Anda di halaman 1dari 13

Nama : BRAHMA SURYA WIDJAJA

NIM : 010001600069
Analisa singkat Perbandingan Perda Kabupaten Depok Nomor 1 Tahun 2015
dengan Perda Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah

Perda Kabupaten Karawang Perda Kabupaten Bogor Nomor 11


Nomor 2 Tahun 2013 Tahun 2016
Lingkup Pasal 4 Pasal 5
Wilayah (1) Lingkup wilayah perencanaan
RTRW Kota Depok memuat: adalah Daerah dengan batas yang
ditentukan berdasarkan aspek
1. tujuan, kebijakan, dan administratif mencakup
strategi penataan ruang wilayah daratan,
wilayah kota; wilayah perairan, serta wilayah
udara.
2. rencana struktur ruang
(2) Wilayah perencanaan
wilayah kota;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. Kecamatan Jasinga;
3. rencana pola ruang
b. Kecamatan Parung Panjang;
wilayah kota;
c. Kecamatan Tenjo;
4. penetapan kawasan d. Kecamatan Cigudeg;
strategis kota; e. Kecamatan Sukajaya;
f. Kecamatan Nanggung;
5. arahan pemanfaatan g. Kecamatan Leuwiliang;
ruang wilayah kota; dan h. Kecamatan Leuwisadeng;
i. Kecamatan Cibungbulang;
6. ketentuan pengendalian
j. Kecamatan Ciampea;
pemanfaatan ruang
wilayah kota. k. Kecamatan Pamijahan;
l. Kecamatan Rumpin;
Pasal 5 m. Kecamatan Tenjolaya;
n. Kecamatan Dramaga
Wilayah perencanaan RTRW o. Kecamatan Gunung Sindur;
Kota Depok meliputi 11 p. Kecamatan Parung;
(sebelas) q. Kecamatan Ciseeng;
kecamatan, dan 63 (enam
puluh tiga) kelurahan,
meliputi:
1. Kecamatan Beji, terdiri
atas:

1) Kelurahan Beji;
2) Kelurahan Beji Timur;
3) Kelurahan Kemiri
Muka; 4) Kelurahan
Pondok Cina; 5)
Kelurahan Kukusan;
dan 6) Kelurahan Tanah
Baru.

2. Kecamatan Pancoran
Mas, terdiri atas: 1)
Kelurahan Pancoran
Mas;
2) Kelurahan Depok;
3) Kelurahan Depok
Jaya;

4) Kelurahan
Rangkapan Jaya;
5) Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru;
dan 6) Kelurahan
Mampang.

3. Kecamatan Cipayung,
terdiri atas: 1)
Kelurahan Cipayung;
2) Kelurahan Cipayung
Jaya;
3) Kelurahan Ratu Jaya;

4) Kelurahan Bojong
Pondok Terong; dan

5) Kelurahan Pondok
Jaya.

4. Kecamatan Sukmajaya,
terdiri atas:

1) Kelurahan
Sukmajaya; 2)
Kelurahan Mekarjaya;
3) Kelurahan Baktijaya
4) Kelurahan Abadijaya;
5) Kelurahan Tirtajaya;
dan 6) Kelurahan
Cisalak.

5. Kecamatan Cilodong,
terdiri atas: 1)
Kelurahan Sukamaju;
2) Kelurahan Cilodong;
3) Kelurahan Kalibaru;

4) Kelurahan Kalimulya;
dan

5) Kelurahan Jatimulya.

6. Kecamatan Limo, terdiri


atas:

1) Kelurahan Limo;
2) Kelurahan Meruyung;
3) Kelurahan Grogol;
dan 4) Kelurahan
Krukut.

7. Kecamatan Cinere,
terdiri atas:
1) Kelurahan Cinere;
2) Kelurahan Gandul;
3) Kelurahan Pangkalan
Jati; dan 4) Kelurahan
Pangkalan Jati Baru.

8. Kecamatan Cimanggis,
terdiri atas: 1)
Kelurahan Cisalak
Pasar;
2) Kelurahan Mekarsari;
3) Kelurahan Tugu;

4) Kelurahan Pasir
Gunung Selatan; 5)
Kelurahan Harjamukti;
dan
6) Kelurahan Curug.

9. Kecamatan Tapos,
terdiri atas: 1)
Kelurahan Tapos;

2) Kelurahan
Leuwinanggung; 3)
Kelurahan Sukatani;
4) Kelurahan Sukamaju
Baru; 5) Kelurahan
Jatijajar;

6) Kelurahan Cilangkap;
dan 7) Kelurahan
Cimpaeun.

10. Kecamatan
Sawangan, terdiri atas:
1) Kelurahan Sawangan;
2) Kelurahan Kedaung;
3) Kelurahan Cinangka;

4) Kelurahan Sawangan
Baru; 5) Kelurahan
Bedahan;
6) Kelurahan
Pengasinan; dan 7)
Kelurahan Pasir Putih.

11. Kecamatan
Bojongsari, terdiri atas:
1) Kelurahan Bojongsari;
2) Kelurahan Bojongsari
Baru;
3) Kelurahan Serua;

4) Kelurahan Pondok
Petir;
5) Kelurahan Curug;
6) Kelurahan Duren
Mekar; dan 7)
Kelurahan Duren
Seribu.

r. Kecamatan Kemang;
s. Kecamatan Rancabungur;
t. Kecamatan Bojong Gede;
u. Kecamatan Tajurhalang;
v. Kecamatan Cibinong;
w. Kecamatan Sukaraja;
x. Kecamatan Cijeruk;
y. Kecamatan Cigombong;
z. Kecamatan Caringin; aa.
Kecamatan Ciawi; bb. Kecamatan
Megamendung;
cc. Kecamatan Cisarua; dd.
Kecamatan Citeureup; ee.
Kecamatan Babakan Madang;
ff. Kecamatan Ciomas; gg.
Kecamatan Tamansari; hh.
Kecamatan Gunung Putri; ii.
Kecamatan Cileungsi; jj.
Kecamatan Klapanunggal; kk.
Kecamatan Jonggol; ll.
Kecamatan Sukamakmur;
mm. Kecamatan Cariu; dan
nn. Kecamatan Tanjungsari.
(3) Batas-batas wilayah Daerah meliputi:
a. sebelah utara, berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan (Provinsi Banten),
Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kota
Depok;
b. sebelah timur, berbatasan
dengan Kabupaten Karawang,
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Cianjur;
c. sebelah selatan, berbatasan
dengan
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi;
d. sebelah barat, berbatasan
dengan Kabupaten Lebak (Provinsi
Banten); dan e. sebelah tengah,
berbatasan dengan Kota Bogor.
(4) Luas wilayah administrasi Daerah
kurang lebih 298.620,26
(dua ratus sembilan puluh delapan ribu
enam ratus dua puluh koma dua puluh
enam) hektar.

