Anda di halaman 1dari 3

MEMAHAMI NAHDLATUL ULAMA (NU)

SEBAGAI ORGANISASI YANG “TIDAK BIASA”

(BAGIAN 1)

“Pandanglah NU sebagai Organisasi pada umumnya,


Namun sadarilah bahwa NU bukan Organisasi yang biasa/umum”
(Muhammad Arief Albani)

Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah Organisasi Kemasyarakatan/Massa (ormas) yang


namanya mendunia bahkan disebut-sebut sebagai Organisasi Kemasyarakat Berbasis
Agama Terbesar di Dunia. Organisasi ini tampak seperti Organisasi Massa yang
menjalankan dinamika organisasinya seperti organisasi lainnya dan begitupun dengan
perangkat organisasinya yang bertingkat.

Pada kenyataannya, banyak yang harus melihat NU dari dekat dan melihat NU secara
jeli. Bahwa NU bukanlah organisasi biasa-biasa saja bahkan bisa dibilang “Luar Biasa”.
Setidaknya di sini akan kita urai secara singkat dan hanya menghadirkan “signal”
sebagai bahan untuk membuktikan bahwa NU adalah Organisasi yang “Tidak Biasa”.

NU ADALAH ORGANISASI ULAMA

Al-Ukhuwah dimaknai sebagai ikatan persaudaraan, yang jika disatukan dengan


kebutuhan masing-masing unsur atau individu yang ada di dalamnya serta dilandasi
“kasih sayang” maka akan dapat menjadi dasar terbentuknya sebuah “wadah”
berkumpulnya masyarakat yang baik dan harmonis. Kunci Al-Ukhuwah adalah bersedia
untuk hidup berkumpul dan berinteraksi dengan orang banyak (masyarakat). Bahwa
manusia hanya dapat memenuhi kebutuhannya secara sempurna jika dia mau
berkumpul bersama.
Berkumpulnya para Ulama di Nusantara (Indonesia) khususnya di Jawa yang didasari
pemikiran yang sama dan didasari pengalaman merasakan hal yang sama pada masa
kolonialisme merupakan titik awal terbentuknya Nahdlatul Ulama. Sebelumnya, mari
kita samakan dahulu pemahaman kita tentang istilah “Ulama”. Ulama adalah seseorang
yang memiliki tingkat penguasaan ilmu (dalam hal ini ilmu agama islam) yang di atas
rata-rata masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian, Ulama biasanya akan menjadi
rujukan bagi masyarakat dalam menimba ilmu agama (Islam).
Melihat makna tersebut, berarti seorang Ulama yang menjadi rujukan masyarakat,
otomatis akan memiliki “kaum” atau Jama’ah yakni orang-orang yang berada di dalam
peng-“ampu” an mereka. Singkatnya, para Ulama akan memiliki massa atau jamaah.

Ulama-Ulama di Nusantara umumnya tergolong dalam golongan Ahlussunah wal


Jamaah. Yakni Golongan yang dalam pemahaman Islam-nya mengambil dasar atau
menganut pada salah satu Imam Madzhab yang masing-masing adalah Imam Abu
Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i dan
Imam Ahmad bin Hanbal.
Selain mengacu pada salah satu dari empat Madzhab di atas dalam perkara Fiqih, para
Ulama Ahlussunah wal Jamaah juga memiliki kesamaan langkah dalam hal Ilmu ke-Ilahi
an atau Tasawuf dan sama-sama mengusung pemahaman Tasawuf mereka berdasar
pemahaman langkah (thariqah) dari Imam Al-Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.
Dalam hal Aqidah para Ulama Ahlussunah wal Jamaah di Nusantara meyakini
pemahaman Imam Abu al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi.

Dari penjabaran di atas, kita tentu sudah bisa mengambil kesimpulan awal dalam
memahami NU nantinya. Bahwa Ulama-Ulama Nusantara penggagas berdirinya NU
nantinya adalah kumpulan Ulama yang memiliki kesamaan langkah dan berangkat dari
dasar pemahaman yang sama.

Dari kesamaan pemikiran dan kesamaan pengalaman melihat serta merasakan kondisi
yang sedang berlangsung pasa masa itu, para Ulama Nusantara akhirnya bersepakat
untuk saling bahu membahu dan berkumpul untuk memperjuangkan hal yang sama
baik dalam hal Kebangsaan maupun dalam hal Ancaman Aqidah.

Hingga akhirnya, pada 16 Rajab 1344 H setelah melewati rangkaian upaya pemikiran
lahir serta bathin dari masing-masing para Ulama Nusantara itu, lahirlah kesepahaman
tujuan dalam melestarikan, mengembangkan serta mengamalkan ajaran-ajaran serta
turut memberi sumbangan pemikiran berlandaskan Agama serta tenaga untuk
membebaskan Nusantara ini dari belenggu kolonialisme.
Terbentuklah sebuah perkumpulan (jam’iyyah) para Ulama yang kemudian dikenal
dengan nama NAHDLATUL ULAMA. Jam’iyyah nya para Ulama yang bergerak di bidang
Dakwah ke-Agama an dan Sosial Kemasyarakatan (Jam’iyyah Dakwah wa Ijtima’iyyah).

Dengan demikian, NU adalah Organisasi nya para Ulama. Menjadi sangat banyak orang
yang berkumpul di dalamnya (sejak awal berdiri), karena masing-masing dari para
Ulama yang berkumpul itu memiliki Jamaah atau pengikut setia.
Maka tidaklah mengada-ada jika saya menyebut NU sebagai Organisasi Yang Tidak
Biasa. Karena pada umumnya, sebuah organisasi harus melakukan perekrutan anggota
untuk membuat organisasinya menjadi banyak anggotanya. Namun NU, cukup dengan
beberapa Ulama yang berkumpul maka bermunculanlah anggota-anggota di dalamnya.

...bersambung...

MUHAMMAD ARIEF ALBANI


(PENGURUS PC LTM-NU PCNU KABUPATEN BANYUMAS 2018 – 2024)

Anda mungkin juga menyukai