Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MEKANISASI PERTANIAN

Teknologi Otomotif Pertanian


(Dr.Lisyanto , M.Si.)

OLEH :

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD RIDHO SAMOSIR


NIM : 5173122012
DOSEN PENGAMPU : SAFRI GUNAWAN ,S.T , M.T
MATA KULIAH : PROPESI KEPENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Mekanisasi Pertanian”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber
dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan tugas ujian akhir semester ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…

Samosir, 07 Januari 2021

penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................................................................

1.3 Manfaat..........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................

2.1 Sejarah Pengolahan Tanah........................................................................................................

2.2 Pengertian Mekanisasi Pertanian......................................................................................

2.3 Cara pengolahan tanah...........................................................................................................

2.4 Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Pertanian........................

2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Mekanisasi Pertanian....................................................

2.6 Hidroponik Sebagai Bentuk Penerapan Mekanisasi Pertanian............................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformasi pertanian menuju modernisasi ditandai oleh tahapan masyarakat
industri dengan ciri produktivitas tinggi, efisien dalam penggunaan sumber daya
alam dan teknologi, serta mampu berproduksi dengan menghasilkan output yang
berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Dengan kata lain, pertanian modern dapat
menjadi suatu wujud sistem usaha tani dengan spesialisasi produk yang sangat
beragam, penggunaan tradeable input makin tinggi dan sudah mempraktekkan sistem
manajemen usaha tani lebih efisien.
Dengan ciri-ciri tersebut tuntutan diterapkannya suatu sistem manajemen
usaha pertanian yang secara optimal memanfaatkan sumber daya lokal yang
spesifik dan berkelanjutan menjadi keharusan. Dalam masa reformasi
pembangunan pertanian di Indonesia disiapkan untuk memasuki era modernisasi
dengan konsep pembangunan pertanian berwawasan agribisnis. Pembangunan
pertanian berwawasan agrbisnis diletakkan sebagai bagian pembangunan ekonomi
dengan suatu grand strategimembangun sistem dan usaha pertanian yang berdaya
saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Ciri pembangunan ini tidak dapat dipisahkan dari keragaman wilayah, ekosistem
dan zona agro-ekologi yang memberikan kekayaan sistem dan usaha tani yang spesifik
dari satu wilayah ke wilayah lain. Keragaman wilayah tersebut memberikan ciri
kemampuan wilayah spesifik yang berbeda satu dengan yang lain( natural resource
endowment). Sarana prasarana, sistem budaya, sistem sosial, dan kemampuan
sumber daya manusia dalam mengantisipasiperubahan dinamika domestik dan global
pada akhirnya akan muncul sebagai regional capacity dari suatu peta kemampuan
ekonomi pertanian Indonesia. Sumber daya lahan pertaniannya terdiri dari berbagai
ekosistem yang memiliki ciri sangat spesifik, yang tercipta dari berbagai komponen
alamiah, dan buatan manusia, termasuk di dalamnya sistem budaya.
Jika digambarkan akan muncuk suatu mozaik yang memetakan kemampuan
wilayah dan kinerja ekonomi pertaniannya. Untuk wilayah lahan berbasis irigasi,
petani dihadapkan pada lingkunganpertanian yang potensial untuk berusaha padi dan
tanaman pangan lain. Sedangkan pada lahan kering ekosistem ini menuntun petani
untuk mengembangkan pertanian dengan basis lahan kering.
1.2 Latar Belakang
1. Untuk mengetahui apa itu Mekanisasi pertanian.
2. Untuk menerapkan prnsip prinsip mekanisasi pertanian
3. Untuk mengetahui pertanian hidroponok sebagai bentuk penerapan dari mekanisasi
pertanian

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu Mekanisasi pertanian.
2. Agar mahasiswa dapat menerapkan prnsip prinsip mekanisasi pertanian
3. Agar nahasiswa dapat mengetahui pertanian hidroponik sebagai bentuk penerapan
dari mekanisasi pertanian

1.4 Manfaat
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan
keluarga(subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri

1.5 Dasar Teori


Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan
dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber
tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui
proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah
lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Pengolahan tanah yang lebih dalam dan lebih teliti diklasifikasikan sebagai
pengolahan primer, dan pengolahan tanah yang lebih dangkal dan kadang-kadang
lebih selektif lokasi adalah pengolahan sekunder. Pengolahan tanah primer seperti
pembajakan cenderung menghasilkan permukaan akhir yang kasar, sedangkan
pengolahan sekunder cenderung menghasilkan permukaan akhir yang lebih halus,
seperti yang diperlukan untuk membuat persemaian yang baik untuk banyak
tanaman. Harrowing dan rototilling sering menggabungkan pengolahan tanah primer
dan sekunder menjadi satu proses.
"Tillage" juga bisa berarti tanah yang diolah. Kata "kultivasi" memiliki beberapa
pengertian yang secara substansial tumpang tindih dengan "pengolahan tanah". Dalam
konteks umum, keduanya bisa merujuk pada pertanian. Dalam pertanian, keduanya
bisa mengacu pada segala jenis agitasi tanah. Selain itu, "budidaya" atau "budidaya"
dapat merujuk pada pengertian yang lebih sempit dari pengolahan tanah sekunder
yang dangkal dan selektif di ladang tanaman baris yang membunuh gulma sambil
merawat tanaman.
BAB ll
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pengolahan Tanah

Tercatat dalam sejarah bahwa sejak beribu-ribu tahun yang lalu pengolahan tanah telah
dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
pertaniannya. Tenaga hewan digunakan untuk membajak tanah sejak 7000 tahun yang lalu.
Pada penemuan arkeologi dan tulisan-tulisan kuno diketahui bahwa ada pendapat dimana
membajak tanah dapat meningkatkan kesuburan.
Dalam tulisan-tulisan ilmiah abad ke-19, bahasan mengenai pengolahan tanah sepertinya
bertitik tolak dari pandangan ini. Timbul banyak pertanyaan dengan cara bagaimana
kesuburan tanah dapat ditingkatkan. Paling tidak dalam setengah abad pertama dari abad ke-
20, terdapat dua pendekatan utama dalam penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah.
Kelompok ilmuwan pertama mulai dengan mempertanyakan tentang kondisi tanah yang
bagaimana yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sementara kelompok kedua
mempermasalahkan tentang cara terbaik untuk mengolah tanah. Kelompok pertama
memperoleh jawaban antara lain bahwa pengolahan tanah dapat memperbaiki ketersediaan
air dan udara di dalam tanah, sementara kelompok kedua menemukan jawaban bahwa
dengan pembajakan yang dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masing-masing mempunyai
kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20 berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan
kedua pendekatan ini yaitu dengan mempelajari hubungan sebab akibat dari pengolahan
tanah dan produksi tanaman.
Telah diketahui bahwa pengolahan tanah dapat merubah dan memperbaiki struktur tanah
serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat
berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, meskipun demikian pendapat tersebut sulit
dibuktikan karena hanya melihat aspek fisik tanahnya saja tanaman.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa penelitian-penelitian mengenai
pengolahan tanah terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan pada
pengendalian gulma dan aliran yang memberikan penekanan pada perbaikan struktur tanah.
Terlepas dari ada tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman, pengolahan
tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling tidak untuk mempermudah pekerjaan
berikutnya.

B. Alat Pengolahan Tanah Tradisional


1. Cangkul
Cangkul atau Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan
dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali,
mencungkil, ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sehingga masa ini
untuk menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah. Alat ini
merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering.
- Fungsi tangkai cangkul : Untuk memegang dan mengayunkan mata cangkul
sewaktu digunakan dalam bekerja.
- Bagian-bagian cangkul : Bagian tangkai dari kayu Bentuk tangkai lurus dan
bengkok, Bagian mata cangkul dari besi
- Fungsi mata cangkul : membalik tanah, menghaluskan tanah, mencampur pupuk
Ukuran dan bentuk cangkul bervariasi hal ini tergantung pada kondisi dan jenis
tanah setempat.

2. Langa atau Langai

Langai, Bajak Sawah Tradisional Aceh Langai atau disebut juga Langa merupakan
istilah lokal masyarakat Aceh untuk menyebut bajak. Peralatan tradisional ini digunakan para
petani Aceh untuk menggemburkan lahan pertanian agar mudah ditanami. Langa terdiri dari
beberapa bagian dan terbuat dari kayu. Pengoperasian peralatan tersebut menggunakan
tenaga sapi atau kerbau.Membajak (me’ue), merupakan pekerjaan utama dari rangkaian
pengolahan lahan pertanian sebelum ditanami. Orang yang melakukan pekerjaan membajak
disebut ureung me’ue. Tenaga yang digunakan untuk menarik langa berbeda antara lahan
yang mengandung banyak air dan lahan yang kering.
Bagian-bagian Langa Langa terdiri dari bagian-bagian yang mempunyai nama masing-
masing. Namun, dalam penggunaannya bagian-bagian tersebut merupakan satu kesatuan
(Fadjria Novari Manan, 1985/1986: 15). Berikut adalah bagian-bagian langa.
➢ Boh Langa
Boh Langa merupakan bagian yang terletak di paling bawah langa. Fungsi bagian ini
adalah sebagai tempat memasang mata langa. Boh Langa terbuat dari kayu (bak mane). Mata
Langa dipasang pada Boh Langa. Bentuk lancip mata langa mengikuti bentuk Boh Langa
yang menyerupai anak panah besar. Bagian inilah yang mengorek atau membalik tanah
ketika langa ditarik sehingga tanah menjadi gembur.
➢ Eh Langa
Eh Langa juga merupakan bagian penting dari peralatan ini. Eh Langa berfungsi untuk
menghubungkan kerbau atau sapi penarik langa dengan bagian lain yang berada di
belakangnya, yaitu bagian Boh Langa dan Yok Langa. Eh Langa terbuat dari sepotong kayu
yang keras dan kuat, misalnya batang pohon aren. Eh Langa mempunyai panjang sekitar 2,5
meter dengan lebar sekitar 10-12 cm dan membujur dari depan ke belakang. Bagian belakang
peralatan ini ada yang dibuat melengkung ke bawah, ada pula yang hanya lurus dari ujung ke
pangkal. Untuk Eh Langa yang dibuat melengkung bagian belakangnya, ketika digunakan
setengah batang Eh Langa akan berbentuk mendatar. Sedangkan jika Eh Langa dibuat lurus
dari bagian depan sampai ke bagian belakang, batang Eh Langa akan berbentuk miring ketika
digunakan dengan bagian depan berada di atas. Pada ujung peralatan ini dibuat lekukan yang
dipakai untuk memasang tali. Lebar bagian ujung berbeda dengan bagian pangkal. Bagian
ujung lebih sempit, sehingga bentuk Eh Langa mengerucut ke depan. Biasanya bagian yang
menyempit dibuat pada bagian bawah Eh Langa.

➢ Yok Langa
Yok Langa dibuat dari bahan kayu dengan bentuk khas. Bentuknya menyesuaikan
dengan punggung sapi atau kerbau di mana Yok Langa akan dipasang. Fungsi Yok Langa
adalah mengangkut Eh Langa yang ditarik sapi atau kerbau. Di atas bagian Boh Langa,
terdapat peralatan lain, yaitu sepotong kayu yang dihaluskan. Kayu ini disebut lamat.
Panjang lamat sekitar 1,5 meter. Lamat terletak di bagian paling belakang peralatan langa.
Lamat berbentuk miring dan berfungsi sebagai pegangan orang yang menggunakan langa.
Ureung mau’e menekan bagian ini agar mata langa terbenam ke dalam tanah. Selain itu,
lamat juga berfungsi sebagai tempat para petani mengendalikan dan mengatur arah langa
berbelok ke kanan, ke kiri atau memutar.

➢ Bagian-bagian Lain
Selain beberapa bagian yang telah disebutkan di atas, langa juga mempunyai bagian
tambahan. Di antara bagian tambahan dalam langa, yaitu: Dua helai tali yang terbuat dari
sabut kelapa atau tali ijuk. Tali tersebut berguna untuk mengarahkan sapi atau kerbau agar
berbelok ke kanan atau ke kiri. Tali tersebut membentang dari depan ke belakang,
menghubungkan ureung mau’e dengan sapi atau kerbau penarik langa. Untuk mengarahkan
sapi agar mau membelok ke kanan, urang mau’e akan menarik tali sebelah kanan. Begitu
pula sebaliknya. Cambuk, yang terbuat dari kayu kecil atau sejenis kulit kayu. Cambuk
berfungsi untuk memukul sapi atau kerbau agar mau berjalan atau menarik bajak. Anyaman
dari rotan selebar telapak tangan. Fungsi anyaman ini adalah menghubungkan bagian Yok
Langa yang terdapat di bawah leher sapi atau kerbau.

3. Bajak

Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang diproduksi di
Honan utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan
dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan pisau kayu dan
pegangan. Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan kuno
tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu yang ditarik oleh sapi. Dengan alat ini tanah
hanya dipecahkan kedalam bentuk clods tetapi tidak dibalik; dan pengolahan pertama ini
kemudian diikuti dengan penghancuran “clod” dan perataan tanah dengan alat barupa batang
kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik oleh sapi.
4. Garu (Harrow)

Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk menghancurkan
dan meratakan permukaan tanah, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan
meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa
tanaman dan mencampurnya dengan tanah.
5. Cetok Tanah
Cetok Tanah digunakan sebagai perata tanah dan pencongkel tanah pada sebuah kebun.
Terdapat 2 jenis bahan, yaitu yang terbuat dari plat besi dan yang terbuat dari plat
baja. Pegangan terbuat dari kayu.

C. Alat Pengolah Tanah Modern


Berdasarkan cara pengolahannya alat pengolah tanah dibedakan menjadi 2 yaitu alat
pengolahan tanah pertama dan alat pengolahan tanah kedua
Pengolahan Pertama :
1. Bajak singkal (mold board plow)
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal
inilah yang paling umum digunakan oleh petani, dengan menggunakan traktor sebagai
sumber daya penariknya bajak ini dikaitkan atau diimplementasikan dengan traktor. Mata
bajak adalah bagian yang berfungsi aktif untuk mengolah tanah dengan cara memotong dan
membalik tanah.

2. Bajak piringan (disk plow)


Adanya kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan.
Bajak piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering
dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah
gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun penggunaan bajak piringan ini
untuk pengolahan tanah ada juga kelemahannya antara lain: tidak dapat menutup seresah
dengan baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya
masih berbongkah-bongkah, tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap
menguntungkan.

3. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)


Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkah-bongkah yang
masih cukup besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan
keadaan tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan
tanah dapat dilakukan sekali tempuh. Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk
pengolahan tanah kering ataupun tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan
untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan.
Penggunaan bajak putar untuk pengolahan tanah dapat diharapkan hasilnya baik, bila tanah
dalam keadaan cukup kering atau basah sama sekali. Untuk mengatasi lengketnya tanah pada
pisau dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor
dan memperlambat gerakan maju.

4. Bajak pahat (chisel plow)


Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus
tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut
mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau
batang yang biasa disebut bar.

5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)


Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang
lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan
untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman
sekitar (50-90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan
tanah dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan
daya (60-85) HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya
dipergunakan untuk pekerjaan yang lebih dangkal.

1. Garu (harrow)
Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada
permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah (furrow
slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau
untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar.

2. Garu paku
Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi
yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah
setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru
tumbuh.
3. Garu Pegas
Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu
atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai
gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini
lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.

4. Garu Rotari
Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu
rotari silang (rotary cross harrow). Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang
dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan
berputar vertikal. Putaran roda garu ini disebabkan oleh tarikan traktor.

5. Garu Khusus
Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weeder-
mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan
tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau
berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah
bongkah-bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.

6. Land Rollers dan Pulverizers


Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu
as. Puingan piring dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses
pengolahan tanah untuk persemaian.

D. Mesin Pengolah Tanah


1. Traktor Tangan ( Hand Tractor)

Klasifikasi Traktor Tangan


Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen
(peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah tanah. Namun
sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna, karena dapat digunakan
untuk tenaga penggerak implemen yang lain, seperti : pompa air, alat prosesing, trailer, dan
lain-lain.
Traktor yang paling banyak digunakan adalah traktor roda dua dengan daya < 15 PK.
Pengolahan tanah menggunakan traktor mempercepat dan menjamin keseragaman waktu
tanam serta meningkatkan intensitas tanam sampai 20%. Penggunaan traktor dapat
menggeser tenaga kerja mencangkul sebesar 23% per ha.
Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, traktor tangan dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu : Traktor tangan berbahan bakar Solar, Traktor tangan berbahan bakar bensin,
dan Traktor tangan berbahan bakar minyak tanah (kerosin). Berdasarkan besarnya daya
motor, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : Traktor tangan berukuran kecil
(tenaga penggeraknya kurang dari 5 hp), Traktor (tangan berukuran sedang, tenaga
penggeraknya antara 5 – 7 hp), Traktor tangan berukuran besar( tenaga penggeraknya antara
7–12 hp)
Komponen Traktor Tangan

1. As roda
2. Pelindung samping
3. Penahan lumpur
4. Pengikat batang ridger
5. Handel pengikat roda belakang
6. Tuas belok kanan
7. Handel utama
8. Tuas gas/ Akselerasi
9. Handel pembantu
10. Pemindah kecepatan cakar
11. Tuas kopeling utama
12. Pemindah kecepatan jalan
13. Tuas penyangga depan
14. Gantungan pisau rotary
15. Kotak rantai pembantu
16. Lampu
17. Pully penegang
18. Penyangga depan
19. Penyangga mesin
20. Pelindung depan
21. Pully mesin
22. V-belt
23. Pully utama
24. Pelindung V-belt
26. Tutup kotak peralatan
27. Tombol lampu
28. Tuas belok kiri
29. Pengatur roda belakang
30. Roda belakang
33. Ban
2. Traktor Roda Empat
Traktor roda empat adalah salah satu mesin atau motor bakar pengolah tanah jika
dilengkapi dengan peralatan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring,
dll. Secara umum traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga penggerak motor diesel
dengan didukung empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering,
bukan untuk lahan sawah. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi traktor mini,
menengah, dan traktor besar. Traktor raksasa yang biasa digunakan di perkebunan yang luas
mempunyai daya sampai 150 kW (200 hp). Umumnya traktor roda empat pada mempunyai
daya antara 30-60kW (40-80 hp).

Ukuran Traktor Roda Empat Menurut Kapasitas


Traktor roda empat terbagi atas 2 menurut daya (kapasitasnya) yaitu:
- Mini traktor : berdaya 12,5 – 20 HP
- Foul wheel drive traktor : berdaya lebih dari 20 HP

Jenis Pekerjaan yang Bisa Dilakukan Traktor Roda Empat


Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan traktor roda empat yang merupakan mesin
yang berfungsi untuk penghela atau penarik peralatan. Untuk dapat digunakan sebagai mesin
pengolahan tanah, maka harus dilengkapi dengan perlengkapan pengolah tanah, seperti bajak
singkal, bajak pirang, garu piring. Menarik mesin penanam (transplanter), menarik mesin
pemupuk, menarik mesin penyemprot, boom sprayer, menarik trailer, penggerak mesin
lainnya, PTO traktor yang digunakan untuk memutar generator listrik. Traktor dengan lengan
hidrolik untuk mengangkut hasil panen, traktor dengan loader hidrolik, membuat lubang
tanam.
Komponen Utama Traktor Roda Empat

Beberapa bagian-bagian penting dari traktor roda empat dan fungsinya :


Sistem kemudi : alat untuk mengendalikan jalannya dan atau operasi traktor di lapangan
Roda depan : roda bagian depan dari traktor yang berfungsi untuk pengendalian, dan
memiliki ukuran diameter lebih kecil dari roda bagian belakang.
Roda belakang : roda bagian belakan dengan ukuran diameter lebih besar dari roda
bagian depan traktor yang berfungsi untuk menumpu beban traktor dan peralatan yang terpasang.
Chasis traktor : bagian rangka traktor roda empat yang juga merangkap sebagai rumah dari sistem transmisi.
Pemberat : besi cor yang dirancang khusus untuk pemberat traktor agar traktor
tidak terangkat pada saat mengolah tanah.
Poros PTO : poros yang difungsikan untuk menggerakkan peralatan yang dalam
pengoperasiannya memerlukan putaran (bajak rotari), atau untuk
menggerakkan peralatan stasioner.
Sistem penyambungan peralatan : bentuk peralatan pengolahan tanah yang relatif besar,
maka pada traktor roda empat memerlukan mekanisme penyambungan
khusus, yakni sistem penyambungan titik tiga (three hitch poin).
Jenis - Jenis Alat Bantu Traktor Roda Empat

- bajak singkal (moldboard plow).


- bajak piring (disk plow).
- bajak pisau berputar (rotary plow).
- bajak chisel (chisel plow).
- bajak subsoil (subsoil plow).
- bajak raksasa (giant plow)
- Garu

2.2 Pengertian Mekanisasi Pertanian


Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan
ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di
dalam produksi pertanian(Robbins,2005).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan
lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi
biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal
telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-
mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
pertaniannya.
Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan
kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani
mereka (Hamiltondkk,1996).Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum
diperhatikan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini
adalah kurang memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian
kita belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam
melakukan introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005). Pengelolaan lahan,
pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta
pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek
lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh danprofesional.
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan
bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi
sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi
yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi
elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik.
Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau
pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal penting yang harus
dilaksanakan antara lain adalah merencanakan atau memperbaiki kondisi lahan
(konsolidasi lahan). Selain itu juga mendatangkan dan mengupayakan agar
prasarana dan sarana pertanian sampai dan tersedia di lapangan tepat waktu
sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi dan misi pertanian modern
(Anonim,2011).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan
lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi
biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal
telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-
mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
pertaniannya. Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai
dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh
petani mereka.

2.3 Cara Pengolahan Tanah

pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:

1. Pengolahan tanah pertama (pembajakan)


Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa
tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam.
Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm.
2. Pengolahan tanah kedua (penggaruan).
Pengolahan tanah kedua bertujuan untuk menghancurkan bongkahan tanah hasil
pengolahan tanah pertama yang besar menjadi lebih kecil dan sisa tanaman serta
gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan
mempercepat proses pembusukan.
Macam-Macam Pengolahan Tanah

Pengolahan Tanah Primer

Kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d. 90 cm.
Adapun tujuan pengolahan tanah primer adalah bertujuan untuk:

• memberantas gulma,
• memperbaiki struktur tanah agar lebih baik bagi pertumbuhan tanaman,
• menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik,
• menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai,
• meratakan tanah,
• mencampur pupuk dengan tanah,
• mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi,

Pengolahan Tanah Skunder

Pengolahan tanah yang kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah
kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan
pengganggu dihancurkan serta dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberikan
kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guluda atau alur untuk
per-tanaman.

2.4 Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Pertanian


1. Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Sektor Pertanian
Seperti disebutkan sebelumnya, perkembangan mekanisasi pertanian di
Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1950-an. Tetapi pada awal perkembangannya,
mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami banyak hambatan baik dalam hal
teknis, ekonomis, maupun sosial. Penggunaan alsintan baru mengalami peningkatan
sejak tahun 1970-an karena kesadaran petani semakin tinggi akan manfaat
mekanisasi pertanian. Kesadaran ini juga merupakan kebijakan untuk program
swasembada beras waktu itu, sehingga semua usaha peningkatan produksi padi
diupayakan dengan prioritas tinggi, terutama pada pembangunan irigasi,
penyuluhan, dan perluasan areal pencetakan sawah baru.
Walaupun pemakaian alsintan di Indonesia terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, tetapi tingkat mekanisasi di Indonesia masih ketinggalan
dari negara-negara lain. Menurut Alfan (1999), Indonesia masih sangat ketinggalan
pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005 kw/ha.
AS 1,7 kw/ha, Belanda 3,6 kw/ha dan Jepang 5,6 kw/ha. Rendahnya pemakaian
traktor ini mencerminkan mekanisasi pertanian yang masih rendah sehingga
produktivitas pertanian kita jauh ketinggalan dari negara-negara maju di atas.
Kehilangan hasil dalam pertanian masih besar dan penanganan pascapanen
juga kurang sehingga produk yang dihasilkan mutunya kurang baik. Data BPS
menunjukkan bahwa pada tahun 1986/87 susut pascapanen ada pada angka 18-19
% dan terbesar pada panen dan perontokan masing-masing adalah 3 dan 5 %. Pada
tahun 2004, Tjahyo Hutomo dkk. menunjukkan bahwa rendemen penggilingan padi
hanya mencapai rata- rata 59 %, sedangkan angka rendemen pada proyeksi
pengadaan pangan adalah 63 %. Suatu hal yang memiliki risiko tinggi pada
ketahananan pangan, dan hal ini bisa merupakan indikasi kelemahan pada sistem
kelembagaan perberasan nasional.
Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui
pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil serta meningkatkan
ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian. Selama musim tanam dan musim panen,
permintaan tenaga kerja sangat besar. Dengan menggunakan alat dan mesin
pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dan
tenaga kerja manusia dapat dialokasikan untuk pekerjaan lain.

2. Korelasi antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Usaha Tani


Melalui struktur ongkos usaha tani dapat dilihat proporsi tiap input perta
nian terhadap biaya usaha tani. Pada Tabel 7. dapat dilihat struktur ongkos per
hektar usaha tani di Indonesia pada tahun 1994-1998/1999. Proporsi terbesar pada
biaya usahatani adalah upah buruh. Pada saat krisis, tahun 1998/1999 pendapatan
bersih petani mengalami peningkatan yang cukup besar. Kenaikan ini terjadi karena
harga barang-barang naik, termasuk harga beras. Akan tetapi kenaikan pendapatan
bersih riil petani sebenarnya tidak sebesar kenaikan pendapatan nominalnya.
Pendapatan bersih riil di rural hanya meningkat 7.7 persen dari tahun sebelumnya.

