Bacalah tulisan berikut, kemudian jawablah soal-soal yang tersedia dengan memilih jawaban yang tepat
di antara pilihan jawaban A, B, C, D atau E.
Bacaan 1
(1) Ikan adalah salah satu nutrisi yang penting untuk ibu menyusui. (2) Sebab ikan mengandung sejumlah
gizi penting seperti yodium, vitamin D, asam docosahexaenoic (DHA), dan asam lemak omega 3. (3)
Berbagai gizi ini sangat penting untuk perkembangan sistem saraf, otak, mata, dan kesehatan bayi yang
disusui. (4) Oleh karena itu, Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) dan Badan Perlindungan
Lingkungan (EPA) Amerika Serikat merekomendasikan ibu hamil dan menyusui mengonsumsi setidaknya
8 hingga 12 ons ikan rendah merkuri dalam setiap minggu. (5) Ini sama dengan dua atau tiga porsi. (6)
Ikan yang rendah merkuri dan baik untuk ibu menyusui ialah ikan salmon, nila, sarden, dan lele.
(7) Ikan lele atau catfish adalah salah satu jenis ikan tawar yang memiliki kandungan gizi terlengkap tidak
kalah dari ikan laut. (8) Ikan ini juga mengandung merkuri yang cukup rendah sehingga aman dikonsumsi
oleh siapa saja. (9) Dalam setiap 100 gram ikan lele, terkandung beberapa gizi penting seperti Energi 145
kkal, protein 15,45 gr, lemak 9,09 gr, natrium 65 mg, kolesterol 82 mg, asam lemak jenuh 2730 gr,
karbohidrat 8,54 gr, kalium 326 mg, dan sodium 398 mg. (10) Meskipun tendensi aman dikonsumsi dan
memiliki banyak manfaat untuk tubuh. (11) Namun, ada beberapa hal yang harus diwaspadai ketika
ingin mengonsumsi ikan lele saat menyusui. (12) Dalam beberapa kasus, ikan lele bisa menyebabkan
sakit perut dan diare. (13) Selain itu, seseorang yang mengonsumsi ikan lele bisa terkena hipertiroid.
(14) Sebab banyak petani lele yang menggunakan bangkai atau kotoran hewan sebagai makanan lele.
(15) Mengonsumsi terlalu banyak ikan lele maka cairan dalam tiroid akan meningkat. (16) Oleh karena
itu, sebaiknya jangan mengonsumsi ikan lele secara berlebihan.
Bacaan 2
(1) Keris adalah senjata tradisional khas Indonesia yang dalam perkembangannya budaya keris mengikuti
perjalanan sejarah dan kini budaya ini telah tersebar hingga ke negara-negara lain. (2) Selain Indonesia,
negara yang kini memiliki budaya ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan di
Pulau Jawa, keris digolongkan sebagai salah satu cabang budaya tosan aji. (3) Selain itu, karena budaya
tosan aji memang bermula dan Pulau Jawa, banyak istilah perkerisan dari daerah ini yang juga digunakan
di daerah-daerah lainnya. (4) Di Pulau Jawa, juga disebut curiga, duwung, atau wangkingan. (5) Di Pulau
Bali, senjata itu disebut kadutan atau kedutan.
(6) Di daerah lain, sebutan lain di antaranya adalah tappi, selle, gayang, kres, kris atau karieh. (7) Budaya
ini sudah dikenal oleh orang Barat setidaknya sejak abad ke-17. (8) Catatan tertua mengenai adanya
keris di Inggris menyebutkan bahwa pada tahun 1637, sudah dimiliki oleh seorang kolektor. (9)
Sedangkan Museum Denmark mengkoleksi keris sejak tahun 1647. (10) Istilah keris, selain nama
padanannya yang lain, digunakan oleh semua suku bangsa di Indonesia. (11) Istilah ini bahkan juga
dipakai oleh orang Brunei dan Malaysia, tetapi sebagian orang Barat ada yang masih ragu untuk memilih
penggunaan kata dan ejaan keris atau kris atau kriss. (12) Edward Frey penulis buku The Kris, Mystic
Weapon of the Malay World dalam kata pengantar bukunya mengemukakan bahwa ia menemukan
alasan untuk mengganti penulisan ejaan “kris”, yang sudah digunakan lebih 150 tahun oleh para peneliti
Barat.
Bacaan 3
(1) Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dengan berbagai latar
belakang. (2)Telah menjadi perhatian komunitas internasional mengingat risiko yang timbul akibat
pernikahan yang dipaksakan, hubungan seksual pada usia dini, kehamilan pada usia muda, dan infeksi
penyakit menular seksual. (3) Kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor penting yang berperan dalam
pernikahan usia dini. (4) Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu risiko komplikasi yang terjadi di saat
kehamilan dan saat persalinan pada usia muda, sehingga berperan meningkatkan angka kematian ibu
dan bayi.
(5) Selain itu, pernikahan di usia dini juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan
kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kejadian kekerasan dan
keterlantaran. (6) Masalah pernikahan usia dini ini merupakan kegagalan dalam perlindungan hak anak.
(7) Dengan demikian, diharapkan semua pihak termasuk dokter anak, akan meningkatkan kepedulian
dalam menghentikan praktik pernikahan usia dini.