Oleh :
Preseptor
NIP. 198309222009121005
2018
Abstrak
Bahan & metode : Proses peninjauan ditetapkan sebagai tinjauan sistematis sesuai dengan
pedoman Cochrane. Sebuah pencarian sistematis dilakukan di MEDLINE dan EMBASE
untuk mengidentifikasi studi yang membandingkan teknik otopsi dan pencitraan setelah
insiden penembakan fatal. Teknik otopsi dan pencitraan dibandingkan untuk item forensik
yang dinilai kembali: luka pintu masuk, luka keluar, lintasan peluru menembus tubuh, deteksi
fragmen logam dan identifikasi cedera yang relevan. otopsi adalah standar acuan dalam
penelitian.
Hasil : Dalam setiap studi tersedia minimal satu item dan maksimal lima item yang dapat
dibandingkan antara teknik pencitraan dan otopsi. Secara keseluruhan tujuh studi memenuhi
kriteria inklusi. Kualitas secara keseluruhan dan tingkat kedetailan dari studi ini tidak
memungkinkan untuk meta-analisis formal. Untuk mendeteksi luka masuk lima buah
penelitian dapat dipakai karena data korelasi teknik pencitraan dan otopsi tersedia, 100%
terdapat korelasi dalam 4 penelitian dan 69,2% korelasi dalm satu penelitian lainya. Lima
buah studi mempunyai data untuk menilai item luka keluar, dan 4 dari 5 studi tersebut
menunjukan korelasi 100% dan satu studi lain menunjukan korelasi 52,2%. Enam studi
menyediakan data pada jalur peluru dengan korelasi antara teknik pencitraan dan otopsi,
terdapat korelasi 100% pada empat studi dan sisanya 72,1% dan 80% dalam dua penelitian
lainnya. Untuk deteksi fragmen logam tiga studi menyediakan data dan semua studi ini
menunjukkan korelasi 100% antara hubungan teknik pencitraan dan otopsi. Dua penelitian
menyediakan data untuk mendeteksi cedera dengan korelasi antara pencitraan dan otopsi dan
hasilnya terdapat korelasi 100% dan 87,2% pada masing-masing studi.
Kata Kunci : Teknik Pencitraan Post Mortem, Otopsi Forensik, Korban Penembakan, CT
Post Mortem, MR Post Mortem, Investigasi Cedera Fatal Akibat Senjata Api
Tinjauan ini ditetapkan sebagai tinjauan sistematis mengikuti pedoman Cochrane [13].
2.3. Penilaian
Kualitas penelitian dinilai dengan menggunakan kriteria Kajian Penilaian Akurasi
Diagnostik (QUADAS-2) [14]. Kriteria ini mengevaluasi risiko bias dan penerapan dalam
empat domain; pemilihan kasus, tes indeks, standar referensi dan waktu antara standar
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
referensi dan studi indeks. Domain yang berbeda dinilai pada enam item yang dinilai sebagai
"ya", "tidak", atau "tidak jelas". Kedua pemeriksa melakukan penilaian kualitas secara
independen, dan jika tidak ada kesepakatan, mereka berusaha mencapai konsensus. Resensi
ketiga (PH) dikonsultasikan jika tidak ada konsensus yang bisa dicapai.
3. Hasil
Pencarian istilah penelitian pada database didapatkan hasil 827 penelitian. Setelah
dilakukan pemilihan berdasarkan judul, 175 penelitian tertinggal. 146 dari penelitian ini
kecuali setelah abstrak sudah dibaca. Setelah dianalisis semua bacaan, 6 penelitian tertinggal,
dan 1 penelitian ditambahkan melalui petunjuk dari sitasi (penandaan). Total penelitian ada
7 termasuk tinjauan pustaka. Proses pemilihan digambarkan pada diagram gambar pertama. 2
penelitian menyediakan hasil untuk semua poin. 5 penelitian lainnya memberikan informasi
satu atau lebih dari poin yang relevan . Hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
Tes QUADAS-2 menggambarkan bahwa semua penelitian berpotensi kuat untuk bias
(dapat dilihat pada tabel 2). Contoh, beberapa penelitian hanya memasukan kasus dengan
luka tembak tunggal pada kepala. Penggunaannya juga hal yang harus diperhatikan. Hanya
3 dari 7 penelitian yang tidak memperhatikan penggunaannya. Tingkat rincian data
bervariasi luas, contoh ukuran N=3 sampai N=91. Beberapa penelitian tidak mendeskripsikan
lintasan peluru secara terpisah tetapi menggunakan kata kata “semua lintasan peluru”. Untuk
mendapatkan data yang hilang, kita menghubungi penulis penelitian ini melalui email.
Sayangnya, banyak data yang tidak tersedia, baik karena itu bersifat rahasia atau penulisnya
tidak membalas. Karena berpotensi terjadinya bias, maka terdapat keterbatasan dalam rincian
tingkat penelitian ini, dan sedikitnya penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan meta
analisis. Data yang tersedia dilaporkan perpoin dan per penelitian (gambar 1).
Tabel 2. Risiko bias dan penggunaan penelitian dengan tes QUADAS 2. Poin dinilai dengan
“iya”, “tidak”, atau “tidak jelas (?)”
Gambar 1. Sebuah ilustrasi alur grafik mengenai proses seleksi yang dilakukan pada
penelitian
Tabel 4. Hasil menurut lintasan luka keluar tiap lintasannya. Pada semua penelitian otopsi
digunakan sebagai standar referensi. NA adalah tidak tersedia, N untuk nomor, TP adalah
positif asli, TN adalah negatif palsu, FP adalah positif palsu, FN adalah negatif palsu, Sens
adalah sensitivitas, Spec adalah spesifisitas.
Tabel 5. Hasil menurut lintasan dari peluru melalui tubuh tiap lintasannya. Pada semua
penelitian otopsi digunakan sebagai standar referensi. NA adalah tidak tersedia, N untuk
nomor, TP adalah positif asli, TN adalah negatif palsu, FP adalah positif palsu, FN adalah
negatif palsu, Sens adalah sensitivitas, Spec adalah spesifisitas.
Hanya 3 dari 7 penelitian yang melaporkan terdapatnya pecahan logam pada tubuh.
Semua penelitian menunjukan 100% hubungan antara teknik pencitraan dan autopsi. Peschel
dan kawan kawan mengatakan bahwa teknik pencitraan bisa menunjukan pecahan logam
lebih baik dari pada autopsi, tetapi asumsi ini tidak didukung oleh data yang ditunjukan oleh
hasil penelitian. Hasil dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil menurut kehadiran potongan logam pada tubuh. Pada semua penelitian otopsi
digunakan sebagai standar referensi. NA adalah tidak tersedia, N untuk nomor, TP adalah
3 dari 7 penelitian membandingkan teknik pencitraan dan autopsi sebagai luka yang
berhubungan. 2 penelitian menemukan 100% hubungan antara teknik pencitraan dan autopsi,
dimana Levy dan kawan kawan menunjukan bahwa CT bisa mengidentifikasi penemuan luka
pada autopsi 68 dari 78 kasus (87,2%). Hasil dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil menurut identifikasi cedera yang relevan. Pada semua penelitian otopsi
digunakan sebagai standar referensi. NA adalah tidak tersedia, N untuk nomor, TP adalah
positif asli, TN adalah negatif palsu, FP adalah positif palsu, FN adalah negatif palsu, Sens
adalah sensitivitas, Spec adalah spesifisitas.
4. Diskusi
Jurnal ini adalah peninjauan ulang sistematik yang pertama mengenai nilai diagnostik
dari PMCT (post mortem computed tomography)/ct scan post mortem dan PMMR (post
mortem magnetic resonance)/mri post mortem, pada kejadian penembakan yang
menyebabkan kematian. Namun data penelitian yang tersedia tidak memungkinkan untuk
dilakukan metaanalisis sehingga sebagian peninjauan ulang ini bersifat narasi. Disamping
masalah mengenai kualitas dari penelitian yang sudah ditinjau ulang, literatur menunjukan
bahwa PMCT mempunyai sensitivitas yang tinggi dalam mengidentifikasi item forensik
utama pada korban-korban penembakan dibandingkan referensi standar; yakni otopsi. Hal ini
berarti bahwa PMCT mungkin memainkan peran dalam pemeriksaan forensik dari korban
meninggal dari kejadian penembakan. Sebuah keterbatasan dari peninjauan ulang ini hanya
dapat menyediakan data PMMR pada 20 kasus. Sebuah penelitian telah menggunakan MRI
otak dengan klinis normal sebagai referensi anatomis. Namun tidak ada kesimpulan yang
dapat ditarik dari nilai diagnostik PMMR pada kejadian penembakan yang menyebabkan
kematian.
Otopsi forensik sudah digunakan pada pemeriksaan forensik medis selama bertahun-
tahun. Radiologi forensik adalah sebuah hal terbaru yang berpeluang menjadi alat independen
untuk investigasi forensik medis. Inovasi ini terus dikembangkan dan penelitian serta praktek
nya diharapkan lebih jauh berkembang dalam beberapa tahun kedepan.
5. Kesimpulan
Tinjau ulang ini menunjukan potensi teknik imaging dalam pemeriksaan forensik pada
korban tembakan yang meninggal dalam mengidentifikasi item forensik yang paling penting
pada korban tembak. Disamping kekhawatiran mengenai kualitas penelitian, tinjau ulang ini
menunjukan PMCT memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mengidentifikasi item forensik
utama pada korban tembak dibandingkan dengan referensi standar yakni otopsi. Namun, ada
beberapa masalah yang belum dapat diselesaikan yang harus dipelajari pada penelitian yang
sistematis dan prospektif berikutnya.
1. Deskripsi Umum
a. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat tinjauan ulang sistematik (systematic review) tanpa meta-
analisis
Populasi target
teks lengkap artikel dari database ilmiah (Science Direct dan Pubmed) dan
Google Scholar menggunakan MEDLINE dan EMBASE yang diterbitkan
dalam 50 tahun terakhir (1966 sampai 1 April 2016) dengan menggunakan
frasa kunci : CT, computed tomography, magnetic resonance, virtopsi atau
otopsi virtual yang dikombinasikan dengan minimal salah satu dari poin
berikut : jarak atau suara tembakan, senjata-tembak, tembakan-tembakan
senjata, peluru, pelor, balistik, ilmu balistik, proyektil atau peluru.
Populasi terjangkau
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah artikel ilmiah atau jurnal yang relevan
dengan kata kunci : otopsi dan CT post mortem atau MR post mortem
yang dilakukan, pemeriksaan dilaksanakan setelah kejadian penembakan
fatal, dan hasil perbandingan antara kondisi post mortem dan pencitraan.
Penemuan otopsi sebagai standar referensi. Penelitian melibatkan praktik
medis, operasi medis pada pasien hidup atau penggunaan alat medis dan
tidak melibatkan penelitian mengenai studi kasus.
d. Variabel
Variabel pada penelitian ini adalah nilai diagnostik post mortem CT dan
MR pada kejadian penembakan fatal
Pada penelitian ini hasil dipengaruhi oleh bias sesuai dengan kriteria uji
QUADAS-2 (Penilaian Kualitas dan Ketepatan Diagnostik Pada Penelitian).
Risiko bias yang dinilai meliputi seleksi pasien, uji indeks, standar referensi dan
aliran serta waktu penelitian. Seperti pada kasus yang hanya melibatkan tembakan
tunggal pada kepala, atau pada data yang tingkat kerinciannya bervariasi dan
penelitian yang tidak mendeskripsikan lintasan peluru secara terpisah.
3. Validitas Eksterna
c. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas