CHAPTER
9
SISTEM ILMU ADMINISRASI NEGARA
Hal. 1 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
CHAPTER 9
KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang kebijakan
otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan hak,wewenang,dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
ekonomi rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan nomor 22 tahun
1999. Dari pengertian tersebut tampak bahwa daerah di beri hak otonom oleh pemerintah pusat
untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri. Dalam hal ini hak dan wewenang yang
diberikan terutama mngeola kekayaan alam dan ekonomi rumah tangganya sendiri
Otonomi Daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan
segala potensi terbaik yang dimilikinya secara oftimal. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangt berlaku.
Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Selain itu,
menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat. Sesuai dengan penjelasan UU No. 32 tahun 2004, bahwa
pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan kepada desentralisasi
dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Peraturan perundang-undangan pertama kali yang mengatur tentang pemerintahan daerah pasca
proklamasi kemerdekaan adalah UU Noomor 1 tahun 1945. Ditetapkannnya undang-undang ini
erupakan hasil (resultante) dari berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan dimasa
kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan kolonialisme. Undang-undang ini menekankan
pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan badan perwakilan tiap
daerah. Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan,
Hal. 2 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
kabupaten, dan kota. Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam
kurun waktu tiga tahun belum da peraturan pemerintahan yang mengatur mengenai penyerahan
urusan (desentralisasi) kepada daerah. Undang-undang ini berumur lebih kurang tiga gtahun
karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948. (Muhammad.Arthut 2012 :10)
Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan
daerah yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu
daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tiga tingkatan daerah yaitu provinsi,
kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 22
tahun 1948, penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada daerah telah mendapat perhatian
pemerintah. Pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan Undang- undang tentang
pembentukan, telah dirinci lebih lanjut pengaturannya melalui peraturan pemerintahan tentang
penyerahan sebagaian urusan pemerintahan tertentu kepada daerah.
Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya suatu produk
perundang-undangan yang menggantikan produk sebelumnya. Perubahan tersebut pada suatu
sisi menandai dinamika orientasi pembangunan daerah di Indoneia dari masa kemasa. Tapi disisi
lain hal ini dapat pula dipahami sebagai bagian dari “eksperimen politik” penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya. Periode otonomi daerah di Indonesia pasca UU Nomor 22 tahun
1948 diisi dengan munculnya beberapa UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU Nomor 1 tahun
1957 (sebagai pngaturan tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU
Nomor 18 tahun 1965 (yang menganut sistem otonomi yang seluas- luasnya) dan UU Nomor 5
tahun 1974.
Kehadiran Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tidak terlepas dari perkembangan situasi yang
terjadi pada masa itu, dimana rezim otoriter orde baru lengser dan semua pihak berkehendak
untuk melakukan reformasi disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan
Hal. 3 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
kehendak reformasi itu, sidang Istimewa MPR tahun 1998 yang lalu menetapkan ketetapan MPR
Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Satu hal yang paling menonjol dari pergantian Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 dengan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format otonomi
daerah dan substansi desentralisasi. Perubahan tersebut dapat diamati dari kandungan materi
yang tertuang dalam rumusan pasal demi pasal pada undang- undang tersebut. Beberapa butir
yang terkandung di dalam kedua undang-undang tersebut (UU No. 22 tahun 1999 dan No. 25
tahun 1999) secara teoritis akan menghasilkan suatu kesimpulan bahwa desentralisasi dalam
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 lebih cenderung pada corak dekonsentrasi. Sedangkan
desentralisasi dalam Undang- undang Nomor 22 tahun 1999 lebih cenderung pada corak
devolusi. Hal ini akan lebih nyata jika dikaitkan dengan kedudukan kepala daerah. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974, kepala daerah adalah sekaligus kepala wilayah yang
merupakan kepangjangan tangan dari pemerintah. Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan
di daerah, kenyataan menunjukkan peran sebagai kepala wilayah yang melaksanakan tugas-
tugas dekonsentrasi lebih dominan dibanding sebagai kepala daerah. Hal ini dimungkinkan
karena kepala daerah bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, dan
bukan kepada DPRD sebagai representasi dari rakyatdi daerah yang memilihnya.
Pelaksanaan otonomi daerah ini diperbarui menurut UU no.32 tahun 2004 dan perimbangan
keuangan diperbarui juga menurut UU no.33 tahun 2004. Sehingga dengan adanya otonomi
daerah ini, daerah yang memiliki potensi sumber daya alam mengalami kemajuan dalam
Hal. 4 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
pembangunan sedangkan daerah yang tidak memiliki kekayaan alam mengalami kesulitan untuk
memajukan wilayahnya.
Dalam kajian teoretik memang beraneka ragam. Terlebih kalau konsep otonomi daerah itu dilihat
dari disiplin ilmu politik, seperti otonomi yang diperjuangkan orang palestina di Tepi Barat Jalur
Gaza. Kelompok Muslim Moro di Philipina Selatan, Suku Kurdi di Irak Utara dan sebagainya.
Namun dalam uraian ini definisi otonomi yang dipakai adalah yang bersifat, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.. Berkenaan dengan itu pengertian otonomi daerah
menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Bab 1. Ketentuan
Umum Pasal 1.ayat 5 menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Atau dengan kata lain
dapat disebut sebagai penyelenggaraan self government.
Dasar hukum penyelenggaraan otonomi daerah adalah Undang-Undang Dasar 1945 seperti
tercantum dalam Bab VI. Pasal 18 serta penjelasannya. Pasal 18 menyatakan bahwa
”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan
pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak asal usul dalam daerah yang
bersifat istimewa”. Sedangkan penjelasannya antara lain menyatakan bahwa ”Daerah Indonesia
akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah-daerah
yang lebih kecil.
Pertama : Ketetapan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 19 agustus 1945,
yang mengatur tentang :
1. Pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, yaitu : jawa barat , jawa tengah, jawa timur,
Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda kecil.
Hal. 5 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
1. Komite Nasional Daerah (KND) menjadi Badan Perwakilan Rakyat Daerah yang dipimpin oleh
kepala daerah.
2. BPRD berwewenang untuk memilih badan eksekutif .
3. Kepala daerah adalah aparat pusat dan daerah
4. Kepala daerah memimpin BPRD dan badan eksekutif .
5. Adanya tiga tingkatan daerah otonom yaitu keresidenan , kabupaten, dan kota.
Ketiga : Undang-Undang No. 22 tahun 1945 yang antara lain mengatur tentang:
1. Pemerintah daerah terdiri dari DPRD dan Dewan Perimbangan Daerah (DPD)
2. Kepala daeraah adalah ketua DPD.
3. Daerah otonom ada tiga tingkatan, yaitu Daerah Tingkat 1,Daerah Tingkat II,dan Daerah
Tingkat III.
Kelima : Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 tanggal 7 September yang antara lain mengatur
tentang :
Hal. 6 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Ketuju : Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 yang antaraa lain mengatur tentang :
Hal. 7 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
8. Tidak mengenal wilayah administrasi pada daerah Kabupaten dan daerah Kota.
9. .Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon oleh DPRD baik di
Provinsi, kabupaten dan kota.
10. Pemberian kedudukan Provinsi sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah
administrasi, menurut Bratakusumah (2001; 3) dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam kereangka Negara
Kesatuan RI.
b. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang bersifat lintas daerah kabupaten dan kota
serta melaksanakan kewenangan otonomi daerah yang belum dapat dilaksanakan oleh
daerah kabupaten dan kota.
c. Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan dalam rangka
pelaksanan asas dekonsentrasi.
Kedelapan : Undang-Undang No 32 tahun 2004 antara lain mengatur tentang:
1. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah
2. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
3. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
4. Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
5. Hubungan wewenang, keuangan, pelayananan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan
pemerintahan.
6. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat di daerah yang bersangkut.
7. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang
bertanggung jawab kepada DPRD.
Kesembilan : Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dikeluarkan untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan. dan tuntuuan pernyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Hal. 8 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah disempurnakan sebanyak dua kali.
Penyempurnaan yang pertama dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Adapun perubahan kedua ialah dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Serangkaian UU Nomor 23 Tahun 2014 beserta perubahan-perubahannya tersebut menyebutkan
adanya perubahan susunan dan kewenangan pemerintahan daerah. Seusunan pemerintahan
daerah menurut UU ini meliputi pemerintahan daerah provinsi, pemerintahan daerah kebupaten,
dan DPRD. Pemerintahan daerah terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat
daerah. Pemerintahan daerah provinsi terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi.
Aadapun pemerintah daerah kabupaten/kota terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan
DPRD kabupaten/kota.
Seiring berubahnya susunan pemerintahan daerah, kewenangan pemerintah daerah pun
mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan
pemerintahan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh
pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas
tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi
kewenangan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali
kota, dibiayai oleh APBN.
Hal. 9 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Hal. 10 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
13. Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat termasuk gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah kerja gubernur dan
bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum di Daerah.
Maka sebagai bangsa yang berupaya maju dan cerdas, harus berani mengubah pola hubungan
pusat-daerah yang paternalistik dan sentralistik itu menjadi pola hubungan yang bersifat kemitraan
dan desentralistik. Itulah yang kemudian melahirkan regulasi dan selanjutnya tertuang dalam UU
No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999 dan dalam pengembangan selanjutnya regulasi
tersebut mengalami revisi yang tertuang dalam UU No 32 tahun 2004 dan UU No.33 tahun 2004.
Keempat UU tersebut telah meninggalkan paradigma sentalistik dan paternalistik tersebut.
Selanjutnya pemerintah tidak lagi memiliki komitmen pembangunan, tetapi mendudukkan tugas
pembanguna itu diatas landasan nilai pelayanan dan pemberdayan. Artinya tidak akan ada lagi
kebijakan pembangunan yang mengandung nilai ketidak adilan dan yang bersifat mematikan
kreativitas masyarakat.
Perubahan paradigma tersebut dapat dianggap sebagai suatu gerakan kembali kepada karakter
pemerintahan yang hakiki. Perubahan ini juga bisa menjadi alasan utama mengapa prinsip
otonomi penuh diletakkan di daerah kabupaten dan kota, bukan di provinsi, karena faktor
kedekatan kepada rakyat sebagai pihak yang harus dilayani dan diberdayakan. Asumsinya
semakin dekat jarak antara pelayan dan yang dilayani, semakin efektif dan efisien pelayanan itu.
Kebijakan desentralisasi untuk otonomi daerah pada dasarnya merupakan koreksi terhadap
kegagalan sisterm sentralisasi dan uniformisasi pemerinthan yang selama ini berlaku. Bagaimana
Hal. 11 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
sebetulnya otonomi daerah dapat memelihara persatuan nasional, ini dapat dilihat dari butir-butir
substansi dari visi otonomi daerah itu sendiri:
1. Kebijakan desentralisasi yang melahirkan otonomi daerah adalah salah salah satu bentuk
implementasi dari kebijakan demokratisasi, Dalam konteks administrasi pemerintahan
demokratisasi memang bergandeng tangan dengan desentralisasi. Artinya tidak ada
demokratisasi pemerintahan tanpa desentralisasi, karena diasumsikan bahwa rakyat sebagai
pihak yang berdaulat bukan saja harus dilayani dengan baik, tetapi juga .
2. Otonomi daerah dalam konteks ekonomi bermakna sebagai perluasan kesempatan bagi
masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengejar kesejahteraan dan memajukan dirinya. Ini
akan secara signifikan mengurangi beban pemerintah pusat dan pada saat yang sama
menciptakan iklim yang kompetitif diantara daerah-daerah untuk secara kreatif menemukan
cara baru dalam mengelolah potensi ekonomi yang dimilikinya. Apabila dipercaya bahwa
kesejahtraan rakyat adalah salah satu kunci dari persatuan nasional, maka tidak ada alasan
mencurigai otonomi daerah sebagai ancaman dari persatuan nasional.
3. Otonomi daerah dalam konteks sosial bermakna sebagai peluang yang diberikan kepada
pemerintah daerah untuk mengembangkan kualitas masyrakatnya dan berbagi tanggungjawab
dengan pemerintah pusat dalam meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan,
dan pelayanan sosial lainnya. Dalam konteks kebudayaan, otonomi daerah bermakna peluang
peluang untuk daerah-daerah dalam menggali dan mengembangkan nilai-nilai dan karakter
budaya setempat dan selajutnya akan membangkitkan harga diri dan kebanggaan masyarakat
sebagai bagian dari kebhinnekaan tunggal ika dalam budaya nasional
BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter diatas!
Hal. 12 dari 13
9 SISTEM ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Hal. 13 dari 13