Anda di halaman 1dari 4

SYARIAH DAN FIQIH

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa di Indonesia ada dua


istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan hukum Islam yakni
syariah Islam dan fiqih Islam. Di dalam kepustakaan hukum Islam
berbahasa Inggris, syariah Islam disebut Islamic Law, sedang fiqih Islam
disebut Islamic Jurisprudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari’ah
Islam kadang-kadang dipergunakan istilah hukum syari’ah atau hukum
syara’, untuk fiqih Islam dipakai hukum fiqih.
Syari’ah adalah landasan fiqih, fiqih adalah pemahaman tentang
syari’ah. Kedua istilah itu terdapat di dalam al-Qur’an. Syari’ah misalnya
dalam surat al-Jatsiyah ayat 18, sedang fiqih dalam surat At-Taubah ayat
122. Namun demikian, untuk dapat memahaminya dengan baik dan
benar, dan untuk pengembangan hukum Islam, arti kedua istilah itu
harus dibedakan. Seorang ahli harus dapat membedakan mana hukum
Islam yang disebut hukum syari’ah dan mana hukum Islam yang disebut
fiqih.
Pada pokoknya perbedaan antara syari’ah dengan fiqih adalah
sebagai berikut:
1. Syari’ah terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, sedang fiqih
terdapat dalam kitab-kitab fiqih. Kalau kita berbicara syari’ah
yang dimaksud adalah firman Allah atau sabda Rasulullah SAW,
kalau kita berbicara fiqih yang dimaksud adalah pemahaman
manusia yang memenuhi syarat tentang syari’ah.
2. Syari’ah bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang
lebih luas dari fiqih. Fiqih bersifat instrumental, ruang
lingkupnya terbatas pada apa yang biasanya disebut perbuatan
hukum.
3. Syari’ah adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya,
karena itu akan berlaku abadi. Fiqih adalah karya manusia yang
dapat berubah atau diubah dari masa ke masa.
130 | Pendidikan Agama Islam
4. Syari’ah hanya satu, sedang fiqih mungkin lebih dari satu seperti
terlihat pada aliran-aliran hukum yang disebut madzaahib atau
madzhab-madzhab.
5. Syari’ah menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedangkan fiqih
menunjukkan keragaman dalam Islam.
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara syari’at dengan fiqih,
berikut penulis memberikan satu contoh, Allah berfirman:
ۡ ۡ ٗ ‫ ُكم بَ ۡع‬U‫ض‬
ِ َّ‫ؤَ ِّد ٱلَّ ِذي ۡٱؤتُ ِمنَ أَ ٰ َمنَتَهۥُ َوليَت‬UUُ‫ا فَلي‬U‫ض‬
۞ ‫ق ٱهَّلل َ َربَّ ۗۥهُ َواَل‬ ُ ‫ۖة فَإ ِ ۡن أَ ِمنَ بَ ۡع‬ٞ U‫ُوض‬
َ ‫ن َّم ۡقب‬ٞ َ‫فَر ٰه‬ ْ ‫َوإِن ُكنتُمۡ َعلَ ٰى َسفَ ٖر َولَمۡ تَ ِجد‬
ِ ‫ُوا َكاتِبٗ ا‬
٢٨٣ ‫يم‬ٞ ِ‫م قَ ۡلبُ ۗۥهُ َوٱهَّلل ُ بِ َما ت َۡع َملُونَ َعل‬ٞ ِ‫وا ٱل َّش ٰهَ َد ۚةَ َو َمن يَ ۡكتُمۡ هَا فَإِنَّ ٓۥهُ َءاث‬
ْ ‫ت َۡكتُ ُم‬

“…Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang


dipercayai itu menunaikan amanat yang diberikan kepadanya itu.” (QS
Al-Baqarah [2]: 283)
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang diberi amanat harus
menunaikan amant itu dengan sebaik-baiknya. Artinya, kalau ia diberi
titipan ia harus mengembalikan titipan itu, dan kalau ia memperoleh
pinjaman haruslah ia mengembalikan pinjaman itu. Akan tetapi kalau
barang itu hilang, atau misalnya A tidak mengembalikan barang
pinjaman itu, ketentuannya tidak disebutkan dalam ayat tersebut.
Karena itu timbullah masalah fiqih, yaitu masalah pemahaman maksud
ketentuan syari’ah tersebut. Madzhab Hanafi berpendapat bahwa A
harus mengganti kerugian yang diderita B sejumlah harga ketika barang
itu dibeli oleh B. Menurut pendapat Hanbali, A harus mengganti
kerugian B sebesar harga barang itu ketika hilang di tangannya.
Menurut Imam Syafi’i, A harus membayar kerugian B menurut harga
tertinggi yang terjadi antara barang itu dibeli dan dihilangkan oleh A.
Dari contoh tersebut, jelas bahwa pendapat sebagai hasil
pemahaman manusia, mungkin berbeda-beda. Inilah yang disebut fiqih,
ketentuan hukum yang dirumuskan oleh para mujtahid.
KANDUNGAN SYARIAH
Syariat Islam pada dasarnya mengandung ajaran agama Islam
berupa ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan tentang amaliah
atau perbuatan-perbuatan manusia. Perbuatan-perbuatan itu pada garis
besarnya bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu perbuatan yang
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan secara langsung dan
Pendidikan Agama Islam | 131
perbuatan yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya
dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Kandungan syariat itu ialah:
1. Masalah ibadah, yaitu perbuatan-perbuatan yang dilakukan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mengingat
kebesaran dan keagungan-Nya. Hal ini merupakan perwujudan
dari akidah dan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Dalam
bidang ini dikemukakan bagaimana hubungan manusia dengan
Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Ibadah yang dimaksud
adalah ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang bentuk-bentuk
upacaranya (rituanya) sudah ditentukan. Perbuatan-perbuatan
yang dimasukkan dalam bidang ibadah ini adalah: shalat dengan
bersesucinya, zakat, puasa, dan ibadah haji.
2. Masalah muamalah, yaitu perbuatan-perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan bermasyarakat. Perbuatan itu dikerjakan
sebagai jalan untuk menjaga ketertiban dan memperoleh
kebahagian serta mencegah mafsadah (kerusakan) dan
kemadharatan dalam kehidupan bersama. Dalam bidang ini
dikemukakan hubungan antara sesama manusia dalam pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat (interaksi sosial), baik antar
umat Islam maupun non-Islam. Sehingga dengan ketentuan
tersebut terciptalah ketertiban dan ketenteraman hidup,
keadilan dan kesejahteraan bersama.
Perbuatan-perbuatan yang bisa dimasukkan dalam
bidang ini antara lain masalah keluarga termasuk di dalamnya
masalah perkawinan, thalaq dan ruju’, masalah harta kekayaan
dan harta warisan, masalah jual beli, sewa-menyewa dan pinjammeminjam,
masalah jarimah atau tindak pidana, termasuk di
dalamnya jinayat dan hudud (hukuman), masalah makanan dan
penyembelihan, masalah jihad (peperangan) dan masalah
khilafah (kekuasaan pemerintahan).

Anda mungkin juga menyukai