Anda di halaman 1dari 10

Teori dan Kajian Pustaka

Pengertian desain grafis menurut Jessica Helfand mendefinisikan desain grafis sebagai kombinasi
kompleks kata-kata dan gambar, angka-angka dan grafik, serta foto-foto dan ilustrasi yang
membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini
sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, mengejutkan, subversive,
atau sesuatu yang mudah diingat.1 (1Leonardo Adi Dharma Widya, Andreas James Darmawan,
Pengantar Desain Grafis, (KEMDIKBUD : Direktorat pembinaan kursus dan pelatihan, Ditjen PAUD dan
Dikmas, 2016), h. 9.)

Sedangkan majalah yaitu terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan
tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas
majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya dan menurut pengkhususan isinya
dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan
sebagainya.2 (2 https://kbbi.web.id/majalah.htm (15 Desember 2017)

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi menjadi lima kategori utama, yaitu: pertama, General
Consumer magazine (Majalah Konsumen Umum), kedua, Business Publication (Majalah Bisnis), ketiga,
Literacy Reviews and Academic Journal (Kritik Sastra dan Majalah Ilmiah), keempat, Newsletter (Majalah
khusus terbit berkala), dan kelima, Public Relations Magazine (Majalah Humas). Tipe majalah ditentukan
oleh sasaran khalayak yang dituju. Junaedhie (2010:14) Setiap media cetak memiliki karakteristik yang
berbedabeda, begitu juga dengan majalah. Majalah sebagai salah satu media informasi yang populer
memiliki karakteristik yang berbeda dengan media cetak lainya. Seperti, penyajian yang lebih dalam,
nilai aktualitas yang lebih lama, ilustrasi dan foto yang lebih banyak, dan cover (sampul) sebagai daya
tarik (Sandiningrat, 2011).

Penetapan format majalah ini berdasarkan aturan secara umum digunakan dalam membuat majalah
seperti: 1) Majalah ini berukuran 222 mm x 300 mm, tegak atau potrait 2) Jumlah halaman dalam
majalah ini adalah 52 halaman (cover: 2 halaman, isi: 50 halaman) 3) Margin yang digunakan majalah ini
adalah margin asimetris yaitu jarak margin yang tidak sama ditiap sisi halaman akan memberi kesan
tidak kaku. Keuntungan margin seperti ini adalah masih tersedianya ruang cukup di bagian atas dan
bawah untuk header dan footer, sedangkan di sisi kiri terdapat ruang serbaguna bila nantinya kumpulan
halaman-halaman tunggal ini perlu disteples atau dijilid. Sedangkan grid majalah ini menggunakan 3
sampai 4 kolom. 4) Jenis dan ukuran font yang digunakan pada perancangan majalah ini adalah jenis
huruf Sans Serif (tanpa sirip atau serif). Dan ukurannya huruf pada bodytext antara 9 sampai 12 point.
Sedangkan ukuran huruf pada judul minimal 16 point ke atas. 5) Setiap halaman majalah diwajibkan
terdapat elemen-elemen layout seperti elemen visual yaitu foto, artwork dan lainlain. Dengan resolusi
300 dpi, komposisi warna CMYK, dan format penyimpanan file gambar yang dipakai adalah PSD, TIFF,
EPS, WMF.

Teknik layout yang digunakan dalam perancangan majalah ini adalah penggabungan teknik classic dan
teknik youthful. Classic, sederhana, menggunakan format 2 kolom dengan headline di atas tengah
(justify) dan gambar atau ilustrasi disisipkan diantara 2 kolom. Sedangkan youthful, bebas dalam
penggunaan dan penataan teks dan gambar, multi size headline, ukuran judul yang besar dan permainan
warna blok yang lebih berani. Setiap halaman pada majalah ini terdapat beberapa elemen-elemen
layout seperti elemen teks berupa judul (head, heading, headline), deck (blurb, standfirst), bodytext
(bodycopy, copy, copytext), pull quotes (liftouts), dan yang lainnya. Elemen visual berupa foto, garis
(rules), kotak (box, bingkai, border, frame), point (bullets) dan yang paling mendominasi adalah gambar
vektor (artworks). Sedangkan dalam proses melayout halaman ada juga elemen penting yang harus
digunakan yaitu, invisible elements merupakan pondasi atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan
penempatan semua elemen layout lainnya. Invisible elements terdiri dari margin dan grid (Columns: 3,
Gutter: 4 mm)

Selain Perkembangan teknologi, perkembangan estetika gaya dalam seni rupa juga berpengaruh besar
dalam desain layout dan perwajahan majalah dan surat kabar, mulai dari gaya klasik ornamental, art
nuoveau, bauhaus, international style, futurisme, ekletisme, pop, posmo, hingga digital style (Meggs dan
Purvis, 2006). Digital style dalam layout surat kabar berbasis pada pengolalahan layout berbasis grid
(grid system layout) yang sebenarnya mengacu pada international style (bauhaus), yaitu sebuah metode
dalam me-layout yang menggunakan kombinasi garis vertikal dan horisontal sebagai garis bantu dalam
menentukan format layout (Tondreau, 2009). Sistem layout berbasis grid inilah yang banyak dipakai oleh
rata-rata surat kabar di Indonesia maupun mancanegara.

Seperti telah disinggung, aspek penting dalam layout surat kabar meliputi aspek estetika dan aspek
komunikasi, yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Aspek estetika berkaitan dengan kesan artistik yang
disajikan berdasarkan prinsip estetika desain. Aspek komunikasi berhubungan dengan fungsi surat kabar
sebagai media penyampai pesan atau informasi berbentuk berita. Jika aspek estetika terkait dengan
penyajian desain perwajahan surat kabar, aspek komunikasi berkaitan dengan isi (content) surat kabar.

Dengan demikian, peran layout dalam surat kabar menjadi vital karena harus mampu menyajikan layout
yang artistik sekaligus komunikatif. Pada titik inilah diperlukan evaluasi yang dapat memberikan
penilaian atas kualitas estetika layout pada surat kabar. Evaluasi aspek estetika dalam layout surat kabar
seringkali dilakukan secara intuitif oleh desainer sendiri atau dengan melakukan uji empirik terkait
layout yang akan dan telah dikerjakan.

Metode lain yang bisa dipakai dalam evaluasi estetik dalam layout desain adalah metode matematis
yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip desain. Metode tersebut sangat mungkin dilakukan
terutama seiring dengan perkembangan teknologi komputasi digital. Pada titik inilah terjadi peleburan
antara seni dan teknologi yang memunculkan disiplin baru yang disebut estetika komputasi
(computational aesthetic). Sebuah disiplin yang mengombinasikan antara aspek estetika dalam seni dan
desain dengan teknologi komputasi digital (Hoenig, 2005). Para peneliti selanjutnya mulai kembali
meneliti dan mengembangkan metode komputasi berdasarkan metode estetika yang pernah populer
antara lain: golden rectange, balance, proporsi, simmetri, harmoni, hingga metode estetika Birkhoff.

Berikut jenis-jenis kertas yang sering digunakan dalam percetakan. 1) Art Paper, jenis kertas ini
mempunyai tekstur permukaan licin dan halus. Biasa digunakan untuk mencetak brosur, majalah atau
katalog. Gramaturnya mulai dari 85 gr, 100 gr, 115 gr, 120 gr dan 150 gr. 2) Art Carton, karakteristiknya
sama dengan art paper, hanya lebih tebal. Biasa dipakai untuk mencetak kartu nama, cover buku,
brosur, paperbag, map dan lain sebagainya. Gramaturnya mulai 190 gr, 210gr, 230 gr, 260 gr, 310 gr,
350 gr, 400 gr. 3) Ivory, hampir sama dengan art carton, tetapi ivory hanya mempunyai satu sisi licin, sisi
yang lain tanpa coating. Banyak digunakan untuk paperbag, dos-dos kosmetik. Gramaturnya 210 gr, 230
gr, 250 gr, 310 gr, 400 gr. 4) Dupleks, kertas ini memiliki satu sisi putih dan sisi lain berwarna abu-abu.
Sisi putih ada yang coated dan ada juga yang noncoated. Kertas ini umum dipakai untuk pembuatan dos
packaging makanan maupun obat-obatan. Gramaturnya mulai 250 gr, 270 gr, 310 gr, 350 gr, 400 gr, 450
gr, dan 500 gr. 5) HVS, memiliki permukaan kasar. Biasa digunakan untuk fotocopy atau printer.
Biasanya untuk mencetak buku. Gramaturnya mulai dari 60 gr, 70 gr, 80 gr, 100 gr. 6) Samson Kraft,
kertas yang berasal dari proses daur ulang, berwarna coklat. Digunakan untuk membuat paperbag dan
bungkusan. Gramaturnya 70gr dan 80 gr. 7) BC, kertas ini memiliki tekstur halus namun tidak coated.
Tersedia dalam beragam warna. Bisa digunakan untuk mencetak kartu nama, sertifikat dan lainlain.
Gramaturnya 160 gr, 220 gr, 250 gr. 8) Yellow Board, kertasnya cukup tebal, digunakan untuk rangka
dalam undangan hard cover. Kertas ini tidak bisa dicetak offset, biasanya dilapis dengan art paper atau
dupleks. Gramaturnya dibedakan berdasarkan ketebalan YB 30 dan YB 40. 9) Fancy Paper, jenis kertas
dengan beragam warna dan karakteristik. Digunakan untuk membuat undangan. Ada banyak jenisnya
seperti millennium, jasmine, java emboss, hawaii dan lain-lain. Gramaturnya juga cukup beragam mulai
dari 80 gr, 100 gr, 220 gr, 300 gr. 10) Corugoated, jenis kertas bergelombang untuk dos packing seperti
dos indomie, dos computer dan lain sebagainya. Sama halnya dengan yellow board, kertas ini biasanya
ditempel dengan kertas lain. kertas yang digunakan untuk mencetak majalah adalah jenis kertas art
paper 120 gr dan art cover 260 gr, dengan finishing laminating jenis dove pada sampul depan. bertujuan
untuk membuat majalah dapat bertahan lama, tidak mudah rusak, dan memiliki kualitas terbaik dengan
cetakan resolusi tinggi.

Berdasarkan uraian, penelitian ini memiliki fokus utama untuk menganalisis estetika layout surat kabar
dengan pendekatan matematika, yang mengacu pada beberapa metode pengukuruan estetika Birkhoff
yang dikembangkan oleh David Chek Ling Ngo. Ngo mengembangkan metode pengukuran estetika
layout yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan desain terutama desain antarmuka komputer.
Metode pengukuran yang dikembangkan mengacu pada prinsip-prinsip estetika desain antara lain;
prinsip keseimbangan (balance), prinsip kesinambungan (sequence), prinsip kesatuan (unity), dan
prinsip kesetimbangan (equilibrium). Metote pengukuran estetika Birkhoff digunakan sebagai analisis
akhir untuk menentukan nilai estetika layout (Ngo, 2001). Di dalam penelitian ini, beberapa media
nasional dan lokal dipilih sebagai sampel penelitian untuk mengetahui dan menilai estetika layout.
Birkhoff, seorang matematikawan terkemuka dari Amerika Serikat, mengembangkan metode
pengukuran estetika yang mencoba menangkap kecenderungan persepsi estetik manusia. Birkhoff
mendefinisikan pengukuran estetika (M) sebagai rasio antara susunan (Order) (O) dan kompleksitas
(Complexity) (C) atau M = O/C (Birkhoff, 1933). Metode estetika yang dikembangkan oleh Birkhoff
selanjutnya banyak dipakai secara luas oleh para peneliti lintas disiplin ilmu sebagai dasar dalam
menganalisis estetika. Aplikasi teori Birkhof selain digunakan untuk menilai estetika bentuk-bentuk
geometris, bentuk kurva, juga dikembangkan untuk menilai layout, antarmuka komputer, hingga karya
seni rupa seperti lukisan. Beberapa peneliti yang terinspirasi mengembangkan metode penilaian estetika
berdasarkan metode Birkhoff antara lain David Chek Ling Ngo dkk. Selain mengembangkan metode
pengukuran estetika berdasarkan prinsip desain yang dikombinasikan dengan estetika Birkhoff, Ngo juga
mengembangkan aplikasi sekaligus melakukan studi empiris terhadap metode estetika yang
dikembangkannya.

Beberapa metode pengukuran estetika yang mengacu pada prinsip-prinsip desain yang dikembangkan
oleh Ngo dkk. dikembangkan dalam bentuk model matematika sebagai berikut (Ngo, 2003):

Keseimbangan (balance) Balance didefinisikan secara matematis sebagai perbedaan antara total berat
elemen di setiap sisi layout dengan rumus sebagai berikut: BM = 1 - Є [0,1] (1) dengan BM adalah ukuran
keseimbangan, BMvertical adalah total berat objek berdasarkan sumbu vertikal, dan BMhorizontal
adalah total berat objek berdasarkan sumbu horizontal.

Titik berat (equilibrium) Equilibrium didefinisikan sebagai titik berat optik keseluruhan elemen terhadap
titik pusat layout yang dirumuskan sebagai berikut: EM = 1 - Є [0,1] (2) dengan EM adalah ukuran titik
berat, EMx menunjukkan ukuran titik berat terhadap sumbu X, dan EMy menunjukkan ukuran titik berat
terhadap sumbu Y.
Kesatuan (unity) Kesatuan atau unity didefinisikan sebagai persepsi kesautan dari keseluruhan elemen
visual dalam layout yang dirumuskan sebagai berikut: UM = 1 - Є [0,1] (3) dengan UM adalah ukuran
kesatuan (unity), UMform menunjukkan kesatuan bentuk, dan UMspace menunjukkan kesatuan objek
dalam ruang.

Kesederhanaan (simplicity) Symplicity adalah persepsi kesederhanaan objek desain dalam kesatuan
bentuk yang dirumuskan sebagai berikut: SMM = 1 - Є [0,1] (4) dengan SMM adalah ukuran
kesederhanaan, nvab, nhap menunjukkan jumlah poin penataan objek, dan n menunjukkan jumlah
objek dalam frame. Order and Complexity Order and Complexity merupakan agregat atau nilai total dari
kombinasi estetika yang digunakan yang dirumuskan: OM = O/C Є [0,1] (5) dengan OM menunjukkan
ukuran estetika, O menunjukkan total nilai estetika berdasarkan penghitungan berdasarkan prinsip
estetika yang digunakan, C menunjukkan jumlah total kombinasi estetika yang digunakan.

Desain grafis menuntut pemahaman terhadap esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis
menerapkan elemen-elemen dan prinsip-prinsip desain (komposisi) dalam memproduksi sebuah karya
visual. Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yakni: Kesederhanaan, Keseimbangan, Kesatuan,
Penekanan, dan Repetisi. Sedangkan elemen-elemen yang diusungnya meliputi Garis, Bentuk, Ruang,
Tekstur, dan Warna. Dan pada akhirnya sang penikmat karya visual akan memberikan penilaian, seperti
apa yang dikatakan Kant: Nilai Estetis dan Nilai Ekstra. Nilai estetis diperoleh melalui penggunaan
elemen-elemen dan prinsip-prinsip. Sedangkan nilai ekstra muncul: gerakan (animasi), percepatan,
lambaian, suasana panas, atmosfer tenang dan lain – lain.
8 http://eprints.walisongo.ac.id/6467/3/BAB%20II.pdf.htm. (29 September 2017).

Jika dikaitkan dengan psikologi persepsi, karakteristik sampul majalah dana tau wajah koran pada
halaman pertamanya mampu menumbuhkan sensasi positif kepada khalayak sasaran yang melihatnya.
Sensasi yang dimaksudkan di sini adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat
indra menurut Benyamin B. Wolman (1973:343) dalam Jalaludin Rakhmat (2007:55). Sehingga sangat
besar kemungkinannya bahwa melalui indera penglihatannya, pembaca yang melihat sampul muka
majalah Tempo dapat segera menyadari kualitas informasi yang akan didapatnya pada majalah tersebut,
termasuk di dalamnya bagaimana ilustrsi terebut dikaitkan dengan dinasti politik.

Dari sudut prinsip-prinsip desain, terutama desain dari sisi Desktop Publishing yang meliputi prinsip
proporsi, keseimbangan, irama, kontras, dan kesatuan. Sebagai sebuah produk komunikasi visual, desain
sampul majalah terdiri dari susunan elemen-elemen visual seperti ilustrasi, teks/tipografi, warna dan
komposisi layout/ tata letak.

Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau
tujuan secara visual. Ilustrasi itu bisa dibuat dengan beragam teknik, seperti woodcut atau mencukil
relief pada kayu kemudian dicap pada kertas atau kain, teknik fine art, fotografi (Kusriyanto 2007:140).
Pada umumnya ilustrasi sampul muka majalah dikenal ada dua jenis ilustrasi yaitu ilustrasi kartun dan
realis. Ilustrasi kartun biasanya merujuk pada suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual (Noerhadi,
1989:189). Gambar realis merupakan ikon yang paling mirip dengan manusia atau obyek aslinya
(McCloud, 2001:29).
Teks adalah huruf yang disusun atau distrukturkan dengan cara-cara tertentu sehingga bisa dibaca
seperti halnya teks pada sebuah buku (Burton, 2008:33). Pada konteks desain grafis teks ditulis dengan
huruf (font) yang mempunyai karakter tertentu. Untuk panduan penggunaan huruf dikenal ilmu khusus
yang mengulik tentang huruf yang disebut tipografi. Secara tradisional istilah tipografi berkaitan dengan
setting huruf dan pencetakannya (Rustan, 2010: 16).

Sanyoto (2009:13), secara ilmiah warna didefinisikan sebagai getaran gelombang yang diterima oleh
indra penglihatan. Warna juga merupakan sifat cahaya yang dipancarkan (objektif) atau sebagai bagian
dari pengalaman indra penglihatan (subjektif). Menurut Molly E. Holzschlag (dalam Kusrianto, 2007:47)
warna dapat memberikan respon psikologis, diantaranya warna merah memberi respon psikologis
kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresivitas, dan bahaya. Kuning Optimis, harapan,
filosofi, ketidakjujuran//kecurangan, pengecut, pengkhianatan.

Gambar 1
Ilustrasi Cover Koran Tempo

Tabel 1.
Respon psikologis dari warna (Molly E. Holzschlag)

No Warna Respon Psikologis


1. Merah respon psikologis kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu,
cinta, agresivitas, dan bahaya
2. Kuning Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran//kecurangan,
pengecut, pengkhianatan.

3. dst. -

Efektif atau tidaknya suatu media cetak ditentukan oleh dua hal yaitu kualitas tampilan komposisi
layout/tata letak dan isi (content). Sebuah koran harus ditata tampilannya dengan susunan yang menarik
supaya informasi yang dimuat bisa diterima dengan baik oleh pembacanya. Namun demikian, komposisi
layout atau tata letak suatu koran tidak mempunyai aturan yang baku. Konsep dalam buku “breaking
the rule” karya desainer Thailand –Supon Phornirunlit—tentang desain tidak beraturan merupakan
keniscayaan yang juga mampu menghasilkan karya desain yang bagus.

Bila mengamati konsep desain cover korran Tempo secara umum maka bias diduga pada ilutrasi
pertama diadoptasi dari bentuk film animasi Lions King, karya Wald Disney saat sang Singa (Lion King)
mengumumkan kelahiran anaknya (putra mahkota) kepada rakyatnya. Sementara untuk ilustrasi cover
kedua diadopsi dari slogan keluarga berencana: dua anak cukup namun diisi gambar presiden dan ibu
negara sedang menggandeng anak dan menantunya.

Menurut Philip Meggs (dalam Couto, https//www.belanak.wordpress.com) komputer digital menjadi


tempat desainer untuk melakukan berbagai improvisasi dalam kegiatan menciptakan huruf,
menggabungkan images (foto-foto), menggambar dengan beragam warna yang kompleks. Sehingga
layout yang dihasilkan jauh lebih bagus. Penggunaan teknologi digital ini menyebabkan tampilan visual
majalah Tempo jadi jauh lebih menarik.

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara
cermat dan langsung. Dalam hal ini peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu
mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung berbagai hal atau kondisi yang ada
dilapangan.20 Cholid Naburko dan Abu Achmadi, Op.Cit, h.98. Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema, dan dirumuskan tema dan hipotesa kerja seperti cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.(21 Ibid, h.280.)

METODOLOGI (Note: dari perspektif desain graphis)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang ingin mendeskripsikan kualitas tampilan visual
sampul muka koran Tempo. Objek penelitian ini adalah sampul muka koran Tempo (Tgl/bulan). Jenis
data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder melalui metode observasi, dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Sampel objek penelitian adalah sampul muka koran Tempo yang terbit pada bulan …..
tahun 2020 dengan teknik sampling purposive sampling, dimana objek penelitian secara sengaja dipilih
(bulan ……) untuk memudahkan pengkodifikasian di mana bulan …… merupakan penomoran awal
penerbitan koran Tempo dalam durasi volume pertahun. Analisis data dilakukan dengan
mendeskripsikan kualitas tampilan visual sampul koran Tempo dari kesesuaian komposisi ilustrasi, teks/
tipografi, warna, yang sesuai dengan menggunakan pendekatan lima prinsip desain menurut Tim Lincy
(Kusrianto, 2007:277).

Tom Lincy dalam Design Principle for Desktop Publishing memastikan bahwa ada lima prinsip utama
yang dipergunakan sebagai acuan ketika seorang desainer berkarya (Kusrianto, 2007: 277-285).

1. Proporsi (proportion) yaitu kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya.

2. Keseimbangan (balance) yaitu suatu pengaturan dalam suatu halaman memiliki efek seimbang, baik
yang informal maupun formal. Seimbang bukan berarti sama besar, namun lebih bermakna memiliki
tampilan yang sama bobotnya. Penerapan prinsip ini berhubungan dengan kesatuan dan harmoni.

3. Kontras (contrast) yaitu adanya kombinasi antara dua unsur yang berbeda sehingga menimbulkan
efek penonjolan pada salah satu unsurnya. Jika suatu desain menampilkan elemen-elemen yang sama
kuatnya maka akhirnya tidak ada satu pun materi dari halaman itu yang menonjol. Hal seperti ini dapat
menggagalkan misi yang ingin difokuskan dari desain yang dibuat.

4. Irama (rhythm) yaitu memiliki kesamaan makna dengan repetisi atau pola pengulangan yang
diharapkan menimbulkan irama yang menarik dinikmati.

5. Kesatuan (unity) atau sama dengan kedekatan (proximity) adalah hubungan antara elemen-elemen
desain yang semula berdiri sendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi suatu yang
baru dan memiliki fungsi baru yang utuh.

Tabel 2.
Lima prinsip desain menurut Tim Lincy (Kusrianto, 2007:277)

No. Unsur Visual Sampul Majalah Tempo Prinsip Desain (Tom Lincy)
1. Ilustrasi Proporsi; Keseimbangan; kontras; irama; kesatuan
2. Teks/Tipografi Proporsi; Keseimbangan; kontras; irama; kesatuan
3. Warna Proporsi; Keseimbangan; kontras; irama; kesatuan

a. Proporsi
Dalam prinsip desain grafis, proporsi mempunyai pengertian perbandingan antara bagian
dengan bagian dan antara bagian dengan keseluruhan (Kusrianto, 2007:43). Namun, dalam
kaitannya dengan layout (tata letak) sebuah sampul koran atau majalah, proporsi yang
dimaksud adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya. Untuk sampul koran Tempo
ukuran bidangnya adalah xx x yy cm. Ukuran ini mendekati ukuran letter ( ….. x …….. cm). Ukuran
letter pada umumnya dipakai sebagai standar ukuran siap pakai di hampir semua program
aplikasi dan disinyalir mempunyai ‘power’ tersembunyi dalam ilmu tata letak, sehingga hampir
semua buku menggunakan proporsi bidang kertas yang seukuran letter (Kusrianto, 2007:277).

Proporsi pada ilustrasi.


Untuk sampul koran Tempo, proporsi ukuran …. x …… dipergunakan secara fullpage oleh
gambar/ilustrasi. Tidak ada unsur ruang yang tanpa ilustrasi dan warna. Ilustrasi mendominasi
hampir semua bidang.
Proporsi pada warna.
Hampir setiap bagian pada sampul koran Tempo berwarna (fullcolour). Proporsi warna
didominasi oleh warna-warni hitam yang cerah yang menghasilkan nuansa ceria sesuai
psikologis berita.
Proporsi pada teks dan huruf.
Teks ditata sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Proporsi setiap teks
disesuaikan ukuran dan pilihan karakter hurufnya sesuai hierarki fungsinya pada sampul.
Misalnya untuk judul koran dibuat jauh lebih besar dan paling menonjol dari segi ukuran.
Sementara untuk sub judul dibuat lebih kecil dan posisinya lebih di bawah. Jenis huruf yang
dipilih rata-rata mempunyai bentuk yang (jenis font yang digunakan) sesuai karakter koran
berita yang disuguhkan pada edisi tersebut.

b. Kontras
Kontras pada teks/huruf.
Kontras teks/huruf pada sampul Tempo terletak pada judul koran Tempo yang sengaja
ditampilkan menggunakan ….. warna yang berbeda yaitu , ….., …… dan ….. serta diberi dasar
putih. Kontras berikutnya adalah karena ukuran hurufnya yang paling besar diantara teks/huruf
yang lain. Kontras pada teks Tempo ini sebagai penonjolan terhadap eksistensi dan fungsinya
sebagai nama surat kabar Berita. Kontras lainnya dari unsur teks/huruf adalah adanya beragam
gaya tata letaknya, terutama headline, yang sengaja dipasang secara berbeda (:miring/diagonal)
dibandingkan teks lainnya.

c. Irama (rhythm)
Irama sebenarnya mempunyai makna sama dengan repetisi atau perulangan. Perulangan inilah
yang menimbulkan adanya irama. Pengulangan biasanya terjadi pada penerapan pola warna
maupun motif. Irama pada ilustrasi. koran Tempo memperkuat headline berita yang
menciptakan irama yang harmonis antara warna yang satu dengan yang lain. Irama pada
teks/huruf. Pada sampul koran Tempo prinsip irama atau repetisi diterapkan pada penggunaan
pilihan huruf. Satu jenis huruf digunakan secara berulang dan diterapkan dengan ukuran yang
berbeda sesuai dengan hierarkinya.

d. Kesatuan (Unity)
Sebuah desain dapat disebut memiliki kesatuan jika secara keseluruhan tampak harmonis antara
tipografi, ilustrasi, warna dan unsur-unsur desain yang lainnya. Elemen-elemen yang semula
berdiri sendiri dapat disatukan menjadi sesuatu yang baru dan utuh serta mempunyai fungsi
yang utuh.

Kesatuan pada ilustrasi.


Pada halaman muka koran Tempo prinsip kesatuan pada ilustrasi tergambar dari
kesinambungan dan kelugasan bentuk yang mampu bercerita secara utuh tentang tema yang
diangkat. Kesatuan pada unsur ilustrasi mampu memberi gambaran yang nyata sekaligus
imajinatif kepada khalayak sasaran yang membaca Tempo.

1) Kesatuan pada warna.


Penyatuan beberapa jenis warna pada ilustrasi, teks dan elemen-elemen lainnya pada dasarnya
bertujuan untuk menghasilkan harmonisasi agar halaman muka koran Tempo menjadi menarik
dan sesuai dengan karakteristik koran berita.
2) Kesatuan pada teks/huruf.
Penggunaan maksimal …. jenis huruf untuk headline, tagline dan subheadline, memudahkan
dalam menciptakan kesatuan yang mampu menjelaskan urgensi dan fungsi masing-masing teks.
Pilihan pada satu jenis huruf untuk kelompok tagline dan subline memberikan makna bahwa
teks pada bagian tersebut memiliki posisi yang sejajar di dalam isi surat kabar. Pembaca bisa
membedakan teks yang merupakan topik utama dan teks yang bersifat tetap setiap edisi

Simpulan:
Ciri Khas Unsur-unsur Visual Sampul Majalah Berita Tempo
Secara visual wajah koran Tempo mempunyai tampilan visual yang menarik dan unik. Daya tariknya
terletak pada kematangan dan keluwesan mengolah ruang vertikal (portrait) dengan komposisi layout
yang harmonis antara teks dan ilustrasinya. Penggunaan warna kontras warna yang cerah dan penuh
harmoni memberi kesan atraktif dan sesuai dengan nilai berita. Berdasarkan pengalaman dari eksistensi
Tempo selama …. tahun dan telah melewati fase cetak non digital ke era digital, merupakan suatu
jaminan untuk menunjukkan jati diri Tempo sebagai salah satu surat kabar berita yang secara visual
telah mapan secara grafis

Sebagaimana diketahui bahwa komposisi adalah pengorganisasian unsur-unsur rupa yang disusun dalam
karya desain grafis secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian dengan
keseluruhan (Kusrianto, 2007:34). Kunci untuk menghasilkan sebuah karya grafis yang bagus adalah
fokus terhadap masalah komposisi. Gambar ilustrasi yang dipasang senantiasa menggambarkan topik
utama yang diangkat pada edisi penerbitan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hal pertama koran Tempo menjadi menarik salah satunya
karena komposisinya yang harmonis. Kaidah-kaidah komposisi yang harmonis betul-betul diperhatikan
dalam menata tampilan visualnya. Prinsip kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (ritme),
kontras, fokus (pusat perhatian) serta proporsi semuanya terakomodir dengan sangat baik pada koran
Tempo yang menjadi obyek penelitian (gambar 1). Komposisi yang dipergunakan juga senantiasa
dinamis, kadang simetris dan sering juga asimetris; namun tetap harmonis.

Daya tarik visual surat kabar Tempo terletak pada penggunaan ilustrasi yang menarik dengan tokoh
anekdot yang disesuaikan di dalam laporan utamanya. Dalam desain komunikasi visual, ilustrasi akan
menjadi pengikat perhatian bagi audience.

Beberapa keunggulan yang dipunyai oleh ilustrasi muka koran Tempo mampu menggugah perasaan dan
hasrat untuk membaca antara lain karena bentuk gambarnya komunikatif dengan garis gestur yang
mudah dipahami; ide menggunakan karakter personifikasi tehadap laporan utama yang menjadi topik
utama yang disajikan dalam berita sangat detail terlebih dengan sentuhan digital grafis menyebabkan
ilustrasi yang dipergunakan mempunyai daya tarik (eye catching) yang kuat; dan terakhir terletak pada
kualitas resolusi gambar yang tepat sehingga surat kabat Tempo bisa tampil sebagai media cetak yang
artistik dan kualitas image yang tajam (high resolution).

Pendukung lain dari kekhasan ilustrasi majalah Tempo adalah selalu menampilkan nuansa tema yang
berbeda dan update pada setiap terbitannya. Tema ini diilustrasikan oleh kritik terhadap isu yang
muncul dalam laporan utamanya. Peran yang berganti-ganti ini secara tidak langsung menuntun
pembaca untuk memahami suatu topik yang sedang hangat di media maupun lingkungan sekitarnya.

Warna memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan unsur sebelumnya.
Dengan warna, sebuah sampul majalah bisa dihidupkan dan diberi predikat/ makna. Sebagai surat kabar
berita tentulah ada karakteristik warna tertentu yang patut dipakai. Warna bisa menimbulkan berbagai
macam emosi seperti haru, sedih, gembira, semangat, ceria, dan lain-lain. Warna juga bisa merangsang
kreativitas, kepercayaan, kenyamanan, harapan, kekuatan, ketakutan, dan lain-lain.

Penelitian ini nantinya digunakan untuk membantu dalam pendekatan framing analisis yang
disampaikan dalam cover majalah Tempo mengenai Dinasti Politik. Semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Alfabeta Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual –Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Burton, Graeme. 2008. Yang Tersembunyi di Balik Media. Pengantar Kepada Kajian Media. Yogyakarta:
Birkhoff, G. D. (1933). Aesthetic Measure. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.
Graham, L. (2005). Basic of Design; Layout and Typography for Beginners, Canada:
Jalasutra. Couto, Nasbahry. “Era Revolusi Digital dalam Desain Grafis untuk Mendukung Ekonomi Kreatif ”(https//www.belanak
Jalasutra. Sihombing, Danton. 2015. Tipografi dalam Desain Grafis. PT. Gramedia Pustaka Utama
John Wiley and Sons. Ngo, D. C. L. (2001). Measuring the Aesthetic Element of Screen Design. Elsevier Science. Ngo, D. C. L.,
Komik: Dunia Kreatif Tanpa Batas. Yogyakarta: Kata Buku
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.
Masri, Andry. 2010. Strategi Visual. Yogyakarta: Jalasutra Maharsi, Indiria. 2011.
McCloud, Scout. 2001. Understandings Comics atau Memahami Komik, terjemahan S. Kinanti (2002). Jakarta: KPG.
Meggs, B. P., Purvis, W. A. (2006). Meggs’ History of Graphic Design. New Jerey:
Noerhadi, Toety Heraty. 1989. Kartun dan Karikatur sebagai Wahana Kritik Sosial. Majalah Ilmu-ilmu Sosial, XVI, No. 2.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ryan, W., Conover, T. (2004). Graphic Communication Today. 4th Edition. USA:
Rustan, Surianto. 2010. Font & Tipografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Rustan, Surianto, S.Sn. 2009. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sandiningrat, I. (2011). Tinjauan Komposisi Warna Pada Elemen Visual Cover Majalah Hai Tahun 1981
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. Nirmana (Dasar-dasar Seni dan Desain). 2009. Yogyakarta:
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar. Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia
Teo, L. S., and Byrne,. J. G. (2003). Modeling Interface Aesthetics. Journal of Information Sciences.
Thomson Delmar Learning. Hoenig, F. (2005). Defining Computational Aesthetics. The Eurographics Association.
Thomson Delmar Learning. Tondreau, B. (2009). Layout Essential: 100 Design Principles for Using Grid. Massachusetts:
Rockport.
Wikan, A. (2011). Masa depan media cetak Indonesia. Jurnal Dewan Pers, 5, 1-14

Anda mungkin juga menyukai