pada S L. Permintaan
tenaga kerja untuk perusahaan pada serikat buruh ditunjukkan oleh DU, dan
permintaan untuk non serikat pekerja ditunjukkan oleh DNU. Total permintaan pasar
adalah jumlah horizontal permintaan pada kedua sektor yang ditunjukkan oleh DL.

Upah per
pekerja SL

WU
B
W*
WNU

C DL
DU DNU

0 ∆LU ∆LNU Tenaga Kerja

Gambar 12.11. Diskriminasi Upah pada Sektor Serikat Pekerja dan Non
Serikat Pekerja
386

Misalkan serikat pekerja memilih untuk menaikkan tingkat upah para


pekerjanya di atas upah yang bersaing (W*), menjadi WU. Pada tingkat upah tersebut
jumlah pekerja yang direkrut pada sektor tersebut akan turun sebesar ∆LU, seperti
terlihat pada sumbu horizontal. Pada sisi lain para pekerja non serikat, karena mereka
bekerja pada sektor non serikat pekerja, maka tingkat upah pada sektor ini
disesuaikan dengan harga pada pasar tenaga kerja tersebut (titik keseimbangan).
Pada tingkat upah yang baru sektor non serikat pekerja WNU, adalah sejumlah
pekerjaan tambahan yang dibutuhkan pada sektor non serikat pekerja ∆LNU, sama
dengan jumlah pekerja yang meninggalkan sektor serikat pekerja.
Dengan demikian konsekuensi dari strategi serikat pekerja untuk
meningkatkan upah para anggota yang bekerja, maka upah pekerja pada sektor non
serikat buruh turun. Keberadaan serikat pekerja dapat memperbaiki kondisi kerja dan
memberikan informasi yang berguna kepada pekerja dan manajemen perusahaan,
tetapi apabila permintaan tenaga kerja tidak elastis sempurna, maka pekerja serikat
buruh dapat terbantu dengan mengorbankan pekerja yang berada di luar serikat.

Ringkasan Bab 12.

Teori permintaan dan penawaran atas faktor produksi menguraikan tentang


permintaan dan penawaran faktor produksi, dan penentuan harga faktor produksi.
Konsep ini menjelaskan bagaimana harga faktor produksi yang digunakan ditentukan.
Di samping itu juga dijelaskan tentang syarat yang perlu dipenuhi untuk
memaksimumkan keuntungan.
Dalam pasar faktor input yang bersaing sempurna suatu perusahaan dalam
pasar input tenaga kerja menerima tenaga tambahan tenaga kerja sampai pada titik di
mana penerimaan marjinal atas produknya sama dengan tingkat upah yang
dibayarkan. Prinsip ini pada dasarnya sama dengan kondisi output yang
memaksimumkan laba, di mana produksi harus dinaikkan sampai penerimaan
marjinal sama dengan biaya marjinal.
387

Dalam pasar input yang bersaing sempurna, perusahaan diasumsikan sebagai


penerima harga dalam arti bahwa para membeli input diasumsikan tidak akan
mempunyai pengaruh terhadap harga. Oleh karena itu kurva penerimaan marjinal dan
pengeluaran rata-rata perusahaan adalah sama-sama elastis sempurna.
Kurva penawaran tenaga kerja tidak selamanya melandai ke atas. Kurva
penawaran tenaga kerja dapat melengkung ke belakang apabila efek pendapatan
terhadap upah yang lebih tinggi (pekerja lebih memilih waktu senggang lebih banyak
karena waktu senggang pada dasarnya merupakan barang normal) yang terkait
dengan tingkat pendapatan, lebih besar dari efek substitusinya.
Apabila suatu perusahaan memiliki kekuatan monopsoni dalam pembelian
input, maka kurva pengeluaran marjinalnya terletak di atas kurva pengeluaran rata-
rata, yang menunjukkan bahwa pelaku monopsoni tersebut harus membayar lebih
tinggi untuk mendapat lebih banyak input dalam memproduksi suatu barang atau jasa.
Apabila penjual input seperti serikat pekerja memiliki kekuatan monopoli,
maka serikat pekerja akan memilih titik pada kurva produk marjinal yang paling
sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan tujuan yang akan
dicapai oleh serikat pekerja yaitu; memaksimumkan lapangan pekerjaan, mendapat
rente ekonomi,dan memaksimumkan upah bagi pekerjanya.

Pertanyaan Bab 12

1. Jelaskan mengapa permintaan terhadap faktor produksi dinamakan permintaan


terkait?
2. Misalkan pasar barang dan faktor input bersaing secara sempurna, uraikan
bagaimana harga faktor produksi dan jumlah faktor produksi yang digunakan
dapat ditentukan?
3. Jelaskan mengapa kurva permintaan tenaga kerja pada suatu perusahaan lebih
inelastis apabila perusahaan tersebut mempunyai kekuatan monopoli dalam pasar
output dibanding apabila perusahaan tersebut berada dalam kondisi bersaing?
388

4. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar gabungan
faktor produksi yang digunakan dapat meminimumkan biaya?
5. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar gabungan
faktor produksi yang digunakan dapat memaksimumkan keuntungan?

6. Jelaskan mengapa kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang?


7. Bandingkan penggunaan tenaga kerja antara pengusaha monopsoni dan
pengusaha bersaing sempurna. Pengusaha mana yang menggunakan tenaga kerja
lebih banyak, dan pengusaha mana yang membayar tenaga kerja lebih mahal.
8. Untuk suatu perusahaan monopoli, bagaimana hubungan antara penawaran suatu
input dan pengeluaran marjinal untuk input tersebut.
9. Diketahui Upah tenaga kerja per hari Rp. 100 ribu dan harga jual produk adalah
Rp. 25 ribu per unit. Jumlah tenaga kerja dan output dalam unit per hari adalah:
Tenaga Kerja (L) Kuantitas (Q)
0 0
1 10
2 25
3 37
4 47
5 55
6 61
7 65
8 68

a. Hitung jumlah tenaga kerja yang memaksimumkan laba perusahaan?


b. Misalkan harga jual produk tetap, namun tingkat upah naik menjadi Rp. 120
ribu per hari, berapa jumlah tenaga kerja baru yang digunakan untuk
memaksimumkan laba?
c. Misalkan tingkat upah tetap, namun harga jual produk turun menjadi Rp. 20
ribu per unit berapa jumlah tenaga kerja baru yang digunakan untuk
memaksimumkan laba?
10. Misalkan terdapat dua kelompok pekerja yaitu satu menjadi anggota serikat
pekerja dan yang lainnya tidak menjadi anggota serikat pekerja. Jelaskan apa
389

yang akan terjadi pada tingkat upah para pekerja yang bukan anggota serikat
pekerja? Dan apa yang akan terjadi pada tingkat upah para pekerja yang menjadi
anggota serikat pekerja?
390

BAB XIII
KESEIMBANGAN UMUM DAN EFISIENSI EKONOMI

Pada pembahasan sebelumnya kita telah menganalisis pasar secara sendiri-


sendiri (parsial). Dalam kenyataan pasar sering terkait, dalam arti bahwa kondisi pada
suatu pasar dapat mempengaruhi harga dan output pada pasar lainnya, hal tersebut
terjadi baik disebabkan karena suatu barang merupakan input untuk produksi barang
lain maupun karena barang tersebut merupakan barang komplementer atau substitusi.
Pada bab ini kita akan menggunakan analisis keseimbangan umum untuk
menunjukkan hubungan timbal balik.
Di samping analisis keseimbangan umum, pada bab ini juga akan
memperkenalkan konsep efisiensi ekonomi yang dimulai pertukaran barang dengan di
antara orang, organisasi, atau negara. Selanjutnya kita menggunakan analisis
pertukaran ini untuk mengetahui bahwa apakah hasil yang diperoleh dalam
perekonomian tersebut adalah adil. Sepanjang hasil diperoleh dalam perekonomian
dianggap tidak adil, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk membantu
melakukan distribusi pendapatan.

13.1. Konsep Keseimbangan Umum

Model-model keseimbangan parsial yang telah dibahas pada bab 7 sampai bab
12 jelas tidak cukup untuk menganalisis semua pengaruh dalam pasar. Oleh karena
itu dibutuhkan sebuah model ekonomi yang memungkinkan kita untuk menganalisis
pasar secara bersamaan. Model keseimbangan umum yang dibahas pada bab ini
memungkinkan kita untuk menganalisis keseimbangan pasar secara simultan.
Berbeda dengan analisis keseimbangan parsial, analisis keseimbangan umum
(general ekuilibrium analisis) menentukan harga dan jumlah produk seluruh pasar
secara bersamaan. Pada prakteknya analisis keseimbangan umum yang lengkap,
mengevaluasi pengaruh-pengaruh perubahan dalam suatu pasar terhadap semua pasar
391

yang lain, namun tidak mungkin dilakukan dengan mudah. Oleh karena kita
membatasi diri pada beberapa pasar yang terkait.

Dua Pasar yang Saling Bergabung–Bergerak ke arah Keseimbangan Umum

Untuk menganalisis saling ketergantungan dalam beberapa pasar, mari kita


perhatikan pasar untuk satu produk misalkan pasar untuk buah manggis, dan tiga
pasar lainnya yang terkait yaitu; (1) pasar untuk pemetik manggis, (2) pasar pakaian,
dan (3) pasar untuk penenun. Misalkan bahwa pada awalnya keempat pasar ini berada
dalam keseimbangan seperti yang ditunjukkan oleh kurva penawaran dan permintaan
pada keempat gambar pada Gambar 13.1. Harga keseimbangan untuk buah Apple
adalah P1. Upah untuk pemetik buah manggis adalah W1, harga pakaian adalah P2,
dan upah penenun adalah W2. Oleh karena harga-harga tersebut masing-masing
mewakili jumlah yang diminta dan ditawarkan pada masing-masing pasar.
Keseimbangan umum yang ditunjukkan pada Gambar 13.1. akan bertahan dari satu
periode ke periode berikutnya sampai sesuatu yang terjadi pada harga salah satu dari
produk tersebut.
Kita asumsikan bahwa kementrian kesehatan Republik Indonesia
mengumumkan hasil penelitian para pakar, bahwa buah manggis ternyata dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penyakit kanker, sehingga setiap
orang memutuskan untuk mengkonsumsi lebih banyak buah manggis. Dampak awal
atas penemuan tersebut adalah permintaan atas buah manggis meningkat, sehingga
kurva permintaan akan buah manggis bergeser ke kanan dari D ke D1, pada gambar
13.1(a). Pada analisis kita sebelumnya, pergesaran ini menyebabkan harga buah
manggis naik dan analisis kita berhenti sampai di situ. Akan tetapi dalam analisis
keseimbangan umum, kita perlu mengikuti dampak dari apa yang terjadi pada pasar-
pasar lainnya sebagai akibat dari kenaikan permintaan atas buah manggis tersebut.
Gambar 13.1. menunjukkan bahwa reaksi pertama yang mungkin muncul
adalah pasar untuk tenaga kerja (petani buah manggis). Karena harga manggis
meningkat, maka permintaan tenaga kerja untuk mengelola dan memanen tanaman
392

manggis menjadi meningkat, sehingga kurva permintaan akan tenaga kerja untuk
tanaman manggis bergeser ke kanan dari D ke D1 pada Gambar 13.1(b). Hal tersebut
cenderung meningkatkan upah bagi pekerja tanaman manggis, yang pada akhirnya
akan menaikkan biaya pada penghasil tanaman manggis. Kurva penawaran akan buah
manggis dalam konteks pasar persaingan sempurna, mencerminkan biaya marjinal
para penghasil buah manggis sehingga kurva penawaran buah manggis bergeser ke
keri (S1).

P
S1 P
S
S

P*
P2

P1 P*
D1
D
D D1

Buah Pakaian
Manggis
a. Pasar buah Manggis c. Pasar Pakaian

P P
S
S
W*
W2
W1
D1 W*
D
D
D1

T. Kerja buah Penenun


b. Pasar Petani Buah Manggis d. Pasar Penenun

Gambar 13.1. Pasar untuk Buah Manggis dan Beberapa Pasar Produk Terkait
393

Sekarang apa yang terjadi terhadap pasar pakaian? Oleh karena orang banyak
menghabiskan uangnya untuk membeli manggis, maka mereka terpaksa menurunkan
sedikit permintaannya terhadap pakaian. Jadi kurva permintaan pakaian bergeser ke
kiri dari D ke D1 gambar 13.1(c) dan harga pakaian turun. Dengan turunnya
permintaan terhadap pakaian, berdampak pada turunnya permintaan akan kain yang
dihasilkan oleh para penenun, sehingga permintaan akan tenaga kerja untuk menenun
berkurang, akibatnya kurva permintaan tenaga kerja penenun bergeser ke kiri dari D
ke D1 Gambar 13.1(d), dan upah penenun turun.

Apabila kita melanjutkan kasus ini, kita dapat menanyakan bahwa bagaimana
penenun kecewa karena penurunan upah mereka, apakah mereka mempertimbangkan
untuk berganti profesi menjadi petani manggis, sehingga menggeser kurva penawaran
tenaga kerja ke kanan. Untuk mengikuti kasus ini terlalu jauh membutuhkan waktu
yang lebih lama. Intinya adalah bahwa keempat jenis pasar yang ada akan
menemukan keseimbangan baru. Setelah terjadi perubahan, maka semua pasar pada
akhirnya akan menemukan suatu keseimbangan baru di mana harga dan jumlah yang
diminta sama dengan harga dan jumlah yang ditawarkan.
Perlu diketahui bahwa, model yang digambarkan pada Gambar 13.1, pada
dasarnya kurang memadai. Hal tersebut disebabkan karena kita menggeser berbagai
kurva secara kurang lebih sembarang untuk sampai pada keseimbangan yang baru.
Meskipun demikian, pengembangan model secara matematis cukup rumit dan paling
tidak membutuhkan delapan persamaan yang secara simultan mewakili fungsi
penawaran dan permintaan setiap pasar, untuk menemukan empat harga
keseimbangan dan empat jumlah keseimbangan pada gambar tersebut.

13.2. Efisiensi Perukaran

Pada bab 7, kita sudah memahami bahwa dalam pasar persaingan sempurna
tercapai efisiensi ekonomi, karena surplus produsen dan konsumen dapat
dimaksimumkan. Oleh karena dalam pembahasan tentang efisiensi ekonomi kita
mulai dari efisiensi pertukaran, dengan menganalisis perilaku ekonomi dua konsumen
394

yang dapat memperdagangkan salah satu dari dua barang di antara mereka sendiri,
dan analisis ini juga dapat berlaku untuk perdagangan antara dua negara.

Misalkan kedua berang tersebut pada awalnya dialokasikan, sehingga kedua


konsumen dapat membuat diri sendiri lebih diuntungkan dengan adanya perdagangan
antara satu dengan yang lain. Pada mulanya diasumsikan bahwa alokasi kedua barang
tersebut tidak efisien. Dalam mengalokasi barang pada dasarnya tidak seorang pun
dapat diuntungkan tanpa mengakibatkan yang lain dirugikan. Istilah Pareto optimum
yang dikembangkan oleh ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto, yang
mengembangkan konsep efisiensi dalam ilmu ekonomi. Alokasi yang efisien dalam
konsep pareto optimum yaitu apabila tidak dimungkinkan lagi melakukan alokasi
ulang untuk seseorang agar berada dalam kondisi yang lebih baik, tanpa membuat
seorang yang lainnya menjadi lebih buruk.

Keunggulan Perdagangan

Umumnya perdagangan sukarela atas dua orang atau dua negara dilakukan
apabila kedua belah pihak saling diuntungkan. Untuk menjelakan hal ini, mari kita
perhatikan contoh pendagangan antara dua orang katakanlah Amir dan Yunus.
Misalkan Amir dan Yunus memiliki 60 unit pangan dan 40 unit sandang di antara
mereka berdua seperti terlihat pada Tabel 13.1.

Tabel 13.1. Keuntungan Perdagangan

Individu Alokasi Awal Perdagangan Alokasi Akhir

Amir 50 pangan, 10 sandang -5 pangan, 5 sandang 45 pangan, 15 sandang

Yunus 10 pangan, 30 sandang 5 pangan, -5 sandang 15 pangan, 25 sandang

Tabel 13.1. menunjukkan bahwa awalnya Amir mempunyai 50 unit pangan


dan 10 unit sandang, sementara awalnya Yunus memiliki 10 unit pangan dan 30 unit
sandang. Dalam memutuskan bahwa apakah perdagangan di antara Amir dan Yunus
menguntungkan kedua belah pihak, maka kita perlu mengetahui kebutuhan dan
395

keinginan mereka untuk sandang dan pangan. Oleh karena Amir mempunyai banyak
pangan dan sedikit sandang, maka tingkat substitusi marjinal (MRS) sandang
baginya adalah 3. Artinya untuk mendapat satu unit sandang, maka ia akan
menyerahkan 3 unit pangan. Sementara bagi Yunus MRS sandang untuk pangan
adalah 0,5. Artinya Yunus hanya bersedia menyerahkan 0,5 unit sandang untuk
mendapatkan 1 unit pangan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka terdapat ruang untuk melakukan
perdagangan yang akan saling menguntungkan antara Amir dan Yunus. Hal tersebut
disebabkan karena Amir menilai bahwa sandang lebih tinggi nilainya dari pangan.
Sementara Yunus menilai bahwa pangan lebih tinggi nilainya dari pada sandang.
Dalam mendapatkan 1 unit sandang, Amir bersedia menukarkan 3 unit pangan. Tetapi
Yunus akan menyerahkan 0,5 unit sandang dengan 1 unit pangan. Bentuk
sesungguhnya perdagangan tersebut pada dasarnya tergantung dari proses tawar
menawar antara Amir dan Yunus.
Misalkan Amir menawarkan 5 unit pangan kepada Yunus untuk mendapatkan
5 unit sandang, dan Yunus setuju, maka keduanya akan lebih diuntungkan. Amir akan
memperoleh lebih banyak sandang yang dinilainya lebih tinggi dari pada pangan.
Sementara Yunus akan memperoleh lebih banyak pangan yang dinilainya lebih dari
pada sandang. Pada saat RMS dari kedua belah pihak berbeda, maka terdapat ruang
untuk perdagangan yang saling menguntungkan, karena pengalokasian sumber daya
tersebut belum efisien. Untuk memperoleh efisiensi ekonomi dalam perdagangan,
maka MRS kedua belah pihak harus sama. Hasil tersebut pada dasarnya juga berlaku
untuk banyak barang dan konsumen. Pengalokasian suatu barang dikatakan efisien
hanya apabila barang tersebut didistribusikan sehingga MRS antara setiap pasang
barang adalah sama untuk semua konsumen.

Diagram Kotak Edgeworyth

Diagram Kotak Edgeworyth (edgeworth box diagram) dapat digunakan untuk


menunjukkan secara eksplisit bagaimana batas kemungkinan pertukaran dilakukan
396

antara dua orang. Diagram ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan
kemungkinan produksi.
Diagram kotak Edgeworyth pada Gambar 13.2 menunjukkan di mana sumbu
horisontal menggambarkan jumlah unit pangan dan sumbu vertikal menggambarkan
jumlah unit sandang. Panjang kotak tersebut adalah 60 unit pangan yaitu jumlah
pangan yang tersedia. Sementara tingginya adalah 40 unit sandang yaitu meliputi
jumlah unit sandang yang tersedia. Dalam kotak Edgeworyth, masing-masing titik
menggambarkan bundel pasar untuk kedua konsumen. Bundel milik Amir yaitu
angka dari titik awal pada OA. Sementara Bundel milik Yunus adalah yaitu angka-
angka dengan arah terbalik dari titik awal OY. Misalnya titik A menunjukkan alokasi
pangan dan sandang semula. Dengan membaca pada sumbu horizontal dari kiri ke
kanan pada bagian bawah asal kotak tersebut, kita menemukan bahwa Amir memiliki
50 unit pangan, dan dengan membaca ke atas sumbu vertikal pada bagian kiri
diagram, kita menemukan bahwa Amir mempunyai 10 unit sandang. Jadi bagi Amir
titik A menunjukkan 50 pangan dan 10 sandang. Dengan demikian menyisahkan 10
unit pangan dan 30 unit sandang untuk Yunus. Alokasi pangan Yunus dibaca dari kiri
pada bagian atas diagram kotak Edgeworyth. Dimulai dari OY, kita membaca alokasi
pangan 10 dari kiri kanan, dan 30 sandang dibaca dari atas ke bawah pada bagian
kanan kotak Edgeworyth.

Pangan Yunus
60 P 15 P 10 P OY
40 S

Sandang
Sandang Yunus
Amir

E 25 S
15 S
+5 S A
10 S 30 S
-5 P

40 S

OA 40 P 50 P 60 P
Pangan Amir
397

Diagram Edgeworyth pada Gambar 13.2, juga menunjukkan pengaruh


perdagangan antara Amir dan Yunus. Amir menyerahkan 5 unit pangan sebagai
imbalan 5 unit sandang yang bergerak dari titik A ke titik E. Yunus menyerahkan 5
unit sandang dan memperoleh 5 unit pangan yang juga bergerak dari titik A ke titik E.
Jadi titik E menunjukkan bundel pasar bagi Amir maupun Yunus setelah
perdagangan, di mana perdagangan tersebut sama-sama menguntungkan kedua belah
pihak.

Alokasi yang Efisien

Jadi perdagangan dari titik A ke titik E membuat Amir dan Yunus lebih
diuntungkan. Namun demikian muncul pertanyaan, bahwa apakah E merupakan
pengalokasian yang efisien? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tergantung pada
apakah pada titik E tersebut MRS Amir dan Yunus sama-sama pada titik E, yang
mana pada gilirannya tergantung pada kurva indifferen mereka. Gambar 13.3,
menunjukkan beberapa kurva indifferen untuk Amir dan Yunus. Oleh karena
pengalokasian Amir diukur dari OA, sehingga kurva indifferen Amir digambarkan
dengan cara biasa. Tetapi untuk Yunus, kita memutar kurva indifferen tersebut
sebesar 180 derajat, sehingga kurva aslinya berada pada sudut kanan atas kotak
tersebut. Kurva indifferen Yunus terlihat cembung, sama seperti kurva Amir. Kita
sama-sama melihat keduanya dari sudut pandang yang berbeda.

Pangan Yunus
60 P
OY
40 S

C
398

Mari kita perhatikan kurva indiferen yang diberi nama UA1 dan UY1 yang
terletak pada titik A. Dalam konteks ini tingkat substitusi marjinal (MRS) Amir
maupun Yunus mempertemukan kurva indiferen mereka pada titik A. RMS Amir
adalah 3 dan RMS Yunus adalah 0,5. Daerah yang ada di antara kurva tersebut
menunjukkan semua kemungkinan pengalokasian pangan dan sandang yang
mengakibatkan Amir dan Yunus lebih diuntungkan dari pada Titik A.
Kita mulai dari titik A, perlu diketahui bahwa setiap perdagangan yang
memindahkan pengalokasian produk keluar dari kedua kurva kotak indiferen tersebut,
akan menyebabkan satu atau kedua konsumen tersebut dirugikan dan tidak
sepantasnya hal tersebut terjadi. Misalkan perpindahan dan titik A ke titik E, sama-
sama menguntungkan Amir dan Yunus. Namun perlu diketahui bahwa pada Gambar
13.3, titik E bukan alokasi yang efisien. Hal tersebut disebabkan karena, kurva
indiferen UA2 dan UY2 saling berpotongan. Jadi RMS Amir dan RMS Yunus tidak
sama sehingga pengalokasian tersebut dikatakan belum efisien. Gambaran tersebut
399

menunjukkan sesuatu yang sangat penting, dalam arti bahwa suatu perdagangan dari
pengalokasian yang tidak efisien mengakibatkan kedua belah pihak diuntungkan,
namun pengalokasian baru tersebut tidak melamanya efisien.
Misalkan diri titik E perdagangan tambahan dilakukan, di mana Amir
menyerahkan beberapa unit lagi pangan kepada Yunus untuk mendapatkan beberapa
unit sandang, dan Yunus meyerahkan beberapa unit sandang untuk memperoleh
beberapa unit pangan titik B pada Gambar 13.3 memberikan alokasi baru. Pada titik
B, MRS Amir dan Yunus terlihat sama, dan kedua kurva indiferen tersebut
bersinggungan. Jika kedua kurva indiferen saling bersinggungan, satu orang tidak
mungkin lagi satu orang diuntungkan tanpa menyebabkan yang orang lain dirugikan.
Oleh karena titik B menunjukkan pengalokasian yang efisien.
Kalau kita perhatikan lebih jauh Gambar 13.3, titik B pada dasarnya bukanlah
satu-satunya hasil perdagangan tawar-menawar yang efisien antara Amir dan Yunus.
Misalkan apabila Amir sebagai penawar yang mempuni, berdagangan mungkin akan
mengubah pengalokasian barang dari A ke C, di mana kurva indiferen U A3
bersinggungan dengan kurva indiferen UY1. Pengalokasian ini tidak menyebabkan
Yunus lebih dirugikan apabila ia berada pada titik C dan Amir jauh lebih
diuntungkan. Oleh karena tidak dimungkinkan lagi melakukan perdagangan lebih
jauh, maka titik C merupakan suatu pengalokasian yang efisien. Jadi titik B dan C
keduanya merupakan pengalokasian yang efisien, meskipun Amir lebih menyukai C
dari pada B, dan Yunus lebih menyukai B dari pada C. Pada umumnya sangat sulit
untuk memprediksi suatu tawar-menawar, karena hasilnya sangat tergantung pada
kemampuan orang dalam melakukan tawar-menawar dalam perdagangan tersebut.

Kurva Kontrak

Sejumlah alokasi yang efisien pada kotak Edgeworyth disebut dengan kurva
kontrak (contract curve). Kita telah memahami bahwa, dari pengalokasian awal,
ditemukan banyak kemungkinan pengalokasian yang efisien dapat dicapai melalui
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Pada Gambar 13.4, terdapat
sekumpulan titik dicerminkan dari garis yang membentang dari titik OA ke titik OY,
400

dan meliputi titik persinggungan E1, E2, E3, dan E4, serta beberapa titik singgung
lainnya. Titik-titik di luar kurva kontrak seperti A, dan F adalah tidak efisien, dan
perdagangan saling menguntungkan mungkin akan terjadi. Pergerakan sepanjang
kurva kontrak misalnya dari E1 ke E2 tidak mencerminkan suatu perdagangan yang
saling menguntungkan, maka akan ada yang selalu menang atau yang kalah.
Beberapa sifat kurva kontrak dapat membantu kita untuk memahami konsep
efisiensi dalam pertukaran. Apabila suatu titik pada kurva kontrak, seperti E1, telah
dipilih, maka tidak ada lagi cara untuk pindah ke titik lain pada kurva kontrak
tersebut, misalkan pada titik E2, tanpa mengakibatkan orang lain lebih dirugikan
dalam hal ini Yunus. Tanpa membuat keinginan lebih jauh tentang Amir dan Yunus
kita tidak mungkin membandingkan lebih jauh tentang keinginan Amir dan Yunus,
kita tidak mungkin membanding pengalokasian pada titik E1 dan E2. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa keduanya adalah efisien. Dalam konteks ini efisiensi pareto
adalah tujuan yang sederhana. Efisiensi pareto mengatakan bahwa kita seharusnya
melakukan pertukaran yang sama-sama menguntungkan, tetapi tidak mengatakan
pertukaran yang terbaik. Akan tetapi efisiensi pareto dapat menjadi suatu konsep
yang cukup ampuh untuk digunakan.
Kita selalu dapat meningkatkan efisiensi, bahkan ketika suatu aspek
perubahan yang diusulkan mengakibatkan seorang dirugikan. Karena itu kita perlu
melakukan perubahan kedua, sehingga gabungan beberapa perubahan yang
memungkinkan seseorang diuntungkan tanpa seorang pun yang dirugikan. Misalkan
saja kita mengusulkan untuk menghapuskan kuota impor daging dari Australia.
Dengan demikian maka konsumen daging di Indonesia akan menikmati harga daging
yang lebih murah dan pilihan daging yang lebih banyak, namun beberapa peternak
sapi di Indonesia akan kehilangan pekerjaan mereka. Tetapi bagaimana sekiranya
pemerintah memberikan subsidi dan pelatihan kepada para peternak untuk
meningkatkan produktivitasnya. Dalam konteks ini konsumen daging di Indonesia
lebih diuntungkan, dan produsen daging juga tidak akan dirugikan dan hasilnya
adalah meningkatkan efisiensi.

Pangan Yunus
60 P
OY
40 S
401

13.3. Efisiensi Produksi

Kita telah membahas tentang efisiensi dalam perdagangan, pada bagian ini
kita akan membahas efisiensi dalam produksi. Dalam menganalisis efisiensi produksi,
kita asumsikan bahwa terdapat dua input yang digunakan dalam proses produksi yaitu
tenaga kerja dan modal, yang dibutuhkan untuk memproduksi dua output yang sama
pula yaitu pangan dan sandang. Dalam konteks produksi, kita tidak melihat dari dua
orang tenaga kerja melainkan banyak konsumen yang memiliki input produksi
termasuk di dalam tenaga kerja dan mereka memperoleh pendapatan dengan
menjualnya, dan pada waktunya mereka menggunakan pendapatan tersebut untuk
dialokasikan dalam membeli di antara dua barang tersebut.
Diagram kotak Edgeworth dapat juga digunakan untuk melihat efisiensi
penggunaan input dalam memproduksi barang atau jasa. Diagram Kotak Edgeworth
402

seperti yang digambarkan pada Gambar 13.5, menunjukkan pajang kotak


mencerminkan total tenaga kerja yang digunakan, sementara tinggi kota
mencerminkan total modal yang tersedia dalam perekonomian. Sudut kiri bawah
kotak dianggap sebagai titik asal untuk mengukur tenaga kerja dan modal yang
digunakan dalam memproduksi barang pangan. Sementara sudut kanan atas
menunjukkan titik asal untuk memproduksi barang sandang.

Tenaga Kerja untuk Produksi Sandang


60TK 15TK OS
40M

Modal
untuk
Modal produksi
untuk Sandang
produksi
Pangan

A
10 30
M M

40M

OP 40TK 60TK
Tenaga Kerja untuk Produksi Pangan P
Gambar 13.5. Kotak Edgeworth untuk Produksi

Dengan menggunakan aturan yang ada, maka setiap titik yang ada dalam
kotak dapat disebut sebagai alokasi input tersedia yang digunakan secara penuh untuk
memproduksi pangan dan sandang. Misalkan titik A menunjukkan suatu alokasi di
mana 40 jam tenaga kerja dan 10 modal yang digunakan untuk memproduksi pangan.
Produksi barang sandang menggunakan berapa pun jumlah tenaga kerja dan modal
403

yang tersisa (20 tenaga kerja dan 30 modal). Pada dasarnya setiap alokasi dalam
kotak Edgeworth mempunyai interpretasi yang sama.

Alokasi yang Efisien secara Teknis

Untuk menjelaskan bagaimana input-input dapat digabungkan secara efisien,


maka kita menemukan berbagai kombinasi input yang dapat digunakan untuk
memproduksi masing-masing dari kedua input tersebut. Suatu pengalokasian input
tertentu ke dalam proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output suatu
barang tidak mungkin dinaikkan tanpa mengakibatkan output barang lainnya turun.
Gambar 13.6 menunjukkan bahwa input tidak dialokasikan secara efisien
apabila pengalokasiannya menghasilkan lebih banyak lagi dari kedua produk tersebut.
Contoh pengalokasian yang tidak efisien adalah titik A. Hal tersebut mungkin timbul
apabila misalnya serikat pekerja telah menerapkan aturan-aturan secara tidak efisien.
Pengalokasian pada titik A jelas tidak efisien karena setiap pengalokasian input pada
daerah elips tersebut menghasilkan lebih banyak pangan maupun sandang. Oleh
karena itu kita dapat pindah dari A ke E1 dengan memindahkan beberapa tenaga kerja
dari produksi pangan ke produksi sandang, dan memindahkan sebagian modal dari
produksi sandang ke produksi pangan. Pemindahan ini menghasilkan jumlah pangan
yang sama tetapi jumlah sandang yang lebih banyak.
Kurva kontak titik E2 dan E1 pada Gambar 13.6, keduanya merupakan
pengalokasian yang efisien, sebagaimana seluruh titik yang menghubungkan antara
OP dan OS. Masing-masing titik tersebut adalah titik persinggungan dua isokuan,
sama halnya dengan titik pada kurva kontrak pertukaran yang mencerminkan suatu
titik persinggungan dua kurva indiferen. Kurva kontrak produksi menunjukkan
seluruh kombinasi input yang efisien secara teknis.
Sebaliknya setiap titik yang tidak terletak pada kurva kontrak produksi, tidak
efisien karena kedua isokuan yang melewati titik tersebut saling perpotongan, seperti
titik A. Di mana titik tersebut tenaga kerja dan modal dapat dialokasikan untuk
meningkatkan output paling tidak salah satu dari kedua output tersebut. Dari titik A,
404

kita sudah mengetahui bahwa setiap pengalokasian pada daerah elips tersebut akan
meningkatkan produksi kedua barang tersebut, karena titik A adalah tidak efisien
secara teknis.

Tenaga Kerja dalam Produksi Sandang


60 P
OS
40 S

Modal
dalam
P4 produksi
E4 sandang
Modal
dalam E3 P3
produksi
pangan
E2 B P2

A P1
E1
S1
S4 S2
S3
OP Tenaga Kerja dalam Produksi Pangan

Gambar 13.6. Kurva Kontak Efisiensi Pareto dalam Produksi

Keseimbangan Produsen dalam Pasar Input Bersaing Sempurna

Dalam pasar input yang bersaing sempurna, efisiensi produksi dapat dicapai
pada suatu titik. Apabila pasar tenaga kerja dan pasar modal bersaing dengan
sempurna, maka tingkat upah (W) akan sama dengan semua industri. Demikian
halnya dengan biaya modal (r) akan sama untuk semua industri. Apabila produsen
pangan dan sandang bermaksud meminimumkan biaya produksi, maka mereka akan
menggunakan kombinasi tenaga dan modal, sehingga rasio produk marjinal kedua
input tersebut sama dengan rasio harga inputnya.
405

MPL/MPK = w/r

Perlu juga diketahui bahwa rasio produk marjinal kedua input juga sama
terhadap tingkat substitusi teknis marjinal tenaga kerja dengan modal (MRTS-LK),
sehingga:

MRTSLK = w/r

Oleh karena MRTS merupakan garis lengkung isokuan perusahaan, maka


suatu keseimbangan dalam pasar persaingan sempurna, hanya dapat terjadi pada pasar
input, apabila masing-masing produsen harus menggunakan tenaga kerja dan modal
sehingga garis lengkung isukan sama antara yang satu dengan yang lain, dan sama
dengan rasio kedua harga input tersebut. Jadi, keseimbangan dalam pasar input
bersaingan sempurna terletak pada kurva kontrak produksinya, dan keseimbangan
yang bersaing tersebut adalah efisien dalam produksi.
Pada dasarnya tidak sulit untuk mengetahui, apabila kita memulai pada titik di
luar kurva kontrak produksi. Kedua produsen akan merasa lebih diuntungkan apabila
merekrut tenaga kerja atau menyewakan modal, sehingga mereka dapat
merealokasikan input-input mereka untuk meminimumkan biaya. Gambar 13.6,
menunjukkan efisiensi dalam penggunaan input yang dapat membuat produksi
pangan lebih banyak dan sedikit sandang atau sebaliknya.

Batas Kemungkinan Produksi

Batas kemungkinan produksi (production possibilities frontier), adalah


kombinasi atas berbagai jenis pangan dan sandang yang dapat diproduksi dengan
input modal dan tenaga kerja yang tetap dengan asumsi bahwa teknologi adalah tetap.
Kita dapat menggunakan informasi pada Gambar 13.6 untuk menggambarkan batas
kemungkinan produksi, yang menunjukkan berbagai alternatif output pangan dan
sandang yang dapat diproduksi dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang tetap.
Gambar 13.7, menunjukkan berbagai titik efisien pada gambar 13.6 telah
ditransfer menjadi bentuk grafik dengan output pangan (X) dan sandang (Y) menjadi
406

sumbunya. Pada OX, sebagai contoh, tidak ada sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi pangan (X), sehingga, sandang (Y) diproduksi sebanyak mungkin
dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang ada.


Sandang (Y)
00s P

E1
Y4
E2
Y3

E3
Y2
A●

E4
Y1

O0PS

0 X1 X2 X3 X4 Pangan (X)

Gambar 13.7 Batas Kemungkinan Produksi Pangan dan Sandang

Kita telah menamai titik-titik batas kemungkinan produksi tersebut agas


sesuai dengan titik yang ada pada kurva kontrak produksinya. Titik 0P menunjukkan
suatu titik yang ekstrim di mana hanya pangan yang diproduksi dan 0S juga
merupakan titik yang ekstrim karena hanya sandang yang diproduksi. Sementara titik
E1, E2, E3, dan E4 sesuai dengan keempat titik lainnya yang telah diberi nama pada
kurva kontrak pada Gambar 13.6. Titik A menunjukkan pengalokasian yang tidak
efisien, di mana titik tersebut terletak dalam batas kurva kemungkinan produksi yang
ada.
Kurva batas kemungkinan produksi tersebut, berbentuk cekung (melengkung
ke dalam), artinya kemiringan akan semakin besar apabila jumlah pangan yang
407

diproduksi semakin besar. Dalam menjelaskan kondisi tersebut, kita mendefinisikan


tingkat transformasi marjinal (marginal rate of transformation, MRT) pangan untuk
sandang sebagai tingkat besarnya kemiringan batas tersebut pada masing-masing
titik. Tingkat transformasi marjinal tersebut pada dasarnya mengukur berapa banyak
sandang harus diserahkan untuk memproduksi satu unit tambahan produksi pangan.
Gambar 13.7 menunjukkan bawa pada titik E2 pada batas tersebut, MRT adalah 1
karena 1 unit sandang harus diserahkan untuk mendapatkan satu unit pangan. Akan
tetapi pada titik E3, MRT adalah 2, karena 2 unit sandang harus diserahkan untuk
mendapatkan 1 unit pangan.
Misalkan apabila kita bermaksud menaikkan produksi pangan dengan
bergerak di sepanjang kurva batas kemungkinan produksi tersebut, maka MRT akan
naik. Kenaikan tersebut terjadi karena produktivitas tenaga kerja dan modal berbeda,
tergantung pada apakah input tersebut digunakan untuk memproduksi lebih banyak
pangan atau sandang. Misalkan kita mulai dari OP, di mana hanya pangan yang
diproduksi. Selanjutnya kita memindahkan sebagian tenaga kerja dan modal dari
produksi pangan, di mana produksi marjinalnya relatif rendah, dan menempatkan ke
produksi sandang di mana produksi marjinalnya tinggi. Dalam kondisi ini untuk
memproduksi 1 unit produksi sandang pertama, sangat sedikit produksi pangan yang
hilang (MRT-nya jauh lebih kecil dari 1). Namun apabila kita bergerak sepanjang
kurva batas kemungkinan produksi tersebut, dan memproduksi lebih sedikit pangan,
maka produktivitas tenaga kerja dan modal untuk pangan akan naik, sebaliknya
produktivitas tenaga kerja dan modal untuk pangan sandang akan turun. Pada titik E 2,
produktivitas keduanya adalah sama, dan MRT-nya adalah 1.
Di samping hal tersebut, kita juga dapat menggunakan bentuk kurva
kemungkinan produksi tersebut dilihat dari sisi biaya produksi. Misalkan pada titik
OS, di mana sangat sedikit output pangan yang hilang untuk memproduksi sandang
tambahan, maka biaya marjinal untuk memproduksi sandang adalah sangat rendah
dalam arti banyak output sandang yang dihasilkan, dan sedikit input yang digunakan.
Namun sebaliknya biaya marjinal untuk memproduksi pangan adalah sangat tinggi,
dalam arti dibutuhkan banyak input untuk menghasilkan sedikit output. Jadi apabila
408

MRT-nya rendah, maka rasio biaya marjinal untuk memproduksi sandang (MCS) juga
akan rendah. Dalam kenyataannya kemiringan kurva batas kemungkinan produksi
menunjukkan biaya marjinal untuk memproduksi suatu barang dibanding dengan
biaya marjinal untuk memproduksi yang lainnya. Pada setiap titik pada kurva batas
kemungkinan produksi tersebut, berlaku kondisi:

MRT = MCP/MCS

13.4. Kegagalan Perekonomian dalam Pasar Bersaing

Kita menyadari peran penting tentang sistem pasar persaingan dalam mengatur
kegiatan ekonomi. Kita sudah memahami bahwa untuk menjamin keberhasilan sistem pasar
persaingan sempurna dibutuhkan persyaratan-persyaratan sehingga sumber daya yang
tersedia dapat dialokasikan secara efisien. Pada kenyataannya persyaratan-persyaratan untuk
pasar bersaing sulit terpenuhi. Oleh karena itu pada bagian ini kita akan menguraikan faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya kegagalan pasar bersaing.
Dalam aktivitas ekonomi yang sesungguhnya, para pakar ekonomi mengatakan
bahwa terdapat empat alasan yang mendasar yang menyebabkan pasar bersaing gagal yaitu;
adanya kekuatan pasar, eksternalitas, informasi yang tidak sempurna, dan barang publik.
Pada bagian ini keempat faktor tersebut akan dijelaskan satu per satu.

Kekuatan Pasar

Pasar persaingan sempurna adalah sistem ekonomi yang ideal sehingga dapat
menciptakan efisiensi baik dalam produksi maupun dalam distribusi, namun dalam
prakteknya tidak terwujud. Ketiadaan pasar persaingan sempurna menyebabkan suatu
perekonomian tidak mencapai efisiensi perdagangan dan efisiensi produksi. Kita juga
telah mengetahui bahwa inefisiensi timbul apabila seorang produsen atau pemasok
input faktor produksi memiliki kekuatan pasar.
Misalkan seorang produsen sandang dalam kotak Edgeworth mempunyai
kekuatan monopoli, maka ia akan memilih memproduksi jumlah output di mana
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinalnya serta menjual produk dalam
409

jumlah yang sedikit dengan harga yang lebih tinggi dibanding dalam pasar persaingan
sempurna. Pada sisi lain faktor input yang dilepasnya akan dialihkan untuk
memproduksi pangan, yang biaya marjinalnya akan naik. Memproduksi terlalu
banyak sandang dan terlalu sedikit pangan adalah suatu inefisiensi output, karena
perusahaan memiliki kekuatan pasar menggunakan harga yang berbeda-beda dalam
keputusan outputnya. Hal yang sama juga berlaku untuk perusahaan yang memiliki
kekuatan pasar pada pasar input.

Eksternalitas

Faktor kedua yang dapat menyebabkan kegagalan sistem pasar adalah


munculnya eksternalitas. Eksternalitas yang dimaksud dalam hal ini yaitu dampak
sosial yang muncul akibat aktivitas ekonomi yang ada. Dampak sosial dari aktivitas
ekonomi dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif.
Misalkan suatu industri yang membuang limbahnya ke sungai yang
menyebabkan air sungai tercemar sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk mandi dan
menangkap ikan, di mana sungai tersebut sebelumnya dapat digunakan oleh
masyarakat untuk mandi dan menangkap ikan. Dalam konteks ini terdapat suatu
eksternalitas negatif, karena industri tersebut tidak menanggung biaya air limbah.
Eksternalitas akan dibahas tersendiri pada bab 14.

Informasi yang Tidak Sempurna

Dalam suatu pasar persaingan, apabila konsumen dan produsen tidak memiliki
informasi yang akurat tentang harga dan kualitas produk di pasar, maka sistem pasar
tersebut tidak akan berjalan efisien. Kekurangan informasi yang didapat konsumen
dapat menjadi insentif bagi produsen untuk menawarkan produk dengan harga yang
lebih tinggi terhadap harga pasar yang ada. Dalam kasus tertentu seorang konsumen
misalnya membeli produk dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar yang ada,
dan pada sisi lain seorang konsumen memilih tidak membeli produk meskipun
produk tersebut sangat dibutuhkan dan harganya sesuai dengan harga pasar. Oleh
410

karena itu kekurangan informasi dapat menghambat beberapa pasar dalam bekerja
secara efisien.

Barang Publik

Secara umum barang publik dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu
barang publik non-bersaing dan barang publik non-eksklusif. Suatu barang dikatakan
non bersaing, apabila untuk setiap produksi tertentu, biaya marjinal untuk
menyediakannya bagi seorang konsumen tambahan adalah nol. Kebanyakan barang
disediakan oleh pihak swasta, biaya marjinal untuk menghasilkan tambahan produksi
adalah positif. Misalkan penggunaan sebuah jalan raya pada saat volume lalu lintas
sepi. Oleh karena jalan raya tersebut sudah ada dan tidak ada kemacetan, maka biaya
tambahan bagi tambahan pengendara satu atau dua mobil di atasnya adalah nol.
Sementara itu suatu barang dikatakan non eksklusif, apabila orang-orang tidak
mungkin dilarang untuk mengkonsumsinya. Oleh karena itu sangat sulit untuk
mengenakan biaya kepada orang-orang yang menikmati barang tersebut. Jadi barang
tersebut dapat dinikmati oleh semua orang tanpa pembayaran langsung. Misalkan
Mercusuar yang di bangun di tengah laut untuk penggunaan suatu kapal. Begitu
mercusuar sudah dibangun, maka sangat sulit untuk melarang kapal yang lewat untuk
menikmatinya. Contoh lain misalnya suatu negara membangun angkatan
bersenjatanya, maka seluruh warga negaranya akan menikmati manfaatnya. Oleh
karena barang publik dinikmati bersama oleh masyarakat, sehingga timbul kesulitan
untuk memungut pembayaran dari orang-orang menikmati barang tersebut, sehingga
ketersediaannya jauh lebih sedikit dari yang diperlukan.

13.5. Ringkasan Bab 13

Berbeda dengan keseimbangan parsial yang mengasumsikan bahwa pasar-


pasar yang terkait tidak berpengaruh. Dalam model keseimbangan umum pembahas
seluruh pasar secara simultan, dengan mempertimbangkan dampak timbal balik
pasar-pasar lainnya terhadap pasar yang sedang dianalisis.
411

Dalam suatu perekonomian pasar bersaing, suatu pengalokasian akan berjalan


efisien apabila tidak satu pun konsumen dapat lebih diuntungkan melalui
perdagangan tanpa mengakibatkan konsumen yang lainnya lebih dirugikan. Apabila
dua konsumen atau lebih melakukan perdagangan di mana sama-sama
menguntungkan mereka, maka hasilnya adalah pareto efisien dan terletak pada kurva
kontrak.
Suatu pengalokasian input produksi dikatakan efisien secara teknis apabila
suatu output tidak mungkin dinaikkan tanpa menurunkan output batang lainnya.
Kurva kontrak produksi menunjukkan titik-titik persinggungan isokuan untuk kedua
barang tersebut.
Kurva batas kemungkinan produksi mengukur seluruh pengalokasian yang
efisien dari segi volume output yang dapat diproduksi dengan kombinasi input
tertentu. Tingkat transformasi marjinal adalah setara dengan perbandingan antara
biaya marjinal untuk memproduksi barang 1 dan biaya marjinal untuk memproduksi
barang 2.
Dalam pasar bersaing efisiensi tidak tercapai karena empat alasan yaitu (1)
produsen atau konsumen mungkin memiliki kekuatan pasar dalam imput atau output,
(2) produsen atau konsumen mungkin memiliki informasi yang tidak sempurna dalam
membuat keputusan untuk produksi atau konsumsi, (3) mungkin terdapat
eksternalitas, dan (4) beberapa barang publik yang diinginkan masyarakat mungkin
tidak diproduksi.

Pertanyaan Bab 13

1. Jelaskan perbedaan antara keseimbangan parsial dan keseimbangan umum?


2. Jelaskan kelebihan analisis keseimbangan umum dibanding keseimbangan
parsial?
3. Dalam kotak adgeworth, jelaskan bagaimana suatu titik secara bersamaan
menunjukkan bundel pasar yang dimiliki oleh dua konsumen?
412

4. Jelaskan mengapa tingkat substitusi marjinal dua orang konsumen terlihat sama
pada setiap titik pada kurva kontraknya dalam diagram kotak adgeworth?
5. Jelaskan hubungan antara kurva batas kemungkinan utilitas dengan kurva
kontraknya.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tingkat transformasi marjinal (MRT)?
7. Jelaskan mengapa MRT suatu barang untuk barang lainnya sama dengan rasio
biaya marjinal untuk memproduksi kedua barang tersebut?
8. Jelaskan mengapa alokasi pada batas kemungkinan produksi bersifat efisien
secara teknis?
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan in efisiensi teknis yang terjadi pada alokasi
di dalam garis batas kemungkinan produksi?
10. Amir memiliki 3 botol susu dan 9 bungkus roti, sementara Susi memiliki 8 botol
susu dan 8 bungkus roti. Dalam kondisi tersebut tingkat substitusi marjinal
(MRS) Amir untuk susu atas roti adalah 4 dan RMS Susi adalah 2. Gunakan
diagram kotak Edgeworth untuk menunjukkan apakah alokasi tersebut efisien.
Jika jawaban anda Ya jelaskan alasannya, dan jika tidak, perubahan apa yang
perlu dilakukan agar kedua belah pihak diuntungkan.
11. Tini adalah seorang pelaku monopsoni, memberi upah di bawah harga yang
bersaing. Jelaskan Jenis inefisiensi apa yang disebabkan oleh kekuatan
monopsoni tersebut?
12. Bagaimana pendapat anda apabila pelaku monopsoni dalam pasar tenaga kerja
tersebut juga selaku pelaku monopoli dalam pasar ouput?
413

BAB XIV

EKSTERNALITAS DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Eksternalitas (eksternality) muncul ketika seseorang terlibat dalam kegiatan


yang mempengaruhi kesejahteraan orang lain namun tidak membayar dan atau
menerima kompensasi atas dampak tersebut. Apabila dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan itu buruk, maka disebut eksternalitas negatif. Sebaliknya apabila dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut adalah baik, maka disebut eksternalitas
positif.
Dewasa ini eksternalitas muncul dalam berbagai bentuk, antara lain: Emisi gas
buangan dari kendaraan bermotor, adalah suatu bentuk eksternalitas negatif, karena
menciptakan asap dan mau tidak mau dihirup oleh orang lain. Para pengendara
kendara kendaraan bermotor cenderung membuat polusi lebih banyak. Untuk
mengatasi masalah ini, pemerintah mengatur tingkat emisi gas buang dari kendaraan
bermotor. Pemerintah juga mengenakan pajak atas kendaraan bermotor untuk
mengarangi penggunaan kendaraan bermotor oleh masyarakat.
Peternakan ayam juga menciptakan eksternalitas negatif karena para tetangga
terganggu dengannya. Para pemilik usaha peternakan ayam tidak menanggung beban
yang sepenuhnya dari bau yang ditimbulkan atas peternakan mereka. Pemerintah
setempat dapat menanggulangi hal tersebut dengan melakukan pemetaan wilayah
untuk peternakan ayam.
Penelitian-penelitian tentang teknologi baru memberikan eksternalitas positif,
karena menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan masyarakat. Para
penemu tidak dapat mengambil seluruh manfaat atas penemuan mereka. Pemerintah
dengan memberikan hak paten, memberi hal eksklusif bagi penemu suatu barang
selama jangka waktu tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong para pakar
untuk lebih kreatif dalam melakukan penelitian dalam upaya untuk menemukan
teknologi-teknologi terkini dan pengembangan ilmu pengetahuan.
414

14.1. Eksternalitas dan Ketidakefisienan Pasar

Pada bagian kita ini akan menunjukkan bagaimana eksternalitas menyebabkan


pasar mengalokasikan sumber daya secara tidak efisien. Di samping hal tersebut kita
juga menguraikan berbagai cara yang dapat ditempuh pelaku-pelaku swasta dan
pembuat kebijakan publik untuk memperbaiki kegagalan pasar.

Eksternalitas Negatif

Pertama-tama mari kita berasumsi bahwa industri tambang penghasil nikel


menghasilkan polusi. Untuk setiap kilo gram nikel yang dihasilkan, sejumlah asap
memasuki atmosfer. Oleh karena asap tersebut menciptakan risiko kesehatan bagi
siapa saja yang menghidup udaranya, asap menghasilkan eksternalitas negatif.
Bagaimana eksternalitas tersebut mempengaruhi efisien terhadap pasar.
Oleh karena eksternalitas negatif, biaya bagi masyarakat untuk memproduksi
nikel lebih besar dari biaya produksi bagi produsen nikel, untuk setiap kilo gram nikel
yang diproduksi. Biaya sosial industri tambang nikel tersebut, meliputi biaya swasta
dari para produsen nikel ditambah biaya bagi orang-orang lain yang terkena dampak
buruk pada polusinya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.1 yang menunjukkan
biaya sosial dalam produksi nikel.
Gambar 14.1 menunjukkan bahwa kurva biaya sosial ini terletak di atas kurva
penawaran, karena kurva ini memperhitungkan biaya sosial (biaya-biaya
eksternalitas) yang dikenakan oleh masyarakat terhadap produsen nikel. Perbedaan
antara kedua kurva ini mencerminkan biaya sosial atas polusi yang ditimbulkan oleh
produsen nikel.
Pertanyaan yang muncul adalah berapa banyak nikel yang harus diproduksi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita merenungkan apa yang akan
dilakukan oleh pimpinan perusahaan yang baik hati. Ia ingin memaksimumkan
surplus total yang berasal dari pasar, dalam arti bahwa nilai nikel bagi konsumen
dikurangi biaya produksi nikel. Tetapi juga memahami bahwa biaya produksi nikel
juga mencakup biaya eksternal termasuk biaya polusi.
415

Oleh karena itu pimpinan perusahaan memilih tingkat produksi nikel di mana
kurva permintaannya memotong kurva penawaran dengan biaya sosial. Perpotongan
tersebut menunjukkan jumlah nikel yang harus diproduksi dilihat dari sudut pandang
masyarakat secara keseluruhan. Di bawah tingkat produksi tersebut, nilai nikel bagi
konsumen sebagaimana ditunjukkan oleh tingginya kurva permintaan melebihi biaya
sosial untuk memproduksi nikel, seperti ditunjukkan oleh kurva penawaran dengan
biaya sosial. Pimpinan perusahaan tentu tidak akan memproduksi melebihi dari
jumlah tersebut, karena biaya sosial untuk memproduksi satu kilo gram nikel
tambahan melebihi nilai bagi konsumen.

Biaya S2 (Biaya Sosial +


Biaya Sosial
biaya produksi)

S1
(biaya produksi)

Titik Optimum

Titik Keseimbangan

0 QOpt QMrk Kuantitas


Gambar 14.1. Kurva keseimbangan dan Biaya Sosial atas Polusi

Perhatikan bahwa jumlah keseimbangan nikel QMrk (kuantitas pasar) lebih


besar dari jumlah optimal secara sosial QOtm (kuantitas optimal). Alasan dari
ketidakefisienan tersebut bahwa keseimbangan pasar hanya mencerminkan biaya-
biaya usaha dari produksi. Dalam keseimbangan, konsumen menghargai nikel di
bawah biaya sosial untuk memproduksinya. Jadi dengan mengurangi volume
416

produksi dan juga konsumsi nikel sampai di bawah keseimbangan pasar akan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana perusahaan mencapai hasil yang
optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengenakan pajak
kepada produsen nikel untuk setiap kilo gram nikel yang diproduksi. Pajak tersebut
akan menggeser kurva penawaran sebesar nilai pajak tersebut ke atas. Apabila tarif
pajak yang dikenakan benar-benar mencerminkan biaya sosial atas polusi yang
ditimbulkan, maka kurva penawaran yang baru akan menempel dengan kurva
penawaran ditambah biaya sosial yang ada. Jadi dalam keseimbangan yang baru
produsen nikel akan memproduksi nikel yang optimal secara sosial.
Manfaat pajak yang dikenakan semacam ini disebut internalisasi
eksternalitas (internalizing an externality), karena dengan pajak tersebut memberi
insentif kepada konsumen dan penjual di pasar untuk memperhitungkan dampak
eksternal atas tindakan-tindakan mereka. Produsen nikel akan memperhitungkan
dampak dan biaya atas polusi pada saat memutuskan berapa banyak nikel yang harus
diproduksi, karena mereka harus membayar biaya-biaya eksternal tersebut melalui
pajak.

Eksternalitas positif

Sudah diuraikan bahwa beberapa jenis kegiatan dapat menimbulkan biaya-


biaya bagi pihak lain, namun beberapa kegiatan yang lain menghasilkan manfaat.
Contoh kegiatan yang menghasilkan eksternalitas positif adalah pendidikan.
Pendidikan menghasilkan eksternalitas yang positif, karena dengan pendidikan
membuat masyarakat lebih terdidik, dan akan menciptakan kehidupan yang lebih baik
dan dapat menguntungkan semua orang. Misalnya manfaat pendidikan terhadap
produktivitas tidak dengan sendirinya menciptakan eksternalitas. Konsumen dari
pendidikan mendapatkan manfaat dalam bentuk upah yang tinggi, dan apabila
sebagian dari manfaat produktivitas atas pendidikan tersebut menguntungkan pihak-
pihak lain, maka dampak tersebut juga disebut sebagai eksternalitas positif.
417

Pada dasarnya analisis eksternalitas positif sama dengan analisis eksternalitas


negatif, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14.2, di mana kurva permintaan tidak
mencerminkan nilai barang tersebut terhadap masyarakat. Karena nilai sosialnya
lebih besar dari produksinya. Kurva nilai sosial berada di atas kurva permintaan.
Jumlah optimal ditemukan pada perpotongan kurva nilai sosial dengan kurva
penawaran yang mencerminkan biaya-biaya. Oleh karena itu jumlah optimal secara
sosial adalah lebih besar dari pada jumlah yang ditentukan oleh harga pasar.

Biaya

Manfaat Sosial
S (Biaya
produksi)

Titik Optimum

Titik Keseimbangan

D1
D0

0 QMrk QOpt Kuantitas


Gambar 14.1. Kurva keseimbangan dan Biaya Sosial atas Pendidikan

Dalam kondisi semacam ini, maka pemerintah dapat mengintervensi untuk


memperbaikinya dengan mendorong semua pihak yang terlibat dalam pasar untuk
menginternalisasikan dari eksternalitas ini. Tindakan yang wajar atas kasus
eksternalitas positif ini adalah kebalikan atas kasus eksternalitas negatif. Untuk
menggeser keseimbangan pasar agar mendekati titik optimum sesara sosial, maka
eksternalitas positif harus disubsidi. Dalam kenyataannya pemerintah melakukan
subsidi untuk pendidikan. Subsidi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
418

Indonesia dewasa ini antara lain, pembangunan sekolah-sekolah negeri, beasiswa


pendidikan baik di dalam maupun di negeri.

