Anda di halaman 1dari 32

LEGAL OPINION

DAN LEGAL AUDIT

PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH.


sms. 08123815993
Materi Penataran Calon Pengacara Peradi
13 Mei 2016, Kampus Unmar Denpasar
DAFTAR ISI

1. Pengantar ................................................................ 4
2. Logika Pikit Thomas Kuhn ........................................ 5
3. Berpikir Yuridis ......................................................... 6
4. Kegunaan Asas Hukum ........................................... 7
5. Teori Kewenngan ............................................... 8-10
6. Anatomi Ilmu ........................................................... 11
7. Legal Opinion ........................................................ 12
8. Legal Auditing ......................................................... 13
9. Legal Reasoning ..................................................... 14
10. Legal Aspect ........................................................... 15
DAFTAR ISI
11. Legal Solution ............................................................ 16
12. Legal Entity ................................................................ 17
13. Logika ....................................................................... 18
14. Teknik Berpikir Ilmu Hukum ................................ 19-20
15. Teknik Argumentasi ........................................... 21-22
16. Prinsip dan Teknik Interpretasi ........................... 23-24
17. Prinsip Penalaran .................................................... 25
18. Asas Penyelesaian Masalah Hukum ....................... 26
19. Katagori Keputusan Pemerintah ......................... 27-30
20. Katagori Perbuatan Pemerintah Yang Menyimpang.. 31
PENDAHULUAN

Perhatikan filosofi, asas hukum, logika pikir, dari:


1. Hukum Perdata
2. Hukum Pidana
3. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
4. Teori dan praktik merupakan dua hal yang berpasangan,
kalaupun tidak jarang, keduanya bertentangan, tetapi,
Teori tanpa Praktik, taklah lengkap dan Praktik tanpa
Teori, tidak akan pernah mapan
LOGIKA PIKIR
PARADIGMA THOMAS KHUN
BERPIKIR YURIDIS

1. Plato (Aristokles = 427


427--347 SM
SM)), Berpikir yuridis adalah
manakala sejumlah orang menyebut kata yang sama
dan berasumsi bahwa mereka itu memikirkan ide yang
sama..
sama
2. Aristoteles (384
384--322 SM), setiap penggunaan kata
kata,, pasti
ada dasar dan latar belakangnya
belakangnya..
3. Brunggink,, ketika belajar hukum orang mempelajari cara
Brunggink
berpikir yuridik,
yuridik, mempelajari hukum merupakan usaha
untuk menguasai bahasa hukumhukum,, oleh karena di dalam
bahasa hukum itulah bermunkimnya cara berpikir
yuridik..
yuridik
KEGUNAAN ASAS HUKUM

Menurut Prof. Dr. Ibrahim R, SH. MH.:


1. Memberi kontrol terhadap tindakan pemerintah
2. Merupakan titik tolak berpikir tentang hukum
3. Merupakan titik tolak bagi pembentuk undang-undang
4. Merupakan titik tolak interpretasi terhadap peraturan
perundang-undangan
5. Dalil umum pembenaran ahlak/moral dalam
bermasyarakat dan bernegara
TEORI KEWENANGAN

1. Kewenangan diperoleh melaui attributie (oorspronkelijk


dalam arti aseli), kemudian afgeleid melalui delegatie
dan pelekatan kewenangan mandaat. Kewenangan
delegatie, hanya boleh di sub-delegatie, oleh penerima
delegatie.
2. Penentuan kewenangan attributie, pertama-tama dilihat
dari sistem pemerintahan, kemudian kepembagian
kekuasaan negara. Kekuasaan yang terbagi itulah
penerima kewenangan attributie.
SKEMA TEORI KEWENANGAN

ATTRIBUTIE

AFGELEID

DELEGATIE MANDAAT

SUB-DELEGATIE
UUD NRI 1945

ATTRIBUTIE DELEGATIE SUB-


DELEGATIE

ATTRIBUTIE MPR, DPD,


DPR, --- ---
PRESIDEN,
BPK, MA, MK
DELEGATIE MENTERI,
--- PTNSM, ---
BADAN,
GUBERNUR
SUB- ESELON I,
DELEGATIE --- --- BUPATI/WALIK
OTA
ANATOMI ILMU

FENOMENA MASALAH

KONSEP KERANGKA PIKIR

VARIABEL HIPOTESIS

PROPOSISI MENGUJI HIPOTESIS

FAKTA HASIL UJI HIPOTESIS

TEORI KESIMPULAN
LEGAL OPINION

Legal Opinion (Pendapat hukum):


1. Di common law system, adalah legal critics
2. Di civil law system, adalah pendapat hukum
yang dikaji baik secara parsial, imparsial,
gradual yang menyangkut tumpang tindihnya
pelaksanaan peraturan hukum, dipelopori aliran
Kritis Hukum
LEGAL AUDITING

Legal auditing (pemeriksaan masalah hukum) suatu bentuk


daftar check list antara saling ketergantungan aturan yang
satu dengan yang lainnya dan kemudian disusun secara
tekstual atau kontektual, berdasarkan teori leksikal (text
book) yang telah diaudit secara koperhensip integral,
dengan tujuan untuk mendapatkan entitas hukum (legal
entity) yang saling mendukung (cooperative) atau
bertentangan (contractive), agar dapat dicarikan jalan
keluar sebagai bahan penyelesaian kasus.
LEGAL REASONING
Legal Reasoning (pertimbangan alas hukum), sanggahan
(legal argument) yang timbul akibat pertikaian hukum
(legal conflict) dalam satu pokok perkara berupa perdata,
pidana, hukum administrasi negara, akibat kesalah
terapan hukum oleh polisi, jaksa, hakim, pemerintah, yang
dijadikan dalil untuk menangkis suatu tuduhan atau saksi
hukum di pengadilan, hanya dapat disanggah melalui :
eksepsi, replik, duplik, dan pleidoi, apabila dirasa ada
kejanggalan fakta kesaksian atau alat bukti dalam pokok
perkara yang dimaksud, maka pihak yang dirugikan dapat
mengajukan novum ke banding, kasasi, peninjauan
kembali.
LEGAL ASPECT

Legal Aspect (aspek hukum), adalah suatu bentuk


wacana hukum yang memberikan petunjuk
(identifikasi) dan celah (loop hole) bagi praktisi
untuk menganalisis masalah hukum dari sudut
pandang (aspect) secara berkesinambungan
(legal entity), terutama ekses yang timbul dari
tindakan represif maupun preventif yang
termaktub dalam sumstansi hukum baik dalam
arti sempit (retriktif) maupun luas (ekstensif)
LEGAL SOLUTION

Legal Solution (penyelesaian masalah hukum), suatu proses


adaptif dalam penyelesaian konflik hukum untuk dicarikan
jalan keluar untuk menganulir (anuleeren) atau
mendeponir (deponeeren) suatu keputusan hukum yang
berdampak sangat luas dalam masyarakat, agar tidak
menimbulkan berbagai interpretasi dan preseden buruk
akibat penerapan hukum itu sendiri.
LEGAL ENTITY

Legal Entity (kesatuan entita hukum), suatu kesinambungan


aturan hukum secara khirarki dan seluruh peraturan
pelaksanaannnya, dari yang paling tinggi sampai yang
paling rendah, yang dikaji secara koperhensip integral,
tujuannya untuk mencari dan menemukan kontradiksi
hukum yang bersifat kontroversial, dengan maksud
membuka wacana untuk diperdebatkan secara terbuka
khususnya, yang berkaitan dengan aspek sosial, politik,
dan budaya, yang timbul dari penerapan hukum itu sendiri
dan eksesivitasnya dalam masyarakat
LOGIKA

1. Pertanyaan: “ MENGAPA SETIAP PAGI,


BAPAK/IBU, BUKA JENDELA”.
2. Pilih satu jawaban dari tiga jawaban yang
tersedia:
----A. udara segar masuk;
----B. sinar matahari pagi masuk;
----C. kemarinnya ditutup
3. Istilah: Batal Demi Hukum, Dapat Dibatalkan
TEKNIK BERPIKIR ILMU HUKUM

1. Konteks adalah merupakn penalaran yang tidak


dapat dibantah, misalnya: aturan yang kabur,
akan menimbulkan penafsiran yang beragam,
Jika tidak mengerti bagaimana bisa berpikir
yuridik.
2. Semantik adalah sarana berpikir yang
membantu kita untuk meluruskan kesalah
pahaman, seperti arti kata, penggunaan istilah
yang tidak tepat.
TEKNIK BERPIKIR ILMU HUKUM

3. Intuisi adalah persepsi atau keyakinan tanpa didukung


penalaran, misalnya penderitaan yang menimpa
seseorang karena kesalahan diri sendiri, bukan atas
kesalahan orang lain. Selama ini kita anggap kesalahan
diri kita, akibat dari kesalah orang lain.
4. Kontinum adalah suatu teknik berpikir yang erat hubungan
dengan semantik dan penggunakan kata, yang
menekankan pada macam derajat konsepsi makna.
Maka, berbahasalah yang baik sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia
TEKNIK ARGUMENTASI

1. Teknik Dilema, suatu argumentasi yang mempunyai dua


alternatif atau lebih sebagai pilihan, maka berikan
argumen pada pilihan-pilihan itu, dengan nalar yang
benar, untuk menentukan alternatif pilihan yang kita
kehendaki.
2. Praduga versus Praduga, praduga mungkin bisa dan
dapat dikalahkan dengan praduga juga, seperti alibi
terhadap suatu peristiwa.
3. Redictio ad absurdum, menggunakan logika untuk
membantah lawan dengan mengambil kesimpulan
secara tidak masuk akal dari logika, lawan debat kita.
TEKNIK ARGUMENTASI

4. Turning the Tables, kita gunakan kata-kata lawan untuk


memperkuat posisi kita, seperti dikatakan bahwa saya
orang yang jujur, tapi bisakah anda membuktikan
kejujuran anda itu.
5. Teknik Residu, dalam pembahasan diberikan beberapa
model penyelesaian, kemudian penyelesaian itu
dianomali satu persatu, sehingga tinggal satu yang
menjadi pilihan
6. Ketidak taatan asas, mengungkapkan ketidak taatan asas
dari pendapat lawan. Contoh kasus Century, kata
berdampak Sistemik. Dan membahayakan keuangan
negara
PRINSIP DAN TEKNIK INTERPRETASI

1. deducto hypotetico-verifikative, suatu perbuatan


harus dikonstruksikan secara total dan
menyeluruh agar inskonsistensi internal dapat
dihindari
2. Literal rule, istilah yang digunakan harus
bernalar dan memiliki satu makna (pengertian
yuridis).
3. Golden rule, arti istilah yang digunakan harus
diartikan secara biasanya (bahasa yang baku).
PRINSIP DAN TEKNIK INTERPRETASI

4. Mischief rule, ketika suatu perbuatan bertujuan


untuk melenyapkan cacat dalam hukum
5. Ujusden generis rule, istilah yang diartikan dari
macam dan makna yang sama
6. Kapan menggunakan penafsiran apa untuk pada
awalnya dan berikutnya secara khirarki menurut
logika hukum (hukum pidana, perdata, adat,
perkawinan, hukum tata negara, hukum
administrasi negara, dll)
PRINSIP PENALARAN
1. Derogasi adalah menolak suatu aturan yang ber- ber-
tentangan dengan aturan yang lebih tinggi
tinggi..
2. Non kontradiksi adalah tidak boleh menyatakan ada
tidaknya suatu kewajiban dikaitkan dengan suatu situasi
yang sama
sama..
3. Subsumsi adalah adanya hubungan logis antara dua
aturan dalam hubungan aturan yang lebih tinggi dengan
yang lebih rendah.
rendah.
4. Eksklusi adalah tiap sistem hukum diidentifikasikan oleh
sejumlah peraturan perundang
perundang--undangan.
undangan.
ASAS
PENYELESAIAN MASALAH HUKUM

1. Lex Posterior Derogat Legi Priori (disebut asas lex


posterior),
posterior ), artinya undang
undang--undang yang lahir belakangan
mengalahkan undangundang--undang yang terdahulu (level yang
sederajat)..
sederajat)
2. Lex Spicialis Derogat Legi Generalis (disebut asas lex
specialis),
specialis ), artinya undang
undang--undang yang khusus
mengalahkan undangundang--undang yang bersifat umum
umum..
3. Lex Superior Derogat Legi Inferiori (disebut asas lex
superior),
superior ), artinya undang-
undang-undang yang lebih tinggi
mengalahkan undangundang--undang yang lebih rendah (negara
federal)..
federal)
KATAGORI KEPUTUSAN PEMERINTAH

KEPUTUSAN PEMERINTAH

Yg Berkaitan dengan Yang Berupa Tindakan Hk


Tindakan Materiil

Tindakan Hukum Intern Tindakan Hukum Ekstern

Tindakan Hk Privat Ekstern Tindakan Hk Publik Ekstern

Tindakan Hk Publik Ekstern Tindakan Hk Publik Ekstern


Yang Banyak Pihak Yang Bersifat Sepihak

1. Umum Abstrak 2.Umum Konkret 3.Individual Abstrak 4. Individual Konkret


KATAGORI KEPUTUSAN PEMERINTAH

1. Tindakan material, dinas pekerjaan umum, membuat


trotoar, saluran air
2. Tindakan hukum intern, keputusan kepala dinas yang
merupakan petunjuk pelaksanaan suatu tugas bagi
jajarannya
3. Tindakan hukum ekstern, pemberian ijin usaha
terhadap seseorang
4. Tindakan hukum privat ekstern, misalnya jual beli mobil
5. Tindakan hukum publik ekstern, misalnya pengeluaran
ijin perusahaan bagi seorang pemohon
KATAGORI KEPUTUSAN PEMERINTAH

6. Tindakan hukum publik ekstern yang banyak


pihak, misal perjanjian bagi hasil antara
Pertamina dan perusaan minyak asing
7. Tindakan hukum publik ekstern yang bersifat
sepihak, seperti keputusan untuk memberi
subsidi kepada suatu yayasan yatim piatu
8. Bersifat umum, seperti KTUN yang merupakan
peraturan kebijakan
9. Individual, surat pengangkatan yang ditujukan
kepada si Anu
TINDAKAN HUKUM PUBLIK EKSTERN
YANG BERSIFAT SEPIHAK

1. Umum abstrak, seperti PP sebagai pelaksaan


Undang-Undang
2. Umum konkret, Gubernur atau Bupati
mengumumkan daerahnya terjangkat demam
berdarah, rabies
3. Individual abstrak, izin untuk mendirikan
pabrik kertas yang disertai dengan berbagai
macam syarat lainnya yang saling terkait
4. Individual konkret, seperti surat penetapan
pajak, pengangkatan pegawai negeri
KATAGORI PERBUATAN PEMERINTAH
YANG MENYIMPANG

1. Detournement de Pouvoir (Perbuatan


menyalahgunakan wewenang),
2. Onrechtmatige Overheidsdaad (Perbuatan
melawan Hukum),
3. Onwetmatig (perbuatan melanggar Undang
Undang),
4. Onjuist (perbuatan yang tidak tepat)
5. Ondoelmatig (perbuatan yang tidak bermanfaat),
Denpasar, Jumat 22 MEI 2015

PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH.


SMS. 081 238 159 93
mrprof.ibrahim@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai