Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Cerita Rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama : Risnayani Taka
Kelas :XB

JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TUNAS TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BABI PENDAHULUAN................................................................................... 1
a. Latar belakang masalah.......................................................................................        
b. Rumusan masalah................................................................................................
c. Tujuan
BABII PEMBAHASAN .................................................................................... 4
a. Pengertian cerita rakyat................................................................................       
b. Jenis-jenis cerita rakyat................................................................................        
c. Fungsi cerita rakyat...................................................................................... 5
d. Isi cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri..............................................................
e. Kajian struktur Kisah Cinta Dewi Sulastrif.................................................. 7      
f. Nilai-nilai yang terkandung dalam Kisah Cinta Dewi Sulastri
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11
a. Kesimpulan....................................................................................................... 11
b. Saran................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 12
KATA PENGANTAR

   Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya
berkat rahmat hidayah dan karunia-Nya saya berhasil menyelesaikan makalah tugas ini.Tugas ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran bahasa Indonesia semester 2 jurusan
keperawatan di SMK Tunas Timur, tentang cerita rakyat di sekitar kita. Pada kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari
beberapa pihak selama proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semogah makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
                                                                                 

                                                                                                                                         

Elopada, maret 2020

                                                                                                                          Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu kekayaan daerah yang seharusnya diangkat atau dilestarikan adalah khazanah cerita
lisan atau cerita rakyat atau biasa disebut juga folkfor. Oleh karena itu cerita rakyat itu menjadi memori
kolektif masyarakat lokal di daerah setempat. Tersebar diberbagai tempat dan belum semuanya
terdokumentasi secara baik. Padahal cerita rakyat merupakan salah satu sumber kekayaan tradisi lisan
yang perlu terus diungkap, digali, dilestarikan dan bahkan label budaya masyarakat.
Itulah sebabnya setiap daerah perlu menggali dan meruntut kembali cerita rakyat yang
berkembang di masyarakat. Dengan demikian berbagai kisah masa lalu yang berkembang di masyarakat
dapat diungkap dan disajikan sebagai salah satu khazanah dan aset daerah, tentunya cerita rakyat juga
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan masa kini.
Namun dengan berkembangnya zaman maka terjadi perubahan-perubahan pola pikir manusia
tradisional ke modern sehingga bukan perkara mudah untuk mewujudkannya. Banyak kendala di
masyarakat karena modernisasi dan berkembangnya teknologi informasi  contohnya televisi, internet,
VCD, permainan game dan lain lain,serta ketidak pedulian masyarakat  membuat cerita rakyat kurang
diminati sehingga lambat laun mulai punah. Padahal bila kita ketahui sesungguhnya banyak ditemukan
ajaran kehidupan falsafah, nilai-nilai kearifan lokal, ajaran kebijaksanaan sehingga sarat dengan nilai-nilai
moral yang positif sehingga nilai pendidikan (edukasi) yang sesuai latar belakang kehidupan mereka.
Di sinilah sebenarnya perlu ditumbuhkan kesadaran dan upaya  terus menerus mengenalkan
sastra daerah beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kepada generasi mendatang melalui kisah
bertutur, membaca,bercerita atau mendongeng di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah. Oleh
karena itu  perlu kajian, penilaian, serta identifikasi berbagai cerita rakyat di Kebumen. Bahkan
diharapkan perlu diterbitkan menjadi buku sehingga dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan sastra
daerah. Hal inilah yang melatar belakangi perlunya kajian terhadap salah satu cerita rakyat di Kebumen
terutama dikaji dari aspek nilai dan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pengertian cerita rakyat.
2. Apakah fungsi dari cerita rakyat ?
3. Jenis-jenis cerita rakyat.
4. Bagaimanakah isi cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri?
5. Bagaimanakah  kajian struktur cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri?
6. Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri ?  

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cerita rakyat di daerah  sekitar kita.
2. Mempopulerkan kembali cerita rakyat di sekitar kita.
3. Mengidentifikasi cerita rakyat di daerah kita.
4. Untuk menambah  wawasan  pengetahuan kita.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian cerita rakyat
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap
bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah
yang dimilki masing-masing bangsa.
Ada  beberapa pengertian mengenai arti kata dari legenda yang dikemukakan oleh beberapa ahli
legenda (latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu
yang benar-benar terjadi.
Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya
dengan peristiwa sejarah.
Cerita rakyat biasanya disampaikan secara lisan oleh tukang cerita yang hafal alur ceritanya.
Itulah sebabnya cerita rakyat disebut sastra lisan. Cerita disampaikan oleh tukang cerita sambil
duduk-duduk di suatu tempat kepada siapa saja, anak-anak dan orang dewasa (Djamaris, 1993:6).
Jadi cerita rakyat adalah bagian dari karya sastra berupa dongeng-dongeng atau bentuk cerita
lainnya yang berkembang di kalangan masyarakat tertentu dan disebarluaskan secara lisan dengan
menggunakan bahasa daerah masing-masing. Karena cerita rakyat merupakan bagian dari karya
sastra, maka dalam kebudayaan cerita itu termasuk dalam salah satu unsur kebudayaan. Cerita rakyat
merupakan salah satu perwujudan atau pikiran kelompok masyarakat pendukungnya

B. Fungsi cerita rakyat 


Menurut Izy Prasetya bila mempelajari dengan seksama, ternyata cerita rakyat yang hidup di  
kalangan masyarakat itu memiliki fungsi bermacam-macam. Setidaknya cerita rakyat memiliki tiga
fungsi, yaitu :  
1. Fungsi sarana hiburan yaitu dengan mendengarkan cerita rakyat sepeti dongeng, mite atau
legenda, kita sekan-akan diajak berkelana ke alam lain yang tidak kita jumpai dalam pengalaman
hidup sehari-hari.
2. Fungsi sarana pendidikan yaitu pada dasarnya cerita rakyat ingin menyampaikan pesan atau
amanat yang dapat bermanfaat bagi watak dan kepribadian para pendengarnya.
3. Fungsi sarana penggalang rasa kesetiakawanan diantara warga masyarakat yang menjadi pemilik
cerita rakyat tersebut.
4. Fungsi lain lagi dari cerita rakyat adalah sebagai pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku
dalam masyarakat. Dalam cerita rakyat terkadang ajaran-ajaran etika dan moral bisa dipakai
sebagai pedoman bagi masyarakat. Di samping itu di dalamnya juga terdapat larangan dan
pantangan yang perlu dihindari. Cerita rakyat bagi warga masyarakat pendukungnya bisa menjadi
tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial.

C. Jenis-jenis cerita rakyat


Menurut William R Bascom (dalam James Danandjaya 1991:50,    cerita rakyat dibagi dalam
tiga golongan besar yaitu :
1. Mitos (mite) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi setelah dianggap suci
oleh empunya. Mite ditokohkan oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di
dunia lain atau bukan di dunia yang sepertikita kenal sekarang ini dan terjadi di masa lampau.
2. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-
benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia
walaupun adakalanya sifat-sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.
Tempat terjadinya di dunia yang kita kenal dan waktu terjadinya belum terlalu lama.
3. Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar oleh yang empunya cerita dan dongeng
tidak terkait waktu maupun tempat. 

