Anda di halaman 1dari 20

Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Ketersediaan Arus Kas terhadap

Kinerja Perusahaan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


Indonesia Periode 2011-2015

Annisa Widya Wulandari Putri, Imo Gandakusuma

Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia

Email: ichannysa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja
perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Penelitian ini
menggunakan regresi data panel dengan fixed effect model pada 81 sampel perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan net working capital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (return on
assets dan Tobin’s Q ratio), sementara net working capital dan ketersediaan arus kas (operating cash flow)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q ratio).

Kata kunci: modal kerja, ketersediaan arus kas, kinerja

Analysis of the Effect of Working Capital and Cash Flow Availability on Firm
Performance in Manufacturing Sector Listed in Indonesian Stock Exchange for Period
2011-2015

Abstract

This study aims to analyze the effect of working capital and cash flow availability on firm performance in
manufacturing sector listed in Indonesian Stock Exchange for period 2011-2015. This study uses panel data
regression with fixed effect model on a sample of 81 firms. The results of this study show net working capital has
significant influence on firm performance (return on assets and Tobin’s Q ratio), while net working capital and
cash flow availability (operating cash flow) has significant influence on firm performance (Tobin’s Q ratio).

Keywords: net working capital, cash flow availability, performance

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Pendahuluan

Persaingan bisnis yang semakin tinggi, mendorong perusahaan untuk selalu menunjukkan
kinerja terbaiknya yang akan menarik minat investor untuk berinvestasi. Untuk itu,
perusahaan memerlukan pendanaan agar tetap bisa menjalankan aktivitas perusahaan dalam
upaya meningkatkan kinerja. Pendanaan ini digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari dan juga membiayai investasi jangka panjang. Pendanaan menjadi hal
yang penting karena kesalahan dalam pengambilan keputusan pendanaan akan mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan
operasional sehari-hari disebut modal kerja. Nazir dan Afza (2009) berpendapat bahwa
dengan memahami pentingnya modal kerja, perusahaan dapat meminimalkan risiko dan
meningkatkan kinerja.

Net working capital (NWC) yang sedikit berarti investasi yang lebih rendah di modal kerja,
sementara NWC yang besar menunjukkan investasi yang lebih tinggi di modal kerja. NWC
yang lebih tinggi dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan karena bisa memacu
penjualan mencegah interupsi produksi, memperkuat hubungan jangka panjang antara
perusahaan dengan pelanggan, dan mempengaruhi akuisisi barang dagangan pada saat
permintaan rendah (Baños-Caballero et al., 2010; Blinder dan Maccini, 1991; Ng et al., 1999;
Emery, 1987 dalam Afrifa, 2016). Namun, diketahui juga bahwa investasi berlebihan di
modal kerja mungkin menjadi penyebab dasar kebangkrutan sebuah perusahaan (Soenen,
1993 dalam Afrifa, 2016). Hal ini karena investasi modal kerja merupakan jumlah uang yang
ditahan perusahaan, yang seharusnya bisa diinvestasikan untuk peluang yang menguntungkan.

NWC yang lebih tinggi berarti bahwa perusahaan harus mencari alternatif dari pembiayaan
investasi modal kerja (Kieschnick et al., 2011 dalam Afrifa, 2016). Namun, ada biaya yang
terlibat dengan meningkatkan pendanaan, dimana pembiayaan eksternal lebih mahal
dibandingkan pembiayaan internal (Afrifa, 2016). Sifat mahal pembiayaan eksternal berasal
dari masalah informasi asimetris antara investor dan manajemen (Baños-Caballero et al.,
2014). Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan arus kas perusahaan akan membantu
meningkatkan kinerja working capital management (WCM).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meminimalkan investasi modal kerja akan


menghasilkan kinerja yang lebih tinggi karena kurangnya pembiayaan secara umum dan
pembiayaan eksternal yang mahal (Baños-Caballero et al., 2014). Autukaite dan Molay

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
(2011) menyatakan bahwa melalui manajemen modal kerja yang efektif, dapat mengurangi
ketergantungan pada pembiayaan dari luar, menurunkan biaya pendanaan dan menikmati
fleksibilitas keuangan. Ganesan (2007) dalam Afrifa (2016) menegaskan bahwa mengurangi
investasi di modal kerja mengarah pada sedikitnya kebutuhan untuk pembiayaan dan
sedikitnya biaya modal, yang meningkatkan ketersediaan kas untuk pemegang saham.

Bukti lain juga menunjukkan bahwa ketersediaan arus kas akan meningkatkan investasi di
modal kerja. Chiou et al. (2006) memberikan bukti mengenai pengaruh arus kas terhadap
investasi di modal kerja dan menunjukkan bahwa perusahaan dengan arus kas yang lebih
besar memiliki investasi yang lebih tinggi di modal kerja. Hill et al. (2010) menunjukkan
bahwa perusahaan dengan kapasitas arus kas internal yang tersedia dan akses pasar modal,
berinvestasi lebih banyak di modal kerja. Sebagaimana pendapat Baños-Caballero et al.
(2014), tingkat modal kerja yang positif memerlukan pembiayaan dan ketersediaan arus kas
memainkan peran penting dalam hubungan antara WCM dan kinerja perusahaan.

Investasi di modal kerja sensitif terhadap ketersediaan arus kas menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki kapasitas lebih besar untuk menghasilkan keuangan internal,
memiliki tingkat aset lancar yang lebih tinggi (Fazzari dan Petersen, 1993 dalam Afrifa,
2016). Baños-Caballero et al. (2014) mempertimbangkan adanya kemungkinan pengaruh arus
kas terhadap hubungan antara WCM dan kinerja perusahaan, menyatakan bahwa terdapat
concave relationship antara WCM dan kinerja perusahaan tetapi menjadi convex association
setelah memperkenalkan kondisi keuangan. Dapat disimpulkan WCM berperan sangat
penting dalam sebuah perusahaan. Dengan manajemen modal kerja yang efektif dan efisien,
perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya.

Penelitian di Indonesia yang dilakukan Astuti (2014) memberikan hasil yang berbeda dengan
teori mengenai pengaruh modal kerja terhadap kinerja. Ditemukan modal kerja dapat
menurunkan nilai perusahaan yang bisa terjadi apabila modal kerja yang dimiliki perusahaan
menjadi berlebihan. Jika perusahaan berlebihan berinvestasi pada modal kerja, maka
perusahaan akan kehilangan peluang investasi lain yang lebih menguntungkan. Hal ini berarti
perusahaan tidak efektif dalam melakukan pengelolaan modal kerja. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Andini dan Wirawati (2014) menemukan semakin besar arus kas yang terdapat
pada perusahaan, maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin menurun, demikian juga
sebaliknya. Hasil ini dikarenakan arus kas yang berlebihan memiliki dampak negatif pada
profitabilitas perusahaan dan valuasi saham. Selain itu, terlalu banyak arus kas akan

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
mengakibatkan ketidakcukupan internal dan pemborosan sumber daya perusahaan, sehingga
mengarah ke biaya agensi sebagai beban dari pemegang saham.

Dalam penelitian ini, digunakan perusahaan yang terdaftar dalam sektor manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Di Indonesia, industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap perekonomian dan terus berkembang. Menurut Kementrian
Peridustrian Republik Indonesia, kinerja industri manufaktur sepanjang tahun 2015 mencapai
Rp 2.097,71 T atau berkontribusi 18,1% terhadap Produk Domestik Bruto nasional, dengan
sokongan terbesar dari sektor makanan dan minuman, barang logam, alat angkutan serta
industri kimia, farmasi, dan obat tradisional. Kementrian Peridustrian Republik Indonesia
juga menargetkan kontribusi sektor manufaktur dapat meningkat lagi menjadi 18,5% di tahun
mendatang. Selain itu, dapat dilihat laju pertumbuhan produksi industri manufaktur dari tahun
2012-2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia sebagai berikut.

Pertumbuhan  Produksi  Industri  Manufaktur  


Pertumbuhan  Produksi  (%)  

16   7.51  
14  
12   5.71  
4.91  
10   4.06  
8   6.10  
 

4.76   4.76  
6   4.12  
4  
2  
0  
2012   2013   2014   2015  
Tahun  
Industri  Manufaktur  Mikro  dan  Kecil   Industri  Manufaktur  Besar  dan  Sedang  

 
Gambar 1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 2012-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)

Gambar 1 menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro


dan kecil dari tahun 2012 ke 2013, yaitu dari 4,06% menjadi 7.51%. Selanjutnya pada tahun
2014, mengalami penurunan menjadi 4,91% dan akhirnya meningkat lagi menjadi 5,71%
pada tahun 2015. Selain itu, dapat diketahui juga pertumbuhan produksi industri manufaktur
besar dan sedang yang mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 4,12% ke tahun 2013
sebesar 6,10%. Kemudian pada tahun 2014, mengalami penurunan menjadi 4,76%. Pada
tahun 2015 tingkat pertumbuhan tetap sama seperti tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4,76%.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Dapat disimpulkan, perusahaan dalam sektor manufaktur mengalami pertumbuhan yang
cukup baik sehingga relevan untuk menjadi sampel penelitian ini.

Perumusan masalah menjabarkan bahwa modal kerja tidak boleh berlebihan maupun
kekurangan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif
karena dana yang tersedia tidak digunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan dan
kekurangan modal kerja menunjukkan kegagalan perusahaan dalam mengelola aset lancar dan
utang lancarnya. Apabila perusahaan tidak bisa mempertahankan modal kerja yang cukup,
kemungkinan perusahaan akan berada dalam keadaan tidak mampu membayar kewajiban-
kewajiban yang sudah jatuh tempo dan terancam akan mengalami kebangkrutan. Perusahaan
dengan arus kas yang terbatas harus berusaha mengurangi investasi modal kerja untuk
menghindari kebutuhan pembiayaan eksternal yang mahal, sebaliknya, perusahaan dengan
arus kas internal yang tersedia harus meningkatkan investasi modal kerja untuk meningkatkan
kinerja (Afrifa, 2016). Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka ditarik
pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah modal kerja (net working capital) berpengaruh terhadap kinerja (return on assets
dan Q-ratio) perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2015?
2. Apakah modal kerja (net working capital) dan ketersediaan arus kas (operating cash flow
dan cash holdings) berpengaruh terhadap kinerja (return on assets dan Q-ratio)
perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
2015?

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh modal kerja dan ketersediaan arus
kas terhadap kinerja perusahaan. Sesuai dengan pertanyaan penelitiaan yang disebutkan, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh modal kerja (net working capital) terhadap kinerja
(return on assets dan Q-ratio) perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2015.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh modal kerja (net working capital) dan ketersediaan
arus kas (operating cash flow dan cash holdings) terhadap hubungan kinerja (return on
assets dan Q-ratio) perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Tinjauan Teoritis

1. Modal Kerja dan Kinerja Perusahaan


Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional
perusahaan. Manajemen modal kerja suatu perusahaan memiliki pengaruh penting pada
kinerja dan likuiditas. Jenis tertentu dari strategi yang diterapkan akan menentukan tingkat
investasi di modal kerja. Biasanya, perusahaan dapat memutuskan untuk mengejar baik
strategi agresif dengan mengurangi investasi di modal kerja atau strategi konservatif yang
dirancang untuk meningkatkan tingkat investasi modal kerja (Afrifa, 2016).

Manajemen modal kerja dengan strategi agresif akan menyebabkan penurunan pada
penyimpanan persediaan dan akun piutang. Penurunan pada penyimpanan persediaan akan
meningkatkan kinerja dengan meminimalkan biaya penyimpanan persediaan termasuk biaya
gudang penyimpanan, biaya asuransi dan biaya pembusukan dan pencurian persediaan
(Deloof, 2003). Penurunan akun piutang dapat meningkatkan kinerja karena meningkatkan
arus kas yang tersedia bagi perusahaan untuk menjalankan operasi sehari-hari (Tauringana
dan Afrifa, 2013). Namun, penurunan persediaan dan akun piutang dapat membahayakan
penjualan, sehingga mengurangi kinerja (Baños-Caballero et al., 2012). Strategi agresif juga
dapat meningkatkan kinerja dengan menunda pembayaran kepada pemasok (Deloof, 2003).
Tauringana dan Afrifa (2013) berpendapat semakin lama perusahaan menunda pembayaran
kepada pemasok, semakin tinggi arus kas itu dicadangkan dan digunakan untuk meningkatkan
kinerja. Namun, upaya tersebut juga dapat menghambat kinerja, karena perusahaan mungkin
kehilangan memperoleh diskon (Ng et al., 1999; Wilner, 2000 dalam Afrifa, 2016).

Perusahaan juga dapat mengadopsi strategi konservatif yang mengarah ke peningkatan


investasi di modal (García-Teruel dan Martínez-Solano, 2007). Strategi ini ditujukan untuk
memacu penjualan dengan meningkatkan persediaan dan akun piutang untuk meningkatkan
kinerja (Baños-Caballero et al., 2012). Peningkatan persediaan mungkin mencegah gangguan
produksi, mengurangi risiko stock out situation dan mengurangi biaya pasokan dan fluktuasi
harga. Namun, meningkatkan investasi di modal kerja dapat mengakibatkan opportunity cost
dari kas yang mengendap dalam persediaan dan akun piutang (Tauringana dan Afrifa, 2013).

2. Modal Kerja dan Ketersediaan Arus Kas terhadap Kinerja Perusahaan


Pentingnya arus kas terhadap kinerja perusahaan terlihat dari jumlah kas yang disimpan oleh
perusahaan. Kas didefinisikan sebagai alat bayar atau alat tukar dalam transaksi keuangan

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
yang terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan giro (cash in bank). Perusahaan memerlukan
kas untuk membayar gaji karyawan, membeli bahan baku, membeli aset tetap, membayar
pajak, melunasi utang dan kewajiban, membayar dividen, dan transaksi perusahaan lainnya
(Brigham dan Houston, 2011). Menurut Gill dan Shah (2012), ketersediaan arus kas
membantu perusahaan untuk melunasi kewajibannya tepat waktu. Arus kas juga dapat
membantu perusahaan menghindari kemungkinan kesulitan keuangan, terutama untuk
perusahaan dengan arus kas yang lebih volatile (Ferreira dan Vilela, 2004).

Ketersediaan arus kas memiliki pengaruh pada hubungan antara NWC dan kinerja
perusahaan. Ketersediaan arus kas mengarah ke investasi yang lebih tinggi di modal kerja
(Baños-Caballero et al., 2014; Hill et al., 2010). Investasi modal kerja suatu perusahaan
bergantung pada faktor-faktor keuangan seperti ketersediaan keuangan internal, akses ke
pasar modal dan sumber biaya pendanaan (Fazzari et al., 1988 dalam Afrifa, 2016). Hal ini
menunjukkan bahwa investasi perusahaan di modal kerja dapat menghasilkan kinerja yang
lebih tinggi atau pula sebaliknya, tergantung pada sumber daya keuangan yang tersedia.
Baños-Caballero et al. (2014) berargumen bahwa investasi pada modal kerja harus lebih
rendah di perusahaan dengan kendala keuangan tetapi lebih tinggi di perusahaan yang tidak
mengalami kendala keuangan. Selain itu, Hill et al. (2010) berpendapat bahwa perusahaan
dengan kapasitas pendanaan internal yang lebih besar dan akses ke pasar modal memiliki
tingkat modal kerja yang lebih tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketersediaan
arus kas memiliki pengaruh yang positif terhadap net working capital dan kinerja perusahaan.

Metode Penelitian

Data menggunakan publikasi laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia, situs resmi perusahaan, serta Thomson Reuters Eikon dan Datastream.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Penentuan periode 5 tahun merupakan data yang terbaru dan cukup layak untuk diteliti
2. Perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur karena merupakan kelompok emiten
tersebesar dibanding sektor objek penelitian banyak dan diharapkan lebih akurat.
3. Perusahaan dengan nilai asset, sales, current assets, dan fixed assets negatif dikeluarkan
dari sampel penelitian.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
4. Memiliki data keuangan yang lengkap untuk pengukuran variabel selama penelitian.

Sebanyak 81 perusahaan manufaktur digunakan sebagai sampel penelitian sehingga jumlah


observasi menjadi 405 (81 x 5 tahun). Metode regresi adalah data panel dengan Fixed Effect
Model (FEM) yang diolah menggunakan EViews 9. Model penelitian sesuai dengan jurnal
acuan Afrifa (2016) adalah:

Model 1
PERFORMANCEit = β0 + β1NWCi,t-1 + β2NWC2i,t-1 + β3CASHFLOWi,t-1 + β4GROWTHi,t-1 +
β5AGEi,t-1 + β6SIZEi,t-1 + β7ATANi,t-1 + β8LEVi,t-1 + µi + εit

Model 2
PERFORMANCEit = β0 + β1NWCi,t-1*CASHFLOWi,t-1 + β2NWC2i,t-1* CASHFLOWi,t-1 +
β3CASHFLOWi,t-1 + β4GROWTHi,t-1 + β5AGEi,t-1 + β6SIZEi,t-1 +
β7ATANi,t-1 + β8LEVi,t-1 + µi + εit

dimana PERFORMANCE: return on total assets (ROA) atau Tobin’s Q ratio (QRATIO).
CASHFLOW: operating cash flow (CFLOW) atau cash holdings (CHOLD). Variabel NWC2
bertujuan untuk menguji apakah terdapat potensi hubungan non-linear antara modal kerja
terhadap kinerja perusahaan, sementara variabel yang dikalikan bertujuan untuk menguji
interaksi modal kerja dan ketersediaan arus kas mempengaruhi kinerja perusahaan.

Sesuai penelitian Afrifa (2016), berikut adalah rumus dari variabel-variabel yang digunakan.
Tabel 2 Rumus Perhitungan Variabel
Variabel   Rumus  
ROA   EBIT/Total  Assets  
Dependen    (Market  Value  of  Equity  +  (Book  Value  of  Total  Assets  –  Book  Value  of  
QRATIO  
Total  Equity))/(Book  Value  of  Total  Assets  
NWC   (AR/Sales  +  Inventory/Sales  –  AP/Sales)  ×  100    
((Operating  Income  +  Depreciation  and  Amortisation)  –  (Interest  
CFLOW  
Independen   Expense  +  Income  Tax  Expense))/(Total  Assets  –  Current  Liabilities)    
Cash  and  Cash  Equivalents/(Total  Assets  –  Cash  and  Short  Term  
CHOLD  
Invesments)  
GROWTH   (Sales  Revenuet1  –  Sales  Revenuet-­‐1)/Sales  Revenuet-­‐1  
AGE   lnNumber  of  years  since  the  firm's  establishment  
Kontrol   SIZE   lnTotal  Assets  
ATAN   Fixed  Assets/Total  Assets  
LEV   Total  Debt/Total  Assets  
Sumber: Afrifa (2016)

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Hipotesis penelitian ini mengacu pada jurnal Afrifa (2016) seperti berikut.
H1 : Terdapat pengaruh antara modal kerja terhadap kinerja perusahaan.
H2 : Terdapat pengaruh antara modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja
perusahaan.

Hasil Penelitian

Berikut adalah hasil pengolahan statistik deskriptif seluruh variabel penelitian.


Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel   Mean   Median   Maximum   Minimum   Std.  Dev.  
ROA   0,089240   0,078346   0,571949   -­‐0,508858   0,114942  
QRATIO   1,782057   1,066927   17,92118   0,364607   2,096237  
NWC   0,301311   0,251718   1,126606   -­‐0,028478   0,186129  
CFLOW   0,130263   0,105566   1,366472   -­‐0,672692   0,182660  
CHOLD   0,092229   0,040943   0,904524   0,000590   0,149366  
GROWTH   0,143953   0,125388   1,662670   -­‐0,511766   0,224936  
AGE   3,480732   3,526361   4,691348   2,564949   0,328726  
SIZE   28,18124   27,92435   33,09497   25,08254   1,646058  
ATAN   0,444960   0,443030   0,876803   0,001382   0,178047  
LEV   0,346020   0,281223   3,979703   0,000417   0,434142  
Sumber: Output Hasil EViews 9 (2016)

Variabel return on assets (ROA) memiliki nilai rata-rata sebesar 8,92% dan median sebesar
7,84%. Nilai tertinggi ROA adalah 57,19% dan nilai terendahnya adalah -50,89%. Standar
deviasi ROA sebesar 11,49%. Variabel Tobin’s Q ratio (QRATIO) memiliki nilai rata-rata
sebesar 1,782057 dan median sebesar 1,066927. Nilai tertinggi QRATIO adalah 17,92118 dan
nilai terendahnya adalah 0,364607. Standar deviasi QRATIO sebesar 2,096237. Variabel net
working capital (NWC) memiliki nilai rata-rata sebesar 30,13% dan median sebesar 25,17%.
Nilai tertinggi NWC adalah 112,66% dan nilai terendahnya adalah -2,85%. Standar deviasi
NWC sebesar 18,61%. Variabel operating cash flow (CFLOW) memiliki nilai rata-rata
sebesar 13,03% dan median sebesar 10,56%. Nilai tertinggi CFLOW adalah 136,65% dan
nilai terendahnya adalah -67,27%. Standar deviasi CFLOW sebesar 18,27%. Variabel cash
holdings (CHOLD) memiliki nilai rata-rata sebesar 9,22% dan median sebesar 4,09%. Nilai
tertinggi CHOLD adalah 90,45% dan nilai terendahnya adalah 0,06%. Standar deviasi
CHOLD sebesar 14,94%. Variabel pertumbuhan penjualan (GROWTH) memiliki nilai rata-
rata sebesar 14,40% dan median sebesar 12,54%. Nilai tertinggi GROWTH adalah 166,27%
 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
dan nilai terendahnya -51,18%. Standar deviasi GROWTH adalah 22,49%. Variabel umur
perusahaan (AGE) memiliki nilai rata-rata sebesar 3,480732 dan median sebesar 3,526361.
Nilai tertinggi AGE adalah 4,691348 dan nilai terendahnya adalah 2,564949. Standar deviasi
AGE sebesar 0,328726. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai rata-rata sebesar
28,18124 dan median sebesar 27,92435. Nilai tertinggi SIZE adalah 33,09497 dan nilai
terendahnya adalah 25,08254. Standar deviasi SIZE sebesar 1,646058. Variabel tangible fixed
assets (ATAN) memiliki nilai rata-rata sebesar 44,50% dan median sebesar 44,30%. Nilai
tertinggi ATAN adalah 87,68% dan nilai terendahnya adalah 0,14%. Standar deviasi ATAN
sebesar 17,80%. Variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai rata-rata sebesar 34,60%
dan median sebesar 28,12%. Nilai tertinggi variabel LEV adalah 397,97% dan nilai
terendahnya adalah 0,04%. Standar deviasi LEV sebesar 43,41%.

Berikut adalah hasil pengujian dari model penelitian pertama.


Tabel 3 Hasil Pengujian Model Pertama
ROA   QRATIO  
Variabel  
1a   1b   1c   1d  
0,119035***   0,132286***   -­‐1,119104***   -­‐1,647827***  
NWC  
(3,342586)   (3,069761)   (-­‐4,525495)   (-­‐6,638389)  
-­‐0,095795***   -­‐0,125410***   0,967831***   1,298494***  
NWC2  
(-­‐3,299197)   (-­‐3,655822)   (4,310656)   (5,735740)  
0,355619***   0,530737***  
CFLOW      
(18,18996)   (5,174510)  
-­‐0,037717   -­‐0,260259*  
CHOLD      
(-­‐1,567210)   (-­‐1,789220)  
0,024009***   0,035846***   -­‐0,041696   -­‐0,057388  
GROWTH  
(4,510843)   (5,742310)   (-­‐1,008118)   (-­‐1,339045)  
0,031287   -­‐0,083009***   0,990168***   0,902049***  
AGE  
(1,485703)   (-­‐2,903913)   (4,221040)   (3,813763)  
-­‐0,015172***   -­‐0,011670*   -­‐0,190872***   -­‐0,213738***  
SIZE  
(-­‐3,336812)   (-­‐1,886963)   (-­‐4,196365)   (-­‐4,498659)  
-­‐0,053262***   -­‐0,088282***   -­‐1,158238***   -­‐1,309185***  
ATAN  
(-­‐2,675974)   (-­‐2,982018)   (-­‐6,488507)   (-­‐6,496448)  
-­‐0,125788***   -­‐0,124797***   0,443713***   0,524666***  
LEV  
(-­‐8,699657)   (-­‐8,866522)   (6,062981)   (6,242846)  
0,401484***   0,763698***   4,229132***   5,432669***  
C  
(4,010498)   (6,240411)   (4,948722)   (6,598047)  
 
***  Signifikan  padal  level  0,01.  **  Signifikan  pada  level  0,05.  *  Signifikan  pada  level  0,1.  
Sumber: Output Hasil EViews 9 (2016)
 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Hasil model penelitian 1a menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh
terhadap ROA, kecuali variabel AGE. Variabel NWC, NWC2, CFLOW, GROWTH, SIZE,
ATAN, dan LEV berpengaruh signifikan pada level 0,01. Nilai konstanta (C) sebesar
0,401484 berarti jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan 0, maka ROA akan
meningkat sebesar 0,401484. Koefisien NWC adalah 0,119035 yang berarti kenaikan 1%
NWC akan meningkatkan ROA sebesar 0,119035. Koefisien NWC2 adalah -0,095795 yang
berarti kenaikan 1% NWC2 akan menurunkan ROA sebesar 0,095795. Koefisien CFLOW
adalah 0,355619 yang berarti kenaikan 1% CFLOW akan meningkatkan ROA sebesar
0,355619. Koefisien GROWTH adalah 0,024009 yang berarti kenaikan 1% GROWTH akan
meningkatkan ROA sebesar 0,024009. Koefisien AGE adalah 0,031287 yang berarti kenaikan
1 unit AGE akan meningkatkan ROA sebesar 0,031287. Koefisien SIZE adalah -0,015172
yang berarti kenaikan 1 SIZE akan menurunkan ROA sebesar 0,015172. Koefisien ATAN
adalah -0,053262 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan menurunkan ROA sebesar 0,053262.
Koefisien LEV adalah -0,125788 yang berarti kenaikan 1% LEV akan menurunkan ROA
sebesar 0,125788.

Hasil model penelitian 1b menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki


pengaruh terhadap ROA, kecuali variabel CHOLD. Variabel NWC, NWC2, GROWTH, AGE,
ATAN, dan LEV berpengaruh signifikan pada level 0,01, sedangkan variabel SIZE
berpengaruh signifikan pada level 0,1. Nilai konstanta (C) sebesar 0,763698 berarti bahwa
jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan 0, maka ROA perusahaan akan
meningkat sebesar 0,763698. Koefisien NWC adalah 0,132286 yang berarti kenaikan 1%
NWC akan meningkatkan ROA sebesar 0,132286. Koefisien NWC2 adalah -0,125410 yang
berarti kenaikan 1% NWC2 akan menurunkan ROA sebesar 0,125410. Koefisien CHOLD
adalah -0,037717 yang berarti kenaikan 1% CHOLD akan menurunkan ROA sebesar
0,037717. Koefisien GROWTH adalah 0,035846 yang berarti kenaikan 1% GROWTH akan
meningkatkan ROA sebesar 0,035846. Koefisien AGE adalah -0,083009 yang berarti
kenaikan 1 unit AGE akan menurunkan ROA sebesar 0,083009. Koefisien SIZE sebesar -
0,011670 yang berarti kenaikan 1 unit SIZE akan menurunkan ROA sebesar 0,011670.
Koefisien ATAN adalah -0,088282 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan menurunkan ROA
sebesar 0,088282. Koefisien LEV adalah -0,124797 yang berarti kenaikan 1% LEV akan
menurunkan ROA sebesar 0,124797.

Hasil model penelitian 1c menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh
terhadap QRATIO, kecuali variabel GROWTH. Variabel NWC, NWC2, CFLOW, AGE,

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
SIZE, ATAN, dan LEV berpengaruh signifikan pada level 0,01. Nilai konstanta (C) sebesar
4,229132 berarti bahwa jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan 0, maka
QRATIO perusahaan akan meningkat sebesar 4,229132. Koefisien NWC adalah -1,119104
yang berarti kenaikan 1% NWC akan menurunkan QRATIO sebesar -1,119104. Koefisien
NWC2 adalah 0,967831 yang berarti kenaikan 1% NWC2 akan meningkatkan QRATIO
sebesar 0,967831. Koefisien CFLOW adalah 0,530737 yang berarti kenaikan 1% CFLOW
akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,530737. Koefisien GROWTH adalah -0,041696 yang
berarti kenaikan 1% GROWTH akan menurunkan QRATIO sebesar 0,041696. Koefisien
AGE adalah 0,990168 yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan meningkatkan QRATIO
sebesar 0,990168. Koefisien SIZE adalah -0,190872 yang berarti kenaikan 1 unit SIZE akan
menurunkan QRATIO sebesar 0,190872. Koefisien ATAN adalah -1,158238 yang berarti
kenaikan 1% ATAN akan menurunkan QRATIO sebesar 1,158238. Koefisien LEV adalah
0,443713 yang berarti kenaikan 1% LEV akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,443713.

Hasil model penelitian 1d menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki


pengaruh terhadap QRATIO, kecuali variabel GROWTH. Variabel NWC, NWC2, AGE,
SIZE, ATAN, dan LEV berpengaruh signifikan pada level 0,01 sedangkan variabel CHOLD
berpengaruh signifikan pada level 0,1. Nilai konstanta (C) sebesar 5,432669 berarti bahwa
jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan 0, maka QRATIO perusahaan akan
meningkat sebesar 5,432669. Koefisien NWC bernilai adalah -1,647827 yang berarti kenaikan
1% NWC akan menurunkan QRATIO sebesar -1,647827. Koefisien NWC2 adalah 1,298494
yang berarti kenaikan 1% NWC2 akan meningkatkan QRATIO sebesar 1,298494. Koefisien
CHOLD adalah -0,260259 yang berarti kenaikan 1% CHOLD akan menurunkan QRATIO
sebesar 0,260259. Koefisien GROWTH adalah -0,057388 yang berarti kenaikan 1%
GROWTH akan menurunkan QRATIO sebesar 0,057388. Koefisien AGE adalah 0,902049
yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,902049. Koefisien
SIZE adalah -0,213738 yang berarti kenaikan 1 unit SIZE akan menurunkan QRATIO sebesar
0,213738. Koefisien ATAN adalah -1,309185 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan
menurunkan QRATIO sebesar 1,309185. Koefisien LEV adalah 0,524666 yang berarti
kenaikan 1% LEV akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,524666.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Berikut adalah hasil pengujian dari model penelitian kedua.
Tabel 4 Hasil Pengujian Model Kedua
ROA   QRATIO  
Variabel  
2a   2b   2c   2d  
0,278084   -­‐8,412589***  
NWC  ×  CFLOW      
(1,372042)   (-­‐3,849210)  
-­‐0,157250   9,091654***  
NWC2  ×  CFLOW      
(-­‐0,602792)   (2,916902)  
-­‐0,237783   -­‐1,003477  
NWC  ×  CHOLD      
(-­‐0,767349)   (-­‐0,931338)  
-­‐0,037431   0,788887  
NWC2  ×  CHOLD      
(-­‐0,115796)   (0,747292)  
0,321892***   1,893391***  
CFLOW      
(8,192036)   (5,609052)  
0,012648   0,102241  
CHOLD      
(0,238652)   (0,434160)  
0,020299***   0,029803***   -­‐0,037130   0,006529  
GROWTH  
(4,651373)   (5,002653)   (-­‐1,014534)   (0,171899)  
0,032835   -­‐0,090291***   0,997531***   0,512646**  
AGE  
(1,461041)   (-­‐3,229449)   (3,670820)   (2,047615)  
-­‐0,011289**   -­‐0,010267*   -­‐0,194960***   -­‐0,125157***  
SIZE  
(-­‐2,355241)   (-­‐1,661163)   (-­‐4,189021)   (-­‐2,633733)  
-­‐0,062426***   -­‐0,100977***   -­‐0,946829***   -­‐0,882886***  
ATAN  
(-­‐3,231591)   (-­‐3,676208)   (-­‐5,239005)   (-­‐3,893320)  
-­‐0,130419***   -­‐0,121538***   0,408229***   0,477798***  
LEV  
(-­‐9,907118)   (-­‐8,845664)   (5,828782)   (5,931449)  
0,314241***   0,780620***   4,011685***   3,759356***  
C  
(3,274548)   (6,067891)   (4,627884)   (4,211840)  
 
***  Signifikan  padal  level  0,01.  **  Signifikan  pada  level  0,05.  *  Signifikan  pada  level  0,1.  
Sumber: Output Hasil EViews 9 (2016)

Hasil model penelitian 2a menunjukkan bahwa tidak semua variabel independen memiliki
pengaruh terhadap ROA. Variabel CFLOW, GROWTH, ATAN, dan LEV berpengaruh
signifikan pada level 0,01 sedangkan variabel SIZE berpengaruh signifikan padal level 0,05.
Variabel NWC × CFLOW, NWC2 × CFLOW, dan AGE tidak berpengaruh. Nilai konstanta
(C) sebesar 0,314241 berarti bahwa jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan 0,
maka ROA perusahaan akan meningkat sebesar 0,314241. Koefisien NWC × CFLOW adalah
0,278084 yang berarti kenaikan 1% NWC × CFLOW akan meningkatkan ROA sebesar

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
0,278084. Koefisien NWC2 × CFLOW adalah -0,157250 yang berarti kenaikan 1% NWC2 ×
CFLOW akan menurunkan ROA sebesar 0,157250. Koefisien CFLOW adalah 0,321892 yang
berarti kenaikan 1% CFLOW akan meningkatkan ROA sebesar 0,321892. Koefisien
GROWTH adalah 0,020299 yang berarti kenaikan 1% GROWTH akan meningkatkan ROA
sebesar 0,020299. Koefisien AGE adalah 0,032835 yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan
meningkatkan ROA sebesar 0,032835. Koefisien SIZE adalah -0,011289 yang berarti
kenaikan 1 unit SIZE akan menurunkan ROA sebesar 0,011289. Koefisien ATAN adalah -
0,062426 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan menurunkan ROA sebesar 0,062426.
Koefisien LEV adalah -0,130419 yang berarti kenaikan 1% LEV akan menurunkan ROA
sebesar 0,130419.

Hasil model penelitian 2b menunjukkan bahwa tidak semua variabel independen memiliki
pengaruh terhadap ROA. Variabel GROWTH, AGE, ATAN, dan LEV berpengaruh
signifikan pada level 0,01, sedangkan variabel SIZE berpengaruh signifikan padal level 0,1.
Variabel NWC × CHOLD, NWC2 × CHOLD, dan CHOLD tidak berpengaruh. Nilai
konstanta (C) sebesar 0,780620 berarti jika seluruh variabel independen bernilai sama dengan
0, maka ROA perusahaan akan meningkat sebesar 0,780620. Koefisien NWC × CHOLD
adalah -0,237783 yang berarti kenaikan 1% NWC × CHOLD akan menurunkan ROA sebesar
0,237783. Koefisien NWC2 × CHOLD adalah -0,037431 yang berarti kenaikan 1% NWC2 ×
CHOLD akan menurunkan ROA sebesar 0,037431. Koefisien CHOLD adalah 0,012648 yang
berarti kenaikan 1% CHOLD akan meningkatkan ROA sebesar 0,012648. Koefisien
GROWTH adalah 0,029803 yang berarti kenaikan 1% GROWTH akan meningkatkan ROA
sebesar 0,029803. Koefisien AGE adalah -0,090291 yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan
menurunkan ROA sebesar 0,090291. Koefisien SIZE adalah -0,010267 yang berarti kenaikan
1 unit SIZE akan menurunkan ROA sebesar 0,010267. Koefisien ATAN adalah -0,100977
yang berarti kenaikan 1% ATAN akan menurunkan ROA sebesar 0,100977. Koefisien LEV
adalah -0,121538 yang berarti kenaikan 1% LEV akan menurunkan ROA sebesar 0,121538.

Hasil model penelitian 2c menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh
terhadap QRATIO, kecuali variabel GROWTH. Variabel NWC × CFLOW, NWC2 ×
CFLOW, CFLOW, AGE, SIZE, ATAN, dan LEV berpengaruh signifikan pada level 0,01.
Nilai konstanta (C) sebesar 4,011685 berarti bahwa jika seluruh variabel independen bernilai
sama dengan 0, maka QRATIO perusahaan akan meningkat sebesar 4,011685. Koefisien
NWC × CFLOW bernilai adalah -8,412589 yang berarti kenaikan 1% NWC × CFLOW akan
menurunkan QRATIO sebesar -8,412589. Koefisien NWC2 × CFLOW adalah 9,091654 yang

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
berarti kenaikan 1% NWC2 × CFLOW akan meningkatkan QRATIO sebesar 9,091654.
Koefisien CFLOW adalah 1,893391 yang berarti kenaikan 1% CFLOW akan meningkatkan
QRATIO sebesar 1,893391. Koefisien GROWTH adalah -0,037130 yang berarti kenaikan 1%
GROWTH akan menurunkan QRATIO sebesar 0,037130. Koefisien AGE adalah 0,997531
yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,997531. Koefisien
SIZE adalah -0,194960 yang berarti kenaikan 1 unit SIZE akan menurunkan QRATIO sebesar
0,194960. Koefisien ATAN adalah -0,946829 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan
menurunkan QRATIO sebesar 0,946829. Koefisien LEV adalah 0,408229 yang berarti
kenaikan 1% LEV akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,408229.

Hasil model penelitian 2d menunjukkan bahwa tidak semua variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap QRATIO. Variabel SIZE, ATAN, dan LEV berpengaruh
signifikan pada level 0,01 sedangkan variabel AGE berpengaruh signifikan pada level 0,5.
Variabel NWC × CHOLD, NWC2 × CHOLD, CHOLD, dan GROWTH tidak berpengaruh.
Nilai konstanta (C) sebesar 3,759356 berarti bahwa jika seluruh variabel independen bernilai
sama dengan 0, maka QRATIO perusahaan akan meningkat sebesar 3,759356. Koefisien
NWC × CHOLD adalah -1,003477 yang berarti kenaikan 1% NWC × CHOLD akan
menurunkan QRATIO sebesar 1,003477. Koefisien NWC2 × CHOLD adalah 0,788887 yang
berarti kenaikan 1% NWC2 × CHOLD akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,788887.
Koefisien CHOLD adalah 0,102241 yang berarti kenaikan 1% CHOLD akan meningkatkan
QRATIO sebesar 0,102241. Koefisien GROWTH adalah 0,006529 yang berarti kenaikan 1%
GROWTH akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,006529. Koefisien AGE adalah 0,512646
yang berarti kenaikan 1 unit AGE akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,512646. Koefisien
SIZE adalah -0,125157 yang berarti kenaikan 1 unit SIZE akan menurunkan QRATIO sebesar
0,125157. Koefisien ATAN adalah -0,882886 yang berarti kenaikan 1% ATAN akan
menurunkan QRATIO sebesar 0,882886. Koefisien LEV adalah 0,477798 yang berarti
kenaikan 1% LEV akan meningkatkan QRATIO sebesar 0,477798.

Pembahasan

1. Pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja Perusahaan


Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan NWC memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap ROA, berarti sesuai teori bahwa semakin besar modal kerja akan meningkatkan

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
kinerja perusahaan. Sementara NWC2 memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA
menunjukkan adanya hubungan non-linear antara modal kerja dan kinerja perusahaan. Hasil
penelitian sudah sesuai dengan yang ditemukan oleh Baños-Caballero et al. (2014) dan Afrifa
(2016) dan mendukung H1.

Sebaliknya, NWC memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap QRATIO yang berarti
semakin besar modal kerja malah menurunkan kinerja perusahaan. Hasil ini sesuai dengan
pendapat De Almeida dan Eid (2014) dan Astuti (2014) yang menyatakan terdapat hubungan
negatif antara manajemen modal kerja dan nilai perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan ketika
perusahaan terus melakukan penambahan modal kerja sehingga modal kerja yang dimiliki
menjadi berlebihan. Apabila perusahaan berinvestasi pada modal kerja secara berlebihan,
maka perusahaan akan kehilangan peluang investasi lain yang mungkin saja lebih
menguntungkan. Berikutnya, NWC2 memiliki pengaruh positif signifikan terhadap QRATIO
berarti terdapat hubungan non-linear antara modal kerja dan kinerja perusahaan.

Pengaruh positif dan negatif antara modal kerja terhadap kinerja mungkin terjadi karena
trade-off yang mengindikasikan adanya tingkat modal kerja yang optimal dalam
memaksimalkan kinerja perusahaan (Baños-Caballero et al., 2012). Dengan demikian,
munculnya koefisien positif atau negatif pada NWC dan NWC2 mungkin terjadi. Penemuan
ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berusaha untuk mencapai titik optimal dari tingkat
modal kerja, baik dengan meningkatkan atau menurunkan investasi modal kerja, akan
meningkatkan kinerja perusahaan pada periode selanjutnya.

Ketersediaan arus kas bisa meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi biaya dari
pendanaan eksternal (Greenwald et al., 1984 dalam Afrifa 2016). Variabel CFLOW memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap ROA dan QRATIO perusahaan. Variabel CHOLD
meskipun tidak berpengaruh terhadap ROA tetapi memiliki hubungan yang positif, sedangkan
terhadap QRATIO memiliki pengaruh positif signifikan. Hal ini berarti perusahaan
memerlukan ketersediaan operating cash flow dan cash holdings yang tinggi dalam upaya
meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil sudah sejalan dengan penelitian Afrifa (2016).

2. Pengaruh Modal Kerja dan Ketersediaan Arus Kas terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan NWC × CFLOW tidak memiliki pengaruh ROA
tetapi terdapat hubungan positif. Temuan Andini dan Wirawati (2014) mendukung hubungan
positif antara arus kas terhadap kinerja yang diproksikan oleh PBV. Dengan ketersediaan arus
kas yang tinggi, perusahaan bisa berinvestasi lebih besar pada modal kerja sehingga

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
meningkatkan kinerja perusahaan. Sementara itu, NWC2 × CFLOW juga tidak memiliki
pengaruh tetapi berhubungan negatif terhadap ROA yang menunjukkan hubungan non-linear
antara modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja perusahaan.

Selanjutnya, variabel NWC × CHOLD dan NWC2 × CHOLD tidak memiliki pengaruh dan
berhubungan negatif terhadap ROA sehingga menunjukkan adanya hubungan yang linear
antara modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini didukung
juga oleh penelitian Andini dan Wirawati (2014) yang menunjukkan hubungan negatif antara
arus kas terhadap kinerja yang diproksikan oleh ROA. Arus kas yang berlebihan memiliki
dampak negatif terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan dan mengakibatkan pemborosan
sumber daya perusahaan yang mengarah ke biaya agensi sebagai beban pemegang saham
(Chung et al., 2005; Jensen, 1986 dalam Andini dan Wirawati, 2014).

Hasil analisis hipotesis kedua juga menunjukkan NWC × CFLOW memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap QRATIO, sedangkan NWC2 × CFLOW memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap QRATIO yang berarti menunjukkan adanya hubungan non-linear antara
modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja perusahaan. Penemuan ini
mengindikasikan perusahaan dengan ketersediaan arus kas memiliki tingkat investasi modal
kerja yang lebih tinggi, sedangkan perusahaan yang kekurangan ketersediaan arus kas
memiliki tingkat investasi modal kerja yang lebih rendah (Chiou et al., 2006; Hill et al, 2010;
Baños-Caballero et al., 2014). Pengaruh hubungan modal kerja dan ketersediaan arus kas
terhadap kinerja perusahaan adalah semakin tinggi tingkat investasi pada modal kerja (NWC2
× CFLOW), maka berpengaruh positif terhadap kinerja, dan sebaliknya, semakin rendah
tingkat investasi pada modal kerja (NWC × CFLOW), maka berpengaruh negatif terhadap
kinerja. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Afrifa (2016) dan mendukung H2.

Selanjutnya, meskipun hasilnya tidak terdapat pengaruh, variabel NWC × CHOLD memiliki
hubungan negatif terhadap QRATIO, sedangkan NWC2 × CHOLD memiliki hubungan positif
terhadap QRATIO yang sudah sesuai dengan penelitian Afrifa (2016). Hasil ini menunjukkan
hubungan non-linear antara modal kerja dan ketersediaan arus kas terhadap kinerja
perusahaan. Sama seperti penjelasan sebelumnya, pengaruh positif dan negatif antara modal
kerja terhadap kinerja mungkin terjadi karena trade-off yang mengindikasikan adanya tingkat
modal kerja yang optimal dalam memaksimalkan kinerja perusahaan (Baños-Caballero et al.,
2012). Dengan demikian, munculnya koefisien positif atau negatif pada NWC × CFLOW dan
NWC2 × CFLOW atau NWC × CHOLD dan NWC2 × CHOLD mungkin terjadi.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Variabel CFLOW memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA dan QRATIO. Hal ini
berarti perusahaan memerlukan ketersediaan operating cash flow yang tinggi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan karena tidak bergantung terhadap pendanaan eksternal.
Variabel CHOLD tidak memiliki pengaruh tetapi hubungannya positif terhadap ROA dan
QRATIO. Cash holdings meskipun tidak berpengaruh tetapi mengindikasikan ketersediaan
cash holdings yang tinggi juga akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil ini menunjukkan
arah hubungan yang sudah sesuai dengan penelitian Afrifa (2016).

3. Pengaruh Variabel Kontrol terhadap Kinerja Perusahaan


Variabel GROWTH berpengaruh positif signifikan terhadap ROA yang menunjukkan
perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi berarti memiliki profitabilitas yang
tinggi. Sebaliknya GROWTH tidak memiliki pengaruh terhadap QRATIO. Variabel AGE
terkait CFLOW tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan AGE terkait CHOLD
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukkan semakin panjang umur
perusahaan, semakin rendah kinerja suatu perusahaan karena menjadi tidak efisien semakin
berjalannya waktu. Variabel AGE terhadap QRATIO berpengaruh positif signifikan yang
berarti semakin panjang umur perusahaan, semakin tinggi kinerjanya karena perusahaan dapat
bertahan sekian lama dan tentunya sudah dikenal masyarakat luas. Variabel SIZE dan ATAN
masing-masing memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja ROA dan QRATIO.
Dapat dikatakan ukuran perusahaan yang semakin besar dan aset tetap berwujud yang
semakin tinggi, malah menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Hal ini bisa dikarenakan
ukuran perusahaan yang besar mempermudah perusahaan untuk mendapat pinjaman dan
kepemilikan aset tetap yang besar dapat menjadi jaminan pinjaman tersebut sehingga
perusahaan terlalu mengandalkan pendanaan eksternalnya yang mungkin lebih mahal
dibandingkan pendanaan internal. Variabel LEV berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA berarti semakin besar kemampuan penggunaan utang, maka profitabilitas perusahaan
menurun karena perusahaan terlalu mengandalkan pendanaan eksternal. Sebaliknya LEV
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja QRATIO yang berarti semakin besar
kemampuan penggunaan utang, dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil dari variabel
kontrol yang digunakan meskipun tidak semuanya berpengaruh signifikan tetapi memiliki
arah hubungan yang sudah sesuai dengan penelitian Afrifa (2016).

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan sehingga perusahaan
harus memahami pengelolaan modal kerja yang optimal karena modal kerja sebaiknya tidak
berlebihan dan tidak juga kekurangan. Sementara itu, modal kerja dan ketersediaan arus kas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, yaitu hanya yang diproksikan
oleh NWC × CFLOW,   NWC2 × CFLOW, dan CFLOW berpengaruh terhadap QRATIO.
Ketersediaan arus kas menentukan seberapa besar tingkat investasi yang akan ditanamkan
pada modal kerja yang dapat mempengaruhi kinerja.

Saran

1. Perusahaan sebaiknya mengelola modal kerja secara optimal sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan dapat menjaga ketersediaan arus kasnya agar aktivitas perusahaan tidak
terganggu. Dengan manajemen modal kerja dan ketersediaan arus kas yang bagus,
perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya.
2. Investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi, sebaiknya terlebih dahulu menganalisis
modal kerja dan ketersediaan arus kas sebuah perusahaan. Modal kerja dan ketersediaan
arus kas dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, dimana secara tidak langsung akan
berpengaruh juga terhadap keuntungan yang akan diperoleh investor.
3. Penelitian yang selanjutnya disarankan dapat menambah industri non keuangan lainnya
untuk dijadikan sampel penelitian atau bisa juga menambah periode penelitian agar dapat
memasukkan periode saat terjadi krisis keuangan. Dengan demikian, dapat dilihat
bagaimana perusahaan mengatur modal kerja dan ketersediaan arus kasnya dalam upaya
meningkatkan kinerja perusahaan ketika menghadapi krisis keuangan.

Daftar Referensi

Afrifa, G. A. (2016). Net working capital, cash flow and performance of UK SMEs. Review of
Accounting and Finance, Vol. 15 Issue 1, 21-44.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017
Andini, N.W.L, & Wirawati, N.G.P. (2014). Pengaruh cash flow pada kinerja keuangan dan
implikasinya pada nilai perusahaan manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, Vol. 7 No. 1, 107-
121.
Astuti, D. (2014). Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Depok: Skripsi FEB UI.
Autukaite, R. & Molay, E. (2011). Cash holdings, working capital and firm value: evidence
from France. Paper presented at the International Conference of the French Finance
Association (AFFI), France, May.
Baños-Caballero, S., García-Teruel, P.J., & Martínez-Solano, P. (2012). How does working
capital management affect the profitability of Spanish SMEs?. Small Business
Economics, Vol. 39 No. 2, 517-529.
Baños-Caballero, S., García-Teruel, P.J., & Martínez-Solano, P. (2014). Working capital
management, corporate performance and financial constraints. Journal of Business
Research, Vol. 67 No. 3, 332-338.
Brigham, E.F. & Houston, J.F. 2011. Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba Empat.
Chiou, J.R., Cheng, L., & Wu, H.W. (2006). The determinants of working capital
management. Journal of American Academy of Business, Vol. 10, 149-155.
Deloof, M. (2003). Does working capital management affect profitability of Belgian firms?.
Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 30 No. 3/4, 573-588.
Ferreira, M.A. & Vilela, A.S. (2004). Why do firms hold cash? Evidence from EMU
countries. European Financial Management, Vol. 10 No. 2, 295-319.
García-Teruel, P.J. & Martínez-Solano, P. (2007). Effects of working capital management on
SME profitability. International Journal of Managerial Finance, Vol. 3 No. 2, 164-177.
Gill, A. & Shah, C. (2012). Determinants of corporate cash holdings: evidence from Canada.
International Journal of Economics and Finance, Vol. 4 No. 1, 70-79.
Hill, M.D., Kelly, G.W., & Highfield, M.J. (2010).Net operating working capital behavior: a
first look. Financial Management, Vol. 39 No. 2, 783-805.
Tauringana, V. & Afrifa, G.A. (2013). The relative importance of working capital
management and its components to SMEs’ profitability. Journal of Small Business and
Enterprise Development, Vol. 20 No. 3, 453-469.

 
 
Analisis Pengaruh ..., Annisa Widya Wulandari Putri, FEB UI, 2017

Anda mungkin juga menyukai