Kawasan Pasal 28 Pasal 32


Hutan Lindung (1) Kawasan hutan lindung Kawasan hutan lindung sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam pasal yang dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
27 ayat (1) huruf a yaitu huruf b diarahkan sebesar kurang lebih
kawasan hutan mangrove 1% (satu persen) dari luas Daerah,
seluas kurang lebih terletak di:
9.325,7 Ha, a. Kecamatan Nanggung;
tersebar di: b. Kecamatan Leuwiliang;
a. Kecamatan Tirtajaya; c. Kecamatan Pamijahan; dan
b. Kecamatan Cibuaya; d. Kecamatan Cisarua
c. Kecamatan Batujaya;
d. Kecamatan Pakisjaya; dan
e. Kecamatan Cilamaya Wetan.
Pelaksanaan Pasal 46 Pasal 51
RTRW (4) Pelaksanaan RTRW Kabupaten (3) Pelaksanaan RTRWK terbagi dalam 4
terbagi dalam 4 (empat) tahapan, (empat) tahapan, meliputi:
Kabupaten a. tahap I (Tahun 2016-2021);
yaitu:
Tahap I (2011-2015), Tahap II (Tahun b. tahap II (Tahun 2022-2026);
2016-2020), Tahap III (Tahun 2021 c. tahap III (Tahun 2027-2031); dan
– 2025), dan Tahap IV (Tahun d. tahap IV (Tahun 2032-2036).
20262031).
Ketentuan Pasal 60 Pasal 66
Perizinan (1) Ketentuan perizinan merupakan (1) Ketentuan perizinan sebagaimana
pedoman bagi pejabat yang dimaksud dalam Pasal 52 huruf b adalah
berwenang dalam pemberian izin proses administrasi dan teknis yang
pemanfaatan ruang berdasarkan harus dipenuhi sebelum pelaksanaan
rencana struktur dan pola ruang kegiatan pemanfaatan ruang dan
yang ditetapkan dalam Peraturan berfungsi untuk: a. menjamin kesesuaian
Daerah ini. (2) Ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dengan rencana tata
sebagaimana dimaksud pada ayat ruang;
(1) sebagai alat pengendali b. mengendalikan penggunaan lahan
pemanfaatan ruang yaitu izin yang untuk mencapai kesesuaian pemanfaatan
menjadi kewenangan Pemerintah ruang; dan
Daerah berdasarkan peraturan c. menjadi rujukan dalam
perundang-undangan. pelaksanaan pembangunan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2) Ketentuan perizinan disusun
prosedur perolehan izin dan tata berdasarkan ketentuan umum peraturan
cara penggantian yang layak zonasi yang sudah ditetapkan dan
ditetapkan dengan Peraturan Bupati. ketentuan teknis sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai jenis izin,
mekanisme dan tata cara perizinan lebih

lanjut akan diatur dengan peraturan


daerah yang disusun sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 67
(1) Segala bentuk kegiatan dan
pembangunan prasarana dan sarana
harus memperoleh izin pemanfaatan
ruang yang mengacu pada RTRWK.
(2) Setiap orang atau badan hukum
yang memerlukan tanah dalam rangka
penanaman modal wajib mengajukan
izin pemanfaatan ruang kepada Bupati.
Insentif dan Pasal 61 Pasal 69
Disinsentif (1) Insentif dan disinsentif (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam
diberikan kepada masyarakat dan Pasal 68 ayat (2) dapat diberikan kepada:
pelaku usaha di Kabupaten. a. pemerintah desa;
(2) Insentif dan disinsentif b. dunia usaha; dan
merupakan bagian dari mekanisme c. masyarakat
pemberian izin pemanfaatan ruang (2) Pemberian insentif kepada
di Kabupaten. pemerintah desa sebagaimana
(3) Insentif dan disinsentif dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat
diprioritaskan untuk upaya berbentuk:
mempertahankan kawasan lindung, a. pemberian kompensasi;
kawasan pertanian pangan b. penyediaan sarana dan prasarana;
berkelanjutan, dan/atau
pengembangan kawasan peruntukan c. publikasi atau promosi daerah.
industri, permukiman perkotaan, (3) Pemberian insentif kepada dunia
serta perdagangan dan jasa sesuai usaha dan masyarakat sebagaimana
Peraturan Daerah ini. dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
(4) Kebijakan insentif meliputi: huruf c, dapat berbentuk:
a. keringanan pajak, pemberian a. pemberian kompensasi;
kompensasi, subsidi silang, imbalan, b. pengurangan retribusi/pajak daerah;
sewa ruang, dan urun saham; c. imbalan;
b. pembangunan serta
d. sewa ruang dan urun saham;
pengadaan infrastruktur;
e. penyediaan prasarana dan sarana;
c. kemudahan prosedur
perizinan; dan/atau f. penghargaan; dan/atau
d. pemberian penghargaan g. kemudahan perizinan.
kepada masyarakat, (4) Insentif kepada pemerintah desa
(5) Kebijakan disinsentif, meliputi: sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
106 dapat diberikan pada pemerintah desa
yang terkena dampak eksternalitas
a. pengenaan pajak yang tinggi yang negatif dari penyediaan infrastruktur
disesuaikan dengan besarnya biaya regional seperti instalasi pengelolaan
yang dibutuhkan untuk mengatasi persampahan regional dan yang mampu
dampak yang ditimbulkan akibat secara definitif menetapkan lahan
pemanfaatan ruang; dan/atau b. pertanian pangan berkelanjutan dan
pembatasan penyediaan mempertahankan kegiatan pertanian
infrastruktur, pengenaan lainnya dalam sebuah kawasan yang
kompensasi, dan penalti. kompak untuk menjamin ketahanan
(6) Pengembangan kebijakan insentif pangan dan lingkungan yang
dan disinsentif ini akan ditetapkan berkelanjutan.
secara terpisah dengan (5) Insentif kepada dunia usaha dan
memperhatikan : masyarakat sebagaimana dimaksud pada
a. kebijakan insentif dan ayat (3) dapat diberikan kepada dunia
disinsentif yang sudah dirumuskan usaha dan masyarakat terhadap jenis
oleh peraturan perundangan yang kegiatan yang mendukung perwujudan
ada; dan ruang yang terkait penyediaan pelayanan
b. kajian tentang kemampuan umum, pengurangan intensitas
dan dampak kebijakan terhadap bangunan, pemanfaatan teknologi ramah
sistem fiskal Kabupaten. lingkungan, dan penyediaan ruang
(7) Tatacara dan mekanisme terbuka hijau.
pemberian insentif dan disinsentif (6) Ketentuan mengenai bentuk dan
sebagaimana dimaksud pada ayat tata cara pemberian insentif diatur lebih
(4) mengenai kebijakan insentif dan lanjut dengan Peraturan Bupati.
disinsentif diatur dengan Peraturan Paragraf 3
Bupati. Ketentuan Disinsentif
Pasal 70
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (3) dapat
diberikan kepada: a. pemerintah
desa;
b. dunia usaha; dan
c. masyarakat.
(2) Pemberian disinsentif kepada
pemerintah desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
berbentuk:
a. pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana; dan/atau
b. pensyaratan khusus dalam
penetapan. (3) Pemberian disinsentif
kepada dunia usaha dan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c, dapat berbentuk:
a. pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

b. kewajiban memberi kompensasi;


c. pemberian persyaratan khusus
dalam proses perizinan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana infrastruktur.
(4) Disinsentif kepada pemerintah
desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan kepada pemerintah desa
yang dalam hal pengelolaan kewenangan
lokal berskala desa dilakukan tidak
sejalan
dengan rencana tata ruang dan/atau
berdampak pada pengurangan lahan
pertanian berkelanjutan yang telah
ditetapkan.
(5) Disinsentif kepada dunia usaha
dan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diberikan pada dunia usaha
dan masyarakat terhadap jenis kegiatan
yang tidak sejalan dengan perwujudan
rencana tata ruang, seperti
memanfaatkan lahan pada kawasan
lindung diluar kawasan hutan,
mengkonversi lahan pertanian produktif
dan memberikan dampak eksternalitas
negatif terhadap daerah sekitarnya.
(6) Ketentuan mengenai bentuk dan
tata cara pemberian disinsentif diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Kewajiban Pasal 67 Pasal 79
Masyarakat Dalam pemanfaatan ruang, setiap Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang
orang wajib: wajib:
a. menaati rencana tata ruang a. menaati rencana tata ruang yang
yang telah ditetapkan; telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai b. memanfaatkan ruang sesuai
dengan izin pemanfaatan ruang dari dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang; pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang c. mematuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam persyaratan izin ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap d. memberikan akses terhadap
kawasan yang oleh ketentuan kawasan yang oleh ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan perundang-undangan dinyatakan sebagai
dinyatakan sebagai milik umum. milik umum.

Permasalahan tata ruang Kabupaten Karawang

(Banyak Lahan Alih Fungsi)

Permasalahan pun akhirnya muncul, yakni pengelolan tata ruang yang


berdampak dengan lingkungan sekitar. Alih fungsi lahan sering dilakukan walau
tanpa perizinan dari pihak terkait. Peraturan pemerintahan pun di buat untuk
menanggulanginya, dengan menurunkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang
nomor 1 tahun 2016 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Karawang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Ijin Lokasi.

Untuk memberikan pemahaman kepada seluruh pihak OPD (Operasional


Pemerintah Daerah), BPMPT mengadakan sosialisasi “Implementasi Perda Kab.
Karawang no: 1 tahun 2015 tentang izin lokasi” yang dihadiri oleh Sekda
Kabupaten Karawang H. Teddy Efendi, beserta seluruh Kepala OPD Kabupaten
Karawang. Acara sosialisasi ini diselenggarakan di mini-ball room Hotel Swiss-
Belinn Karawang pada hari Senin (21/03).

Dalam sosialisasi tersebut dijelaskaan tentang perubahan atas Peraturan


Daerah Kabupaten Karawang nomor 5 tahun 2013 tentang izin lokasi yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karawang nomor 1 tahun 2016.
Pertimbangan perubahan tersebutdilakukan karena pihak Pemkab Karawang
menilai perlunya,dilakukan penataan kembali agar terwujudnya harmonisasi dan
sinkronisasi pengaturan penyelenggaraan izin lokasi agar terciptasebuah
kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Karawang dan
peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Permasalahan tata ruang Kabupaten Bogor


Permasalahan yang krusial dalam pengendalian pemanfaatan Tata Ruang
terjadi di kota Bogor terutama dalam persoalan perizinan. Pemerintah Kota Bogor
mempunyai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor dan menyelesaikan
persoalan yang ada saat ini. Walikota Bogor Bima Arya menginginkan sistem
perizinan pembangunan di Kota Bogor diperbaiki karna ada yang ingin melanggar
perizinan sebelum mendirikan pembangunan. Hal ini dilakukan karena ditemukan
beberapa bangunan yang ternyata tidak memiliki IMB. Bahkan mengacuhkan
aturan wajib memiliki IMB sebelum membangun. Upaya dalam mewujudkan
tertib tata ruang perlu pengawasan dari sebuah perizinan.

Berdasarkan data Realisasi Tindakan terhadap Limpahan Surat dari


Dinas/Instansi Pemerintah Kota Bogor tahun 2017 dari bulan Januari sampai
Desember 2017, dijelaskan bahwa masih banyak pelanggar dalam melakukan
perizinan mendirikan bangunan. Contohnya, di Bogor Timur terdapat 21
pelanggar mendirikan bangunan dari 121 pelanggar di Kota Bogor.6 Oleh karena
itu perlu adanya pengawasan terhadap pengawasan ruang, sebagaimana
dijelaskan dalam pasal 98 poin a dan b PERDA Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011
tentang RTRW, bahwa:

Ketentuan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1),


meliputi:
a. Pengawasan umum terhadap pemanfaatan ruang dan penyimpangan atau
pelanggaran RTRW harus dilakukan oleh aparat pada unit terkecil yaitu
kecamatan
dan kelurahan beserta dengan masyarakat umum; dan
b. Pengawasan khusus terhadap penyimpangan atau pelanggaran RTRW harus
dilakukan oleh SKPD pemberi izin dan SKPD lain yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai