Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNIK PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE OPERASI


Mata Kuliah : Kesehatan Perempuan Dan Kesehatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Yeni Utami, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Amira Agustin Rahayu ( 201901004 )
2. Anggreini Diana Putri ( 201901005 )
3. Anggun Puspitasari ( 201901006 )
4. Anisa Fitriana ( 201901007 )
5. Deffy Hanif Aryani ( 201901009 )
6. Dewi Maharani ( 201901012 )
7. Imandha Choirunisa ( 201901017 )

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat yang waktu. Tanpa pertolongan-NYA
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah dengan baik.
Shalawat semoga terlimpahkan curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti.Penyusun mengucapkan
syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran ,sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Teknik
Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Operasi.”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penyusun mohon maaf yang sebesar - besarnya. Demikian semoga makalah ini dapat
bermanfaat.Terima kasih.

Madiun, 3 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. MOW (Tubektomi) ..........................................................................................
1. Pengertian .....................................................................................................
2. Keuntungan Dan Kerugian .............................................................................
3. Indikasi Dan Kontraindikasi...........................................................................
4. Komplikasi Dan Penanganan MOW ..............................................................
5. Teknik Pembedahan ......................................................................................
6. Waktu Pelaksanaan MOW .............................................................................
B. MOP (Vasektomi) ............................................................................................
1. Pengertian......................................................................................................
2. Cara Kerja Mop .............................................................................................
3. Efektivitas Mop .............................................................................................
4. Keuntungan Dan Kerugian Mop ....................................................................
5. Teknik Mop ...................................................................................................
6. Indikasi Dan Kontraindikasi...........................................................................
7. Konseling Pasca Operasi ................................................................................
8. Macam- Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi ............................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak didunia
setelah Republik Rakyat Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia
berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 237.556.363 jiwa, yang terdiri atas
119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Dengan sebagian besar penduduknya
beragama islam.
Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia salah satunya adalah laju
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Laju Pertumbuhan Penduduk yang diharapkan
menjadi 1,1 % pada tahun 2014, justru naik 0,04 % dari 1,45 % (sensus penduduk tahun
2000) menjadi 1,49 % (sensus penduduk tahun 2010). Laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka
Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) stagnan pada angka 2,6 anak per wanita di tiga
kali periode SDKI (2002, 2007, 2012). Padahal targetRencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) di tahun 2014 harus sudah berada pada posisi 2,1 anak.
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (Contraseptive Prevalency Rate/CPR), terutama
metode modern masih pada posisi 57,9 % (SDKI 2012). Angka tersebut hanya naik 0,4
persen dari survei sebelumnya (57,4 % pada SDKI 2007), padahal di tahun 2014
diharapkan sudah menjadi 65%. Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need)
yang pada 2014 diharapkan turun menjadi 5%, saat ini masih berada pada angka 11,4%
(SDKI 2012) dari 9,1% (SDKI 2007). Angka Kelahiran Kelompok Umur Tertentu (Age
Specific Fertility Rate/ASFR), terutama kelompok umur 15 – 19 tahun masih pada angka
48 kelahiran/1.000 (SDKI 2012) perempuan kelompok umur tersebut. Padahal target
RPJMN di tahun 2014 harus sudah menjadi 30 kelahiran.
Perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah kependudukan telah dimulai sejak
ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk
Presiden Suharto pada tahun 1967. Dalam deklarasi tersebut dinyatakan bahwa laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang harus ditanggulangi karena
mengecilkan arti pembangunan dalam bidang ekonomi. Untuk melaksanakan kebijakan
kependudukan, pemerintah telah mencanangkan berbagai program, salah satunya adalah
program keluarga berencana (KB). Program KB memiliki makna yang sangat strategis,
4
komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan
sejahtera. Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana
adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.1
Proyeksi jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia tahun 2012
mencapai 48,2 juta PUS dengan persentase peserta KB mencapai 61.9%, yang terdiri dari
peserta KB modern 57.9% dan KB tradisional mencapai 4.0%. Persentase peserta KB
modern menurut metode kontrasepsi di Indonesia: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) 3.9%, Metode Operatif Wanita (MOW) 3.2%, Metode Operatif Pria (MOP)
0.2%, implan 3.3%, kondom 1.8%, suntik 31.9%, pil 13,6%. Persentase peserta KB
tradisional menurut metode kontrasepsi di Indonesia: pantang berkala 1.3%, sanggama
terputus 2.3%, dan cara lainnya 0.4%.
Sedangkan persentase peserta KB modern menurut metode kontrasepsi di provinsi
Sumatera Selatan: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 1.6%, Metode Operatif
Wanita (MOW) 2.6%, Metode Operatif Pria (MOP) 0.1%, implan 5.6%, kondom 1.4%,
suntik 43.7%, pil 9.5%. Persentase peserta KB tradisional menurut metode kontrasepsi di
Indonesia: pantang berkala 0.9%, sanggama terputus 2.3%, dan cara lainnya 0.1%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kontrasepsi MOW?
2. Apa keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW?
3. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOW?
4. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi MOP?
5. Apa keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP?
6. Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOP?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang di maksud dengan kontrasepsi MOW
2. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW
3. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOW
4. Mahasiswa dapat mengetahui Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi MOP
5. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian kontrasepsi MOP
6. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik apa saja untuk melakukan kontrasepsi MOP
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. MOW ( Tubektomi )
1. Pengertian.
 Pemotongan ( oklusi ) kedua tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu.Disebut juga tubektomi atau tubal ligation.
 MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki
sehingga tidak terjadi kahamilan.
 Metode operasi wanita merupakan salah satu cara kontrasepsi diikuti dengan
tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi merupakan tindakan
medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba uterine dengan maksud
tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur
hidup.
 Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi
mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan
kesehatan).
 MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan
dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan
demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi
kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
(Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi
tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).

