Anda di halaman 1dari 4

 

  KEBUTUHAN  MODAL
1. Kebutuhan  Modal  Usaha  Penggemukan dan Pembiakan Ternak Sapi
Potong

Kebutuhan Modal untuk usaha peternakan sapi potong dan pembiakan sapi  dengan konsep
berbasis agribisnis secara global digunakan untuk Investasi Kandang dan Alat, Pembelian ternak
serta biaya operasional.

Secara rinci kebutuhan modal  tersebut  digambarkan dalam Tabel sbb :


A. INVESTASI KANDANG DAN ALAT 
1 Pembangunan kandang  Rp     25,000,000.00
2 Perlengkapan kandang  Rp      8,000,000.00
3 Pengelolaan HMT dan Tanaman pangan  Rp      5,000,000.00
4 Peralatan pengomposan  Rp      4,000,000.00
5 Instalasi listrik dan air  Rp      10,000,000.00
TOTAL  Rp    52,000,000.00
B. PEMBELIAN HEWAN TERNAK 
1 Sapi induk 30 ekor (per ekor Rp.9.000.000)  Rp   270,000,000.00
2 Sapi bakalan 10 ekor (per ekor Rp.6.000.000)  Rp    60,000,000.00
TOTAL  Rp   330,000,000.00
C. BIAYA OPERASIONAL SELAMA 120 HARI 
1 Pakan Konsentrat  sapi induk  Rp     45,000,000.00
(120 harix5kgx30ekorxRp.2.500)
2 Pakan konsentrat  sapi bakalan  Rp     18,000,000.00
(120 harix5kgx10ekorxRp.3.000)
3 Vitamin dan Obat-obatan   Rp      3,000,000.00
4 Pendampingan  Rp      7,000,000.00
5 Pengolahan kompos  Rp      2,800,000.00
6 Listrik, komunikasi, transportasi  Rp      5,000,000.00
7 Administrasi  Rp      4,000,000.00
TOTAL  Rp    84,800,000.00
TOTAL MODAL YANG DIBUTUHKAN
(Modal A + Modal B + Modal C)  Rp   466,800,000.00
2. Analisis Kelayakan Usaha

Asumsi dasar yang dipergunakan dalam melakukan analisis kelayakan usaha antara lain :
1. Jumlah sapi bakalan yang dibeli 10 ekor
2. Jumlah sapi induk yang dibeli 30 ekor
3. Harga sapi bakalan / ekor 6.000.000
4. Harga sapi induk / ekor 9.000.000
5. Rata-rata PBB harian 1,2 kg/ekor/hari
6. Siklus Pemeliharaan sapi penggemukan 120 hari ( 4 bulan)
7. Harga jual sapi penggemukan 9.500.000
8. Harga jual pedet umur 4 bulan 4.500.000
9. Biaya operasional (tetap dan tidak tetap/siklus)  113,366,666.67
10. Harga jual kompos/kg 500
11. Penyusutan investasi kandang dan alat 10 tahun

PERTANIAN TERPADU (Integrasi ternak dan tanaman sorgum)

Pola integrasi antara tanaman sorgum dan ternak atau yang sering kita sebut dengan
pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian khususnya
sorgum. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang dilahan pertanian, dan
hijaun pakan ternaknya dari daun dan batang sorgum, sehingga pola ini sering disebut pola
peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah
pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk
memperoleh  hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah  saling melengkapi, mendukung dan saling
menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi  dan meningkatkan
keuntungan hasil usaha taninya. 
Sistem produksi ternak sapi yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian disesuaikan
dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan. Ternak yang kita pelihara tidak mengganggu
tanaman yang kita usahakan, bahkan mendukung.  Dalam hal ini tanaman pangan sebagai
komponen utamanya dan ternak menjadi komponen keduanya.  Misalnya ternak kita beri makan
dari hasil sisa panen tanaman sorgum ,limbah buangan  sayuran atau ternak dapat digembalakan
di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil,
sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan
pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut. Sebaliknya ternak dapat mengembalikan unsur
hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan kotoran padatnya.
Sebenarnya pertanian terpadu telah dilakukan oleh para petani kita. Petani dapat
memanfaatkan limbah tanamannya (misal jerami) sebagai pakan hewannya sehingga tidak perlu
mencari pakan lagi, petani juga dapat menggunakan tenaga sapi untuk pengolahan tanah, dan
ternak sapi dapat digunakan sebagai investasi (tabungan) yang sewaktu-waktu membutuhkan
dapat dijual untuk keperluan yang medesak.
Oleh karena itu upaya ini dapat digalakan pada tingkat petani baik dalam rangka
penggemukan ataupun dalam perbanyakan populasi, serta produksi susu. Dengan meningkatnya
populasi ternak sapi akan mampu menjamin ketersediaan pupuk kandang di lahan pertanian.
Sehingga program pertanian organik dapat terlaksana dengan baik, kesuburan tanah dapat
terjaga, dan pertanian bisa berkelanjutan..
Sistem tumpangsari tanaman dan ternak dipraktekkan di daerah  perkebunan.  Tujuan
sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal.  Di dalam sistem tumpangsari ini
tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput
di atasnya merupakan komponen kedua. Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain : (1)
Dari tanaman perkebunannya dapat menjamin tersedianya tanaman peneduh bagi ternak,
sehingga dapat mengurangi stress karena panas, (2) meningkatkan kesuburan tanah melalui
proses kembaliya air seni dan kotoran padatan ke dalam tanah, (3) meningkatkan kualitas pakan
ternak, serta membatasi pertumbuhan gulma, (5) meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan
(6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya.

Anda mungkin juga menyukai