Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fitriani

Nim : 11910122545

Kelas : Slta –Sltp 4C

Matkul : Fiqih Munakahat

“ Poligami”

1. Pengertian Poligami
Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari
satu istri dalam waktu yang sama. 1 Perkataan poligami sendiri berasal dari bahasa
yunani, yaitu polu yang berarti banyak dan gamein yang berati kawin. Jadi poligami
adalah perkawinan yang banyak, atau di Indonesia terkenal dengan istilah permaduan.
Poligami atau mempunyai lebih dari satu isteri bukan merupakan masalah baru.
Poligami sudah ada sejak dahulu kala, pada kehidupan manusia di berbagai kelompok
masyarakat seluruh penjuru dunia. Bangsa Arab bahkan berpoligami jauh sebelum islam
datang, begitu pula bangsa lain di kawasan dunia masa itu. Apabila kita menelaah kitab
suci Yahudi dan Nasrani, akan didapatkan bahwa poligami sudah menjadi jalan hidup
yang diakui keberadaannya. Semua nabi yang disebutkan dalam kitab Talmud, perjanjian
lama dan Al-quran, mempunyai lebih dari satu isteri.
Poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu apoulus yang mempunyai arti banyak;
seras gamos yang mempunyai arti perkawinan. Maka ketika kata ini digabungkan akan
berarti suatu perkawinan yang banyak dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas.
Kata poligami hampir sama dengan kata poligini. Dimana poligini berasal dari kata polus
yang berarti banyak; dan gene yang berarti perempuan.
Dari pengertian itu dapat di pahami bahwa yang dimaksud dengan poligami dan
poligini ialah suatu sistem perkawinan dimana yang salah satu pihak (suami) mengawini
lebih dari satu istri pada waktu bersamaan, artinya istri-istri tersebut masih dalam
tanggungan suami tidak diceraikan tetapi masih sah menjadi istrinya.
Ada juga istilah poliandri, dimana yang menjadi pelaku poliandri adalah sang istri.
Jika dibandingkan dengan poliandri, lebih banyak orang yang mempraktekkan poligami.
Kebalikan dari poligami yaitu monogami, dimana didalam perkawinan tersebut
suami hanya mempunyai satu istri. Monogami pada kenyataannya lebih sesuai dengan
perilaku manusia.
Menurut syari’at islam, kata poligami atau ta’addud az-zaujat mempunyai arti
seorang laki-laki diperbolehkan mengawini perempuan sebanyak dua, tiga, atau empat
jika mampu berlaku adil. Jumhur ulama berpendapat bahwa batasannya yaitu hanya
empat.
Dalam poligami ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
Jumlah perempuan yang boleh dinikahi harus berjumlah 4 dan tidak boleh lebih
dari itu. Berdasarkan penafsiran QS. An-nisa ayat 3.
“Paling banyak ketika cukup persyaratan, boleh mengawini empat orang wanita.
Kawin lebih dari empat adalah kekhususan Nabi Muhammad Saw”. Sebagian ahli
ilmu mengatakan, bahwa ayat ini digunakan untuk segolongan umat yang
memperolehkan mengawini beberapa orang yang kita kehendaki. Pendapat ini
ditentang oleh para ijma’ fuqaha. Ayat ini menegaskan bahwa perkawinan itu
mewajibkan beberapa hak.
1. Dia harus mempunyai kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk menafkahi
istri yang dinikahinya baik bersifat lahir maupun batin.
2. Dia harus memberlakukan istrinya secara adil, setiuap hari diberlakukan sama
dalam memenuhi hak-hak mereka.
B. Hukum Poligami Menurut Pandangan Islam
Hukum poligami dalam Islam boleh, poligami merupakan sunah Rasulullah SAW.
Meskipun Islam membolehkan berpoligami, namun tidak berarti Islam memberikan dispensasi
itu secara bebas kepada setiap pria. Dalam hal ini ada aturan-aturan dan ketentuan yang harus
dipatuhi oleh mereka yang akan melakukan poligami. Tentunya dengan syarat sang suami
memiliki kemampuan untuk adil diantara para isteri. Sebagai mana yang telah dijelaskan dalam
Al- Qur’an :
‫ث? َ?و? ُ?ر? بَ? ا? َع? ۖ? فَ? إِ? ْ?ن? ِ?خ? ْف? تُ? ْم? أَ? اَّل‬?َ ‫ب? لَ? ُك? ْم? ِم? َ?ن? ا?ل?نِّ? َس? ا? ِء? َم? ْث? نَ? ٰ?ى? َو? ثُ? اَل‬ َ ?‫َ?و? إِ? ْ?ن? ِ?خ? ْف? تُ? ْم? أَ? اَّل تُ? ْق? ِ?س? طُ? و?ا? فِ? ي? ا? ْل? يَ? تَ? ا? َم? ٰ?ى? فَ? ا? ْن? ِك? ُح? و?ا? َم? ا‬
?َ ?‫ط? ا‬
?‫ك? أَ? ْد? نَ? ٰ?ى? أَ? اَّل تَ? ُع? و?لُ? و?ا‬ َ ?ِ‫ت? أَ? ْي? َم? ا?نُ? ُك? ْم? ۚ? ٰ? َذ? ل‬
?ْ ?‫تَ? ْع? ِد? لُ? و?ا? فَ? َ?و? ا? ِ?ح? َد? ةً? أَ? ْ?و? َم? ا? َم? لَ? َك‬
Artinya :
  “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya),maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senang,
dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil,maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yangkamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
daripada tidak berbuat aniaya.” (QS.An-Nisa :3)

  “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isteri(mu), walaupun kamu
sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalau cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” (QS.An-Nisa : 129)
Selain itu, tidak adanya ayat Al-Quran dan sunah Rasulullah yang menggambarkan
diperbolehkan atau dilarangnya poligami. Sesungguhnya poligami yang diatur dalam islam tidak
memperbolehkan bagi laki-laki untuk berhubungan dengan wanita yang ia sukai diluar
pernikahan.
Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan beban
masyarakat yaitu dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan menempatkannya ke shaf
para isteri yang terpelihara dan terjaga. Dulu Islam membolehkan seorang suami berpoligami
dengan alasan :
1. Menopang ekonomi para janda dan anak yatim yang telah kehilangan suami dan ayah
mereka pasca Perang Uhud.
2.  Pemerataan distribusi ekonomi secara adil.
3. Kuatnya kelompok masyarakat tidak memberhalakan sesuatu selain mengabdi kepada Allah
(tauhid).
Namun, pada kenyataan yang banyak terjadi pada masa sekarang kebanyakan tujuan
poligami tidak kembali lagi pada tujuan awal tetapi hanya untuk memuaskan nafsu duniawi.
Bahkan permasalahan poligami di Indonesia poligami diatur dalam undang- undang dan pasal-
pasal.
1) Faktor –faktor Yang Mempengeruhi Poligami
a. Faktor Biologis :
1. Istri yang Sakit
2. Hasrat Seksual yang Tinggi
3. Rutinitas Alami Setiap Wanita
4. Masa Subur Kaum Pria Lebih Lama
b. Faktor Internal Rumah Tangga :
1. Kemandulan
2. Istri yang Lemah
3. Kepribadian yang Buruk
c. Faktor  Sosial :
1. Banyaknya Jumlah Wanita
2. Kesiapan Menikah dan Harapan Hidup pada Wanita
3.  Berkurangnya Jumlah Kaum Pria
4. Lingkungan dan Tradisi
5. Kemapanan Ekonomi
C. Hikamah poligami
Ternyata, terdapat beberapa hikmah dibalik poligami ini. Berikut ulasannya:

