Hikmah Kisah Di Balik Ibadah Sa
Hikmah Kisah Di Balik Ibadah Sa
Oleh
Tebuireng Online [M. Abror Rosyidin]
-
September 29, 2017
1510
َمنْ َي ْه ِد ِه،ت أَعْ َمالِ َنا ِ شر ُْو ِر أَ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّي َئا ِ َو َنع ُْو ُذ ِبا،ُ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره،ِ اَ ْل َحمْ ُد هلِل
ُ ْهلل ِمن
َّ َو اَ ْش َه ُد أَن،ُْك َله
َ أَ ْش َه ُد أَنْ اَل إِ َل َه إِاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري،ُِي َله َ هللاُ َفاَل مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد
ُ اَل َن ِبيَّ َبعْ دَ ه،ُ َسيِّدَ َنا م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه.
Perlu diketahui, bahwa pada saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang.
Bisa kita bayangkan betapa susahnya kepergian beliau. Sesampai beliau di
Mekkah al Mukarramah, beliau meninggalkan istri dan putranya. Dikisahkan
dalam sebuah kitab, waktu itu:
“Di Mekkah pada saat itu, tidak ada apapun, tidak ada
pertolongan, tanaman, manusia, bahkan jin sekali pun tidak ada”.
صاَل َة َفاجْ َع ْل أَ ْفئِدَ ًة َ ت ِمنْ ُذرِّ َّيتِي ِب َوا ٍد َغي ِْر ذِي َزرْ ٍع عِ ْندَ َب ْيت
َّ ِك ْالم َُحرَّ ِم َر َّب َنا لِ ُيقِيمُوا ال ُ َر َّب َنا إِ ِّني أَسْ َك ْن
َ ت َل َعلَّ ُه ْم َي ْش ُكر
ُون َّ اس َته ِْوي إِ َلي ِْه ْم َوارْ ُز ْق ُه ْم م َِن
ِ الث َم َرا ِ م َِن ال َّن
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37)”
Ini adalah doa Nabi Ibrahim, sebagai tanda bahwa beliau bertanggungjawab
atas keluarganya.
Selepas kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar mulai kehabisan bekal. Air dan
sejumlah kurma habis, mulai merasa lapar dan haus, tidak ada bekal apa
pun. Maka berlari-larilah Siti Hajar dari Shofa ke Marwah. Sedangkan Ismail
ditaruh di bawah. Hal itu dilakukan untuk mencari air dan apa pun yang bisa
untuk menghidupi dia dan putranya. Dari pekerjaan lari-lari tersebut, maka
muncullah ibadah sa’i baina ash-shofa wa al-marwah.
Setelah tujuh kali bolak-balik, terdengar suara dari Ismail. Ternyata setelah
dilihat (atas bantuan malaikat mengguncangkan sayap tepat di kaki Ismail),
mengalirlah air. Kemudian Siti Hajar mengatakan, “Zam-zam, kumpullah
kumpullah!”. Ibnu Umar meriwayatkan, seandainya Siti Hajar tidak
mengatakan zam zam (kumpul) maka air itu akan melimpah terus dan akan
membanjiri Kota Mekkah.
Kemudian air zam-zam itu berkumpul cukup banyak. Terlihat air yang
banyak, maka burung-burung beterbangan di atas sana. Lalu beberapa
kafilah dari Yaman melihat hal tersebut, dan menyadari, banyak burung
berarti ada air melimpah. Mereka berdatangan ke sana. Mereka meminta izin
untuk mengambil air tersebut, salah satu pemimpin mengawali dan menukar
air dengan harta yang mereka miliki. Ada yang memberi permata, buah-
buahan, dan sebagainya. Sehingga melimpah dan cukup banyak makanan
dan kekayaan yang dimiliki oleh Siti Hajar. Maka benarlah, Allah
mengabulkan doa Nabi Ibrahim.
Terbukti dari hal-hal yang sangat kecil, kita enak-enak tidur dan diminta
untuk salat berjamaah tetapi kembali tidur. Sedang menonton Televisi,
dipanggil adzan malah kita memilih lanjut nonton. Ini artinya kita tidak
memilih perintah Allah tetapi lebih memilih kecintaan terhadap dunia dan lain
sebagainya. Bahkan Nabi Ibrahim pernah diperintahkan untuk masuk Islam,
lalu spontan langsung masuk Islam. Dalam al Quran diceritakan:
Hikmah yang kedua, bisa kita ambil pelajaran bahwa dukungan istri yang
salehah sangat dibutuhkan, untuk kesuksesan seorang suami dalam
memperjuangkan agama dan kebaikan. Maka Siti Hajar ketika ditinggalkan
oleh Nabi Ibrahim tidak melakukan protes, tetapi sangat menerima dengan
mengatakan la udhoyyi’una Allahu. Allah tidak akan menyia-nyiakan kita.
Dan sayangnya, sekarang masih banyak hamba Allah, gara-gara istri, suami
terjebak dalam dunia yang menyesatkan. Istri menuntut hak melebihi
kemampuan suami, sehingga tidak sedikit suami yang melakukan korupsi,
mengambil hak orang lain dan uang negara. Ini dikarenakan istri yang tidak
salehah.
Yang terakhir, hikmah yang diambil dari kisah keluarga Nabi Ibrahim,
akhirnya diabadikan oleh Allah SWT di dalam salah satu rukun haji,
yaitu sa’i yang sampai sekarang dilakukan oleh seluruh umat Islam di dunia.
Ini semua di antara hikmah yang bisa diambil dari kisah dan peristiwa
adanya sa’i. Yang diawali oleh perintah Allah kepada Nabi Ibrahim dan Siti
Hajar beserta Ismail.
Semoga bermanfaat.