2.5 Harapan dan Tantangan Pengembangan Mekanisme Pertanian ke


Depan
Alih teknologi mekanisasi pertanian telah berjalan di Indonesia dengan
didahului fase material transfer, dimana seluruh bentuk baik teknologi dan
pengetahuan diterapkan seperti yang berlaku di negara asal, namun fase ini tidak
memberikan hasil pengetahuan kecuali pengalaman berhadapan dengan teknologi
modern pada zaman itu. Fase tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian
penyesuaian yang diadop melalui design transfer dimana konsep, metodologi dan
sistem sebagian besar masih tetap menggunakan asli negara asal, hanya dilakukan
penyesuaian dalam skala ekonominya.
Yang terakhir, dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi yang
makin maju, secara bertahap, proses alih teknologi mekanisasi di Indonesia
mencapai tahap capacity transfer. Pada fase ini, perencanaan, pengembangan dan
perluasan mekanisasi pertanian dicoba dilakukan sesuai dengan kemampuan
adaptasi dan adopsi yang melibatkan lingkungan sosial ekonomi.
Agar mekanisasi pertanian dapat berkembang dengan baik, maka adopsi
teknologi yang dilakukan harus tepat. Artinya, teknologi yang diadopsi dari pihak
luar harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia agar
teknologi tersebut dapat diterima dan dimanfaatkan dengan baik.
2.6 Aeroponik Sebagai Salah Satu Bentuk Mekanisasi Petanian
Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran diudara tanpa
penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan
hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar
tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan
nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler.
Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai kualitas
yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai citarasa yang tinggi.
Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan tingkat masyarakat menengah
ke atas. Oleh karena itu, sistem aeroponik mulai banyak dikembangkan di Indonesia.
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya.
Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan
suatu tipe hidroponik (memberdayaakan air) karena air yang berisi larutan hara
disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman
yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.

Manfaat
Sistem aeroponik dapat memberikan manfaat bagi petani yang tidak
mempunyai lahan, karena aeroponik tidak membutuhkan tanah, tetapi media tanam
yang berupa Styrofoam yang akarnya menggantung di udara. Sehingga bisa
dijadikan sebagai lahan di pekarangan rumah.
Prinsip dari aeroponik adalah sebagai berikut: Helaian Styrofoam diberi
lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. dengan menggunakan ganjal busa atau
rockwool, anak semai sayuran ditancapkan pada lubang tanam tersebut. Akar
tanaman akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah helaian Styrofoam, terdapat
sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga
mengenai akar.
Salah satu kunci keunggulan budidaya aeroponik ialah oksigenasi dari tiap
butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari
lubang sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara
hingga kadar oksigen terlarut dalam butiran meningkat. Dengan demikian proses
respirasi pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi.
Selain itu dengan pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik
dapat memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Cara Kerja
Penggunaan sprinkler dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah
air dan keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus
selama produksi tanaman dengan masukan tenaga kerja rendah. Cara tersebut
dapat menciptakan uap air di udara sekeliling tanaman serta memberikan lapisan
air pada akar, sehingga menurunkan suhu sekitar daun dan mengurangi
evapotranspirasi.
Sistem pancaran atau pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-
mati (on-off) bergantian menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15
menit karena di khawatirkan tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran
larutan yang melekat pada akar dapat selama 15 – 20 menit. Pancaran atau
pengabutan juga dapat hanya diberikan pada siang hari saja. Namun, cara ini kurang
dianjurkan karena kesempatan pemberian nutrisi pada tanaman menyusut.

Alat dan Bahan


Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Jaringan Irigasi Sprinkler
2. Jet Pump (pompa air)
3. Nozzle Sprinkler
4. Pipa Paralon/PVC
5. Pipa Etilen
6. Rokcwool
7. Styrofoam
8. Larutan Nutrisi
9. Bibit Tanaman

Keuntungan dari Sistem aeroponik


Dalam kebanyakan situasi, pro kontra jauh lebih besar daripada ketika
individu menggunakan jenis proses budidaya tanaman. Pro Menggunakan, tertutup
tanah-kurang lingkungan sangat mengurangi (atau menghilangkan dengan total
tertutup sistem) ancaman terhadap tanaman seperti penyakit dan hama. Teknik
aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air, mengurangi jumlah
tenaga kerja manusia yang terlibat, dan biasanya 100% aman.
Karena akar ditunda di udara, tanaman menerima lebih banyak udara.
Sebuah pengaturan yang cermat sistem suspensiharus digunakan, meskipun,
sebagai akar kebutuhan untuk menggantung bebas dan datang dalam kontak
dengan apa-apa kecuali udara. Tanaman di lingkungan yang kaya oksigen dapat
dipertahankan melalui jatuh tempo dengan sebagai sedikit sebagai mikro-tetesan
air diperkaya nutrisi.
Oksigen tambahan yang tanaman menerima dan fakta bahwa tanaman
individu jauh lebih mengganggu pada setiap lanjutan lainnya (secara fisik)
meringankan pertumbuhan patogen berbahaya. Karena tanaman dalam jenis setup
menerima sinar matahari tidak ada, mereka memanfaatkan karbon-dioksida yang
kaya oksigen di udara untuk melakukan fotosintesis.
Selain karbon-dioksida, biasanya direkomendasikan bahwa sumber cahaya
buatan, seperti sistem yang rendah-energi lampu, akan digunakan untuk
melengkapi fotosintesis.
Berbagai Jenis Sistem aeroponik
Ada beberapa variasi sistem Aeroponik yang utama yang rendah tekanan,
tekanan tinggi, dan lebih besar-besaran yang komersial. Sistem tekanan rendah
yang cukup mudah untuk setup dan memelihara, tetapi umumnya yang paling tidak
efektif. Mereka menggunakan air waduk nutrisi-diinfus dan pompa kecil / jet untuk
memberikan nutrisi ke tanaman. Upaya untuk mempertahankan mereka, meskipun,
dan patogen berbahaya dan puing-puing yang cenderung untuk mengumpulkan di
waduk cenderung membuat sistem ini terjangkau untuk semua tapi sangat kecil
skala sistem atau demonstrasi.
Tekanan tinggi aeroponik menggunakan pompa tekanan tinggi yang
menyemprotkan larutan nutrisi yang kaya ke akar. Sistem ini juga disusun untuk
menyertakan perangkat pemurnian udara / air, polimer khusus, dan metode
sterilisasi hara; ini biasanya metode yang jauh lebih berkesinambungan tanaman
yang tumbuh baik untuk keluarga atau untuk tujuan komersial.
Sistem komersial menggunakan pompa tekanan tinggi, tetapi juga
menggunakan sistem yang lebih kompleks dari matriks biologis. Hal ini biasanya
terdiri dari pompa bertekanan teknologi, sistem anti-pathogen/disease, pemanasan
dan pendinginan aparat, foton-fluks lampu, dan proses otomatis dan terus menerus
dan perangkat lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang
bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan
oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi
lainnya.
Pengolahan tanah awalnya dilakukan secara konvensioal atau secara tradisional,
dengan menggunakan tenaga hewan ternak (sapi, kerbau, dan kuda). Seiring dengan
perkembangan zaman, pengolahan tanah konvensional diganti dengan pengolahan secara
modern menggunakan teknologi yang canggih. Alat-alat sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengolah tanah seperti cangkul, parang, sabit dll, sekarang diganti
dengan bajak dan garu yang di gandengkan dengan traktor. Secara empiris zaman dulu
manusia menggunakan tenaga hewan untuk membajak dan mengolah tanah. Sekarang
tenaga hewan ternak tersebut telah digantikan dengan tenaga mesin. Sehingga pengolahan
tanah menjadi lebih efisien dan efektif.
Pengolahan tanah merupakan proses merubah sifat - sifat fisik tanah dengan cara
memotong, membalik, memecah, atau membongkar tanah, sehingga tanah dapat diolah
untuk menanam. Pengertian lain, pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian
bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis,
maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik.
Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan
biologis terjadi secara tidak langsung.
Implemet Traktor dibedakan berdasarkan tahap pengolahannaya yaitu pengolahan
tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Masing-masing tahapan memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Pada pengolahan tanah pertama berfugsi untuk membalikan tanah,
menghancurkan tanah dan membongkar tanah, alat-alat yang digunakan dalam pengolahan
tanah pertama ialah : bajak singkal, baja piring, bajak rotari, bajak chisel dan bajak sub soil.
Sedangkan pada pengolahan tanah kedua berfungsi menggemburkan dan meratakan tanah.
Alat-alat yang digunakan pada pengolahan tanah kedua ialah : Garu piring, garu paku, garu
pegas, garu rotari, garu khusus, land roller dan pulverizers.
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan
Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Mugniesyah. 2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Universitas
Sumatera Utara
Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan
Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Yogyakarta.
Wijanto. 2002. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Aak (Tim Penyusun), 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta
Fadjria Novari Manan, ed. 1985/1986. Peralatan Produksi Tradisional dan
Perkembangannya Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta
Kartohadikoesoemo. Noerman, 1987. Traktor dan Alat Pertaniannya. Lembaga
Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta
Sihotang, B. 2012 . Traktor Tangan Alat dan Mesin Pertanian.
Wijanto, 1996, Sejarah Teknologi Pertanian. IPB. Bogor
Rizali. T, 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Unipersitas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai