Anda di halaman 1dari 14

PAMERAN KARYA SENI RUPA

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Seni Budaya
Guru : Agan Abdul Manaf , S.Pd.

Oleh :
Callysta Putri Aqeela
Farel Deto Ramadhan
Julia Afifah Siregar
Kaysan Rafif Abdul Rahman
Muhammad Raditya Putra P
Rayvina Suci Azahra S
Zahrah Aqifah Salsabila
X MIPA 6

Jl. Tangkuban Perahu Raya No.1, RT.003/RW.013, Kayuringin Jaya,


Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat 17144
Tahun pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah Pameran Karya Seni Rupa ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkankepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kitaselaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Seni Budaya. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah Pameran Karya Seni Rupa ini. Dan kami jugamenyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telahmembantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalahdapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangandalam penulisan
makalah Pameran Karya Seni Rupa ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahandan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu AllahSWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalahPameran Karya Seni Rupa
ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya

Bekasi, Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B.Tujuan.................................................................................................. 1
BAB II (PEMBAHASAN) …….............................................................. 3
A. Resensi................................................................................................. 5
B. Unsur Instrinstik................................................................................... 6
C. Unsur Ekstrinstik.................................................................................. 7
D. Kaidah Kebahasaan.............................................................................. 8
BAB IV (PENUTUP) .............................................................................. 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pameran seni rupa di sekolah merupakan kulminasi dan tindak lanjut
proses pembelajaran seni rupa baik pada kegiatan kurikuler maupun ekstra
kurikuler.Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang akhir semester atau akhir
tahun ajaran. Kegiatan pameran di sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis
dalam memupuk, membina,dan mengembangkan kemampuan siswa dalam
melakukan kritik dan apresiasi terhadapkarya seni yang dipamerkan. Melalui
kegiatan ini mereka dilatih untuk memberikantanggapan dan penilaian baik secara
lisan, tertulis, maupun melalui perbuatan/sikap.
Kehadiran pameran dalam konteks pembelajaran di sekolah memiliki fungsi
tersendiri, diantaranya fungsi pendidikan (edukasi) dan fungsi hiburan (rekreasi).
Melalui kegiatan pameran, anak-anak diberi kesempatan untuk melakukan
penilaian terhadap karya seniserta dapat mengukur tingkat kemajuan sekolah
mengenai pelaksanaan dan isi pameran.Kemudian, kegiatan ini juga menyajikan
hiburan bagi warga sekolah dan masyarakat sekitarnya.

B. Tujuan
Agar siswa siswi SMAN 2 Bekasi dapat mengetahui
1. Pengertian pameran.
2.Tujuan pameran.
3.Manfaat pameran.
4. Fungsi pameran.
5. Merencanakan pameran.
6. Cara mempersiapan pameran.
7. Cara pelaksanaan pameran

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Hikayat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hikayat adalah karya satra melayu
lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undang- undang, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografi, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk
pelipur lara, pembangkit semangat jiwa, atau sekedar untuk meramaikan pesta,
misalnya hikayat Hangtuah dan hikayat seribu satu malam. Hikayat dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rehakaan, hikayat sejarah, dan
hikayat biografi. Hikayat memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi. Misal
tujuan utama ceritanya untuk menghibur, tokoh-tokoh utama selalu mendapat
kemenangan dan akhir yang baik, segi ajakan moral tidak diabaikan, pola cerita
selalu bersifat stereotipe, dan adanya alur cerita yang dapat diramalkan.

1. Jenis-Jenis Hikayat
Hikayat terbagi menjadi beberapa jenis yakni :
a. Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisi berbagai ajaran agama.
b. Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisi sejarah masa lampau.
c. Hikayat safari, hikayat yang menceritakan kisah perjalanan.
d. Hikayat peristiwa, yaitu hikayat yang menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian.
e. Hikayat jihad, yang dimaksud yaitu, hikayat yang kandungannya berisi
hikayat berisi untuk melawan musuh.
f. Hikayat cerita (novel), yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau
roman, baik roman fiksis atau sejarah.