14.2. Solusi Perusahaan untuk Eksternalitas


Kita sudah memahami bahwa mengapa eksternalitas membuat pasat tidak
mampu mengalokasikan sumber daya dengan efisien, tapi baru sedikit menjelaskan
mengenai ketidakefisienan itu dapat ditanggulangi. Pada prakteknya para pelaku
swasta maupun pemerintah dapat menanggapi eksternalitas dalam berbagai cara.
Pada dasarnya semua penanggulangan tersebut sama-sama bertujuan mengubah
alokasi sumber daya agar pasar mendekati titik optimal secara sosial. Pada bagian ini
kita akan menjelaskan solusi-solusi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam
menanggulangi eksternalitas tersebut.

Jenis-Jenis Solusi Perusahaan


Dalam menyelesaikan persoalan eksternalitas yang menyebabkan pasar tidak
efisien, pemerintah tidak selamanya perlu turun tangan dalam menyelesaikan kasus
tersebut. Pada kondisi tertentu perusahaan dapat mengembangkan solusi tertentu
untuk menyelesaikannya. Kadang-kadang eksternalitas dapat diselesaikan dengan
pertimbangan moral dan hukuman-hukuman sosial. Walaupun telah ada aturan yang
melarang membuang sampah di sembarang tempat, namun aturan tidak dijalankan
dengan baik. Kebanyakan di antara kita membuang sampah di sembarang tempat, dan
tidak benar. Perintah moral memberi tahu kepada kita bahwa tindakan-tindakan yang
kita lakukan pasti mempengaruhi orang lain. Dalam istilah ekonomi aturan yang ada,
memerintahkan kita untuk menginternalisasi eksternalitas.
Solusi lain yang dapat dilakukan adalah beramal. Kebanyakan program amal
yang ada, ditujukan untuk menangani eksternalitas. Misalnya organisasi lingkungan,
dengan tujuan melindungi lingkungan, kebanyakan dari mereka didanai oleh donasi-
donasi swasta. Bantuan beasiswa pendidikan dari swasta dengan alasan bahwa
perguruan tinggi menghasilkan eksternalitas positif.
419

Pasar sering kali dapat menyelesaikan eksternalitas dengan mengandalkan


kepentingan-kepentingan pribadi dari pihak-pihak yang terkait. Kadang kala solusi ini
berbentuk integrasi dari berbagai jenis bisnis. Sebagai contoh seorang petani apel dan
peternak lebah hidup bertetangga. Masing-masing bisnis memberikan eksternalitas
positif bagi yang lain. Lebah membantu menyerbukkan bunga dari pohon-pohon apel.
Dengan demikian, maka lebah tersebut membantu petani apel dalam menghasilkan
apel, dan pada saat yang bersamaan lebah-lebah tersebut menggunakan sari bunga
dari pohon apel tersebut untuk menghasilkan madu. Ketika petani apel menentukan
berapa banyak pohon yang akan ditanam, dan peternak lebah menentukan berapa
banyak lebah yang harus dipelihara, mereka mengabaikan eksternalitas positif ini.
Dampaknya adalah petani apel menanam apel terlalu sedikit dan peternak lebih
memelihara lebah terlalu sedikit. Eksternalitas ini pada dasarnya dapat diinternalisasi
seandainya si peternak lebih memilih membeli kebun apel tersebut, atau petani apel
membeli peternakan lebah tersebut. Kedua kegiatan ini akan berjalan dalam satu
perusahaan, dan perusahaan tunggal yang ada dapat menentukan jumlah pohon apel
yang harus dipelihara dan jumlah lebah yang harus diternak agar hasil yang diperoleh
optimal. Internalisasi eksternalitas ini menjadi alasan bagi banyak pengusaha terlibat
dalam banyak bisnis yang berbeda.
Cara lain dari perusahaan menghadapi dampak eksternalitas adalah pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan menandatangani suatu kontrak. Misalnya petani
apel dan peternak lebah dapat menyelesaikan masalah jumlah pohon dan lebah.
Dalam kontrak dapat dinyatakan dengan jelas jumlah tanaman apel dan leba serta
mungkin jumlah harus dibayarkan antara pihak petani apel dan pihak peternak lebah.
Dengan mengatur jumlah pohon apel dan jumlah lebah yang diternak dengan tetap,
maka kontrak tersebut dapat menyelesaikan masalah ketidak efisienan yang
umumnya muncul dari eksternalitas tersebut, dan membuat keduanya lebih
diuntungkan.

Teorema Coase
420

Teorema Coase (Coase theorem) ditemukan oleh ekonom yang bernama


Ronald Coase, mengatakan bahwa efektivitas perusahaan dalam menghadapi
eksternalitas dalam keadaan tertentu dapat menjadi sangat efektif. Menurut Coase,
apabila pihak perusahaan dapat melakukan penawaran tanpa mempengaruhi alokasi
sumber daya, maka perusahaan akan mampu menyelesaikan masalah eksternalitas
dan mengalokasikan sumber sayanya dengan efisien.
Untuk menjelaskan cara kerja teorema Coase, kita perhatikan contoh berikut;
Misalkan Yunus memelihara ayam potong, dan usaha tersebut mengeluarkan bauh
dan mengganggu Ali tetangganya. Yunus mendapatkan manfaat dengan memelihara
ayam petelur tersebut, tetapi bagi Ali ayam tersebut menciptakan suatu eksternalitas
negatif. Pertanyaan yang muncul harukan Yunus meninggalkan usaha peternakannya,
atau haruskah Ali menderita karena bau busuk peternakan milik Yunus.
Pertama, mari kita analisis hasil yang efisien secara sosial. Mari kita
mempertimbangkan dua alternatif dengan mempertimbangkan manfaat yang
diperoleh Yunus dengan keberadaan usaha peternakannya dan beban yang ditanggung
oleh Ali atas bau yang dikeluarkan oleh peternakan ayam milik Yunus. Apabila
manfaat yang diperoleh Yunus lebih besar dari beban yang ditanggung oleh Ali maka
yang efisien adalah membiarkan Yunus untuk memelihara ayam petelur dan
membiarkan Ali hidup menderita karenanya. Tetapi apabila beban yang ditanggung
oleh Ali melebihi manfaatnya, maka Yunus harus menghentikan usaha
peternakannya.
Menurut teorema Coase, pasar dapat mencapai hasil yang efisien dengan
sendirinya. Pertanyaan yang muncul bagaimana caranya? Sederhana saja, Ali dapat
menawarkan bayaran kepada Yunus untuk menghentikan usahanya, dan Yunus akan
menerima tawaran itu apabila jumlah yang ditawarkan Ali lebih dari manfaat yang
diperoleh dengan beternak ayam.
Dengan melakukan tawar menawar harga maka Yunus dan Ali akan mencapai
hasil yang efisien. Misalkan Yunus memperoleh manfaat sebesar Rp. 1.000.000 per
bulan dengan usaha tersebut, dan Ali menderita Rp. 2.000.000 per bulan dengan
usaha tersebut. Dalam kasus ini Ali dapat menawarkan Rp. 1.200.000 kepada Yunus
421

agar Yunus rela menghentikan usahanya, dan Yunus akan menerimanya dengan
senang hati. Keduanya lebih diuntungkan dari sebelumnya, dan hasil yang efisien pun
tercapai.
Misalkan Yunus mendapatkan manfaat sebesar Rp. 2.500.000 dari usaha
peternakan itu, dan Ali menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000. Maka dalam kasus
ini Yunus akan menalok berapapun tawaran di bawah Rp. 2.500.000, sementara Ali
tidak akan membayar lebih dari Rp. 2.000.000,-. Kerena itu Yunus tetap memelihara
ayam. Sebab bagaimana pun juga ini adalah hasil yang efsien.
Jadi inti dari teorema Coase yaitu bahwa para pelaku ekonomi dapat
menyelesaikan masalah ekternalitas di antara mereka sendiri. Bagaimanapun
distribusi atas hak-hak tersebut, pada awalnya pihak-pihak yang berkepentingan
selalu dapat menemukan suatu kesepakatan yang membuat mereka semua saling
diuntungkan daripada sebelumnya, dan hasilnya pun efsiein.

Mengapa Solusi Perusahaan tidak Selalu Bekerja dengan Baik

Walaupun teorema Coase sangat menarik, namun kadang-kadang para pelaku


ekonomi gagal menyelesaikan masalah eksternalitas. Teorema Coase hanya dapat
belaku apabila yang berkepentingan tidak mengalami kesulitan dalam mencapai
kesepakatan yang disetujui. Akan tetepi dalam kenyataannya tawar-menawar tidak
selamanya dapat berjalan dengan baik, walaupun hasil yang diperoleh menguntunkan
semua pihak.
Tidak jarang terjadi pihak-pihak yang berkepentingan gagal menyelesaikan
persoalan ekternalitas karena adanya biaya transaksi (transaction cost), yang harus
dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan tawar menawar
dan mencapai kesepakatan. Dalam contoh yang lebih realistis, biaya-biaya transaksi
adalah pengeluaran untuk membayar para pengacara.
Dalam kondisi yang lain, tawar menawar tidak dapat dilakukan. Dilakukan
pemogokan oleh serikat buruh, menunjukkan bahwa untuk mencapai kesepakatan
adalah sesuatu yang sulit dilakukan, dan kegagalan dalam mencapai kesepakatan
422

dapat menjadi sesuatu yang sangat merugikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam kenyataannya seringkali masing-masing pihak saling menahan diri guna
memperoleh kesepakatan yang lebih baik dari sudut pandang mereka.
Dalam mencapai kesepakatan yang efisien sangat sulit dilakukan terutama
apabila jumlah yang berkepentingan sangat banyak, karena mengkoordinasikan
orang-orang dalam jumlah besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Misalnya
pabrik Gula membuang polusinya pada sungai yang ada didikitarnya. Polusi tersebut
menghasilkan eksternalitas negatif bagi semua warga yang ada di hilir sungai
tersebut. Dalam teorema Coase, apabila polusi tersebut tidak efisien, maka pabrik
gula dan para masyarakat dapat mencapai kesepakatan, dimana masyarakat dapat
membayar pabrik untuk tidak menghasilkan polusi. Akan tetapi apabila jumlah
masyarakat di hilir sungat sangat banyak, maka mengkoordinasikan mereka untuk
melakukan tawar menawar dengan pabrik tersebut mungkin tidak dapat dilakukan.
Apabila tawar manawar antara swasta tidak berhasil dilakukan, maka
pemerintah dapat memainkan suatu peran. Pemerintah dapat bertindak atas nama
masyarakat. Oleh karena itu bagian berikutnya akan diuraikan peranan pemerintah
dalam mengatasi masalah ekternalitas.

14.3. Kebijakan Pemerintah atas Eksternalitas


Pencemaran adalah bentuk eksternalitas negatif. Sebagai dampak dari
memproduksi atau mengkonsumsi barang dan jasa, barang jelek juga ikut diproduksi.
Pabrik Gula menghasilkan asap dan limbah di samping gula. Pertanian menghasilkan
limbah kimia selain bahan makanan. Rumah tangga menghasilkan limbah manusia
dan sampah ketika mereka mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam semua kasus
tersebut, teknologi produksi dan konsumsi secara otomatis menghasilkan pencemaran
(polusi). Hanya sedikit aktivitas manusia yang tidak menghasilkan eksternalitas
negatif.
Untuk mengendalikan eksternalitas negatif tersebut, maka pemerintah dapat
menanggapinya dengan dua cara yaitu kebijakan perintah dan kendalikan (command
423

and control policy), yaitu kebijakan mengatur perilaku secara langsung dan kebijakan
yang berorientasi pasar (Market based policy), yaitu pemerintah menyediakan insentif
sehingga pimpinan perusahaan memilih untuk menyelesaikan masalah mereka
sendiri.

Pengendalian langsung

Kebijakan pengendalian langsung merupakan bentuk kebijakan lingkungan


yang paling sering digunakan oleh pemerintah pada beberapa negara dewasa ini.
Standar emisi kendaraan bermotor merupakan pengendalian langsung dikenal baik
dikalangan pemerhati lingkungan. Standar ini harus dipenuhi oleh semua kendaraan
bermotor baru yang dijual. Standar ini mensyaratkan bahwa emisi per mil atas
sejumlah gas beracun dan pencemaran lain lebih rendah daripada jumlah tertentu.
Standar ini berlaku di manapun kendaraan dijalankan. Manfaat marjinal mengurangi
emisi di perdesaan sama dimana termpat pencemaran udara relatif kurang, dibanding
dengan manfaat marjinal di kota-kota besar, di mana kawasan gas emisi sudah sangat
banyak di udara. Akan tetapi standar ini berlaku sama untuk kota besar dan desa.
Pengendalian langsung sering kali mengharuskan teknik tertentu untuk
mengurangi pencemaran. Oleh karena itu sebelum diizinkan beroperasi, suatu pabrik
diharuskan menggunakan alat tertentu untuk mengurangi polusi, meskipun terkadang
terdapat teknologi lain atau alat lain yang dapat menghasilkan pengurangan
pencemaran yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
Oleh karena itu pengendalian langsung terkadang tidak efisien secara
ekonomis dalam kebanyakan hal, dalam arti lebih banyak pencemaran yang
seharusnya dapat dihilangkan dengan biaya ekonomis yang sama dengan
pengendalian langsung. Misalkan pencemaran pada saluran air akan dihilangkan
sampai batas tertentu. Biasanya pemerintah akan membagi beban pencemaran secara
adil, beban pengurangan pencemaran yang diinginkan kepada semua perusahaan yang
melakukan pencemaran menurut kriteria yang kurang adil. Pemerintah dapat
menetapkan bahwa setiap perusahaan melakukan pencemaran harus mengurangi
424

pencemarannya dengan persentase yang sama. Atau setiap perusahaan diperintahkan


untuk memastikan bahwa setiap liter air yang dibuang ke saluran air memenuhi mutu
tertentu. Meskipun ketentuan-ketentuan tersebut kelihatannya wajar, namun apabila
perusahaan-perusahaan yang melakukan pencemaran tidak menanggung biaya
pengurangan pencemaran yang sama, jadi ketentuan-ketentuan tersebut menjadi tidak
efisien.
Untuk menjelaskannya, mari kita perhatikan dua perusahaan yang
menghadapi biaya pengurangan pencemaran yang berbeda seperti ditunjukkan pada
Gambar 14.3. Misalkan biaya marjinal perusahaan X untuk mengurangi pencemaran
selalu lebih rendah dari perusahaan Y. Kondisi tersebut sangat mungkin terjadi
karena pencemaran yang ada berasal dari banyak industri. Bagi suatu industri
mungkin mudah untuk mengurangi penggunaan bahan pencemar tertentu, namun
dalam industri lain bahan pencemar yang ada mungkin merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari proses produksinya.
Cara efisien untuk mengurangi pencemaran dengan meminta perusahaan X
menekan pencemarannya sampai biaya marjinal pengurangan lebih lanjut sama
dengan biaya marjinal perusahaan Y. Untuk mengurangi unit pencemaran yang
pertama. Setelah biaya marjinal mereka untuk mengurangi pencemaran disamakan,
pengurangan pencemaran lebih jauh hanya akan efisien apabila kesamaan tersebut
dipertahankan. Untuk memahaminya misalkan biaya marjinal untuk mengurangi
pencemaran adalah berbeda untuk kedua perusahaan, maka dengan merelokasi
beberapa pengurangan pencemaran dari perusahaan berbiaya marjinal tinggi ke
perusahaan berbiaya marjinal rendah. Pengurangan pencemaran total dapat dijaga
konstan, sementara sumber daya riil yang digunakan untuk mengurangi pencemaran
lebih sedikit.

Rp/Unit
Perusahaan X Rp/Unit Perusahaan Y
MCY

MCX
CY

CX
425

Apabila kebijakan pengendalian langsung mengharuskan perusahaan


menggunakan teknik tertentu untuk mengurangi pencemaran, maka inefisiensi jenis
kedua akan terjadi. Kebijakan semacam ini cenderung berubah sangat lambat.
Pemerintah sering kali membuat kebijakan dengan mewajibkan menggunakan teknik
terbaik saat ini, namun hari esok teknik yang lebih efektif untuk mengurangi
pencemaran telah ditemukan.
Kedua sumber inefisiensi dalam pengendalian langsung yang telah diuraikan
adalah contoh kegagalan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah tidak berbuat sebaik
yang seharusnya dalam mencapai sasaran sosial yang penting. Kegagalan pemerintah
akan menambah biaya marjinal pengurangan pencemaran. Jadi tingkat pencemaran
yang secara sosial optimal akan lebih tinggi apabila metode yang digunakan untuk
mengendalikan pencemaran lebih tidak efisien.
Masalah lain yang timbul dalam pengendalian langsung dalam praktek yaitu
cara semacam ini sangat mahal untuk dipantau dan dilaksanakan. Lembaga yang
mengurus memeriksa pabrik demi pabrik, berapa banyak dan berapa jenis
pencemaran yang dilepaskan. Di samping itu lembaga tersebut membutuhkan suatu
mekanisme untuk menghukum para perusahaan yang melanggar. Pemantauan yang
akurat atas semua sumber pencemaran yang potensial membutuhkan sumber daya
yang jauh lebih besar dibanding sumber daya yang dimiliki oleh lembaga tersebut.
Dewasa ini sistem denda dan hukuman yang berlaku, dalam pandangan pemerhati
426

lingkungan untuk membuat para pelanggar jera. Misalkan apabila perusahaan yang
melakukan pencemaran, diwajibkan membatasi emisi pencemar sampai batas tertentu
per hari, akan memperhitungkan biaya untuk memenuhi standar dan biaya apabila
mereka dipergoki dan denda apabila ditemukan melanggar ternyata relatif kecil, maka
pengendalian langsung tidak banyak berdampak.

Kebijakan yang Berorientasi Pasar

Pajak Emisi

Selain metode langsung, pemerintah dapat pula mengendalikan pencemaran


dengan mengenakan pajak atas perusahaan yang membuang emisi. Metode ini pada
dasarnya adalah menginternalisasi eksternalitas pencemaran, sehingga keputusan-
keputusan terdesentralisasi dapat memberi hasil yang lebih efisien. Kita kembali
kepada contoh kasus perusahaan X dan Y. Misalkan perusahaan X dapat mengurangi
emisi dengan biaya yang lebih murah, sementara perusahaan Y dapat mengurangi
emisi dengan biaya yang lebih mahal. Apabila semua perusahaan diwajibkan
membayar pajak sebesar t misalnya, untuk setiap unit pencemaran, maka perusahaan
akan mengurangi emisi sampai pada titik di mana biaya marjinal pengurangan lebih
lanjut persis sama dengan tarif pajak (t). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan Y akan mengurangi emisi jauh lebih banyak dibanding perusahaan Y
dalam mencapai keseimbangan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.4.

Gambar 14.4, menunjukkan bahwa perusahaan X menghadapi biaya marjinal


pengurang pencemaran yang lebih rendah dibanding perusahaan Y. Misalkan
lembaga yang menangani pencematan mengenakan pajak sebesar t per unit
pencemaran, maka perusahaan X akan mengurangi pencemarannya lebih besar dari
biaya marjinalnya sebesar QX. Sampai pada titik QX besarnya pajak yang dihemat
dengan mengurangi pencemaran lebih besar dari pada biaya marjinal yang
dikeluarkan untuk mengurangi pencemaran. Apabila perusahaan X memilih untuk
tidak melakukan penanggulangan pencemaran sama sekali, maka ia akan membayar
pajak sebesar t kali Qmax, sebagai pajak pencemaran, di mana Qmax, adalah
427

pencemaran total perusahaan apabila tidak melakukan apa-apa untuk mencegah


pencemaran. Dengan mengurangi pencemaran sebesar Qmax dikurangi QX, maka
perusahaan X akan menghemat biaya sebesar daerah ABt pada gambar 14.4(a)
sebelah kiri.

Rp/Unit
Perusahaan X Rp/Unit Perusahaan Y
MCY
MCX

B
B D
D
t t
CC
A
A

QX QMax X QY QMax Y

Pengurangan Pencemaran Pengurangan Pencemaran


(a) (b)
Gambar 14.4. Efisiensi atas Pengendalian Pencemaran Langsung

Sementara perusahaan Y memilih untuk mengurangi hanya sejumlah kecil


dari pencemarannya sampai pada QY. Sebaran pengeluaran lebih lanjut akan
mengharuskan perusahaan Y mengeluarkan biaya sepanjang MCY, yang lebih besar
dari manfaat pajak yang dihemat.
Dalam kondisi seperti ini, apabila lembaga menangani tentang polusi mampu
melakukan perkiraan tentang kerugian marginal yang disebabkan oleh pencemaran,
maka lembaga tersebut dapat menetapkan besarnya tarif pajak yang persis sama
dengan kondisi pada Gambar 14.4. Dalam kasus seperti itu, perusahaan yang
melakukan pencemaran akan dipaksa oleh petugas pajak untuk menginternalisasi
eksternalitas pencematan yang ditimbulkan.
428

Kelebihan lain dari sistem pengenaan pajak emisi adalah bahwa tidak
mengharuskan lembaga yang menangani tentang pencemaran untuk menetapkan
bagaimana perusahaan harus menggunakan teknologi tertentu dalam mengurangi
pencemaran dari usahanya. Jadi dalam konteks ini perusahaan sendiri yang harus
mencari teknik pengurangan yang paling efisien. Dengan tujuan memaksimumkan
keuntungan, akan membuat perusahaan berusaha untuk mengurangi pencemaran yang
ditimbulkan, karena mereka tidak ingin menanggung pajak pencematan yang besar.
Efektivitas pengenaan pajak emisi hanya dapat berjalan dengan baik apabila
jumlah emisi dapat diukur dengan tetap. Dalam beberapa jenis pencemaran alat
pengukur pencemaran yang akurat untuk dipasang dengan biaya yang wajar belum
ditemukan. Dengan demikian pengenaan pajak emisi masih sulit dilakukan. Misalkan
kasus pencemaran yang ditimbulkan oleh mobil, akan sangat mahal untuk memasang
alat pemantau yang baik pada setiap mobil dan menetapkan pajak terutang
berdasarkan data yang direkam oleh alat tersebut.
Masalah lain dari pengenaan pajak emisi adalah penetapan besarnya tarif
pajak. Secara ideal lembaga yang menangani pencematan mendapatkan perkiraan
tentang besarnya kerusakan sosial marjinal yang ditimbulkan per unit bahan
pencemar, dan menetapkan jumlah pajak sama dengan jumlah tersebut. Apabila hal
tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan sendirinya internalisasi
eksternalitas berjalan dengan baik. Akan tetapi, informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan kerusakan sosial marjinal umumnya sulit dilakukan.
Apabila pemerintah menetapkan tarif pajak emisi yang terlalu tinggi,maka
terlalu banyak sumber daya yang disediakan untuk mengendalikan pencemaran.
Sebaliknya apabila tarif pajak yang dikenakan terlalu rendah, maka akan
menimbulkan pencemaran yang terlalu besar. Dalam prakteknya, lembaga yang
bertugas menangani pencemaran mungkin memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik
mengenai tingkat pencemaran yang dapat diterima, dibanding besarnya tarif pajak
yang dikenakan, terutama apabila teknologi pengurangan pencemaran berubah, maka
tarif pajak juga harus diubah, dan pemerintah umumnya sangat lambat untuk
menyesuaikan tarif pajak yang sudah ditetapkan.
429

Standar dan Biaya Emisi

Dewasa ini beberapa negara menetapkan standar emisi bagi perusahaan, yaitu
batas legal jumlah polusi yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila suatu
perusahaan melampauhi batas tersebut, maka perusahaan tersebut akan dikenakan
hubungan dalam bentuk denda uang atau pidana, seperti pada Gambar 14.5. Standar
emisi yang dibuat bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan berproduksi
dengan efisien. Oleh karena perusahaan dalam beroperasi menggunakan alat
pengendali polusi. Kenaikan biaya untuk mengurangi polusi akan menyebabkan biaya
rata-rata produksi perusahaan akan naik. Perusahaan akan memperoleh keuntungan
apabila harga jual produk mereka berada di atas biaya rata-rata setelah
memperhitungkan biaya polusi.

Rp/Unit
polusi Standar Polusi
8 MSC

6
B
E
4 Biaya
A

2
MC

2 4 5 6 8 10
Tingkat Polusi

Gambar 14.5. Standar dan Biaya Polusi

Sementara yang dimaksud dengan biaya emisi yaitu adalah biaya yang
dikenakan terhadap setiap unit polusi yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan.
Gambar 14.5 menunjukkan biaya emisi adalah Rp. 40 ribu merupakan perilaku yang
430

efisien untuk pabrik tersebut. Dalam kondisi tersebut perusahaan akan memperkecil
biaya dengan mengurangi polusi dari 10 unit menjadi 5 unit.

Izin Transfer Emisi.

Mari kita perhatikan kembali kasus dua perusahaan yang terletak pada suatu
tempat sehingga biaya sosial marjinal emisinya sama, tidak peduli perusahaan mana
yang mengurangi emisinya. Akan tetapi karena kedua perusahaan tersebut,
mempunyai biaya pengurangan emisi yang berbeda dalam arti biaya marjinal
pengurangan emisi kedua perusahaan tidak sama, seperti terlihat pada Gambar 14.6.

Rp/Unit
MCX MCY
polusi
8

6
5,2 B

4 Biaya
A
3,2

2 MC

2 4 5 6 8 10
Tingkat Polusi

Gambar 14.6. Standar dan Transfer Biaya Polusi

MCX dan MCY pada Gambar 14.6. menunjukkan kurva biaya marjinal
pengurangan emisi untuk perusahaan X dan perusahaan Y. Masing-masing
perusahaan pada mulanya mengeluarkan 10 unit emisi. Misalkan pemerintah
menginginkan pengurangan emisi sebesar 4 unit. Gambar 14.6, menunjukkan bahwa
cara termurah untuk menurunkan emisi adalah meminta perusahaan Y mengurangi
emisinya sebesar 3 unit dan perusahaan X mengurangi emisi sebesar 5 unit. Dengan
431

pengurangan ini, maka kedua perusahaan tersebut mempunyai biaya marjinal


pengurangan sebesar Rp. 4 juta. Sekarang pikirkan apa yang terjadi apabila
pemerintah meminta kepada kedua perusahaan untuk mengurangi emisinya masing-
masing sebesar 4 unit. Dalam kondisi tersebut biaya marjinal untuk perusahaan Y
naik dari Rp. 4 juta menjadi Rp. 5,2 juta, dan biaya marjinal untuk perusahaan X
turun dari Rp 4 juta menjadi Rp. 3,2 juta.
Dengan sistem izin transfer emisi, maka perusahaan yang tidak sanggup
menurunkan emisi, maka mereka harus membeli izin emisi. Dengan demikian
misalkan kedua perusahaan pada Gambar 14.6, diberi izin diberi izin untuk
mengeluarkan emisi sampai 6 unit, maka perusahaan Y menghadapi biaya marjinal
pengurangan emisi yang cukup tinggi, akan membayar sebesar Rp. 5,2 juta untuk
membeli satu unit emisi, tetapi nilai izin tersebut untuk perusahaan X hanya sebesar
Rp. 3,2 juta. Oleh karena itu perusahaan X seharusnya menjual izin tersebut kepada
perusahaan Y dengan harga antara Rp. 3,2 juta sampai Rp. 5,2 juta.
Apabila terdapat cukup banyak perusahaan dan izin, maka akan terbentuk
suatu pasar untuk izin emisi. Dalam keseimbangan pasar, maka harga suatu izin sama
dengan biaya marjinal pengurangan untuk seluruh perusahaan, sebab kalau tidak,
maka suatu perusahaan akan merasa diuntungkan dengan membeli lebih banyak izin.
Dalam kasus ini tentunya perusahaan-perusahaan yang mempunyai kurva biaya
marjinal pengurangan biaya emisi terendah akan paling banyak mengurangi emisinya.
Sebaliknya perusahaan-perusahaan dengan kurva biaya marjinal emisi paling tinggi
akan paling sedikit mengurangi emisinya.

14.4. Ringkasan Bab 14.

Eksternalitas terjadi manakala seorang produsen atau kegiatan seorang


konsumen mempengaruhi kegiatan produksi atau konsumsi orang lain dengan cara
yang tidak langsung tercermin dalam pasar. Eksternalitas dapat memiliki dua efek
yaitu positif dan negatif. Eksternalitas negatif dapat berupa polusi, menyebabkan
jumlah optimal secara sosial dalam pasar kurang dari jumlah keseimbangan.
432

Sementara eksternalitas positif dapat berupa teknologi dan pendidikan, yang


menyebabkan jumlah optimal secara sosial melebihi jumlah keseimbangan.
Pada dasarnya pihak-pihak yang terkena dampak dari eksternalitas dapat
menyelesaikan masalah mereka sendiri. Misalkan suatu perusahaan yang
menghasilkan eksternalitas bagi perusahaan lain, maka keduanya dapat
menginternalisasi eksternalitas tersebut dengan cara merger. Menurut teorema Coase,
apabila orang-orang dapat melakukan tawar menawar tanpa memakan biaya, maka
mereka selalu dapat mengalokasikan sumber daya dengan efisien, namun dalam
banyak kasus untuk mencapai suatu kesepakatan dengan banyaknya pihak yang
berkepentingan sangat sulit untuk dilakukan, sehingga teorema Coase tidak berlaku.
Pada saat pihak-pihak perusahaan tidak dapat menyelesaikan persoalan
eksternalitas yang ditimbulkannya, maka pemerintah melakukan campur tangan.
Umumnya pemerintah tidak menginginkan kegiatan yang tidak efisien dari segi sosial
dengan melarang perilaku-perilaku tertentu. Tidak jarang pula pemerintah
menginternalisasi eksternalitas dengan menerapkan pajak atas polusi yang
ditimbulkan dari suatu kegiatan, atau dengan cara memberi izin polusi dengan biaya
tertentu.

Pertanyaan Bab 14.

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan eksternalitas ?


2. Jelaskan dan berikan contoh masing-masing tentang eksternalitas positif dan
eksternalitas negatif?
3. Jelaskan beberapa cara menanggulangi eksternalitas tanpa perlu campur tangan
pemerintah?
4. Jelaskan kapan suatu eksternalitas membutuhkan intervensi dari pemerintah? dan
kapan suatu eksternalitas tidak adanya campur tangan pemerintah?
5. Amir suka memutar musik dangdut dengan volume tinggi. Sementara Yusuf suka
membaca Al-Qur’an dan membenci musik dangdut. Amir dan Yusuf
bersebelahan rumah.
a. Apakah ada eksternalitas pada kondisi tersebut?
433

b. Kebijakan apakah yang akan dilakukan oleh ketua RT dalam hal ini?
Mungkinkah kebijakan yang diambil oleh ketua RT. Membuatkan hasil yang
efisien.
c. Misalkan ketua RT. Mengizinkan keduanya berbuat sesuka hati mereka.
Berdasarkan teorema Coase bagaimana Amir dan Yusuf mencapai hasil yang
efisien, dan apakah yang dapat menghambat keduanya mencapai hasil yang
efisien.
6. Banyak pemerhati lingkungan berpendapat bahwa tingkat polusi dewasa ini
sudah terlalu tinggi.
a. Apabila masyarakat bermaksud menurunkan tingkat polusi yang ada sampai
pada batas tertentu, mengapa akan efisien apabila jumlah penurunan polusi
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dibuat berbeda?
b. Para ekonom berpendapat bahwa pendekatan dengan pajak atau penerbitan
izin berpolusi terbatas yang dapat diperjualbelikan akan efisien dalam
menurunkan jumlah polusi.
7. Terdapat lima perusahaan yang berlokasi pada titik yang berbeda di sepanjang
sungai Walanae dan mereka membuang limbah cair dengan jumlah yang
berbeda-beda ke dalamnya. Limbah cair tersebut telah merugikan masyarakat di
dihilir sungai. Perusahaan yang ada pada prinsipnya dapat membeli alat
menyaring untuk menghilangkan zat kimia berbahaya pada limbah yang dibuang
pada sungai tersebut. Misalkan anda sebagai penasihat kebijakan di daerah
tersebut, bagaimana anda membandingkan dan mencari perbedaan pilihan berikut
untuk mengatasi dampak yang merugikan dari limbah cair tersebut.
a. Mengenakan biaya limbah dengan tingkat yang sama bagi perusahaan yang
berlokasi pada pinggir sungai tersebut?
b. Standar yang sama per perusahaan untuk tingkat limbah cair yang dibuang
oleh masing-masing perusahaan?
c. Sistem izin limbah cair yang dapat dialihkan, di mana tingkat keseluruhan
limbah cair ditetapkan dan semua perusahaan menerima izin yang sama.
434

DAFTAR PUSTAKA

Bilas R.A. 1972. Microeconomic Theory. 2nd Edition. McGraw-Hill Book Company.

Bowles S. 2004. Microeconomics: Behavior, Institutions, And Evolution. Russell


Sage Foundation.

Cowell F.A. 2004. Microeconomics: Principles and Analysis. Ticerd and Department
of Economics.London School of Economics

Chiang A.C. and K.Wainwright. 2006. Dasar-Dasar Matematika Ekonomi. Edisi


Keempat. Erlangga. Jakarta.

Clements M.P And D. F. Hendry. 2004. A Companion toEconomic Forecasting.


Blackwell Publishing Ltd.

Das S.P. 2007. Microeconomics for Business. Sage Publications India Pvt Ltd.

Fetter F.A.2003. The Principles Of Economics: With Applications To Practical


Problems. Online Edition By The Ludwig Von Mises Institute, Ã 2003.

Hartono J. 2004. Teori Ekonomi Mikro: Analisis Matematis. Edisi Ketiga. Penerbit
Andi Yogyakarta.

Hirshleifer K. 1984. Price Theory and Applications, 3rd Edition. Printice Hall. Inc.

Jechlitschka J., D. Kirschke and G Schwarz. 2007 Microeconomics using Excel


Integrating economic theory, policy analysis and spreadsheet modelling.
Routledge. New York

Lipsey R.G., P.N.Courant, D.G.Purvis, P.O. Steiner. 1996. Economics. Theen


Edition. Harper and Row Publisher..

Mankiw N.G. 2004. Principles of Economics. Cengage Learning Asia Pte.Ltd.


Singapore.

McConnell C.R. and S.L. Brue. 2002. Economics: Principles, Problems, and Policies.
McGrow-Hill. Boston.
435

Nicholson, W. 1998. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions. The


Dryden Press.

___________.2002. Intermediate Microeconomic: and Its Application. Eight Edition.


Harcourt College Publisher.

Pindyck R.S. and D.L. Rubinfeld. 1998. Microeconomic. Sixth Edition. Pearson
Edition, Inc. New Jersey.

Raharja P., M. Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan


Makroekonomi. Edisi Ketiga. LP-FEUI. Jakarta.

Salvatore D. 2007. International Economics. Ninth Edition. Jhon Wiley and Sons Inc.

Samuelson P.A. and W.D. Nordhaus. Economics. Eighteenh Edition. McGraw-Hill.


New York.

Schelling C. Thomas. 1980. The Strategy of Conflict. New York: Harvard University
Press.

Semaoen I. 1996. Teori Mikroekonmic: Pendekatan Matematik. Program


Pascasarjana. Universitas Brawijaya. Malang.

Soeharno. 2009. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Andi Yogyakarta.

Sugiarto, T.Herlambang, Brastoro, R. Sudjana, S. Kelana. 2005. Ekonomi Mikro:


Sebuah Kajian Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sukirno, S. 2005.Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga.PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Varian H.R. 2003. Intermediate Microeconomics: A Modern Approach. Sixth


Edition. W.W.Norton & Company. New York.

Wessels W.J. 2000. Economics. Third Edition. Barron's Educational Series, Inc.. New
York.
436

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai