Anda di halaman 1dari 14

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

KESENIAN TRADISIONAL LUDRUK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Menulis


Dosen Pengampu : Dr. Yulia Esti Katrini, MS.

Disusun oleh :
Aditya Nur Cahyati (1810301060)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul
“PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KESENIAN
TRADISIONAL LUDRUK”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas akhir semester mata kuliah menulis di Universitas Tidar.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini, khususnya kepada :
1. Dr. Yulia Esti Katrini, MS. selaku dosen pembimbing yang mata kuliah
menulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan
makalah ini.
2. Rekan-rekan di kelas PBSI 2C
3. Keluarga yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak terdapat
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Magelang, 10 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................i


Kata Pengantar ...................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kata Pengantar .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
3.1 Landasan Teori .............................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pegertian Pendidikan Karakter .....................................................................5
3.2 pengertian Kesenian Tradisional ..................................................................6
3.3 Pengertian Ludruk ........................................................................................7
3.4 Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Kesenian Tradisional Ludruk ....8
BAB IV PENUTUP
Simpulan ............................................................................................................10
Saran ...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan merupakan suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dan
mengakar dalam suatu masyarakat. Kebudayaan dianggap menggambarkan
identitas suatu bangsa. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-
macam kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya
adalah kesenian Ludruk.
Ludruk merupakan seni drama tradisional yang berasal dari Jawa Timur,
mengangkat tema-tema sosial seperti fenomena sehari-hari yang sedang hangat
diperbincangkan di tengah masyarakat. Ludruk digunakan sebagai sarana hiburan.
Topiknya yang ringan dan merakyat mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Ludruk merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih
bertahan di era globalisasi saat ini, walau jumlahnya kian berkurang baik dari
penikmat maupun pemain.
Hal yang sangat disayangkan apabila ludruk pada akhirnya hilang tergerus
perkembangan zaman. Padahal ludruk mengandung nilai-nilai moral yang mampu
memberikan pengajaran budi pekerti pada seorang individu. Ludruk juga dapat
digunakan sebagai media penanaman pendidikan karakter agar generasi muda
mengenal sopan-santun dan tata krama.
Berdasar uraian di atas, penulis berkeinginan untuk mengembangkan kesenian
ludruk sebagai media penanaman pendidikan karakter. Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui deskripsi tentang pendidikan karakter, kesenian
tradisional ludruk, serta penanaman pendidikan karakter melalui kesenian
tradisional ludruk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter ?
2. Apa yang dimaksud dengan kesenian tradisional ?
3. Apa yang dimaksud dengan ludruk ?

1
4. Bagaimana penanaman pendidikan karakter melalui kesenian tradisional
Ludruk ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui pengertian kesenian tradisional.
3. Untuk mengetahui pengertian ludruk.
4. Untuk mengetahui bagaimana kesenian tradisional dapat meningkatkan
pendidikan karakter.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menanamkan pendidikan
karakter pada siswa melalui media kesenian tradisional ludruk.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori


Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “Bimbingan atau pembinaan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utuh.”
Menurut Mochtar Buchori karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor
kehidupannya sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘karakter’ diartikan sebagai
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dangan yang lain.
Menurut Albertus pendidikan Karakter adalah diberikannya tempat bagi
kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik,
luhur, dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan
pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama dan Tuhan.
Menurut Irianto (2005: 21-35). Kesenian tradisional ada dan berkembang
tentu saja berkaitan dengan makna, fungsi, dan kebudayaan yang melatarbekangi
masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang berlatar belakang petani misalnya, di
sela-sela memenuhi kebutuhan utamanya mereka akan senantiasa mencari peluang
untuk mengungkapkan ekspresinya melalui kesenian.
Menurut Alwi (2003 : 1038) Kesenian tradisional adalah kesenian yang
diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan yang
hasilnya menjadi milik bersama.
Sedyawati (dalam Supriyanto, 1992:23-24) menyatakan bahwa ludruk sebagai
drama tradisional, memiliki ciri khas, antara lain, (1) pertunjukan ludruk
dilakukan secara improvisatoris, tanpa persiapan naskah; (2) memiliki pakem/
konvensi: (a) terdapat pemeran wanita yang diperankan oleh laki-laki; (b)
memiliki lagu khas, berupa kidungan jula-juli; (c) iringan musik berupa gamelan
berlaras slendro, pelog, laras slendro dan pelog; (d) pertunjukan dibuka dengan
tari ngremo; (e) terdapat adegan bedayan; (f) terdapat sajian/adegan

3
lawak/dagelan; (g) terdapat selingan travesti; (h) lakon diambil dari cerita rakyat,
cerita sejarah, dan kehidupan sehari-hari; (i) terdapat kidungan, baik kidungan tari
ngremo, kidungan bedayan, kidungan lawak, dan kidungan adegan.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk menumbuh
kembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki seorang individu agar dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberikan
pengetahuan akademik maupun non akademik kepada seorang individu sebagai
bekal untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan berfungsi
sebagai pembentuk kepribadian individu menjadi berkarakter kuat.
Pendidikan menjadikan seorang individu dapat hidup mandiri dengan jalan
mempelajari nilai dan norma yang berlaku agar dapat bersosialisasi dan diterima
dengan baik di tengah masyarakat.
Karakter adalah kepribadian, tabiat seorang individu yang didapat melalui
proses pembelajaran yang panjang, dimulai dari lingkungan terkecil yakni
keluarga kemudian merambah pada lingkungan masyarakat. Karakter memiliki
sifat unik (berbeda antara satu dengan yang lain). Hal ini dikarenakan cara
penerimaan serta pembentukannya pada masing-masing individu berbeda.
Sejak lahir seorang individu telah memiliki kemampuan menerima berbagai
stimulus yang kelak akan menjadi pondasi awal dari terbentuknya sebuah
karakter. Seiring bertambahnya usia maka pola pikir seorang individu akan
semakin berkembang dan matang, sehingga ia memiliki kemampuan untuk
menyeleksi segala stimulus/pengaruh yang masuk dan berusaha
mempengaruhinya. Ia dapat menentukan baik/buruk sebuah keputusan.
Karakter diyakini sebagai sebuah landasan cara berpikir, bertindak, dan
bersikap seseorang dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ditemuinya.
Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan mendidik seseorang secara
terus-menerus. Pendidikan karakter merupakan pondasi awal yang harus
dipersiapkan sebaik serta sedini mungkin untuk membentuk seorang individu
menjadi berkarakter dan berbudi luhur.

5
Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan
mewariskan nilai sosial dari generasi ke generasi dengan maksud untuk
menjadikan seorang individu berjiwa sosial, berbudi pekerti, mencintai tanah
airnya, bersikap toleransi terhadap sekelilingnya, dapat menempatkan diri dalam
masyarakat, serta mampu mengambil sikap/keputusan terbaik terhadap segala
situasi yang dihadapi demi keberlangsungan kehidupan masyarakat yang teratur,
dan harmonis.
Pendidikan karakter dibutuhkan pada setiap individu tidak terbatas pada suatu
jenjang pendidikan tertentu. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter perlu
ditanamkan terus menerus agar tidak lenyap seiring berkembangnya seorang
individu pada lingkungan masyarakat. Hal lainnya adalah pendidikan karakter
berfungsi untuk mengatasi akar masalah sosial dalam masyarakat yang
berkembang seiring menyeruaknya dampak globalisasi.

3.2 Pengertian Kesenian Tradisional


Kesenian merupakan alat untuk mengungkapkan ekspresi, ide, gagasan,
emosi ataupun imajinasi seseorang untuk kemudian menjadi sebuah seni yang
dapat diapresiasi keberadaannya.
Seni telah ada sejak manusia diciptakan dan peradaban terbentuk ribuan tahun
lalu. Seni terus berkembang mengikuti migrasi manusia dari satu tempat ke
tempat lain. Seni bersifat unik karena berdasar pada lingkungan tempat ia
terbentuk.
Tradisional adalah sikap berpegang teguh pada suatu adat istiadat atau tradisi
yang telah diyakini sejak lama dan melekat pada diri seseorang dan menjadi
sebuah identitas.
Kesenian tradisional adalah suatu karya cipta manusia yang mengandung nilai
estetika serta keteguhan yang mendalam terhadap tradisi yang diyakini
masyarakat setempat. Kesenian tradisional berkembang dan menjadi ciri khas
suatu daerah, bersifat turun-temurun (diwariskan dari generasi satu ke generasi
berikutnya).
Kesenian tradisional memberikan wadah bagi masyarakat untuk menunjang
kebebasan berekspresi. Setiap masyarakat dapat memberikan sumbangsih mereka

6
untuk memperkaya kesenian di daerahnya masing-masing. Selain itu, kesenian
daerah lebih sering mengangkat kearifan lokal dengan tetap mengikuti
perkembangan zaman agar tetap eksis.
Kesenian tradisional biasa mengangkat tema yang dekat dengan masyarakat
seperti kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ia mampu diterima dan dinikmati
segala golongan usia. Disamping topik-topik yang dibicarakan menarik, kesenian
tradisional menyimpan pesan moral yang sudah sepantasnya ditiru.

3.3 Pengertian Ludruk


Ludruk merupakan seni drama tradisional yang berasal dari Jawa Timur.
Ludruk merupakan budaya yang lahir dari rakyat yang biasa mengangkat tema
kehidupan sehari-hari, legenda, dongeng, kisah sejarah yang sangat akrab dengan
kebudayaan setempat dengan bahasa khas Surabaya atau Malang yang memiliki
logat nan unik dan diiringi dengan tabuhan gamelan. Walau demikian dalam
pementasannya sering ditemui pemain/bintang tamu yang berasal dari Madura,
Madiun, Jombang, Mojokerto dsb. Selain sebagai hiburan, ludruk dimanfaatkan
sebagai sarana penyaluran kritik dan ekspresi.
Di awal pementasannya ludruk selalu menampilkan tari tradisional Jawa
Timur sebagai pembuka yakni tari Remo. Tari Remo khas dengan adanya gelang
kaki berisi lonceng-loceng kecil yang akan berbunyi setiap kaki penari
menghentak di atas panggung. Selain sebagai pembuka pementasan ludruk, tari
Remo kini digunakan sebagai tari penyambutan tamu dan sering ditampilkan
dalam festival kesenian Jawa Timur.
Ciri khas lain dari kesenian ludruk ini adalah adanya kidung berupa pantun
atau syair baik kidungan tari ngremo, kidungan bedayan, kidungan lawak, dan
kidungan adegan.
Salah satu seniman ludruk legendaris dari Jawa Timur tidak lain adalah
Kartolo. Ia sudah aktif dalam dunia seni ludruk sejak 1960-an. Ia pernah
bergabung dengan ludruk Dwikora milik Zeni Tempur V Lawang, Malang,
dan ludruk Marinir Gajah Mada Surabaya, ludruk RRI Surabaya, bersama
seniman ternama lainnya seperti Markuat, Kancil, dan Munali Fata Sebelum

7
akhirnya mendirikan grup ludruk Kartolo CS beranggotakan Kartolo, Basman,
Sapari, Sokran, Munawar, dan Tini (istri Kartolo).
Derap langkah Kartolo melestarikan ludruk diawali dengan melakukan
kolaborasi dengan Karawitan Sawunggaling Surabaya pimpinan Nelwan’S
Wongsokadi. Mereka masuk dapur rekaman untuk merekam kidungan parikan
diselingi guyonan pada era 1980-an. Dalam kurun waktu itu 95 volume berhasil
direkam dan dilempar ke pasar. Di luar dugaan, sambutan masyarakat Jatim luar
biasa. Album-album barunya senantiasa ditunggu penggemarnya. Sampai saat ini
Kartolo dan Sapari masih sering tampil di JTV (TV-nya Jawapos) di Surabaya.
Meskipun sekarang jarang masuk dapur rekaman, Kartolo dan kawan-kawan
masih sering mendapat panggilan naik pentas. Lingkup pentas pelaku seni ini pun
tidak hanya terbatas di 38 kabupaten dan kota di Jatim. Ia juga menerima
undangan naik pentas di Jakarta, Bontang, Batam, serta beberapa kota di Nusa
Tenggara Barat.
Hal unik dari Kartolo adalah ia tak pernah melantunkan syair kidungan yang
telah dikasetkan, agar penonton tidak bosan mendengarkan lawakannya. Ia pun
selalu mencatat isi lawakan yang pernah ia sampaikan di pentas. Cara itu ia pilih
untuk terus mencari isi lawakan baru.1
Walau kini ludruk terus mengalami pergeseran namun para seniman ludruk
tetap bertekad melestarikan kebudayaan asli Jawa Timur tersebut.

3.4 Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Kesenian Tradisional Ludruk


Ludruk merupakan kesenian tradisional yang kaya akan nilai sosial. Ludruk
mengangkat isu-isu sosial yang sedang hangat diperbincangkan, mereka ulang
berbagai cerita sejarah, legenda, dsb. Ludruk memiliki kekuatan komunikasi yang
sangat besar terhadap masyarakat karena menggunakan bahasa daerah dalam
percakapannya. Ludruk menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa,
selain karena pesan moral yang dikandungnya, ludruk juga mengajarkan bab
nasionalisme, dan patriotisme.
Melalui ludruk siswa dapat lebih mencintai bahasa daerah dan
melestarikannya. Seperti slogan yang berulang kali digalakkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Pengembangan dan

8
Pembinaan Bahasa “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah,
dan Kuasai Bahasa Asing”. Bahasa daerah sebagai bahasa ibu tetap memerlukan
perhatian dari penuturnya agar tidak punah. Walaupun penggunaan bahasa/dialek
Surabaya pada ludruk umumnya terkesan kasar namun sebenarnya menujukkan
sikap tegas, lugas, dan terus terang, justru karena itulah ludruk memiliki ciri khas
yang tidak ada duanya serta menjadi sahabat karib bagi kaum non-intelek. Dalam
ludruk berbagai bahasa Jawa dari masing-masing daerah yang tersaji
menunjukkan bahwa budaya Indonesia sangat kaya.
Cerita dalam ludruk sarat akan berbagai karakter kehidupan, mulai dari
senang, sedih, terpuruk, haru, baik, buruk, dsb, yang disisipi candaan khas dari
masing-masing pemain. Ludruk menjadi media transfer cerita sejarah, legenda,
maupun cerita kehidupan sehari-hari.
Penanaman pendidikan karakter melalui kesenian tradisional ludruk juga bisa
diterapkan sebagai pembelajaran dalam kelas, seperti merancang pementasan
ludruk per kelas/per kelompok yang akan dipentaskan di ruang kelas atau aula
sekolah. Cerita yang digunakan dapat disesuaikan dengan kreatifitas siswa
sehingga mereka mampu menghayati lakon masing-masing dengan baik. Siswa
dapat diajarkan untuk mencari tema mengenai kejujuran, perjuangan, pencarian
jati diri, dsb. Dalam latihannya, siswa menggunakan bahasa Jawa secara utuh.
Siswa diajarkan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi dalam usaha
pelesarian kesenian tradisional ludruk. Pembelajaran ludruk mendorong generasi
muda untuk menaruh ketertarikan pada kesenian ini sehingga regenerasi pemain
ludruk terus berjalan.
Oleh karena itu, kesenian tradisional ludruk mempunyai peran penting dalam
penanaman pendidikan karakter seorang anak.

9
BAB IV
PENUTUP

SIMPULAN
Kesenian tradisional ludruk dapat digunakan sebagai alternatif
pembelajaran mengenai penanaman pendidikan karakter pada anak. Ludruk
merupakan salah satu seni drama yang memiliki pesan moral yang dibungkus
dengan cara yang unik sehingga tidak membosankan.

SARAN
Penulis berharap generasi muda dapat lebih peka akan keberadaan dan
lebih mencintai kesenian tradisional di sekitarnya. Penulis juga berharap akan
hadir generasi muda yang bersedia melestarikan kesenian daerahnya dengan
penuh rasa bangga.

10
DAFTAR PUSTAKA

Admin,2008, Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(dalam website


https://kbbi.web.id/karakter) diunduh pada 15 Juni 2019, pukul 22:02.
1
Admin, 2019, Wikipedia Ensiklopedia Bebas(dalam website
https://id.wikipedia.org/wiki/Kartolo_(pelawak)) diunduh pada 12 Juni 2019,
pukul 20:17.
Albertus, Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), h.5.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
1989), h. 19.
Irianto, Agus Maladi, Suharyo, dan Hermintoyo (2015). “Mengemas
Kesenian Tradisional Dalam Bentuk Industri Kreatif, Studi Kasus Kesenian
Tradisional” (laporan penelitian). Semarang: LPPM Undip.
Mochtar Buchori, Character Building dan Pendidikan Kita. Kompas
Supriyanto, Henrikus. 1984. Lakon-lakon Ludruk di Malang. Belum
diterbitkan. ______. 1992. Lakon Ludruk Jawa Timur. Jakarta: Gramedia Widia
Sarana Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai