Anda di halaman 1dari 135

MEMBERI ASUHAN

PADA NEONATUS DAN


BAYI DENGAN
MASALAH SERTA
PERMASALAHANNYA
Kelompok 1 :
1. Amira Agustin R (201901004)
2. Anggreini Diana P (201901005)
3. Anggun Puspitasari (201901006)
4. Anisa Fitriana (201901007)
5. Dewi Maharani (201901012)
Pokok Bahasan
1. Hemangioma 7. Miliriasis
2. Ikterik 8. Diare
3. Muntah dan Gumoh 9. Obstipasi
4. Oral Thrush 10. Infeksi
5. Diaper Rush 11. Bayi Meninggal Mendadak
6. Seborrhea 12. MTBS
01
HEMANGIOMA
A. Pengertian
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal.
Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya
sebagai tanda lahir atau birthmark. Walau disebut tumor, hemangioma tak
selalu berbentuk benjolan seperti tumor pada umumnya.

B. Etiologi
Disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk
pembuluh darah) selama masa janin.
C. Patofisiologi
Hemangioma bisa dijumpai pada bayi baru lahir.
Hemangioma kebanyakan muncul pada minggu pertama kehidupan
anak dan memiliki pola pertumbuhan yang dapat diprediksi.
Pola pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan.
Fase proliferatif atau masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada
6-12 bulan. Kemudian terjadi proses penyusutan di usia 1-7 tahun,
diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor tersebut akan
mengalami kemunduran secara komplit pada sekitar 50% anak di usia
5 tahun dan 70% di usia 7 tahun.
D. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Trombositopeni
3. Infeksi sekunder
4. Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.

E. Penatalaksanaan
1. Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri
2. Lesi yang menganggu dapat dihilangkan dengan laser
3. Operasi pembedahan
4. Injeksi kortikosteroid
5. Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
6. Antibiotik bila terjadi infeksi

F. Diagnosa Banding
Bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
02
ISKEMIA
A. Definisi
Iskemia/ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera
menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada
neonatus, ikterus dapat bersifat fisiologis maupun patologis.

B. Etiologi
1. Produksi Yang Berlebihan
2. Gangguan Dalam Proses Uptake dan Konjugasi Hepar
3. Gangguan Transportasi
C. Klasifikasi

1. Ikterus Fisiologis
Physiologic jaundice atau ikterus fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir
disebabkan karena imaturitas dari hepar biasanya timbul pada umur antara 2-5 hari
dan hilang pada umur 5-8 hari pada bayi cukup bulan atau sampai umur 2 minggu pada
bayi prematur.
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis terjadi ketika kadar bilirubin total meningkat lebih dari 5
mg/dL/hari, melebihi 12 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 10 hingga 14 mg/dL pada
bayi kurang bulan dan menimbulkan ikterus yang nyata dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran.
3. Kern Ikterus
Istilah bilirubin encephalopathy lebih menunjukkan kepada manifestasi klinis
yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu basal ganglia dan
pada berbagai nuklei batang otak.
D. Komplikasi
1. Pada ensefalopati bilirubin komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern
ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

2. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi tidak
mau menghisap, letargi mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus.
Selain itu dapat juga terjadi infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
03
MUNTAH
&
GUMOH
A. Definisi
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen.

B. Etiologi
1. Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
hischprung, tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau
minuman yang salah.

2. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (Tractus urinaris
akut, Hepatitis, Peritonitis).

3. Faktor psikologis : keadaan tertekan/cemas,terutama anak yang lebih besar.


3. Sifat Muntah

1. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.


2. Muntah proyektif kemungkinan stenosis pylorus.
3. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksi.
4. Muntah segera setelah lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial
tinggi atau obstruksi usus.

4. Penatalaksanaan

1. Pemberian makan harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak


2. Pengobatan tergantung penyebabnya
3. Ciptakan hubungan yang harmonis
4. Kaji sifat muntah
5. Simtomatis dapat diberi antiemetic
6. Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit
04
ORAL
TRUSH
A. Definisi
Oral trush adalah: kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas dan meninggalkan perdarahan pada permukaan

B. Etiologi
Pada umumnya oral trush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci
tangan yang tidak benar.
3. Tanda dan Gejala
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih
menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan , kemudian berdarah
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang
sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan
menyerang kulit anak.

4. Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral trush tidak segera ditangani
atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting
susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral
trush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan
dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka
bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu
kurang pada waktu yang lama.
5. Penatalaksanaan
a. Medik
Memberikan obat anti jamur, misalnya :
1. Miconazol : Mengandung miconazole. Gel miconazole dapat diberikan
setelah makan.
2. Nystatin : Tiap pastille mengandung 100.000 unit nystatin. Satu
pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-
14 hari.
b. Keperawatan
Upaya agar oral trush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih
botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai. Apabila bayi di rumah sakit,
botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff. Oral trush dapat dicegah
dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum air putih
apalagi sehabis makan.
05
DIAPER RASH
A. Definisi
Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara langsung/tidak langsung
oleh pemakaian popok.

B. Etiologi
1. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
2. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
3. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
4. Akibat mencret,urine
5. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen/bahan kimia pencuci popok.

C. Tanda dan Gejala


1. Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema ( kemerahan kulit
karena pelebaran pembuluh darah)
2. Erupsi (peristiwa memecah, muncul) pada daerah kontak yang menonjol,
seperti : pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas.
5. Penatalaksanaan
1. Hindari pemakaian sabun yang berlebihan
untuk membersihkan daerah pantat
2. Sebaiknya gunakan kapas dengan air hangat
untuk membersihkan pantat segera setelah
bab/bak
3. Bila terdapat bintik kemerahan berikan
salep dan biarkan terbuka untuk beberapa saat.
4. Jika menggunakan popok yang disposibel, pilih
yang menggunakan bahan super ansorbent.
5. Hindari penggunaan popok/celana dari bahan
karet / plastik
06
SEBORRHEA
A. Definisi
Suatu kelainan menyeluruh pada kulit, dimana kulit bersisik dengan
krusta kekuningan.Sering dijumpai pada kulit kepala dan anagenital.

B. Gambaran klinis
1. Rash (erupsi) erithematosa bersisik dan berminyak
2. Biasanya muncul pada bulan pertama kelahiran
3. Dapat menyebar kebagian tubuh lain

C. Penatalaksanaan
1. Cream kortikosteroid ringan
2. Personal hygiene ditingkatkan
3. Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai 19
tahun) menghindarkan makanan yang berlemak, kacang, coklat, seperti
pada pengobatan akne vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6 dan
vitamin B kompleks untuk waktu yang lama.
07
MILIRIASIS
A. Definisi
Suatu penyakit kelenjar keringat yang timbul akibat retensi keringat
dalam duktus dan pori karena tersumbat kreatin.

B. Etiologi
1. Cuaca yang lembab dan panas
2. Demam yang tinggi
3. Pakaian / kain panas dan kurang menyerap keringat

C. Klasifikasi
1. Milliaria Kristelina
2. Milliaria Rubra
3. Milliaria Postular

D. Gejala
1. Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketiak bayi
2. Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang
tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti
ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan
gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm)
E. Pencegahan
1. Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat tubuhnya
basah oleh keringat
2. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan kulit,
sekaligus menyerap keringat
3. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran
4. Mengkondisikan ruangan dengan ventilasi udara yang cukup
5. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran udara dari
luar ke dalam lancer
6. Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari

F. Penatalaksanaan
1. Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur atau kocok.
Jika sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotik atau
anti jamur
2. Pada pasien demam (anti piretik)
3. Mandi dengan air dingin
4. Rujuk bila tidak ada perbaikan
08
DIARE
A. Definisi
Perubahan frekuensi dan konsistensi tinja (lebih 3x sehari) pada anak
dengan atau tanpa lendir maupun darah

B. Etiologi
1. Kelainan bawaan: intoleransi laktosa herediter
2. Kelainan struktur usus: alergi susu sapi, kerusakan mukosa usus.
3. Malnutrisi: malabsorbsi karbohidrat dan lemak.
4. Infeksi: kuman (E.coli, salmonela), virus, parasit (amoeba), jamur (candida albicans)

C. Macam-Macam Diare
1.Berdasarkan Lamanya
a. Diare akut (berlangsung < 7 hari)
b. Diare berkepanjangan ( 7-14 hari ).
c. Diare kronik ( > 14 hari )
2. Berdasarkan Dehidrasi
a. Diare tanpa tanda dehidrasi (DATTD)
b. Diare dengan dehidrasi ringan sampai sedang (DADRS)
c. Diare dengan dehidrasi berat (DADB)
D. Pencegahan
1. Edukasi,kebersihan diri dan lingkungan
2. Pemakaian ASI
3. Penyediaan air bersih, pembuangan limbah, dll

E. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia
3. Syok hipovolemik
4. Asidosis metabolic
5. Kejang

F. Resiko Penularan
1. Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
2. Segera membersihkan bekas BAB tempatkan ditempat khusus
3. Isolasi (standart pencegahan infeksi enteral)
09
OBSTIPASI
A. Definisi
Penimbunan feces yang keras akibat adanya penyakit/adanya obstruksi pada
saluran cerna (tinja tidak keluar selama 3 hari atau lebih)

B. Etiologi
1. Kebiasaan makan : makanan kurang mengandung selulosa, dehidrasi, kelaparan
2. Hypothyroidisme
3. Keadaan mental, misal: depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginan
untuk BAB
C. Pembagian
1. Obstipasi akut
Rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah
dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
2. Obstipasi kronik
Rectum tidak kosong dan didingnya mengalami peregangan berlebihan secara
kronik sehingga tambahan feces yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang
rectum lebih lanjut yang mengakibatkan dinding rectum flasid (lemah) dan tidak
mampu berkontribusi secara efektif.
D. Penatalaksanaan

1. Mencari penyebab
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi tambahan cairan dan kondisi fisik.
3. Pengosongan rectum dilakukan, jika tidak ada kemajuan,
dapat dengan disimpeksi digital, enema minyak zaitun, laksativa
10
INFEKSI
A. Definisi
Infeksi prenatal adalah : infeksi pada neonatus yang
terjadi pada masa antenatal,intranatal dan postnatal.
B. Etiologi
1. Infeksi antenatal
2. Infeksi intranatal
3. Infeksi pascanatal

C. Tanda dan Gejala


Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah: malas minum,
gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat
badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah,diare sklerema, oedema,
perdarahan, ikterus, kejang, suhu tubuh dapat normal, hipotermi dan hipertermi
D. Pembagian Infeksi Perinatal
1. Infeksi Berat
Diantaranya adalah: meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis,
tetanus neonatorum.
2. Infeksi Ringan
Diantaranya adalah : infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi
umbilikus (omfalitis), moniliasis

E. Penatalaksanaan
1. Mengatur posisi tidur/semi fowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi : kompres air dingin
3. Berikan asi perlahan-lahan sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah : miringkan ke kanan atau ke kiri
5. Apabila diare : perhatikan personal hygiene dan lingkungan sekitar
6. Rujuk bila bertambah buruk : informed consent keluarga
11
BAYI
MENINGGAL
MENDADAK
A. Definisi
SIDS terjadi pada bayi yang sehat pada saat ditidurkan tiba-tiba
ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.DIDS terjadi ± 4 dari 1000
kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

B. Etiologi
1. Ibu yang masih remaja
2. Bayi dengan jarak kehamilan dekat
3. Bayi dengan berat badan dibawah normal ( bayi prematur,gemmely)
4. Bayi dengan sibling
5. Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
6. Prevalensi dengan bayi tidur tengkurep
7. Bayi dengan virus pernafasan
8. Bayi dengan apnea berkepanjangan
9. Bayi dengan gangguan pola nafas herediter
10. Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
C. Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
2. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua
3. Berikan penjelasan tentang SIDS
4. Beri keyakinan pada sibling ( jika ada ) bahwa mereka tidak bersalah
terhadap kematian bayi tersebut,bahkan jika mereka sebenarnya
mengharapkan kematian dari bayi tsb. Jika kemudian ibu melahirkan lagi,
beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak
sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.
12
MTBS
A. Definisi

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau dalam bahasa inggris


yaitu Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu
manajemen melalui pendekatan teintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana
balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa
klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita
sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Depkes RI, 2008).
B. Tujuan

1. Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian


global yang terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar
3. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perkembangan
kesehatan anak.
4. Meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini
5. Memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan
6. Meningkatkan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya
dirumah
7. Mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas
pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan
C. Manfaat
1. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam tata laksana kasus balita
sakit (selain dokter, tenaga kesehatan non dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien apabila sudah dilatih)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

D. Sasaran
1. Kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (usia < 2 bulan)
2. Kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun

E. Penatalaksanaan
1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
2. Nafas cepat
3. Tarikan dinding kedalam
4. Stridor pada anak yang tenang
Thankyou
ASUHAN NEONATUS DENGAN
JEJAS PERSALINAN
Dosen Pengampu : Yeni Utami S.SiT,. M.Kes

Kelompok 2 :

1. Arifta Roisatul Jannah 201901008


2. Deffy Hanif Aryani 201901009
3. Desnita Syakina Ramadhani 201901011
4. Imandha Choirunisa 201901017
5. Intan Tri Yani 201901018
PEMBAHASAN
01 Caput Succedaneum

02 Cepal Hematoma

03 Trauma Pada Fleksus


Brachialis

04 Fraktur Klavikula Dan


Humerus
KONSEP DASAR
CAPUT
SUCCEDANEUM
Caput succedaneum adalah oedema dari kulit kepala anak
yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala bayi /
anak. Caput Succedaneum ini biasanya ditemukan pada
presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang
bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai
akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput
suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Kejadian caput
succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala
bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
Caput succedaneum
1. Muncul waktu lahir, mengecil setelah lahir.
2. Lunak, tidak berfluktuasi (tidak berubah ubah)

3. Melewati batas sutura, teraba moulase.

4. Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 hari

5. Berisi cairan getah bening


PENYEBAB
Caput succedaneum
karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan
limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
ekstravaskuler.

Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur


dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat
bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu
proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan
lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya
moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera
setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari
Faktor predisposisi terjadinya trauma
lahir antara lain :

1. Makrosomia (bayi besar)


2. Prematuritas
3. disproporsi sefalopelvik (CPD/ panggul sempit)
4. Distosia (persalinan macet)
5. persalinan lama
6. persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7. persalinan dengan sectio caesaria
8. kelahiran sungsang
9. presentasi bokong
10.presentasi muka
11.kelainan bayi letak lintang
Patofisologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa.Benjolan caput ini berisi
cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi
sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu
proses persalinan sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
keplanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya, moulage ini jelas terlihat pada
bayi premature dan akan hilang dalam satu sampai dua hari.
CIRI-CIRI
c a p u t s u c c e d a n e u m
Ada beberapa ciri-ciri yang terlihat, anatara
lain :

1. Udema di kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan kadang
bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna
ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang beberapa hari
tanpa pengobatan
Penatalaksanaan bayi dengan caput succedaneum :
1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2. Pengawasan keadaan umum bayi.
3. Lingkungan dalam keadaan yang baik, ada ventilasi dan sinar matahari
yang cukup.
4. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu pada ibu teknik menyusui
dengan posisi ibu tiduran untuk mengurangi anak jangan sering
diangkat agar benjolan tidak semakin meluas
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi
pada benjolan.
6. Bidan dapat memberi konseling pada orang tua, tentang:
a) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
b) Menjelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya
setelah beberapa hari tanpa pengobatan.
c) Perawatan bayi sehari-hari.
d) Manfaat dan teknik pemberian ASI.
Konsep Dasar
Cepalhematoma
PENGERTIAN

Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan


jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah
melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan,
bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh
cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal
atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup.

Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat
menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin,
hematokrik, dan bilirubin.
Etiologi Cephal Hematoma
Hematoma dapat terjadi karena :

1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang
menyebabkan robeknya pembuluh darah.

2. Tarikan vakum atau cunam


Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat
dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya
pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum.

3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan


kepala bayi.
Tanda Dan Gejala Cephal Hematoma
a) Adanya fluktuasi
b) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
c) Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal
Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian
benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
d) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
e) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak
melewati sutura).
f) Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada
tekanan dan berfluktuasi.
g) Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
h) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
i) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
Patofisiologi Cephal Hematoma

1. Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi


tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat
terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan
darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.

2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya


penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.
Ikterus / Penyakit kuning dapat terjadi jika hati tidak
1 dapat secara efisien memproses sel darah merah saat
dipecah.

Komplikasi Anemia yang disebabkan oleh kurangnya sel darah


2 merah atau sel darah merah yang tidak berfungsi di
Cephal dalam tubuh.

Hematoma
Infeksi yaitu penyakit yang disebabkan oleh
3 mikroorganisme yang menyerang jaringan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus.
Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu
tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai
adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain
1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga
agar tetap kering dan bersih.
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan
terlalu besar observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
5. Pantau hematokrit
6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang
terlalu besar
7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh /
mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu
8. Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh
ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang
mulai pulih.
Trauma Pada
Fleksus Brachialis
Trauma pada fleksus brachialis adalah kelumpuhan pada
fleksus brakhialis sehingga menyebabkan kelemahan dan
kelumpuhan lengan untu fleksi, abduksi dan memutar lengan
keluar serta hilangnya refleks bisep dan moro.

Trauma fleksus brachialis umunya terjadi pada bayi


besar.Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah
leher saat melahirkan bayi sehingga terjadi kerusakan pada
fleksus brachialis.Biasanya ditemukan pada persalinan letak
sunsang bila dilakukan kontraksi yang kuat saat melahirkan
kepala bayi.Pada persalinan letak kepala, kelainan ini dapat
terjadi pada kasus distosia bahu. Pada kasus tersebut kadang-
kadang dilakukan tarikan pada kepala yang agak kuat ke
belakang untuk melahirkan bahu depan.
Penyebab Trauma Pada Fleksus Brakhialis

01 Tarikan lateral pada kepala atau leher pada waktu melahirkan


bahu pada presentasi kepala.

Terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu pada saat lengan


03 sedang ekstensi ketika melewati kepala pada presentasi
bokong.
Jenis Trauma Fleksus Brakhialis
Paralisis Erb-Duchene: jejas terbatas pada saraf C5 dan C6. Bayi kehilangan kekuatan untuk
1 mengabduksi lengan dari bahu, merotasi lengan keluar dan melakukan supinasi lengan bawah.

Paralisis Klumpke: merupakan bentuk paralisis brakhialis yang lebih jarang. Jejas terjadi pada
saraf C7 dan C8 serta saraf thorakalis I. Jejas ini menyebabkan tangan paralisis dan ptosis
serta miosis psilateral.
2

Paralisis saraf frenikus: Jejas pada saraf frenikus (saraf C3, C4 dan C5) menyebabkan
3 paralisis diafragmatika sehingga terjadi sianosis dan pernapasan menjadi tidak teratur dan
berat.
Gambar Fleksus Brachialis

(Anatomi Pleksus Brakhialis)


(Paralisis Klumpke)

(Paralisis Erb-Duchene)
Fraktur Klavikula
Dan Fraktur
Humerus
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan
cedera di jaringan sekitarnya.Kebanyakan fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang,
baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada


tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma
tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala
yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau
sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering
juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit
ke atas.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi
pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau
letak sungsang dengan lengan membumbung
ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang
terkena tidak dapat digerakkan dan refleks
Moro pada sisi tersebut menghilang.
Penyebab/ faktor
predisposisi

1. Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama


2. Bayi yang berukuran proses melahirkan. Besar
3. Kecelakaan
4. Distosia bahu
5. Kompresi pada bahu
6. Partus dengan letak dalam jangka waktu sungsang lama
7. Proses patologik
8. Persalinan traumatic
Penyebab fraktur
humerus

1. Umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang


dengan tangan menjungkit keatas
2. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit
merupakan penyebab terjadinya tulang humerus
yang fraktur
Gejala Fraktur Gejala
Klavikula Fraktur
Humerus
a) Bayi tidak dapat
menggerakkan lengan a) Berkurangnya gerakan
tangan yang sakit
secara bebas pada sisi b) Refleks moro asimetris
yang mengalami gangguan. c) Terabanya deformitas dan
b) Bayi rewel karena krepotasi di daerah fraktur
kesakitan. disertai rasa sakit
c) Adanya krepitasi dan d) Terjadinya tangisan bayi
pada gerakan pasif.Letak
perubahan warna kulit di fraktur umumnya di
tempat yang sakit/fraktur. daerah diafisi. Diagnosa
d) Tidak adanya refleks moro pasti ditegakkan dengan
pada yang terkena pemeriksaan radiologik.
Penatalaksanaan Penanganan fraktur
humerus
fraktur klavikula
1. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan
1. Jangan banyak digerakkan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14
2. Immobilisasi lengan dan bahu pada hari serta control nyeri
2. Daya penyembuhan fraktur tulang bagi
sisi yang sakit. yang berupa fraktur tulang tumpang tindih
3. Rawat bayi dengan hati-hati. ringan dengan deformitas, umumnya akan
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian baik.
ASI yang adekuat dengan cara 3. Dalam masa pertumbuhan dan
menganjurkan ibu cara pemberian pembentukkan tulang pada bayi, maka
tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh
ASI dengan posisi tidur, dengan dan akhirnya mempunyai bentuk panjang
sendok, dengan pipet). yang normal.
5. Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan
lainnya.
Gambar Fraktur Klavikula dan Humerus

(Gambar Fraktur Klavikula) (Gambar Fraktur Humerus)


Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation
MAKALAH
MEMBERI ASUHAN PADA NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH
SERTA PERMASALAHANNYA
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita
Dosen Pengampu : Yeni Utami, S.SiT, M.Kes

Kelompok 5 :
1. Amira Agustin Rahayu (201901004)
2. Anggreini Dianan Putri (201901005)
3. Anggun Puspitasari (201901006)
4. Anisa Fitriana (201901007)
5. Dewi Maharani (201901012)

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami
pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita
tentang Memberi Asuhan Pada Neonatus Dan Bayi Dengan Masalah Serta
Permasalahannya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
baik. Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
kebidanan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Hemangioma ............................................................................................ 6
B. Ikterik ........................................................................................................ 7
C. Muntah Dan Gumoh ................................................................................. 9
D. Oral Trush ................................................................................................. 10
E. Diaper Rush .............................................................................................. 13
F. Seborrhea .................................................................................................. 14
G. Miliriasis ................................................................................................... 15
H. Diare .......................................................................................................... 16
I. Obstipasi .................................................................................................. 18
J. Infeksi ....................................................................................................... 20
K. Bayi Meninggal Mendadak ....................................................................... 24
L. Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) .............................................. 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang
akan berperan penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan menjadi
modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif.
Untuk itu asuhan tidak hanya diberikan pada ibu saja , tetapi juga sangat diperlukan
asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL). Masa bayi baru lahir atau yang disebut
neonatus merupakan masa yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan
merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup kedepannya.
Menurut Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke
kedhidupan ekstrauteri) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan
baik.
Normalnya neonatus akan melalui proses adaptasi karena adanya perubahan
lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin seperti adanya penyesuaian terhadap
suhu lingkungan, pernafasan dan sistem hepatika. Namun jika neonatus tidak dapat
melakukan adaptasi dengan baik maka neonatus akan mengalami keadaan patologi
seperti hipotermi, gangguan pernafasan dan ikterus yang merupakan penyebab
AKN paling banyak di Indonesia.
Komplikasi neonatus tersebut dapat terjadi karena beberapa penyebab,
berdasarkan usia neonatus 0-6 hari penyebabnya adalah gangguan pernafasan
(37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), post
partum (3%), dan kelainan konginental (1%). Penyebab kematian neonatal 7-28
hari adalah sepsis (20,5%), kelainan konginental (19%), pneumonia (17%),
Respiratory Distress Syndrome/RDS (14%), prematuritas (14%), ikterus (3%),
cedera lahir (3%),tetanus (3%), defisiensi nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death
Syndrome/SIDS (3%). Selain itu juga terdapat penyebab lain seperti kesehatan ibu,
kondisi sosial ekonomi, praktek kesehatan masyarakat dan mutu pelayanan
kesehatan. (RISKESDAS 2007)

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hemangioma?
2. Apa yang dimaksud dengan ikterik?
3. Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh?
4. Apa yang dimaksud dengan oral trush?
5. Apa yang dimaksud dengan diaper rush?
6. Apa yang dimaksud dengan seborrhea?
7. Apa yang dimaksud dengan miliriasis?
8. Apa yang dimaksud dengan diare?
9. Apa yang dimaksud dengan obstipasi?
10. Apa yang dimaksud dengan infeksi?
11. Apa yang dimaksud dengan bayi meninggal mendadak?
12. Apa yang dimaksud dengan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hemangioma?
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan ikterik?
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan muntah dan gumoh?
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan oral trush?
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan diaper rush?
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan seborrhea?
7. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan miliriasis?
8. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan diare?
9. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan obstipasi?
10. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan infeksi?
11. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bayi meninggal mendadak?
12. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS)?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hemangioma
1. Definisi
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal.
Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya
sebagai tanda lahir atau birthmark. Walau disebut tumor, hemangioma tak
selalu berbentuk benjolan seperti tumor pada umumnya.
2. Etiologi
Disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk
pembuluh darah) selama masa janin
3. Patofisiologi
Hemangioma bisa dijumpai pada bayi baru lahir. Hemangioma kebanyakan
muncul pada minggu pertama kehidupan anak dan memiliki pola pertumbuhan
yang dapat diprediksi.
Pola pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif
atau masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6-12 bulan. Kemudian terjadi
proses penyusutan di usia 1-7 tahun, diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh
lagi. Tumor tersebut akan mengalami kemunduran secara komplit pada sekitar
50% anak di usia 5 tahun dan 70% di usia 7 tahun.
Hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-
laki. Tumor jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak
kembar. Hemangioma biasanya tidak diturunkan. Mesti begitu, sekitar 10 %
dari bayi dengan hemangioma memiliki riwayat keluarga dengan tanda lahir
tersebut.
Rata-rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir.
Tumor yang berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma superfisial.
Kerap terlihat seperti pola merah terang yang timbul, kadangkala dengan
permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna
merah seperti buah stroberi).
Lokasi hemangioma, hampir 60 % berada di sekitar kepala dan leher.
Sekitar 25% berada di tubuh dan 15% terdapat di lengan atau kaki.

6
Hemangioma juga bisa muncul di lapisan bawah kulit ataupun organ dalam
tubuh seperti hati, saluran pencernaan, dan otak.
4. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Trombositopeni
c. Infeksi sekunder
d. Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.
5. Penatalaksanaan
a. Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.
b. Lesi yang menganggu dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma yang
besar harus terus dipantau.
c. Operasi pembedahan
d. Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma
e. Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
f. Antibiotik bila terjadi infeksi
6. Diagnosa banding
Bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.

B. Ikterik (Ikterus)
1. Definisi
Ikterus pada bayi baru lahir, suatu tanda umum masalah yang
potensial, terutama disebabkan oleh bilirubin tidak terkonjugasi, produk
pemecahan sel hemoglobin (Hb) setelah lepas dari sel-sel darah merah yang
telah dihemolisis.16 Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada
bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada neonatus, ikterus dapat bersifat
fisiologis maupun patologis.
2. Etiologi
Etiologi pada ikterus bayi baru lahir di sebabkan oleh berdiri sendiri atau
beberapa-beberapa faktor.18 iketerus neonatorum di bagi menjadi:
a. Produksi yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk

7
mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas darah Rh, ABO, defisiensi enzim G6PD, pyuvate kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase. Penyebab
lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam
uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudain diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salsilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat
obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya
disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
3. Klasifikasi
a. Ikterus Fisiologis
Physiologic jaundice atau ikterus fisiologi yang terjadi pada bayi
baru lahir disebabkan karena imaturitas dari hepar biasanya timbul pada
umur antara 2-5 hari dan hilang pada umur 5-8 hari pada bayi cukup bulan
atau sampai umur 2 minggu pada bayi prematur.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis terjadi ketika kadar bilirubin total meningkat lebih
dari 5 mg/dL/hari, melebihi 12 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 10
hingga 14 mg/dL pada bayi kurang bulan dan menimbulkan ikterus yang
nyata dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
c. Kern Ikterus
Istilah bilirubin encephalopathy lebih menunjukkan kepada
manifestasi klinis yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf pusat
yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuklei batang otak.

8
Pada bayi cukup bulan kadar bilirubin dalam serum 20 mg%/dl
dianggap berada pada batas atas sebelum kerusakan otak dimulai. Hanya
satu gejala sisa spesifik pada bayi yang selamat yakni serebral palsy
koreotetoid.
Gejala sisa lain seperti retardasi mental dan ketidakmampuan sensori
yang serius bisa menggambarkan hipoksia, cedera vaskuler, atau infeksi
yang berhubungan dengan kren ikterus sekitar 70% bayi baru lahir yang
mengalami krenikterus akan meninggal selama periode neonatal.
4. Komplikasi
a. Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum akibat
efek toksis bilirubin tak terkonjungasi terhadap susunan saraf pusat.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian atau apabila bertahan hidup dapat
menimbulkan gejala sisa yang berat. Komplikasi yang dapat ditimbulkan
penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak.
b. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi
tidak mau menghisap, letargi mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan
akhirnya opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi infeksi/sepsis, peritonitis,
pneumonia.

C. Muntah Dan Gumoh


1. Definisi
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.
2. Etiologi
a. Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
hischprung, tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau
minuman yang salah.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (Tractus
urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis). Faktor lain yaitu infaginasi, kelainan
intrakrnial, intoksikasi.
c. Faktor psikologis : keadaan tertekan/cemas,terutama anak yang lebih
besar.

9
3. Sifat muntah
a. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus
b. Muntah proyektif kemungkinan stenosis(penyempitan) pylorus(lubang
lambung distal kedalam duodenum)
c. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksi
d. Muntah segera setelah lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial
tinggi atau obstruksi usus
4. Penatalaksanaan
a. Pengkajian faktor penyebab,ajarkan pola makan yang benar dan hindari
makanan yang dapat menimbulkan alergi.Pemberian makan harus
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak.
b. Pengobatan tergantung penyebabnya
c. Ciptakan hubungan yang harmonis
d. Kaji sifat muntah
e. Simtomatis dapat diberi antiemetic
f. Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit

D. Oral Trush
1. Definisi
Oral trush adalah: kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang
dapat dikelupas dan meninggalkan perdarahan pada permukaan.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu
dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan imun lemah, serta kadang-
kadang pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik.
Oral trush disebut dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi
pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian
semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik.
2. Etiologi
Pada umumnya oral trush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau
cuci tangan yang tidak benar.

10
Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida
albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada
pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara
cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral trush dan diare, sehingga
apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariawan atau oral trush yang menetap. Candida albicans tahan
terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat
berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.
Oral trush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang
menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang
lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah- daerah yang
kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak - bercak dapat dihapus dan
meninggalkan permukaan yang berdarah.Keadaan ini didukung oleh abrasi
mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika,
malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat
menyebar menuruni esophagus.
3. Tanda dan gejala
a. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan
b. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
c. Mukosa mulut mengelupas
d. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan ,
kemudian berdarah
e. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
4. Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral trush tidak segera ditangani atau diobati
maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting susu atau dot)
sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral trush tersebut dapat
mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus
yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga
dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.

11
5. Penatalaksanaan
a. Medik
Memberikan obat anti jamur, misalnya :
1) Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas
gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.
2) Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille
harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille
lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung
gula.
b. Keperawatan
Masalah dari oral trush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan
risiko terjadi diare. Upaya agar oral trush tidak terjadi pada bayi adalah
mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih
atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu
atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup
tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering,
ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral trush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang. Jika
bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral trush sebelum
menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Adanya sisa susu dalam
mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral
trush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari
kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok
teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut
tersebut.
Apabila oral trush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat,
selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair
sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan
air putih dan usahakan agar sering minum. Oral trush dapat dicegah

12
dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum air
putih apalagi sehabis makan.

E. Diaper Rush (Ruam Popok)


1. Definisi
a. Merupakan akibat akhir karena kontak terus menerus dengan keadaan
lingkungan yang tidak baik( udara/suhu lingkungan yang terlalu
panas/lembab)
b. Imflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara langsung/tidak langsung
oleh pemakaian popok.
c. Merupakan dermatitis kontak iritasi karena bahan kimia yang terkandung
dalam urine dan faeses.
2. Etiologi
a. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
c. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
d. Akibat mencret,urine
e. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen/bahan kimia pencuci popok.
3. Tanda dan gejala
a. Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema ( kemerahan kulit
karena pelebaran pembuluh darah)
b. Erupsi (peristiwa memecah, muncul) pada daerah kontak yang menonjol,
seperti : pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas.
4. Penatalaksanaan
a. Hindari pemakaian sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah
pantat
b. Sebaiknya gunakan kapas dengan air hangat untuk membersihkan pantat
segera setelah bab/bak
c. Bila terdapat bintik kemerahan berikan salep dan biarkan terbuka untuk
beberapa saat.
d. Jika menggunakan popok yang disposibel, pilih yang menggunakan bahan
super ansorbent.
e. Hindari penggunaan popok/celana dari bahan karet / plastic

13
f. Berikan posisi tidur selang seling, agar pantat tak tertekan dan memberi
kesempatan untuk kontak dengan udara.
g. Saat mencuci pakaian,hindari penggunaan detergent/pengharum pakaian.
h. Bahaya penggunaan bedak talk, jika masuk dalam saluran nafas, dapat
menyebabkan iritasi kulit perianal bila bercampur urine, feses

F. Seborrhea (Dermatitis Seboreika)


1. Definisi
Suatu kelainan menyeluruh pada kulit, dimana kulit bersisik dengan krusta
kekuningan.Sering dijumpai pada kulit kepala dan anagenital.
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya. Mulai biasanya dari kulit kepala
kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. Ada yang mengatakan
bahwa penyakit radang ini berdasarkan gangguan konstitusionil dan sering
terdapat faktor hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita umumnya
kulit yang berlemak (seborea), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar
lemak dan penyakit ini sama sekali belum jelas. Ada yang menganggap bahwa
kambuhnya penyakit yang kronis ini:adalah akibat makanan yang berlemak,
makanan yang berkalori tinggi, minuman alkhohol dan gangguan emosi.
2. Gambaran klinis
a. Rash (erupsi) erithematosa bersisik dan berminyak
b. Biasanya muncul pada bulan pertama kelahiran
c. Dapat menyebar kebagian tubuh lain
3. Penatalaksanaan
a. Cream kortikosteroid ringan
b. Personal hygiene ditingkatkan
c. Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai 19
tahun) menghindarkan makanan yang berlemak, kacang, coklat, seperti pada
pengobatan akne vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6 dan vitamin B
kompleks untuk waktu yang lama Kolaborasi medis bila bertambah banyak
❖ Topikal :
Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus dikompres dulu dengan
larutan kalium permanganat 1/5.000. Kemudian diberikan cream yang
mengandung asam salisilat (2%), vioform (3 %) dan hidrokortison (
1/2-1 %). Neomisin dan basitrasin ditambahkan bila ada infeksi

14
sekunder. Pada kasus menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar
ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan penggunaan shampo yang
tidak berbusa, 2-3 kali seminggu dan memakai cream yang
mengandung selenium sulfida.

G. Miliriasis (Biang Keringat)


1. Definisi
Suatu penyakit kelenjar keringat yang timbul akibat retensi keringat dalam
duktus dan pori karena tersumbat kreatin.
2. Etiologi
a. Cuaca yang lembab dan panas
b. Demam yang tinggi
c. Pakaian kain panas dan kurang menyerap keringat
3. Klasifikasi
a. Milliaria kristelina
1) Lesi sangat supervisial dan tidak meradang, lesi kecil berisi cairan
jernih.
2) Mudah ruptur karena tekanan ringan.
3) Bisa terjadi pada permukaan yang luas.
4) Tidak disertai inflamasi.
5) Sering terjadi pada neonatus.
b. Milliaria rubra
1) Kurang supervisial
2) Muncul populavesikel (popula: bagian kulit yang kecil berbatas jelas,
padat, vesikel: gelembung) dan erithema berat ( erithema: kemerahan
pada kulit ).
3) Lesi biasanya berlokasi pada daerah lipatan.
c. Milliaria postular
1) Tidak lazim pada anak
2) Sering berhubungan dengan suatu dermatitis primer.
4. Gejala
Gejala-gejala biang keringat yang sering muncul secara umum sebagai berikut:
a. Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini
disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah

15
proses pengeringan yang tidak sempurna saat di lap dengan handuk setelah
bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya
berlipat- lipat.
b. Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang
tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti
ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan
gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini bisa kambuh
berulang-ulang, terutama jika udara panas dan berkeringat.
5. Pencegahan
Pada dasarnya biang keringat pada bayi dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
a. Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat tubuhnya
basah oleh keringat
b. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan
kulit, sekaligus menyerap keringat
c. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran (pakaian
yang nyaman dan menyerap keringat)
d. Mengkondisikan ruangan: ventilasi udara yang cukup, terutama di kota-kota
besar yang panas dan pengap (pengaturan suhu ruangan/lingkungan)
e. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran udara
dari luar ke dalam lancer
f. Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari
6. Penatalaksanaan
a. Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur atau kocok.
Jika sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotik
atau anti jamur
b. Pada pasien demam (anti piretik)
c. Mandi dengan air dingin
d. Rujuk bila tidak ada perbaikan

H. Diare
1. Definisi
Perubahan frekwensi dan konsistensi tinja(lebih 3x sehari) pada anak
dengan atau tanpa lendir maupun darah
2. Etiologi

16
a. Kelainan bawaan: intoleransi laktosa herediter
b. Kelainan struktur usus: alergi susu sapi, kerusakan mukosa usus.
c. Malnutrisi: malabsorbsi karbohidrat dan lemak.
d. Infeksi: kuman (E.coli, salmonela), virus, parasit (amoeba), jamur (candida
albicans)
3. Macam-macam diare
a. Berdasarkan lamanya
1) Diare akut (berlangsung < 7 hari)
2) Diare berkepanjangan ( 7-14 hari ).
3) Diare kronik ( > 14 hari )
b. Berdasarkan dehidrasi
1) Diare tanpa tanda dehidrasi (DATTD)
2) Diare dengan dehidrasi ringan sampai sedang (DADRS)
3) Diare dengan dehidrasi berat (DADB)
4. Faktor resiko
a. Tidak adekuat air bersih
b. Pencemaran air oleh tinja
c. Sarana mck
d. Higience lingkungan
e. Iklim : rotavirus, bakteri
f. Cara penyapihan yang tidak baik : penyapihan dini, pemberian makanan
tambahan dini
g. Kondisi host lemah : higience, malnutrisi, bblr
5. Patofisiologi
a. Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex : laktosa dari susu,
merupakan makanan yang baik bagi bakteri
b. Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus
c. Menyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
d. Hiperperistaltik
e. Diare
6. Gangguan peristaltik
a. Makanan yang merangsang
b. Meningkatkan peristaltik usus
c. Diare

17
d. Menurunnya intake dan peningkatan output
e. Hilangnya cairan intra dan ekstrasel / dehidrasi
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa
g. Syok hipoglikemi
7. Pencegahan
a. Edukasi,kebersihan diri dan lingkungan
b. Pemakaian ASI
c. Penyediaan air bersih,pembuangan limbah dll
8. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia
c. Syok hipovolemik
d. Asidosis metabolic
e. Kejang
9. Gangguan integritas kulit
a. Kaji kerusakan kulit
b. Anjurkan untuk menggunakan kapas lembab untuk membersihkan anus
c. Hindari pakaian yang lembab
10. Resiko penularan
a. Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
b. Segera membersihkan bekas BAB tempatkan ditempat khusus
c. Isolasi (standart pencegahan infeksi enteral)
11. Kecemasan orang tua
a. Dengarkan keluhan anak atau ortu
b. Pahami tumbang anak
c. Gunakan komunikasi terapeutik sesuai tahap tumbang
d. Empati, berikan sentuhan terapeutik
e. Jelaskan tentang penyakit, rencana tindakan atau perawatan
f. Jelaskan cara mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
g. Libatkan orang tua dalam perawatan anak.

I. Obstipasi

18
Sembelit merupakan masalah yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan
bersifat normal. Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah,
berat badan sulit naik, demam.
1. Definisi
Penimbunan feces yang keras akibat adanya penyakit/adanya obstruksi pada
saluran cerna (tinja tidak keluar selama 3 hari atau lebih)
2. Etiologi
a. Kebiasaan makan: makanan kurang mengandung selulosa, dehidrasi,
kelaparan.
b. Hypothyroidisme
c. Keadaan mental, misal: depresi berat sehingga tidak mempedulikan
keinginan untuk BAB.
d. Penyakit organis, misal: pada pasien dengan fistula anidan wasir yang
sengaja tidak BAB karena sakit.
e. Kelainan kongenital (atresia, stenosis, megakolon aganglionik kongenital /
hischprung).
f. Penyebab lain, misalnya: diet yang salah atau kekurangan cairan karena
sakit.
3. Pembagian
a. Obstipasi akut
Rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara
mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
b. Obstipasi kronik
Rectum tidak kosong dan didingnya mengalami peregangan
berlebihan secara kronik sehingga tambahan feces yang datang mencapai
tempat ini tanpa meregang rectum lebih lanjut yang mengakibatkan
dinding rectum flasid (lemah) dan tidak mampu berkontribusi secara
efektif.
4. Penatalaksanaan
a. Mencari penyebab
b. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi tambahan cairan dan kondisi fisik.
c. Pengosongan rectum dilakukan, jika tidak ada kemajuan, dapat dengan
disimpeksi digital, enema minyak zaitun, laksativa

19
J. Infeksi
1. Definisi
Infeksi prenatal adalah : infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal,intranatal dan postnatal. Infeksi pada neonates di negeri kita masih
merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi
merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan
RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.Infeksi
pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan
cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman
yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal
bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.
2. Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara, dibagi dalam 3 golongan,
yaitu :
a. Infeksi antenatal
Kuman masuk melalui sirkulasi darah ibu melewati plasenta
kemudian ke sirkulasi darah umbilikus, dan masuk ke janin disebabkan
oleh:
1) Virus: rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion,
2) Spirochaeta: treponema palidum (lues)
3) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria
monocytoganes.
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini (jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 6 jam) mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga
terjadi pneumonia kongenital. Selain itu infeksi dapat menyebabkan

20
septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan
kuman yang berasal dari vagina misalnya ‘oral trush’
c. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi baru lahir . Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada
saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai
akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk
kepentingan bayi itu sendiri, lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan
ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah.
Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti dan
akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Seringkali diagnosis
didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan
persangkaan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
selanjutnya.
Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap
kelainan tingkah laku neonatus, yang seringkali merupakan tanda
permulaan infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap
hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit
atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya
berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin
sekali disebabkan oleh infeksi. Gejala infeksi pada neonatus biasanya tidak
khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua atau pada anak.
3. Tanda dan gejala
Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah: malas minum,
gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat
badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah,diare sklerema,
oedema,perdarahan, ikterus, kejang, suhu tubuh dapat normal, hipotermi dan
hipertermi.

21
4. Pembagian infeksi perinatal
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam 2
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan :
a. Infeksi berat (‘major infections’)
Diantaranya adalah: meningitis, pneumonia, diare epidemik,
pielonefritis, tetanus neonatorum.
b. Infeksi ringan (‘minor infections’) Diantaranya adalah : infeksi pada
kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.
5. Pencegahan
a. Cara umum :
1) Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada periode
antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi
umum, leukorea dan lain-lain. Di kamar bersalin harus ada
permisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan bagian yang
aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga perawatan dan alat
kedokteran serta alat perawatan. Ibu yang akan melahirkan, sebelum
masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dulu dan memakai baju
khusus untuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus
dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan
kamar operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
2) Di bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna untuk
bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik.
Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan dan alat
yang digunakan. Selain itu harus terdapat kamar isolasi untuk bayi
yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat
pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila
bangsal perawatan bayi baru lahir merupakan suatu bangsal perawatan
bayi baru lahir yang bersifat khusus. Sebelum dan sesudah memegang
bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai sabun,
antiseptik atau sabun biasa asal saja cukup lama (1 menit). Dalam
ruangan harus memakai jubah steril, masker dan memakai sandal
khusus. Dalam ruangan bayi tidak boleh banyak bicara. Bila
menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, tidak boleh masuk
kamar bayi.

22
3) Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus aseptik.
Pengunjung yang mau melihat bayi harus memakai masker dan jubah
atau sebaiknya melihat bayi melalui jendela kaca. Setiap bayi harus
mempunyai tempat pakaian sendiri, begitu pula termometer, obat,
kasa, dan lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan, lantai ruangan
setiap hari harus dibersihkan dan setiap minggu dicuci dengan
menggunakan antiseptik.
b. Cara khusus :
1) Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas.
2) Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah dini, air ketuban
keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering timbul keraguan
apakah akan digunakan antibiotika secara profilaksis. Pengguanan
antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan
timbulnya, mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan
mengakibatkan timbulnya pertumbuhan jamur yang berlebihan,
misalnya Candida Albicans. Sebaliknya kalau terlambat memberikan
antibiotika pada penyakit infeksi neonatus, sering berakibat kematian.
c. Berdasarkan hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :
1) Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratorium cukup baik,
sebaiknya tidak perlu memberikan antibiotika profilaksis.
Antibiotika baru diberikan kalau sudak terdapat tanda infeksi.
2) Bila kemampuan tersebut tidak ada, kiranya dapat
dipertanggungjawabkan pemberian
3) Antibiotika profilaksis berupa ampisilin 100 mg/kg bb/hari dan
gentamisin 3-5 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.
6. Penatalaksanaan
a. Mengatur posisi tidur/semi fowler agar sesak berkurang
b. Apabila suhu tinggi kompres dingin
c. Berikan asi perlahan-lahan sedikit demi sedikit
d. Apabila bayi muntah miringkan ke kanan atau ke kiri
e. Apabila diare perhatikan personal hygiene dan lingkungan sekitar
f. Rujuk bila bertambah buruk informed consent keluarga

23
K. Bayi Meninggal Mendadak
Sindrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS)
1. Definisi
SIDS terjadi pada bayi yang sehat pada saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan
meninggal beberapa jam kemudian.DIDS terjadi ± 4 dari 1000 kelahiran hidup,
insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.
Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis
telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada
bulan Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya (
DoH 1991, 1993, 1995). Posisi miring dianggap lebih dapat diterima untuk bayi
sehat yang di rumah sakit, untuk bayi yang memerlukan pemantauan fungsi
pernafasan atau jantung atau keduanya, tetapi tidak untuk bayi yang di rumah
(Fleming et al 1996).
Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya merupakan posisi tidur
yang direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai di rumah sakit
sebelum pulang. Diwajibkan bagi bidan untuk membiasakan diri dan mengajari
orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini (Willinger et al 2000),
mengingatkan bahwa, selain informasi tertulis, terdapat kebutuhan untuk
mengingatkan orang tua secara terus menerus tentang faktor resiko dan
prosedur keamanan yang berhubungan dengan SIDS selain mengajari orang tua
untuk menjaga bayimereka tetap hangat.
Pelatihan orang tua tentang ‘apa yang sebaiknya dilakukan jika bayi
berhenti bernafas’, menjadi bagian penting dan rutin untuk pemulangan.
Tingkat persiapan ini dapat memperdayakan sebagian orang tua
2. Etiologi
a. Ibu yang masih remaja
b. Bayi dengan jarak kehamilan dekat
c. Bayi dengan berat badan dibawah normal ( bayi prematur,gemmely)
d. Bayi dengan sibling
e. Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
f. Prevalensi dengan bayi tidur tengkurep
g. Bayi dengan virus pernafasan
h. Bayi dengan apnea berkepanjangan
i. Bayi dengan gangguan pola nafas herediter

24
j. Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
3. Penatalaksanaan
a. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
b. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua
c. Berikan penjelasan tentang SIDS
d. Beri keyakinan pada sibling ( jika ada ) bahwa mereka tidak bersalah
terhadap kematian bayi tersebut,bahkan jika mereka sebenarnya
mengharapkan kematian dari bayi tsb. Jika kemudian ibu melahirkan lagi,
beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak
sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.

L. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


1. Definisi
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau dalam bahasa inggris yaitu
Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan teintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang
datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit,
status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Depkes RI, 2008).
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan
cara menatalaksana balita sakit. World Health Organization (WHO) telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan di negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan balita (Prasetyawati, 2012).
2. Tujun
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang
terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan dasar dan memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.Penerapan MTBS dengan baik
dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki
manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta meningkatkan
pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya
mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer
dan rumah sakit sebagai rujukan (Modul MTBS 1, 2008).

25
3. Manfaat
MTBS telah digunakan oleh lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a. Menurunkan angka kematian balita
b. Memperbaiki status gizi
c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
d. Memperbaiki kinerja tenaga kesehatan
e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah
Selain itu, kegiatan MTBS memiliki tiga komponen yang khas yang
menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam tata laksana kasus
b. balita sakit (selain dokter, tenaga kesehatan non dokter dapat pula
c. memeriksa dan menanganipasien apabila sudah dilatih)
d. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
e. program kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS)
f. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
danupaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
4. Sasaran
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua
kelompok sasaran, yaitu:
a. kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (usia < 2 bulan)
b. kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun
5. Penatalaksanaan
Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) meliputi beberapa
langkah, dalam penanganan penyakit pneumonia, diare, malaria, campak, dan
malnutrisi pada balita. Berikut adalah penjelasan langkah- langkah manajemen
terpadu balita sakit:
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
b. Nafas cepat
c. Tarikan dinding kedalam
d. Stridor pada anak yang tenang

BAB III

26
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sampai saat ini pembangunan bidang kesehatan di Indonesia masih menitik
beratkan pada kesehatan ibu dan anak. Angka kematian ibu dan anak di Indonesia
masih tertinggi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Padahal anak
merupakan generasi penerus bangsa, sehingga perlu diperhatikan kesehatannya.
Sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan kesehatan pada neonatus,
bayi dan balita. Neonatus merupakan masa setelah lahir sampai berusia 4
minggu. Pada masa neonatus dengan masalah yang diantaranya adalah bercak
mongol, hemangioma, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, seborrhea,
bisulan, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi dan bayi meninggal mendadak.

B. SARAN
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang terdepan berada ditengah-
tengah masyarakat Indonesia disegala tempat, diharapkan mampu melakukan
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi. Asuhan yang diberikan
bidan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi sesuai kewenangan dan
kompetensinya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Markum. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta. FKUI
Nelson, Waldo E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1 Edisi 15. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. IKA 3. Jakarta. Infomedika
Verney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3rd ed. P 551-559. London : Johanes and
Barlett Publishers Internasional
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4, vol. 2. Jakarta : EGC
https://griyahusada.id/files/bahan-ajar/Buku%20Ajar%20Neonatus.pdf (diakses
pada Rabu, 28 April 2021, pukul: 11.00 WIB)
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3227/4/Chapter%202.pdf (diakses pada Kamis,
29 April 2021, pukul: 01.05 WIB)
https://lib.unnes.ac.id/26221/1/6411412099_.pdf (diakses pada Kamis, 29 April
2021, pukul: 01.10 WIB)

28
BY : Yeni Utami, S.Si.T.,M.Kes
 Gizi berasal dari kata Gizawa (bahasa arab), yang berarti
pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tubuh,
sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat
(Maryunani, 2012)
 Gizi adalah suatu proses orgnisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi (Supariasa, 2002)
 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
gizi adalah zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
 Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada
bayi baru lahir adalah ASI. Makanan untuk bayi
sehat terdiri dari ASI, jika ASI tidak mencukupi
dapat diberikan susu formula. Selanjutnya
sebagai makanan pelengkap setelah bayi
berusia 6 bulan terdiri dari buahbuahan, biscuit,
makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim
atau makanan lain yang sejenis, namun
pemberiannya secara bertahap sesuai dengan
usia anak.
 Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi
 Mengandung zat protektif
◦ Lactobacillus bifidus
◦ Laktoferin
◦ Lisozim
◦ Antibodi
◦ Imunitas seluler
◦ Tidak menimbulkan alergi
 Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
 Mengupayakan pertumbuhan yang baik
 Mengurangi kejadian karies dentis dan
maloklusi(susunan gigi dan rahang yang tidak
normal)
 Mencegah perdarahan pasca persalinan
 Mempercepat pengecilan kandungan
 Mengurangi anemia
 Dapat digunakan sebagai metode KB
sementara
 Mengurangi risiko kanker indung telur dan
kanker payudara
 Memberikan rasa dibutuhkan
 ASI sangat praktis dan ekonomis, karena ASI dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja.
 Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli susu fomula dan peralatannya serta tidak
repot untuk menyiapkannya.
 ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
diperlukan untuk membeli susu formuladapat
digunakan untuk keperluan lain.
 Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar,
bayi cukup disusukan selama 4-5 menit, untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan putting
susu diisap oleh bayi.
 Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 10 menit.
 Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan
selama 15 menit.
 Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI
cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk
bayi.
 Jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama
adalah ± 112 ml, 5 menit kedua ± 64 ml, dan 5
menit terakhir hanya ± 16 ml.
 Sebaiknya bayi disusui secara nir-jadwal (on demand), karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.
 Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain
(kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap)
atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.
 Bayi yang sehat, ASI dalam lambungnya akan kosong dalam
waktu 2 jam.
 Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak
teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.
 Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan
mencegah timbulnya masalah menyusui.
 Ibu yang bekerja di luar rumah dianjurkan agar lebih sering
menyusui pada malam hari.
 ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat.
 Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat
penyimpanan.
◦ Di temperatur ruangan= 6-8 jam
◦ Lemari es (4ºC) = 1 – 2 hari
◦ Freezer dalam lemari es (-4ºC) = 2 minggu – 4 bulan
 ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan
dipakai, karena kualitasnya akan menurun, yaitu unsur
kekebalannya.
 ASI tersebut cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu
kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat pula direndam di
dalam wadah yang telah berisi air panas.
 Kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan bisa terpenuhi
dari ASI saja atau susu formula karena alasan medis.
 ASI sebaiknya terus diberikan sampai anak usia 2 tahun,
namun pada saat bayi usia 6 bulan harus mulai diberikan
makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan
gizinya.
 Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-
ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi
disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
 MP-ASI diberikan mulai umur 6–24 bulan, dan merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga,
pengenalan.
 Pemberian MP-ASI diberikan kan secara bertahap sesuai
dengan usia anak yang dimulai dari MP-ASI yang jenis
lumat, lembik sampai anak terbiasa dengan makanan
keluarga.
 Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat
cerna bayi dalam menerima MP-ASI.
Umur ASI Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0 - 6 bulan
6 – 8 bulan
9 -11 bulan
12 – 24
bulan
>24 bulan
 Bayi yang mendapatkan cukup ASI dan MP-
ASI, berat badannya akan naik setiap bulan
sesuai dengan kenaikan berat badan anak
pada KMS atau kenaikan berat badan dan
tinggi badan sesuai dengan Standar WHO
2006.
 Menurunkan intensitas pengisapan bayi, yang akan berisiko
untuk terjadinya penurunan produksi ASI.
 Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga
menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
 Risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak
sebersih ASI.
 Kebutuhan gizi/nutrisi anak tidak terpenuhi.
 Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga
risiko infeksi meningkat.
 Defluk atau kolik usus ( kerewelan atau tangisan yang terus
menerus bagi bayi yang dipercaya karena adanya kram di
dalam usus).
 Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna
kekuningan (kolostrum)
 Jangan beri makanan/minuman selain ASI
 Susui bayi sesering mungkin
 Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali
sehari
 Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
 Susui dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
 Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi lainnya
 Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman
dan penuh perhatian
 Dukungan suami dan keluarga penting dalam
keberhasilan ASI Eksklusif
 Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI
diteruskan serta pemberian makanan tambahan
mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan
lumat dua kali sehari.
 Pemberian makanan tambahan diperkenalkan
karena keadaan alat cerna sudah semakin kuat.
 Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus
sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan
makanan yang akan digunakan.
 Bahan makanan lauk pauk seperti telur, hati,
daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan
kering, udang, atau tempe tahu, dapat diberikan
secara bergantian.
 Jika akan menyiapkan MP-ASI yang baik
perlu memperhatian hal berikut:
◦ a. Padat energy, protein dan zat mikro (zat
besi, Zinc, Kalsium, Vitamin A, Vitamin C
dan Folat)
◦ b. Tidak berbumbu tajam, tidak
menggunakan gula, garam, penyedap rasa
dan pengawet
◦ c. Mudah ditelan dan disukai anak
◦ d. Tersedia lokal dan harganya terjangkau
USIA BENTUK BERAPA KALI BERAPA BANYAK
MAKANAN SEHAR SETIAP KALI
MAKAN
6 - 8 Bulan •ASI •Teruskan 2 - 3 sendok
•Makanan lumat pemberianASI makan secara
(buburdan seseringmungkin bertahaphingga
makanan •Makanan lumat mencapai1/2
keluarga yang 2-3 kali sehari gelas atau 125
dilumatkan) •Makanan ml setiap kali
selingan 1-2 kali makan
sehari(buah,
biscuit)
 Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan
adalah sebagai berikut:
◦ - Teruskan pemberian ASI
◦ - Berikan MP
◦ -ASIyang lebih padat, contohnya: bubur nasi, nasi
tim dan nasi lembek
UMUR BENTUK BERAPA KALI BERAPA BANYAK
MAKANAN SEHARI SETIAP KALI
MAKAN
9 - 11 bulan •ASI •Teruskan 1/2
•Makanan pemberian ASI gelas/mangkuk
lembik atau •Makanan atau 125 ml
dicincang yang lembek 3-4 kali
mudah ditelan sehari
anak. •Makanan
•Makanan selingan 1-2
selingan yang kali sehari.
dapat dipegang
anak diberikan
di antara waktu
makan lengkap
 Makanan pokok, seperti: nasi, ubi, sagu •
 Lauk hewani: ikan, telur, hati, ayam dan
daging
 Lauk nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan •
Sayur dan buah-buahan
 Beri makanan selingan 2 kali sehari , contoh:
bubur kacang hijau, pisang, biskuit, kue
tradisional dan kue lain
 Kelompok yang rawan gizi adalah bayi, balita dan
anak prasekolah.
 Ketidak tahuan tentang cara pemberian makanan
yang baik dari jumlah, jenis frekuensi makanan
menjadi suatu penyebab terjadinya masalah
kurang gizi pada bayi dan anak.
 Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus
memiliki kemampuan melakukan KIE (Konsultasi,
Informasi dan Edukasi) tentang kebutuhan gizi
pada anak .
 Dalam pemenuhan gizi pada anak Ibu dan
keluarga harus membiasakan memberi
asupan gizi yang terbaik untuk buah hatinya
dan disesuaikan dengan kemampuan
finansial dan kemudahan memperolehnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah: pemilihan
bahan makanan, pengolahan, termasuk
kebersihannya pada saat proses memasak
dan penyajiannya serta cara pemberiannya
kepada anak.
Umur 12-24 Bulan Umur 24 bulan atau Lebih
•Teruskan pemberian ASI •Berikan makanan keluarga 3 x
•Berikan makanan keluarga secara sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi
bertahap sesuai kemampuan anak makanan orang dewasa yang
•Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur
porsi makan orang dewasa terdiri dan buah
dari nasi, laukpauk, sayur, dan •Berikan makanan selingan kaya
buah gizi 2 x sehari di antara waktu
•Beri makanan selingan kaya gizi 2 makan.
x sehari di antara waktu makan •Perhatikan jarak pemberian
(biskuit, kue) makanan keluarga dan makanan
•Perhatikan variasi makanan. selingan
 Utamakan memberikan MP-ASI dari
makanan lokal. Jika mengunakan MP-ASI
buatan pabrik, baca cara pakainya dan
perhatikan tanggal kadaluwarsanya - Ajari
anak makan sendiri dengan sendok - Ajari
anak minum dengan menggunakan gelas
Kelompok Energi Protein Vitamin A Besi (mg) Kalsium(m
usia (Kkal) (gram) (RE) g)
1–3 1.000 25 400 8,2 500
tahun
4–6 1.550 39 450 9 500
tahun
Bahan Bayi 6-12 bulan Anak 1-3 tahun 4-5 tahun
(900 Kkal) ( 1.200 Kkal) ( 1.700 Kkal)
Nasi 1 ½ gelas 2 ¼ gelas 3 gelas
Daging/tempe/t 1 potong 1-2 potong 2-4 potong
elur/ikan
Sayuran makan 2 sendok 1 ½ gelas 2 gelas
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong
ASI Hingga Lanjutkan 2 tahun -
Susu - 1 gelas 1 gelas
Minyak 1 sendok makan 1½ sendok 2 sendok makan
makan
Gula - 2 sendok 2 sendok makan

Anda mungkin juga menyukai