Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

COITUS INTERUPTUS (SENGGAMA TERPUTUS)


Dosen Pengampu : Heni Eka Puji Lestari, S.ST, M.Kes

Kelompok 5 :
1. Anggreini Dianan Putri (201901005)
2. Gishela Cindy Mustika P (201901014)

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami
pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan
Keluarga Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
baik. Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
kebidanan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................ 4
B. Rumusan masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Coitus Interuptus .................................................................... 6
B. Indikasi Coitus Interuptus.......................................................................... 7
C. Kontra Indikasi Coitus Interuptus.............................................................. 8
D. Manfaat Coitus Interuptus......................................................................... 8
E. Keterbatasan Coitus Interuptus.................................................................. 9
F. Efektivitas Coitus Interuptus..................................................................... 10
G. Cara Kerja Coitus Interuptus..................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah
jumlah kepadatan penduduk yng sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai
macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah merencanakan program Keluarga
Berencana (KB) yaitu program pembatasanjumlah anak yaitu dua untuk setiap
keluarga.program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan
diakui keberhasilannya di tingkat internasional.
Keluarga berencana atau KB adalah salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun selalu tidak di akui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita.banyak wanita harus menentukan jenis
kontrasepsi yang sulit, bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas
wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepi.
Salah satu contoh dari KB adalah metode senggama terputus (coitus
interuptus). Metode ini merupakan salah satu usaha kontrasepsi yang paling tua.
Cara ini banyak digunakan di benua Eropa dalam abad ke-18 dan 19 dan
memegang peranan penting dalam pembatasan penduduk. Kira-kira 50% dari suami
istri mempergunakan pada waktu ini.
Waaupun cara ini ada kegagalannya tapi tidak kalah dengan hasil pasanan
yang mempergunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan bahwa koitus
interuptus dapat menyebabkan hipertropi prostat, impoensi, dan bendungan panggul
namun bukti ilmiah tidak ada. Tapi kalau satu anggota dari pasangan tidak
menyetujuinya, maka dapat menimbulkan ketegangan dan dengan demikian
mungkin merusak hubungan seks.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan coitus interuptus?
2. Apa saja indikasi coitus interuptus?

4
3. Apa saja kontra indikasi coitus interuptus?
4. Apa saja manfaat coitus interuptus?
5. Apa saja keterbatasan coitus interuptus?
6. Bagaimana efektivitas coitus interuptus?
7. Bagaimana cara kerja coitus interuptus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian coitus interuptus
2. Untuk mengetahui indikasi coitus interuptus
3. Untuk mengetahui kontra indikasi coitus interuptus
4. Untuk mengetaui manfaat coitus interuptus
5. Untuk mengetahui keterbatasan coitus interuptus
6. Untuk mengetahui efektivitas coitus interuptus
7. Untuk mengetahui cara kerja coitus interuptus

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra
ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Metode
Withdrawal adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.( Everett
S. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif, Hal : 37)
Sengama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
sengama terputus setiap pelaksanaanya (angka kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100
perempuan) (Saifuddin, 2006).
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu
metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra
vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita, (Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi:58;2004).
Coitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari vagina sebelum
ejakulasi selama coitus. Sebutan Coitus Interuptus jarang digunakan oleh pria dan
wanita. Istilah ini biasanya disebut penarikan  meskipun ada kata lain yang lebih
halus, seperti “berhati-hati” atau “ia(laki-laki)berhati-hati melakukanya”
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana
tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum mencapai ejakulasi. . (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi:MK-
14;2003
Coitus Interuptus merupakan metode di mana pria menarik penisnya
sebelum ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan
Seksual Reproduktif:57;2008)
Jadi dapat disimpulkan Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi

6
B. Indikasi
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus
interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
Kegiatan KB tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan  saja.  Laki-laki juga
dapat berperan dengan menggunakan metode senggama terputus, apabila suami
tidakmengizinkan  istrinya untuk ber-KB maka suami dapat melakukan KB
dengan cara senggama terputus.
2. Pasangan yang taat beragama atau  mempunyai alasan filosofi untuk tidak
memakai metode-metode lain.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat dan berpikiran  bahwa
banyak anak banyak rezeki atau  karena alasan agama maka banyak pasangan 
yang tidak menginginkan menggunakan KB dalam bentuk alat. Untuk itu,
metode senggama terputus menjadi salah  satu  solusi agar  pasangan  tersebut
tidak memiliki banyak anak dalam  waktu yang berdekatan dan dalam jumlah
yang banyak.
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang
lain
Banyak pasangan suami istri yang ragu untuk melakukan KB karena berbagai
alasan , salah satunya belum menemukan KB yang cocok karena setiap KB
memiliki efek samping masing-masing. Sehingga untuk mencegah  terjadinya
kehamilan, metode ini dapat dilakukan asal tidak ada kontraindikasi yang
menyertai.
5. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
Tidak semua pasangan dapat selalu tinggal bersama dalam satu atap. Ada
kalanya mereka harus berpisah karena alasan pekerjaan, sehingga intensitas
untuk bertemu menjadi jarang dan tidak menentu. Maka metode ini dapa
digunakan apabila tidak mau menggunakanalat kontrasepsi karena alasan
jarang tinggal satu atap dengan suaminya sehingga tidak teratur dalam
melakukan hubungan seksual.
6. Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik.

7
Interupsi pra orgasmic merupakan penghentian berhubungan seksual sebelum
orgasme.
7. Pasangan yang tidak mau metode lain.
8. Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.

C. Kontra Indikasi
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus
interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan
penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
1. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
Sebaiknya untuk pasangan yang memiliki suami dengan pengalaman
ejakulasi dini tidak melakukan kontrasepsi alamiah ini karena dikhawatirkan
tingkat kegagalannya tinggi.
2. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
Tidak semua laki-laki mampu melakukan senggama terputus karena alasan
menggangu kenikmatan.
3. Suami yang memilki kelainan fisik atau psikologis
4. Pasangan  yang kurang dapat berkomunikasi sehingga  sulit bekerja sama
Dalam metode senggama terputus dibutuhkan komunikasi  yang baik dengan
pasangan sehingga akan mudah bekerja sama untuk saling mengingatkan
selama melakukan hubungan seksual agar segera melepas penis sebelum
terjadi ejakulasi sehingga tidak terjadi kehamilan.
5. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
6. Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15-
MK 16).

D. Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
1. Manfaat kontrasepsi
a. Alamiah.

8
Metode ini merupakan metode alami tanpa alat sehingga tidak akan terjadi
efek samping seperti iritasi ataupun infeksi, namun bila terjadi kegagalan
dapat terjadi kehamilan.
b. Efektif bila dilakukan dengan benar.
c. Tidak mengganggu produksi ASI.
d. Tidak ada efek samping
e. Tidak membutuhkan biaya dan alat
f. Tidak memerlukan persiapan khusus.
g. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
h. Dapat digunakan setiap waktu.
2. Manfaat non kontrasepsi
a. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi.
b. Menanamkan sifat saling pengertian.
c. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.    
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK
15- MK 16).

E. Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan
sperma selama senggama.
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3. Tidak melindungi terhadap HIV dan penyakit menular lainya
4. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah
interupsi coitus.
Kurang efektif untuk mencegah kehamilan, angka kegagalan cukup tinggi
dengan 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun. Faktor-faktor yang
menyebabkan angka kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi yang dapat
keluar setiap saat dan setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa,
kurangnya kontrol dari pria, yang pada metode ini justru penting, kenikmatan
seksual berkurang bagi suami istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan
perkawinan.

9
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15-
MK 16)

F. Efektivitas
Efektifitas Coitus Interuptus bervariasi, tetapi pada penggunaan yang
cermat dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektifitas sampai 96% untuk
mencegah kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai 81% pada
pencegahan yang kurang cermat dan kurang komitmen (Clubb&Knight,1996).
Alasan lain kegagalan metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. (Saifuddin,
Buku Panduana Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).

G. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan
kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan
air mani mencapai rahim.  (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
Cara Coitus Interuptus :

1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun


kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan
sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung
kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari
ejakulasi sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari dan mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma.
Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu komponen dalam dalam pelayanan
kependudukan (KB). Esensi tugas program keluarga berencana (KB) yaitu
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya tetap memberikan saran untuk
menggunakan kontrasepsi alat disamping menjelaskan metode ini, karean angka
kegagalan dari banyak factor dapat terjadikita senantiasa dan memperhatikan
berbagai kondisi dalam merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi
banyaknya kelahiran dengan metode-metode keluarga berencana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Delvin, D. 2008. Coitus Interruptus (Withdrawal Methods)..


Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta

Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif.


EGC:Jakarta

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 15- MK 16).

https://www.academia.edu/19752241/Makalah_kespro_sanggama_terputus
(diakses pada Jum’at, 16 April 2021, pukul: 11.00 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai