Kata Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………..……………. ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………..…………….……... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………..……….…… 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………..….…... 3
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Mengidentifikasi Nilai-nilai dan Isi Hikayat…………………….. 4
2.2 Mengembangkan Makna (Isi dan Nilai) Hikayat…..…………. 5
iii
Kelompok VIII
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
3
Dari masalah serta fenomena yang ada, dalam perancangan tugas
hari ini. Maka dirumuskan permasalahan yaitu:
“Bagaimana merancang promosi event untuk mempopulerkan cerita
rakyat di kalangan anak-anak yang lebih sering menonton film kartun
daripada membaca cerita rakyat?”
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
5
Dan pada saat tersebut Raja Liku meminta tolong kepada saudaranya
yang juga menteri untuk mencarikan baginya seorang yang pandai
membuat guna guna untuk mengguna-gunai raja nata serta putrinya.
Setelah di dapatkan dari pencarian yang panjang oleh saudaranya tersebut,
disampaikanlah kepada Raja Nata apa-apa yang harus dilakukannya kini
sesuai dengan pesan dari ahli guna-guna tersebut.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua
orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami
kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana
sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu. Karena kasus berlarut-larut, maka
terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda
pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat
mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang
mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru
membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa
bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda
memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas
tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai
hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari
akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan
algojo tidak ada ditempat.
6
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas
memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan
agar bayi itu diletakkan di atas meja. “Apa yang akan kau perbuat terhadap
bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu
Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia
mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak
memilikinya?”, “Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu
serentak. “Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama
menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya
terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas
mengancam. Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan
perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
“Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu
seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu
Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu
Nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada
perempuan kedua.
7
Contoh Cerpen :
1. 2008 di Pinggir Selokan
(Cerpen Dewi Lestari)
Pagi menjelang siang tadi, anak laki-laki saya, Keenan, tiba-tiba
menarik tangan saya dan menggiring saya menuju sendal capit yang
terparkir diteras depan. Saya sudah hafal aktivitas yang dia maksud,
sekaligus rute perjalanan yang menanti kami. Inilah acara jalan kaki yang
kerap ia tagih, yakni satu kali putaran ke jalan belakang dimana tidak ada
rumah di sana, hanya tanah kosong berilalang tinggi. Jalan itu menurun dan
curam, berbatu-batu besar dan banyak dahan berduri di pinggir kiri-kanan.
8
Bukannya kedua hal itu tak ada, tapi malas rasanya menggenggam. Yang
ada hanyalah langkah demi langkah kaki di jalanan berbatu, bertemankan
suara gesekan ilalang dan terik matahari yang kian menggigit tengkuk.
9
Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan.
Sambil berjongkok di pinggir selokan, saya merenungi 'batu-batu' yang
selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya
kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. Jika hidup adalah siklus
berputar dalam satu pusaran, cukup relevan jika saya menganalogikannya
dengan trayek yang saya tempuh hampir setiap hari bersama Keenan itu.
Jalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah
saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana
yang akan saya lepas sesudah ini.
Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa
melepaskan semua yang selama ini erat digenggam. Sekalipun tahun baru
ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang
mengiringi langkah saya pulang ke rumah pagi ini. Jika batu dalam
genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika
perjalanan ini belum usai, maka kaki ini meski lelah dan penat akan kembali
terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak
muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali
membawa saya bangkit berdiri.
Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam
sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya. Seperti partikel
dengan gelombang. Seperti alam material dan imaterial. Sedikit batu atau
banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia
berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama
halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami
berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan.
Mendadak, adanya resolusi atau tidak, bukan lagi satu hal signifikan.
Mendadak, hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama
biasanya dengan hari-hari lain.
10
Kegiatan 1.
Mengidentifikasi Karakteristik Bahasa Hikayat
Menggiring Menghantar/Membawa
Capit Sepit
Curam Terjal/Dalam
Kendati Jangankan,Biarpun,Meskipun
11
Kegiatan 2.
Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat.
Jenis Majas Kutipan Hikayat Kutipan Cerpen
“mendengar berita ini “tepat turunan curam
REPETISI Galuh Ajeng sangat tiba-tiba ia tergelincir
teriris hatinya dan dan jatuh
menangislah ia menengadah. Seketika
melihat keadaan ini.” ia menangis, kaget
bukan main.”
“setelah di dapatkan “jika perjalanan ini
dari pencarian yang belum usai, maka kaki
panjang oleh ini meski lelah dan
saudaranya tersebut, penat akan kembali
disampaikanlah terus melangkah. Jika
Alerogi kepada Raja Nata apa saya tergelincir nanti,
yang harus dilakukan.” maka sesuatu akan
menyeruak muncul
dari kekosongan
membawa saya
bangkit berdiri.”
“Dan sebagai rasa “Kami berjalan
terimakasih, Baginda terakhir ke sana, kaki
menawari Abu Nawas kanan semoat terluka
menjadi penasehat karena tersobek duri,
Paradoks hakim kerajaan. Tetapi tapi entah mengapa ia
Abu Nawas menolak. selalu memilih jalur
Ia lebih senang yang sama.”
menjadi rakayat
biasa.”
Kutipan Hikayat Kutipan Cerpen
Galuh Cendera Kirana Meski sempat luka karena
adalah putrid dari Baginda tersobek duri, tapi entah
Raja Nata yang ta’lim dan kenapa keenan selalu
terhormat. memilih jalur yang sama.
Karena dendam Paduka Pergantian tahun yang tak
Liku berencana untuk melulu berspiritkan
membunuh Galuh Cendera optimisme dan positivitas,
Kirana. serta pesimistis.
Kisah Abu Nawas mirip Perbedaan pada usia 20-an
dengan kejadian pada yang selalu rajin bahkan
masa Nabi Sulaiman ketika mensakralkan kebiasaan
masih muda. menulis.
Akhirnya terungkap Merasakan hadirnya
siapalah ibu kandung dari kekuatan energi agung dari
anak yang di perebutkan. sang pencipta.
Kegiatan 3.
Kegiatan 1.
16
Bahasa yang digunakan jauh berbeda. Penggunaan bahasa dalam
hikayat sangatlah unik, dengan menggunakan banyak sekali kata
‘Maka’, dan banyaknya bahasa-bahasa melayu, seperti ‘Hatta’, ‘Syahdan’,
dan ‘Wazir’. Kosa kata yang digunakan sungguhlah kaya dan elegan. Berbeda
dengan cerpen, bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami dan
dimengerti, sehingga pembaca dengan mudah dapat memosisikan diri
mereka sebagi pelakon cerita tersebut, membuat cerita lebih berkenang di
batin.
Sudut pandang yang digunakan sama-sama sudut pandang ketiga,
walau memang dalam hikayat hampir tidak dapat ditemukan yang bersudut
pandang pertama. Keduanya turut menampilkan pesan moral yang tersirat,
walau dalam hikayat pesan moral yang disampaikan kental dengan unsur-
unsur Islami, dan cerpen yang dibaca mengandung pesan moral yang lebih
umum dan general. Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil adalah
bahwa dapat ditemukannya garis pemisah yang cukup jelas antara sastra
hikayat dengan sastra cerpen.
Kegiatan 2.
Hikayat Si Miskin.
Ada seorang suami istri yang dikutuk hidup miskin. Pada suatu hari
mereka mendapatkan anak yang diberi nama Marakarma, dan sejak anak
itu lahir hidup mereka pun menjadi sejahtera dan berkecukupan. Ayahnya
termakan perkataan para ahli nujum yang mengatakan bahwa anak itu
membawa sial dan mereka harus membuangnya.Setelah membuangnya,
mereka kembali hidup sengsara. Dalam masa pembuangan, Marakrama
belajar ilmu kesaktian dan pada suatu hari ia dituduh mencuri dan dibuang
ke laut. Ia terdampar di tepi pantai tempat tinggal raksasa pemakan segala.
Ia pun ditemukan oleh Putri Cahaya dan diselamatkannya.
BAB III
PENUTUP
18
A. KESIMPULAN
Cerita Rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat, dan
disampaikan secara turun -menurun. Jenis - jenis cerita rakyat ada empat yaitu,
fabel ( cerita tentang hewan ), mite ( cerita yang berhubungan dengan makhluk
halus ), sage ( cerita rakyat yang bercerita tentang kepahlawanan ), dan legenda
ialah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubangannya dengan peristiwa
sejarah .
Salah satu contoh cerita rakyat adalah panji semirang yang berasal dari
Kediri-Jawa Timur. Cerita Panji merupakan cerita Jawa asli. Cerita ini timbul pada
zaman kerajaan Kediri dan Jonggala. Tetapi menurut Prof. Poerbatjaraka baru
dibukukan pada zaman kerajaan Mojopahit. Cerita panji dianggap bersumber dari
Kakawan Smaradahana yang di tulis oleh Mpu Dharmaja. Jadi ditulis dari bahasa
Jawa kuno.
Hingga sekarang cerita panji ini banyak macamnya. Tetapi pokok ceritanya
sama, yaitu tentang Panji Semirang. Di Palembang cerita ini dikenal dengan nama
Anggreni. Di Bali dikenal dengan nama Malat. Dalam bentuk syair Ken tambuhan
dan syair Panji Semirang.
SARAN :
1. Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari cerita ini.
2. Semoga cerita rakyat ini dapat dikenal lebih luasnlagi oleh banyak orang.
Terutama seluruh seluruh pembaca dapat melestarikan cerita rakyat ini secara
turun-menurun.
B. PENUTUPAN
Demikian yang 19
dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Tentunya
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangannya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan cerita rakyat ini.
Penulis banyak berharap para pembacaa dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya presentasi ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi penulis maupun pembaca terimakasih kami sampaikan.
B. DAFTAR PUSTAKA
20
www.kohacimaya.blogspot.com
www.Iisariska.ilearning.com
www.repository.upi.edu
www.makalahceritarakyatindo
www.wikipedia
https://www.google.co.id
https://ilmumakalahku/
https://ceritadulu//makalah1/
https://dodikaditia.blogspot//
https://googleweblight.com
21