1) Dengan banyaknya istri akan memperbanyak keturunan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda:
“Menikahlah kalian dan buatlah keturunan karena aku berbangga dengan kalian di depan
umat-umat yang lain.”
2) Terkadang wanita itu ada yang mandul tidak bisa beranak, maka manakah yang lebih
utama? Apakah mencerainya atau tetap bersamanya menikah lagi, manakah yang lebih
utama? Membiarkan suami tanpa keturunan atau dia menikah lagi? Jawabnya, yang lebih
utama adalah tetap bersamanya dan membiarkannya menikah lagi.
3) Wanita pada saat nifas dan haidnya seringkali suami tidak bisa sabar menahan sehingga
akan menyeretnya pada sesuatu yang haram, dan jalan keluar dari masalah ini adalah
dengan suami menikah lagi.
4) Kadang pada wanita ada beberapa aib (kekurangan) maka yang lebih utama adalah
suami menikah lagi dan tidak menceraikannya.
5) Bisa jadi wanita seringkali sakit, maka yang lebih utama adalah suami menikah lagi dan
tidak menceraikannya, atau mungkin ia sabar atas istrinya akan tetapi dia tidak kasihan
terhadap dirinya.
6) Banyaknya istri (poligami) akan mempererat hubungan beberapa keluarga. Sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ك قَ ِديرًا‬ ِ ‫ق ِمنَ ْال َما ِء بَ َشرًا فَ َج َعلَهُ نَ َسبًا َو‬
َ ُّ‫ص ْهرًا َو َكانَ َرب‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذي َخل‬
“Dan Allah (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu
(punya) keturunan dan mushaharah2 dan adalah Rabbmu Maha Kuasa.” (Al-Furqan: 54)
7) Seorang wanita itu harus ada orang yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa
nafkah dan lainnya, maka dengan poligami seorang suami yang akan melaksanakan hal
itu. Dan ilmunya berada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

D. Hikmah poligami bagi Rasul SAW


Diantara hikmah poligami Rasulullah Saw. adalah:
1) Hikmah Ta’limiyyah (sebagai wadah pengajaran)
Rasulullah Saw. sebagai pembawa risalah, menyampaikan hukum-hukum Allah dalam
segala bidang kehidupan umatnya. Tidak terkecuali persoalan-persoalan kewanitaan.
Terkadang untuk menyampaikan ini, Rasulullah Saw. malu dan sungkan. Karenanya,
salah satu hikmah Rasulullah Saw. berpoligami adalah agar beliau bisa mengajari istri-
istrinya, kemudian istri-istri beliau itulah yang akan menyampaikannya kepada para
wanita.
2) Himah Tasyri’iyyah (sebagai pensyariatan)
salah satu kebiasaan orang Arab dahulu adalah mengadopsi anak dan memperlakukannya
sebagaimana anak kandung, baik dalam hal warisan, pernikahan, talak, dll.
Zaid Ibn Haritsah adalah pelayan Rasulullah Saw. yang oleh masyarakat dahulu
dianggap sebagai anak kandung Rasulullah Saw. Mereka menyebutnya dengan panggilan
Zaid Ibn Muhammad (Zaid anaknya Muhammad).
Zaid Ibn Haritsah menikah dengan Zainab Bint Jahsy. Namun karena ada konflik
antara keduanya, pada akhirnya mereka bercerai. Lalu Allah Swt memerintahkan
Rasulullah Saw. untuk menikahi Zainab Bint Jahsy untuk membatalkan tradisi orang
Arab dahulu yang tidak memperbolehkan seseorang menikahi mantan istri anak
adopsinya.
3) Hikmah Ijtimaa’iyyah (sosial)
Hikmah lain dari poligami Rasulullah Saw. adalah untuk memperluas tali
kekeluargaan sehingga memudahkan beliau dalam mensyiarkan dakwahnya. Seperti
ketika beliau menikahi Aisyah binti Abu Bakr dan Hafshah binti Umar Ibn Al-Khattab.
4) Hikmah Siyaasiyyah (politik)
Hikmah ini adalah politik Rasulullah Saw. demi memperkuat Islam, contohnya
ketika beliau menikahi Shafiyyah Bint Huyay yang notabenenya adalah anak pemimpin
klan Bani Quraizhah. Shafiyyah tertawan saat perang Khaibar beserta keluarganya. Lalu
pernikahannya dengan Rasulullah Saw. dijadikan sebagai pembebasannya. Setelah
Shafiyyah masuk Islam, rakyatnya pun berbondong-bondong masuk Islam sehingga umat
Islam pun bertambah.
Kita bisa lihat bahwa tujuan Rasulullah Saw. berpoligami bukanlah untuk pemuas
nafsu. Semua beliau lakukan untuk tujuan yang mulia; demi dakwah Islam. Tidak seperti
yang dilakukan sebagian lelaki saat ini, yang mencari-cari alasan agar bisa membenarkan
perbuatannya untuk berpoligami.

Anda mungkin juga menyukai