6
2. Keuntungan dan Kerugian MOW
a. Keuntungan
Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:
1) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
2) Tidak mengganggu kehidupan suami istri
3) Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4) Tidak mempengaruhi ASI
5) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali
tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari
kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:
1) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).
3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
6) Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
Jadi Keuntungan kontrasepsi mantap wanita yaitu permanen, efektif, tidak
mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung pada faktor
sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal, tidak ada efek
samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada
efek pada produksi hormon ovarium).
b. Kerugian
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat
dipulihkan kembali.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari
3) Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau
dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6) Tidak melindungi diri dari IMS.
7
Jadi Kerugian kontrasepsi mantap wanita yaitu melibatkan prosedur
pembedahan dan anastesi, dan tidak mudah untuk rekanalisasi.
3. Indikasi
Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat dibagi empat
macam, yaitu:
a. Indikasi medis
Yang termasuk dalam indikasi medis adalah penyakit yang berat seperti gagal
jantung (terutama derajat tiga dan empat), gagal ginjal, kelainan paru yang berat dan
penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi,
hanya yang membahayakan keselamatan ibu hamil yang merupakan indikasi untuk
sterilisasi.
b. Indikasi obstetrik
Indikasi obstetrik adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya
meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa.
Termasukke dalam indikasi obstetrik antara lain adalah multiparitas (banyak anak),
apalagi dengan usia yang relatif lanjut (misal yang disebut grandemultigravida,
yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), seksio sesarea dua
kali atau lebih dan lain-lain.
c. Indikasi kontrasepsi
Seminar kuldoskopi pertama ( 1972 ) telah mengambil kesimpulan tentang
indikasi tubektomi sebagai berikut :
1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2) Umur 30 tahun dengan tiga anak hidup
3) Umur 35 tahun dengan dua anak hidup
Indikasi ini dikenal dengan keputusan 100 ( umur ibu x banyak anak = 100 ).
Konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia ( 1976 ) di
Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur antara 25 - 40 tahun
dengan jumlah anak
1) Umur istri antara 25 – 30 tahun dengan tiga anak atau lebih.
2) Umur istri antara 30 – 35 tahun dengan dua anak atau lebih.
3) Umur istri antara 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih.
4) Umur suami sekurang-kurangnya 30 tahun kecuali apabila jumlah anaknya telah
melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.
8
Perkumpulan kontrasepsi matap Indonesia ( PKMI ) menganjurkan tiga syarat
untuk menjadi akseptor kontrasepsi mantap yaitu sukarela, bahagia dan sehat. Syarat
sukarela meliputi pengetahuan pasangan tentang cara-cara kontrasepsi lain, resiko
dan keuntungan kontrasepsi mantap, serta pengetahuan tentang sifat permanennya.
Bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang sah dan harmonis, umur istri sekurang-
kurangnya 25 tahun dengan sekurang-kurangnya 2 anak hidup dan anak terkecil
berumur lebih dari 2 tahun. Kemungkinan rekanalisasi hendaknya selalu ada pada
pikiran dokter operator, tetapi bukan pada pikiran calon akseptor.
d. Indikasi ekonomis
Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi
karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya
anak dalam keluarga tersebut.
4. Kontraindikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
a. Hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan.
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d. Tidak boleh menjalani pembedahan.
e. Kurang pasti mengenai keinginannya unntuk fertilitas di masa depan.
f. Belum memberikan persetujuan tertulis
5. Komplikasi dan Penanganan MOW
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi kontrasepsi mantap pada
wanita adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi
luka,perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi,
perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian,
Emboli gas yang diakibatkann oleh laparoskopi.
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan
Luka pada kandung kemih. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
Intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung kemih atau usus luka dan

9
diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer. Apabila ditemukan pasca operasi,
dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab
ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan
laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan
intravena, resusitasi cardiopulmonary dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi Mengontrol perdarahan dan obati
kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.

6. Teknik Pembedahan
a. Minilaparotomi
Berbagai teknik dipakai untuk menghambat patensi tuba. Secara umum
dilakukan eksisi pada bagian tengah tuba sehingga kemudian akan terbentuk
jaringan fibrotik yang akan melapisi ujung-ujung tuba yang dieksisi serta
pertumbuhan kembali jaringan peritoneum. 30
Metode yang umum dipakai adalah Parkland, Pomeroy serta modifikasi
Pomeroy. Teknik Irving, Uchida dan fimbriektomi Kroener jarang dipakai karena
melibatkan banyak diseksi, waktu operasi yang lebih lama dan kemungkinan
perlukaan mesosalping.30
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Hoesin Palembang sendiri
teknik tubektomi minilaparotomi yang umum dipakai adalah Pomeroy.

10
Gambar 7. Metode Pomeroy
Dikutip dari Cunningham.30

b. Laparoskopi
Laparoskopi juga sering dipakai akhir-akhir ini untuk sterilisasi pada wanita.
Metode ini sangat aman, jika dilakukan oleh operator yang berpengalaman
menguasai teknik sterilisasi.
Teknik ini juga memungkinkan klien untuk menjalani prosedur rawat jalan
setelah tindakan, sehingga akan mengurangi biaya yang dibutuhkan, mengurangi
ketidaknyamanan setelah tindakan operatif jika dibandingkan dengan
minilaparotomi, dari segi kosmetik skar yang timbul pada tempat operasi juga lebih
minimal, aktifitas seksual tidak terganggu dan secara umum pasien dapat kembali
menjalani aktifitas sehari-hari dalam 24 jam setelah tindakan laparoskopi.
Akan tetapi terdapat juga beberapa kerugian dari tindakan ini, termasuk biaya
yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan minilaparotomi, peralatan yang
membutuhkan perlakuan khusus, dibutuhkan pelatihan khusus terhadap operator,
serta resiko perlukaan usus maupun pembuluh darah.
Pada teknik ini dilakukan insisi pada kulit abdomen inferior, Melalui tempat
insisi ini jarum veres ditusukkan dengan sudut 450 menembus fascia superfisialis
abdomen dan peritoneum. Kemudian melalui jarum veres, dimasukkan gas ( NO
atau CO2 ) sebanyak 1,5 - 2,0 liter dengan tujuan untuk memperluas rongga perut
dan mengangkat dinding perut terhadap struktur di bawahnya. Jarum veres
dilepaskan, dan sayatan diperlebar sampai mencapai 2 cm. Trokar dan kanula

11
kemudian dimasukkan kedalam cavum peritonei kearah simfisis. Trokar diambil dan
kanula ditinggalkan pada tempatnya. Selang plastik untuk mengalirkan gas dan
kabel penghantar cahaya lalu dipasang pada laparoskop. Melalui laparoskop ini
operator dapat melihat dalam rongga perut.
Terdapat beberapa variasi dalam teknik ligasi tuba melalui laparoskopi ini, dan
operator mungkin akan memakai prosedur yang berbeda-beda diantara mereka.

Gambar 8. Laparoskopi dan variasi metode ligasi tuba


Dikutip dari Winikoff.

7. Waktu Pelaksanaan Mow


Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat
dilakukan pada saat:
a. Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
b. Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat
lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48
jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan
sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca
persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan
menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
c. Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi

12
d. Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan
sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan
ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.

B. MOP ( Vasektomi )
1. Pengertian
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi.Caranya ialah dengan memotong
saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat, sehingga sel sperma
tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi laki-laki termasuk operasi
ringan, tidak melakukan perawatan di rumahsakit dan tidak mengganggu kehidupan
seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus terjadi pula
ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung
sperma.Kontap pria ini masih merupakan metode yang “terabaikan” dan kurang
mendapatkan perhatian.
2. Cara kerja MOP
Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak
didapatkan spermatozoa didalam semen/ejakulat.
3. Efektifitas MOP
a. Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 %
b. Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:
 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari
spermatozoa.
 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan
granulomaspermatozoa
 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi
 Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens.
4. Keuntungan Dan Kerugian MOP
a. Keuntungan
 Efektif
 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
 Sederhana
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
13
 Hanya memerlukan anestesi lokal saja
 Biaya rendah
 Secara kultural, sangat dianjrkan di negara-negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan
paramedis wanita.
b. Kerugian
 Diperlukan suatu tindakan operatif
 Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
 Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada
didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.
 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parahsetelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi
pria.
5. Teknik MOP
a. Operatif
1) Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan larutan prokain
lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin maka dilakukan irisan pada kulit
scrotum. Kulit dan otot-otot disayat,maka tampak vas deferens dengan sarungnya.
Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan scrotum atau pada
dua tempat di atas masing-masing vas deferensKedua vas tampak sebagai saluran
yang putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas dapatdibedakan dari pembuluh-
pembuluh darah, karena tidak berdenyut. IdentifikasiVasterutaa sukar apabila
kulit scrotumtebal.
2) Vasektomi tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon
akseptor kontap pria akantindakan operasi ( yang umumnya dihubungkam dengan
pemakaian pisau operasi ), danuntuk menggalakkan penerimaan kontap pria, di
Indonesia sekarang telah diperkenalkanmetode vasektomi tanpa pisau ( VTP
).Vasektomi pada pisau juga dapat dilakukan tanpa mengiris kulit, jadi tanpa
memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:
 Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan cara mencobloskan
jarum dengan benang sampai ke bawah saluran mani.
 Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.
 Saluran mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum kauter halus melalui
kulit ke dalam saluran mani.
14
b. Penyumbatan vas deferens
Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :
 Vaso-clips
 Intra Vasal Thread (IVT)
 Reversible Intravas Device (R-IVD).
 Shug
 Phaser (Bionyx Control)
 Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)
c. Penyumbatan vas deferens kimiawi
Dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat kimiawi
berupa:
 Quinacrine
 Ethanol
 Ag-nitrat
6. Indikasi MOP
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa
tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
7. Kontra Indikasi MOP
a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular akibat tuma gatal).
b. Infeksi traktus genetalia.
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
1) Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis korda spermatika, yang
membentuk benjolan skrotum yang terasa seperti ”kantong cacing”).
2) Hydrocele besar
3) Filariasis.
4) Hernia inguinalis.
5) Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).
6) Luka parut bekas operasi hernia.
7) Skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistemik :
1) Penyakit-penyakit perdarahan.
2) Diabetes Mellitus.
15
3) Penyakit jantung koroner yang baru.
e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
8. Konseling pasca operasi
a. Menjaga daerah insisi agar tetap kering
b. Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang
dalam penyembuhan.
c. Memakai penahan skrotum (celana dalam).
d. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.
e. Klien boleh bersenggama sesudah tidak merasa sakit (hari ke 2-3), namun untuk
mencegah kehamilan,pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan
atau sampai ejakulasi15-20 kali.
f. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi
9. Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi
Efek samping yang dapat timbul yang akan timbul adalah:
a. Timbul rasa nyeri.
b. Infeksi pada bekas luka.
c. Membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.
d. Belum ada efek samping jangka panjang.
e. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi.
f. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. MOW atau Tubektomi
MOW atau tubektomi merupakan alat kontrasepsi modern sterilisasi pada
wanita atau juga merupakan alat kontarsepsi mantap yaitu penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur,
dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak
terjadi kahamilan.
Adapun keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi MOW ini salah satunya
yaitu Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi dan tidak dapat
dipulihkan kembali.
Sedangkan teknik melakukan kontrasepsi ini yaitu ada berbagai cara :
penyinaran, operatif, dan penyumbatan tuba secara kimiawi.
2. MOP atau Vasektomi
MOP atau vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap pada laki-laki yaitu
dengan memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,
sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra).
Kerugian dari kontrasepsi ini yaitu salah satunya yaitu Belum memberi
perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.
Teknik melakukan kontrasepsi ini ada berbagai cara yaitu : operatif,
penyumbatan vas deverens, dan penyumbatan vas deferens kimiawi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika


Bari Abdul, Saifudin. 2006. Buku Panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Notodiharjo, Riono. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana. Jakarta
: Yayasan bina pustaka
Wikhjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Proverawati atikah, dkk. 2010. panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : muha medika

18

Anda mungkin juga menyukai