Anda di halaman 1dari 5

NAMA :NURMA YUNITA APRIYANTI

NIM:856746026

1. Sejauh manakah Pengaruh keimanan dalam kehidupan manusia? Sebutkan tanda-tanda orang
yang bertaqwa !

Jawaban :

Pengaruh keimanan dalam kehidupan manusia akan membawa kepada hal-hal yang baik.
Iman akan menuntun manusia terhadap perbuatan-perbuatan yang terpuji dan semakin
mendekatkan diri pada pencipta.

Iman merupakan sebuah keyakinan yang muncul dari pemahaman diri tentang alam
beserta isinya yang berkaitan dengan kebesaran Sang Khaliq

2. Jelaskan fungsi dan peranan Manusia!

Jawaban :

peran manusia dalam Islam adalah sebagai manusia yang menaati segala yang
diperintahkan Allah swt. fungsinya adalah agar dapat pahala dan masuk surga.

3. Sebutkan karakter Masyarakat Madani?

Jawaban :

Karakteristik masyarakat madani menjelaskan bagaimana cara merealisasikan rencana


masyarakat. Berikut karakteristik Masyarakat Madani :

1. Free Public Sphere (Wilayah Publik yang Bebas), adalah masyarakat memiliki ruang
yang bebas untuk berpendapat, berorganisasi, memilih agama, besuku.

2. Demokrasi, merupakan karakteristik yang penting bagi masyarakat madani. Demokrasi


adalah tatanan sosial politik masyarakat madani, mereka dapat menyuarakan  pendapat
mereka secara bebas dan aman.

3. Toleransi, merupakan ciri khas dan menjadi komponen penting bagi masyarakat
madani. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain antar
masyarakat. 
4. Pluralism, merupakan syarat penting masyarakat madani. Pluralism merupakan sikap
mengakui dan menerima kenyataan di masyarat majemuk dengan nilai positif.

5. Keadilan Sosial (Social Justice), yaitu keseimbangan dalam tatanan sosial masyarakat
yang mencangkup, ekonomi, polotik, dan pengetahuan.

4. Jelaskan Macam-Macam  Hukum Syari’at!

Jawaban :

.1.Wajib: para ‘ulama’ memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain:


“Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu
ketentuan jika ditinggalkan mendapat adzab”

Contoh: makan atau minum dengan menggunakan tangan kanan adalah wajib hukumnya,
jika seorang Muslim memakai tangan kiri untuk makan atau minum, maka berdosalah dia.

Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus
dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.
Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar firman Allah
swt:

Advertisement
REPORT THIS AD

(63:‫اب أَلِي ٌم (النور‬ ِ ُ‫صيبَ ُه ْم فِ ْتنَةٌ أَ ْو ي‬


ٌ ‫صيبَ ُه ْم َع َذ‬ ِ ُ‫فَ ْليَ ْح َذ ِر الَّ ِذينَ يُ َخالِفُونَ عَنْ أَ ْم ِر ِه أَنْ ت‬

“….Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 63)
Dari ayat diatas telah jelas bahwa setiap orang yang melanggar perintah agama maka akan
ditimpa musibah atau adzab, dan orang yang ditimpa adzab itu tidak lain melainkan mereka
yang menyalahi aturan yang telah ditetapkan.

2. Sunnah:
“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak
berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi
tidak wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa”
Contoh: Nabi saw bersabda:

-‫رواه البخاري و مسلم‬- .‫ص ْم يَ ْو ًما َوأَ ْف ِط ْر يَ ْو ًما‬


ُ

Artinya: “Shaumlah sehari dan berbukalah sehari“. Hadits riwayat Imam Bukhari dan
Imam Muslim.
Dalam hadits ini ada perintah -‫ص ْم‬
ُ - “shaumlah”, jika perintah ini dianggap wajib, maka
menyalahi sabda Nabi saw yang berkenaan dengan orang Arab gunung, bahwa kewajiban
shaum itu hanya ada di bulan Ramadhan.

َ ‫ضانَ إِالَّ أَنْ تَطَّ َّو َع‬


..‫ش ْيئًا‬ َ ‫صيَ ِام؟ فَقَا َل‬
َ ‫ش ْه َر َر َم‬ َ ‫… َما فَ َر‬.
ِّ ‫ض هَّللا ُ َعلَ َّي ِمنْ ال‬

“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum) bulan
ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang sunnah)….” Hadits riwayat
Imam Bukhari.

Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan ramadhan
sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang pertama “shaumlah” itu
bukan wajib, maka ada 2 kemungkian hukum yang bisa diambil:
1. Sunnah
2. Mubah

Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada perintah yang
berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan
mendapat pahala jika meninggalkannya tidak berdosa.

Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman Allah swt:

َ ‫لِلَّ ِذينَ أَ ْح‬


ْ ‫سنُوا ا ْل ُح‬
-26 :‫يونس‬- .ٌ‫سنَى َو ِزيَا َدة‬

“Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan (akan mendapat) kebaikan dan (disediakan)
tambahan (atas kebaikan yang telah diperbuatnya)” –S.Yunus: 26-

Allah swt memberi kabar, bahwasanya siapa saja yang berbuat baik di dunia dengan
keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya, sebagai mana firman
Allah:

-60:‫ –الرحمن‬. ُ‫سان‬ ِ ّ‫سا ِن إِال‬


َ ‫اإل ْح‬ َ ‫َه ْل َجزَ ا ُء ا ِإل ْح‬

Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” S. Ar-Rahman: 60.

Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain mendapatkan
balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula tambahan yang disediakan, dan
tambahan ini bisa kita sebut sebagai “ganjaran”.

3. Haram:
“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang
melanggarnya, berdosalah orang itu“.

Contoh: Nabi saw bersabda:

-‫ –رواه الطبراني‬. َ‫الَتَاْتُوا ال ُكهَّان‬


“Janganlah kamu datangi tukang-tukang ramal/dukun“. Hadits riwayat Imam Thabrani.
Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu
dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.

Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang dipakai untuk
menetapkan pengertian wajib, yaitu Al-Qur’an S.An-Nur: 63.

4. Makruh:
Arti makruh secara bahasa adalah dibenci.
“Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan“.
Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“.

Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan
kita memberi hukum (tentang makan binatang buas) itu makruh.
Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat
Al-Qur’an Al-Baqarah: 173 yang berbunyi:

-173 :‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَ ْح َم ا ْل ِخ ْن ِزي ِر َو َما أُ ِه َّل بِ ِه لِ َغ ْي ِر هَّللا ِ… –البقرة‬

“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan
binatang yang disembelih bukan karena Allah….”

Kata ‫ إِنَّ َما‬dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk
membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan. Salah
satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf “innama” ini adalah:

ُ ‫إِنَّ َما أُ ِم ْرتُ بِا ْل ُو‬


َّ ‫ض ْو ِء إِ َذا قُ ْمتُ إِلَى ال‬
‫صالَ ِة‬

“Tidak lain melainkan aku diperintah berwudhu’ apabila aku akan mengerjakan shalat“.
Hadits riwayat Imam Tirmidzi.

Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan shalat. Lafazh
‫ إِنَّ َما‬pada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang diharamkan itu hanya empat
yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka kalau
larangan makan binatang buas itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang
melarang makan binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang
buas itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2
kemungkinan yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak tepat, karena Nabi
saw melarang bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi itu kita ringankan dan larangan
yang ringan itu tidak lain melainkan makruh. Maka kesimpulannya: binatang buas itu
makruh.

5. Mubah:
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang
mengerjakannya atau tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan
oleh Allah untuk mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa dikenakan siksa bagi
pelakunya”

Contoh: dalam Al-Qur’an ada perintah makan, yaitu:

ْ ‫س ِرفُوا إِنَّهُ الَيُ ِح ُّب ا ْل ُم‬


َ‫س ِرفِين‬ ْ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم‬
ْ ‫س ِج ٍد َو ُكلُوا َوا‬
ْ ُ‫ش َربُوا َوالَ ت‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan” Al-A’raf: 31

Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka
anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti
dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa
dielak dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka
perintah Allah dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian
hukum yang dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini
adalah bersifat keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika
suatu amal yang tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah.

5. Apa yang dimaksud Moralitas?jelaskan bahwa moralitas merupakan suatu ciri khas manusia?

Jawaban:

Moralitas bisa dikatakan sebagai salah satu ciri khas manusia berwujud kesadaran manusia
akan tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dilakukan dan dilarang, serta tentang yang
harus dilakukan dan tidak pantas dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari, pembentukan
moralitas pada diri seseorang biasanya dipengaruhi oleh agama, filsafat, kelompok sosial,
dan hati nurani.

1. Jelaskan 3 jenis Klasififikasi agama   ?


2. Jelaskan pengertian tentang etika, , moral, susila dan budi pekerti  berdasarkan
epistimologi ?
3. Jelaskan 4 pilar akhlak mulia dalam islam!

Anda mungkin juga menyukai