D. Isi cerita

Kisah cinta Dewi Sulastri


Cerita rakyat yang mengisahkan kerajaan Mataram (ringkasan yang dikutip dari http//  yang
disusun oleh Mustika Aji). Kerajaan Mataram diawali dari pembagian wilayah yaitu yang
menguasai  wilayah brang wetan dan brang kulon (bahasa Jawa sebelah barat dan sebelah timur)
diantaranya Kadipaten Pucang Kembar yang dipimpin oleh Hadipati Citro Kusumo, Kadipaten
Bulupitu di pimpin oleh Jaka Puring dan Kadipaten Karang Gumelem. Cerita ini diawali masa
kepemimpinan Kanjeng Susuhan Sayidin Panotogomo.  Dalam cerita ini yang menjadi lakon adalah
sebagian dari wilayah brang kulon .
Pada waktu itu Hadipati Pucang Kembar mempunyai putri yang cantik jelita bernama Dewi
Sulastri. Hadipati Bulupitu Raden Jaka Puring terkenal sakti mandraguna tetapi belum punya istri dan
dia menderita cacat yaitu bibirnya tebal sebelah (istilah Jawa mengrot) dan kakinya pincang
mendengar bahwa di Kadipaten Pucang Kembar ada seorang putri cantik anak dari Hadipati Citro
Kusumo maka Jaka puring ingin mempersuntingnya sebagai istri. 
Dan setelah Raden Jaka Puring melihat kecantikan Dewi Sulastri ia lalu melamarnya namun
belum diterima atau masih ditangguhkan karena Jaka Puring adalah seorang pemuda yang cacat maka
ia disuruh menunggu dan dipersilahkan untuk tinggal sementara di Pucang Kembar.                       
Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda tampan dari Kadipaten Karang Gumelem
bernama Raden Jono yang bermaksud hendak melamar pekerjaan di Kadipaten Pucang Kembar
sambil mencari saudara kandungnya yang bernama Raden Wiro Kusumo, namun Sang Hadipati Citro
Kusumo bingung karena tidak ada pekerjaan untuk Raden Jono bersamaan dengan itu putri Sang
Hadipati Citro Kusumo yaitu Dewi Sulastri melihat pemuda tampan itu maka tertarik hatinya dan
mengajukan usul kepada Kanjeng Romonya ( bahasa Jawa Ayah ) agar Raden Jono diterima bekerja
di Kadipaten Pucang Kembar. Akhirnya Sang Hadipati menerima Raden Jono sebagai juru taman di
Kaputren Dewi Sulastri. Karena sering bertemu antara Raden Jono dan Dewi Sulastri saling jatuh
cinta (Pepatah Jawa mengatakan , ” Witeng Tresno Jalaran Soko Kulino” ).
Sementara dalam penantiannya Raden Jaka Puring sudah jemu menunggu jawaban dari Dewi
Sulastri. Ia merasa curiga dengan hubungan Dewi Sulastri dan Raden Jono maka sambil menunggu
jawaban dari Dewi Sulastri, Raden Jaka Puring menyuruh Pangeran Usmono Usmani ( adik Dewi
Sulastri ) untuk mengawasi gerak-gerik Dewi Sulastri dan Raden Jono. Berdasarkan pengamatannya,
Pangeran Usmono Usmani melaporkan bahwa Dewi Sulastri telah menjalin cinta dengan Raden
Jono.  Mendengar laporan itu Raden Jaka Puring merasa tersinggung dan mengambil kesimpulan
bahwa dirinya ditolak karena Dewi Sulastri berpacaran dengan Raden Jono. Jaka Puring marah dan
terjadilah perang antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring.
Singkat cerita pertempuran yang tidak seimbang itu membuat Raden Jono kalah dan lari
mencari perlindungan ke Pesanggrahan Pring Ori (kelak bernama desa Ori di wilayah kecamatan
Kuwarasan). Raden Jono minta perlindungan pada Kyai Karyadi dan disuruh sembunyi di dalam
lumbung dan di tutup pakai kapuk (kapas), tidak lama kemudian Raden Jaka Puring sowan pada Kyai
Karyadi dan menanyakan keberadaan Raden Jono namun sang Kyai membohonginya dan
mengatakan bahwa Raden Jono tidak berada di pesanggrahan Pring Ori. Jaka Puring lalu pulang
kembali ke Kadipaten Bulu Pitu.
Setelah Jaka Puring pergi maka Raden Jono dikeluarkan dari lumbung dan ditanya apa
sebabnya Raden Jono dikejar-kejar oleh Raden Jaka Puring. Raden Jono menceritakan pada Kyai
bahwa perjalanannya ke Pucang Kembar untuk melamar pekerjaan sambil mencari saudara
kandungnya Pangeran Wiro Kusumo setelah tiba di Pucang Kembar diterima sebagai juru taman dan
dicintai oleh Dewi Sulastri . Tapi karena Dewi Sulastri telah jatuh cinta kepada Raden Jono akhirnya
Raden Jaka Puring cemburu dan terjadi pertarungan antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring
sampai akhirnya Raden Jono kalah dan lari ke Pesanggrahan Pring Ori untuk menimba ilmu di
pesanggrahan sehingga bisa mengalahkan Raden Jaka Puring dan memperistri Dewi Sulastri.
Mendengar jawaban dari Raden Jono sang kyai memberi saran. Untuk mencapai tujuannya
Raden Jono harus bersemedi (bertapa) di bawah pohon besar bernama Wit Benda (Pohon Benda :
bahasa Jawa) dan pohon itu berada di daerah yang angker namun dalam melakukan semedi itu harus
dengan hati yang tulus, suci dan sabar. Pada akhirnya pertapaannya mendapatkan hasil dari yang
Maha Kuasa dengan memperoleh pusaka berupa Bungkul Kencana (keris : bahasa Jawa).
Dan akhirnya Raden Jono pulang ke Pucang Kembar bertemu dengan Dewi Sulastri dan
ternyata Raden Jaka Puring sudah berada di Pucang Kembar untuk menanyakan jawaban Dewi
Sulastri atas lamarannya Dewi Sulastri menjawab bahwa dia mau dipersunting oleh siapapun namun
ia punya bebana awujud adon-adongiri patembaya (bahasa jawa permintaan pertarungan) antara
Raden Jono dan Jaka Puring. Maka terjadilah pertarungan sengit antar keduanya yang dimenangkan
oleh Raden Jono maka dikawinkanlah Dewi Sulastri dengan Raden Jono sedang Raden Jaka Puring
lari dan pulang ke Bulu Pitu.
Bersamaan dengan itu Hadipati Pucang Kembar mendapat surat mandat (nawala) dari
Susuhunan Sayidin Panatagama ( Raja Mataram ) untuk memberantas gerombolan berandal di
Gunung Tidar. Akhirnya Hadipati Pucang Kembar Citro Kusumo memerintahkan menantunya
sebagai bukti pengabdiannya untuk memberantas berandal di Gunung Tidar atau sebagai Duta
Pamungkas.  Mendengar berita bahwa Raden Jono diberi mandat untuk menjadi Duta Pamungkas
Raden Jaka Puring yakin bahwa Raden Jono pasti gugur melawan gerombolan berandal di Gunung
Tidar maka Raden jaka Puring menuju ke Pucang Kembar untuk menemui dan merebut Dewi
Sulastri.
Dalam keadaan Dewi Sulastri sendiri tanpa suami dipaksa oleh Raden Jaka Puring untuk
mengikuti kemauan Raden Jaka Puring menjadi istrinya. Sebagai seorang istri yang setia kepada
suami Dewi Sulastri tidak mau mengkhianati Raden Jono maka akhirnya Raden Jaka Puring
membawa lari dengan paksa Dewi Sulastri keluar dari kaputren.  Sementara itu Raden Jono sampai di
Gunung Tidar menjelang malam dan menunggu munculnya gerombolan berandal. Setelah malam
datang akhirnya gerombolan pengacau itu muncul dan bertarunglah Raden Jono melawan gerombolan
yang terkenal bengis dan sakti mandraguna namun dengan kesaktian dan niat suci pengabdiannya
kepada negara dan orang tua serta berbekal Pusaka Bungkul Kencana akhirnya Raden Jono bisa
mengalahkan gerombolan berandal itu dan membunuh pimpinannya dengan Bungkul Kencana .
Dalam keadaan keris terhunus diperut pimpinan gerombolan itu menyebut-nyebut nama saudara
kandungnya. Ternyata pimpinan dari gerombolan itu Raden Wiro Kusuma yang merupakan
kangmasnya sendiri.
Betapa sedihnya perasaan Raden Jono memikirkan garis hidupnya yang harus melaksanakan
tugas negara dengan meninggalkan istri tercinta dan ternyata harus membunuh kakak kandungnya
sendiri .
Raden Jono pun pulang ke Pucang Kembar membawa kemenangan berselimut kesedihan
karena harus mengorbankan nyawa saudara kandungnya yang selama ini sedang dicarinya demi
pengabdiannya kepada mertua dan negara. Sesampai di Pucang Kembar semakin terguncang perasaan
Raden Jono mendapati Dewi Sulastri telah dibawa lari oleh Raden Jaka Puring. Dalam keadaan lelah
dan terguncang Raden Jono pun mengembara mencari keberadaan Dewi Sulastri menjelajah setiap
wilayah sampai akhirnya tiba di pesisir selatan .
Sementara itu pelarian Raden Jaka Puring membawa Dewi Sulastri juga ke pesisir selatan .
Sepanjang perjalanan Raden Jaka Puring senantiasa merayu Dewi Sulastri agar bersedia malayaninya
namun rasa cinta dan kesetiaannya kepada Raden Jono tetap dipegang teguh oleh Dewi Sulastri
sampai akhirnya Raden Jaka Puring kehilangan kesabarannya dan akhirnya Dewi Sulastri diikat pada
sebuah pohon pandan.
Bersamaan dengan itu perjalanan Raden Jono sudah sampai di tempat itu namun sebelum ia
bertemu dengan Dewi Sulastri ternyata Raden Jaka Puring telah lebih dulu melihat kedatangannya.
Dengan sekonyong- konyong Raden Jaka Puring menyerangnya sehingga terjadi pertempuran yang
sengit antara Raden Jono melawan Raden Jaka Puring. Dalam pertempuran itu Raden Jaka Puring
terdesak dan kalah lalu melarikan diri ke arah utara.  Raden Jono lalu menemui Dewi Sulastri yang
masih terikat di pohon pandan. Terjadi suatu keajaiban bahwa pohon pandan tempat mengikat Dewi
Sulastri berubah warna menjadi kuning sedang pohon pandan yang lain tetap berwarna hijau. Maka
oleh Raden Jono tempat itu diberi nama Pandan Kuning (kelak menjadi Pesanggrahan Pandan
Kuning).
Keajaiban kembali terjadi, setelah Raden Jono melepas ikatan Dewi Sulastri mereka lalu
ditemui oleh Nyi Roro Kidul (Ratu Pantai Selatan) dan bidadari dari kayangan Dewi Nawang
Wulan.  Oleh Nyi Roro Kidul Dewi Sulastri disuruh pulang ke Pucang Kembar dengan perlindungan
dari Nyi Roro Kidul dan Dewi Nawang Wulan. Sedang Raden Jono disuruh mengejar Raden Jaka
Puring ke arah utara. Perjalanan Raden Jono mengejar Raden Jaka Puring ke arah utara masuk ke
sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pohon gadung penuh duri sebagai tempat persembunyian
Raden Jaka Puring. Disetiap langkahnya Raden Jono kesrimpet-srimpet wit gadung (bahasa Jawa
terhalang pohon gadung) hampir di setiap pori-pori kulitnya terselip duri gadung hingga darah
bercucuran maka alas atau hutan itu oleh Raden Jono dinamakan Karanggadung (kelak menjadi desa
Karanggadung). Pertarungan itu terus berlanjut sampai ke beberapa desa yang di lewati dan
memberi  nama-nama desa-desa tersebut.
1. Desa Munggu ( perasaan mangu-mangu atau ragu-ragu)
2. Desa Petanahan ( membuat benteng pertahanan)
3. Desa Pada Urip ( airnya berbau banger karena bangkai manusia yang mati dan tidak dikubur
dengan keajaiban hidup kembali )
4. Desa Jatimulya ( banyak pohon jati dan masyarakatnya mulya)
5. Desa Karanggedang ( banyak ditumbuhi wit gedang atau pisang)
6. Desa Guyangan ( banyak orang sedang memandikan atau guyang hewan)Desa Alang-alang Amba
( alas yang berupa alang-alang yang luas)

Namun Raden Jaka Puring masih berusaha lari ke utara sampai akhirnya kehabisan tenaga
sehingga tergelincir ke sungai dan pada kesempatan itu Raden Jono menghunus pusaka Bungkul
Kencono dan menancapkanya ke tubuh Raden Jaka Puring dan terjadilah suatu keajaiban Raden Joko
Puring berubah menjadi buaya putih dan melontarkan sumpah serapah kepada Raden Jono bahwa dia
menerima kekalahanya tidak bisa memperistri Dewi Sulastri dan menerima karma menjadi buaya
putih namun bersumpah bahwa setiap keturunan Raden Jono yang memakai pakaian sama dengan
yang dipakai oleh Dewi Sulastri akan menjadi mangsa atau dimakan oleh buaya putih, pakaian itu
adalah mbayak ijo gadung ( kebayak ), jarit amba lurik (kain/tapih) dan benting tritik (stagen). Atas
kejadian itu oleh Raden Jono tempat itu diberi nama ”Buayan” kelak menjadi kecamatan Buayan.
Dengan rasa letih dan tubuh yang penuh luka Raden Jono pulang ke Pucang Kembar
membawa rasa suka cita atas kemenangannya melawan Raden Jaka Puring. Suasana haru meliputi
Kadipaten Pucang Kembar saat pertemuan antara Raden Jono dan Dewi Sulastri beserta keluarga
kadipaten. Akhirnya Raden Jono dinobatkan sebagai Hadipati di Pucang Kembar.

E. Kajian Struktur Cerita Rakyat


Cerita rakyat sebagai bagian dari karya sastra memiliki unsur-unsur yang saling terkait
sehingga mendukung kepaduan cerita. Unsur-unsur ini adalah
1. Tema
Tema adalah gagasan atau ide yang mendasari cerita.
Dalam cerita rakyat “Kisah Cinta Dewi Sulastri” peristiwa yang diceritakan adalah
peristiwa peperangan antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring dalam memperebutkan cinta
Dewi Sulastri dan meriwayatkan asal usul beberapa desa di Kebumen wilayah barat.
2. Latar atau setting
Latar atau setting adalah penggambaran tempat, waktu, dan situasi yang menjadi ruang
bagi tokoh-tokoh untuk hidup dan mengalami berbagai peristiwa.Dalam cerita rakyat Kisah Cinta
Dewi Sulastri latar yang digunakan adalah latar tempat. Di mana peristiwa-peristiwa dalam cerita
digambarkan dengan menempati beberapa tempat.
3. Alur  (plot)
Alur adalah kerangka cerita yang saling menjalin berkaitan erat dengan perjalanan tokoh-
tokohnya, dan terdapat hubungan kausalitas dari peristiwa-peristiwa tokoh, ruang maupun waktu.
Apabila dicermati dari isi cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri alur yang digunakan adalah
alur maju atau alur lurus. Secara berurutan diceritakan asal usul tokoh cerita dimulai dari kerajaan
Mataram yang dalam cerita fokus kepada brang kulon yaitu dari tokoh Raden Joko Puring, Raden
Jono dan Dewi Sulastri sampai terjadi konflik yaitu perebutan cinta Dewi Sulastri yang pada
akhirnya  Raden Jono lah yang memenangkan cinta Dewi Sulastri dengan memperistrinya
melalui peperangan sengit dengan Raden Joko Puring.
Jadi kejadian atau peristiwa dalam cerita berjalan secara berurutan dari awal sampai akhir.  
4. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku dalam cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang
menggambarkan perwatakan tokoh/pelaku. Tokoh utama dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri
adalah pertama Raden Joko Puring  yang memiliki watak pantang menyerah, berkemauan keras,
sombong, jahat,  pemaksa, serta tidak punya perasaan, yang kedua yaitu Raden Sujono yang
berkarakter pantang menyerah, pekerja keras, baik, setia, jujur, rela berkorban dan cinta keluarga
yang  ketiga yaitu Dewi Sulastri di mana Dewi Sulastri adalah sumber dari terjadinya konflik
antara Raden Joko Puring dan Raden Jono  yang memiliki karakter setia, patuh kepada suami.
Tokoh pendukung cerita yang ikut dalam cerita yaitu Susuhan Sayidin Panatagama  (Raja
Mataram),  Hadipati Citro Kusumo, Pangeran Usmono Usmani, kyai Karyadi, Raden Wiro
Kusumo, Nyi Roro Kidul dan Dewi Nawang Wulan.
5. Amanat 
Amanat adalah  pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dalam cerita .
Amanat yang terdapat dalam Kisah Cinta Dewi Sulastri yaitu:
a. Kita hendaknya tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
b. Kita hendaknya memiliki sikap pantang menyerah dan berusaha keras.
c. Kita hendaknya terus menimba ilmu , disertai usaha keras untuk mencapai keberhasilan.
d. Seorang pemimpin yang besar harus setia dan mengabdi kepada negaranya.
e. Seorang istri hendaknya selalu setia kepada suaminya.
f. Kita mengetahui bahwa kebenaran pasti akan selalu menan.
g. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat
Nilai adalah hakikat hal yang menyebabkan hal tersebut pantas dijalankan oleh manusia
(Arijarkora dalam Evangelis, 2001 : 11). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa nilai itu sendiri
sesungguhnya berkaitan erat dengan kebaikan, yang membedakannya adalah kebaikan lebih
melekat pada halnya, sedangkan nilai lebih merujuk pada sikap orang terhadap sesuatu atau hal
yang baik.
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu untuk
selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat dikatakan berguna atau tidak berguna,
baik atau tidak baik, religius atau tidak religius. Hal itu dihubungkan dengan unsur-unsur yang
melekat pada diri manusia yaitu jasmani, cipta rasa, dan kepercayaan. Sesuatu dikatakan bernilai
apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai etetis) baik (nilai etis/moral),
religius (nilai agama)
1. Nilai Kearifan Lokal Kisah Cinta Dewi Sulastri yaitu:
a. Nilai Kepemimpinan
Sikap kemimpinan berupa keteladanan pada diri tokoh cerita dapat ditemukan dari
Kisah Cinta Dewi Sulastri. Sikap keteladanan itu antara lain perjuangan Raden Jono
dalam memperjuangkan negaranya, tetap setia melindungi istrinya dan menghormati
kepada mertuanya.
2. Nilai Pengabdian
Nilai pengabdian bisa diartikan sebagai nilai-nilai yang ada pada diri tokoh. Dalam
Kisah Cinta Dewi Sulastri terdapat nilai pengabdian dari sang tokoh yaitu pengabdian Raden
Jono dalam kepatuhannya terhadap kerajaannya dan mertuanya yaitu Hadipati Citro Kusumo
yang merupakan pemimpin Kadipaten Pucang Kembar. Demi pengabdiannya terhadap
kerajaannya sampai kangmasnya yang selama ini dicari terbunuh di tangannya sendiri yang
diketahui sebagai pemimpin brandal.
3. Nilai Tradisi dan Budaya
Nilai tradisi dan budaya dapat ditemukan dalam contoh tempat Pandan Kuning yang
dijadikan tempat pesanggrahan, yang dianggaap memiliki makna tertentu dan sebagainya,
dan Karang Bolong yang selama ini dianggap sebagai tempat kramat
4. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai kesetiakawanan sosial membantu yang lemah. Dalam Kisah
Cinta Dewi Sulastri dapat ditemukan pada tokoh kyai  Karyadi yaitu mau
melindungi,  memberikan saran dan ilmu pada Raden Jono ketika dalam kesusahan.
5. Nilai Kependidikan
6. Nilai Kepahlawanan
Dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri terdapat nilai kepahlawanan yaitu pada tokoh
Raden Jono yang mau bekerja apa saja yang penting itu baik, sikap kepahlawanannya rela
berkorban demi kerajaannya, tidak mudah putus asa dan pantang menyerah untuk dapat
mencapai tujuannya dengan disertai usaha keras dengan mencari ilmu.
7. Nilai Etika dan Moral
Dari cerita ini dapat diketahui bagaimana etika dan moral ditegakkan terutama yang
berkaitan dengan diri tokoh Raden Jono. Cerita ini meninggalkan pelajaran berharga,
bagaimana tokoh berjuang dari bawah sampai menjadi Hadipati dengan melalui perjuangan
yang hebat dengan usaha keras, pantang menyerah dengan penuh keyakinan tetapi tidak
melupakan pada nilai kearifan lokal dengan berguru mencari ilmu, dan semedi, menghormati
yang lebih tua, menjaga kepercayaan dan nama baik, apabila kita memiliki cita-cita yang
belum tercapai.

8. Nilai Budi Pekerti   


Nilai budi pekerti berupa ajaran kebaikan, menunjukan mana yang benar dan salah,
seperti nilai-nilai kejujuran, kesopanan, kesetiaan dan sebagainya. Dalam Kisah Cinta Dewi
Sulastri banyak terkandung nilai budi pekerti yang dapat kita jumpai terutama  dari tokoh
Raden Jono sifatnya dapat kita jadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari.
9. Nilai Religius
Nilai-nilai religius (keagamaan) yang bersifat kepercayaan, penghormatan kepada
leluhur dan sebagainya bisa ditemukan dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri pada masa
dulu yaitu dianggapnya Pandan Kuning sebagai tempat sakral demikian juga dengan
kepercayaann ketika ke laut kita tidak boleh mengenakan pakaian berupa mbayak ijo gadung
( kebayak ), jarit amba lurik (kain/tapih) dan benting tritik (stagen) karena dipercaya akan
mengakibatkan bencana yaitu menjadi mangsa buaya putih.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam cerita rakyat, bisa
disimpulkan sebagai berikut:
1. Cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri dapat diklasifikasikan ke dalam legenda, khususnya
legenda setempat dan legenda perorangan.
2. Cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri memiliki isi dan tema asal usul terjadinya suatu tempat
dan perjalanan atau perjuangan kisah hidup seorang tokoh, alur maju sehingga dari awal sampai
akhir mudah dipahami, latar yang digunakan dalam adalah latar tempat.
3. Dalam cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang meliputi
nilai kepemimpinan, nilai pengabdian, nilai tradisi, dan nilai budaya serta nilai sosial.
4. Dalam cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri terdapat juga nilai pendidikan (edukasi), meliputi
nilai etika, budi pekerti, nilai keteladanan dan kepahlawanan, nilai toleransi, dan nilai keagamaan
(religius).
B. Saran
1. Masyarakat setempat

Perlu dukungan dan peranan dari rakyat setempat untuk melestarikan cerita rakyat di
sekitarnya kepada anak-anak sekarang dengan cara lisan ataupun dongeng.

2. Guru

Sebaiknya guru dapat mengenalkan cerita rakyat di dunia pendidikan untuk menambah
pengetahuan anak didik.

Seorang guru dapat memberikan tugas mengenai cerita rakyat disekitar diharapkan siswa
mengetahui bahwa di tempat kita juga punya sejarah dan mencontoh nilai-nilai positif yang
terkandung dalam cerita rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

http://nak-baliparadise.blogspot.com/2012/03/tugas-pengertian-mitos-legenda-cerita.html
info-gudangilmu.blogspot.com/.../macam-macam-cerita-rakyat.html

http://mustikajikebumen.blogspot.com/2009/06/sejarah-desa-karanggadung-kec_23.html
https://docs.google.com/document/d/10HNbBg_Ma-rn.../edit?hl...

Anda mungkin juga menyukai