Anda di halaman 1dari 17

Artistik Media

Materi Diklat Jurnalistik untuk Guru SMP, Bogor, 26 Juli 2013


Oleh Kalam Jauhari

ARTISTIK berurusan dengan desain teks, garis, ilustrasi, foto, dan semua hal lain
yang tampak dalam sebuah media. Sekalipun disebut ‘artistik’,ia tidak sekadar
bertujuan agar produk yang dihasilkan sedap dipandang, tetapi juga membantu
konsumen nyaman dalam membaca dan memahami isi produk tersebut. Artistik
yang buruk akan membuat pembaca sulit menemukan komponen penting, tidak
fokus, cepat lelah membaca, dan seterusnya. Tetapi, yang terburuk ialah
membuat orang tidak tertarik untuk membaca, atau bahkan sekadar membuka-
buka halaman yang ada di dalamnya.
Dalam sebuah media massa, idealnya urusan artistik ini tidak dikerjakan satu
orang, tetapi oleh sebuah tim artistik yang sedikitnya terdiri dari redaktur
artistik, layouter, ilustrator, dan fotografer. Masing-masing memiliki bidang kerja
tersendiri. Fotografer mengambil (dan mengolah) gambar yang diperlukan,
ilustrator membuat ilustrasi atau grafis, layouter mendesain teks dan gambar
menjadi sebuah bentuk, dan redaktur artistik membuat dan/atau menyelaraskan
konsep artistik media yang diproduksi.

Anatomi Laman dan Halaman.


Materi ini akan berfokus pada 3 produk media jurnalistik: majalah, buletin (bisa
dalam bentuk cetak maupun elektronik), dan website. Tigahal itu saya anggap
umum diproduksi oleh yang selain industri jurnalistik profesional, di samping
cukup mewakili gambaran media berbasis teks—artistik produk jurnalistik
dalam bentuk audio dan video di luar pengetahuan saya.
Umumnya semua bagian dari anatomi laman dan halaman(akan dirinci di bawah
ini) dibuat berbeda satu dan lainnya.Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pembaca membedakan atau menemukan masing-masing bagian itu. Di samping
itu, bagian-bagian yang dianggap lebih penting perlu dibuat lebih menonjol
dibanding yang kurang, agar pembaca berfokus pada bagian-bagian yang
dianggap penting dan lebih mudah memahami tulisan.
Anatomi yang umum digunakan dalam desain halaman majalah dan bulletin, baik
cetak maupun elektronik:
▪ Judul (headline). Semua tulisan dalam majalah memiliki judul, kecuali tulisan
dalam rubrik tertentu yang dianggap kurang memerlukan judul. Judul
biasanya memiliki ukuran font yang paling besar sehingga paling menonjol
bila dibanding yang lain.
▪ Deck. Tidak semua tulisan memiliki deck. Deck biasanya lebih panjang dan
menyediakan informasi yang lebih spesifik ketimbang judul.
▪ Nama penulis (byline). Penempatan nama penulis berbeda-beda, tergantung
keperluan. Ada yang ditempatkan di awal tulisan, akhir, dan dalam badan teks
itu sendiri.

▪ Lead. Setiap tulisan memiliki lead. Ia terletak di awal tubuh teks. Karena ia
biasanya dibuat semenarik mungkin agar pembaca ingin membaca artikel
lebih lanjut, sebagian desainer membuatnya sedikit berbeda dengan tubuh
teks lain. Kebanyakan lead menggunakan font yang sama dengan body text,
hanya saja sedikit lebih besar atau dibuat tebal (bold).
▪ Badan teks (body / body text / body copy).
▪ Kredit (credit). Kredit berisi keterangan fotografer atau pembuat ilustrasi.
▪ Gambar (art). Baik foto, grafis, maupun ilustrasi dapat kita masukkan dalam
kategori ini.
▪ Caption (keterangan gambar). Mirip dengan pull quote, caption bisa berisi
kutipan pernyataan dari orang yang ada di dalam gambar itu. Di samping itu,
caption bisa berisi keterangan ringkas mengenai gambar yang mencakup
siapa atau apa, kapan, di mana, dan mengapa (5w).
▪ Kutipan (pull quote). Kutipan berisi pernyataan yang dianggap penting di
dalam tulisan. ini biasanya berukuran cukup besar (lebih besar ketimbang sub
judul atau caption).
▪ Infografis (infographic). Menghadirkan informasi dengan cara selain teks
dalam kolom biasa.
▪ Slidebar. Berisi tulisan yang tambahan yang lebih pendek dan terkait dengan
tulisan utama. Biasanya slidebar ditandai dengan latar belakang yang
berwarna, dengan garis,atau jumlah kolom yang berbeda.
▪ Nama rubrik (running head atau section head).
▪ Kicker (keterangan tematis). Umumnya terletak di atas judul tulisan.
▪ Margin. Pembatas antara ruang yang menjadi area konten dan sisi luar
halaman yang berwarna putih (ruang kosong).
▪ Kolom. Dalam dunia artistik, yang dimaksud dengan kolom ialah ruang untuk
penempatan teks. Namun, juga sering diartikan lebih sempit sebagai ruang
untuk body teks.
▪ Grid dan Baseline. Berfungsi untuk membantu desainer meratakan kolom teks
atau objek lain. Membantu membuat konsistensi bagian atas-bawah atau kiri-
kanan teks atau gambar.
▪ Gutter. Ruang kosong antara satu kolom dengan kolom lain.
▪ Subjudul (subhead).
▪ Penanda akhir tulisan. Simbol yang biasa digunakan sangat beragam. Antara
lain , , dan .
▪ Rule. Merupakan garis pemisah antara satu tulisan dengan lainnya, atau untuk
menegaskan judul, caption, pull quote, dan lainnya.

▪ Folio. Lebih dari sekadar penanda halaman, folio juga mencakup nama media
dan edisi.
▪ Indent. Ruang penanda masuk paragraf.
▪ Hyphenation. Tanda ‘-’ untuk pemotongan kata.
▪ Drop cap. Sebuah tanda dengan huruf yang besarnya lebih dari satu baris.
Biasanya digunakan untuk masuk paragraf pertama setelah judul atau kadang
juga sub judul.
Laman dalam sebuah media online memiliki anatomi yang berbeda, sekalipun
secara garis besar sama. Dalam anatomi laman juga terdapat Judul, kicker
(meskipun di sini juga bisa disebut rubrik), byline, body text, kredit, caption,
indent, dan lainnya. Tetapi ada bagian-bagian yang jelas tidak terdapat dalam
media cetak dan elektronik pada umumnya, seperti hyperlink dan interaksi
dengan sosial media (Facebook, Twitter, dan lainnya).

Mempersiapkan sebuah media cetak (bulletin atau majalah).


Sebelum mendesain teks dan gambar yang akan disajikan, kita harus punya
bayangan akan seperti apa garis besarnya media jurnalistik yang ingin kita
tampilkan. Hal ini akan sangat membantu dalam praktik pembuatan desain
majalah maupun web. Juga agar desain secara keseluruhan dalam ukuran
tertentu padu, memiliki keterkaitan konseptual misalnya antara desain satu
rubrik dengan lainnya.
Jika konsep garis besar itu telah ada dalam kepala, tim artistik bisa mulai
memvisualisasikan konsep itu. Hal-hal utama yang perlu dipersiapkan oleh tim
artistik adalah sebagai berikut.
▪ Karakter cover (dalam media cetak dan elektronik) dan home (dalam website)
Yang pertama-tama terlihat dalam cover atau home adalah logo atau
masthead. Seperti produk-produk lain, majalah, bulletin, maupun website
tidak hanya memiliki nama, tetapi juga sebuah logo yang dimaksudkan untuk
dapat membuatnya mudah dikenali dan diingat, serta menjadi pembeda
dengan media yang lain. Karena ia sebuah logo, karakter nama majalah sangat
jarang dan hanya diubah untuk alasan yang mendesak.
Selain logo, dalam halaman paling depan media cetak dan elektronik pasti
terdapat keterangan edisi. Seperti logo, karakter keterangan edisi ini juga
jarang diubah. Biasanya terletak di atas atau bawah logo. Tetapi hal ini
umumnya tidak terdapat dalam laman.
Hal lain lagi yang juga penting adalah cover story.Ia ditujukan untuk
membantu menjelaskan gambar cover, yang umumnya memberi tahu tema
utama yang diangkat dalam edisi tersebut. Karakter cover story bisa
ditentukan terlebih dahulu (menjadi bagian karakter cover yang tetap) atau
dibuat berbeda setiap edisi (tidak dibakukan).Cover story pasti terdapat
dalam majalah, tetapi jarang pada bulletin dan hampir tidak ada pada website.
Berikut ini adalah gambaran contoh perbedaan halaman muka website,
majalah, dan bulletin.
▪ Membuat rancangan visualisasi konten.
Dalam media cetak dan elektronik rancangan visualisasi konten itu oleh
desainer biasanya disebut dummy atau template. Yang perlu diperhatikan di
sini adalah penentuan margin, kolom, dan gutter.
Dalam membuat margin, kesalahan yang paling umum dilakukan oleh
desainer pemula adalah tidak memperhitungkannya secara
proporsional.Margin yang terlalu kecil akan membuat area teks dan gambar
(isi halaman) kehilangan fokus serta area yang dekat dengan lipatan sulit
terbaca. Sedang margin yang terlalu besar hanya akan menyia-nyiakan kertas,
selain mengurangi kecantikan desain.

Kolom merupakan alat yang esensial dalam standarisasi layout. Ia sangat


membantu Anda untuk membuat struktur majalah. Umumnya, dalam majalah
maupun buletin, kolom (untuk body text) biasanya berjumlah 2 atau 3. Tetapi
bukan berarti tidak ada kolom yang dalam satu halaman hanya berjumlah
satu atau malah lebih dari empat. 1 kolom biasanya digunakan untuk desain
spesifik, sedang yang empat ke atas digunakan majalah yang berukuran cukup
besar atau sebagai panduan untuk penempatan teks dengan bebas. Beberapa
desainer menyebut kolom sebagai tulang punggung layout yang baik. Berikut
ini adalah contoh-contoh kolom.

Contoh layout 2 kolom biasa (kiri) dan narrow dengan slidebar(kanan).

Contoh layout 3 kolom biasa (kiri) dan narrow dengan slidebar(kanan).


Contoh layout 4 kolom biasa (kiri) dan narrow dengan slidebar(kanan).

Contoh layout 5 kolom untuk variasi penataan.

Penentuan besarnya ukuran kolom tidaklah sembarangan. Kolom yang terlalu


besar dan kecil akan lebih cepat membuat pembaca lelah. Sebab terlalu
banyak menggerakkan mata dan kepala ketika membaca.Dengan font dan
ukuran yang sama (Caslon, 10/12), ketiga kolom di bawah ini dapat
berpengaruh pada kelelahan membaca secara berbeda. Kolom sebelah
kiri,berukuran 10 pica dan memuat 25-30 karakter, dianggap kurang ideal
karena terlalu ramping. Mata akan cepat bergerak turun ke bawah. Kolom
sebelah kanan, berukuran 25 pica dan memuat 70-80 karakter, dianggap
terlalu panjang. Mata akan terlalu banyak bergerak ke kiri dan ke kanan.
Kolom tengah dianggap ideal, berukuran 15 pica dan memuat 38-45 karakter.

Di dalam laman juga terdapat kolom. Namun sering kali lebih sederhana
ketimbang majalah atau media cetak lainnya.

Di samping jumlah dan ukuran kolom, gutter juga penting diperhatikan, agar
jarak antar kolom tidak terlalu dekat atau jauh. Jika tidak, selain komposisi
objek akan terlihat buruk atau semrawut, juga dapat mengganggu
kenyamanan membaca.

▪ Menentukan Font.
Kegiatan lain yang sangat penting ialah menentukan fonts yang akan
digunakan semua komponen teks dalam content. Perlu ditentukan terlebih
dahulu font apa yang akan digunakan untuk judul, body teks, caption, folio, dan
lainnya. Ini penting untuk menjaga konsistensi. Jika tidak, pembaca akan
sukar membedakan mana pull quote dan mana caption, running head dan
judul, dan seterusnya. Tidak hanya itu, font juga berperan penting dalam
keterbacaan teks dan kenyamanan membaca. Font yang terlalu rumit,
jaraknya terlalu dekat, atau terlalu jauh dapat mengurangi kenyamanan atau
sulit terbaca.
Secara umum font terbagi dalam dua kategori besar, Serif (berkaki) dan
Sanserif (tidak berkaki). Sanserif masih terbagi dalam empat kelompok besar,
oldstyle (gambar bawah paling kiri), transitional (kedua dari kiri), modern
(kedua dari kanan), dan slab (paling kanan).

Dalam kata kalimat, font juga dibedakan berdasarkan ALL CAPS (huruf besar),
SMALL CAPS (huruf besar dengan ukuran yang berbeda), Sentence (setiap kata
diawali dengan huruf besar), dan lowercase (huruf kecil).
Perlu diperhatikan bahwa ukuran antara satu font dan lainnya tidak sama.
Sebab itu sebelum menentukan font yang akan digunakan, perlu
diperbandingkan dengan font lain atau dicetak dalam ukuran sebenarnya.
Di samping itu, kerapatan antar huruf satu font dengan lainnya juga berbeda.
Merapatkanfont umumnya disebut kerning. Font yang kerapatannya hurufnya
berbeda-beda, terlalu rapat, atau terlalu renggang akan mengurangi
kenyamanan membaca.
Contoh kerapatan yang buruk dengan font dengan lowercase:

Contoh kerapatan yang buruk dengan font dengan uppercase:


Contoh font tanpa kerning dan dengan kerning otomatis serta manual:

▪ Karakter rubrik dan komposisi halaman.


Setiap rubrik boleh atau malah perlu memiliki ciri khas tersendiri, sekalipun
secara umum masih memiliki kesamaan karakter. Ciri khas itu bisa
dimunculkan dalam desain dan font komponen teks maupun desain
(komposisi) halaman.
Contoh desain dan tatanan folio:

Contoh desainrunning head:


Contoh desain rubrik kecil (1 halaman):

Contoh desain laporan utama:


Hal yang perlu diperhatikan dalam desain halaman ialah spread. Dalam
majalah maupun buletin, desain halaman-halaman yang berhadapan (spread)
itu tidak berdiri sendiri. Sekalipun antara halaman di sebelah kiri dan kanan
berbeda (sebaiknya dihindari), karena rubriknya berbeda misalnya, keduanya
bekerja sama menjadi satu unit desain halaman yang padu. Sebab pembaca
melihat spread itu sebagai satu unit. Berbeda dengan koran, tabloid, atau
media dengan halaman besar lainnya, pada majalah mata pembaca secara
alami akan berfokus pada dua halaman sekaligus. Tetapi tidak semua bagian
dari spread menjadi fokus mata.

Gambar abu-abu diatas menunjukkan bagian yang paling terlihat atau menjadi
fokus mata. Bagian yang paling gelap dalam gradasi abu-abu lebih terlihat
ketimbang yang terang. Sebab itu bagian yang gelap pada gradasi abu-abu
merupakan yang terpenting dan paling berdampak bagi pembaca.
Gambaran fokus mata tersebut menjukkan bahwa kita tidak bisa
sembarangan menata komponen-komponen. Judul, sebagai elemen terpenting
dalam tulisan, memang boleh diletakkan di bagian bawah halaman. Tetapi
seharusnya tidak diletakkan di bawah body textnya sendiri. Jika melihat
halaman itu, karena fokus mata tersebut, pembaca pertama-tama akan
bingung. Ia menduga bahwa body text dari itu bagian dari tulisan lain di
halaman sebelumnya, tetapi ternyata tidak. Sebagai mana terlihat dalam
contoh berikut.
▪ Kenali dasar cetak-mencetak.
Jika media yang diproduksi adalah media cetak, seperti majalah dan bulletin,
beberapa hal yang terkait dengan cetak-mencetak perlu diperhatikan.
Terutama masalah halaman, garis-potong, dan warna.
Halaman. Untuk majalah atau bulletin yang tebal, sehingga penyatuan antar
halamannya (finishing) menggunakan lem, makan jumlah halamannya harus
bisa dibagi dua. Namun, jika kurang tebal, sehingga penyatuan antar
halamannya cukup menggunakan klip, maka jumlah halamannya harus bisa
dibagi empat. Selain itu, sejumlah mesin masih menuntut agar hasil layout
majalah dibooklet terlebih dahulu sebelum dicetak. Booklet membuat halaman
pertama bertemu dengan yang paling akhir, halaman kedua dengan yang
kedua dari akhir, dan seterusnya. Namun banyak mesin baru telah memiliki
kemampuan membuat booklet sendiri secara otomatis.
Garis potong (crop mark), registration mark, dan bleed. Karena mesin cetak
(terutama yang keluaran lama) tidak presisi dalam mencetak, maka garis
potong diperlukan untuk menjadi panduan dalam memotong kertas.
Registration mark dimaksudkan untuk membantu mesin menempatkan warna
CMYK dengan benar. Bleed merupakan area di luar garis potong yang akan
dibuang setelah kertas dipotong.

Mesin cetak menggunakan 4 warna dasar yaitu CMYK (cyan, magenta, yellow,
dan black)—berbeda dengan warna monitor yang menggunakan 3 warna
dasar RGB (Red, Blue, dan Green). Jadi, desainer dituntut untuk menggunakan
warna tersebut jika produknya ditujukan untuk cetak.

RGB:

CMYK:

Anda mungkin juga menyukai