Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda tepatnya pada

tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda

untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak

tahun 1912, perkembangan dan pertumbuham pasar modal tidak berjalan seperti yang

diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami

kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I dan

Perang Dunia II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah

Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak

dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun

1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Agustus

1977. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan

kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai

emiten pertama. Namun pada tahun 1997-1987 perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.

Jumlah emiten hingga tahun 1987 baru mencapai 24 emiten. Pada saat itu masyarakat

lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan Instrumen Pasar Modal .

Akhirnya pada tahun 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudian bagi

perusahaan Bursa Efek pun kian meningkat pada tahun 1988-1990 setelah Paket

deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk

asing. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan

Perdagangan Uang dan Efek di (PPUE) pada tahun 1988 dengan organisasinya yang
terdiri dari broker dan dealer. Selain itu di tahun yang sama, pemerintah mengeluarkan

paket desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi perumbuhan pasar modal.

Bursa Efek Surabaya (BES) DI TAHUN 1989 mulai beroperasi dan dikelola oleh

Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 12 Juli 1992,

yang telah ditetapkan sebagai HUT BEJ, BEJ resmi menjadi perusahaan swata

(swastanisasi). BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sebelumnya

Badan Pelaksana Pasar Modal). Satu tahun kemudian pada tanggal 21 Desember 1993,

PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) didirikan.

Pada tahun 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta meluncurkan Sistem Otomasi

perdagangan yang dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated

Trading Systems). Di tahun yang sama pada 10 November, Pemerintah Indonesia

mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-

undang ini mulai di berlakukan Januari 1996. Bursa Paralel Indonesia kemudian merger

dengan Bursa Efek Surabaya. Kemudian satu tahun berikutnya, 6 Agustus 1996, Kliring

Penjamin Efek Indonesia (KPEI) didirikan.

Dilanjutkan dengan pendirian Kustodian Sentra Indonesia (KSEI) di tahun

berikutnya, 23 Desember 1997. Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)

pada tahun 2002 mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia, dan di tahun 2002 BEJ

mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading ). Di tahun yang

sama, perubahan transaksi T+4 menjadi T+3 pun selesai. Di tahun 2004, Bursa Efek

merilis Stock Option. Pada tanggal 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan

Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya digabungkan dan berubah nama menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI). Setelah lahirnya BEI, suspensi perdagangan diberlakukan pada tahun

2008 dan Penilai Harga Efek Indonesia dibentuk pada tahun 2009.
Selain itu pada tahun 2009, PT Bursa Efek Indonesia mengubah sistem

perdagangan yang lama (JATS) dan meluncurkan sistem perdagangan terbarunya yang

digunakan oleh BEI samapi sekarang, yaitu JATS-NextG. Beberapa badan lain juga

didirikan guna meningkatkan aktivitas perdagangan, seperti pendirian PT Indonesian

Capital Market Electronic Library (ICaMEL) pada Agustus 2011. Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) pada Januari 2012, dan di akhir 2012, Securities Investor Protection Fund (SIPF),

dan Prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah juga diluncurkan. BEI juga

melakukan beberapa pembaharuan, tanggal 2 Januari 2013 jam perdagangan

diperbaharui, dan di tahun berikutnya Lot Size dan Tick Price disesuaikan kembali, dan di

tahun 2015 TICMI bergabung dengan ICaMEL.

Bursa Efek Indonesia juga membuat suatu kampanye yang disebut dengan “Yuk

Nabung Saham” yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mau

memulai berinvestasi di pasar modal. BEI memperkenalkan kampanye tersebut pertama

kali pada tanggal 12 November 2015, dan kampanye ini masih dilaksanakan sampai

sekarang, dan ditahun yang sama LQ-45 Index Futures diresmikan. Pada tahun 2016, Tick

Size dan batas Autorejection kembali di sesuaikan, IDX Channel diluncurkan, dan BEI di

tahun ini turut ikut serta menyukseskan kegiatan Amnesti Pajak serta meresmikan Go

Public Information Center. Pada tahun 2017, IDX Incubator diresmikan, relaksasi marjin,

dan peresmian Indonesia Securities Fund. Di tahun 2018 lalu, Sistem Perdagangan dan

New Data Center telah diperbarui, launching Penyelesaian Transaksi T+2 (T+2

Settlement) dan Penambahan Tampilan Informasi Notasi Khusus pada kode Perusahaan

Tercatat.

2. Gambaran Umum Perusahaan yang Menjadi Obyek Penelitian

Perusahaan High Profile merupakan perusahaan yang mendapatkan banyak

perhatian atau sorotan dari masyarakat luas karena memiliki tingkat kompetisi yang
ketat tingkat resiko yang tinggi dan memiliki tingkat sensivitas terhadap lingkungan.

Perusahaan high profile lebih diawasi pemerintah dibandingkan dengan perusahaan

low profile. Industri yang bertipe high profile antara lain perusahaan otomotif,

penerbangan, pertanian, rokok dan tembakau, makanan dan minuman, media

komunikasi, energi (listrik), kesehatan, dan transportasi.

Sedangkan perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu

mendapatkan banyak perhatian ataupun sorotan dari masyarakat luas karena

industry ini memiliki tingkat consumer visibility, tingkat resiko politik dan tingkat

kompetensi yang rendah. Perusahaan yang termasuk dalam tipe low profile yaitu

perusahaan bangunan, keuangan dan perbankan, penyedia alat mediis, properti,

retailer, tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016 sampai 2018. Namun sesuai judul penelitian bahwa yang

diambil sebagai sampel adalah perusahaan yang melakukan stock split pada tahun

2016 sampai 2018 kemudian di kategorikan tipe high profile dan low profile.

Penelitian ini mendapatkan 45 perusahaan yang memenuhi kriteria sampling. Untuk

mempermudah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah di tetapkan maka

penentuan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling (memenuhi kriteria tertentu). Adapun hasil pengolahan data sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Proses Seleksi Objek Penelitian

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan yang tergolong High Profile yang 17

melakukan stock split


2 Perusahaan yang tergolong Low Profile yang 28

melakukan stock split


3 Data yang dibutuhkan tidak lengkap (5)
4 Jumlah 40
Sumber: diolah dari hasil penelitian

Tabel 4.2

Daftar Perusahaan yang melakukan Stock Split Yang Menjadi Sampel Dalam

Penelitian Periode 2016-2018

No Nama Perusahaan Kode Tipe Industri


1 Tira Austenite Tbk TIRA 01 Februari 2016
2 HM Sampoerna Tbk HMSP 14Juni 2016
3 J Resources Asia Pasifik Tbk PSAB 17 Juni 2016
4 Impack Pratama Industri Tbk IMPC 22 Juni 2016
5 Kresna Graha Investama Tbk KREN 23 Juni 2016
6 Eratex Djaja Tbk ERTX 29 juni 2016
7 Tembang Mulia Semanan Tbk TBMS 12 Juli 2016
8 Minna Padi Investama Tbk PADI 14 Juli 2016
9 Asuransi Bintang Tbk ASBI 26 Juli 2016
10 Indofood CPB Sukses Makmur Tbk ICBP 27 juli 2016
11 Bentonjaya Manunggal Tbk BTON 01 Agustus 2016
12 Akbar Indo Makmur Stimec Tbk AIMS 02 Agustus 2016
13 Mayora Indah Tbk MYOR 04 Agustus 2016
14 Centex Tbk CNTX & 12 Agustus 2016
CNTB
15 Hanson International Tbk MYRX 19 Agustus 2016
16 Kedaung Indah Can Tbk KICI 23 Agustus 2016
17 Primarindo Asia Infrastucture Tbk BIMA 29 Agustus 2016
18 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 20 Oktober 2016
19 Bukit Asam Tbk PTBA 14 Desember
2017
20 PT Chandra Asri Petrochemical Tbk TPIA 21 November
2017
21 PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk MKNT 15 November
2017
22 PT Bank Rakyat Indonesia BBRI 10 November
2017
23 Indal Aluminium Industri Tbk INAI 23 Oktober 2017
24 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 13 September
2017
25 Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK 15 Agustus 2017
26 Ultra Jaya Milk Industry Tbk ULTJ 10 Agustus 2017
27 Samudera Indonesia Tbk SMDR 04 Agustus 2017
28 Voksel Electric Tbk VOKS 03 Juli 2017
29 PT intermedia Capital Tbk MDIA 16 Juni 2017
30 Inter-Delta Tbk INTD 14 Juni 2017
31 BFI Finance Indonesia Tbk BFIN 05 Juni 2017
32 Sarana Meditama Metropolitan Tbk SAME 02 Juni 2017
33 Inti Agri Resources Tbk IIKP 19 Mei 2017
34 PT Mitra Adi Perkasa Tbk MAPI 04 Juni 2018
35 PT Graha Layar Prima Tbk BLTZ 25 Juni 2018
36 PT Sanurhasta Mitra Tbk MINA 04 Juli 2018
37 PT Totalindo Eka Persada Tbk TOPS 09 Juli 2018
38 PT Gema Grahasarana Tbk GEMA 13 Juli 2018
39 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA 01 Agustus 2018
40 PT Mandala Multifinance Tbk MFIN 28 Agustus 2018

B. Hasil Penelitian

1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

data penelitian. Statistik dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan

informasi mengenai variabel-variabel penelitian seperti harga saham, return saham

dan abnromal return. Statistik deskriptif untuk variabel penelitian dapat kita lihat

sebagai berikut:

a) Harga Saham

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif Harga Saham Perusahaan High Profile

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 80 258,00 99800,00 14891,7125 24051,87830

Sesudah 80 120,00 8925,00 1732,6875 2359,47308

Valid N (listwise) 80

Sumber : hasil output SPSS 22

Dari data 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah N atau banyaknya data adalah
80. Dari analisis deskriptif dapat diketahui pula harga saham tertinggi perusahaan
high profile sebelum pengumuman stock split sebesar Rp. 99.800 yaitu pada PT.
Impack Pratama Industri Tbk (IMPC), sedangkan harga saham terendah sebelum
stock split sebesar Rp. 258 terdapat pada PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI). Harga
saham tertinggi sesudah pengumuman stock split sebesar Rp. 8.925 yaitu PT
Indofood CPB Sukses Makmur Tbk (ICBP), sedangkan harga saham terendah
sesudah pengumuman stock split sebesar Rp. 120 pada PT Bentonjaya Manunggal
Tbk (BTON). Nilai mean (rata-rata) harga saham sebelum stock split sebesar
14891,7125 dengan standar deviasi sebesar 24051,87830. Nilai rata-rata harga
saham sesudah pengumuman stock split sebesar 1732,6875 dengan standar deviasi
sebesar 2359,47308.

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik Deskriptif Harga Saham Perusahaan Low Profile

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

sebelum 120 304,00 16450,00 3834,3917 4590,02789


sesudah 120 152,00 6625,00 959,9083 1543,17758
Valid N (listwise) 120
Sumber : hasil output SPSS 22

Dari data 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah N atau banyaknya data adalah
120. Dari analisis deskriptif dapat diketahui pula harga saham tertinggi perusahaan
low profile sebelum pengumuman stock split sebesar Rp. 16.450 yaitu pada PT Bank
Rakyat Indonesia (BBRI), sedangkan harga saham terendah sebelum stock split
sebesar Rp. 304 terdapat pada PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS). Harga
saham tertinggi perusahaan low profile sesudah pengumuman stock split sebesar
Rp. 6.625 yaitu PT (), sedangkan harga saham terendah sesudah pengumuman
stock split sebesar Rp. 120 pada PT Bentonjaya Manunggal Tbk (BTON). Nilai mean
(rata-rata) harga saham sebelum stock split sebesar 14891,7125 dengan standar
deviasi sebesar 24051,87830. Nilai rata-rata harga saham sesudah pengumuman
stock split sebesar 1732,6875 dengan standar deviasi sebesar 2359,47308.

b) Return Saham
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif Return Saham

Anda mungkin juga menyukai