Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEKS SEJARAH

PUSAT PEMASARAN DI DESA JATITUJUH

Disusun sebagai pemenuhan salah satu tugas dengan tema


“Sejarah Desa Jatitujuh ”,

diajukan oleh;
Nama : Miranda Oktavia
Tempat tanggal lahir : Majalengka 22 januari 2006
Kelas : XII IPA 5
Alamat Rumah : Blok.Jum'at RT.04 RW.02 Desa Jatitujuh Kecamatan Jatitujuh
Email : mrndaoktaviaa@gmail.com
Telp/HP : 083148784826

Penelitian Teks Sejarah Desa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Dalam Rangka Memperluas Cakrawala Budaya Siswa
sebagai Upaya Pembinaan dan Pengembangan Literasi, Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi, yang telah
memberikan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Pusat Pemasaran Di Desa Jatitujuh ”
Makalah ini disusun dalam Teks Sejarah pada Pelajaran Bahasa Indonesia dalam
Rangka Memperluas Cakrawala Budaya Siswa sebagai Upaya Pembinaan dan
Pengembangan Literasi, Tahun 2023. Makalah ini berisikan pengalaman penulis dalam proses
belajar pada ruang lingkup dan materi pembelajaran di Kelas XII tentang cerita teks novel
sejarah dengan pendekatan tema kearifan lokal.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, arahan, motivasi, doa, dan bimbingan dalam penyusunan
malakah teks novel sejarah desa Jatitujuh ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diharapkan demi perbaikan karya di masa yang akan datang.

Jatitujuh, November 2023

i
DAFTAR ISI

Lembar Judul
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
ABSTRAK .................................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................................3
1.6 Metodologi Penelitian ...................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................4


2.1 Cerita terjadinya Desa Jatitujuh ....................................................................................4
2.2 Nilai Religi ...................................................................................................................6
2.3 Nilai Nasionalis ..................................................................................................................... 7
2.4 Nilai Integritas........................................................................................................................ 7
2.5 Nilai Gotong-royong ............................................................................................................ 8
2.6 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Jatitujuh ...................................9
2.7 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Jatitujuh ........................................................13
2.8 Nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Jatitujuh ............................17

BAB 3 KESIMPULAN ......................................................................................................18


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................19

ii
ABSTRAK

Pasar jatitujuh merupakan pasar tradisional yang reprentasi dari ekonomi rakyat yaitu
ekonomi kelas menengah ke bawah. Serta tempat bergantung para pedagang skala kecil dan
menengah.

Pasar jatitujuh menjadi tumpuan harapan para petani, peternak, pengrajin dan yang
lainnya selaku pemasok. Ribuan penduduk desa jatitujuh ataupun kecamatan jatitujuh masih
mempercayakan pengadaan kebutuhan sehari-hari mereka pada pasar tersebut yang identik
pada kelompok menengah kebawah.

Peneliti juga melihat aktivitas perekonomiannya ditengah munculnya pasar modern.


Yang ditemukan peneliti kondisi pasar jatitujuh masih jauh dari yang diharapkan, kesan
kumuh, penataan yang kurang teratur masih ditemukan dipasar tersebut.

Namun akhir-akhir ini pasar jatitujuh memang nampak tergerus dengan bermunculannya
pasar modern yang kian meningkat. Peneliti dalam hal ini melakukan pengamatan secara
langsung mengenai proses perdagangan di pasar tradisional desa jatitujuh. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kegiatan perekonomian pasar tradisional sedikit terganggu dengan
munculnya pasar modern di kota majalengka. Dan dengan adanya kondisi seperti ini pihak
pasar tradisional biasanya membuat strategi agar tetap bisa bersaing dengan pasar modern.

Kondisi pasar tradisional di desa jatitujuh masih jauh dari yang diharapkan.

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebuah hal yang biasa, adanya penamaan suatu tempat (Desa dan Kabupaten)
yang diambil dari masa yang sangat jauh sehingga sejarah hari jadi mereka menjadi
sangat tua, beratus bahkan beribu tahun yang silam. Semakin tua usia suatu daerah maka
dirasakan semakin hebat. Selain itu, sering pula asal mula penamaan suatu tempat
dikaitkan dengan unsur mitos. Upaya di atas, kemungkinan besar sebagai upaya untuk
membangun prestise atau kebanggaan di masyarakat pada asal mulanya sehingga
generasi selanjutnya akan lebih menghormati dan mempercayai leluhurnya. Proses
penamaan tersebut sebenarnya, justru akan menyebabkan penguburan terhadap kejadian
sejarah yang sebenarnya. Hal ini mengakibatkan cerita sejarah itu sendiri justru menjadi
kabur dan membingungkan. Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaya, 1991:50)
membagi cerita rakyat dalam tiga golongan, yakni mithe, legenda, dan dongeng.
Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks teks cerita sejarah desa pada
pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian
generasi muda. Karakter merupakan sifat kejiwaan atau budi pekerti yang berbeda
anatar individu. Nilai-nilai yang diajarkan seseorang akan terlihat melalui prilaku dan
menjadi karakter individu. Pendidikan karakter dalam kearifan lokal yang tersirat dalam
cerita rakyat desa Jatitujuh antara lain: kejujuran, yakni merupakan perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam setiap perkataan atau ucapan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap dirinya
sendiri maupun pihak lain, bertanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan,
terhadap dirinya sendiri, masayarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa, kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau
pekerjaan) dengan sebaik-baiknya, disiplin yakni merupakan tindakan yang
menunjukkan perilaku patuh, taat dan tertib pada berbagai aturan dan ketentuan, cinta
ilmu yakni semua cara berpikir, bersikap dan berbuat menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan, percaya diri yakni

1
sikap yakin terhadap kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
Setiap daerah di seluruh Indonesia mempunyai cerita rakyat yang berkembang
terutama dalam bentuk lisan, cerita tentang “Asal Usul Desa Jatitujuh ” adalah cerita
yang sangat popular di Desa Jatitujuh , sehingga masyarakat dan sekitarnya menaruh
suatu kepercayaan terhadap asal usul tersebut.
Sebagian dari kultur masyarakat, cerita rakyat dapat memberikan gambaran
kehidupan pada masanya, menjadi sumber pengetahuan dan adat istiadat. Cerita
rakyat menjadi sarana untuk menggali kearifan lokal yang ada dalam masyarakat.
Demikian pula dengan cerita rakyat desa Jatitujuh telah menjadi bagian dari kearifan
lokal masyarakat penuturnya. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang dimiliki
masyarakat lokal untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungannya, menyatu dengan
sistem kepercayaan, budaya dan nila-nilai yang ada pada masyarakat tersebut dan
biasanya kearifan lokal suatu masyarakat dituangkan dalam bentuk tata adat istiadat
atau tradisi seperti ada upacara mapag sri maknanya upacara pesta panen, sedekah
bumi maknanya upacara mau tanam padi pertama musin rendeng/hujan, munjung
makanaya upacara tahlil/doa bersama di makam desa yang diakhiri makan bersama,
namun penulis dalam hal ini hanya akan memperkenalkan salah satu tradisi berupa
cerita rakyat tentang terjadinya desa Jatitujuh.
Selain bersifat menghibur, cerita rakyat juga berisi perjuangan, kepahlwanan,
nasihat, contoh, dan ajakan dalam kebaikan. Ada banyak nilai positif dan bermanfaat
yang dapat diperoleh melalui cerita rakyat. Nilai yang dianggap suatu kebenaran.
Nilai juga menentukan kondisi kehidupan masyarakat (Herlina, 2014:2013).
M.Z.Lawang salah satu tokoh Sosiologi, menyatakan nilai adalah gambaran mengenai
apa yang diinginkan yang pantas, berharga, dan dapat memengaruhi perilaku sosial
dari orang yang bernilai tersebut. Nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu
masyarakat dan telah tertanam dengan emosi yang mendalam akan menjadi norma
yang disepakati bersama.

Nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam sebuah cerita rakyat desa Jatitujuh
antara lain nilai religi, nilai nasionalis, dan nilai gotong royong. Nilai religi adalai
nilai ketuhanan yang diantaranya berupa kekercayaan kepada Tuhan, Nilai bersikap
taat dalam menjalankan ibadah. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

2
yang tinggi terhadap bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya. Nilai karakter gotong royong mencerminkan
tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah


1. Bagaimanakah apakah cerita desa Jatitujuh ?
2. Seperti apakah nilai-nilai yang berlaku di desa Jatitujuh ?
3. Bagaimanakah tata kerja pemerintahan yang berlaku di desa Jatitujuh ?
4. Struktur ogranisasi apa sajakah yang ada di desa Jatitujuh ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui cerita desa Jatitujuh
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang berlaku di desa Jatitujuh
3. Untuk mengetahui tata kerja pemerintahan yang berlaku di desa Jatitujuh
4. Untuk mengetahui struktur organsiasi yang terdapat di desa Jatitujuh

1.4 Manfaat Penelitian


1. Agar mengetahui cerita desa Jatitujuh
2. Agar mengetahui nilai-nilai yang berlaku di desa Jatitujuh
3. Agar mengetahui tata kerja pemerintahan yang berlaku di desa Jatitujuh
4. Agar mengetahui struktur organsiasi yang terdpat di desa Jatitujuh

1.5 Metodologi Penelitian


Penelitain ini penulis menggunakan metode Observasi lapangan langsung dengan
mendatangi kantor pemerintahan desa, mendatangi kepala desa untuk meminta ijin penelitian
dan bantuannya, studi literasi dengan membaca berbagai sumber buku yang mendukung
penelitian, studi dokumentasi dengan foto dan memfoto kegiatan yang sedang dilakukan
warga masyarakat, dan wawancara tokoh masyarakat.

3
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Cerita Terjadinya Desa Jatitujuh


Perjalanan Bagus Rangin dalam menentang kolonialisme dan imperialisme
Belanda pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari perlawanan yang dilakukan oleh
Pangeran SURIAWIJAYA ( Raja Kanoman ). Pusat pergerakan Bagus Rangin
berlokasi di sekitar daerah Jatitujuh, termasuk kabupaten Majalengka sebelah Utara
karesidenan Cirebon. Bagus Rangin berasal dari Demak, Blondong Rajagaluh
(sekarang termasuk daerah kabupaten Majalengka terletak di kaki gunung Ciremai.
Beliau dilahirkan sekitar tahun 1761 M. Beliau putra Sentayem (buyut Tevom), cucu
buyut Waridah, keturunan embah buyut Sambeng. Bagus Rangin mempunyai 3 (Tiga)
saudara; kakanya bernama buyut Bangindan, kedua adiknya bernama Kibuyut
Salimar dan Kibagus Serit. Ayahnya adalah seorang yang taat dalam menjalankan
agama Islam, dan dalam tugasnya sehari-hari sebagai guru agama serta dikenal
sebagai Kiyai (Ajengan) yang tinggi ilmunya dan banyak muridnya, termasuk
putranya Bagus Rangin. Sifat Bagus Rangin digambarkan oleh Staple sebagai
pemimpin yang gagah berani dan sanggup menyatakan perang yang didukung oleh
pengikutnya yang banyak.
Setelah cukup umurnya Bagus Rangin diserahi tugas mengepalai
kebagusan Jatitujuh oleh Sultan Cirebon dengan pangkat Senopati. Pasukan yang
langsung dipimpin Bagus Rangin berjumlah antara 280 – 300 orang yang terlatih
perang. Beberapa orang yang memimpin perlawanan itu selain Bagus Rangin yang
menjadi pemimpin umum antara lain :
• Bagus Wariem dan Bagus Ujar dari Biyawak
• Bagus Sakti dan Bagus Kondur dari Jatitujuh
• Rontui dari Sindang Haji ( Rajagaluh )
• Nariem dan Samun dari Baruang Kulon
• Bana yang menjadi Sekertaris Bagus Rangin dari Baruang Wetan
• Bagus Sidung dari Sumber dan Bagus Arsitem dari Loyang
• Bagus Arsitem dari Loyang dan Bagus Suara dari Bantarjati
• Bagus Sanda dari Pamayahan dan Bagus Narim dari Leles
• Bagus Jamani dari Depok dan Demang Panagan dari Kandang Haur
• Demang Wargagupita dari Kuningan dan Wargamanggale, Harmanis dari Cikao
4
• Wirasraya dari Manis dan Jurang Prawira dari Linggarjati
• Jaya Sasmita dari Ciminding dan Jangbay dari Luragung
• Angga Asraya dari Timbang dan Demang Jaya Prawata dari Nagarawangi
• Demang Angon Kalango dari Weru dan Ingabei Marta Manggala dari Pagebangan
• Demang Jaya Pratala dari Sukasari.
Asal usul dari pemimpin-pemimpin perlawanan tersebut mencerminkan
betapa luasnya wilayah perlawanan itu yang meliputi wilayah Kabupaten Majalengka,
Cirebon dan Kuningan, sekarang juga meliputi daerah lainnya antara lain : Subang,
Karawang, Sumedang, Indramayu. Memang mereka didukung oleh masyarakat
daerah-daerah tersebut berupa tenaga manusia, senjata, logistik (beras dan makanan
lainnya), dan moril. Beberapa desa yang membantu Bagus Rangin adalah Banuang
Kulon, Malandang, Conggeang, Cililin, Depok, Sela awi, dan Sukasari. Sedangkan
kepala-kepala desa yang mendukung kaum perlawanan ialah kepala desa Batu
Nunggal, Tegal, Bentang, Geruda, Cinaka, Tanggulan, Tambal, Ayer, dan lain-lain.
Selain dari rakyat dukungan dan bantuan itu diperoleh juga dari beberapa penguasa
daerah setempat terutama dalam bentuk bahan makanan dan perlengkapan perang
seperti : senapan, meriam, dan lain-lain. Adapun senjata-senjata yang digunakan
Bagus Rangin adalah : tombak, pedang, bedog, keris, senapan dan meriam.
Pemusatan pasukan Bagus Rangin di sekitar Bantarjati, Jatitujuh dan daerah
perbatasan Sumedang dan perbatasan Cirebon.
Sementara itu pada tanggal 1 September 1806 tercapai persetujuan
tentang perjanjian antara pemerintah kolonial dengan sultan Sepuh dan sultan Anom
yang isinya antara lain :
Menetapkan bahwa Raja Kanoman beserta saudaranya dikembalikan ke
Cirebon dan di nobatkan sebagai Sultan.
Orang-orang Cina tidak di ijinkan lagi tinggal di daerah pedalaman dan
kepada para sultan tidak diperkenankan memeras rakyat.
Berlakunya perjanjian itu belum dapat meredakan pergolakan rakyat daerah
Jatitujuh dan sekitarnya. Bahkan pada pemerintahan Gubernur Jenderal W. Den Dels
(1808-1811) justru perlawanan rakyat itu makin meluas kedaerah Indramayu sebelah
selatan. Dalam pada itu Bagus Rangin berhasil menghimpun dan membina kembali
para pengikutnya dan masyarakat setempat pada umumnya sangat besar. Bagus
Rangin sangat dipercaya dan diharapkan menjadi pemimpin oleh para pengikutnya.
Begitu besarnya pengaruh Bagus Rangin sehingga kemudian beliau dipercaya sebagai
5
titisan Ratu Adil yang akan melenyapkan kezaliman dan ketidakadilan serta
membawa keadilan.
Dalam rangka mematangkan persiapan perang, diadakanalah
penggemblengan khusus terhadap pemimpin pasukan dan anak buahnya, waktu
penggemblengan dilakukan setelah sembahyang (salat) Jumat di mesjid Jatitujuh,
mereka berpakaian serba putih sebagai tanda ikhlas, rela berkorban baik harta, jiwa
maupun raga demi tanah air bangsa negara dan agama.
Dalam kajian ini akan diungkapkan kearifan lokal masyarakat melalui nilai-
nilai yang terdapat dalam cerita rakyat tentang terjadinya desa Jatitujuh. Nila-nilai
yang berkaitan dengan kearifan lokal tersebut adalah nilai religi, nilai nasionalis, nilai
integritas, dan nilai gotong royong.

2.2 Nilai Religi

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang


Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan
damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai religi yang tersirat dalam cerita rakyat sejarah desa Jatitujuh tersebut
adalah ketaatan dalam menjalankan syariat ajaran agama Islam dalam keadaan
apapun dan dimanapun.

6
2.3 Nilai Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap
nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga
kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air,
menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan
agama.
Nilai nasionalis yang tergambar dalam cerita rakyat sejarah desa Jatitujuh,
menggambarkan nilai sikap nasionalis yakni menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

2.4 Nilai Integritas

7
Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap
tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui
konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Adapun nilai integritas yang ada pada cerita rakyat tentang sejarah terjadinya
desa Jatitujuh adalah sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dan bertanggung
jawab dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan
pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.

2.5 Nilai Gotong-royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat


kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama,
dapat bekerja sama, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah
mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi,
anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

8
Nilai gotong royong yang tersirat dalam cerita rakyat tentang sejarah
terjadinya desa Jatitujuh , yakni disetiap tindakan selalu berkomitmen atas keputusan
bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa
solidaritas yang tinggi.

2.6 Tata Kerja Pemerintah Desa


Dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Desa (SOTK) mulai dari Pasal 6 sampai Pasal 10 di sebutkan
bahwa, Kepala Desa dan Perangkat desa mempunyai Tugas dan Fungsi yang di
antaranya sebagai berikut :
1. Pasal 6 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Desa berbunyi :
1. Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
2. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
3. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan
ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,
administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
2) melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.
3) pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan,
dan ketenagakerjaan.
4) pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.
5) menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya
2. Pasal 7 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa yang
berbunyi :
1. Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretariat Desa.

9
2. Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintahan.
3. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2),
Sekretaris Desa mempunyai fungsi:
1) Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat
menyurat, arsip, dan ekspedisi.
2) Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa,
penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan
umum.
3) Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi
administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa,
Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
4) Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta
penyusunan laporan.
3. Pasal 8 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Urusan (Kaur) bidang
Tata Usaha dan Umum, Keuangan dan Perencanaan berbunyi :
1. Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat.
2. Kepala urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan
administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.
3. Untuk melaksanakan tugas kepala urusan mempunyai fungsi:
1) Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat,
arsip, dan ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan
prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian
aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.
2) Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan
keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-
sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan
admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga
pemerintahan desa lainnya.

10
3) Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan
perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja
desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan
monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.
4. Pasal 9 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Pemerintahan,
Kesejahteraan Rakyat dan Pelayanan berbunyi :
1. Kepala seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis.
2. Kepala seksi bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional.
3. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi mempunyai fungsi:
1) Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan manajemen
tata praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan
masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan
upaya perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan
wilayah, serta pendataan dan pengelolaan Profil Desa.
2) Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan
sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan,
dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi,
politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan
karang taruna.
3) Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
meningkatkan upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya
masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.
5. Pasal 10 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Urusan Kewilayahan
/ Kepala Dusun (Kadus) berbunyi :
1. Kepala Kewilayahan atau sebutan lainnya berkedudukan sebagai unsur satuan
tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan
tugasnya di wilayahnya.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala
Kewilayahan/Kepala Dusun memiliki fungsi:
1) Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan
masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan
wilayah.

11
2) Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
3) Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
4) Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

12
2.7 Struktur Organisasai pemerintahan Desa Jatitujuh
1. Organisasai pemerintahan Desa Jatitujuh

13
2. LPM

14
3. BPD

4. PKK

15
5. Karang Taruna
Ketua
AEP SAEPUDIN

Sekertaris Bendahara
TUTIN MAULANA
BAHRUN

6. DKM

16
2.8 Nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Jatitujuh

No. Nama Periode Sampai dengan Keterangan


Jabatan mulai tahun
1. ARBAN 1901 1906 Wafat
2. MASKANI 1906 1911 Wafat
3. UJAM 1911 1917 Wafat
4. MUSTAHAB 1917 1924 Wafat
5. KARTAWASITA 1924 1943 Wafat
6. NAIPAN 1943 1950 Wafat
7. NASKA 1950 1966 Wafat
8. MOCH. UJEN 1966 1980 Wafat
9. E. SUHARJO 1980 1989 Wafat
10. DIDI C. SUPARDI 1989 1998 Masih Ada
11. BADA 1998 2008 Masih ada
12. ONO MASURNA 2008 2015 Masih ada
13. KACA 2015 2021 Masih ada
14. ABDUL KOHAR MUZAKIR 2021 Sekarang Masih ada

17
BAB 3 KESIMPULAN

Sistem pemerintahan desa yang digunakan saat ini pada prinsipnya masih meneruskan
warisan kebijakan pemerintah jaman penjajahan Belanda yang dinamakan“indirect rule”.
(cara pemerintah Belanda dapat memerintah rakyat desa melalui kepala desa, sehingga tidak
perlu mengeluarkan biaya).
Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat tentang
sejarah terjadinya desa Jatitujuh yang diberi judul, “Pusat Pemasaran Di Desa Jatitujuh
,” mengandung kearifan lokal yang menggambarkan nilai-nilai religious yakni ketaatan
dalam menjalankan syariat ajaran agama Islam dalam keadaan apapun dan dimanapun,
nlai nasionalis yakni menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya, nilai intergritas yakni sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dan
bertanggung jawab dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral, dan nilai gotong royong yakni disetiap
tindakan selalu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong
menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas yang tinggi.
Desa Jatitujuh memiliki tujuh pohon jati tetapi sekarang yang tersisa cuma dua pohon
jati yang letaknya di balai desa. Desa Jatitujuh merupakan pusat Metropolitan di kecamatan
Jatitujuh

18
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2004 . Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dimyati dan Mudjiono. 2013 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Herlina. 2014. “Nilai Kearifan Lokal dalam Novel Negeri Sapati,”karya Laode. M. Insan
sebagai Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter, dalam Jurnal Pendidikan bahasa
Vol.3 No.2.http//journal.ikippgriptk.ac.id/indek.php/bahasa/article/download/166/164,
diakses pada 26 Oktober 2019.
https://www.liputan6.com/regional/read/2652032/perlawanan-cirebon-yang-menggetarkan-
belanda, diakses 27 Oktober 2019
Karakter Bangsa, www.rumahinspirasi.com Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010.
Diakses pada 28 Oktober 2019.
Sentiyaningsih, Ika, Uti Darmawati. 2015. KTSP. Bahasa Indonesia, Pegangan Guru Kelas
XII SMA/MA, Program IPA/IPS. Intan Pariwara
Sumber lain: Tokoh masyarakat desa Randegan dan tokoh lain yang mendukung selesainya
cerita ini
Suryaman, Maman, Suherli, dan Istiqomah.2018. Bahasa Indonesia/Kementerian Pendidikan
dan kebudayaan Kelas XII. Edisi Revisi. Jakarta: Tiga Serangkai Putra Mandiri.

19

Anda mungkin juga menyukai