Anda di halaman 1dari 27

DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL DAN DILEMA ANTARA

KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN


MASYARAKAT

Dosen pembimbing : Dr. Yulianto,S.Kep.,Ns.,M.M


Nama kelompok :
1. Dena Sabrina Putri(0119008)
2. Elfita Rasalhaque Ibrahim(0119013)
3. Grasela(0119023)
4. Gigin Pidhiana(0119038)
5. Putri Nur Elya Risma(0119041)
6. Ulfatul Izzah(0119049)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kam panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “ Dinamika Interaksi Sosial Dan
Dilema Antara Kepentingan Individu & Kepentingan Masyarakat “
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tugas ini bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyusun makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT.

Akhir kata semoga ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Terutama
bagi teman-teman yang ingin menerusan karya tulis ini sehingga menjadi lebih baik
lagi.

Mojokerto, 26 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..4

1.3 Tujuan .................................................................................................................4

BAB II ISI

2.1 Dinamika interaksi sosial…………………………………………………………6

2.1.1 Pengertian interaksi sosial ................................... ....................................6

2.1.2 Syarat terjadinya interaksi ........................................................................7

2.1.3 Bentuk interaksi sosial...............................................................................10

2.2 Dinamika antara kepentingan individu & kepentingan masyarakat……………….19

2.2.1 Pandangan individualism…………………………………………………..20

2.2.2 Pandangan sosialisme………………………………………………………21

2.2.3 Problematika,solusi,pencegahan & solusi mengatasi………………………24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………26


3.2 Saran…………………………………………………………………………26

3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua manusia pastilah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dengan orang-orang
di sekitarnya. Dalam bersosialisasi, semua pasti mengalami beberapa balasan yang
beraneka ragam, baik dalam hal positif maupun negatif. Interaksi semua individu
maupun kelompok dengan pihak lain menimbulkan komunikasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Namun, baik individu maupun kelompok memiliki sifat dan kepentingannya sendiri
dalam berinteraksi dengan pihak lain, baik dengan individu maupun kelompok lain.
Dalam proses interaksi ini, tak jarang muncul dilemma-dilema yang bertentangan antar
kepentingan. Pengendalian diri yang baik akan memberikan timbal balik yang juga baik,
sehingga dapat tetap menjaga hubungan antar sesame.
Maka dari itu, Penulis mencoba menjabarkannya dalam makalah ini, berupa
pembahasan tentang berbagai macam bentuk interaksi sosial, hingga macam-macam
dilema antar kepentingan, sehingga pembaca dapat mengetahui dengan lebih baik, sikap
apa yang seharusnya diambil dengan situasi yang sedang dihadapi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian interaksi sosial ?
1.2.1 Apa saja bentuk-bentuk dari interaksi sosial?
1.2.2 Bagaimana macam-macam dilema antara kepentingan individu dan kelompok?
1.2.3 Bagaimana interaksi yang terjadi dalam masyarakat kini?

1.3 Tujuan
Pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang pengertian ,bentuk-
bentuk interkasi sosial dan macam-macam dilema antar kepentingan.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Interaksi Sosial


2.1.1 Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik
antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok
manusia. Bentuk interaksi social adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan
pertikaian.
Apabila ada dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi
sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur
kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau
keringat sudah terjadi interaksi social karena telah mengubah perasaan atau saraf
orang yang bersangkutan untuk menentukan tindakan.
Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak
apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Interaksi sosial
tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan
yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak
berpengaruh terhadap sistem sarafnya sebagai akibat
hubungan yang dimaksud.

Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun
dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran
yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan
interpretative process.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi
bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat
terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang
dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras.

5
Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan
berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi
ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas.
Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak
intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang
Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat
adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan
yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi
situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi
ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh
individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan
individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling
melakukan akasi, berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian
interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi salaing mempengaruhi
antara individu dengan individu, antara individu dankelompok dan antara kelompok
dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial
dimana yang menyangkut hubungan antarandividu, individu dan kelompok antau
antar kelompok.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)

Ciri-ciri sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut.


1. Pelakunya lebih dari satu orang.
2. Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang
berlangsung.

6
2.1.2 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan
komunikasi. Kontak sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama,
dan tango yang artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah
bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan
sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada
kontak langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya.
Kontak sekunder terjadi dengan perantara. Kontak sekunder langsung, misalnya
melalui telepon, radio, TV, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu
1. Kontak antarindividu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan
budaya sekolah.
2. Kontak antarindividu dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar
di suatu kelas tentang suatu pokok bahasan.
3. Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting
antarkelas.
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang
memberi reaksi berupa tindakan terhadap maksud orang
lain tersebut. Misalnya, jika Anda melambaikan tangan
di pinggir jalan atau halte bus maka salah satu bus yang
lewat pasti akan berhenti. Jadi, komunikasi merupakan
proses saling memberi penafsiran terhadap tindakan atau
perilaku orang lain.

Syarat terjadinya interaksi adalah :


1. Adanya kontak sosial
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau
“cum” yang artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh . Jadi
kontak berarti sama-sama menyentuh.Kontak social ini tidak selalu melalui interaksi

7
atau hubungan fisik, karena orang dapat melakuan kontak social tidak dengan
menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon dsb.
Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social
mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu pertentangan
atau konflik berarti negative.
Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social primer
terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misanya kontak
antara guru dengan murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi apabila interaksi
berlangsung melalui perantara. Missal percakapan melalui telepon, HP dsb.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak
yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu :
a. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau
perasaan atau pemikiran pada pihak lain.
b. Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran,
informasi.
c. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
d. Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan.
e. Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi pada
komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.

Ada tiga tahapan penting dalam komunikasi:


1. Encoding
Pada tahap ini gagssaan atau program yang akan dikomunikasikan
diwujudkan dalam kalimat atau gambar. dalam tahap ini komunikator harus
memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh
komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang
membingungkan komunikan.

8
2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk
kalimat dan gambar disampaiakan . Penyampaian dapat berupa lisan dan
dapat berupa tulisan atau gabungan dari duanya.
3. Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna fdan memahami kalimat serta
gambar yang diterima menuruy pengalaman yang dimiliki.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)

Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas pelbagai faktor, antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Imitasi adalah proses atau
tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan
gaya hidup. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan
individu terhadap individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan
apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional. Identifikasi adalah upaya yang
dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya.
Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan
seorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok karena sikap,
penampilan, atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh,
atau stimulasi yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang
diberi motivasi melaksanakannya secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati
adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik
suka maupun duka.

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :


1. Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Faktor imitasi mempunyai peranan
sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah
bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah – kaidah yang
berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa
seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja.

9
2. Sugesti
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap
yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika
sipenerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat
bewrfikir rasional.
3. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
 orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orang tua, ulama, dsb.
 Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
 Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
 Reklame atau iklan media masa.
4. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
5. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada
pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya
berasa dalam keadaan orang lain.
6. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi
kejiwaan dan fisik seseorang.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)

2.1.3 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah
akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada
interaksi sosial yang bersifat positif, yaitu mengarah pada kerja sama antarindividu
atau antarkelompok. Interaksi sosial yang dimaksud adalah interaksi sosial yang
bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang mengarah pada bentuk-bentuk
pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut dengan interaksi sosial yang
bersifat disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti kerja sama,
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif
mencakup persaingan, kontroversi, dan permusuhan.

10
Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial
dapat beragam. Dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu
dengan kelompok, dan interaksi antarkelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada
interaksi yang disebabkan oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi,
dan empati. Ada interaksi yang berbentuk kerja sama dan ada interaksi yang berbentuk
pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, ada interaksi yang
asosiatif dan interaksi yang disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa
interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai makhluk
sosial pastilah melakukan interaksi sosial dalam kerangka hidup bersama itu.

Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan


tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan
untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting),
meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan
(bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan
(differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari
(avoiding), dan memutuskan (terminating).
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas. Menurut mereka,
ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial:

A. Proses Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama
dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di
kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.
Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam
pembagian kerja serta balas jasa yang akan
diterima. Dalam perkembangan selanjutnya,

11
keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya
rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya
(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja
sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan:
 Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
 Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil
perintah atasan atau penguasa
 Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
 Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian
atau unsur dari sistem sosial.

Macam – macam bentuk kerjasama:


 Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih.
 Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah
satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
 Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih

12
tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti: menujuk pada suatu keadaan
dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya
suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-
norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi
menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan
oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu
proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan,
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan
pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu:
 Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai
akibat perbedaan paham
 Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer
 Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya
terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang
dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
 mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

13
Bentuk-bentuk Akomodasi:
 Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena
adanya paksaan
 Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
 Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
 Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
 Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
 Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-
proses mental dengan memerhatikan kepentingan
dan tujuan bersama.

Proses Asimilasi timbul bila ada :


Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan
sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu
yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri

14
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi
(interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini: Interaksi sosial
tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi
juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau
pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer.
Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola
tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus
dicapai dan dikembangankan.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah


toleransi.
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu
seringkali menimbulkan faktor perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan
yang dihadapi, perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri
badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi In-Group-
Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling
berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok
dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila
golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan
pertentangan-pertentangan pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam
pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa
dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi
sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

15
B. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk
dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga
sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan
analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga
bentuk, yaitu:

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum
(baik perseorangan maupun kelompok manusia)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum:
 Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan.
Tipe ini dinamakan rivalry.
 Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Bentuk-bentuk persaingan:
 Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan
dengan jumlah konsumen
 Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
 Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.

16
 Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini
disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan
lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :


 Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu
masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang
bersaing.
 Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan
berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang
sesuai dengan kemampuannya.
 Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)

b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo
von Wiese dan Howard Becker ada 5: yang umum meliputi perbuatan seperti
penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana, yang sederhana seperti
menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat
selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain,
dst. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas
desus yang mengecewakan pihak lain, yang rahasia,
mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang
taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
i. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang
sudah mengalami perubahan yang sangat cepat

17
ii. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam
keluarga.
iii. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan
golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan
mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

Tipe Kontravensi :
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
i. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity
struggle)
ii. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat
(intercommunity struggle)

c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)


Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya
dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada
hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu.
2. Perbedaan kebudayaan.
3. Perbedaan kepentingan.

Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara


kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda
bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan

18
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam
satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan:


1. Tambahnya solidaritas in-group.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok
tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan
kelompok tersebut.
2. Perubahan kepribadian para individu.
3. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
4. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)

2.2 Dinamika Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan


Masyarakat
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada
pernyataan yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus
saya utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan masyarakat
tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini
munculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang menjadi paham atau aliran
bahkan ideologi yang dipegang suatu kelompok masyarakat.

Makna Individu, manusia sebagai makhluk individu. Makhluk individu berarti


makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan
raganya.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti
makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu
merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk

19
kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Sehubungan dengan itu,
Fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai makhluk individu adalah sebagai
berikut: kepribadian adalah organisasi diamis dari sistem-sistem psycho-physic
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan, 1980:28)
Makna masyarakat menurut R. Lintom: bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka
itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
(Abu Ahmadi. 2009. Ilmu Sosial Dasar)

2.2.1 Pandangan Individualisme


Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia
sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain.
Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia memiliki hak-hak yang tidak
boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu dipenuhi maka kehidupan manusia
akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu-individu.
Jika individu-individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka masyarakatpu akan
sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang
harus diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi
yang harus diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi
sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan
dirinya. Paham individualiasme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa ini
bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah
suatu paham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap
individu berada pada posisi yang sedrajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
Liberalisme memberi kebebasan manusia untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup, baik dalam politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Bebarapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:

20
a. Penjamin hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya
berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik, berfungsi sosial.
b. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
Prinsip ini juga mengandung oengertain membiarkan setiap orang untuk
melakukan berbagai aktivitas untuk kepentingan sendiri. Pemenuhan akan
kepentingan sendiri-sendiri diyakini akan membawa kemakmuran bersama.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer, sedangkan
masyarakat adalah sekunder. Bila individu mendapat kebebasan dan kepuasan
maka masyarakat akan mendapat kemakmuran.
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingan masing-masing.

Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan


berbicara, berpendapat, brserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia.
Liberalisme dalam bidang ekonomi menghasilkan kapitalisme dan pasar bebas.
Sedangkan dalam bidang sosial budaya adalah kebebasan individu untuk
mengekprisikan sikap, perilaku, seni, dan budayanya. Kebebasan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan
antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa
diatur melaui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian
hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptkan
tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

2.2.2 Pandangan Sosialisme


Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan .
Masyarakat tidak sekedar kumpulan dari individu. Masyarakat merupakan entitas yang
besar dan berdiri sendiri dimana individu-individu itu berada. Individu dan
kepribadiannya dianggap sebagai alat dan mesin raksasa masyarakat. Kedudukan
individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hillang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya
dalam suatu komunitas atau kelompok. Indivudu terkait pada komitmen suatu
kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak
belakang dengan pandangan sosialisme.

21
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan
masyarakat yang utama, bukan kepentingan individu. Sosialisme adalah paham yang
mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras,bebas dan sejahtera bebas
dari penguasaan individu atas hak milik dan alat- alat produksi.
Dalam sejarahnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas paham individualis
liberalisme. Kebebasan individu yang diyakini dapat memaksimalkan pemenuhan
kesejahteraan ternyata banyak menimbulkan ketidak adailan antar induvidu itu sendiri.
Individu yang memiliki kemampuan bisa sejahtera, tetapi individu yang tidak mampu
akan tetap miskin dan semakin tersisih. Dengan demikian, dalam masyarakat timbul
ketidak adilan dan kesenjangan. Kelompok masyarakat seperti anak-anak, wanita,
buruh, para pekerja hanya dieksploitasi oleh orang- orang yang mampu, terutama yang
menguasai hak milik dan alat produksi dalam suatu masyarakat. Sosialisme muncul
dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih
oleh sistem liberalisme, mendapat keadilan, kebebasab, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan msyarakat yang lebih luas. Masyarakat
yang lebih penting dari individu. Dalam sosilisme yang radikal/ekstrem cara untuk
meraih hal itu adalah dengan menghilang hak pemilikan dan penguasaan alat alat
produksi oleh perorangan.
Paham individualisme liberal dan sosilisme sama-sama tumbuh di Eropa Barat
pada abad ke 18-19. Individualisme dipelopori oleh para tokoh, antara lain Jeremy
Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobbers, John Lucke, Rousseau, dan Montesquieu.
Sedangkan pemikiran sosialis ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858),
Lousi Blanc, dan Proudhon. Ideologi marxisme termasuk dalam varian sosialisme.
Ajaran marxsisme di peloporin oleh karl marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia. Dalam Deklaration of Independence Amerika Serikat
1776, orientesinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu
yang bebas merdeka, tidak seorang berhak mencapuri urusan pribadinya. Manusia
adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam
Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada

22
hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini, manusia sebagai
makhluk pribadi tidak dihargai, pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Lalu bagaimana kita mengoposisikan diri dari kedua pandangan tersebut?
Kepentingan manakah yang harus di utamakan, kepentingan diri (privat) atau
kepentingan masyarakat (publik)? Pilihan atas hal tersebut sesungguhnya secara
filosofis dapat kita kembalikan pada ke dua pilaihan dari ideologi tersebut.
Jika kita simak lebih lanjut, kedua pandangan di atas mengidap kelemahannya
masing-masing. Kebebasan perseorangan merupakan inti dari ajaran individualaisme
liberal dalm pelaksanaannya justru mengingkari asas ajarannya sendiri, yaitu
persamaan. Individualisme liberal dapat minimbulkan ketidak adilan, berbagai bentuk
tindakan tidak manusiawi, imperalisme, dan kolonialisme baik dalam bentuk lama
maupun baru. Persaingan bebas dan menimbulkan kesenjangan antara orang kaya dan
orang miskin. Liberalisme mungkin membawa manfaat dikehidupan politik, tetapi
tidak dalam laoangan ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk tang ekstrem (marxisme/komunisme), tidak menghargai
manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara
komunis, mungkin terjadi kemakmuran msyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia
belum tentu terjamin. Negara komunis mudah menjadi negara otoriter yang memasung
hak-hak dasar manusia maupun warga negara.
Dalam negara Indonesia yang berfalsafah Pancasila, hakikat manusia dipandang
memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut pandangan filsafat
Pamcasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini tidak
sekadar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi
secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Sekali lagi, manusia bukanlah makhluk individu dan sosial. Frans
Magnis Suseno (2001), menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara
hakiki bersifat sosial dan sebagai individu manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan
ungkapan “Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam
buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman
sarinya internasionalisme,” (Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni
antara individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia diungkapkan dalam sila kedua

23
dan ketiga Pancasila. Sila kedua mengungkapkan penghargaan masnusia sebagai
makhluk yang memiliki harkat dan martabat luhur, karena itu harus dihargai dan
dijunjung tinggi. Konkritisasi atas hal tersebut adalah adanya jaminan atas hak asasi
manusia dan hak-hak warga negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan. Bangsa
Indonesia memiliki prinsip menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Namun, demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan
hak-hak dasar setiap warga negara.

2.2.3 Problematika, Solusi Pencegahan, dan Solusi Mengatasi


A. Problematika
  Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada
yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya
utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat
saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini
memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang, yakni pandangan
sosialisme dengan pandangan individualisme. Kedua pandangan ini justru
berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat.
  Apabila kita sebagai manusia salah memilih kepentingan mana yang harus
didahulukan, tentunya akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Hal itu tentunya sangat lumrah karena manusia memiliki perasaan peka terhadap
suatu situasi.
  Tetapi, kebanyakan manusia lebih sering mengutamakan kepentingan individu
daripada kepentingan masyarakat. Padahal manusia adalah mahkluk sosial yang
dimana hendaknya lebih memilih kepentingan bersama ketimbang kepentingan
pribadi.  Boleh kita menomor satukan kepentingan individu tapi jangan sampai
kepentingan tersebut mengganggu kepentingan orang lain.
 

24
B. Solusi Pencegahan
  Solusi pencegahan ini bisa dilakukan agar kita tidak merasakan dilema yang
cukup membuat kitaserba salah untuk memilih antara kepentingan individukah atau
kepentingan masyarakatkah yangharus kita dahulukan. Tetapi kita juga harus ingat
bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Kita tidak bisahidup tanpa bantuan orang lain.
  Solusinya adalah sebagai berikut:
  1. Bersikap bijaksana dan adil.
  2. Menentukan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
  3. Memahami dan menerapkan konsep Pancasila di kehidupan sehari-hari.

C. Solusi Mengatasi
  Solusi mengatasi ini bisa kita lakukan pada saat kita sudah atau sedang
merasakn dilema antaramemilih kepentingan individu atau kepentingan masyarakat.
  Solusinya adalah sebagai berikut:
  1. Menenangkan pikiran dan mempelajari hal apa yang didilemakan.
  2. Harus mementingkan kepentingan yang lebih mendesak.
  3. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki
(Aris Ramadhan. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentongan Masyarakat,
diakses tanggal 14 Oktober 2015)

25
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut
hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara
orang dengan kelompok manusia.
3.1.2 Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative, primer dan bersifat skunder.
3.1.3 Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas beberapa faktor, antara lain
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
3.1.4 Bentuk-bentuk interaksi sosial antara lain akomodasi, kerja sama, persaingan,
dan pertikaian
3.1.5 Individualisme memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain.
3.1.6 Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme
adalah suatu paham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta
memandang setiap individu berada pada posisi yang sedrajat dalam
kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
3.1.7 Pandangan sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan. Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa
kepentingan masyarakat yang utama, bukan kepentingan individu.

3.2 Saran
Dalam sebuah interaksi, terdapat kontak antar pihak yang dapat menimbulkan reaksi
balik, baik positif maupun negatif. Seharusnya kita mempelajari lebih lanjut tentang
karakter setiap individu yang berkomunikasi dengan kita, sehingga kita dapat mengerti
arti reaksi mereka dan dapat meminimalisir kesalah pahaman.
Dalam pandangan antar kepentingan, baik individu maupun kelompok, hendaknya kita
berfikir lebih terbuka, sehingga dapat menentukan pandangan mana yang cocok dengan
pribadi kita. Sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik pada masyarakat nantinya.
Toleransi antar masyarakat harus lebih diperhatikan, karena masih ada konflik yang
menyangkut ras ataupun agama yang bahkan menimbulkan konflik antar masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto. Winarno 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD).


Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. 2011. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, (online),
https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan-
dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/, diakses 1 Oktober 2015.
Aris Ramadhan. 2015. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentongan
Masyarakat, (online),
http://www.academia.edu/6740391/Dilema_Antara_Kepentingan_Individu_dan_Ke
pentingan_Masyarakat, diakses 14 Oktober 2015.

27

Anda mungkin juga menyukai