Anda di halaman 1dari 4

Asmita Yati (1886206015)

PGSD 6A
Pengembangan Kurikulum
“Letak Perbedaan Pelaksaan Kurikulum Untuk Sekolah Biasa Dan Sekolah Luar Biasa”

Menurut Snardi[ CITATION Sun10 \n \t \l 1057 ] di Indonesia, kurikulum (resmi) bagi


SLB baru ada sejak tahun 1977, sedangkan untuk sekolah-sekolah reguler / umum, pemerintah
sudah mengembangkan jauh sebelum itu. Selama belum ada kurikulum resmi, kontribusi para
guru SLB kepada siswanya pada saat itu jauh lebih tinggi daripada guru-guru sekolah reguler.
Mereka meramu sendiri kurikulum dan bahan ajar dengan memanfaatkan kurikulum dan materi
sekolah reguler seadanya. Sayangnya, karena sistem dokumentasi di sekolah-sekolah saat itu
masih belum mendapat perhatian, tidak satu SLB-pun yang menjadi mitra / nara sumber dalam
penulisan naskah ini mempunyai dokumen kurikulum lama. Andaikan tersedia, akan dapat tersaji
betapa besar variasi dan kekayaan kurikulum yang pernah dimiliki oleh SLB-SLB di tanah air.
Sampai dengan tahun 2010, di Indonesia sudah dikenal empat jenis kurikulum resmi,
yaitu kurikulum tahun 1977, kurikulum tahun 1984, kurikulum tahun 1994, dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam hal desainnya, ketiga kurikulum terdahulu (1977,
1984, 1994) menggunakan desain subject based. Sedangkan KTSP tahun 2006 menggunakan
desain berbasis kompetensi (competency based). Dalam hal perangkat (kelengkapan) kurikulum,
berikut perbandingan di antara keempatnya. Dalam tabel ini, nama etaiap unsur tidak selalu sama
(misalnya komponen), isinyapun bervariasi dari satu kurikulum ke kurikulum yang lain. Jika
dilihat tingkat kemandirian dan kewenangan sekolah / guru / daerah, menag terlihat bahwa
kewenangan pemerintah pusat semakin berkurang. Dalam kurikulum 1977 dan 1984, tuntutan
kreasi dari sekolah dan guru sangat kecil, karena semua perangkat disusun oleh pusat, termasuk
landasan, tujuan, struktur, GBPP, rincian bahan ajar, dll. Pada kurikulum 1994, guru harus mulai
menggunakan kreasinya, karena rancangan pembelajaran harus dikembangkan dari GBPP yang
masih sangat umum. Pada KTSP, sekolah dan guru harus menggunakan kreatifitasnya untuk
menyusun dokumen kurikulum lengkap, karena seiring dengan otonomi, pemerintah pusat hanya
mengembangkan perangkat standar nasional.
Pengembangan perangkat kurikulum yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
dilaksanakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Ada beberapa prinsip yang dipegang
dalam mengembangan kurikulum, yaitu:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya: peserta didik harus diasumsikan sebagai sentral untuk mengembangkan
kompetensinya.
2) Beragam dan terpadu : keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang,
sosial dll harus diperhatikan, meskipun harus tetap ada keterkaitan dan kesinambungan
program.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni: perkembangan
kurikulum harus memperhatikan dan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan: dunia usaha dan dunia kerja menjadi
pertimbangan terutama dalam menyediakan ketrampila vokasional.
5) Menyeluruh dan kerkesinambungan : kesatuan dan kesinambungan harus ada baik antar
mata pelajaran maupun antar tingkat / jenjang.
6) Belajar sepanjang hayat: kurikulum harus mencerminkan keterkaitan antara pendidikan
formal, nonformal, dan informal
7) Seimbang antara kepentingan nasional dsan kepentingan daerah: kepentingan nasional
dan daerah harus diperhatikan secara seimbang.
Sedangkan dalam pelaksanaannya, beberapaprinsip telah digariskan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
a. belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
b. belajar untuk memahami dan menghayati,
c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi oranglain,
e. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaranyang
akif, kreatif, efektifd, dan menyenangkan.
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan / atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan,
dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta disik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik yang saling menerima
dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing
madio mangun karso, ing ngarso sung tulodo.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru.
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya, serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian
secara optimal.
7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal
dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Menurut Mulyana[ CITATION Mul10 \n \t \l 1057 ] Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah
Luar Biasa(SLB) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Dalam Encyclopedia of Disabilitytentang pendidikan luar biasa dikemukakan sebagai
berikut: “Special education means specifically designed instruction to meet the unique needs of
a child with disability”. Pendidikan luar biasa berarti pembelajaran yang dirancang secara
khusus untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik.
Di sekolah luar biasa ini materinya berbeda dengan sekolah umum dimana bersifat
akademik fungsional untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian di SLB anak
dilatih supaya nantinya bisa mandiri sesuai dengan potensinya yang ada[ CITATION kri21 \l 1057
]

Macam-Macam Sistem Pendidikan SLB


Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu
dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi atau terpadu[ CITATION Har12 \l 1057 ]
1) Sistem Pendidikan Segregasi
Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan anak normal.
Penyelenggaraan sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Keuntungan sistem pendidikan segregasi, yaitu:
a. Rasa ketenangan pada anak luar biasa.
b. Komunikasi yang mudah dan lancar.
c. Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak.
d. Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa.
e. Sarana dan prasarana yang sesuai.
Kelemahan sistem pendidikan segregasi, yaitu:
a. Sosialisasi terbatas.
b. Penyelenggaraan pendidikan yang relatif mahal.

2) Sistem Pendidikan Integrasi


Sistem pendidikan luar biasa yang bertujuan memberikan pendidikan yang memungkinkan
anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan
siswa normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal.
3 Keuntungan sistem integrasi, sebagai berikut:
a. Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan.
b. Dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuan secara optimal.
c. Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal.
d. Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
e. Harga diri anak luar biasa meningkat.
Menurut [ CITATION Eva21 \l 1057 ] Berdasarkan cara mengajar dalam sekolah inklunsi
masih banyak pengajar yang tidak mengerti dan memahami peserta didik yang memiliki
disabilitas serta tidak memiliki pengajar lulusan pendidikan sekolah luar biasa. Sehingga dalam
cara mengajar, peserta didik yang memiliki disabilitas akan disamakan dengan peserta didik
reguler. Sedangkan sekolah luar biasa memiliki pengajar yang mengerti dan memahami peserta
didik dengan berkebutuhan khusus serta dapat mengajar dengan program khusus sesuai dengan
kemampuan peserta didiknya.

Sedangkan pada sekolah biasa kurikulum yang digunakan sebagian besar menggunakan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem
Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa
percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pembelajran yang berpusat pada siswa, siswa yang menjadi lebih aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Krisnan. (2021). Perbedaan sekolah umum, inklusi dan SLB (sekolah khusus). Retrieved 2021,
from meenta.net: https://meenta.net/sekolah-umum-inklusi-dan-slb/

Marani, A. (2017). Kurikulum Bagi Anak Brrkebutuhan Kkhusu. Jurnal Studia Onsania , 105-
119.

Mulyana, D. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Santoso, H. (2012). Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Sunardi. (2010). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Dari Masa ke Masa. Pusat Kurikulum Badan
enelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional , 77-91.

Yanuarti, E. (2021). 5 Perbedaan Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa dari Berbagai Aspek.
Retrieved 2021, from Halo Edukasi: https://haloedukasi-
com.cdn.ampproject.org/v/s/haloedukasi.com/perbedaan-sekolah-inklusi-dan-slb/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16210008899610&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2

Anda mungkin juga menyukai