2
2. Unsur Instrinsik
Unsur Intrinsik dalam hikayat adalah sebagai berikut:
a. Tema
Pada dasarnya tema dan masalah yang ada dalam hikayat pada
umumnya termasuk yang tradisional dan dalam kenyataan suatu tema
dalam hikayat itu beragam bergantung pada kaca mata yang digunakan
dalam melihat keberadaan tema itu sendiri.
b. Latar
Latar dalam cerita mencangkup lingkungan dan aspeknya yang lebih
luas. Tidak hanya mempersoalkan tempat tetapi juga waktu.
c. Penokohan
Beberapa tokoh dalam cerita rakyat tidak bernama, dan kelihatannya
mereka jarang digambarkan. Penokohan tidak individual tetapi secara
stereotip, dan terkadang disajikan secara posisi sosialnya. Setiap orang
ditentukan aturannya dalam naratif, dan hal itu tidak ada karakter ekstra,
jadi folklor cenderung hanya memiliki satu tokoh protagonis.
d. Pengaluran
Folklor tidak memiliki hubungan sebab akibat, untuk itu secara
logika hikayat sebagai salah satu jenis folklor juga memiliki alur yang
tidak berhubungan sebab akibat.
e. Sudut pandang pengarang
Pada hakikatnya metode penggambaran sudut tinjauan pengaruh
dalam ceritanya pada bahasan yang lalu bisa digunakan pula dalam
melacak sudut tinjauan pengarang yang ada dalam hikayat. Namun,
demikian hikayat sebagai sebuah jenis sastra memiliki ciri khas tersendiri.

3
3. Unsur Ekstrinsik nsur ekstrinsik yaitu unsur luar yang mempengaruhi karya
sastra tersebut. Jenis-jenis moral dalam hikayat adalah sebagai berikut.
a) Moral Pendidikan
b) Moral Budaya
c) Moral Agama
d) Moral Sosial

4. Kaidah Kebahasaan
 Majas Personifikasi: Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan
untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.
Contohnya seperti, angin malam telah melarang aku ke luar.
 Majas Pleonasme: Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata dengan makna sama, tapi diulang-ulang terkesan tidak efektif tapi
disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita harus maju ke depan
agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke depan.
 Majas Antiklimaks: Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan
lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. Contohnya seperti,
setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staff dan siswa rutin
melaksanakan upacara bendera.
 Majas Hiperbola: Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan
atau membesar-besarkan kenyataan yang sebenarnya. Contohnya: air
matanya mengalir menganak sungai.
 Majas Simile: Simile merupakan gaya bahasa pertautan yang
membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, namun dianggap
memiliki persamaan

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Resensi
a) Identitas Hikayat
1. Judul : Hikayat Patani
2. Pengarang : Teew, D.K Wyatt, dan Ibrahim Syukri
3. Tahun terbit : 1970

b) Sinopsis :
Dikisahkan terdapat suatu kerajaan yang dikuasai oleh raja Paya Tu Kerub
Mahajana. Setelah raja tersebut meninggal, dia digantikan anaknya, yaitu Paya Tu
Naqpa. Paya Tu Naqpa adalah seorang raja yang suka berburu. Suatu hari ia
mendengar berita bahwa daerah di tepi laut mempunyai banyak binatang untuk
diburu. Lalu Paya Tu Naqpa pun pergi ke daerah sana dengan beberapa hulu
balangnya untuk berburu. Dabut Tak ada satupun binatang yang nampak oleh
rombongan raja tersebut. Setelah 2 jam lamanya, anjing rombongan tersebut
menggonggong, ternyata ada rusa putih yang berlari ke satu arah dan hilang. Lalu
rombongan Raja pun mengejar namun nihil. Akan tetapi, Raja bertemu dengan
rumah sepasang suami istri. Lalu sang suami bercerita tentang asal muasal rusa putih
tersebut. Setelah mendengar cerita si lelaki, Raja pun tertarik untuk memindahkan
negerinya. Selama 2 bulan, selesailah Negeri tersebut dan dinamakan Patani
Darusallam, yang berarti Negeri Sejahtera. Beberapa tahun lamanya Paya Tu Naqpa
bertakhta, datanglah suatu penyakit berat yang menyerangnya. Tak ada satu tabib pun
yang dapat mengobatinya. Lalu Raja pun mengeluarkan pengumuman melalui anak
buahnya, yaitu siapapun yang bisa mengobati penyakit raja, maka ia akan diambil
sebagai menantu. Akhirnya ada seseorang syekh yang bisa menyembuhkan raja
dengan alasan raja harus masuk Islam. Akhirnya Raja mau menerima tawaran
tersebut lalu sang Syekh mengobati sang raja sampai sembuh. Akan tetapi ternyata
sang raja mengingkari janjinya. Lalu Raja jatuh sakit lagi dengan penyakit yang lebih
parah, Raja pun memanggil Syekh tersebut, dan raja berjanji akan benar-benar masuk

5
Islam, namun lagi-lagi Raja mengingkari janjinya. Setahun sesudah itu raja didatangi
sakit semakin parah pada akhirnya Raja memanggil Syekh tersebut kembali, nomor
awalnya sosial menolak karena sudah Merasa dikhianati oleh raja. Tapi pada akhirnya
mengobati raja tersebut dan ternyata sang raja mendapati janjinya dan benar-benar
masuk Islam.

c) Kelebihan
Hikayat Patani memiliki nilai sebagai berikut
 Nilai Moral : Syekh mengajarkan untuk tidak meminta imbalan dalam
melakukan sesuatu.
 Nilai Agama : Raja yang menyembah beerhala dibanding menyembah Tuhan
 Nilai Sosial : Raja kurang membaur kepada rakyat, sehingga ketika beliau
membutuhkan pertolongan tidak ada yang mau membantu.
d) Kekurangan
Sulit menemukan latar suasana, serta alur cerita lumayan berbelit.

B. Unsur Intrinsik
a) Latar
 Latar waktu : Masa pemerintahan Paya Tu Naqpa.
 Latar tempat : Lingkungan kerajaan, tepi laut.
 Latar suasana : Haru.
b) Tema
Hikayat ini bertemakan “Kerajaan dan Keagamaan”

c) Alur
Hikayat Patani memiliki alur maju, karena ceritanya dimulai dari awal mula hingga
akhir dan ditandai dengan kata-kata yang bermakna.

6
d) Tokoh dan Penokohan
1. Paya Tu Mahajana, Paya Tu Naqpa : gemar berburu, ingkar janji, hanya patuh saat
terdesak, raja yang baik (Tokoh tritagonis)
2. Syekh Sa’id : baik hati, suka menolong, sabar (Tokoh protagonis)
3. Hulubalang : patuh perintah raja (Tokoh protagonis)
4. Encik Tani dan isteri : berpengetahuan (Tokoh protagonis)

e) Sudut pandang
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena banyak menggunakan kata ganti
“ia”.

f) Gaya Bahasa
Menggunakan gaya Bahasa Melayu, sulit dimengerti serta klise atau diulang-ulang.

C. Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Moral
 Seorang syaikh yang mengajak raja dan para keluarganya masuk islam dan
bukan menyembah berhala, serta dia tidak mengharap imbalan ketika
menyembuhkan raja.
 Perbuatan seorang raja yang ingkar janji untuk masuk islam, demi
penyakitnya agar cepat sembuh.
 Seorang yang berperilaku sombong dan angkuh karena menganggap dirinya
yang paling berkuasa.
 Perbuatan seorang raja yang menganggap semua perbuatan dengan imbalan
yang berupa harta.

7
2. Nilai agama
 Seorang raja yang lebih menyembah berhala dibanding menyembah Tuhan.
 Perbuatan raja ketika ia menepati janjinya kepada syaikh untuk membawa
agama islam, maka dia pun masuk islam, tetapi perbuatan untuk
menyembah berhala dan memakan babi pun masih dilakukannya.
 Perilaku raja yang meremehkan janjinya untuk membawa agama islam ke
kehidupannya.

3. Nilai sosial
 Seorang raja yang kurang membaur kepada rakyatnya, sehingga ketika ia
sakit tak satupun orang yang ada di daerah negri itu mengacuhkannya.
 Perilaku yang tidak bertanggung jawab membawa agama islam kepada
rakyat dan para Menteri nya.

D. Kaidah Kebahasaan
 Majas personifikasi : menggambarkan  matahari yang tergelincir seolah-olah
matahari memiliki kaki seperti manusia.
Bukti: "Maka segala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan
segala perburuan itu dari pagi-pagi hingga datang mengelincir matahari,
seekor perburuan tiada diperoleh".
 Majas Pleonisme : menggunakan kata yang bermakna sama seperti
"berbunyilah" dan "suara"
Bukti: "Hatta ada sekira-kira duajam lamanya maka berbunyilah suara anjing
itu menyalak."
 Majas Antiklimaks : menjelaskan nama anak baginda raja dari anak yang
paling sulung hingga nama anak yang paling bungsu.
Bukti: "Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan
itu, maka bagindapun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama
Kerub Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan
bungsu laki-laki bernama MahacaiPailang."

8
 Majas Hiperbola
Bukti: “Ada seekor pelanduk putih, besarna seperti kambing, tubuhnya gilang
gemilang”
 Majas simile :
Bukti: “ Adanya seekor prlanduk putih, besarnya seperti kambing”

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerita hikayat memiliki banyak manfaat, tujuan, karakteristik, dan lain
sebagainya. Cerita hikayat dapat membuat kita terinspirasi, hal tersebut dapat
berdampak baik pada kehidupan kita. Setiap cerita hikayat pasti memiliki amanat
yang berbeda – beda. Cerita hikayat juga lebih menarik daripada novel, komik, dan
sejenisnya. Karena cerita hikayat diambil dari kisah nyata atau kehidupan sehari –
hari dan memiliki nilai moral , nilai kebudayaan yang sangat kental. Maka kita
sebagai anak muda jaman sekarang , kita harus bisa melestarikan atau
mengembangkan cerita hikayat yang lambat laun pasti akan hilang, padahal cerita
hikayat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

B. Saran
Demikian penyusunan makalah yang kami buat dengan tujuan memberikan
informasi terhadap para pembaca makalah ini tentang hikayat dan cerpen.
Harapannya, para pembaca dapat termotivasi untuk gemar membaca hikayat dan
cerpen karena lebih memiliki banyak kelebihan dan juga sebagai upaya pelestarian
cerita rakyat yang kenyataannya hampir tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari internet dalam pembuatan makalah ini :

1. Analisis Unsur Intrinsik Hikayat Patani dan Nilai Terkandung (idschool.net)


2. Contoh Daftar Isi Makalah dan Cara Membuatnya (tirto.id)
3. Hikayat Patani dan Unsur Intrinsiknya Halaman 1 - Kompasiana.com
4. Unsur Intrinsik Dan Unsur Ekstrinsik Hikayat Patani Lengkap Dengan Sinopsisnya -
Smadgreen
5. Contoh Makalah Bahasa Indonesia Tentang Cerpen & Hikayat
(tasyacantik94.blogspot.com)
6. Majas SIMILE: Pengertian, Ciri, dan Contoh Majas Simile (maxmanroe.com)
7. Majas Hiperbola: Pengertian, Contoh, dan Penjelasannya - serupa.id
8. Hikayat Patani beserta terjemahannya, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik - IrfanMalikA
(pengetahuanku13.net)
9. -Karya Agung Melayu (2015) BMS3022-: Karya Klasik Hikayat Patani
(karyaagung6.blogspot.com)

11

Anda mungkin juga menyukai