INTERNATIONAL ACCOUNTING
International Accounting
Ada perusahaan yang semakin besar, perusahaan yang semakin besar ini ada 2 kegiatannya,
bisa berkeinginan mengekspor (menjual barangnya ke luar negeri), dan mungkin juga dia
butuh menggunakan berbagai fasilitas mesin dan lain-lain atau mungkin bahan baku dari luar
negeri. Jadi ada ekspor, ada impor.
Perusahaan yang mulai masuk ke perdagangan internasional ini biasanya tidak langsung jadi
perusahaan internasional, tapi mungkin buka cabang dulu seperti agen di luar negeri. Kita
mengirim barang ke agen itu, agen yang menjualkan barang. Kalau sudah lebih besar
mungkin jadi cabang. Kemudian kalo sudah lebih besar lagi, mungkin akan lebih murah
kalau barang itu diproduksinya disana. Berarti ada anak perusahaan yang disebut subsidiary.
Akibat dari perkembangan seperti ini timbullah yang disebut perdagangan internasional.
Timbullah anak perusahaan yang ada di luar negeri. Kemudian timbullah keperluan untuk
mempunyai akuntansi yang sama.
Timbullah kebutuhan, ini tidak cuma di Indonesia tapi di semua negara yang perusahaannya
berkembang bisnis luar negerinya. Timbul banyak yang disebut multinational companies,
perusahaan yang sudah ada di banyak negara, mungkin induknya di salah satu negara. Tapi
kalau kita lihat mobil misalnya, mobil keluaran Jepang. Kita tau itu mobil Jepang, tapi
produksinya dimana? Kalau di Indonesia berarti kita pakai mobil buatan Indonesia walaupun
mereknya merek Jepang. Di Amerika pun begitu, karena tidak menguntungkan mengirim
mobil dari Jepang ke Indonesia, seperti itu juga dari negara lain kemana-mana gitu.
Ini jadi perkembangan, kalau begitu ada kebutuhan antar negara. Kalau mata uangnya tidak
bisa disamakan itu urusan lain, tapi akuntansinya bagaimana? Ini masalah pertama yang
timbul. Kalau kita cuma mau terserah akuntansinya beda-beda, nanti pada waktu penjabaran,
mau mengkonsolidasi laporan keuangan akuntansinya kita sesuaikan. Misalnya, perusahaan
di Singapura itu harus pakai FIFO, yang di Indonesia misalnya pakai LIFO. Anak perusahaan
Indonesia di singapura dikirim laporan keuangannya ke Indonesia. Berarti harus di LIFO-kan,
dan ini perubahan yang tidak mudah. Itu satu, mengubah akuntansinya.
Yang kedua, penjabaran mata uangnya, dari dollar Singapura menjadi rupiah. Ini yang
nantinya menimbulkan ada usaha hamonisasi, konvergensi, ada International Accounting
Standards Board (IASB), dll. Ya sebetulnya masalahnya itu tadi. Jaman dulu tidak terlalu
besar tuntutannya karena multinational companiesnya tidak sebanyak sekarang. Ini dorongan
nantinya kita merasakan perlu hanya satu standar kalau bisa, sedunia.
Ide besarnya itu, ada kebutuhan untuk menyatukan. Sebelum ini bersatu, dulunya itu negara-
negara yang mulai menggunakan akuntansi double entry itu diubah. Ada 2 kelompok negara
di Eropa yang di daratan dan Inggris. Jadi ada istilah Anglo-American, aslinya adalah Anglo
Saxon. Karena model akuntansi Anglo Saxon ini berkembangnya di Amerika, karena penulis
buku ini orang Amerika, mengganti nama Saxon ini yang nama orang Eropa menjadi
American. Yaitu akuntansi yang berasal dari Inggris yang dibawa berkembang ke Amerika
dan berbagai negara lain.
Model yang lain adalah model eropa daratan. Continent itu benua. Benua eropa yang di darat
itu, Inggris kan lepas. Yang didaratan itu yang besar adalah di Jerman, di Perancis, mereka
memakai sistem yang berbeda dengan yang di Inggris, yang disebut sistem
continental (continental model).
Jadi kalau begitu ada 2 sistem yang bisa kita lihat pada waktu yang lalu, yaitu:
Anglo-American Model
Sekarang dicari dasar atau karakteristik umum. Kalau orang menggunakan yang anglo
american ini karakteristiknya seperti apa? Kalau yang
menggunakan continental karakteristiknya seperti apa?
1. Yang pertama, profesi akuntansi yang terbesar itu di Amerika, kemudian di Inggris,
berikutnya di negara-negara yang pakai anglo-american, seperti Australia dan seterusnya.
Ada AICPA, ada FASB. Di Amerika itu auditornya bergelar CPA, di Inggris auditornya
bergelar CA (Chartered Accountant). Jadi di dunia ini ada 2 gelar, dua2nya datang
dari anglo-american countries. Jadi profesinya kuat.
2. Yang kedua, Campur tangan pemerintah dalam profesi akuntansi itu kurang. Ini betul,
dulu. Setelah Sarbanes-Oxley (SOX) keluar, di Amerika berubah, di negara lain masih
tidak campur tangan pemerintahnya, di Amerika pemerintahnya sudah sangat campur
tangan karena adanya fraud, pemerintahnya marah, dibuatlah undang-undang yang
mengambil kewenangannya profesi, seperti yang sudah pernah dibahas di chapter
sebelumnya.
3. Yang ketiga, pasar modal sangat penting untuk menambah modal. coba lihat pasar
modal paling besar di dunia itu di amerika. Perusahaan itu hampir semuanya public
companies, modalnya diperoleh dari pasar modal. kredit bank ada tapi bukan yang utama.
Karena pentingnya pasar modal untuk menambah modal, membuat lebih banyak
perusahaan go public, public companiesnya lebih banyak, laporan keuangannya harus
diaudit. Jadi profesi akuntansinya menjadi terdorong besar. Kalau kredit ke bank, kalau
diatas jumlah tertentu juga ada ketentuan harus diaudit, dibawah itu tidak ada ketentuan
harus diaudit.
4. Yang keempat, sudut pandang true and fair, yang di Amerika bergerak berubah
menjadi present fairly (disajikan secara wajar). True and fair artinya sesuai dengan
standar akuntansi, yang di amerika juga menjadi present fairly yang itu sesuai dengan
standar akuntansi.
Jadi, negara-negara yang mengikuti anglo-american itu coba dilihat 4 karakteristiknya tadi
kira-kira sama atau tidak. Pasar modalnya besar ga? Profesi akuntansinya besar ga? Campur
tangan pemerintahnya banyak tidak? Kecuali amerika sekarang karena adanya SOX.
Pengikutnya anglo-american itu ada Inggris, Amerika, Kanada, Australia, ASEAN, dan
negara lain (Belanda dan New Zealand).
Kelompok yang kedua adalah kelompok continental, yang artinya benua, daratan, yang
terutama itu daratan eropa. Disini disebutkan lawan dari anglo-american karakteristiknya.
Profesi akuntansinya kecil, tidak berkembang. Standar akuntansi bisa tidak ada, tapi undang-
undang termasuk undag-undang perjakan, di dalamnya mengacu juga ketentuan-ketentuan
tentang standar akuntansi. Berarti kalau begitu laporan keuangan berdasarkan pada ketentuan
formal, yang ini seringkali berlawanan dengan yang kita kenal. Yang kita kenal itu substance
over form (substansi itu yang lebih diutamakan daripada bentuk legalnya). Kalau
di continental tidak, legalnya itu yang nomor satu. Berarti kalau laporan keuangan itu tidak
bisa dikatakan true and fair disini. Laporan harus berguna untuk pengambilan keputusan dan
lain-lain, ada judgement, nanti dulu, kalau di continental itu tidak ada, yang ada harus sesuai
dengan hukum yang berlaku yang disebut dengan legislative fiat. Fiat itu persetujuan.
Undang-undangnya harus disetujui oleh badang legilatifnya, laporan keuangan berarti
mengikuti itu.
Yang pakai continental ini Perancis, Jerman. Jepang itu sistemnya mirip dengan sistem
continental. Yang masuk continental harusnya yang dibenua eropa, Jepang kebetulan sama
sistemnya mendekati. Belakangan Jepang juga menggunakan anglo-american.
Sekarang, sesudah ada harmonisasi, sesudah ada konvergensi, semuanya mulai berubah.
Standar akuntansi yang berlaku dulu, sekarang sudah diganti dengan standar akuntansi yang
lebih internasional. Pada waktu IASC, standarnya kita sebut SAK. Sekarang pada waktu
FASB, standarnya kita sebut IFRS. Negara-negara continental pun ikut berubah. Jerman
jaman dulu tidak ada kewajiban mengkonsolidasi anak perusahaan di luar negeri, jadi yang
dikonsolidasi di dalam negeri. Belakangan berubah, yang diluar negeri pun dikonsolidasi.
Dalam kaitannya dengan perbedaan-perbedaan akuntansi antar negara, ada banyak penulis
yang mencoba membangun teori-teori terkait dengan perbedaan akuntansi antar-negara. Ada
yang memakai teori ekonomi, bahwa berdasarkan teori ekonomi yang diterapkan di negara
itu, maka karakteristik akuntansi negara itu bisa ditunjukkan. Ada yang menunjukkannya
mencoba mengelompokkan berdasarkan culture (budaya). Ada 4 bidang budaya ini misalnya
budaya bangsa yang individualistic dan budaya bangsa yang collectivism (bersama-
sama/gotong-royong), kemudian dilawankan gitu. Apakah bisa memakai teori budaya ini
untuk nanti menunjukkan bahwa akuntansi di negara yang seperti ini akan menggunakan
akuntansi begini. Jadi ada teori-teori yang dicoba dikembangkan.
Siapa yang mendorong harmonisasi? Masyarakat eropa yang akhirnya menjadi EU (European
Union), mereka itu mau menyatu karena mereka merasa kecil-kecil sendiri-sendiri ini repot.
Pada akhirnya mereka sepakat antar mereka tidak membutuhkan visa, dan sepakat mata
uangnya dijadikan satu, pakai euro. Keseragaman ini dirasakan kebutuhannya disana,
termasuk untuk akuntansi. Dulunya negaranya sendiri-sendiri, sesudah menjadi EU mereka
harus mulai menyeragamkan ini. Bagaimana caranya? Bukan membuat undang-undang yang
berlaku untuk setiap negaranya, tapi mereka membuat arahan (directive). Berdasarkan arahan
itu, setiap negara akan menyesuaikan ketentuan di negaranya sehingga jadi lebih harmonis
antar negara di Eropa.
Yang terkenal directivesnya itu ada 2 yang terkait dengan akuntansi, yaitu directive nomor
4 (Fourth Directive) dan directive nomor 7 (Seventh Directive). Eropa untuk kebutuhan
mereka sendiri, mereka membutuhkan harmonisasi.
Usaha kesitu tidak cuma harmonis, tapi kalau bisa di converge. Standarnya itu kalau bisa
dipakai di dalam negeri sini, dipakai di dalam negeri sana, berarti tingkat keseragamannya
lebih tinggi. Yang tidak sesuai yang melanggar hukum saja yang digunakan. Yang tidak
melanggar hukum itu tetap digunakan. Akibatnya menjadi keseragaman yang lebih tinggi.
Yang masih jadi masalah adalah belum lebur sepenuhnya amerika ke dalam penggunaan
standar akuntansinya ASB. Walaupun sebetulnya yang dibuat oleh IASB itu menggunakan
punya Amerika.
Conceptual Framework
Fair Value
Ada SFAS No. 157 yang membagi ketentuan fair value itu menjadi 3 level. Level 1 itu kalau
ada harga pasar yang sama barangnya, level 2 harus yang sejenis, level 3 kalau tidak ada.
Kalau tidak ada berarti harus pakai appraisal. Ada penilaian. Masalahnya penilaian antar
penilai itu tidak sama, apalagi antar penilai antar negara. oleh karena itu dibentuklah yang
disebut disini International Valuation Standards Committee (IVSC) yang ada dibawahnya
UN (United Nations) yang mempunyai kewenangan untuk metodologi penilaian aset.